Rabu, 08 Maret 2017

pornografi kemiskinan

sebuah tulisan lama, tahun 2005, yang membuat saya merenung pagi ini. Seberapa kayakah saya? Hal ini karena saya aharus menjawab seorang teman yang mengira saya hidup berkelimpahan dan memiliki sumberdaya tak tanpa batas. Di balik semua yang terlihat ternyata anugerah Tuhan perlahan mencukupi saya. Amin

Dalam tulisan tua ini, beberapa nama telah "usai". Bapak Piet A.Tallo telah kembali ke pangkuan Penciptanya dan bapak SBY telah lengser keprabon. Kembali menjadi warga biasa dengan segala pernak-perniknya. Entah anada menikmati tulisan ini atau tidak tetapi saya menikmatinya.



Pornografi Kemiskinan? So What Gitu Loh
   
Di bawah judul berita: Marak Penjiplakan Penelitian di NTT (Timex, 26 Juli 2005) terbaca uneg-uneg Bapak Gubernur NTT tercinta tentang gejala dalam dunia penelitian di NTT. Banyak hal yang dapat dikemonetari dari pernyataan Mo Mone Ru Ketu Pudi (sabu = baitua berambut putih) tetapi hal yang paling menarik perhatian penulis adalah pernyataan tentang PORNOGRAFI KEMISKINAN. Dalam konteks acara ketika sambutan tersebut disampaikan, dapatlah diperkirakan bahwa beliau sedang gusar. Perhatikan pilihan kata pornografi. Suatu pilihan kata yang bernuansa sangat muram. Entah mengapa beliau marah. Mungkin karena beliau merasa ada semacam dramatisasi data tentang kemiskinan di NTT. Entah pihak mana yang tega-teganya merndramatisasi kemiskinan NTT tersebut. Karena tanpa klarifikasi lebih lanjut, maka biarlah penulis menduga bahwa dramatisasi data kondisi kemiskinan di NTT terhadap data-data kemiskinan di NTT yang dihasilkan oleh peneliti-peneliti. Data tersebut kemudian dikutip oleh pengguna menurut selera masing-masing. Dugaan ini sudah barang tentu karena momentum pernyataan beliau adalah pada saat kegiatan yang berkaiatan dengan penelitian.  Sebagai dugaan maka peluang benar 50% dan peluang salah 50% juga. Biarkan saja. Peluang benar akan mendekati 100% jika pernyataan di atas bersifat lengkap dan tidak menyisakan ruang bagi penafsiran-penafsiran yang bisa berkembang meliar. Apapun, Pak Gubernur kurang senang. Mungkin, banyak penelitian yang kelewatan mengekspos kemiskinan masyarakat di NTT sedemikian rupa sehingga  kata NTT identik dengan kemiskinan. Rakyatnya miskin. Gubernurnya miskin. Bupatinya miskin. Walikotanya miskin. Kepala Dinas Pendidikan Nasional miskin. Murid lama dan baru miskin. Orang tua murid miskin. Pemilik Mall Flobamora miskin. Boss LSM PIAR miskin. Wartawan Timor Express miskin. Rektor Undana miskin. Anggota senat Undana miskin. Dr. Yusuf L. Henukh miskin. Rektor Universitas PGRI, Universitas Kristen Artha Wacana miskin. Eh iya, supaya adil, penulis artikel ini juga miskin. Pokoknya miskiiiinnnn. Lalu, NTT adalah akronim dari Nusa Tenggara Termiskin. Kaciaaaannn deeeh luuuu. Sampai di point ini, mungkin ada sidang pembaca yang ingin mengajukan protes, terminologi apa-apaan nih. Jadi orang kok ya suka aneh-aneh. Jawab saya: sonde boleh aneh-aneh ko?. Pak Gub sa boleh aneh kok. Mau bukti? Silakan periksa di kamus-kamus, sampe bongkok enggak bakalan ketemu dengan istilah pornografi kemiskinan. Pornografi ada artinya. Kemiskinan ada artinya. Pornografi kemiskinan?. Lantas, pertanyaannya adalah: so what gitu loh?  Atau kalau meminjam ungkapan syair lagu group band anak muda Peter Pan yang kondang amat akhir-akhir ini: ada apa dengan mu. So what gitu loh adalah ungkapan aneh anak muda ibukota Jakarta, yang biasanya kemudian menyebar keseluruh penjuru Indonesia, yang kira-kira maksudnya adalah: kalau begitu mau apa lu. Sedangkan judul lagu Peter Pan kurang lebih sama maknanya dengan: akurang ini orang satu ni.  Dalam konteks pernyataan Gubernur NTT, ke dua idiomatik anak muda ini diletakan sebagai berikut.  Kalau penelitian membuktikan bahwa NTT miskin maka so what gitu loh. Apa sih masalahnya? Lantas, jikalau Gubernur NTT marah karena ada hasil penelitian yang demikian, dan itu dinyataan sebagai pornografi kemiskinan maka ada apa dengan mu Pak Gub? Ada apa dengan mu wahai peneliti. Dan akhirnya, ada apa dengan mu wahai kemiskinan.
---***---

Selasa, 26 April 2016

ahok dan einstellung

Dear Sahabat Blogger,

Siapa tak kenal koh ahok a.k.a basuki tjahaya purnama itu? Hanya mereka yang sama sekali tak punya akses kepada media massa elektronik maupun ceta yang tak kenal orang ini. Bisa juga mereka yang tak kenal dia adalah orang-orang yang sama sekali tak punya akses kepada obrolan orang ramai tentang dia. Oh ya, jelas yang saya maksudkan adalah Ahok yang gubernur dki jakarta nan heboh markheboh itu. Orang ini membelah masyarakat indonesia ke dalam dua kelompok (untuk simpelnya), yaitu mereka yang pro dan kontra.

Bagi mereka yang kontra ahok, orang ini adalah manusia durjana yang menyimpan api di mulutnya. Mungkin pula di hatinya. Kata-kata kasar nyaris tanpa kompromi berhamburan dari mulutnya ketika menghadapi fakta ada yang tak berjalan sesuai keinginannya. Mulut sampah kata habib riziek, yang sebenarnya kata-katanyapun tak kalah sampahnya. Arogan kata amien rais, yang sebenarnya kelakuannyanya pun tak kalah arogannya. Semua orang dilawan dan ditantang begitu kata amien melanjutkan sementara dia lupa bahwa pada tahun 1998 itula yang dilakukan amien terhadap soeharto, tentara, dpr, mpr dan semuanya saja. Orang-orang yang berasal dari partai tertentu, yang kesal karena merasa di-"fait accompli" oleh ahok dalam penetapan calon gubernur dki 2017 tiba-tiba berbalik menghardik, mencari-cari kesalahan dan bakan tega memfitnah orang yang sebelumnya dielu-elukan sebagai pasangan serasi bersama tuwan jokowi, sang presiden nkri yang humanis, rendah hati dan merkotop itu (pernah di suatu saat saya mendengar orang-orang sepertainya menghardiknya juga sebagai presiden goblok). Singkat kata, ahok adalah orang tak benar dan tak pantas menjadi gubernur dki. Belum lagi, bagi kelompok kontra, ahok itu minoritas cina dan kafir yang mencuri dalam kasus rs sumber waras dan reklamasi pantai teluk jakarta.

Kamis, 16 April 2015

selamat jalan, it is

Dear Sahabat Blogger,

Hari ini saya mendapat kabar 2 orang yang saya tahu, yaitu Om Rudolf Nggai di Kupang dan Kang Danny Meong di Bandung meninggal dunia. Kata saya sederhana: RIP, rest in peace. Dimana mereka beristirahat. Alam Barzah dan atau di Surga. Di mana itu? Saya yakin jawabannya tak akan yang tunggal. Berbeda menurut perspektif yang berpendapat. Karena itu saya memilih ucapan yang glain, turut berduka cita. Lha, mengapa harus berduka cita? Bukankah ramai berpendapat bahwa yang meninggaal itu sudah enak hidupnya. Bebas dari duka dunia. Duka yang mana Dunia yang mana? Jawabannya bisa kembali ramai. Bagaimana kalau saya mengucapkan begini: Selamat Jalan. Lha, memangnya mau kemana? Ke tempat pemakamanpun daya sudah tak ada. Jalan apanya?

Kemarin sore saya mengunjungi kompleks pemakaman keluarga berkaitan dengan peringatan 30 tahun berpulangnya kakek saya dari ayahanda, yaitu michael riwu kaho dan 28 tahun kepergian nenek saya dari ibunda, yaitu sudjiati sudarjat. Saya teringat 2 tahun lalu, ketika kami melakukan renovasi kompleks pemakaman dan dilakukan penggalian kembali makam-makam tua itu dan dibenahi tata letaknya. Apa yang kami dapati Tak ada apa-apa kecuali sedikit serpihan tulang tua dan 95% tanah. Itulah yang kami lihat. Lalu dimana jiwa-jiwa yang katanya masih terus hidup itu yang kepadanya kami terus saja sayang?

