Rabu, 31 Desember 2008

mohon permisi saya mau lewat saya mau pergi

Dear sahabat blogger,
Sudah selama 365 hari saya hadir di depan anda sekalian. Sekarang saya sudah berada di ujung perjalanan. Sebelum saya berlalu dan mengakhiri secara tuntas perjalanan saya, di sini di blog ini, saya ingin mengajukan tanya: "apa arti saya bagi sahabat sekalian".

Di awal perjalanan, saya menghadirkan musibah bagi bigmike. Saya datang dan bigmike mengalami kehilangan sejumlah aset yang mungkin saja bermafaat bagi masa depannya. Pada bulan April, ada kekurangberuntungan bigmike, yaitu ayahnda tercintanya di bawa pergi oleh angin keabadian. Bigmike shock dan sulit lepas dari terjangan kesedihan. Menjelang akhir perjalanan saya, bigmike juga mengalami masa sulit. Ibundanya terbaring lemah, sakit, di Cikini, Jakarta.

Tetapi sebenarnya saya tidak melulu menghadirkan kesulitan dan kesusahan kepada bigmike. Saya juga menghadirkan kegembiraan bagi bigmike. Pada bulan Maret, saya membawa sesuatu baginya. Sesuatu yang berharga bagi penyaluran kesenangan bigmike membaca, berpikir dan menulis. Ya, anda tepat menduganya. Saya membawa sebuah blog baginya - www.bigmmike-savannaland.blogspot.com. Semenjak itu bigmike secara sukacita berbagi aktivitas hidup untuk memelihara kelangsungan apa yang saya berikan itu. Di sana ada olah pikir olah tulis, ada kebahagiaan, ada kedongkolan, ada pertemanan, ada pertengkaran, ada humor, ada teman-teman baru. Teman-teman datang. Teman-teman pergi. Masih banyak lagi perkara membahagiakan.

Ah ternyata, susah dan senang beribang-imbang saja. Tak melulu ini. Tidak semata itu. Ada warna lain. Ada kesempatan lain. Dan sekarang saatnya saya berlalu. Mohon permisi mohon lewat. Saya akan pergi dan tidak akan datang kembali. Matahari tidak akan terbit lagi bagi saya. Pengganti saya akan datang dengan pekerjaan yang sama dengan apa yang saya lakukan, yaitu melewatkan waktu. Adakah saya memiliki arti tertentu bagi anda?

Tabe Bigmike Tabe sahabat semua
(eh lupa, saya adalah tahun 2008)

Sabtu, 27 Desember 2008

saya suka megawati, tapi saya punya dolly. ya sudah, selamat HUT ke 44

Dear sahabat blogger,

Apa ada orang Indonesia yang tidak mengenal Megawati Soekarno Putri? Saya rasa kok tidak. Ya, dia adalah mantan Presiden RI ke 5. Partainya, PDIP, menang dalam pemilu tahun 1999. Seharusnya dialah yang menjadi presiden RI ke-4 karena, menurut etika sistem ketika itu, memang harus dia. Akibat "akrobat politik" Amien Rais dkk. yang tergabung dalam gerbong "kong-kali-kong" - "singkong x si engkong" tak jadilah dia sebagai Presiden RI. Gus Durlah yang menjadi.Megawati sendiri akhirnya cukup sebagai Wapres.

Lelakon sebagai wapres dijalaninya 2 tahun. Kecelakaan politik yang dialami Gus Dur menyebabkan Megawati "naik pangkat". Jadilah dia sebagai Presiden RI. Ingat ko supaya, agar ko menjadi - (suatu aforisme anak-anak di Kupang untuk menggambarkan rasa keinginan). Presiden yang bagaimana? Secara empirik, masa kepresidenan Megawati berlangsung normal dengan kecenderungan ke arah perbaikan ekonomi makro. Buktinya, orang-orang di balik kerja Megawati seperti Boediono dan Poernomo Yoesgiantoro dipakai lagi pada era kepresidenan yang sekarang. Tetapi, Indonesia yang sedang terpuruk dalam berbagai isu, termasuk isu terorisme, membutuhkan lebih dari sekedar normal-normal saja. Indonesia memerlukan superman. Lalu, seorang soeparman asal Jawa Timur, yang pensiunan Jenderal dan juga seorang doktor dalam bidang ilmu sosek pertanian, dan juga pandai "menyanyikan" janji-janji, dipilih oleh rakyat Indonesia menggantikan Megawati. Megawati lengser.

Megawati kelihatan "marah". Tak pernah lagi dia mau bertemu sang pemenang pemilu, yang notabene bekas bawahannya di Kabinet Gotong Royong. "Megawati kurang berjiwa kenegarawanan" kata sebagian orang. "Megawati picik dan kurang cerdas". Menurut yang lainnya. "Megawati manusia bisu". Hardik sebagian lainnya. "Perempuan tidak boleh menjadi presiden". Demikian "fatwa pujangga" beberapa orang. Megawati sendiri mengeluh: "mengapa sesama kaum perempuan malah mengolok-olok saya?". Megawati membatin: "ketika saya memerlukan mitra bicara untuk memutuskan beberapa hal, ternyata Menkopolkamnya ketika itu (mudah-mudahan anda masih mengingat dengan baik siapa dia itu) sudah kemana-mana" (lihat Majalah Tempo Edisi Desember 2008)". Ada kepedihan karena merasa dikhianati orang yang justru dipercayanya pada tahun 2001, yaitu orang-orang yang sudah dipecat-pecat oleh Gus Dur dari Kabinetnya. "Begitulah perempuan". "Perempuan memang cengeng". Pokoknya, singkat kata, kepergian Megawati dari kursi kepresidenennya pada tahun 2004 diringi oleh aneka olok-olokan dan hinaan. Kadang terasa keterlaluan. Cobalah anda periksa komentar-komentar di sebuah web berita yang terkenal. Begitu ada statement Megawati, betapapun kebenarannya, yang muncul adalah 80% maki-makian, olok-olokan dan penghinaan.

Keraguan tentang kapabilitas Megawatipun merebak meluas. Perlahan dan akhirnya nyaris total. "Megawati tak ada apa-apanya". Sayapun meragukan dia. Tapi, dua kali wawancara di acara bergengsi Kick Andy di Metro TV seketika mencengangkan banyak orang. Termasuk saya. Megawati tidak sediam dugaan orang. Megawati tidak sepandir perkiraan orang. Megawati tidak naif seperti yang dihinakan banyak orang. Jaya Suprana yang dimintai pendapatnya oleh Andy Noya, host acara itu, mengatakan begini: "bagi orang yang meragukan kecerdasan Megawati pastilah orang yang harus diragukan kecerdasannya".

Ya, di acara itu Megawati berbicara banyak hal. Dan, saya tercengang dibuatnya. Ada 5 hal yang harus dicatat dari percakapan itu (endrawan ch - www.nusantaranews.wordpress.com):

1. Megawati punya prinsip

Rupanya langkah-langkah yang diambil Mega (dalam kehidupan pribadi) memiliki prinsip yang kokoh. Dalam beberapa sisi, beliau menjadikan hukum sebagai kekuatan tertinggi di negeri ini. Hal ini dibuktikan lewat kasus Soeharto hingga ia wafat. Bagaimana bu Mega berada di dua sisi : menghargai mantan pemimpin negeri sekaligus menghianati Bung Karno.

