Sabtu, 28 Februari 2009

sebuah posting dari norman di penghujung bulan februari tentang....kita yang merusak

Dear Sahabat Blogger

Tanggal 28 hari ini. Hari terakhir di bulan Februari. Sebenarnya saya ingin menutup bulan ini dengan sebuah refleksi tentang ...what's going on with sorrow.....tapi tak apalah....Norman mengirim sebuah SMS, katanya......bapa, Norman ingin posting sebuah artikel.....sayapun mengalah....Lalu, Norman mengirim bahan postingnya lewat E-mail....ooohhhhh....masih tentang ilmu barunya....hutan dan kehutanan....tapi aaahhhhhh.....ada juga kecocokannya dengan gagasan saya.......what's going on with sorrow......

Dalam posting ini Norman ingin mengatakan bahwa kerusakan hutan, apapun alasanya, adalah kita pula yang menjadi prima causa-nya....itu pula inti gagasan saya pada posting yang tidak jadi itu. Dalam pikiran saya, berkat dan karunia Tuhan cukup dan bahkan berlimpah bagi siapa saja . Lalu, kitalah yang berpikir dan bertindak begitu rupa sehingga berkat dan karunia Tuhan itu menjadi sia-sia. Kita sengsara tetapi kitalah yang mengundang kesengsaraan itu. Bukankah hutan adalah karunia Tuhan? Bukankah hutan berguna bagi kita? ....dan....bukankah kita pula yang merusaknya? Heiiiii...bukan cuma hutan....bacalah berita hari-hari terakhir ini....kasus aborsi di Jakarta, badai video perkelahian antara pelajar, guru membanting murid, dan bahkan...wuuuuuiiiiiiihhhhh....masih banyak lagi......what's going on with sorrow.......

Sobat-sobat terkasih, bacalah artikel dari Norman. Masalah hutan dan kehutanan hanyalah contoh. Lalu, simpulkan sendiri esensi tulisan ini dan cobalah setiap kita bertanya pada diri kita sendiri .... what's going on with sorrow ...... Di bagian akhir posting ini saya menyertakan sebuah tembang lawas dari duo legendaris "Simon & Garfunkel", yaitu lagu "leaves that are green" yang esensinya mengatakan kepada kita....alam menyediakan bagi kita tetapi tangan kitalah yang menghancurkannya......Selamat membaca dan selamat menikmat musik indah. Tuhan Memberkati Anda sekalian.

Ibarat Telur atau ayam?? Sektor kehutanan atau Pertanian???

Di mana salahnya??


Bingung dengan judul diatas?? Itu sudah pasti.. Tapi dari judulnya pasti bapak/ibu/om/tante/ama/ina semua bisa mereka-reka apa yang ingin saya tulis. Yah..yah benar, saya ingin menulis sesuatu yang ada hubungannya dengan kehutanan dan pertanian di Indonesia. Tapiiiiiii… tentu saja, saya tidak ingin menyajikan tulisan ini seperti tulisan berita di Koran atau berita di televisi yang tiap hari anda dengar atau baca. Wah itu bukan saya banget tuh…. Jujur saja saya malah lebih senang membaca berita olahraga khususnya niat PSSI yang mengajukan proposal sebagai tuan rumah piala dunia. Ahhhh bagaikan “dream daylight hole” alias mimpi siang bolong (bahasa inggrisnya sudah betul gak yah??) atau berita gossip artis-artis Indonesia (sssstttt… si dewi persik itu beneran udah kawin??) Hihihi. Cukup ah saya ngebanyol… kali ini serius.. yang jelas saya mengalami sedikit kebingungan ketika kuliah di fakultas kehutanan karena ternyata alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dituding menjadi salah satu alasan deforestasi atau kerusakan hutan di Indonesia diantara berbagai-bagai masalah lainnya. Padahal menurut saya, kurang tepat seperti itu.. STOOOPPPP…. Sampai sini kira-kira Menarik tulisan saya ini?? Kalau menarik ayo lanjuuuutttt..


Seperti yang saya kemukakan tadi, saya cukup bingung, terkejut, terpana, “tanganga” (bengong) saat mengikuti satu mata kuliah di semester lalu. Kebingungan ini bermula pada mata kuliah tersebut, dosen saya dengan lantang menyebutkan alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian menjadi salah satu penyebab diantara berbagai masalah lain yang mengakibatkan laju deforestasi hutan semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga Indonesia saat ini merupakan Negara nomer 2 di dunia dengan laju deforestasi hutan tertinggi, setelah Negara ole ole ole ole ehhh Negara Brasil (lebih jelasnya lihat Tulisan saya terdahulu). Lho???? Hal ini bertentangan dengan apa yang saya pelajari ketika masih kuliah s1 di pertanian dimana saya diajarkan salah satu tantangan pertanian saat ini adalah lahan pertanian semakin menipis dari tahun ke tahun. Nah lho, kok sekarang dibilang pertanian yang dibilang sebagai salah satu penyebab?? Kehutanan bilang “Lahan pertanian mengambil sebagian lahan hutan” TAPIII dari pertanian bilang “Lahan untuk bertani semakin berkurang”. Padahal kalau kita ikut logika berpikir maka jelas seharusnya tidak ada keluhan mengenai kurangnya lahan pertanian kan??? Ah…. Ini bagai ibarat telur atau ayam yang lebih dahulu. Mau percaya mana, Pertanian atau Kehutanan ?? Hati nurani saya pada saat itu tidak membenarkan apa yang dikatakan dosen saya itu.. Tapi apa daya. Coba tuan puan pembaca semua bayangkan, kuliah jam 1 siang sambil menahan rasa kantuk, perut lapar karena belum makan sedari pagi. Kira-kira masih adakah tenaga sekedar untuk membantah apa yang dikatakan dosen tersebut?? Malah sudah untung apabila masih sanggup menahan kelopak mata ini untuk tidak tertutup. Nah, kurang lebih, saya waktu itu dalam keadaan seperti yang saya sebutkan tadi. Jadi terpaksa saya cuma bisa diam… diam… di ….. ia… zzzzzzzzzzzzzz (wah malah saya tertidur) Hehehehehe.


Sesampai di rumah, saya mencoba membuka buku materi perkuliahan tadi untuk menemukan jawaban pertanyaan saya tadi itu, oohhhhhh….. betapa terkejutnya saya ternyata pengarang buku tersebut pun mengatakan hal yang sama seperti dosen saya sebutkan tadi.. Ah, saya semakin terasa penasaran.. Hmm.. Sebenarnya hal yang saya alami ini cukup beralasan. Kalau tidak percaya, coba bapa/ibu/om/tante semua cari di google tentang bagaimana dari sector pertanian pun berteriak karena kurangnya lahan. Coba pula di baca Koran. Saya yakin hal ini pasti sama saja. Semakin bertambah bingunglah saya karena di satu sisi orang hutan ehhhh… orang kehutanan berkata bahwa alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian itu salah, akan tetapi orang pertanian malah mengatakan hal yang sebaliknya bahwa mereka pun kekurangan lahan pertanian. nah, berarti ada sesuatu yang salah disini.. kira-kira apa yah?? Saya harus menemukan jawabannya. Harus. Dan setelah melewati proses perenungan berjam-jam, berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun masih juga belum ketemu jawabnya… akhirnya aku bertanya pada rumput yang bergoyang……. Eiittssss ……. saya tadi cuma sekedar mendramatisir suasana saja. Hihihihi.. Tapi sebelum lanjut, saya berikan data yang cukup kontras yah. Begini ceritanya ehh begini datanya.


