Selasa, 13 Agustus 2013

(saia tak suka) 3 bukti bahwa manusia keturunan kera

Dear Sahabat Blogger,

Lama menghilang, dengan alasan yang sudah saya ungkapkan di posting terdahulu, membuat rindu. Kebetulan hari ini diberi ijin untuk bedrest oleh boss saya di kantor maka posting ini dibuat. Pada mulanya ada pilihan posting: apakah tentang kemerdekaan ataukah tentang evolusi? Tentang kemerdekaan pastilah akan banyak perbincangan lalu saya kuatir menjadi seperti "menggarami air dilaut". Lagi pula, banyak hal ichwal di sekitar kita yang bertautan dengan negara yang membangkitkan rasa "emosi jiwa", kendati 2 ganda bulutangkis kita menang, jadi juara dunia. Itu terlalu sedikit. Bayangkan, baru saja 2 hari setelah lebaran, warga di DKI dan di Lamongan berperang tanding. "Apa itu tidak edhaaaaan" kata Gombloh yang sudah awarahum (minjem Asmuni Sri Mulat yang juga telah awarahum). So, ketimbang posting tentang merdeka lalu hanya menjadi cacimaki untuk negeri (ada sahabat blogger saya yang bernama "anak NKRI" yang siap mencomel saban kali saya marah-marah kepada rekipliek) mending saya menulis tentang evolusi saja. Lalu, inilah tulisan itu:

Selama liburan 9 hari, saya menuntaskan membaca 1 buah buku berjudul "Evolusi" karya Ernst Mayr (2010, edisi asli 2001). Ernst Mayr adalah seorang biologist dan lalu merintis berkembangnya bidang filsafat biologi. Zoologist ini pernah meneliti tentang burung-burung di Papua yang menuntun beliau pada penemuan teori spesies biologis dan cara peembentukan spesies baru. Asal tahu saja, 2 konsep temuannya ini menjadi penopang yang kuat bagi konsep biologi evlolusi-nya Darwin. Dan asal diingat saja, teori Darwin adalah teori yang dianggap sebagai penemuan terbaik manusia terhadap rahasia alam. Teori ini bahkan dianggap lebih hebat ketimbang teori Eisntein, Newton, Hawking, Thomas Edison dengan listriknya dan setumpuk para raksasa lainnya. Asal pula dicatat bahwa teori evolusi Darwin telah hampir memutuskan keterkaitan antara ilmu dan agama wahyu. Ini bikin repot karena kadang kala perdebatan berubah menjadi kerusuhan. Singkat kata, Ernst Myar sungguh-sungguh contoh guru besar sejati yang terkenal karena karya ilmiahnya, bukan omong kosongnya. Tentang ini, saya harus malu. Lalu, apa kata beliau tentang evolusi. Banyak dan tak mungkin habis dibahasa di halaman ini. Karena itu saya ingin fokus pada pendapat beliau tentang evolusi manusia. Lengkapnya begini:

Tentang evolusi beliau berpendapat "bahwa evolusi telah terjadi sudah luas diakui". Selanjutnya, dikatakan bahwa kehidupan berasal dari satu asal, yaitu kumpulan makromolekul yang bisa memperoleh zat dan energi dari molekul tak bernyawa di sekitarnya dan juga dari energi radiasi matahari.Sekitar 3.8 milyar tahun lalu, kehidupan pertama muncul di bumi dalam bentuk prokariot (bakteri, tanpa isi sel) sampai sekitar 1 milyar tahun lalu. Setelah masa ini, muncul eukariot (organisme dengan inti sel). Dari titik ini, kehidupan beringsut berevolusi menjadi tumbuhan dan hewan. Pada sauatu masa antara 33-24 juta tahun lalu muncul primata kera dan Proconsul pada antara 23-15 juta tahun lampau adalah nenek moyang manusia.Kera Australopithecus ada sekitar 3,8 - 2,8 juta tahun lalu. Lalu perubahan drastis dari savana pohon menjadi savana semak di Afrika memaksa kera turun ke tanah dan membentuh Homo. Secara tiba-tiba bermunculan Homo hamabilis pada 2 juta tahun lalu lalu belakangan dirubah sebutanya menjadi Homo Rudolfensis. Pada saat yang bersamaan muncul Homo erectus (ditemukan fosil paling tua di Jawa dan China, bukan di Afrika).