2. Memaafkan

Meskipun Bung Karno, Megawati dan keluarganya ditindas habis-habisan oleh rezim Soeharto, namun ketika ditanya tentang Soeharto, saya melihat mimik wajah Megawati yang “telah memaafkan” Soeharto. Ia lebih menghargai ranah hukum dan alasan medis yang cukup logis. Pak Harto waktu penyidikan secara fisik masih sehat, tapi secara mental dan saraf bermasalah.

3. Melihat Kedepan

Isi yang disampaikan Megawati di Kick Andy jauh dari ranah politik, ia lebih banyak mengisahkan sisi kehidupannya. Ia selalu ingin melihat bangsa Indonesia maju ke depan [meski ia tidak tahu pasti caranya]. Dan saya setuju sama Mbak Mega, bahwa acara debat yang ditayangkan di TV saat ini sudah jauh dari esensinya, dan Mega percaya sama acara Kick Andy yang mau menampilkan sisi hidup.

4. Demokrasi yang sederhana

Megawati tidak berbicara demokrasi dengan berbelit-belit, tapi ada satu hal yang mudah dimengerti, karena kita adalah negara demokrasi kerakyatan, maka mari kita gunakan kekuatan rakyat untuk memilih pemimpin yang dapat mengubah negeri ini [kebijaksanaan kita untuk memilih siapa: SBY, Mega, Wiranto, Sultan HB, Fajroel, Sutiyoso, Prabowo, dll.

5. Esensi Pendidikan

Esensi sistem pendidikan kita saat ini telah sirna. Moralitas dan etika generasi saat ini telah dijurang kehancuran. Ini dikarenakan transformasi edukasi sudah hilang. Yang terjadi hanya konsep pengajaran, bukan mendidik. Anak-anak bangsa hanya diajari mencari kesuksesan hanya melalui cara-cara instan seperti menghafal soal untuk menghadapi UN yang penuh kontroversial, manipulasi pihak sekolah, pembocoran soal dll.

Bagi saya pribadi ada satu hal yang paling berkesan dari statement Megawati. dan kebetulan sangat sesuai dengan suasana hati saya yang sedang merayakan Natal. Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Megawati ketika ditanya: "mengapa tidak melayat ketika Soeharto wafat". "Saya menghormati mantan Presiden Soeharto dan oleh karena itu saya mengutus putri saya melayat tetapi saya harus tetap berempati kepada para korban-korban Soeharto . Oleh karena itu saya memutuskan tidak hadir". Semula, saya tidak begitu menaruh perhatian terhadap kata-kata itu. Tetapi lama kelamaan saya menemukan "mutiara" dibalik kata-kata itu. Dalam satu kalimat itu terucap sekaligus dua hal yaitu, pengampunan dan sekaligus rasa keadilan. Megawati seorang Muslim. yang taat. Dia bergelar Hajjah. Tetapi kata-katanya itu , yang mengingatkan saya terhadap satu sosok lain yang dekat dengan saya, yaitu Guru di atas Segala Guru. Yesus Kristus.

"Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu"
(Matius 6:14-15).
Di sini Yesus meminta setiap anak Terang harus mampu mengampuni

“Eli, Eli, Lama, Sabachtani"
(
Matius 27:46,).
Di sini, Yesus secara pribadi mengalami sendiri bahwa ketika DIA diposisikan Bapa-NYA dalam keadaan berdosa maka tidak ada toleransi. Kejahatan dihakimi. Keadilan harus ditegakan.

Maka, saya harap anda jangan heran jikalau saya mengatakan bahwa saya menaruh hormat, sehormat-hormatnya, terhadap Megawati. Dia tidak dungu. Megawati tidak bodoh. Dia cemerlang. Budi pekertinya di atas rata-rata. Banyak orang berbicara pengamunan tetapi tindakannya malah memendam dendam. Banyak orang berbicara keadilan tetapi perilakunya lemah, mudah disogok dan licik. Maka, biar kata Megawati tidak menjadi jadi presiden, tidak soal. Kembali jadi Presiden, tak ada berkeberatan. Saya suka pada sosok perempuan tangguh ini.

Lalu, tepat berada di samping saya adalah seorang perempuan yang bukan Megawati. Apakah dia secemerlang Megawati? Tidak pasti. Paling kurang saat sekarang ini, dia belum ada apa-apanya dibandingkan dengan Megawati. Meski dia bergelar Insinyur Magister Sains. Dia cuma Pegawai Negeri Sipil kecil di Kota Kupang. Tetapi, seperti juga terhadap Megawati, saya suka dia. Apa prestasinya? Cuma ini: dialah isteri saya. Sudah 22 tahun kami bersama-sama . Di saat suka. Di saat duka. Dia adalah sahabat hati saya. Dan hari ini, tanggal 28 Desember 2008 dia akan genap berusia 44 tahun. Dalam suasana Prihatin, saya tidak bisa memberikan dia hadiah apa-apa kecuali posting ini. Selamat HUT Dolly. Tuhan Yesus Memberkati. I Love You

Tabe Tuan Tabe Puan

Rabu, 24 Desember 2008

for all those "los campesinos": JESUS is BORN

Dear sahabat blogger,

Sekarang tanggal 24 Desember malam. Secara tradisional, malam ini adalah Malam Natal. Apakah memang hari begini tanggal begini adalah tepat hari lahirnya bayi Yesus? Mungkin tidak begitu. Jika berpatokan pada hasil perhitungan astronomi......ingat bukan astrologi.......maka malam ketika "bintang berekor" bersinar di langit bagian timur dan arah lintasannya diikuti oleh para Majus (magus - jamaknya: magi - mereka yang mempunyai keahlian magic) dari Persia, adalah di sekitar bulan April. Tepatnya 17 April 6 tahun sebelum Masehi. Jadi? Ah, siapa yang perduli tanggal tepatnya Natal itu. Bagi saya pribadi, sepanjang Natal dimaksudkan untuk memperingati salah satu "tanda" penting dalam kehidupan rohani saya, tanggal berapapun itu, bukan soal besar. Asalkan hati lurus tertuju kepada Sang Bayi. Beres. Begitu aja kok refooootttt........

Jikalau merayakan Natal adalah traditionally, lalu apa ada makna khusus Hari Natal bagi saya? Jawabannya bisa banyak. Tapi supaya dibikin lebih simpel maka adalah ini: Natal adalah tanda. Tanda apa? Tanda harapan. Sekedar tanda? Tidak. Karena memahami tanda adalah kodrat manusiawi saya - yang oleh karenanya (principe d'etre) saya menjadi berakal budi - maka memiliki harapan berarti saya siap untuk melanjutlan hidup apapun situasi saat ini. Apa situasi saat ini itu? Ada banyak tetapi saya mau berbagi satu dan dua dikit. inilah Natal pertama dalam hidup ketika Ayahanda tidak lagi "di sini". Dia sudah "di sana". Inilah Natal ketika Ibunda sedang terbaring amat lemah di Cikini. Jauh dari tempat saya duduk sekarang.

Jadi, Natal kali ini adalah Natal yang dari padanya saya ingin melihat - dan sebenarnya sudah nyata terlihat - harapan. Tidak cuma saya tetapi banyak lagi orang yang seperti saya. Bahkan kondisinya mungkin jauh lebih "buruk" dari apa yang saya alami saat ini. Malah mungkin lebih mengenaskan. Rakyat Zimbabwe yang mati dibunuhi rezim Robert Mugabe. Ribuan TKI yang terlunta-lunta di Malaysia. Anak-anak yang ada di kolong jembatan dan tidak jelas di mana bapak dan ibunya. Orang-orang yang tergusur karena rumahnya digusur. Orang-orang yang demi memperebutkan serupiah-dua sedekah, rela mempertaruhkan nyawanya yang cuma satu biji itu. Banyak lagi. Untuk semua mereka yang memerlukan harapan itu saya ingin mendedikasikan tulisan ini (harap anda tidak lelah mengikuti tulisan saya kali ini yang mungkin agak panjang).

