Jumat, 23 April 2010

3 bajik 1 cita (part I): doea tahoen soeda dia pergi

Dear Sahabat Blogger,

Tepat hari ini dua tahun lalu, saya dan 9 orang saudara - laki dan perempuan - tiba-tiba menjadi anak-anak Yatim. Bapak Robert "SGT" Riwu Kaho pergi sudah ke "negeri seberang sana". Saya masih ingat betul kenangan 1-2 hari sebelumnya.

Tanggal 20 April 2008 pagi-pagi saya, berdua besama isteri, berangkat ke Gereja untuk beribadah karena hari itu adalah hari minggu. Seusai kebaktian, sambil berjalan menuju mobil, saya berkata pada isteri saya : "saya kepingin membeli mobil baru yang lebih layak pakai, mudah-mudahan dalam tahun ini juga". Isteri saya tampak diam saja tetapi saya lirik ada binar senang di matanya. Lantas, dari gedung Gereja saya singgah sebentar ke "rumah induk". yaitu rumah kediaman bapa Robert dan mama Tien. Setibanya di sana, Ayahanda Robert sedang berbaring di tempat tidur sambil membaca Alkitab. Lalu, seperti umumnya orang Sabu yang bertemu saya melakukan ritual "Ciom Sabu" kepada Ayahanda. Oh ya, sudah pasti ritual itu di sambutnya dengan hangat. Lantas, kami terlibat percakaan yang pada awalnya ringan-ringan-ringan saja tetapi berkembang ke arah yang amat serius. Ayahanda berceritera panjang lebar tentang kisah hidupnya yang pernah amat menderita. Menurut beliau, hidupnya bisa membawa guna bagi banyak orang semata-mata hanya karena TUHAN. Beliau juga kembali memberi catatan panjang tentang hidup dalam ikatan keluarga besar yang memerlukan banyak pengorbanan. Saya ingat betul kata-kata berikut ini:

Dalam hidup berkeluarga jangan lu hitung untung rugi secara material karena kalo lu bekin begitu lu akan liat lebe banyak ruginya. Karena itu yang harus lu lihat adalah kebahagiaan dari hidup dalam keluarga yang rukun,. Tidak ada uang untuk membeli kerukunan.

Kemudian, Ayahanda mulai mengeluarkan beberapa catatan tentang kami ber-10, anak-anaknya. Satu-satu dibahas. Ada kegetiran tertentu. Tetapi ada juga kebahagiaannya. Hampir 2 jam kami berdiskusi, akhirnya saya mohon permisi untuk kembali ke rumah. Di akhir percakapan kami adalah tukar kata seperti ini:

Saya: ini bapa hari mau pi mana, beta siang nanti mau pi berenang di pantai
Ayahanda: eh, bapa ikot pi pantai eeee tapi abis acara paguyuban Bagelen Purworejo
Saya: Bapa, beta ada rencana beli mobil ni, karmana eeeee....
Ayahanda: Eh, sonde usah. Pake bapa punya saja Kalo bapa mati sapa yang urus bapa punya mobil...hemat-hemat .... rasa-rasa kalo mau mengeluarkan uang...hitung baik-baik ....

Akhirnya, saya ke pantai. Lalu, tunggu punya tunggu Ayahanda tidak datang juga bergabung bersama saya di pantai. Sayapun menelepon Ayahanda:

Saya: bapa di mana ni? jadi berenang ko sonde?
Ayahanda: eh, kelar acara paguyuban,sopir minta ijin ada acara. Bapa juga merasa cape' ni...bapa istirahat saja dahulu ya.....

Malam itu, saya membuat 1 buah posting di blog tentang "mother earth" menjelang peringatan hari bumi. Di dalam posting itu, antara lain saya menulis sebagai berikut:

Bumi adalah pemberi hidup. Tempat kita berlindung. Tempat kita berteduh. Tempat kita menimba air. Tempat kita mengambil makanan. Tempat kita berbaring dan dipangku. Bahkan, pada hari ketika nyawa pergi dari badan maka bumilah yang akan memeluk jasad kita. Selamanya.

Hari senin tangal 21 April 2008, saya amat sibuk dengan berbagai urusan pekerjaan dan tidak sempat menengok Ayahanda dan Ibunda.