Akhirnya, 1 juta tahun lalu hadir Homo sapiens yang adalah manusia moderen yang tercatat menyebar keluar daari Afrika antara 200 - 150 ribu tahun lalu dan, antara lain, mencapai Nusantara antara 60 - 5- ribu tahun lalu. Dengan meyakinkan Mayr berpendapat, inilah nenek moyang manusia termasuk nenek moyangnya dia, kakeknya, buyutnya dan juga saya (anda juga dong). Benar begitu? Probabilitas. Kemungkinan. Terlalu banyak uraian Mayr yang menggunakan pilihan kata "kemungkinan" dan "tiba-tiba muncul". Ketika menyatakan bahwa 3.8 M tahun lalu hadir prokariot, seketika pula dinyatakan bahwa tidak ada bukti fosil. Dari mana bisa disimpulkan begitu? Ya karena ada temuan fosil eukariot, makhluk sesudah prokariot, maka sudah seharusnya ada prokariot. Hipoteis tanpa bukti tetaplah hipotesis bukan? Lagian, agak aneh, jika kehidupan pertama adalah bakteri, mengapa tidak sekalian menyebutkan bahwa nenek moyang Ernst dan kita semua adalah bakteri? Apa karena dengan begitu setiap buang air besar, kita tidak dituduh membunuh nenek moyang kita sendiri manakala kita memebersihkan tubuh kita dengan sabun? Entahlah...

Akhirnya, guna meyakinkan bahwa manusia sungguh-sungguh keturunan kera, Profesor Erns mengajukan 3 buah bukti, yaitu:
  1. Bukti anatomis : semua struktur anatomi manusia sampai rinciannya sama dengan anatomi kera Afrika. Segelintir perbedaan manusia dengan kera hanyalah perbandingan ukuran lengan dan tungkai, keluwesan ibu jari, rambut tubuh, pigmentasi kulit dan ukuran syaraf pusat, khususnya otak depan.
  2. Bukti fosil : banyak bukti fosil bahwa antara  pada 5 juta tahun lalu terjadi perubahan dari simpanse menjadi manusia. Sayangnya belum ditemukan bukti fosil dari 8 - 5 juta tahun lalu yang menunjukan percabanagn garis keturunan kera menjadi simpanse dan manusia.
  3. Bukti evolusi molekuler : pengetahuan bio-molekuler menunjukan bahwa ada kemiripan yang luar biasa antara molekul kera dan manusia. Beberapa enzim dan protein seperti hemoglobin amatlah mirip di antara manusia dan simpanse. Perbedaan yang ada sangat kecil.
Demikianlah Mayr berpendapat lalu percayakah saya? Saya tidak ingin masuk sejauh itu, yaitu soal percaya dan tidaknya. Ada yang saya tidak suka dari cara pembuktian di atas. Perhatikanlah bahwa Mayr selalu meyakinkan bahwa semua argumennya itu dibangun atas bukti yang amat kuat. Hanya sedikit beda anatomis, hanya sekedar tidak ada bukti fosil pada masa sebelumnya dan akhirnya, hanya sedikit sekali beda antara molekul manusia dan simpanse. Dengan begitu, Mayr berpendapat "sangat tidak rasional" menolak fakta bahwa manusia memang berasal dari kera. Bukti bertumpuk. Masalah saya ada di situ, yaitu apakah perbedaan yang amat sedikit itu adalah alasan bahwa kera dan orang itu sama? Kata "penjahat" dan "penjahit" amat mirip, hanya sedikiiiiiit banget bedanya, yaitu pada huruf a dan i setelah huruf h dan t yang sama yang menjepit a dan i. jangan sekali-sekali anda bilang bahwa ...ah itu soal lain....karena semuanya ini menggenai fakta empirik. Bukankah Mayr dkk ingin agar evolusi kera menjadi manusia diterima sebagai fakta? Jika begitu terima juga dong bahwa penjahat dan penjahit harus sama karena 2 buah kata itu adalah fakta. Bukan hayalan saya. Anda setuju dengan Mayr? Saya tidak.