Saya akan memulai dari sini: pada tahun 1966 seorang penulis mashur menulis sebuah buku yang laris. Amat laris. Judulnya: The Adventurers (Para Petualang). Almarhum Pendeta DR. Eka Darmaputera membacanya. Lalu, mencupliknya barang sedikit. Lantaran saya membaca buku tulisannya, maka saya menjadi tahu, sedikit, tentang isi buku "The Adventurers". Dengan bantuan Mr. Gu (google) saya mendapat beberapa keterangan lainnya. Dan ini yang saya mau bagikan kepada anda.

Ceritera dalam the Adventurers mengisahkan kisah hidup sang tokoh utama Diaogenes Alejandro Xenos, disingkat Dax, dari negeri Carteguay. Jika diterjemhkan ke dalam bahasa Indonesia, nama itu diartikan sebagai "dengan kebenaran mengalahkan dunia". Dax kecil, dengan matakepalanya sendiri, melihat keluarganya dibantai nyaris habis oleh sekelompok orang yang memberontak terhadap ayahnya yang berkuasa. Dia diselamatkan oleh Fat Cat, seorang pembantu setia dalam keluarganya. Beberapa orang pemberontak yang tertangkap lalu diikat berjejer. Seorang pamannya, yang belakangan diketahui sebagai pemberontak juga, mengeksekusi para pemberontak itu. Sebuah senapan laras panjang ditaruh di tangan Dax kecil dan dia dituntun untuk menembak satu persatu pembunuh keluarganya itu. Dan..raaaat taaaat taaat taat tat tat....semua pemberontak mati di tangan si Dax.

Kisah belum berakhir, Ayah si Dax, tuan Xenosm, sebenarnya lolos dari usaha pembunuhan itu dan lalu bergabung dengan kelompok Bandoleros, yaitu kelompok pemberontak revolusioner yang bergerilya melawan pemerintahnya sendiri. Bahkan ayah si Dax menjadi tangan kanan sang pemimpin gerakan pemberontakan. Tagal itu, Dax ikut bergabung bersama Bandoleros. Dia bertumbuh menjadi seorang remaja dan akhirnya pemuda yang tangguh tetapi kejam dan bengis tak terkira. Dalam satu kesempatan, Dax tertangkap bersama kakeknya. Di depan prajurit pemerintah keduanya berlagak tidak saling mengelnal. Untuk mengujinya, si Dax diperintahkan untuk menembak mati sang kakek. Lalu, tanpa berkedip Dax menembak mati sang kakek. Kepala kakeknya ditembak tepat di antara kedua mata kakeknya. Setelah melewati berbagai pertempuran yang berbahaya, akhirnya kelompok pemberontak menang. Sang pemimpin Bandoleros menjadi El Presidente dan tuan Xenosm, ayah Dax, menjadi tangan kanannya. Si Dax menjadi putera orang yang sangat berpengaruh di negerinya. Fat Cat menjadi pengawal pribadinya. Satu ketika, Dax dan Fat Cat berjalan-jalan take a pleasure di Ibu Kota. Tiba-tiba di kejauhan terlihat kerumuman orang banyak . Ada keriuhan di sana. Dan terjadilah percakapan berikut ini:

Fat Cat (FC): ada apa di sana?
Dax: tampaknya ada kerumunan orang mencegat kita...mereka mengemis....
FC: ah...CAMPESINOS.....(sambil meludah)
Dax: mengapa mereka mengemis?
FC: (sambil mengangkat bahu)...mereka selalu mengemis...
Dax: mereka bilang mereka lapar.....
FC: mereka memang selalu lapar....(sambil tersenyum sinis)..
Dax: ...tapi seharusnya kan tidak boleh begitu?...Bukankah kita mengadakan revolusi untuk menghapuskan hal-hal begini?....
FC : (tertawa heran sambil menatap Dax)....Sahabatku, aku sendiri sudah mengikuti 3 kali revolusi. Tidak satupun yang membuat CAMPESINOS itu kenyang. Barangkali mereka memang diciptakan untuk mati kelaparan...
Dax:...lalu untuk apa kita berperang selama ini?????....
FC: ..supaya kita tidak usah menjadi seperti mereka....supaya kita tidak perlu mengemis untuk mengisi perut. Supaya kita tidak perlu menjadi campesinos, manusia lapar itu. Saya kira itulah jawabannya....

Sekarang, sudahkah anda bingung? Apa kaitannya antara Campesinos dan Natal? Begini:

Natal adalah peristiwa revolusioner. Ketika itu dunia tertawan oleh kekuasaan dosa dan maut. Bertahun-tahun perjuangan para nabi dan utusan-utusan Allah hanya menghasilkan efek yoyo. Naik turun tak keruan. Selesai satu pertobatan, kuasa dosa berkuasa lagi. Dosa tak pernah benar-benar kalah. Dosa tak ada habis-habisnya. Lalu, Allah secara sepihak memutuskan untuk berinkarnasi menjadi manusia, dalam rupa Yesus, memimpin langsung revolusi melawan kejahatan kerajaan dosa. Allah bertempur. Tak bedanya dengan apa yang dilakukan oleh Dax dan kelompok Bandoleros yang juga meyakini bahwa mereka sedang bertempur melawan kejahatan. Betulkah tak berbeda? Nanti dulu.

Dax dan Bandoleros menempuh jalan kekerasan, dendam, dan kebengisan dalam revolusi mereka. Lantas apakah tujuan revolusinya tercapai? Tidak. Hasil revolusi ternyata hanya berupa perut sang pahlawan yang tidak lapar lagi. Badan mereka wangi. Dari mulut mereka menebar aroma mabuk. Mabuk kekuasaan. Campesinos tetap ada. Mereka masih ada memenuhi takdir mereka, yaitu lapar dan menderita. Lalu, mati tanpa pilihan. Tanpa jalan keluar.

Sebaliknya adalah Yesus dan murid-murid-Nya. Jalan revolusi mereka adalah jalan hati. Jalan cinta. Pertempuran Yesus bukan dengan jalan menumpahkan darah orang lain tetapi adalah darah sendiri yang terkuras habis. Dengan jalan ini, semua Campesinos tidak harus mati dalam takdir dosa, lapar dan sengsara. Sekarang ada jalan keluar. Selalu tersedia peluang. Di antara negeri dosa dan negeri bahagia sudah terbangun jembatan yang didirikan Yesus. Bahkan, Yesus sendirilah Jembatan itu. Para Campesinos yang mau meniti jembatan itu pasti bisa keluar dari negeri dosa. Campesinos yang tetap Campesions seumur-umur adalah mereka yang menolak meniti jembatan itu.

Sekali lagi, bagi Campesinos yang bersedia meniti Jembatan, ada kebebasan baginya dari cengkeram dosa. Selalu ada jalan keluar

Dan semua perjuangan revolusi Allah, dalam rupa Yesus, dimulai dari sini, yaitu di Malam Natal. Malam ketika Yesus, yang mau berjuang bagi Campesinos, tidak datang dalam rupa tentara bersenjata laras panjang. Yesus Sang Pahlawan itu ternyata datang dalam rupa: CAMPESINOS. Inilah tandanya: .....Bayi Kecil yang lahir di kandang domba. Dibungkus kain lampin. Dan ditemani bintang-bintang di langit.......