Hari selasa, 22 April 2008, sejak pagi sampai sore saya juga amat sibuk dan tidak sempat menengok atau mengontak Ayahanda dan Ibunda. Akan tetapi sekitar pukul 7 malam, tepat setelah saya selsai melantunkan doa safaat pada Ibadat di Rayon, saya dijemput Norman, anak sulung saya, yang menyampaikan pesan Ibunda agar saya segera pergi ke rumah sakit menegok Ayahanda. Dia baru saja jatuh pingsan di dalam rapat Yayasan Pendidikan milik GMIT dan dirawat di RSU dalam keadaan koma...."waduh TUHAN, gawat nih"....dan benar saja, setibanya saya di rumah sakit, Ayahanda sudah tidak bisa apa-apa lagi.

Tanggal 23 April Malam hari. Setelah 1 hari dirawat tanpa kemajuan apa-apa, akhirnya malam hari itu juga .....TUHAN menjemput Ayahanda kembali ke rumah asalnya, yaitu RUMAH BAPA DI SURGA ..... Saya, dan kami semua, tak lagi punya bapak di muka bumi ini. Kami Yatim. Delapan bulan kemudian, Ibunda "pergi juga menyusul Ayahanda". Kami Yatim Piatu..

Sahabat terkasih, tentang Ayahanda saya tidak ingin mengulang-ulang hal-hal lama yang pernah saya tulis di blog ini tetapi ijinkan saya untuk mengenang bahwa "sebenarnya" apa yang akan saya alami pada tanggal 23 April 2008, yaitu "kepergian" Ayahanda, sudah ada tanda-tanda sebelumnya. Mengapa dia harus berbicara panjang dan lebar tentang kisah hidupnya dan kebahagiaan serta kegetiran di saat-saat akhir hidupnya?. Mengapa dia harus berpesan bahwa di dalam hidup, pengunaan rasio tak kalah penting dibandingan dengan perasaan?. Mengapa dia menyampaian pesan yang amat jelas bahwa ada batas kekuatan manusia dan di batas itu dia perlu beristirahat?. Mengapa saya harus menulis bahwa adalah "mother earth" yang akan memeluk anak-anaknya di dalam dekapanya di akhir setiap kehidupan jasmani?

Di dalam ilmu filsafat dikenal 3 jenis obyek kajian, yaitu apa hakikat kenyataan, bagaimana kita dapat mengetahui kenyataan dan apa yang harus kita lakukan di dalam kenyataan. Lalu untuk apa semua hal itu dikaji? Jawabannya cuma 1, yaitu menemukan kebahagiaan. Sekarang, perhatikanlah 3 episode terakhir pertautan saya dengan Ayahanda almarhum di saat-saat terakhir hidupnya:

  1. Ketika Ayahanda berusaha menguraikan kisah hidupnya, yang terjadi adalah dia berusaha mencari makna atau hakekat dari kenyataan hidupnya.
  2. Ketika Ayahanda berusaha memperingatkan saya agar berhitung dalam pengeluaran, yang terjadi adalah dia sedang berusaha menjelaskan tentang penggunaan akal dan rasa dalam upaya mengetahui kenyataan
  3. Ketika Ayahanda mengabarkan bahwa dia tak bisa ikut berenang dan harus beristirahat, yang terjadi adalah dia sedang mengatakan bahwa hanya dengan mengenali batas-batas diri, kita akan mengetahui apa-apa yang dapat kita lakukan dalam hidup

Pada saat masih aktif sebagai Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di antara tahun 1987 - 1993, Ayahanda pernah menulis sebuah buku yang berjudul "tri bajik eka cita" atau 3 tindakan baik guna 1 tujuan. Tentang buku ini akan saya ulas pada seri kedua tulisan ini. Tetapi apa yang dilakukan di saat terakhir hidupnya ternyata adalah bahwa beliau kembali menulis 1 buah buka, khusus dipersembahkan kepada saya, yang berisi pesan bahwa "pahamilah hidupmu, gunakanlah rasa dan akal dalam menjalni hidupmu serta capailah kesadaran diri supaya dapatlah kita menjadi berarti di dalam hidup". "Dengan semua itu kamu akan berbahagia". Ya, Ayahanda Robert "SGT" Riwu Kaho telah menyelesaikan karya terakhirnya, yaitu 3 bajik 1 cita. Terima kasih Ayahanda Tercinta. Damailah kamu bersama Ibunda di dekat TUHAN.