Sebenarnya pernyataan di atas di dasarkan atas kebutuhan akan jawaba ilmiah, sains. Labih khusus sains dalam pengertian moderen, yaitu ilmu pengetahuan berbasis metode empiris. Dikatakan pula sebagai metodologi scientific insight. Saya lihat, saya mengamati, saya uji dan saya percaya pada taraf uji tertentu dengan menggunakan metode empirik tertentu. Mereka yang berpendapat bahwa kenyataan itu tidak lain dan tidak bukan adalah semata-mata bisa teramati kita sebut sebagai saintisme. Kenyataan, dengan begitu, bersifat hanya one dimensional. Benarkan? tak begitu. Mengapa hidup ini bersifat multidimensional. Tanpa harus berpanjang kata, cobalah direnungkan apakah setiap hari hidup kita hanya bersifat 1 dimensi. Tak mungkin.

Oleh karena itu, karena hidup bersifat multidimensional maka ada hal-hal yang bersifat philosopical insight. Kenyataan harus logis tetapi harus bersifat menyeluruh. Sifat keseluruha ini tak memadai jika kenyataan hanya didasarkan atas apa yang dilihat di depan mata (empirikal) melainkan juga apa yang bisa dijangkau oleh penghayatan. Kata pakar filsafat Snijders, metafisika didasarkan atas pertanyaan yang paling luas dan paling mendalam, yaitu it is. Inilah yang selalu ditanayakan manusia sejak lahir sampai mati sebagai what it is. Dan jawabannya selalu adalah it is. Sheed mengatakan bahwa it is adalah kata yang paling kaya dan paling dinamis dari seluruh kata dan "inilah kata yang mewakili nama Tuhan itu sendiri"(F.J Sheed, Theology and Society, 1978). Nah, Aku ada yang Aku ada, it is what it is.

So, selamat jalanlah semua yang terkasih. kemana jalan mereka itu? It is ....

Tabe Tuan Tabe Puan

Rabu, 15 April 2015

Tuhan maha tahu, mengapa bertanya "di manakah engkau?"

Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" (Kejadian 3:9)

Dear Sahabat Blogger,

Barusan pagi ini, rabu 15 April 2015, menyelesaikan tugas menguji proposal penelitian seorang mahasiswa. Dalam diskusi tadi, saya bicara bahwa penelitian ilmiah, dan bahkan penelitian biasa, selalu dimulai dengan pertanyaan. Tak ada penelitian tanpa pertanyaan yang mendahuluinya. Mengapa demikian? Bartanya adalah naluri dasar manusia. Dalam filsafat,  manusia adalah makhluk yang bertanya. Tidak ada jawaban apapun yang mampu menghentikan manusia untuk bertanya. Karena itu, filsuf seperti Magnis Suseno maupun Snejiders, manusia disebut sebagai makhluk tak sampai. Satu pertanyaan terjawab, muncul pertanyaan baru. Tak selesai-selesai. Rocky sang penerus DNA saya yang berumur 5 tahun bertanya amat banyak sehingga saya kehabisan kata-kata untuk menjelaskannya dengan bahasa yang sederhana. Kenapa "adik mea" (janin) ada di dalam perut bukan di dalam mulut, begitu seterusnya. Isteri saya, yang sudah paruh baya, tadi pagi masih bertanya "ini siang mau makan apa"? Jikalau saya balik kantor kerumah melewati jam normal, pertanyaan isteri saya bisa sangat penjang dan  amat membahayakan.

Mengapa manusia bertanya? karena manusia memerlukan pengetahuan. Mengapa manusia perlu pengetahuan? Pertama, karena manusia perlu dasar bagi tindakannya. Dikarenakan tindakan manusia itu bermacam-macam alasan untuk pemenuhan kebutuhannya yang juga bermacvam-macam maka tak heran pertanyaannya juga bisa berjuta macamnya. Kedua, manusia perlu tahu yang lebih banyak lagi. Pengetahuan manusia itu selalu terbatas tetapi wawasannya bisa tak terbatas. Karena itu, untuk sebuah jawaban selalu ada jawaban baru guna mengejar ketertinggalan pengetahuan dibandingkan dengan wawasannya. Seseorang yang melihat dari kejauhan adanya awan di puncak gunung tetapi tak tahu persis bagaimana si awan bisa bertengger di puncak gunung sementara dalam cakrawalanya si manusia berpikir bahwa alangkah nikmatnya berumah di atas awan. Singkat kata, bertanya itu  manusiawi. Beres? Belum....

Jika benar, bertanya adalah sifat manusiawi, bagaimana dengan Tuhan. Bolehkah Allah bertanya? Mari kita berspekulasi di titik ini. Allah tidak bertanya karena itu bukan sifat Allah. Dia maha tahu karena itu tak memerlukan pengetahuan. Dia maha tahu maka tak ada distansi antara pengetahua dan cakrawala-NYA. Jika begitu maka kita perlu bertanya, apakah Allah akan kehilangan sifat ke-Ilahi-annya jika DIA bertanya? Jika kita bersifat begitu maka tanpa sadar kita telah memberikan batas kepada Allah. Bisakah manusia yang fana memberi batasan pada yang maha mutlak? Atau, jangan-jangan kita harus setuju dengan Nietzsche bahwa Tuhan sudah mati karena itu tak usah rewel tentang DIA. Atau kita setuju dengan Feuerbach bahwa Tuhan itu cuma khayalan, manusialah yang nyata dan karena itu agama hanyalah hasil proyeksi manusia terhadap dirinya sendiri. Ataukah kita harus bilang seperti filsafat Agnostik Imanuel Kant bahwa Tuhan berada di luar jangkauan obyek inderawi manusia, karena itu DIA tak terjangkau akal. Begitulah, filsafat yang ingin bernalar tentang Tuhan berujung pada aneka konklusi yang saling bertentangan. Jadi bagaimana?

Mungkin Teologi memberikan jawaban (dalam hal ini saya merujuk kepada Teologi Kristiani) dengan resiko akan ditentang mati-matian oleh aliran pro-empirisme yang berpendapat bahwa metafisika sudah selesai. Apakah Allah boleh bertanya? Saya tak bilang ia atau tidak tetapi (kecuali ada kesalahan dalam transrip Alkitab) maka Kitab Kejadian 3:9 memberi petunjuk bahwa Allah memang bertanya ketika DIA mencari-cari Adam dan Hawa yang barusan saja makan buah terlarang di Eden...."Di manakah engkau?". Apakah Allah kehilangan sifat Ilahinya? (tanpa perlu merujuk kepada kisah hidup-mati-bangkit Jesus) Saya harus bilang bahwa kita tak bisa membatasi Allah kecuali DIA sendiri. Jika DIA ingin bertanya, siapa mau melarang. Bagaimana mungkin yang relatif  mampu menghalangi yang mutlak?. Allah berdaulat dan saya tak mau berspekulasi tentang itu. Referensi pada Kitab Ulangan 29:29 membantu menopang pendapat saya itu, begini bunyinya...."Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya...". Jadi bagi saya, cukuplah saya tahu bahwa Allah bertanya, bukan karena DIA butuh pengetahuan. Siapa tahu dengan cara ini DIA mau menilik saya. Hidup saya harus benar supaya jika saatntya datang penghakiman saya bisa menjawab apa yang saya kerjakan (bukankah hakim juga kerjanya bertanya-tanya?). Ini akan saya ajarkan juga bagi anak-cucu saya turun temurun. Lalu, apakah dengan bertanya, DIA tak lagi Tuhan, biarlah itu rahasia-NYA. Jika saya menyelidiki apa-apa yang dikatyakan dan yang tak dikatakan, itu bukan karena saya ingin melawan kedaulatannya tetapi saya memang ingin berpikir tentang Tuhan. Salahkah? Ayat berikut ini membantu saya ...."Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu" (Markus 12:30). Apakah menggunaka akal mendatangkan dosa? Tidak dan itulah alasan saya mengapa saya sering melakukan silogisme tentang DIA. Ketika akal saya tak mampu menjelaskan DIA berdasarkan pengamatan empirik maka biarkan pengamatan metafisika menuntun saya berjumpa secara intelektual dengan DIA. Lho, bukankah positivistik menolak metafisika? EGP, emang gue pikirin. Adalah kehendak bebas saya yang mau begitu, yang lain tak bisa melarang saya. Sekian....

