Kamis, 20 Maret 2014

dari mana hendak kemana: quo vadis

Dear Sahabat Blogger,

Tak terasa sudah 3 bulan kita berada di tahun yang baru, 2014. Agak menyedihkan bagi saya dan blog ini. Terlantar, tak diurus dan tak ada entri baru. Beberapa sahabat memprotes keras. Keasikan maen FB luh. Jawab saya, mungkin saya begitu. Bisa juga tidak persis begitu. Satu hal yang pasti, di saat HUT blog ini yang ke 6, karena saya memulainya pada 20 maret 2008, semangat saya untuk menulis sesuatu yang agak panjang menurun drastis. Bisa karena saya kelelahan dengan laporan penelitian dan aktivitas lain yang panjang-panjang dan memakan banyak pikiran dan juga waktu. Bisa pula karena saya semakin menua 6 tahun lamanya. Saya sendiri berpikir, masalah saya dan blog ini ada pada faktor usia tadi. Bagaimana bisa begitu? Ya, sekarang saya semakin mudah jatuh sakit dan, cilakanya, sekali jatuh sakit bisa berhari-hari dampaknya. Akibatnya, proses berpikir mendalam perlahan lenyap digantikan dengan hal-hal kecil yang lebih ringan yang kebetulan formatnya cocok dengan format FB. Campur aduk tak keruan itulah yang membuat produktivitas saya menurun jauh dalam menelurkan tulisan di blog ini. 

Mudah ditebak, blog ini secara perlahan mulai ditinggalkan para sahabat. Menurut statistik blog, sehari paling banyak dikunjungi hanya oleh 10-20 orang saja. Jauh menurun ketimbang di saat saya sangat aktif dimana dalam 1 hari, blog ini bisa dikunjungi oleh paling kurang 50-an orang. Begitulah, Kurang perhatian akan berbalas kurang perhatian juga. Mata ganti mata, gigi ganti gigi. Saya tak perlu sedih karena itu sudah hukum dunia. Bahkan sayapun bertanya dalam hati, pas di saat HUT ke-6 blog ini...."quo vadis", mau kemana. Dan itulah pertanyaan ultimat pada setiap manusia hidup...."setelah semua yang terjadi sampai hari ini, quo vadis, so what, bade tindhak pundhi, pi mana woe, hendak kemana". lalu, tentang hal ini saya ingin sedikit berbagi kesusahan a.k.a kegalauan. Begini bos dan bis....

Bulan-bulan belakangan ini, saya kehilangan beberapa orang saudara, sahabat dan kerabat....whusz, whesz, whooossszzz....hilang dibawa angin. Saya resah, apalagi sakit bertubi-tubu menghajar, dan lalu sering terbawa mimpi. Puncaknya semalam. Dalam tidur saya bermimpi sedang dikejar burung malam yaang menakutkan. Saya berlari dan terus berlari. Sampai di tepi jurang nan dalam tak kelihatan dasar, habis jalan saya. Dan si burung dengan sorot mata yang tajam dan paruh yang berdarah segera saja menyergap kearah saya. Habislah. Begitu? Tidak. Tiba-tiba saya punya kekuatan dan keberanian untuk melawan. Si burung saya tangkap lalu, entah dari mana, ada pistol di tangan saya dan lalu....baaaaaaaaaang...saya menembaknya 3 kali. Matilah si burung. Selesai? belum. Tak dinyana, dari bangaki burung itu keluarlah bayangan yang sangat besar dan tertawa terkekeh-kekeh dan berkata........"mampus kau kali ini, kau pikir urusanmu selesai dengan si burung mati? tidak. Kau sekarang membebaskan saya dari jasad si burung. kau tahu siapa aku, akulah lucifer mimpi buruk setiap manusia hidup dan sekarang saatnya kau aku musnahkan"....dengan menggerang keras durjana itu mulai melahap saya, asap hitamnya mulai meliputi saya dan perlahan saya kehilangan penglihatan dan juga mulai kehilamgan kesadaran. Tamat? belum bro en sist. Tiba-tiba datang sinar terang dari langit, sangat ternag dan menyilaukan dan lalu....si asap hitam hilang lenyap, saya tersadara tetapi sama sekali tak mampu melihat sinar itu dan.....saya pun terbangun tak mampu dan tau mau tidur kembali...ada apa? mau kemana?

Catatan kecil saya mengakhiri posting ini. Semua manusia hidup akan mengalami hukum biologis "generation and corruption". Ada saat kamu lahir dan saatnya ada pula untuk semuanya terhenti, terpotong, dikorupsi oleh ruang dan waktu. Waktu mudamu adalah manusia perkasa tapi jangan terlena karena akan datang masa kupingmu kehilangan pendengaran, matamu mulai merabun, tulangmu mulai berkapur dan kau mulai bersahabat dengan tongkat, jaket, kain panas dan tempt tidur. Bermula di tempat tidur, ujungnya kembali ke tempat tidur. Selesai? belum. Saat akhir akan tiba, tak begitu lama.....begitulah. So, ingatlah rumus hukum biologi ini "generation and corruption". Setelah itu, quo vadis? Itu pertanyaan saya dan anda juga baik kemarin, hari ini dan besok. Dan ini catatan kecil itu: yang bisa dibuktikan oleh fakta empiris adalah kematian biologis. Ketidakmatian bagaimana? Tak ada satupun metode empiris bisa membuktikan ini. Maka, jangan menyimpulkan bahwa kehidupan abadi itu tidak ada. Ilmu hanya bisa bilang, sejauh pengamatan tidak ada manusia hidup secara biologi terus menerus. Nietzsche bilang, hidup lalu nihil. Marx bilang dinamika dialektik akan sampai di satu titik dan selesai ketika manusia menjadi sempurna. Apa itu nihilisme dan apa itu sempurna. Kedua orang ini tak punya jawaban ultimat. Pemuja dan penentang keduanyalah yang bertengkar hingga hari ini. Heeeeiiii, untuk apa keributan mirrip orang indonesia kampanye pemilu itu? tak jelas. Tak tahu kemana ujungnya. Quo vadis...

Selesai? belum. Ada titik yang masih harus kita tuju. Hidup itu proses menuju. Hidup adalah mampir minum, setelahnya berjalan kembali menuju ke satu titik. Apa itu? Omega. Dimana itu? hanya Allah yang tahu, kita cuma peziarah yang berjalan. So, jalanlah terus tuan dan puan. Berbuatlah kebaikan. Lho emangnya kau pengen punya musuh semasih hidup biologis? kesian eh sekian.....

Celine Dion & Bee Gees- Immortality In The Recording Studio


Tabe Tuan Tabe Puan