Terima Kasih TUHAN karena di satu masa ENGKAU pernah mengirimkan seseorang yang begitu hebat guna bertindak sebagai Ayahanda bagi saya. Amin.

Tabe Tuan Tabe Puan

Sabtu, 03 April 2010

JESUS, cinta yang tak bertepi

Dear Sahabat Blogger,

Seorang sahabat saya yang rajin membaca tulisan saya di blog ini mengatakan kepada saya...'

Mike, tulisanmu indah dan harus saya akui sulit untuk dibantah tetapi mohon maaf, jika yang kau tulis adalah tentang Yesus, maaf sekali lagi maaf, saya telah kehilangan iman kepada DIA. Cobalah dipahami bahwa saya hanya bisa mempercayai sesuatu yang dapat saya pahami dengan akal saya. Dan, soal kematian dan kebangkitan-Nya, saya tak bisa lagi percaya bahwa hal itu sungguh-sungguh terjadi. Yesus mungkin orang baik. Yesus mungkin guru agung tetapi jikalau yang kamu maksudkan adalah bahwa dia itu Ilahi, saya tidak sepakat.

Saya terdiam cukup lama. Lalu saya memutuskan untuk tidak mendebat dia apa-apa. kecuali 1-2 kalimat percakapan sederhana. Sesudahnya, saya berkata bahwa .."itu adalah hak mu, kawan tetapi ijinkan saya untuk tetap percaya dan menulis untuk bersaksi tentang Dia. Kita tetap berkawan bukan? Nah, ikuti saja tulisan -tulisan saya, mudah-mudahan ada yang bisa saya katakan sesuatu di sana". Lalu, di dalam hati saya berdoa...."Ya Yesus, Tuhanku yang hidup, biarlah kasih-Mu yang tak bertepi itu menghampiri sahabat saya kendati dia tak percaya pada-Mu, sebagaimana Engkau setiap hari sudi menghampiri saya kendati saya tiap hari berbuat kejahatan di depan-Mu"....

Begitulah sahabat, saya melalui dan merayakan Jumat Agung, Perjamuan Malam Kudus dan Paskah Tahun ini dengan perasaan yang bercampur aduk. Lelah karena terlalu sibuk, urusan di rumah yang seperti tidak ada habis-habisnya menempa kesabaran, kecemasan akan kondisi kesehatan, kerinduan akan saudara-saudara yang jauh dan ahhhh....apa lagi yang tersisa untuk Tuhan yang saya kasihi selain keluhan dan rintihan? Apakah DIA sudi mendengar? Apakah DIA mendengar? Apakah DIA ada, seperti komplain sahabat saya tadi??????

Ya, seberapapun besarnya derajat penolakan orang terhadap-NYA, Yesus adalah tokoh yang teramat besar. Milyaran orang memuja DIA. Tak kurang pula milyaran orang yang menolak DIA. Banyak yang mengaku bahwa DIA adalah Tuhan Yang Ilahi. Tak kurang pula mereka yang percaya bahwa Yesus cuma manusia biasa. Tak ada tokoh yang diteliti dari berbagai sudut pandang sebanyak Yesus. Ada jutaan penyelidikan ilmiah dengan kaidah-kaidah metode ilmiah yang amat mengandalkan rasionalitas empirik. Tak kurang pula mereka yang mencoba memahami Yesus hanya semata-mata secara supranatural. Hasilnya adalah orang-orang seperti DR. Eka Darmaputera yang percaya sampai mati bahwa Yesus sungguh adalah Tuhan dan Juru Selamat. Tetapi adapula orang-orang seperti Nietszche yang mengatakan..."Tuhan sudah mati".... Ada pula Imanuel Kant yang mengatakan bahwa .... "tetang Tuhan kita tak bisa berteori karena DIA berada di luar pengalaman empirik". Adapula Ravi Zacahrias yang dengan cerdas membuktikan bahwa ada keteraturan yang luar bisa dalam dunia dan kehiduan yang bisa membuktikan bahwa Tuhan itu sungguh ada dan Yesus adalah realitas. Ada orang sejenis Dan Brown yang kaya raya karena bukunya The "Davinci Code" yang amat menghina Yesus, laku keras. Adapula Francis Coppola yang memvisualisasikan, di dalam filimnya, Yesus berhubungan seks dengan Maria Magdalena. Ada pula orang sejenis Mel Gibson yang secara detil mengungkapkan Iman dan Kepercayaannya kepada Yesus melalui film "The Passion of Christ". Atas nama-NYA, sekali waktu, orang bersedia saling membunuh. Atas Nama-NYA, Gereja-NYA dipecah-pecah menjadi ratusan, mungkin ribuan aliran dan denominasi, sambil sang pemecah belah yakin bahwa aliran dan denominasi bikinannya itu adalah yang paling benar. Lalu, siapa sesungguhnya Yesus ini?