Berikut adalah sebuah lagu bagus nan abadi karya si Raja musik Folk-Country Bob Dylan yang dinyanyikan kembali oleh Stevie Wonder. Kita, manusia, adalah penanya sepanjang masa. Please listen carefully (begitu kata ibu guru bahasa inggris saya ketika di SMP)

Stevie Wonder - Blowin' in the Wind Bob Dylan 

Tabe Tuan Tabe Puan


Senin, 05 Mei 2014

ku rindu

ku rindu kau
karena kau adalah matahariku
matahari yang memanaskan tanah dan laut
tanah dan laut yang panas menjadi uap
uap air terbang menari ke angkasa jadi awan
butir-butir airnya bertabrakan berpelukan
menjatuhkan air
salju, hujan, embun
dan juga harapan

sungguh ku rindu
karena kau adalah sinar
yang menembus ke dalam daun
daun memasak subur dan air yang dari tanah
dikirimnya apa yang dimakan sapi
sapi merumput ku makan dagingnya
dan jadilah energi, pikir dan kerja
dan itu juga, harapan

amat sangat kumerindu kau
karena kau amat dekat di hatiku
kau berbisik hal baik di hati
lalu kebaikan itu menjadikan bumi lebih indah
dari rumput keluar makanan
dariherba kulihat mawar
yang wangi itu melati
yang meneduhkan itu pohon
itu sungguh harapan

hujan tak jadi banjir
rumput tak jadi gulma
sapi tak jadi pemangsa
duri mawar tak membunuh
kejahatan ada tetapi
tak menguasai
ini harapan

ku rindu kau
kau ibuku
kau ayahku
kau istriku
kau anak ku
kau alur genetikaku

kau sahabatku
kau musuhku
kau
ya
kau

(ini yang paling utama):

KAU
TUHANKU

(ini fakta)

mengapa kurindu:
kau ada tapi aku abai
tak banyak yang ku buat
maafkan
aku

(ini lebih dari fakta)

kupang, 5 mei 2014
lembaga penelitian
Undana

Kamis, 24 April 2014

johnnie dan dollie dan dadu

Dear Sahabat Blogger,

Sekali waktu di tahun 1900, tersebutlah seorang pria yang kurang begitu beruntung, namanya johnnie. Orang ini barusan lulus perguruan tinggi yang test masuknya dilalui berkali-kali. Kurang pintar dia, waktu itu. Setelah tamat, sibuklah dia mencari kerja. Melamar menjadi pengajar di almamaternya, tak diterima dia. demikian juga di beberapa tempat lain. Bersamaan dengan itu, si johnnie punya pacar cantik, namanya dollie (kalo dolly, itu istri saya). Berkasih-kasihanlah si johnnie dan si dollie tapi tak bisa menikah karena orang tua si dollie tak mengijinkan karena si johnnie adalah pengangguran. Tak punya kerja (mengenaskan banget nih).

Tapi peruntungan si johnnie berubah, di awak 1901 datang berita dari kantor hak paten swiss bahwa ada kemungkinan si johnnie jadi pegawai di situ tetapi harus menunggu setahun. Pada saat yang sama mantan dosennnya di universitas di winthertur, swiss mendapat panggilan wajib militer. Dia bisa mengisi jam kulihanya si profesor, rebstein namanya. Dalam kegembiraan itu, si johnnie mengirim surat pada kekasihnya si dollie. Bunyinya begini (saya petik sebagian):

Milan, Senin 15 April 1901

Dollie kekasihku,
Jangan marah padaku karena tidak mengindahkan permintaanmu untuk datang ke Lugano. Sekali lagi aku merasa tertekan menjelang akhir pekan lalu karena semua usahaku mencari pekerjaan tidak mengalami kemajuan sedikitpun. Tetapi tunggu saja, cinta, kita akan melihat sesuatu yang lain dan terkejut. Eh, kemarin aku mendapat surat dari Prof Dr Rebstein di sekolah tinggi teknik di Winterthur, isinya beliau memintaku untuk menggantikannya mengajar mulai 15 mei hingga 15 juli, karena dia harus memenuhipanggilan dinas militer. Kamu bisa membayagkan beta senangnya hatiku walau harus mengajar 30 jam per minggu, bahkan termasuk matakuliah geometri deskriptif. Pada malam sebelumnya, aku mendapat surat dari Marcel yang memberitahu bahwa aku akan mendapat posisi permanen di kantor paten Swiss di Bern! Bukankah itu suatu BERKAH YANG TERLALU BANYAK untuk kuminta sekaligus? Aku hanya berpikir betapa menakjubkan peekerjaan ini bagiku! Aku akan gembira jika saatnya tiba....Dan bagimana kabarmu, gadis kecilku sayang? Cium lembut dari milikmu, johnnie

Bagimana? puitis sekaligus lurus kepada maksud. Mudah-mudahan anda menikmatinya dan saya jamin anda tidak rugi karena si johnnie adalah panggilan kesayangan si dollie kepada kekasih hatinya yang bernama lengkap albert einstein. Ya, si johnnie adalah Einstein. Sedangkan si dollie sendiri bernama lengkap mileva maric, teman kuliahnya. Johnnie dan Dollie akhirnya menikah pada tahun 1903 setelah terlebih dahulu pada tahun 1902 resmi bekerja di kantor hak paten Swiss.

Apakah tentang kisah asmara asyik masyuk 2 si johnnie dan si dollie, tulisan ini? Ya, tetapi itu hanya bagian dari keseluruhan plot yang saya niatkan. Jadi bagaimana? beginilah (begitu dong kurang cocok): Albert Eisntein dapat dikatakan sebagai manusia paling jenius yang pernah lahir sampai saat ini. Teori relativitas umum dan khususnya merubah sama sekali pandangan orang tentang alam semesta. Rumus E = MC kuadrat sangat terkenal dan menjadi pintu masuk bagi dihasilkannya mesin pembunuh paling mengerikan, bom atom. Tetapi sampai akhir hayatnya dia masih belum bisa menerangkan bagaimana hukum-hukum alam secara teratur menjalankan alam semesta ini. Di pihak lain, pakar lain berpendapat bahwa tidak ada keteraturan di alam. Eisteinpun akhirnya berpendapat bahwa Tuhan tak pernah menjalankan dunia ini secara random a.k.a probabilitas. Kalimat mashur dari Einstein untuk ini adalah "Tuhan tak pernah main dadu". Semuanya pasti.

Lalu, kalimat inilah yang meletakkan Einstein dalam persoalan lain, yaitu apakah Eistein percaya adanya Tuhan? Einstein satu kali pernah menulis begini:
 "Aku tidak dapat membayangkan suatu Allah personal yang langsung mempengaruhi tindakan-tindakan orang per orangan, atau secara langsung duduk mengadili semua ciptaan yang telah dibuatnya sendiri".
 Lain waktu, Einstein menulis begini 
"Agama masa depan akan berupa suatu agama kosmik. Agama ini harus melampaui Allah personal dan menghindari dogma dan teologi. Mencakup baik yang natural maupun yang spiritual, agama ini harus didasarkan pada suatu perasaan keagamaan yang muncul dari pengalaman bahwa segala sesuatu yang alamiah dan yang spiritual ada dalam suatu kesatuan yang bermakna.
Lha, bagaimana ini? saya harus bilang begini, dalam dunia moderen, Teologi yang pernah sangat berjaya akhirnya turun takhta dan akhirnya diabaikan. Griffin menuliskan 2 sebab utama, yaitu 1) Tuhan, nilai trasenden dan jiwa manusia sama sekali tak cocok lagi dengan verifikasi ilmiah, dan 2) Teologia adalah cara manusia memperoleh selamat dan di zama moderen keselamatan adalah produk teknologi dan pasar. Filsafat ilmu menabrak habis baik filsafat fundamentalisme maupun filsafat apolgetik. Lalu, bagaimana? Habiskah Tuhan seperti kata Nietzsche "got is tot", tuhan sudah mati? Mengikuti pikiran Albert Einstein, pintu bagi kehadiran Tuhan masih ada tetapi bukan tuhan personal seperti yang diajarkan agama samawi melainkan Tuhan kosmik. Dalam suatu kesempatan menonton konser musik, Einstein yang terpesona denga suguhan musik itu mengatakan bahwa "aku merasa kehadiran Tuhan di dalam musik indah itu". Kisah hidup Eisntein menunjukan bahwa hidupnya mirip dengan keyakinan deterministiknya, yaitu bukan probabilitas. Lalu, lihatlah Einstein percaya bahwa pekerjaan yang diperolehnya adalah berkah. Dari siapa? Pemeluk agama samawi akan bilang ya dari Allah. Dari Yahwe. Tetapi mungkin yang dimaksudkan Einstein adalah sesuatu yang misteri kosmik dan mungkin itu Allah (atau sesuatu yang lain). Einstein merasakan adanya cinta yang tak bisa diukur secara positif itu tetapi dia bilang di lain waktu "tidak ada yang ilahi dalam moralitas".Ada berkah tetapi tidak dari ilahi. Dari mana? hanya 1 jawabannya, yaitu kemungkinan. Mungkin dari si ini atau dari si itu atau dari si fulan. Determinsitik tetapi random. Mungkin ini yang menyebabkan sampai akhir hayatnya orang pintar ini tak menemukan jawaban pasti (penerusnya, Stephen Hawking menggagas Teori Segala tetapi masih tinggal kemungkinan). Tuhan ingin diusir tetapi yang diusir itu tersenyum melambai-lambai.