1. Data Greenomics Indonesia tahun 2006-2008 menunjukkan di Provinsi Sumatera Utara, ada sekitar 40 kasus perambahan kawasan hutan untuk perkebunan dan budi daya pertanian lainnya yang mencapai luas 195.000 hektar. Selain itu, sedikitnya 143.000 hektar kawasan hutan lindung dan hutan konservasi di Provinsi Riau secara ilegal telah berubah fungsi menjadi areal perkebunan dan budi daya pertanian lahan kering. Sementara Provinsi Kalimantan Barat, sedikitnya 286.000 hektar hutan lindung telah berubah fungsi menjadi areal pertanian dan secara nasional, data Departemen Kehutanan tahun 2007 menunjukkan perubahan peruntukan hutan lindung dan hutan konservasi secara ilegal yang telah dijadikan areal perkebunan, pertambangan, lahan terbuka, semak belukar, dan budidaya pertanian lainnya mencapai angka 10 juta hektar.

2. Dari total luas lahan Indonesia, tidak terrnasuk Maluku dan Papua (tidak ada data),sekitar 64.783.523 ha lahan digunakan untuk pekarangan, tegalan/kebun/ladang/huma, padang rumput, lahan sementara tidak diusahakan, lahan untuk kayu-kayuan, perkebunan dan sawah (BPS, 2001). Data statistik lahan pertanian selama 15 tahun terakhir (BPS, 1986-2000) memperlihatkan bahwa perluasan lahan pertanian berkembang sangat lambat. Terutama lahan sawah sebagai penghasil utama pangan ; berkembang dari 7,77 juta ha pada tahun 1986 menjadi 8,52 juta ha pada tahun 1996, dan selanjutnya cenderung menyusut menjadi 7,79 juta ha pada tahun 2000.


Akhirnya saya menemukan jawabannya.. ternyata bukan alih fungsi hutan yang salah, bukan pula lahan pertanian yang salah. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut karena bagi saya yang salah adalah pembangunan.. nah lho?? Apa-apaan lagi nih?? Yah, saya berani berkata bahwa sebenarnya yang salah adalah pembangunan karena lahan hutan, lahan pertanian sudah dirubah menjadi “hutan” gedung-gedung yang menyebabkan semakin menipisnya ruang atau lahan untuk hutan dan pertanian. Laju konversi lahan pertanian tanaman pangan, termasuk sawah, yang terus melaju tanpa dapat dibendung. Menurut informasi Real Estat Indonesia (REI), selama tiga tahun terakhir, di Pulau Jawa, pembangunan perumahan telah menggusur seluas 4.891 hektar lahan, termasuk lahan pertanian pangan yang produktif. Belum lagi konversi lahan untuk industri dan pembangunan infrastruktur… eehhh maafkan saya…. sebenarnya lebih tepat bukan pembangunan tapi orang di balik pembangunan itulah yang bersalah menurut saya. Siapakah mereka?? PEMERINTAH. Sekali lagi, PEMERINTAH. Kok pemerintah??? Kenapa?? Tentu saja, ketika lahan hutan dialihfungsi menjadi lahan pertanian itu siapa yang memberi ijin?? Ketika hutan lindung yang seharusnya dikonservasi tapi dibuat menjadi hutan produksi itu siapa yang memberikan ijin?? Hasil-hasil pertanian itu untuk siapa? Masyarakat?? Ataukah hasil pertanian tersebut dijual kepada masyarakat lalu sebagian besar uang hasil penjualan tersebut masuk ke kantong-kantong para pejabat pemerintah yang taunya cuma tidur di ruang sidang, yang taunya jalan-jalan dengan alasan “dinas luar”, yang taunya terima uang suap supaya lolos suatu proyek besar.. hhhmmmmm….. bau kapitalisme terasa sekali disini.. padahal jelas-jelas di pancasila butir ke empat mengatakan “keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”… yah keadilan social.. berarti bukan hanya “adil” bagi penjabat saja kan?? Bukan pula hanya “adil” bagi pemerintah saja kan?? Seharusnya di buku-buku tertulis dengan jelas, bahwa pemerintah menjadi salah satu penyebab berkurangnya lahan hutan.. harusnya begitu. Tapi siapa yang berani???


Selain itu, masyarakyat kita sudah terbuai iklan “Bensin telah turun 3 kali (dan ada kemungkinan mau turun lagi), masyarakat miskin semakin berkurang, dll… Malah yang konyol ada Capres yang mengatakan telah berhasil swasembada beras. Swasembada beras tapi dari lahan hutan yang telah dikonversi menjadi lahan pertanian. Sukses di bidang pertanian tapi hutan menjadi rusak. Jadi itu lebih tepat dikatakan sukses atau tidak yah?? Aya aya wae.. ada-ada saja.. Rakyat kita telah terbuai hal tersebut. Saya tidak mengatakan hal yang diiklankan itu salah. Saya tidak mengatakan demkian. Saya tidak cukup kompatibel untuk membantah atau mengiyakan. Bisa saja benar atau bahkan bisa salah juga kan?? Akan tetapi, Saya mengatakan bahwa rakyat kita terbuai dengan hal tersebut sehingga melupakan apa yang menyebabkan tiap hujan selalu banjir, tiap musim kemarau kekeringan dimana-mana, siklus cuaca dan iklim yang semakin tidak dapat diprediksi, berita-berita di televise selalu menayangkan bencana banjir dimana-mana yang lucunya berita-berita bencana tersebut bersading dengan iklan “keberhasilan” pemerintah tadi. HiHiHi… Kita sering latah atau dengan gampangnya kita mengatakan ini efek global warming. Tapi kita kembali ke pertanyaan, apa yang menyebabkan global warming terjadi?? Jawabnya lingkungan atau alam yang rusak, dimana salah satunya adalah hutan yang seharusnya menjadi filter atau penyaring atau bahkan penyangga rusak. Hutan yang rusak itu kenapa?? Salah satu alasan adalah alih fungsi hutan menjadi pertanian. kenapa di alih fungsi????? Kenapa dan kenapa. Saya sengaja banyak bertanya dalam tulisan ini supaya pembaca semua dapat menjawab merenungkan apa yang saya tanyakan tadi. Kira-kira ada yang bisa membantu saya memberikan jawaban lain??


Click judul lagu di bawah ini


Tabe Tuan Tabe Puan

Selasa, 24 Februari 2009

"doktor ludji".....nama itu pertama kali dipanggil oleh prof Sulthoni pada 24 Februari 2005

Dear sahabat blogger,

Hari begini, Februari 24 2005, di ruang besar PPS UGM itu, saya mengingat dengan baik kata-kata lembut, perlahan dan amat tenang yang keluar dari sosok seorang profesor tua yang teramat sederhana. Kalimat yang tak dapat saya lupakan itu berbunyi begini:

...... dengan memperhatikan semua nilai dan proses yang sudah ditempuh maka dengan ini kami nyatakan bahwa saudara ludji michael riwu kaho dinyatakan lulus dengan predikat cum laude......doktor ludji, begitulah saudara akan dipanggil dan dengan perasaan bangga, sayalah orang pertama yang memanggil saudara dengan nama itu .......

Seingat saya ........ saya langsung mengepalkan tinju tangan kanan saya dan ....wwwaaaooooo.......sambil meloncat tinggi ke udara saya berteriak keras.....YeSSSSSSSS........ha ha ha ha ha .... saya kira sikap yang ganjil dan belum pernah terjadi sebelumnya. di UGM yang berwibawa dan penuh unggah-ungguh itu .......lalu .... saya melirik ke samping kanan saya ...... ibunda terlihat terisak menangis ...... di mana "SGT", sang ayahanda tercinta berada? beliau tidak lagi terlihat berada di kursinya ........ waaaaallllaaaaaahhhh....beliau tampak sedang tersungkur sujud sukur sambil mencium lantai aula itu sambil menangis ...... dan ketika pandangan saya alihkan kembali ke depan tampaklah .....waaaduuuhhhhh......para guru besar penguji itu beramai-ramai tertawa melihat tingkah laku saya......dan........wuuuiihhhh......prof Sulthoni dengan senyum kecil......tetap tenang....menepuk-nepuk tangan dan..... menatap saya sambil, seolah-olah, berkata ....... bocah iki edan tenan ...... ha ha ha ha ha ha ha ha.....takkan akan saya lupakan semua itu....tak mungkin saya lupa kan tingkah laku saya yang agak katrox, ibunda yang menatap terisak dan haru, dan ayahanda yang...hhhhmmhhhh.... rasanya tak kalah katrox dibandingkan anak lelaki nomor duanya .... ha ha ha ha....dan sudah barang tentu senyum simpul profesor Sulthoni.....