Saya cuma ingin mengatakan ini: tentang DIA, saya punya pendapat dan berteori. Bukan karena saya lebih hebat dari Imanuel Kant tetapi KARENA DIA YANG MEMAMPUKAN SAYA UNTUK BERPIKIR TENTANG DIA. Mengapa saya harus dimampukan DIA? Karena saya sesungguhnya tidak mampu berpikir tentang DIA. Mengapa saya tidak mampu berpikir tentang DIA? Karena saya terbatas. Mengapa saya terbatas? Karena saya fana dan berdosa. Lho, mengapa pada akhirnya DIA mau memampukan orang berdosa seperti saya? Ya, untuk itulah dahulu DIA datang. Yesus memang datang untuk menolong yang lemah dan berdosa. Dan kita layak dipeluk-NYA. Kita layak menyapa Allah, sang Maha Pengada. Apakah betul Allah adalah maha pengada? Jawaban kawan saya yang telah kehilangan rasa percayanya kepada Tuhan, jelas terang benderang, yaitu Allah tidak ada. Jikalau Allah tidak ada maka memang kepercayaan kepada Yesus adalah absurd. Benarkah demikian?

Dalam Alkitab dikatakan bahwa Allah menciptakan dunia dalam 6 hari tetapi Teman saya membantah itu karena menurut teori ilmu, jagad raya, termasuk bumi kita tercipta di antara 13-14 milyar tahun lalu pasca ledakan besar (teori big bang). Siapa yang menciptakan ledakan besar itu? Jawaban "hipotesis ilmiah"-nya adalah singularitas. Siapa yang menciptaan singularitas? Hal ini harus dijawab karena sifat mekanistis dari ilmu pengetahuan menuntut bahwa tidak boleh ada sesuatu yang terjadi karena kenihilan mutlak. Teman saya terdiam sejenak tetapi cepat sekali dijawab bahwa hal itu adalah misteri. Rupa-rupanya jagad raya, termasuk bumi kita diciptakan oleh sesuatu yang misterius. ...... ahaaaaa.... saya mengatakan kepada kawan saya tadi bahwa ...."nah kalau begitu saya lebih beruntung dari kamu karena saya punya sapaan kepada Sang Pengada yang misterius, yaitu Allah". Saya merasa lebih beruntung karena saya punya kepastian sedangkan kawan saya hanya bisa hidup dalam misteri terus menerus. Jikalau saya percaya bahwa Sang Pengada, yang tak berawal dan tak berakhir itu, sedemikian berkuasanya maka mengapa DIA tidak bisa menyatakan diri-NYA sebagai YESUS SANG ANAK DOMBA YANG MATI DI SALIB TETAPI BANGKIT SEBAGAI RAJA DAN MENINGGALKAN KUBUR YANG KOSONG? Mengapa DIA mau menciptakan jagad raya, termasuk dunia, kehidupan dan segala pernak-perniknya? Mengapa untuk dunia yang diciptakan-NYA itu DIA harus mati di salib? Jawabnya sangat sederhana, yaitu bahwa DIA ingin menunjukkan bahwa kita tak boleh kehilangan harapan akan kasih sayang. Di dunia yang kejam dan brutal ini dan di tengah arus kasih sayang yang partikular tetap ada KASIH SEJATI YANG AM DAN TIDAK BERTEPI. Itulah KASIH ALLAH. Itulah KASIH YESUS.

SELAMAT PASKAH PUAN. SELAMAT PASKAH TUAN