Persis nasib para Campesinos homeless yang tidur beratapkan langit malam yang gelap. Cuma jangkrik malam temannya. Hanya bintang kecil sahabatnya. Jadi, bagi seluruh Campesinos di mana saja, mari bergabung merayakan Natal. Peristiwa yang membawa harapan. Hari yang membawa peluang, yaitu ada jalan menuju Allah. Jalan itu bukan jalan dunia melainkan jalan Ilahi. Jalan Damai. Jalan keselamatan.

Soalnya adalah: siapakah para Campesinos itu? Seharusnya anda dan saya. Jika anda berpendapat bahwa dalam golongan Campesinos tidak terdapat anda di sana maka pasti sayalah sendirian si Campesinos itu. Betulkah?

Selamat Natal Puan. Selamat Natal Tuan
(Selamat Natal Ayahanda. Selamat Natal Ibunda)

Selasa, 16 Desember 2008

mengapa tanda pohon


Dear sahabat blogger,

Pernahkah sahabat mendengar atau membaca kata univok dan equivok serta satu kata lain yang masih sepupuan dengan dua kata tadi, yaitu analog? Apa ini? Ketiganya adalah tanda. Tepatnya jenis tanda.

Univok adalah sebuah tanda dengan sebuah arti yang jelas dan tidak membingungkan. Tidak usah ditafsir lain. Misalnya kata: pensil, ballpoint, dan meja yang diartikan tidak lain dari pensil, ballpoint dan meja. Tak ada yang lain. Hanya satu itu. Selanjutnya adalah Equivok, yaitu sebuah tanda yang dapat memiliki lebih dari satu arti. Misalnya, bunga yang bisa berarti bagian tanaman tetapi bisa juga berarti gadis manis dan cantik (bunga desa) atau bunga bank. Dan akhirnya adalah analog. Kata ini ditujukan kepada situasi dimana jika sebuah tanda memiliki dua atau lebih signifikansi dan salah satu di antaranya menunjuk dari dirinya sendiri kepada signifikansi yang lainnya. Nah, supaya tidak kelihatan ruwet maka analog adalah tanda yang sama yang akan memiliki arti yang berbeda jika digunakan pada kalimat yang berbeda. Contoh:
  • Kursi malas adalah kursi yang dipakai untuk tujuan bersantai-santai rileks.
  • Para politisi sangat rajin menebar janji guna mendapatkan kursi di badan legislatif
Nah, jelas bahwa memahami tanda - bisa dalam bentuk kata - kadang kala tidak sesederhana yang diduga. Diperlukan kesaksamaan dan, mungkin kearifan, dalam memahami tanda kata yang bermunculan di depan kita. Terlalu cepat melontarkan kata tanpa berpikir panjang akan konsekuensinya tidak jarang membuat kita kerepotan sendiri. Kesadaran sering datang terlambat ketika dampaknya datang belakangan dan merepotkan. "Mulutmu adalah harimaumu". Di lain pihak, terlalu cepat merespons tanda atau kata yang ada di depan kita tanpa berpikir panjang sering menjebak kita dalam situasi "terlihat konyol". Ada satu ceritera ringan tentang hal ini:

Di satu sangggar kegiatan belajar (SKB) sekelompok ibu-ibu buta huruf diajarkan tentang baca membaca dan tulis menulis. Setelah berlangsug setahun, datanglah seorang penilik PLS (pendidikan luar sekolah) guna mengetest kemajuan yang sudah diperoleh para peserta belajar. Nah, seorang pamong belajar yang tidak mau terlihat kurang berhasil mendidik ibu-ibu yang buta huruf tersebut bersepakat bersama para peserta didik. Katanya " saya akan berdiri di belakang bapak Penilik. Jika beliau menulis suatu kata, saya akan memberi tanda-tanda tertentu dan kalian tinggal mengucapkan kata yang sesuai dengan apa yang saya tandakan."

Maka tibalah saatnya sang penilik mengetest. Ditulisnya kata "mata" di papan. Buru-buru sang pamong menunjuk-nunjuk matanya. Dan berteriaklah beramai-ramai para peserta didik itu: .....maaaaatttaaaaaa.....wah keplok tangan semua yang hadir membahana keras.........plok....plok...plok....hebat...hebat....Sang penilik senang dan sang pamong lega.

Lalu, ditulis lagi kata lain di papan: "hidung". Bergegas sang pamong menunjuk-nunjuk hidungnya. Dan lagi-lagi, para peserta berteriak amat kencang....hiiiddddduuung....wow...PLOK...PLOK...Lebih keras lagi suara keplokan tangan para hadirin. Penilik gembira. Pamong bangga.

Dan akhirnya sang penilik menulis kata: "saku". Kali ini sang Pamong sedikit bingung karena dia mengenakan baju yang tidak punya saku. Adanya adalah saku di celananya. Maka sang pamong menepuk-nepuk saku celana bagian depannya. Lalu, ... terdengar teriakan amat bergemuruh......paaaaaahaaaaaaaa........WAAAHHH......penilik bingung. Pamong panik. Buru-buru sang pamong membalikkan badannya sambil menepuk-nepuk saku celana bagian belakangnnya. Dan suara yang lebih kencang lagi bergemuruh melengking .....paaaaaaaaannnnnttttaaaaaaaattttttttt.........Kali ini sang Penilik dan sang Pamong sama-sama pingsan.

Begitulah, sahabat blogger, memahami tanda adalah hal yang sangat penting. Jangan terlalu cepat dan jumawa melontarkan kata. Sebaliknya, jangan terlalu cepat merespons tanda atau kata yang ada tanpa memberikan kesempatan yang cukup bagi nalar dalam menjalankan tugasnya secara tertib. Singkat kata, berpikirlah sebelum berbicara. Pahamilah sebelum menanggapi. Sepintas hal-hal ini sepele tetapi mari kita simak ucapan Cassirer dalam bukunya yang terkenal "an essay on man". "Kemampuan berbicara serta memberi dan memahami tanda isyarat merupakan hal esensial dalam kodrat manusia yang membuatnya berbeda secara ekstrim dari binatang".

Mudah-mudahan anda menangkap esensi dari kata-kata Cassirer tadi. Sebab, akan banyak orang yang marah jika saya mengatakan bahwa saya, anda dan kita semua adalah turunan monyet seperti pemahaman umum dari teori Darwin. Pasti banyak yang akan marah. Saya akan diserbu. Itu hampir pasti. Tetapi, terlalu amat sering, tanpa sadar ataupun sadar, orang melakukan kesalahan yang amat fatal dalam berbicara dan memberi atau memahami tanda isyarat. Bicara tanpa pikir panjang. Menanggapi tanda amat tergopoh-gopoh tanpa memberi kesempatan kepada berjalannya mekanisme nalar yang tertib. Pertengkaran, salah paham dan adu mulut tak tentu juntrungnya sering berawal dari hal ini. Jadi, ingatlah: berbicara dan memberi tanggap terhadap tanda secara tertib adalah kodrat manusia. Jangan anda khianati kodrat itu. Terlalu sering anda menabrak kodrat kemanusiaanmu, seketika anda akan terlihat tidak lebih baik dibandingkan monyet, jin, lampir, pocong dan makhluk sejenisnya....wuuuuuiiiiuuuhhhhh......sssyyyyyeeeerrreemmm.....