Sekarang, 24 Februari 2009, persis 4 tahun setelah episode yang saya ceriterakan di atas, apa yang tersisa? SGT pergi sudah. Ibunda menyusulnya. Dan, beberapa hari lalu saya mendengar dan membaca berita berikut ini:

Jumat 20 Februari 2009, Keluarga Besar UGM melepaskan salah satu Guru Besar terbaiknya yang telah berpulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Pada pukul 13.30 WIB, bertempat di Balairung UGM, Keluarga besar Universitas Gadjah Mada melepaskan Guru Besar Emeritus Fakultas Kehutanan (FKT) UGM Prof. Dr. Ir. Achmad Sulthoni, M.Sc yang meninggal dunia di usia 76 tahun pada kamis malam (19/2) pukul 21.35 WIB di rumah sakit Dr Sardjito, Yogyakarta. Mantan Dekan Fakultas Kehutanan UGM ini, dimakamkan hari itu juga pukul 14.00 WIB di peristirahatan terakhir Makam Keluarga UGM Sawitsari, Sleman, Yogyakarta. Sebelumnya, jenazah terlebih dahulu disemayamkan di Balairung UGM untuk mendapatkan penghormatan terakhir dari Keluarga Besar UGM.

Prof Dr Ir Achmad Sulthoni M.Sc lahir di Wonodadi, Banjarnegara, 31 agustus 1932, menempuh pendidikan SR VI Banjarnegara 1946, SMPN Banjar Negara 1950, SMAN Purwokerto tahun 1953. Lulus sebagai Sarjana FKT UGM 1962, raih Master di Michigan State University, Amerika, tahun 1962, dan mendapat gelar Doktor di FKT UGM tahun 1988.

Semasa hidupnya, pernah menjabat Pembantu Dekan II tahun 1960-1962, Sekretaris Fakultas 1969, Dekan tahun 1975, Ketua Seksi Perlindungan Hutan 1976, Ketua Jurusan Pembinaan Hutan 1978, dan Sekretaris Senat Fakultas 1985. Almarhum pernah juga meraih penghargaan Adiyuswa Entomologiwan Indonesia dari Pengurus Pusat Perhimpunan Entomologi Indonesia di tahun 1997, Satyalancana Karya Satya Kelas II dari Presiden RI di tahun 1993 dan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun dari Presiden RI di tahun 1998. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Ya, Profesor Achmad Sulthoni sudah pergi. Beliau adalah Promotor saya dalam meraih gelar Doktor dalam bidang ilmu Kehutanan. Mula-mula hubungan kami murni profesional antara guru dan murid. Saya memerlukan transfer ilmu kehutanan, khususnya Perlindungan Hutan, dari Prof. Sulthoni. Lebih khusus lagi ilmu dalam bidang keahlian forest fire management. Akan tetapi lama-kelamaan hubungan itu berkembang menjadi semacam hubungan batin yang lebih erat. Layaknya bapak dan anak. Beliau terlibat cukup intens mengamati perilaku saya yang menurut beliau...ahaaaaa....agak grusa grusu, sedikit bandel dan cenderung berpakaian seenaknya. Keadaan ini amata terasa terutama setelah saya sempat berkeluh kesah tentang situasi "kehabisan sumber daya".

Pak Sulthoni lalu mulai secara aktif mengkomunikasikan masalah saya ke semua ko-promotor, penilai dan pihak-pihak di Fakultas Kehutanan dan PPS UGM. Tertolong nama besar beliau di Fakultas Kehutanan dan Program Pascasarajana UGM maka banyaklah kelancaran yang saya alami. Jadwal pemeriksaan draft, ujian komprehensif, ujian tertutup, dan ujian terbuka berlangsung tanpa hambatan berarti. Saya pun menanggapi usaha beliau dengan bekerja sangat keras. Draft disertasi saya siapkan secepatnya. Perbaikan draft demi draft saya kerjakan tidak pernah lebih dari 2-3 hari saja. Pak Sul, begitu saya menyapanya secara akrab, bahkan memberikan catatan khusus bahwa ...apakah saya tidak merasa lelah? apakah semua saran perbaikan sudah dikerjakan sebaik-baiknya? .... memang harus diakui, sekiranya saya sekarang diminta untuk mengulangi proses mengejar waktu ujian disertasi maka jawab saya adalah NO WAY....terlalu lelah....saya nyaris tak pernah tidur selama hampir 2 bulan dan...coba anda bayangkan.....draft disertasi 638 halaman harus saya selesaikan dan lalu harus saya kutak-katik kembali mengakomodir berbagai saran perbaikan dari 9 orang guru besar sampai diperoleh bentuk akhir yang siap untuk diujikan.

Dan yang mengharukan adalah hampir setiap hari Pak Sul menyempatkan diri untuk menelefon saya untuk memantau pekerjaan saya dan mengingatkan .... jagalah kesehatan. dan jangan lupa beristirahatlah sejenak ....... padahal beliau sendiri sebenarnya tergolong kurang sehat karena 2 kali dirawat di RS karena sakit jantungnya. Satu minggu sebelum pelaksanaan ujian terbuka (promosi) saya dipanggil oleh beliau. Saya berpikir akan mendapatkan beberapa tambahan saran atau koreksi guna menyempurnakan Disertasi. Tapi ternyata bukan itu melainkan ini.....saudara Ludji, saya mohon perhatian dari saudara ... kalau bisa berpakaianlah yang agak rapih pada saat Promosi nanti. ...... Saya harap saudara tidak mengenakan celana jeans dan sepatu boot....saya mohon, sekali ini berpenampilan lebih rapih yaaaa.......huaaaaa ha ha ha ha ha ha....saya tertawa sekaligus agak malu karena memang tampilan keseharian saya adalah persis seperti amata Prof Sulthoni.....amburadul.....ha ha ha ha ha......Saya pun terharu atas perhatian beliau yang begitu akrab terhadap saya. Dan, terjadilah yang sudah terjadi pada tanggal 24 Februari 2005 itu. Satu tonggak sejarah dalam hidup saya tertulis sudah.

Lalu, apa makna semua ini? Ada banyak cara untuk mengatakannya tetapi saya memilih yang berikut ini:

Hampir semua mereka yang paling berjasa mengantar saya hinga dapat memasuki dunia akademik dengan derajat tertinggi tak ada lagi di dekat saya. Ayahanda "SGT", Ibunda dan Pak Sul sudah pergi. Tinggal saya di sini. Saya menafsirkan bahwa memang saya "dikaderkan dan dipersiapkan" oleh semua yang terkasih itu untuk bekerja melanjutan semua apa yang mereka kerjakan. Saya dipersiapkan untuk menjadi pelari estafet berikutnya yang harus menerima tongkat tugas:

SGT yang terobsesi dengan dunia pendidikan dan Gereja.
Ibunda yang memberi teladan tulus nrimo ing pandum.
Pak Sulthoni yang bercita-cita agar dunia pendidikan Kehutanan di Indonesia mulai memikirkan paradigma konservasi sebagai sokoguru

Bagaikan pelari estafet, semua mereka telah menyelesaikan tugasnya masing-masing. termasuk menempa saya agar dapat berfungsi sebagai pelari berikutnya. Dan saatnya sekarang, bagi saya yang tak lagi didampingi mereka, untuk terus berlari.....berlari.......berlari ...dan berlari. ... guna menyelesaikan semua tugas mereka sembari memperiapkan pelari estafet berikutnya. Apakah ada pilihan lain bagi saya? Tampaknya tidak. Hanya ada 1 tindakan, yaitu mulailah saya menggenggam erat tongkat estafet lalu berlari kencang di lintasan hidup sambil berdoa meminta pertolongan Tuhan agar tercapai apa yang diniatkan. Saya akan berlari dan memang harus terus berlari sambil mengenang kembali pidato Pak Sul pada saat inagurasi gelar Doktor bagi saya, di tanggal 24 Februari 2005 itu...

