Dear Sahabat Blogger,
Beberapa waktu lalu, saya menulis sesuatu di media sosial Facebook. Adalah kesaksian bahwa di atas semua apa yang saya ada pada hari ini adalah TUHAN sebagai prima causa-nya. Tentang apa kesaksian itu? Tentang ihwal transformasi dalam hidup saya mulai dari tak tahu apa-apa sampai akhirnya di-bisa-kan Tuhan supaya berlaku sebagai utusan-NYA dalam perkara ini dan itu. From zero to still zero but God has promoting me as my self to be HIS disciples. Begitulah sobat, setelah lama menghilang dari blog, lalu pengalaman itulah yang ingin saya tulis ulang.
Saya terlahir dari keluarga biasa-biasa saja. Ayahanda saya seorang Guru di SMEA Negeri Kupang, NTT. Bapak Robert Riwu Kaho. Ibunda, Agustine Riwu Kaho-Soedarjat adalah mantan guru semasa di Jawa tetapi semenjak menikah dengan Ayah saya, beliau lalu hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Kami bersaudara 12 orang, dua meninggal semasa masih bayi. Yang tersisa 10 orang hidup, kakak beradik, rukun dan ribut. Dahulu begitu, sekarang masih begitu juga. Semua saudara saya sekarang sudah menjadi "orang". Sebagaian besar tidak lagi tinggal di Kupang. Hanya saya dan adik laki-laki yang nomor 11 yang tersisa dan "menjaga kampung". Sekarang pejabat dia di salah satu Universitas Swasta di Kota Kupang. Makmur dia. Saya bagaimana? biasa-biasa saja sebagaimana halnya keluarga saya yang adalah keluarga biasa-biasa saja. Tetapi ada sedikit pembeda bagi kami, yaitu kami semua dibekali Ayahanda kami suatu semangat, yaitu tidak gampang menyerah dalam hidup. Inilah "sharing" saya di Facebook, ketika itu. Selamat menikmati.
So, sekali lagi, kami adalah keluarga biasa tetapi selalu
diajarkan bapa Robert untuk jangan mudah menyerah terhadap kesulitan. Jurus yg
selalu diingatkan bapa adalah bersandarlah kepada Allah. Bekerjalah keras tapi jujur. Setelah keduanya dilakukan maka terimalah dengan bersukur terhadap apa yang
diberikan Tuhan. Kami keluarga yang juga tidak selalu lurus dan tegak perkasa dalam hidup. Selalu saja ada kisah jatuh dan bangun dalam hidup,
terpuruk dan ditertawakan. Tetapi 3 jurus teladan bapa robert sungguh ampuh.
Saya mau sharing barang sedikit. pengalaman hidup saya. Sebenarnya saya ini
seumur umur tergolong bodoh. Di bangku SD, sejak kelas 1 - 4 status kenaikan
kelas saya adalah kenaikan. percobaan. Di smp 2, raport semester 1 merah s3mua
dan naik ke kelas 2 juga berstatus percobaan. Di sma 1 kupang, nilai matematika
3 pernah tertera di buku raport saya padahal anak ipa. Sewaktu kuliah semester
1 ip cuma 2, 39. Disaat s2 di bogor saya dipanggil wakil direktur pasca ipb yg
menyarankan saya mengundurrkan diri ketimbang di DO karna ip di bawah 3. Saya
ketika itu pindah studi dr peternakan ke agronomi dan saya buta kenop soal
agronomi. Ketika s3 saya pindah studi lagi ke ilmu kehutanan, buta kenop lagi,
masih belum sembuh benar dari serangan stroke ringan dimana bagian kiri badan
saya kaku dan berjalan masih ditarik tarik, krn satu dan lain hal saya tidak
punya beasiswa, di tengah masa kuliah malah gaji saya dihentikan oleh kantor
dan diancam dipecat....luaaaarrrr biasa sulitnya.....tapi ketika selesai kuliah
saya takjub dengan pencapaian saya, rikuliah dibawah standard wkt normal,
menemukan 9 varian savana di zona iklim semi arid, menemukan sistem p3ndugaan
bahaya kebakaran hutan dalam sistem kalender dasarian setahun berskala
statistik ordinal, membuat sendiri model matematika aditif linear dalam design
experimen, semua pencapaian ini diganjar dengan status cumlaude. Setelah itu
saya malah mengajar matakuliah statistika di progam pascasarjana padahal
dulunya goblok matematika, saya juga asik dengan isu pengelolaan Daerah aliran
sungai (das) dan membuat sejarah dimana ntt adalah daerah pertama di indonesia
yg punya perda pengelolaan das bahkan ketika aturan di atasnya belum ada. Saya
juga mendesign model rpdast yg pertama yg aplicable di indonesia. Untuk 2 upaya
ini 2 penghargaan pemerintah pusat diberikan bagi NTT. Dari pengalaman itu saya
mendapat kesempatan untuk membantu dit PEPDAS Kemenhut untuk bicara ttg pengelolaan DAS kemana mana di seluruh indonesia...dst ..dst....APA KARENA SAYA DAN KELUARGA
HEBAT???? tegas sekali, TIDAK. Saya harus bicara jujur bahwa hingga sekarang, saya tetap bodoh cenderung bebal,
keras kepala, agak malas, hidup kurang tertib, semberonoan dan sakit
sakitan. Di sinilah teladan bapa dan mama almarhum berperan sangat kuat,
yaitu mengandalkan ALLAH, bekerja keras keras tapi jujur dan
ikhlas.......
Sharing saya jauuuuhhhhh dari niat memegahkan
diri. Ceritera hidup saya adalah kesaksian tentang kehebatan kuasa ALLAH PENGASIH, yaitu
ALLAH MAMPU MENGATASI KETIDAK MAMPUANMU. Inilah teladan hidup bapa dan mama.
Ini pula dasar posting di status saya hari ini.....mohon dimaafkan kalao
keliru, tidak pantas dan terkesan memegahkan diri padahal apa yang dilakukan teman,
sahabat, orangtua atau siapa saja jauuuuhhhh melebihi saya,..sekali lagi, ini
tentang teladan mengasihi Allah yang diberi bapa mama yg karenanya hari
kematiannya kami peringati dalam doa...semoga ada gunanya bagi kita
semua....GBY'ALL...
Tabe Tuan Tabe Puan