Lalu, apa kaitan semua ini dengan tanda berupa kata pohon, seperti yang tercantum di dalam judul posting? Ada banyak dan akan saya tuliskan lebih panjang lebar pada kesempatan berikutnya. Sementara ini, saya hanya ingin mengatakan ini: memandang pohon adalah memandang harapan. Saya dan sahabat-sahabat Kristiani, sebentar lagi akan merayakan Hari Raya Natal. Salah satu tanda atau simbol Natal adalah pohon. Kami tidak menyembah pohon. Kami tidak memuliakan pohon. Kami hanya ingin memiliki harapan. Sayup-sayup terdengar suara merdu Glenn Fredly yang melantunkan lagu dengan syair .....

...................jadilah harapan,
jangan hanya berharap
.......

Tabe Puan Tabe Tuan

Sabtu, 13 Desember 2008

kacamatasayayangbermatakaca

saya dan kacamata

saya

kacamata

kacamata saya

saya kacamata

mata kaca saya

mata

kaca

saya


kaca kaca kaca kaca ka ca ka ca ka ka ka ka ka ka ka ca ca ca ca ca ca ca cak cak cak

mata mata mata mata ma ta ma ta ma ma ma ma ma ma

ma ma mau mau mau mau ta ta ta ta ta tak tak tak tak tak


mau mau tak tak

tak tak

mau mau

tak tak mau mau

mau tak mau

tak mau tak


tak kacamata tak mau tak

tak mau mata tak mau kaca

tak mau kaca tak mau mata

tak mau kaca mata

tak mau

tak


tak kacamata mau tak mau

mau tak mau kaca

mau tak mau mata

mata mau kaca mau

mau tak mau kacamata


mata mau kaca tak

kaca mau mata tak

mau tak mau mata

mau tak mau kaca

kaca tak

mata tak

kaca mau

mata mau

mau kaca mau mata

mau kacamata

mau


mama kaca

mata saya

mama saya kacamata

kacamata mama saya

kaca saya ada di mata mama

mata mama saya berkaca-kaca


saya kaca

saya mata

mata saya

kaca saya

mana mama saya

mana kacamata mama saya

mana mata mama saya yang berkaca-kaca

mana kaca saya yang bermata di mata mama

mana mata saya yang berkaca-kaca


kacamata saya

adalah

mata saya yang berkaca-kaca


kau?


Keterangan:
1. fotoshot: puputrk
2. penyuntingan: kanark
3. provokator: normanrk dan vekirk
4. tanggapan: ha ha ha ha ha ha ha ha ha

Selasa, 09 Desember 2008

lingkungan yang lestari = menanam pohon?

Dear Sahabat Blogger,
Bulan Desember telah ditetapkan pemerintah sebagai bulan menanam nasional.

Apa yang ditanam?
Pohon...
Mengapa pohon?
Ya karena yang punya gagasan adalah Departemen Kehutanan.
Gagasan apa?
Memperbaiki kualitas lingkungan.
Apakah dengan menaman pohon, lingkungan hidup akan lebih baik?
NTT...... Ndak Tentu Terbukti.....
Lho kok? Iki doktor kehutanan kok ngomong begitu?
Yo, ben. Iki lambe ku dhewe kok.....Sak karepku ngomong....
Lho kok gitu?
Ahhhhhhh, kalau mendesak, biar asisten saya,.... eh ...sori kleru.....mahasiswa saya...eh...kleru meneh....adik saya, DTN alias Uli membuat penjelasan.
Lha kok enak? lalu sampeyan mau kemana? Lari dari tanggungjawab?

Ora....ora......aku yang tanggung, dia sing njawab-ke....
......ha ha ha ha ha ha ha ha.......

husssshhhh......
iya .....iya..........

Keadaan Lingkungan

Dulu, Indonesia dikenal sebagai sebuah negeri yang subur. Negeri kepulauan yang membentang di sepanjang garis katulistiwa yang ditamsilkan ibarat untaian zamrud berkilauan sehingga membuat para penghuninya merasa tenang, nyaman, damai, dan makmur. Tanaman apa saja bisa tumbuh di sana. Bahkan, tongkat dan kayu pun, menurut versi Koes Plus, bisa tumbuh jadi tanaman yang subur.


Namun, seiring dengan berkembangnya peradaban umat manusia, Indonesia tidak lagi nyaman untuk dihuni. Tanahnya jadi gersang dan tandus. Jangankan tongkat dan kayu, bibit unggul pun gagal tumbuh di Indonesia. Yang lebih menyedihkan, dari tahun ke tahun, Indonesia hanya menuai bencana. Banjir bandang, tanah longsor, tsunami, atau kekeringan seolah-olah sudah menjadi fenomena tahunan yang terus dan terus terjadi. Sementara itu, pembalakan hutan, perburuan satwa liar, pembakaran hutan, penebangan liar, bahkan juga illegal loging (nyaris) tak pernah luput dari agenda para perusak lingkungan. Ironisnya, para elite negeri ini seolah-olah menutup mata bahwa ulah manusia yang bertindak sewenang-wenang dalam memperlakukan lingkungan hidup bisa menjadi ancaman yang terus mengintai setiap saat.


Mengapa bencana demi bencana terus terjadi? Bukankah negeri ini sudah memiliki perangkat hukum yang jelas mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup? Bukankah Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional telah membangun kesepakatan bersama tentang pendidikan lingkungan hidup? Namun, mengapa korban-korban masih terus berjatuhan akibat rusaknya lingkungan yang sudah berada pada titik nadir? Siapa yang mesti bertanggung jawab ketika bumi ini tidak lagi bersikap ramah terhadap penghuninya? Siapa yang harus disalahkan ketika bencana dan musibah datang beruntun menelan korban orang-orang tak berdosa?


Saat ini agaknya (nyaris) tidak ada lagi tanah di Indonesia yang nyaman bagi tanaman untuk tumbuh dengan subur dan lebat. Mulai pelosok-pelosok dusun hingga perkotaan hanya menyisakan celah-celah tanah kerontang yang gersang, tandus, dan garang. Di pelosok-pelosok dusun, berhektar-hektar hutan telah gundul, terbakar, dan terbabat habis sehingga tak ada tempat lagi untuk resapan air. Satwa liar pun telah kehilangan habitatnya. Sementara itu, di perkotaan telah tumbuh cerobong-cerobong asap yang ditanam kaum kapitalis untuk mengeruk keuntungan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. Polusi tanah, air, dan udara benar-benar telah mengepung masyarakat perkotaan sehingga tak ada tempat lagi untuk bisa bernapas dengan bebas dan leluasa. Limbah rumah tangga dan industri makin memperparah kondisi tanah dan air di daerah perkotaan sehingga menjadi sarang yang nyaman bagi berbagai jenis penyakit yang bisa mengancam keselamatan manusia di sekitarnya.


Degradasi berbagai sumberdaya, pemanasan global dan konflik global telah mengakibatkan goncangan pada lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup merupakan dan aaahhh menjadi masalah yang mlti sumber, multi pnyebab dan multi dampak. Kita dapat sebutkan beberapa yang sangat krusial, yaitu permasalahan sampah domestik dan perkotaan, limbah industri, menurunnya kualitas ekosistem, pencemaran di perairan dan terestrial, perang, pemanasan global dan isu perubahan iklim global dan ha ha ha akibat serangan teroris turut mngganggu lingkungan hidup. Namun persoalan yang yang sangat substansional sebenarnya adalah kenyataan bahwa betapa rendahnya kesadaran perilaku dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.