Di saat itulah saya melihat bahwa Einstein memasuki dunia paradoks manusia, yaitu ada 2 kebenaran tetapi seolah tak berhubungan. Tak ada bukti Tuhan yang terukur karena jiwa tereduksi tetapi jiwa yang tereduksi itu memanggil-manggil yang misterius itu. Nietzsche sendiri meramal bahwa "tuhan yang kita bunuh itu terus memanggil dalam jiwa manusia". Saya sering mengalami hal seperti ini, di Alkitab bilang begini tetapi dalam kajian keilmuan seharusnya begitu. Buah semangka berdaun sirih aku begini engkau begitu. Paradoks itu. Paradoks? Apa lagi ini? lain waktu kita ngobrol. Sekarang cukuplah kesian...eh, sekian...dagh dagh johnnie dagh dagh dollie....God Bless You!!!

Tabe Tuan Tabe Puan

Selasa, 08 April 2014

memilih itu bebas

Dear Sahabat Blogger,

"JADI, benarkah Allah yang bertanggung jawab atas penderitaan dan kesakitan manusia? Jelaslah bahwa Allah sendiri melakukan pilihan. Dan Ia mengambil keputusan, termasuk segala risikonya, yaitu menciptakan alam dengan "hukum kodrat" yang pasti, sekaligus menciptakan manusia dengan "kehendak bebas".

Kayu misalnya diciptakan oleh Allah keras dan padat. Ini "hukum kodrat"nya. Manusia tidak bisa mengubah "kodrat" ini. Tapi "kehendak bebas" manusia, memberinya pilihan untuk memanfaatkan kayu yang keras itu untuk membangun rumah atau untuk melukai sesamanya.

Tentu saja Allah bisa-mengetahui maksud jahat manusia-lalu mengubah kayu yang keras itu menjadi seperti spons. O, bisa! Tapi ini sengaja tidak dilakukan-Nya. Pertama, karena Ia menghormati "hukum kodrat" yang Ia tetapkan sendiri. Dan kedua, karena Ia juga mau menghormati "kehendak bebas" manusia, yang risikonya memang adalah bebas melakukan kebaikan tapi bebas pula melakukan kejahatan"

(Dunia Tanpa Kesakitan?, Dr. Eka Darmaputera)

posting kali ini dibuka dengan kutipan dari renungan Dr. Eka Darmaputera alm. yang intinya ingin mengatakan bahwa manusia itu memiliki kebebasan yang justru berasal dari Allah. Silakan menggunakannya karena dengan begitu manusia boleh menggunakannya dalam menghadapi "hukum kodrati" yang alamiah dan pasti itu. Catatan pentingnya adalah jika benar kebebasan itu berasal dari Allah maka tak pelak lagi kebebasan bersifat ilahiat. Luar biasa kan? 

Tulisan ini dibikin pada tanggal 8 april 2014. Sehari menjelang pemilihan umum bagi anggota legislatif baik yang berada di DPR RI, DPRD I, DPRD II dan DPD. Adagium lama yang terkenal dalam kaitannya dengan pemilu adalah "suara rakyat adalah suara Tuhan". Kebanyakan orang setuju dengan adagimum ini tetapi tak semuanya. Misalnya, kebanyakan orang Kristen ketika membaca kisah penyaliban Yesus Kristus pasti menolak adagium ini. Bagaimana mungkin suara Tuhan jika orang banyak memilih menyalibkan Yesus yang tak bersalah itu sembari membebaskan barabas yang jelas-jelas penjahat. Tak mungkin itu suara Tuhan kan? Mutlak begitu? belum tentu karena ada pula orang Kristen yang berpandangan lain, yaitu memang sudah harus begitu supaya "genap" grand design Allah bagi dunia. Bukankah jikalau Yesus tak mati di Salib, gagal pula skenario yang bahkan sudah disebut sejak Perjanjian Lama. Lalu, dari mana untuk teks yang pasti, orang-orang masih saja berdebat membela pandangannya masing-masing? jawabnya ini: karena manusia tanpa kecuali memiliki "kehendak bebas". Itu asazi. Hegel sang filsif jerman mengatakan sejarah dunia adalah sejarah mencari kebebasan. Sartre mengatakan bahwa manusia "dikutuk" untuk menjadi bebas kendati dia sendiri takut untuk bebas.

Itu pegangan pertama bagi saya bahwa pemilu adalah wahana yang di dalamnya ada kebebasan saya seberapapun besar kewajiban saya. Saya bebas untuk mencoblos atau tidak. Saya bebas memilih si anu dan si inu sembari tidak memilih si polan dan si fulan. Tetapi ada hal kedua yang jadi pegangan saya yang justru berasal dari pandangan tentang kebebasan itu sendiri. Saya mulai dari pertanyaan, apa itu kebebasan? Saya mengutip beberapa filsuf dan pendapatnya tentang bebas:

  • Aristoteles: tujuan hidup manusia adalah mencapai eudaimonia, atau kepenuhan diri . atau kebahagiaan sejati. Jika orang sudah mendapatkannya, maka ia tidak akan menginginkan apapun lagi. Hidupnya sudah penuh dengan sendirinya. kebebasan adalah upaya untuk bahagia. Bagaimana caranya? Aristoteles bilang: dengan menajamkan akal budinya. Dengan begitu kebebasan bukanlah sesuatu yang netral, melainkan mengarah pada penajaman akal budi manusia guna mengembangkan keutamaan-keutamaan dirinya, seperti sikap berani, adil, jujur, siap berkorban, dan lain sebagainya. Kebebasan bukanlah tujuan pada dirinya sendiri.
  • Agustinus berpendapat bahwa kebebasan bukanlah perilaku ataupun tindakan, melainkan kehendak. Kebebasan paling murni adalah kehendak bebas. Manusia memang ciptaan Tuhan. Namun manusia memiliki status istimewa, karena ia memiliki kehendak bebas di dalam dirinya. Tuhan pun tidak bisa ikut campur mempengaruhi kehendak bebas manusia. Tuhan bisa memerintah namun manusia bisa menolak, karena ia memiliki kehendak bebas. Kejahatan lahir bukan karena Tuhan menciptakannya, tetapi karena manusia bisa memilih yang jahat dan yang baik di dalam hidupnya. Dengan kehendak bebasnya manusia bisa memutuskan, apakah ia akan menjadi orang yang baik, atau tidak. 
  • Immanuel Kant kebebasan adalah otonomi moral, yaitu kemampuan orang untuk menentukan dirinya sendiri. Dengan akal budinya orang bisa secara rasional menentukan, apa yang baik dan apa yang jahat. (Kant, Critique of Practical Reason) Ada beberapa kriteria etika yang dirumuskannya. Pertama, dengan kebebasannya orang bisa menentukan, apakah suatu tindakan bisa dijadikan hukum universal atau tidak. Kedua, juga dengan kebebasannya, orang bisa menentukan, apakah tindakannya menjadikan orang sebagai tujuan pada dirinya sendiri, atau semata alat bagi kepentingannya. Bagi Kant manusia memiliki martabat yang tinggi. Ia tidak bisa dijadikan alat untuk kepentingan apapun. Dan yang ketiga, manusia memiliki kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri. Dengan kebebasannya ia bisa memilih, apakah akan mengikuti kewajiban moralnya, atau tidak. 