Doktor adalah orang yang memikirkan apa yang tidak dipikirkan oleh orang lain...
Doktor adalah orang yang mengerjakan apa yang hanya dilihat oleh orang lain setiap hari...


Terima Kasih Pak Sul....
Selamat Jalan....

Tabe Tuan Tabe Puan

Senin, 23 Februari 2009

kita anak-anak satu dunia - we are the world - USA for Africa

Dear sahabat blogger,

Tahun dulu, sebagai penggemar musik kelas berat saya amat rajin mencari-cari informasi tentang lagu-lagu barat yang baru lewat pemancar VOA, BBC atau Radio Australia. Memang terpaksa lewat radio karena siaran TV di Indonesia ketika didominasi oleh TVRI yang siarannya penuh dengan....petunjuk bapak presiden ....... dan, cilakanya, hal itu terjadi setiap hari. Tak berlebihan jika oleh sebagian kalangan berita TVRI dapat digolongkan sebagai siaran yang HARMOKO....hari-hari omong kosong.....(ada juga yang lain, yaitu HARTARTO....hari hari tarik to.....pi....ha ha ha ha).

Dan, ketika itu sekitar bulan Februari 1985, saya mendengar berita di VOA tentang diriilisnya sebuah single baru yang ngetop abiez. Penyanyinya adalah kelompok puluhan artis-artis penyanyi top dan legendaris serta bersal dari berbagai genre musik asal Amerika seperti Bob Dylan, Michael Jackson, Lionel Richie, Kenny Rogers, Tina Turner, Dione Warwick, Bruce Springsteen, Cyndi Lauper, Stevie Wonder, Paul Simon, Willie Nelson, All Jarreau, Diana Ross, Kim Carnes dan...wah masih banyak lagi yang lainnya. Kata penyiarnya, lagu yang diciptakan bersama oleh Michael Jackson dan Lionel Richie itu, direkam hanya dalam 1 malam. Sepulangnya para Artis itu dari malam penghargaan Grammy Award 1985.

Satu malam rekaman itu bukanlah satu malam yang lancar. Para penyanyi itu mula-mula cenderung mengemukakan egoisme mereka masing-masing sebagai penyanyi ngetop. Mereka bertengkar tentang siapa yang harus tampil secara ekslusif di setiap lirik. Siapa yang mengisi bagian bridging. Mereka juga bertengkar tentang lirik apa yang lebih pantas. Pada frasa "to make a brihgter day" aslinya adalah "to make a better day". Setelah bertengkar keras barulah disepakati menggunakan kata "brighter". Pada bagian "there’s a choice we’re making / we’re saving our own lives" sebenarnya berlirik asli "there’s a chance we’re taking / we’re taking our own lives". Bertengkar dan berubah. Prince ingin menampilkan solo gitar tersendiri di tengah lagu. Quincy Jones nggak setuju. Prince ngambek. Lalu, Waylon Jenning, penyanyi bergenre country marah atas perdebatan yang terjadi an ....quit. Pergi. Luar biasa kacau sebenarnya. Tapi lalu, menjelang pagi rekaman dapat dijalankan dan....jadilah lagu itu : WE ARE THE WORld.

Mengapa pada akhirnya take recording bisa dijalankan malam itu juga padahal suasana begitu "ricuh dan ramai". Adalah seorang Bruce Springsteen yang berteriak (cried otuloud).....i dont care whos is here to record this track, I'm here to help saved live ....... baaaaaaaaaannnnnnnnggggggg ...... semua diam dan bersepakat. Lalu mulai merekam. Apa makna kata-kata Bruce Springsteen itu tadi?

Tujuan rekaman itu sebenarnya adalah untuk membantu para korban bencana kelaparan yang maha dahsyat yang menimpa oang-orang di Ethiopia Africa. Ketika beberapa tahun tidak turun hujan dan semua simpanan makan habis maka berjatuhanlah korban-korban mati kelaparan. Tidak1 1 atau 2 orang. Ribuan orang mati meregang nyawa kelaparan. Sementara para pemimpin negara itu leibh perduli berperang memperebutkan kekuasaan. Dan para artist USA for Africa (United Support Artist for Africa) itu merasa perduli. Yang mati di Ethiopia bukanlah sanak bukan pula kenalan. Mereka bernyanyi dan menjual album itu karena mereka merasa sebagai sesama warga dunia. 1 dunia 1 keluarga. Kita semua adalah anak satu dunia. Ada yang mati, mereka tidak boleh berpangku tangan. Yes, they are there to help saved live....

Lagu itu dengan cepat menjadi single hits no. 1 di berbagai anak tangga lagu dunia. Dan total penghasilan yang bisa dicapai oleh lagu itu sebesar sekitar 60 juta USD dan semuanya disumbangkan bagi korban kelaparan di Ethiopia. Apa yang dibuat oleh Indonesia? Kita membajak lagu itu. Seorang penyanyi kawakan kita malah membuat versi Indonesia dari lagu itu dan menikmati sendiri hasilnya. Tanpa rasa malu. Setiap kasetnya bisa kita beli seharga Rp. 1500,- dan masuk ke kantung para pengusaha dan kroni-kroninya ....anda tahu persis siapa mereka ......yang tetap saja HARMOKO dan HARTARTO di Negeri yang mengakunya ber-Pancasila ini.

Mari kita dengarkan himbauan dari jiwa kemanusiaan itu.
Click judul lagu di bawah ini

Selasa, 17 Februari 2009

"too much love will kill you" (bryan may): berbahayakah cinta?

Dear sahabat blogger,

Dalam beberapa hari belakangan, selain disibukan urusan mempersiapkan 40-an hari "keberangkatan" Ibunda saya ke "negeri abadi" saya juga, dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Forun Daerah Aliran Sungai NTT, bersibuk ria menerima kunjungan studi banding sahabat-sahabat dari Aceh.Tentang hal ini, akan saya tulis dalam posting berikutnya. Oleh karena itu tentang hal-hal di luar itu agak terabaikan. Termasuk terhadap permintaan beberapa sahabat agar saya memberi apresiasi tersendiri terhadap perayaan hari Valentine. Hari Raya Cinta Kasih. Alasannya sangat simpel, yaitu karena misi blog ini juga menggunakan afeksi cinta.

Tentang hal ini, hmmhhhh.....jawab saya adalah '....... jauh sebelum orang bersibuk ria dengan hari Valentine, saya sudah berbicara teramat kerap tentang cinta. Lihatlah arsip-arsip posting jika tidak percaya. Naaaaaahhhhh ..... iya kaaaaaa?????? ..... ha ha ha ha .... Jadi, jikalau dalam posting kali ini saya kembali berbicara tentang cinta, tidaklah pertama-tama untuk hari Valentin melainkan ... lihatlah ruang di samping kanan posting ini. Ada info tentang telah terbitnya sebuah buku baru yang berjudul: diary playgirl kambuhan karangan Joshua Riwu Kaho. Ahaaaa....ada kata "Riwu Kaho" di situ. Dan, anda benar si pengarang ini memang punya hubungan DNA dengan saya. Dia adalah keponakan saya yang tinggal di Jogja bersama Ibunya yang adalah saudari perempuan saya, Paulina Hege. Saya cuma dikabari tentang telah terbitnya buku ini tetapi tidak punya info apapun tentang isi buku ini. Sudah barang tentu melihat labelnya yang teenlite itu tampaknya buku ini memilih segmen remaja sebagai pembaca. Saya memang remaja tetapi itu dulu.....30 tahun yang lalu ha ha ha ha. Oleh karena itu, bukan tentang isi buku itu saya ingin berbagi melainkan tentang hal ini: playgirl. Apa ada masalah tentang ini? Mungkin bagi yang lainnya tidak tetapi bagi saya ada, yaitu kata ini erat bertalian dengan sikap yang kurang "bertanggungjawab". Berikut ini penjelasannya.