Lalu, dapatkah kita mengandalkan fakta beda yang amat sedikit itu guna membenarkan fakta berikut ini. Pesepak bola Messi dari Barcelona tendangannya ke gawang real madrid gagal menjadi goal karena meleset sekitar 0.25 cm dari tiang gawang.  Dapatkah kita menganggap bahwa real madrid kalah 1-0 dari barcelona karena 0.25 cm itu jarak yang amat kecil? Fakta adalah apa yang menjadi kenyataan dan bukan kira-kira. Tendangan Messi fakta tidak menjadi goal karena terkena tiang gawang lalu tempias kekuar, out. Okeilah jika persoalannya dibawa ke area statistika probabilitas. Karena bukti sudah setumpuk, frekuensi bukti kemiripan berulang sangat banyak maka kumpulan data itu harus dianggap benar. Masalahnya, dalam teori probabilitas terdapat konsep alfa, yaitu ruang yang sangat sedikit bagi terjadinya galat atau eror. Tetapi teori probabilitas baru dianggap valid jika persebaran data normal, teracak dan seterusnya. Bagaimana mungkin hilangnya data selama 3 juta tahun dianggap sepele? Padahal 3 juta tahun itu ingin menunjukan terjadinya percabanagn antara kera dan orang. Karena itu, kehilangan data pada periode itu menurunkan tingkat keprecayaan terhadap kesimpulan bahwa manusia berasal dari kera. Jika dalam fakta, eror sekecil 1 persen bisa dianggap mengaburkan kesimpulan apalagi ketika eror menjadi 10, 20 30 dan ata anga lebih tinggi lagi. Filsafat manusia mengajarkan bahwa menjadi manusia itu adalah pengalaman asasi. Saya tidak mungkin mengira-ngira bahwa isteri saya itu manusia karena dengan begitu saya membuka kemungkinan bahwa isteri saya itu adalah kera. Menjadi manusia dan tidaknya adalah fakta 100%. Dan akhirnya, jika probalbilitas mengijinkan kesalahan, sekalipun itu 1%, maka bagimana kalau saya percaya sebesar 1% bahwa Darwin dan Mayr salah. Oh, tentang ini Mayr menyiapkan pendapat begini: ..."tak perlu menyajikan dengan tuntas fakta bukti evolusi karena fakta demikian tidak akan membuat yakin mereka yang tidak mau diyakinkan". Astaga, kalau tidak yakin bahwa penjahat dan penjahit itu sama ya sudahlah. Jika begini caranya maka itulah masalah teori evolusi kera menjadi orang. Anda tak bisa menari lantai yang dibilang terjungkit-jungkit. Alamaaakkk...

So, Bapak Ernst silakan percaya bahwa mak moyang anda adalah bakteri dan kera. tetapi mohon jangan bilang saya goblok nan pandir manakala saya percaya ada teori lain yang bisa menjelaskan siapa nenek moyang saya yang sebenarnya. Tak dijelaskankan pun tak mengapa koq. Faktanya adalah Ibu saya adalah seorang perempuan Jawa yang manis budi dan penyabar. Entah enzim apa budi baik itu tetapi saya sungguh percaya bahwa dari Ibunda itulah DNA budi baik yang saya punya....cchieeeeeehhhh...begitulah kali ini...

Tabe Tuan Tabe Puan