Apa yang bisa kita simpulkan dari pernyataan para raksasa filsafat di atas? Kebebasan itu sejatinya adalah kehendak untuk mewujudkan keutamaan diri agar dapat mengikuti kewajiban moralnya. Itulah kebebasan jika saya bersetuju bahwa kebebasan adalah kehendak untuk mengikuti teladan sang pemberinya, Tuhan. Saya dapat saja memilih jalan sebaliknya, yaitu tak perlu memilik budi yang utama sembari mengacuhkan kewajiban moral. Itu juga kebebasan tetapi pasti tidak sesuai dengan teladan pemberi. Dasar apa saya bilang begitu? Meminjam wacana dalam kajian filsafat tubuh, jiwa dan roh maka saya mendapatkan konstruksinya. Begini:

Dalam setiap manusia hidup terdapat 3 bagian besar komponen, yaitu tubuh, jiwa dan roh. Tubuh adalah materi biofisik-kimiawi kita yang dengannya kita mampu menyentuh, membaui, mendengar, melihat dan merasa. Jiwa adalah immaterial tempat kita berkehendak (afeksi), beremosi, berlogika, berimaginasi, beralasan dan lain sebagainya. lalu, roh adalah spirit immortal yang konon merupakan tempat dimana Sang Maha Ada meniupkan dan membisikan kebaikan bagi kita. Dengan demikian, kebebasan adalah bisikan Ilahi yang dimengerti roh saya dan hal ini menggerakan jiwa kehendak saya yang lalu menuntun tubuh saya bertindak memilih kebebasan. Maka, saat saya berada di dalam ruang memilih, saat itulah seluruh akal budi saya akan saya tajamkan untuk memilih sebaik-baiknya berdasarkan referensi  yang tepat. Saya tak bakal memilih atas dasar "serangan fajar", keterpaksaan primordialisme, intimidasi pimpinan kantor, eksploitasi kemiskinan dan ketidak berdayaan dan atau kedekatan perkawanan semata. Itulah penindasan terhadap kebebasan saya. Dan jika itu saya lakukan maka sebenarnya saya tidak memilih secara bebas. Saya tidak akan begitu. Itulah pegangan saya yang kedua: memilih secara bebas, yaitu dengan ketajaman akal budi.

Memilih adalah kebebasan dan itu top merkotop, sip merkuzips....


Bee Gees - One [HD] 3D

 
Selamat Memilih Puan dan Tuan

Kamis, 20 Maret 2014

dari mana hendak kemana: quo vadis

Dear Sahabat Blogger,

Tak terasa sudah 3 bulan kita berada di tahun yang baru, 2014. Agak menyedihkan bagi saya dan blog ini. Terlantar, tak diurus dan tak ada entri baru. Beberapa sahabat memprotes keras. Keasikan maen FB luh. Jawab saya, mungkin saya begitu. Bisa juga tidak persis begitu. Satu hal yang pasti, di saat HUT blog ini yang ke 6, karena saya memulainya pada 20 maret 2008, semangat saya untuk menulis sesuatu yang agak panjang menurun drastis. Bisa karena saya kelelahan dengan laporan penelitian dan aktivitas lain yang panjang-panjang dan memakan banyak pikiran dan juga waktu. Bisa pula karena saya semakin menua 6 tahun lamanya. Saya sendiri berpikir, masalah saya dan blog ini ada pada faktor usia tadi. Bagaimana bisa begitu? Ya, sekarang saya semakin mudah jatuh sakit dan, cilakanya, sekali jatuh sakit bisa berhari-hari dampaknya. Akibatnya, proses berpikir mendalam perlahan lenyap digantikan dengan hal-hal kecil yang lebih ringan yang kebetulan formatnya cocok dengan format FB. Campur aduk tak keruan itulah yang membuat produktivitas saya menurun jauh dalam menelurkan tulisan di blog ini. 

Mudah ditebak, blog ini secara perlahan mulai ditinggalkan para sahabat. Menurut statistik blog, sehari paling banyak dikunjungi hanya oleh 10-20 orang saja. Jauh menurun ketimbang di saat saya sangat aktif dimana dalam 1 hari, blog ini bisa dikunjungi oleh paling kurang 50-an orang. Begitulah, Kurang perhatian akan berbalas kurang perhatian juga. Mata ganti mata, gigi ganti gigi. Saya tak perlu sedih karena itu sudah hukum dunia. Bahkan sayapun bertanya dalam hati, pas di saat HUT ke-6 blog ini...."quo vadis", mau kemana. Dan itulah pertanyaan ultimat pada setiap manusia hidup...."setelah semua yang terjadi sampai hari ini, quo vadis, so what, bade tindhak pundhi, pi mana woe, hendak kemana". lalu, tentang hal ini saya ingin sedikit berbagi kesusahan a.k.a kegalauan. Begini bos dan bis....

Bulan-bulan belakangan ini, saya kehilangan beberapa orang saudara, sahabat dan kerabat....whusz, whesz, whooossszzz....hilang dibawa angin. Saya resah, apalagi sakit bertubi-tubu menghajar, dan lalu sering terbawa mimpi. Puncaknya semalam. Dalam tidur saya bermimpi sedang dikejar burung malam yaang menakutkan. Saya berlari dan terus berlari. Sampai di tepi jurang nan dalam tak kelihatan dasar, habis jalan saya. Dan si burung dengan sorot mata yang tajam dan paruh yang berdarah segera saja menyergap kearah saya. Habislah. Begitu? Tidak. Tiba-tiba saya punya kekuatan dan keberanian untuk melawan. Si burung saya tangkap lalu, entah dari mana, ada pistol di tangan saya dan lalu....baaaaaaaaaang...saya menembaknya 3 kali. Matilah si burung. Selesai? belum. Tak dinyana, dari bangaki burung itu keluarlah bayangan yang sangat besar dan tertawa terkekeh-kekeh dan berkata........"mampus kau kali ini, kau pikir urusanmu selesai dengan si burung mati? tidak. Kau sekarang membebaskan saya dari jasad si burung. kau tahu siapa aku, akulah lucifer mimpi buruk setiap manusia hidup dan sekarang saatnya kau aku musnahkan"....dengan menggerang keras durjana itu mulai melahap saya, asap hitamnya mulai meliputi saya dan perlahan saya kehilangan penglihatan dan juga mulai kehilamgan kesadaran. Tamat? belum bro en sist. Tiba-tiba datang sinar terang dari langit, sangat ternag dan menyilaukan dan lalu....si asap hitam hilang lenyap, saya tersadara tetapi sama sekali tak mampu melihat sinar itu dan.....saya pun terbangun tak mampu dan tau mau tidur kembali...ada apa? mau kemana?

Catatan kecil saya mengakhiri posting ini. Semua manusia hidup akan mengalami hukum biologis "generation and corruption". Ada saat kamu lahir dan saatnya ada pula untuk semuanya terhenti, terpotong, dikorupsi oleh ruang dan waktu. Waktu mudamu adalah manusia perkasa tapi jangan terlena karena akan datang masa kupingmu kehilangan pendengaran, matamu mulai merabun, tulangmu mulai berkapur dan kau mulai bersahabat dengan tongkat, jaket, kain panas dan tempt tidur. Bermula di tempat tidur, ujungnya kembali ke tempat tidur. Selesai? belum. Saat akhir akan tiba, tak begitu lama.....begitulah. So, ingatlah rumus hukum biologi ini "generation and corruption". Setelah itu, quo vadis? Itu pertanyaan saya dan anda juga baik kemarin, hari ini dan besok. Dan ini catatan kecil itu: yang bisa dibuktikan oleh fakta empiris adalah kematian biologis. Ketidakmatian bagaimana? Tak ada satupun metode empiris bisa membuktikan ini. Maka, jangan menyimpulkan bahwa kehidupan abadi itu tidak ada. Ilmu hanya bisa bilang, sejauh pengamatan tidak ada manusia hidup secara biologi terus menerus. Nietzsche bilang, hidup lalu nihil. Marx bilang dinamika dialektik akan sampai di satu titik dan selesai ketika manusia menjadi sempurna. Apa itu nihilisme dan apa itu sempurna. Kedua orang ini tak punya jawaban ultimat. Pemuja dan penentang keduanyalah yang bertengkar hingga hari ini. Heeeeiiii, untuk apa keributan mirrip orang indonesia kampanye pemilu itu? tak jelas. Tak tahu kemana ujungnya. Quo vadis...

Selesai? belum. Ada titik yang masih harus kita tuju. Hidup itu proses menuju. Hidup adalah mampir minum, setelahnya berjalan kembali menuju ke satu titik. Apa itu? Omega. Dimana itu? hanya Allah yang tahu, kita cuma peziarah yang berjalan. So, jalanlah terus tuan dan puan. Berbuatlah kebaikan. Lho emangnya kau pengen punya musuh semasih hidup biologis? kesian eh sekian.....