Cinta pada dasarnya adalah afeksi positif manusia, yaitu suatu sikap afeksi manusia yang keluar dari dirinya (sebagai subyek) dan mengarah kepada sesuatu (obyek) yang dianggapnya baik. Afeksi benci adalah sebaliknya, yaitu sesuatu yang keluar dari manusia yang mengarah kepada subyek yang dianggapnya jelek. Dengan demikian, apakah fenomena playgirl/playboy adalah ungkapan kebencian dan oleh karena itu kurang "bertanggungjawab"? Nanti dulu. Sabar. Saya masih akan menjelaskan sesuatu sebelum saya simpulkan. Ikuti saja perlahan-lahan. Dalam mengungkapkan cinta, ternyata ada dua sikap afeksi, yaitu cinta utilaris dan yang lainnya adalah cinta kebaikan hati (amour desinteresse). Dikatakan sebagai cinta utilaris jika pernyataan cinta itu bersifat mengindahkan kepentingan diri sendiri. Saya mencintai karena karena anda berharga bagi saya. Selanjutnya, akan dikatakan sebagai cinta kebaikan hati jika cinta yang dinyatakan itu bersifat tanpa pamrih dan bersedia berkorban. Saya menicintai engkau meskipun engkau tidak menganggap saya penting. Bahkan ketika engkau membenci saya. Apakah cinta utilaris kurang berharga dibandingkan cinta kebaikan hati? Sepintas jawabannya adalah yes, absolutely tapi....heeeeiiiittttt...nanti dahulu....bagaimana dengan orang-orang yang mencinta alam, bunga, binatang-binatang dan atau benda-benda tertentu? Jika begini maka harap jangan buru-buru mengambil kesimpulan. Ada satu hal lagi yang mau saya katakan.

Ketika mengatakan tentang cinta kebaikan hati, saya menyebutkan secara eksplisit sebuah kata, yaitu kebaikan. Pertanyaannya adalah apakah itu kebaikan? Terdapat 3 jenis afeksi kebaikan, yaitu bonum utile (sesuatu baik karena berguna). Saya mencintai anda karena anda bisa melayani saya akan suatu keperluan. Lalu, bonum delectabile (sesuatu baik karena enak atau menyenangkan). Saya mencintai anda karena anda memberikan kesenangan dan kesukaan bagi saya. Dan, yang terakhir adalah bonum honestum (sesuatu baik karena pantas). Saya mencintai anda karena memang pantas untuk dicintai terlepas dari kegunaan dan atau kesenangan yang dapat diberikan anda ke pada saya. Pengertian pantas pada bonum honestum bukalah kepantasan sembarangan kepantasan tetapi kepantasan yang bersifat Ilahi. Maka kepantasan di bonum honestum erat terkait dengan kehidupan, cinta kasih, ketulusan, kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Kepantasan adalah mutlak dan karena manusia adalah makhluk relatif maka tahulah kita bahwa ukuran semua nilai mestilah berangkat dari sifat -sifat Ilahi yangt berasal dari sang Mutlak. Oleh karena itu, kita tidak mungkin benar mutlak karena kita bukan si Mutlak. Kita tidak mungkin adil karena kita bukan sanga Maha Adil. Ukuran kepantasan adalah ukuran Ilahi bukan ukuran saya, anda, dia dan kita semua. Bisakah kita mencinta dengan cara ini? Tidak mungkin tetapi kita dapat, dan harus, berusaha makin hari makin makin mendekati cara mencintai yang ilahi. Cara mencintai yang sempurna.

Maka, dapatkah seorang playboy dan atau playgirl berhak mengatakan cinta? Sudah barang tentu jawabnya adalah: YeS. Tetapi apakah pantas? Mencintai banyak-banyak obyek sekaligus, berbagi hati secara berkerumun pada banyak obyek sekaligus dan mengatakan itu pantas? Sulit dimengerti. Adil? Sulit dibilang seperti itu. Maka, mencintai dalam pola playboy dan atau playgirl adalah mencintai yang sama sekali tidak pantas. Mengapa? Karena cinta potongan begini mudah membawa pada kebencian. Di satu pihak cinta adalah merangkum semua dan di lain pihak cinta rangkap adalah memecah-mecah hati. Saya tegaskan, cinta begini belum memenuhi persyaratan bonum honestum. Siapa yang bertanggung jawab terhadap kehancuran hati? Mencinta dengan cara "main borong" bukanlah cinta melainkan benci. Dan ini: BERBAHAYA.

Jangan bermain-main dengan cinta karena cinta laksana api. Menyenangkan ketika kecil dan terkendali tetapi akan menghanguskan ketika meliar dan tak terkendali. Cinta yang meliar adalah kebencian dan...... heeeiiiii ...... Cinta yang berubah menjadi kebencian adalah api liar yang akan membakar dan menghanguskan. Ketika itu terjadi maka tak ada lagi cinta. Yang tersisa adalah abu yang akan segera ditiup angin. Nyaris tak bersisa.

Click judul lagu di bawah ini dan dengarkan apa kata Bryan May, gitaris Super Group The Queen, tentang cinta yang berlebihan dan liar.


Tabe Tuan Tabe Puan

Kamis, 12 Februari 2009

the lone cypress tree said: "tegarlah jiwa". menurut achmad albar dan nicky astria: "jangan ada luka"

Dear sahabat blogger,

Tak sengaja, ketika sedang berseluncur di dunia maya guna mencari bahan presentasi tentang jenis-jenis pohon langka, saya bertemu dengan 1 species pohon yang amat langka. Bukan cuma langka, pohon ini juga dikenal sebagai salah satu di antara 10 pohon paling ajaib di dunia. Mari kita uraikan sebab musabab mengapa pohon ini dikatakan sebagai pohon ajaib.

Pohon dimaksud sebenarnya hanyalah pohon biasa saja. Spesies atau jenisnya adalah Cuperrus macrocarpa. Masyarakat di tempat tumbuhnya menyebutnya sebagai the Lone Cypress Tree (TLCT). Dinamai seperti itu karena dia tumbuh sendirian di atas sebuah tonjolan batu karang (beach rock) setinggi 100 m di atas permukaan laut di Pebble Beach, Monterey Bay, 17-mile Drive, California. Daerah pantai ini terletak tepat ke arah Lautan Pasifik yang maha luas itu.

Rupa bentuk pohon ini tidaklah istimewa amat. Bentuk sama sekali kurang sedap dipandang mata. Tingginya hanya sekitar 25 ft atau setara dengan sekitar 7,6 m (Callahan, 2008). Sebagai perbandingan, pohon sejenis yang tumbuh di hutan di sekitar pantai itu umumnya memiliki tinggi mencapai 80-an ft atau setara 25-an m. Jika pohon sejenis di hutan Calfornia berkanopi lebar maka TLCT berkanopi kecil. Bentuk batangnya pipih dan agak melintir. Hanya sebagian cabang ditumbuhi daun, sedang bagian lainnya gundul. Jadi, untuk ukuran pohon sejenis, TLCT tergolong pohon kerdil dan buruk rupa. Mengapa demikian?