Satu hal yang sangat mengganjal dan menjadi hal yang memunculkan keheranan sekaligus keprihatinan saya, dan saya kira hal ini juga ada di otak kepala kita semua adalah bagaimana mengatasi atau menjawab masalah-masalah lingkungan hidup yang ada? Seperti hal di atas, ketika hukum dan undang-undang telah dibuat, konferensi tingkat tinggi sudah dilakukan, berbagai kebijakan telah dicanangkan, tetapi masalah lingkungan terus saja berlangsung dengan skala yang makin meningkat hingga sekarang. Sebagaimana contoh kasus sebuah kegiatan yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota Kupang untuk menghijaukan lingkungan dengan MANGGARISASI kota kupang. COCOK???? Ha ha ha kata Walikota kupang sih cocok, tetapi buat saya .......eitsss …. nanti dulu. Pak walikota apa dalam melakukan program ini sudah menggunakan analisis yang holistik dan komprehensif tentang lingkungan hidup????? Kalau menurut saya, beliau mimpinya malam tentang mangga, besoknya langsung suruh warganya tanam mangga. Pertanyaan singkat oleh beberapa orang yang saya temui menanyakan, apakah mangga cocok dengan kondisi lingkungan alam di kota kupang?? Pertanyaan seterusnya apa nanti kalau semua mangga berbuah semua orang kupang berjualan mangga atau hanya makan mangga saja??? Bagaimana kalau pohon mangga itu terserang penyakit, apakah pemerintah kota menyiapkan dana untuk pemeliharaan dan perawatan??? Ahhh masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang saya temui. Untuk semua itu oleh pemerintah kota harus menjawabnya secara holistik dan komprehensif.


Untuk persoalan menanam saya sangat setuju, tetapi tentang jenis pohon serta pola dan cara serta dalam sosialisasi untuk meminta masyarakat untuk menanam perlu ditinjau kembali. Mari sekarang kita kembali ke LAPTOP, melihat dan menyadari betapa kompleksnya masalah lingkungan, maka usaha apapun untuk mengatasinya tidak akan pernah berhasil hanya dengan semata-mata mengandalkan pada satu disiplin ilmu, satu paradigma berpikir atau satu aspek saja apalagi hanya mengandalkan “mimpi” semalam saja ( ha ha ha ha), melainkan haruslah merupakan sebuah upaya holistk dan komprehensif antar disiplin terkait dan antar sektor (interdisciplinary effort). Lantas semesta pengetahuan yang seperti apa yang perlu ditawarkan atau tersedia dalam ilmu lingkungan?


Dalam benak saya ilmu lingkungan adalah suatu ilmu yang lintas displin, yang membahas tentang interaksi sangat kompleks yang terjadi antar ekosistem darat, air, udara dan kehidupan hayati dan manusia sebagai elemen penting yang ada di dalamnya. Menurut saya ilmu lingkungan mencakup aspek ekonomi,sosbud, agama, politik, hukum, sains dan teknologi, pembangunan, manajemen, komuniksi, ekologi dll. Di dalamnya tidak ada hirarki disiplin ilmu apa yang utama, setiap memiliki kedudukan yang sama sebab ada keterkaitan (interrelatedness) dan ketersalinghubungan (interconetedness) antar disipin tersebut yang menggambarkan bahwa itulah yang sesungguhnya yang terjadi di alam atau di lingkungan hidup. Langkah ini serius dan akan berhasil di dalam menjawab problem-problem lingkungan yang ada.


Saya khawatir dan seperti apa yang pernah di sampaikan oleh Doktor Michael Riwu kaho (sebagai dosen saya), bahwa krisis lingkungan akan menjadi krisis PERADABAN. Karena itu, satu kata kunci jawabannya adalah melakukan pendekatan holistik dan bukannya pendekatan parsial. Harapannya adalah dengan penerapan ilmu lingkungan diharapkan akan membantu tumbuhnya masyarakat yang sadar lingkungan hidup, masyarakat yang menemukan jati diri sebagai ecoself dimana kehidupan kita sangat bergantung dari lingkungan air, udara, tanah, bumi, tumbuhan dan fauna serta semesta. Jadikan wawasan dan pengetahuan mendasar tentang ekologi sebagai Ecoliteracy.


Mulai saat ini dan kedepan peranan ilmu lingkungan (sudah pasti beserta seluruh pihak pemerintah, akademisi dan masyarakat) di Indonesia idealnya bisa membawa peradaban bangsa saat ini dari hanya semata-mata berorientasi pada peradaban industri tetapi yang lebih penting adalah kepada peradaban ekologis. Dengan demikian setiap manusia akan terbentuk keadaran secara mandiri untuk menjaga lingkungannya untuk keterlangsungan dan keberlajutan alam ini.


-- "" --

nuwun sewu mas......udah ngerti? ....
ndak tuh.....tulisannya agak ngawur....hi hi hi hi hi hi hi hi
hussssssshhhhhhhh......
iya....iyaaaaaa.....

Minggu, 07 Desember 2008

selamat idul adha bagi semua yang merayakan. Bagi yang tidak: selamat karena anda mengucap selamat

Dear sahabat blogger,

Besok hari senin. Puji Tuhan, masih hari libur. Ngantuk dan malas-malasan bisa dipanjang-panjangkan. Asyik. Tapi, baiklah, bagi semua sahabat yang besok senin merayakan Hari Raya Lebaran Haji atawa Idul Adha, saya dan keluarga mengucapkan selamat. Selamat berhari raya. Bagi mereka yang tidak merayakannya, tetapi mengucapkan selamat, saya ucapkan, Selamat. Mengapa? Karena ini: "karena anda mampu ikut berbahagia ketika orang lain berbahagia".

Apakah anda sungguh-sungguh tahu bahwa saya berbahagia? dari mana anda tahu? Sebenar-benarnya, karena prinsip eksistensi yang memberontak, anda tidak tahu apa-apa. Demikian pula, saya senyatanya tidak tahu apa yang ada di kedalaman hati anda. Berbahagiakah anda? Sukacitakah anda? Jujur, saya tidak tahu. Tapi, sekarang saya berani menyapa anda sebagai sahabat yang berbahagia. Mengapa? Karena memang saya mau begitu. Mengapa keinginan saya seperti itu? Dan mengapa terkesan sepihak?. Jawabnya adalah ini: "karena saya memiliki CINTA". Dan "CINTA seharusnya memang sepihak". Datang sepenuhnya dari diri dan keluar menuju - terarah - kepada yang lain.

Nah, Sahabat sekalian: sebagai tanda bahwa saya berbahagia bersama anda yang merayakan Hari Raya Idul Adha, berikut saya copy paste artikel dari Wikipedia. Ini artikelnya:

Idul Adha (atau di Malaysia dan Singapura, Hari Raya Haji, bahasa Arab: عيد الأضحى) adalah sebuah hari raya Islam. Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika nabi Ibrahim (Abraham), yang bersedia untuk mengorbankan putranya Ismail untuk Allah, akan mengorbankan putranya Ismail, kemudian digantikan oleh-Nya dengan domba.

Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan shalat Ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah shalat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya.

Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah, hari ini jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul Fitri. Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik diharamkan puasa bagi umat Islam.

Pusat perayaan Idul Adha adalah sebuah desa kecil di Arab Saudi yang bernama Mina, dekat Mekkah. Di sini ada tiga tiang batu yang melambangkan Iblis dan harus dilempari batu oleh umat Muslim yang sedang naik Haji.

Hari Idul Adha adalah puncaknya ibadah Haji yang dilaksanakan umat Muslim.