Celine Dion & Bee Gees- Immortality In The Recording Studio


Tabe Tuan Tabe Puan

Selasa, 13 Agustus 2013

(saia tak suka) 3 bukti bahwa manusia keturunan kera

Dear Sahabat Blogger,

Lama menghilang, dengan alasan yang sudah saya ungkapkan di posting terdahulu, membuat rindu. Kebetulan hari ini diberi ijin untuk bedrest oleh boss saya di kantor maka posting ini dibuat. Pada mulanya ada pilihan posting: apakah tentang kemerdekaan ataukah tentang evolusi? Tentang kemerdekaan pastilah akan banyak perbincangan lalu saya kuatir menjadi seperti "menggarami air dilaut". Lagi pula, banyak hal ichwal di sekitar kita yang bertautan dengan negara yang membangkitkan rasa "emosi jiwa", kendati 2 ganda bulutangkis kita menang, jadi juara dunia. Itu terlalu sedikit. Bayangkan, baru saja 2 hari setelah lebaran, warga di DKI dan di Lamongan berperang tanding. "Apa itu tidak edhaaaaan" kata Gombloh yang sudah awarahum (minjem Asmuni Sri Mulat yang juga telah awarahum). So, ketimbang posting tentang merdeka lalu hanya menjadi cacimaki untuk negeri (ada sahabat blogger saya yang bernama "anak NKRI" yang siap mencomel saban kali saya marah-marah kepada rekipliek) mending saya menulis tentang evolusi saja. Lalu, inilah tulisan itu:

Selama liburan 9 hari, saya menuntaskan membaca 1 buah buku berjudul "Evolusi" karya Ernst Mayr (2010, edisi asli 2001). Ernst Mayr adalah seorang biologist dan lalu merintis berkembangnya bidang filsafat biologi. Zoologist ini pernah meneliti tentang burung-burung di Papua yang menuntun beliau pada penemuan teori spesies biologis dan cara peembentukan spesies baru. Asal tahu saja, 2 konsep temuannya ini menjadi penopang yang kuat bagi konsep biologi evlolusi-nya Darwin. Dan asal diingat saja, teori Darwin adalah teori yang dianggap sebagai penemuan terbaik manusia terhadap rahasia alam. Teori ini bahkan dianggap lebih hebat ketimbang teori Eisntein, Newton, Hawking, Thomas Edison dengan listriknya dan setumpuk para raksasa lainnya. Asal pula dicatat bahwa teori evolusi Darwin telah hampir memutuskan keterkaitan antara ilmu dan agama wahyu. Ini bikin repot karena kadang kala perdebatan berubah menjadi kerusuhan. Singkat kata, Ernst Myar sungguh-sungguh contoh guru besar sejati yang terkenal karena karya ilmiahnya, bukan omong kosongnya. Tentang ini, saya harus malu. Lalu, apa kata beliau tentang evolusi. Banyak dan tak mungkin habis dibahasa di halaman ini. Karena itu saya ingin fokus pada pendapat beliau tentang evolusi manusia. Lengkapnya begini:

Tentang evolusi beliau berpendapat "bahwa evolusi telah terjadi sudah luas diakui". Selanjutnya, dikatakan bahwa kehidupan berasal dari satu asal, yaitu kumpulan makromolekul yang bisa memperoleh zat dan energi dari molekul tak bernyawa di sekitarnya dan juga dari energi radiasi matahari.Sekitar 3.8 milyar tahun lalu, kehidupan pertama muncul di bumi dalam bentuk prokariot (bakteri, tanpa isi sel) sampai sekitar 1 milyar tahun lalu. Setelah masa ini, muncul eukariot (organisme dengan inti sel). Dari titik ini, kehidupan beringsut berevolusi menjadi tumbuhan dan hewan. Pada sauatu masa antara 33-24 juta tahun lalu muncul primata kera dan Proconsul pada antara 23-15 juta tahun lampau adalah nenek moyang manusia.Kera Australopithecus ada sekitar 3,8 - 2,8 juta tahun lalu. Lalu perubahan drastis dari savana pohon menjadi savana semak di Afrika memaksa kera turun ke tanah dan membentuh Homo. Secara tiba-tiba bermunculan Homo hamabilis pada 2 juta tahun lalu lalu belakangan dirubah sebutanya menjadi Homo Rudolfensis. Pada saat yang bersamaan muncul Homo erectus (ditemukan fosil paling tua di Jawa dan China, bukan di Afrika).

Akhirnya, 1 juta tahun lalu hadir Homo sapiens yang adalah manusia moderen yang tercatat menyebar keluar daari Afrika antara 200 - 150 ribu tahun lalu dan, antara lain, mencapai Nusantara antara 60 - 5- ribu tahun lalu. Dengan meyakinkan Mayr berpendapat, inilah nenek moyang manusia termasuk nenek moyangnya dia, kakeknya, buyutnya dan juga saya (anda juga dong). Benar begitu? Probabilitas. Kemungkinan. Terlalu banyak uraian Mayr yang menggunakan pilihan kata "kemungkinan" dan "tiba-tiba muncul". Ketika menyatakan bahwa 3.8 M tahun lalu hadir prokariot, seketika pula dinyatakan bahwa tidak ada bukti fosil. Dari mana bisa disimpulkan begitu? Ya karena ada temuan fosil eukariot, makhluk sesudah prokariot, maka sudah seharusnya ada prokariot. Hipoteis tanpa bukti tetaplah hipotesis bukan? Lagian, agak aneh, jika kehidupan pertama adalah bakteri, mengapa tidak sekalian menyebutkan bahwa nenek moyang Ernst dan kita semua adalah bakteri? Apa karena dengan begitu setiap buang air besar, kita tidak dituduh membunuh nenek moyang kita sendiri manakala kita memebersihkan tubuh kita dengan sabun? Entahlah...

Akhirnya, guna meyakinkan bahwa manusia sungguh-sungguh keturunan kera, Profesor Erns mengajukan 3 buah bukti, yaitu:
  1. Bukti anatomis : semua struktur anatomi manusia sampai rinciannya sama dengan anatomi kera Afrika. Segelintir perbedaan manusia dengan kera hanyalah perbandingan ukuran lengan dan tungkai, keluwesan ibu jari, rambut tubuh, pigmentasi kulit dan ukuran syaraf pusat, khususnya otak depan.
  2. Bukti fosil : banyak bukti fosil bahwa antara  pada 5 juta tahun lalu terjadi perubahan dari simpanse menjadi manusia. Sayangnya belum ditemukan bukti fosil dari 8 - 5 juta tahun lalu yang menunjukan percabanagn garis keturunan kera menjadi simpanse dan manusia.
  3. Bukti evolusi molekuler : pengetahuan bio-molekuler menunjukan bahwa ada kemiripan yang luar biasa antara molekul kera dan manusia. Beberapa enzim dan protein seperti hemoglobin amatlah mirip di antara manusia dan simpanse. Perbedaan yang ada sangat kecil.
Demikianlah Mayr berpendapat lalu percayakah saya? Saya tidak ingin masuk sejauh itu, yaitu soal percaya dan tidaknya. Ada yang saya tidak suka dari cara pembuktian di atas. Perhatikanlah bahwa Mayr selalu meyakinkan bahwa semua argumennya itu dibangun atas bukti yang amat kuat. Hanya sedikit beda anatomis, hanya sekedar tidak ada bukti fosil pada masa sebelumnya dan akhirnya, hanya sedikit sekali beda antara molekul manusia dan simpanse. Dengan begitu, Mayr berpendapat "sangat tidak rasional" menolak fakta bahwa manusia memang berasal dari kera. Bukti bertumpuk. Masalah saya ada di situ, yaitu apakah perbedaan yang amat sedikit itu adalah alasan bahwa kera dan orang itu sama? Kata "penjahat" dan "penjahit" amat mirip, hanya sedikiiiiiit banget bedanya, yaitu pada huruf a dan i setelah huruf h dan t yang sama yang menjepit a dan i. jangan sekali-sekali anda bilang bahwa ...ah itu soal lain....karena semuanya ini menggenai fakta empirik. Bukankah Mayr dkk ingin agar evolusi kera menjadi manusia diterima sebagai fakta? Jika begitu terima juga dong bahwa penjahat dan penjahit harus sama karena 2 buah kata itu adalah fakta. Bukan hayalan saya. Anda setuju dengan Mayr? Saya tidak.