Sekali waktu, rupanya ada sebutir sebiji jenis pohon Cypress yang jatuh di celah batu granit di tempatnya itu. Benih itu lalu tumbuh akan tetapi setiap kali muncul tunas batang langsung hancur diterjang angin Pasifik yang amat kencang. Sekali-sekali berhasil juga tumbuh berkembang menjadi pohon yang agak sempurna tetapi kembali porak poranda dihajar ganasnya angin Pasifik. Harap anda tahu saja bahwa pohon ini setiap hari harus menghadapi terjangan angin Lautan Pasifik yang berhembus dengan kecepatan 60-70 mph (mil per hour) yang setara dengan 96,6 - 112.7 km per jam. Pohon lain dipastikan akan tumbang diterjang angin dengan kecepatan seperti itu. Anda mau tahu lebih jauh? Terjangan angin seperti itu terjadi bukan sehari dua melainkan sepanjang lebih dari 250 tahun umur TLCT. Luar Biasa. Tak heran, jika kanopi pohon ini berukuran kecil maka pastilah hal itu karena dicabik-cabik angin. Batangnya yang pipih dan melintir merupakan hasil adaptasi terhadap kondisi sangat berangin kencang. Jika tidak pipih, bulat misalnya, pastilah sudah lama pohon ini tumbang. Terjangan angin juga menyebabkan batang pohon ini melintir mengikuti arah gerakan pelintiran angin.

Begitulah nasib si Cypres yang kerdil dan sendiri itu. Meski dihajar oleh angin kencang dan sering porak poranda tetapi dia tetap bertahan dan mencari jalan untuk terus bertumbuh. Diam dan perlahan tetapi pasti akarnya tumbuh menghunjam ke bawah mencapai tanah melewati poros-poros granit dan menyerap semua mineral yang tersedia. Dengan akar yang kokoh maka bagian atas TLCT, yaitu batang dan kanopi memiliki penyangga yang kuat. Dan, heeeeiii....meski berkali-kali dihancurkan angin yang kencang tetapi lama kelamaan sistem batangnya menjadi liat dan kuat untuk terus bertahan, bertumbuh dan berkembang sekalipun bentuk rupanya tidak karuan.

Pohon TLCY kemudian merupakan simbol atau landmark dari Pebble Beach Golf Resort di Monterey. Bahkan merupakan salah satu land mark kebangaan negara bagian Calfornia. Negeri para bintang film Hollywodd dengan Gubernur Negara Bagiannya bernama Arnold "the Predator" Shchwarzenegger. Anda tahu nama orang ini kan?

Oleh orang Amerika, pohon tersebut dianggap sebagai simbol ketegaran jiwa. The Lone Cypress Tree seakan memberi pelajaran kepada manusia untuk tetap tabah dalam hidup meski diterpa berbagai cobaan dan gelombang kehidupan. Kadang-kadang hidup yang indah ini berubah menjadi tidak ramah. Anda yang semula berdansa riang di atas panggung tiba-tiba bisa saja terjerembab jatuh ke bawah. Sakit memang tetapi jangan menyerah. Bangkit lagi dan teruslah tegak. Di negeri tempat mampir minum ini, jangan pernah berhenti berjalan.

Nah sahabat, jikalau sebatang pohon saja mampu bertahan terhadap badai terlebih lagi manusia. Seharusnya jangan mudah luka ketika mendapatkan pencobaan.

Tegarlah jiwa

Click judul lagu di bawah ini dan selamat menikmati

Minggu, 08 Februari 2009

perubahan memang menakutkan tapi don't worry .... be happy lah.....

Dear sahabat blogger,

Saya sebenarnya masih dalam tahap mematangkan ide guna membuat posting baru. Akan tetapi karena sesuatu raison d'etre...he he he ... sahabat setia blog ini pasti tahu ... maka saya terpaksa membuat posting ini. Tak apalah. Demi persatuan dan kesatuan NKBB...negara kesatuan blog BM ... ha ha ha ha ha ha .....

Begini, kemarin siang saya menghadiri acara pengukuhan 2 orang Guru Besar Undana (Universitas Nusa Cendana, Kupang - tempat saya mengabdikan diri) yang baru. Seorang Guru Besar dari Fakultas Peternakan. Dahulu beliau adalah guru S1 saya ketika belajar Ilmu Peternakan. Seorang lainnya adalah Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Seorang Ahli Bahasa Indonesia. Dahulu kala, beliau juga pernah mengajarkan Mata Kuliah Bahasa Indonesia bagi saya. Ketika S1 semester I. Kapan itu? 27 tahun yang lalu.. Sudah lama dan itu berarti, ah.......sudah banyak yang berubah dalam diri mereka dan juga diri saya sendiri.....

Dahulu mereka Guru Kecil ...
sekarang Guru Besar ...
dahulu saya mahasiswa....
sekarang saya Dosen ....
sekarang mereka profesor...
Nanti....jikalau Tuhan berkenan....seharusnya saya juga bisa seperti mereka....

That's change....... everybody should believe......but ... not everybody want to do that .....

Berubah? Ya, hampir semua orang percaya itu tetapi tidak semua orang mau melakukan perubahan. Berubah? hampir semua orang percaya itu tetapi berubah itu tidak gampang. mengapa? Rasa TAKUT....

Rheinald Kasali, ahli manajemen itu pernah mengatakan begini:

Dalam organisasi di mana banyak terdapat orang-orang pintar, PERUBAHAN akan menjadi masalah besar. Kenapa ? Karena sulit bagi orang-orang pintar untuk berperilaku menjadi orang yang masih baru. “Hal ini karena dia takut kelihatan bodoh lagi,”. Kasali menambahkan bahwa “Semakin Anda banyak memiliki orang-orang pintar (dalam organisasi), akan terdapat kecendrungan dimana semua orang yang datang akan dianggap salah. Akan selalu terdapat kecendrungan bahwa semua yang dibuat orang lain itu akan dianggap salah”. Dalam pengamatan Doktor Rhenald Kasali, di berbagai perusahaan, termasuk organisasi-organisasi dan juga bank-bank sentral yang semuanya mengalami up and down, ternyata dan celakanya, hampir semua dari perusahaan atau organisasi itu baru mau melangkah melakukan perubahan saat perusahaan sedang berada di bawah (down stage).

Anda lihat bahwa perubahan itu bukan perkara gampang. Dan, ahaaaaaa......paling tidak gampang melakukan perubahan adalah.....justru oleh orang-orang pintar. Mengapa? Saya kasi sedikit bagian dari posting saya yang tertunda, yaitu manusia adalah makhluk paradoks. Ada banyak alasan (nanti saya ulas dalam posting mendatang) tapi salah satunya adalah ini: manusia adalah pribadi yang subsisten dan sekaligus terbuka. Manusia pada kodratnya adalah makhluk yang melihat ke dalam (inward looking). Dirinya adalah tidak lain dari dirinya sendiri. Tidak mampu menjadi makhluk lain. Tidak mau berbagi ruang dengan orang lain. Mahkluk lain adalah barang lain yang harus "dimakan" supaya dirinya sendiri selamat dan atau nyaman. Jika begitu maka setiap perubahan adalah ancaman. Setiap ancaman sifatnya menakutkan. Sebelum ketakutan itu datang maka, jangan berubah. Tidak perlu berubah. Saya cukupkan di sini dulu landasan teoritis ini.

Sampai di sini saya belum ingin mengatakan apa-apa terlalu banyak kecuali, satu hali ini:

Guru saya adalah SGT dan kekasih hatinya. Nah, Maha Gurunya SGT pernah mengatakan begini....berubahlah karena pembaruan budimu.......(ingat: budi yag dimaksud sudah barang tentu bukanlah budi si abang saya itu ha ha ha ha ha....). Sang Maha Guru tampaknya tahu persis bahwa perubahan bukan perkara gampang. Oleh karena itu DIA mengajak untuk memulai perubahan justru dari diri sendiri. Dan itu dimulai dari budi pekerti diri sendiri. Lihatlah tutur katamu. Tengoklah perangaimu. Periksalah adab dirimu. Perubahan hanya mungkin dimulai dari sana. Indah bukan? Ya, ajakan yang sangat indah dari SangMaha Guru.

Nah, untuk mengiringi niat melakukan perubahan dalam diri sahabat semua, sudah barang tentu ajakan ini berlaku juga untuk diri saya sendiri, maka silakan menikmati musik indah berikut ini (tentang lagu ini, sahabat dapat melihatnya di blog mike@musik - http://www.mikeenmusik.blogsopt.com.