Begitulah Sahabat terkasih, Sekali lagi, Selamat bagi yang merayakan Hari Raya Idul Adha. Selamat pula bagi yang tidak merayakan, jika anda memiliki sesuatu yang disebut CINTA. Cinta akan melintasi semua batasan. Cinta menyadari ada perbedaan tetapi perbedaan bukan kata putus. Cinta membuat sesuatu yang anda kira tiada, ternyata dia ada. Cinta menyebabkan sesuatu yang seharusnya ada, ternyata dapat dianggap tiada. Cinta merangkum semua. Akhirnya.

Tabe Tuan Tabe Puan

NB. Thanx Wikipedia. Saya ingin ikut mendonasi tapi tidak punya Credit Card. Maklum tinggal di Kampung. Ada yang tahu caranya? Tolong saya diberitahu

Sabtu, 06 Desember 2008

my dear dad.... beloving dad (by kana riwu kaho, Australia)

Dear sahabat blogger,




Selamat jalan bapa!

Sampaikan salam paling manis buat


Tuhan Allah


di ujung matahari

sana...



Minggu, 30 November 2008

1 desember 33 dia ada 1 desember 08 dia tiada (puisi untuk SGT yang ada di ketiadaan)

Tanpa banyak kata
Kecuali bahwa, saya mengasihi dia
tanpa kecuali, dikasihinya ibunda
tanpa kecuali pula, dikasihinya kami

tapi

apa benar dia masih dikasihi
ketika tiada

apakah tiada?

Hanya sedikit kata
kecuali bahwa, saya merindukannya
tanpa kecuali, dulu, ibunda dirindukannya
tanpa kecuali, kami terus dirindukannya

tapi

apa betul dia masih dirindu
seperti ketika dia ada

apakah ada?

dulu
dia tiada
lalu
ada
sekarang
kembali tiada

dari tiada menjadi ada
dari ada menjadi tiada
apakah ada?
apakah tiada?

Yang ada tinggal kasih
yang ada cuma rindu
dengan cinta dan rindu
tak ada lagi yang tiada
semuanya ada

karena CiINTA
dia masih ada

di sini

di hati

Selamat HUT kalau ada
Selamat HUT meski tiada

(air mata masih ada, ternyata)

Rabu, 26 November 2008

guru berdiri murid berlari. Lho, lalu yang kencing itu siapa?

Dear sahabat blogger,

Anda pasti hafal betul proverb yang asli sebelum saya plesetkan di judul posting ini. Ya, sudah pasti ini "guru kencing berdiri murid kecing berlari". Sebuah pepatah lama yang bermakna kurang lebih, guru adalah teladan bagi murid-muridnya. Apa yang dibuat oleh gurunya itulah yang ditiru dan dilakukan oleh murid-muridnya. Jadi, jika pepatah itu saya plesetkan begitu rupa maka maksudnya adalah, sekarang ini, guru dan murid tidak kompak lagi. Sudah tidak seia dan sekata. Guru begini. Murid begitu. Dahulu kala, apapun juga, guru dan murid masih bisa bertemu jika keduanya "kencing". Sekarang tidak lagi. Guru cuma berdiri. Muridnya pecicilan berlari-lari. Lalu yang kencing adalah ........entah siapa tapi kemungkian besar bukanlah si guru. Bukan pula si murid. Lalu siapa? Tepatnya, mengapa demikian?

Anda kenal orang yang bernama Thales? Si Thales pasti bukan si Takem. Bukan pula si Tukinem. Sudah pasti juga bukan si Males. Dan hampir pasti bukan Broer JIMI atau Bung Budi. Bukan. Lalu, siapa dia? Oh ternyata, Thales (abad 6 SM) adalah orang yang dikenal sebagai bapak moyangnya para filsuf. Mengapa demikian? Karena dialah yang pertama kali mengajukan pertanyaan filsafat. Sebuah pertanyaan mendasar yang ketika itu amat tidak diperhatikan orang, yaitu "what is the nature of the world stuff. Aha, terbuat dari bahan apakah alam ini? Anda mau tahu apa jawaban yang dikemukakan oleh Thales. Adalah ini, dan harap jangan ditertawakan: AIR ha ha ha ha ha......(lho kok malah saya yang tertawa?). Kita tahu bahwa, menurut pemahaman pengetahuan mutakhir, alam tidak terbuat dari air semata. Ada banyak materi penyusun alam. Ada atmosfer, biosofer, lithosfer dan hidrosfer. Unsur ini berpendar-pendar di alam. Lalu ada sekian unsur di atmosfer. Sekian pula di dalam tanah. Di dalam tubuh tumbuhan, materi itu berubah menjadi itu dan ini. Wow, jelas bukan hanya air.

Terlepas dari keakuratan jawabannya tetapi Thales sudah menjawab. Thales yang berasal dari pulau Miletos, dekat Turki sekarang ini, terbiasa dengan lingkungan serba air. Pulau Miletos terletk di tengah lautan. Thales sering mengamati hujan dan kagum. Diamatinya pula bahwa air akan menjadi uap jika dipanaskan. Dan jika didinginkan akan kembali menjadi cairan. Thales melihat pula bahwa Pulau Melitos terapung di atas air. Maka begitulah kata Thales, air adalah asal mula segalanya. Kita tahu bahwa itu tidak sepenuhnya benar tetapi sesungguhnya keunggulan Thales tidak terletak pada jawabannya tetapi di pertanyaannya. Ya, Thales menjadi filsuf pertama bukan karena "dia menjawab" melainkan karena "dia bertanya". Apakah bertanya menjadi hal yang esensial dalam peradaban manusia. Jawabannya adalah iya. Dan inilah penjelasannya.

DR Chaucard dalam bukunya Le Lange et La Pensee melaporkan bahwa sepasang suami siteri Amerika Serikat yang kedua-duanya ahli psikologi memutuskan untuk mengasuh bayi mereka bersama dengan seekor kera betina yang lahir pada hari yang sama dengan bayi mereka. Mereka diperlakukan dengan pola pemeliharaan yang persis sama. Pada mulanya, pertumbuhan sang bayi dan kera hampir sama. Tetapi begitu si bayi bisa berbicara maka ia maju sedemikan cepatnya sehingga si kera segera ketinggalan dan tidak pernah mampu lagi untuk menyamainya. Ternyata, berbicara adalah titik tolak bagi keinginantahuan dan kreativitas yang luar biasa yang dialami oleh manusia. Dan apa yang pertama kali dilakukan oleh manusia ketika dia berbicara adalah: BERTANYA. Setelah bertanya, manusia akan menemukan jawaban, Setelah jawaban disintesa sebagai pengetahuan maka manusia akan kembali mempertanyakan pengetahuannya tersebut. Jadi, manusia sebenarnya berkembang dalam siklus bertanya, menjawab dan kembali mempertanyakan jawaban. Di setiap 1 siklus itu manusia memetik sesuatu sebagai bahan pelajaran. Ya, dia belajar guna bertumbuh dan berkembang.