Lalu, dapatkah kita mengandalkan fakta beda yang amat sedikit itu guna membenarkan fakta berikut ini. Pesepak bola Messi dari Barcelona tendangannya ke gawang real madrid gagal menjadi goal karena meleset sekitar 0.25 cm dari tiang gawang.  Dapatkah kita menganggap bahwa real madrid kalah 1-0 dari barcelona karena 0.25 cm itu jarak yang amat kecil? Fakta adalah apa yang menjadi kenyataan dan bukan kira-kira. Tendangan Messi fakta tidak menjadi goal karena terkena tiang gawang lalu tempias kekuar, out. Okeilah jika persoalannya dibawa ke area statistika probabilitas. Karena bukti sudah setumpuk, frekuensi bukti kemiripan berulang sangat banyak maka kumpulan data itu harus dianggap benar. Masalahnya, dalam teori probabilitas terdapat konsep alfa, yaitu ruang yang sangat sedikit bagi terjadinya galat atau eror. Tetapi teori probabilitas baru dianggap valid jika persebaran data normal, teracak dan seterusnya. Bagaimana mungkin hilangnya data selama 3 juta tahun dianggap sepele? Padahal 3 juta tahun itu ingin menunjukan terjadinya percabanagn antara kera dan orang. Karena itu, kehilangan data pada periode itu menurunkan tingkat keprecayaan terhadap kesimpulan bahwa manusia berasal dari kera. Jika dalam fakta, eror sekecil 1 persen bisa dianggap mengaburkan kesimpulan apalagi ketika eror menjadi 10, 20 30 dan ata anga lebih tinggi lagi. Filsafat manusia mengajarkan bahwa menjadi manusia itu adalah pengalaman asasi. Saya tidak mungkin mengira-ngira bahwa isteri saya itu manusia karena dengan begitu saya membuka kemungkinan bahwa isteri saya itu adalah kera. Menjadi manusia dan tidaknya adalah fakta 100%. Dan akhirnya, jika probalbilitas mengijinkan kesalahan, sekalipun itu 1%, maka bagimana kalau saya percaya sebesar 1% bahwa Darwin dan Mayr salah. Oh, tentang ini Mayr menyiapkan pendapat begini: ..."tak perlu menyajikan dengan tuntas fakta bukti evolusi karena fakta demikian tidak akan membuat yakin mereka yang tidak mau diyakinkan". Astaga, kalau tidak yakin bahwa penjahat dan penjahit itu sama ya sudahlah. Jika begini caranya maka itulah masalah teori evolusi kera menjadi orang. Anda tak bisa menari lantai yang dibilang terjungkit-jungkit. Alamaaakkk...

So, Bapak Ernst silakan percaya bahwa mak moyang anda adalah bakteri dan kera. tetapi mohon jangan bilang saya goblok nan pandir manakala saya percaya ada teori lain yang bisa menjelaskan siapa nenek moyang saya yang sebenarnya. Tak dijelaskankan pun tak mengapa koq. Faktanya adalah Ibu saya adalah seorang perempuan Jawa yang manis budi dan penyabar. Entah enzim apa budi baik itu tetapi saya sungguh percaya bahwa dari Ibunda itulah DNA budi baik yang saya punya....cchieeeeeehhhh...begitulah kali ini...

Tabe Tuan Tabe Puan

Kamis, 20 Juni 2013

from zero still zero

Dear Sahabat Blogger,

Beberapa waktu lalu, saya menulis sesuatu di media sosial Facebook. Adalah kesaksian bahwa di atas semua apa yang saya ada pada hari ini adalah TUHAN sebagai prima causa-nya. Tentang  apa kesaksian itu? Tentang ihwal transformasi dalam hidup saya mulai dari tak tahu apa-apa sampai akhirnya di-bisa-kan Tuhan supaya berlaku sebagai utusan-NYA dalam perkara ini dan itu. From zero to still zero but God has promoting me as my self to be HIS disciples. Begitulah sobat, setelah lama menghilang dari blog, lalu pengalaman itulah yang ingin saya tulis ulang.

Saya terlahir dari keluarga biasa-biasa saja. Ayahanda saya seorang Guru di SMEA Negeri Kupang, NTT. Bapak Robert Riwu Kaho. Ibunda, Agustine Riwu Kaho-Soedarjat adalah mantan guru semasa di Jawa tetapi semenjak menikah dengan Ayah saya, beliau lalu hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Kami bersaudara 12 orang, dua meninggal semasa masih bayi. Yang tersisa 10 orang hidup, kakak beradik, rukun dan ribut. Dahulu begitu, sekarang masih begitu juga. Semua saudara saya sekarang sudah menjadi "orang". Sebagaian besar tidak lagi tinggal di Kupang. Hanya saya dan adik laki-laki yang nomor 11 yang tersisa dan "menjaga kampung". Sekarang pejabat dia di salah satu Universitas Swasta di Kota Kupang. Makmur dia. Saya bagaimana? biasa-biasa saja sebagaimana halnya keluarga saya yang adalah keluarga biasa-biasa saja. Tetapi ada sedikit pembeda bagi kami, yaitu kami semua dibekali Ayahanda kami suatu semangat, yaitu tidak gampang menyerah dalam hidup. Inilah "sharing" saya di Facebook, ketika itu. Selamat menikmati.

So, sekali lagi, kami adalah keluarga biasa tetapi selalu diajarkan bapa Robert untuk jangan mudah menyerah terhadap kesulitan. Jurus yg selalu diingatkan bapa adalah bersandarlah kepada Allah. Bekerjalah keras tapi jujur. Setelah keduanya dilakukan maka terimalah dengan bersukur terhadap apa yang diberikan Tuhan. Kami keluarga yang juga tidak selalu lurus dan tegak perkasa dalam hidup. Selalu saja ada kisah jatuh dan bangun dalam hidup, terpuruk dan ditertawakan. Tetapi 3 jurus teladan bapa robert sungguh ampuh. Saya mau sharing barang sedikit. pengalaman hidup saya. Sebenarnya saya ini seumur umur tergolong bodoh. Di bangku SD, sejak kelas 1 - 4 status kenaikan kelas saya adalah kenaikan. percobaan. Di smp 2, raport semester 1 merah s3mua dan naik ke kelas 2 juga berstatus percobaan. Di sma 1 kupang, nilai matematika 3 pernah tertera di buku raport saya padahal anak ipa. Sewaktu kuliah semester 1 ip cuma 2, 39. Disaat s2 di bogor saya dipanggil wakil direktur pasca ipb yg menyarankan saya mengundurrkan diri ketimbang di DO karna ip di bawah 3. Saya ketika itu pindah studi dr peternakan ke agronomi dan saya buta kenop soal agronomi. Ketika s3 saya pindah studi lagi ke ilmu kehutanan, buta kenop lagi, masih belum sembuh benar dari serangan stroke ringan dimana bagian kiri badan saya kaku dan berjalan masih ditarik tarik, krn satu dan lain hal saya tidak punya beasiswa, di tengah masa kuliah malah gaji saya dihentikan oleh kantor dan diancam dipecat....luaaaarrrr biasa sulitnya.....tapi ketika selesai kuliah saya takjub dengan pencapaian saya, rikuliah dibawah standard wkt normal, menemukan 9 varian savana di zona iklim semi arid, menemukan sistem p3ndugaan bahaya kebakaran hutan dalam sistem kalender dasarian setahun berskala statistik ordinal, membuat sendiri model matematika aditif linear dalam design experimen, semua pencapaian ini diganjar dengan status cumlaude. Setelah itu saya malah mengajar matakuliah statistika di progam pascasarjana padahal dulunya goblok matematika, saya juga asik dengan isu pengelolaan Daerah aliran sungai (das) dan membuat sejarah dimana ntt adalah daerah pertama di indonesia yg punya perda pengelolaan das bahkan ketika aturan di atasnya belum ada. Saya juga mendesign model rpdast yg pertama yg aplicable di indonesia. Untuk 2 upaya ini 2 penghargaan pemerintah pusat diberikan bagi NTT. Dari pengalaman itu saya mendapat kesempatan untuk membantu dit PEPDAS Kemenhut untuk bicara ttg pengelolaan DAS kemana mana di seluruh indonesia...dst ..dst....APA KARENA SAYA DAN KELUARGA HEBAT???? tegas sekali, TIDAK. Saya harus bicara jujur bahwa hingga sekarang, saya tetap bodoh cenderung bebal, keras kepala, agak malas, hidup kurang tertib, semberonoan dan sakit sakitan. Di sinilah teladan bapa dan mama almarhum berperan sangat kuat, yaitu mengandalkan ALLAH, bekerja keras keras tapi jujur dan ikhlas.......

Sharing saya jauuuuhhhhh dari niat memegahkan diri. Ceritera hidup saya adalah kesaksian tentang kehebatan kuasa ALLAH PENGASIH, yaitu ALLAH MAMPU MENGATASI KETIDAK MAMPUANMU. Inilah teladan hidup bapa dan mama. Ini pula dasar posting di status saya hari ini.....mohon dimaafkan kalao keliru, tidak pantas dan terkesan memegahkan diri padahal apa yang dilakukan teman, sahabat, orangtua atau siapa saja  jauuuuhhhh melebihi saya,..sekali lagi, ini tentang teladan mengasihi Allah yang diberi bapa mama yg karenanya hari kematiannya kami peringati dalam doa...semoga ada gunanya bagi kita semua....GBY'ALL...