NB. guna menghindari kekeliruan pemahaman
  1. Guru Besar adalah JABATAN AKADEMIK tertinggi bagi orang dengan profesi sebagai DOSEN. Mereka yang bukan dosen sebenarnya tidak mengunakan gelar itu. Juga, mereka yang Dosen tetapi meninggalkan profesi dosen dan menjadi Presiden, Gubernur, Menteri, politisi atau pekerjaan lain, pokoknya TIDAK LAGI MENGAJAR seharusnya menanggalkan jabatan akademik ini. Tapi, begitulah Indonesia. Suatu negeri yang menurut Adam Malik....segala sesuatunya bisa di atur....Mungkin mereka yang terlibat keanehan itu tergolong kepada deskripsi Kasali, yaitu yang pintar justru paling takut perubahan. Entahlah.
  2. Gelar akademik tertinggi adalah DOKTOR yang bisa diperoleh siapa saja. Tidak hanya para dosen.
  3. Mana yang lebih tinggi derajatnya di antara kedaua gelar itu? jawabnya: keduanya tidak bisa dibandingkan. Sama-sama adalah tertinggi di "jalurnya".

Senin, 02 Februari 2009

hari begini 1 bulan yang lalu

Dear sahabat blogger,

Dalam sebuah Kitab Tua ada tertulis dengan amat tepat dan akurat......"Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap".....2 Januari rasanya baru 2 hari yang lalu,. Riuh rendah orang berdatangan melayat masih belum hilang dari telinga. Tangis duka sedih masih terhunjam di jantung hati. Bahkan, tatapan mata nanar Ibunda ketika membisikkan kata .... kau pulang Kupang duluan dan bersihkan rumah ....... seperti baru 5 menit lewat terjadi......

2 Februari sekarang. Tiga puluh hari lewat sudah sejak tanggal 2 Januari 2009. Ya, hari ketika Ibunda pergi meninggalkan saya dan kami semua. Hari ketika dengan perih kami berucap lirih....bapa dan mama, kami yatim piatu sekarang.....Apa arti semua ini? Mengapa harus saya tulis sesuatu yang sangat pribadi ini di ruang publik. Mestinya bukan karena cengeng. Mestinya bukan karena ingin tampil menghiba-hiba. Tidak. Ada sesuatu yang perlu saya, kami dan kita semua belajar. Apa itu? Adalah ini: kematian mungkin bukan akhir tapi sebuah permulaan.

Sebuah buku yang menarik, jika bukan dahsyat, ditulis oleh oleh seorang Kanada pada tahun 1985 - Vadeboncoeur - dan diberi judul "L'absence. Essai a la Deuixieme Personne". Salah satu bab buku ini berbicara tentang "Kematian yang Ditantang". Di mana letak dahsyatnya buku ini? Begini:

Pada tahun 1973 masyarakat Amerika dan Eropa membaca sebuah buku best seller karangan Becker - The Denial of Death". Dalam buku ini dianalisis panjang lebar tentang bagaimana masyarakat barat berusaha melarikan diri dari masalah kematian. Membicarakan kematian adalah tabu. Berger (1987) menulis bahwa masyarakat Barat melakukan "penipuan diri " terhadap masalah kematian. Bahkan sebenarnya pada abad ke-17 Blaise Pascal sudah menulis bahwa "karena umat manusia tidak berhasil mengatasi kematian, kesengsaraan dan ketidak tahuan, mereka memutuskan untuk tidak memikirkan tentangnya, supaya bisa berbahagia". Apa inti dari untuaian teoritis yang saya kutip di atas? Tidak lain dan tidak bukan adalah....karena kematian adalah misterius dan mendatangkan kesengsaraan maka jangan berpikir tentangnya, JIKA ANDA INGIN BERBAHAGIA.....Dari untaian kata di atas jelas terlihat bahwa:
  1. Kematian adalah kengerian dan sengsara;
  2. Cilakanya, karena anda hidup maka suatu waktu kengerian dan kesengsaraan itu pasti datang.
  3. Membayangkan bahwa anda akan sengsara dan ngeri maka JANGAN BERPIKIR TENTANG KEMATIAN;
  4. Ketika anda tidak berpikir tentang kematian maka ANDA AKAN BERBAHAGIA.
Lalu, bagimana ketika kematian itu datang juga? Ya, tidak ada jalan lain selain berduka. Maka, anda lihat seluruh perangkat sosial dan budaya masyarakat, dimana saja, pada umumnya, memberi label DUKA ketika berhadapan dengan peristiwa kematian. Di Kupang, kerumuman orang yang menghadiri kebaktian pemakaman akan disebut sebagai Sidang Perkabungan. Sidang Duka. Karangan bunga yang dikirim untuk keluarga yang mengalami kematian, di atasnya ditulis kata ...turut berduka cita......Sekarang silakan anda mengumpulkan semua kosa kata yang bertalian dengan peristiwa kematian, hampir pasti selalu berhubungan dengan satu kata itu, yaitu duka. Duka cita. (Kecuali bagi sahabat-sahabat yang berasal dari Kepulauan Alor di NTT, yang memiliki marga Duka - sahabat saya dahulu bernama Eben Duka. Meski demikian saya jarang melihat dia suka berduka karena hobinya adalah: bernyanyi ......ha ha ha ha ha).

Di titik inilah hebatnyanya buku karangan Vadeboncoeur itu. Mengapa? Karena dia menulis bahwa kematian bukanlah kedukaan. Kematian hanyalah "lintasan upacara" menuju suatu perjumpaan hierofani antara dua pihak eksistensi, yaitu eksistensi yang ada sekarang dan eksistensi "ADA" di kekekalan. Eksistensi yang sekarang adalah being yang profan dan eksistensi yang kekal adalah being yang sakral. Bagaimana kedua being tadi bisa terhubung? Satu saja alatnya, yaitu KASIH. Jadi, kematian adalah prosesi pengubahan Kasih, yaitu dari kasih yang bersifat profan menuju kasih yang kudus. Vadeboncoeur mengatakan bahwa prosesi kematian, ditandai oleh adanya pancaran sinar benderang yang tiba-tiba datangnya. Menyergap dan membuang selubung being profan dan digantikan dengan being baru yang sakral. Siapa yang melakukan itu semua? Sesuatu yang disebut sebagai ADA, yaitu Sang Eksistensi yang kekal. Eksistensi yang murni ILAHI. Sekali kamu dipeluk Sang Maha Eksistensi maka tidak ada lagi kematian. Tak ada lagi sedih. Tak perlu lagi berduka.

Masalahnya, kemudian, adalah apakah ungkapan Vadeboncoeur adalah sebuah realitas atau ilusi semata-mata. Maka. Louis Leahy membandingkan tulisan itu dengan hampir dua lusin penulis kenamaan, di antaranya adalah Tolstoi, Dostoevski dan Carl Gustav Jung. Hasilnya, tulisan-tulisan itu sama persis esensinya dengan apa yang dikatakan Vadeboncoeur. Kematian adalah perjumpaan Ilahiat. Leahy juga membandingkannya dengan hasil analisis raksasa psikologi Amerika, Abraham Maslow, yang secara sistematis meneliti tentang peak experiences. Dan di akhir penelitiannya Maslow berkata bahwa "kematian hanyalah suatu proses hierofani". Michel Hulin (1985) yang mengumpulkan pengalaman ratusan orang yang pernah mengalami kecelakaan lalu lintas, jatuh di gunung dan rupa-rupa bahaya maut lainnya Hasilnya betul-betul paralel dengan tulisan Vadeboncoeur. dan berbagai penulis lainnya.