Jika kata kuncinya adalah berbicara dan belajar maka ada 2 perkara yang harus dipahami, yaitu interioritas dan eksterioritas. Interitoritas berarti bahwa manusia memiliki suatu kesadaran dalam dirinya sendiri bahwa dia itu hidup yang oleh karenanya (principe d'etre) dia sudah berbicara, berpikir dan menjawab. Lantas, sekali manusia berbicara maka si diri sendiri itu mulai menciptakan hubungan-hubungan yang amat banyak. Semakin banyak si diri berbicara maka semakin banyak hubungan yang diciptakan (eksterioritas). Manusia ternyata memerlukan lawan berbicara yang berfungsi tidak sekedar sebagai pendengar melainkan juga sebagai pencatat dan tempat berkaca. Ya, anda benar jika anda bisa menebak bahwa manusia lain adalah unsur eksterioritas diri pribadi sebagai tempat memantulkan sisi interioritas diri pribadi. Reflektor itu, kadang-kadang harus "lebih besar" dari diri pribadi agar supaya bayangan refleksinya dapat menjadi pedoman dan penuntun tindakan belajar selanjutnya. Reflektor itulah yang akan menjadi tempat diri pribadi manusia mengkonfirmasi keakuratan jawaban yang diperolehnya. Reflektor besar itulah yang selanjutnya kita sebut saja sebagai GURU. Kata ini berasal dari bahasa Sanskrit, yaitu guru. Dalam arti luas, guru adalah semua orang yang mengajarkan sesuatu yang baru, pembagi ilmu dan pemandu para murid menuju penemuan akan kebenaran-kebenaran hidup. Dalam bahasa jawa GURU dipahami sebagai yang digugu dan ditiru.

Hubungan timbal balik antara manusia dan reflektor ini harus berifat selaras dan sebisa mungkin mereduksi peluang bias. Ketika di antara manusia dan reflektornya itu terjadi bias yang amat besar maka bukan jawaban atau ilmu atau kebenaran yang diperoleh melainkan kekacauan. Dapatkah anda bayangkan bahwa ketika anda yang cantik dan bergaun merah muda lalu di dalam kaca cermin terlihat anda berpakaian hitam dengan rambut awut-awutan ada kemungkinan anda akan pingsan karena menduga ...
hiiiiiiiiiiiii.....ada nenek lampir di dalam cermin....... hi hi hi hi......

Kata Louis Leahy, semua manusia pada dasarnya adalah diri sendiri dan sekaligus guru bagi sesamanya. Jika benar begitu maka hubungan antara guru dan murid, tidak lan dan tidak bukan adalah hubungan antara manusia yang seharusnya bersifat serasi, selaras dan penuh rasa hormat. Lalu, inilah situasi mutakhir hubungan guru dan murid di Indonesia dewasa ini. Mari kita catat tiga kutipan berikut ini:


(Winarno Surahmat, mantan Rektor IKIP Jakarta dalam apel HUT Ke-60 PGRI di Solo, Jawa Tengah)
Kapan sekolah kami lebih baik dari kandang ayam. Kapan pengetahuan kami bukan ilmu kedaluwarsa. Mungkinkah berharap yang terbaik dalam kondisi yang terburuk
Bolehkah kami bertanya, apakah artinya bertugas mulia, ketika kami hanya terpinggirkan, tanpa ditanya, tanpa disapa.
Di sejuta batu nisan guru tua yang terlupakan oleh sejarah, terbaca torehan darah kering.
Di sini berbaring seorang guru, semampu membaca buku usang, sambil belajar menahan lapar, hidup sebulan dengan gaji sehari.
Itulah nisan seorang guru tua yang terlupakan oleh sejarah.


Lantas puisi ini secara kontan, di acara yang sama dibalas oleh Wapres Jusuf Kalla seperti berkut ini:

''Saya yakin sekolah kita tidak seperti kandang ayam.
Saya yakin banyak sekolah yang jauh lebih baik daripada itu. Gaji Anda memang belum cukup, tapi saya yakin bahwa gaji Anda tidak hanya cukup untuk hidup satu hari. Janganlah kita semua mengejek-ejek bangsa ini,'' . Lebih-lebih guru merupakan pembentuk jiwa dalam bangsa. ''Kalau semua selalu mengejek, lalu siapa yang harus menghargai bangsa ini.''

Guh (http://guhpraset.wordpress.com/)
Tapi Guru bukan hanya digugu dan ditiru. Guru cabul, guru korup, guru kampret, nasibnya sama akan sama seperti murid yang kabur loncat pagar atau merokok dalam toilet, mereka akan digugat dan diburu. Teringat juga tentang seorang Ibu Guru SD yang mengancam akan menjewer kuping saya (yang cuma dua) sampai putus, jika tidak hapal perkalian 1 sampai 10. Dan saya yang terlalu dungu percaya kalau beliau akan memegang kata-katanya, saya begadang sampai jam 3 pagi, berusaha menghapal sesuatu yang sampai sekarang pun saya tak juga hapal. Sekarang kuping saya masih utuh.

Ingatan saat SMP juga ikut muncul, saya sebagai anak manis, baik dan keren, yang selalu lolos dari hukuman berjajar jongkok didepan kelas untuk ditendangi satu persatu oleh seorang wali kelas yang guru kesenian, tiba-tiba memecahkan rekor, mendapat tamparan terbanyak dalam satu hari. Hanya karena menulis kata-kata yang menurut para guru terlalu kotor untuk ditulis dikertas ujian. Guru yang emosional.
Kenangan religius juga ada. Bagaimana Ibu Guru ngaji saya yang sedikitpun tidak seksi, selain mengajari saya untuk rajin meludah saat berpuasa dan menanamkan segala terror neraka, juga mengajari saya, memprogram dan mencuci otak saya untuk membenci ajaran dan penganut agama-agama lain.

Dan, yang paling bermanfaat, guru Bahasa Indonesia yang suka berbicara dengan melecehkan. Saya berterimakasih, karena dari beliaulah saya belajar sarkasme


Sawali Tuhusetya (guru –
http://www.sawali.info)
Yang tidak kalah penting, apresiasi masyarakat terhadap profesi guru harus proporsional dan manusiawi. Guru bukanlah “dewa” atau “nabi” yang luput dari cacat dan cela. Kalau ada guru yang terlibat dalam kasus amoral, misalnya, hal itu memang kurang bisa ditolerir. Namun, juga terlalu naif jika buru-buru menghujatnya tanpa menyikapinya secara arif.


Nah lo, saling sengketa carut sengkarut bukan? Maka, banyak perkara boleh diwacanakan tentang kesejahteraan dan kompetensi guru, pahlawan tanpa tanda jasa, biaya sekolah mahal, biaya pendidikan gratis, murid yang nakal, gemar tawuran dan narkoba serta seabrek hal-hal lainnya. Silakan dan sah-sah saja. Tetapi saya justru ingin merenungkan sesuatu yang seharusnya ada sejak awal, yaitu bagaimana tata hubungan antara guru, murid dan pengelola pendidikan dewasa ini yang seharusnya menggambarkan pola relasi antara manusia.
Adakah manusia di depan anda itu adalah musuh yang harus dibenci? Apakah dia hanya sekedar barang yang mengisi ruang yang sama lalu anda gunakan hanya jika perlu? Ataukah dia adalah sesamamu yang harus di rangkum dengan penuh kasih sayang sebagaimana engkau mengasihi dirimu sendiri? Guru adalah reflektor bagi murid-muridnya. Murid-murid adalah cerminan gurunya itu sendiri. Haruskah sang Guru berdiri diam di tempat ketika melihat murid-muridnya berlari-lari gelisah tak bisa kencing. Haruskah sang murid berloncatan tidak keruan ketika sang Guru terduduk diam karena tidak cukup makan seharian? Lalu, siapa yang disuruh kencing. Siapa yang akan makan? Siapa mengencingi siapa? Siapa makan siapa?

Selamat Hari Guru


Tabe Tuan Tabe Puan