Pengalaman orang-orang yang pernah "mati tetapi kembali hidup" itu memberi gambaran bahwa ..... ketika mereka berada dalam suatu keadaan yang sangat kritis dan mereka menyadari bahwa bahaya maut tak bisa lagi dihindari, dan oleh karena itu mereka merasa tak perlu berjuang mempertahankan hidup maka mereka akan melewati suatu gerbang cahaya terang benderang. Ketakutan akan hilang dan secara aneh mereka menemukan dirinya tidak mungkin mati lagi. Mereka sekarang bertemu dan bercakap-cakap dengan semua yang mereka kasihi yang dahulu pernah meninggalkan mereka (Hulin menulis bahwa 100% responden terlihat oleh orang lain sedang berkomunikasi dengan "something" lewat aktivitas seperti bercakap-cakap, adanya aliran airmata, dan lain sebagainya. Dan akhirnya, mereka merasa bahwa inti dari diri mereka semata-mata adalah CINTA KASIH. Mengapa? Karena pada saat mereka melewati gerbang cahaya itu mereka merasa total diterima dan disambut oleh Sang MAHA EKSISTENSI YANG TERAMAT PENUH DENGAN CINTA KASIH.

Sebagian orang menduga bahwa pengalaman orang-orang yang menjadi responden Hulin bukanlah pengalaman obyektif melainkan pengalaman yang terjadi di bawah pengaruh neurofisiologis, farmakologis dan psikologis. Namun data Hulin menunjukkan bahwa semua responden tidak sedang berada dalam kondisi-kondisi tadi. Juga ada dugaan bahwa penelitian itu hanya berlaku dalam konteks masayarakat Amerika yang merupkan lokus penelitian Hulin. Tetapi laporan Bemerjo (1987) menunjukan bahwa pengalaman bertemu dengan cahaya terang dan dalam keadaan hierofani ternyata terdapat di segala penjuru dunia berdasarkan data dari India, China, Australia, Rusia, Inggris dan...ahaaa...Indonesia. Jadi, kesimpulan Hulin bahwa kematian adalah permulaan dari suatu perjalanan KASIH abadi tidak tertolakkan lagi. Dengan begitu Vadeboncoeur tidak sedang berilusi.

Woooooooowwwwww.......ketika menulis bagian di atas tanpa terasa sekujur tubuh saya merinding dan sekaligus ......anehnya ........merasa amat berbahagia ........ karena sekarang saya yakin - seyakin-yakinnya - SGT dan Ibunda tidak mungkin mati. Mereka ada dalam eksistensi Cinta Kasih yang Ilahi sesama mereka dan antara mereka dengan Sang Maha Eksistensi itu. Jika begitu maka Kitab Tua sekali lagi benar DIA mengatakan bahwa...mati itu untung bagiku....mengapa? Karena hidup selanjutnya adalah keabadian yang Ilahi. Kematian bukan persoalan. Ternyata.

Itukah pelajarannya? Mungkin ya tetapi bukan itu pamungkasnya. Sebab jika saya berhenti di situ maka saya tak lebih baik dari Almarhum Kurt Cobain, vokalis group Nirvana yang memuja kematian. Dipikirnya, dengan buru-buru mati maka hierofani cepat terjadi. Saya adalah saya yang masih hidup. Jika kematian bukan persoalan maka sudah pasti hidup itulah persoalannya. Realitas persoalan saya sekarang adalah hidup. Kematian itu urusan nanti. Sekarang, saya masih perlu makan. Masih perlu berobat. Masih perlu menghidupi anak dan isteri. Masih perlu merawat persaudaraan. Mengajar di Kampus. Memimpin kebaktian di Rayon sebagai Penatua. Masih banyak hal lagi yang menunjukkan bahwa hidup harus dijalani. Hari lepas hari. Jangan berlari dari hidup seperti juga jangan berpikir bisa menghindari kematian. (ah, teringat posting saya sebelumnya bahwa jika tidak bisa menghindari perubahan maka berdaptasilah. Berdamailah).

Jika benar demikian maka apa? Tulisan di atas mengisyaratkan satu hal penting, terpenting bahkan, yaitu: supaya kematian bukanlah kesengsaraan melainkan perjumpaan antar Eksistensi yang Ilahi maka sepanjang hayat dikandung badan HIDUPLAH DALAM CINTA KASIH. Hiduplah dengan cara mengasihi diri sendiri (rajin, cermat, cerdas, bekerja keras, menjaga kesehatan, hemat dan lain sebagainya). Hiduplah dengan cara mengasihi sesama (perduli, murah hati, panjang sabar, tidak sombong, tidak pemarah, tidak memendam dendam dan lain sebagainya. Hiduplah dengan cara mengasihi Sang Maha Eksistensi (hidup dalam kekudusan).

Saya bersaksi bahwa SGT dan Ibunda sepanjang hayat mereka, meski tidak sempurna sebagai manusia, mereka mempraktekkan hidup dalam kasih sebagai ideal realitas mereka. Tetangga mereka mengatakan begitu. Kolega mereka juga begitu. Ribuan pasien mereka setuju dengan itu, yaitu bahwa SGT dan Ibunda adalah ORANG BAIK. Untuk orang-orang yang mau hidup dalam KASIH pengalaman-pengalaman hierofani akan terjadi. Dalam percakapan sehari-hari kita sering mengatakan bahwa ....eh, mereka seperti sudah tahu bahwa mereka segera akan pergi menuju gerbang cahaya ..... Tak heran jika pada tanggal 30 Desember 2008 di sore hari, Ibunda berbisik kepada saya....bapakmu sudah menjemput saya ..... kau pulang duluan ke Kupang....bersihkan rumah. ....... Dan ketika ajal menjelang, tanggal 2 Januari 2009, adik saya DTN yang masih berada di RS PGI Cikini menyaksikan ...... SGT dengan senyum penuh kasih "menggendong" Ibunda, sahabat hati terkasihnya. Lalu, berdua mereka "terbang" menuju suatu kilatan cahaya. Cahaya apakah gerangan?.....KASIHILAH TUHAN MU. KASIHILAH SESAMAMU SEPERTI DIRIMU SENDIRI.....dan jika itu dilakukan maka gerbang cahaya itu adalah SURGA tempat bersemayam semua yang Ilahi. Sudah barang tentu SANG MAHA ILAHI.

Selamat Berbahagia Robert. Selamat Berbahagia Agustine. Damailah Bersama Sang Maha Ilahi. Doakan kami dari tempatmu berada agar kami mampu menjalankan perintah Sang Maha Kasih untuk hidup dalam KASIH.

Tabe Tuan Tabe Puan

Minggu, 01 Februari 2009

beri tahu beri tempe beritanya yang harus tahu

Dear Sahabat Blogger,

Karena alasan yang sangat teknis (blog lama mengganggu account ke blog bigmike-savannaland.blogspot.com) maka saya memindahkan alamat blog musik sayake alamat web yang baru, yaitu:

http://www.mikeenmusik.blogspot.com/


Saya juga ingin memberitahu bahwa:

1. Alamat web musik lama sudah saya hapus;
2. Semua komentar yang masuk ke blog lama, telah saya pindahkan ke blog baru.

Demikian, harap maklum.

Blog musik tersebut sebenarnya saya bikin untuk suka-suka karena teman kita MR JIMI telah menghilang entah ke mana. Padahal blognya adalah satu-satunya alamat saya untuk mencari "ketenangan" bermusik. Dari pada pasif menunggu, lebih baik saya aktif mencari sendiri lagu-lagu yang saya sukai. Lalu, saya posting dan menikmati sendiri sembari memberikan beberapa keterangan, untuk apa lagu tertentu saya posting. Namun demikian, besar harapan saya, MR JIMI sekali waktu kelak mau menyapa kita kembali. Seperti sediakala.

Nah, karena beberapa sahabat ternyata juga telah mengenali blog musik saya tersebut maka saya cuma ingin bilang bahwa ..... mudah-mudahan blog musik saya dapat membawa persahabatan, kebaikan, dan kasih sayang juga. Semoga saja.

Tabe Tuan Tabe Puan

NB. thanx untuk www.youtube.com