Tabe Tuan Tabe Puan

maaf maafkan maaf

Dear All,

mohon saya dimaafkan karena lama tidak posting. Ada gangguan di blog dan baru berhasil di "bersihkan".  Selanjutnya akan saya buatkan postingan baru as soon as possible. Saya berjanji tapi mohon para sahabat juga berjanji, jangan memaki, jangan memfitnah. Blog ini saya bikin untuk kebaikan. Bagi yang tidak suka terhadap saya secara pribadi, jangan menggunakan blog ini untuk pengumbaran amarah. Silakan mencari saya di Universitas Nusa Cendana. Janji juga ya he he he...Permisi Tuan Permisi Puan...

Minggu, 30 Desember 2012

takut en damai (selamat natal selamat tahoen baroe)

Dear Sahabat Blogger,

Satu hari menjelang berakhirnya si 2012 akhirnya terbitnya juga semangat untuk melakukan posting baru. Bukan karena apa bukan karena sesiapa tetapi kesibukan yang luar biasa menyebabkan celah waktu yang seharusnya bisa dipakai untuk memposting sesuatu malah teralihkan untuk istirahat dan atau aktivitas lain menjelang akhir tahun anggaran dan atau menjelang Natal dan Tahun Baru. Lalu tentang dua hal ikhwal terakhir inilah, Natal dan tahun Baru, saya memposting. Saya ingin mempercakapkan sesuatu dan hal itu adalah ini: 

Di tengah kesibukan yang luar biasa, tepatnya di saat menunggu keberangkatan menuju Kupang  dari Bandara Soekarno-Hatta, saya tercenung. Untuk apa semua capai lelah ini? Mengapa di saat sanak-saudara di Kupang tengah menyiapkan hati untuk merayakan Natal, saya masih harus antri check-in di sini (Bandara Soetta). Sesuatu yang hampir menjadi rutin setiap minggu sekali dalam 2 3 bulan terakhir? Saya menyimpulkan sendiri bahwa saya ada di sini karena takut. Lha koq takut? Ada geranga apa dengan takut? Mengapa takut?  Berdasarkan defenisi, takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Pakar psikologi juga menjelaskan bahwa manusia senantiasa akan selalu takut terhadap hal yang tidak diketahuinya. Dengan begitu, takut adalah salah satu dari emosi dasar manusia, selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan. Jelaslah, bahwasanya saya takut adalah normal. Manusiawi saja. Sepanjang saya manusia normal maka takut dan lain sebagainya pasti akan timbul entah dimana dan dalam waktu apa. Maka, berhati-hatilah bagi anda yang suka sok jago lalu bilang...."weeeeiiiii saya ini tidak punya rasa takut"....hhhmmmmmmm, awaslah, jangan-jang anda bukan orang tetapi alien....ckckckckck......

Kembali kepada situasi saya, apa yang membuat saya takut? Jujur saja adalah ini: saya takut tidak punya cukup uang untuk mengurusi keluarga saya. Lalu dengan itu saya menerima tawaran kerja dari mana mana, utara-selatan, barat-timur, barat daya, timur tak berlaut, dari segala penjuru mata angin lalu....wwwhhaaaszzzzz....wwwhheesszzzzz....whhiissszzzzz....whuszzzzz....terbanglah saya kesana kemari. Bekerja. Pidato ..... abla abla abla bla bla bleeehhh...lalu ...sreseetttttt, tanda tangan, honorpun penuh di kantung kanan dan kiri.  Karena saya takut tidak bisa eksis sebagai ilmuwan maka ...teliti sana sini, presentasi sini sana dan lalu ...sreeeessseeetttttttt ...... tanda tangan lagi, uang lagi. Cukup? tidak. Masih saja takut lalu hidup gampang sakit, gampang tersinggung, mudah ngambek dan berasa tak punya apa-apa di antara banyak apa-apa. Iya benarlah sudah, saya kehilangan damai sejahtera. Itulah situasi akhir saya. Semua agenda terpenuhi, sibuk, eksis, punya uang tetapi saya seperti kehilangan diri sendiri.

Damai adalah situasi aman tenteram (noun), menenangkan (verba) dan atau tenteram, tenang dan tidak ada permusuhan (adjektiva). Damai adalah afeksi positif. Lalu, apa itu sejahtera? adalah ini: aman, sentausa, makmur dan selamat (adjective) dan atau hal dalam keadaan selamat, aman, atau sejahtera (noun). Sejahterapun ternyata afeksi positif. Perhatikanlah sekarang, tagal takut (afeksi negatif) maka hasilnya adalah tidak damai dan tidak sejahtera (afeksi negatif). Sebenarnya salahkan saya menjadi takut? Jika merujuk pada teori psikologi seperti yang saya kutip di atas maka sebenarnya tidak ada salah-salah amat. Menurut teori eko-fisiologi, setiap makhluk hidup memiliki mekanisme internal dalam menghadapi cekaman (stress).  Ketika stresor itu datang maka makhluk hidup akan bereaksi dalam 3 cara, yaitu menghindar (avoidance), merubah diri (ameliorasi) dan beradaptasi total (total adaptation). Jangan berjalan di gelap jika anda takut kegelapan (avoidance), karena tubuh anda tidak bisa mengeluarkan sinar pakailah senter ketika melewati kegelapan dengan resiko tangan anda repot memegang senter (ameliorasi) dan akhirnya tetaplah bernafas dan bergerak kendati gelap (adaptasi total). Kata kuncinya adalah menyesuaikan dan itu berarti dinamis atau berubah. Kata yang disukai banyak orang terutama memasuki tahun baru atau ulang tahun. Berubah. Di kandang domba mengembiklah. Di kandang macan mengaumlah dikau. Dansalah dengan gangnam style jangan menari cerana kalau tidak ingin terlihat kampungan. Pakailah CU (celana umpan - kata anak kupang untuk celana yang sangat pendek dan ketat sehingga ketika adipakai rasanya seluruh paha dan pangkal paha bisa dilihat banyak orang) karena hal itu moderen. Baik? Oh ya sudah barang tentu baik tetapi (nah kembali ada tetapinya), teori Darwin mengatakan bahwa yang makhluk bio yang bertahan eksis adalah yang paling sesuai. Sesuaikanlah dirimu begitu rupa bila perlu kau tidak tampak seperti dirimu sendiri. Jangan cuma mengembik tetapi jika memang supaya selamat jadilah kau kambing maka jadilah begitu. Tagal itu,  konon begitulah logika Darwin, manusia adalah monyet yang berubah. Monyet hilang menjadi manusia. Lha, kalau manusia ketakutan dan secara perlahan berubah, lalu menjadi apa dia? Di titik inilah ketercenungan saya di bandara Soetta itu bermakna. Setelah semua yang saya peroleh, apakah semua masih akan berlanjut di masa depan? Apakah saya masih adalah saya seperti biasanya? jangan-jangan saya adalah alien hasil mutasi gen dari yang bermasalalukan dosen, suami, bapak, ketua forum DAS NTT dan.....ahaaa, jangan-jangan......begitu banyak jangan-jangan-nya lalu kembalilah saya pada siklus ketakutan.......

Dan, pas sudah, datanglah berita Natal....."hoooooiiiiiiiii jangan kamu takut, sebab bagimu sudah ada Damai Sejahtera yang tinggal bersamamu"......wow, saya tersentak girang dan sambil begitu saya koprol 5 kali. Saya sungguh memerlukan kepastian itu terutama karena, kendati cuma persepsi manusia, tahun 2013 menjelang. Satu masa baru akan datang. Apakah di tahun yang baru ini saya akan cukup punya uang? Apakah akan punya kesempatan eksis? Apakah saya masih akan menjadi sekertaris lemlit? Apakah, apakah, dan apakah......Ada banyak ketidak pastian. Ada jutaan kecemasan. lalu, ada milyaran ketakutan. Ampun deh, saya tak mau ketakutan secara kontinyu lalu kehilangan damai sejahtera dan lalu ..... menjadi alien. So help me God. Jawabnya ya itu tadi di atas..."jangan takut, karena damai sejahtera sudah tinggal bersamamu"....ahaaaaaaa......tapi bagaimana saya memahami dan belajar tentang rasa takut itu? Saya belajar dari orang kecil berikut ini:

Adalah seorang yang bernama Dessy. Seorang pekerja di sektor informal. Pembantu rumah tangga, kata mudahnya. Asisten kata kerennya. Orangnya baik, rata-rata. Kendalanya cuma 1, yaitu soal kepandaian. Nah untuk yang satu ini saya punya banyak persoalan. Si Dessy, ampun-ampun, di suruh bikin A dia kerjakan B. Diminta tolong membuatkan teh, memang dia bikin tehnya tetapi lalu diminumnya sendiri. Pernah sekali waktu saya panggil dia, .."Dessy...kau tolong ke apotik ya, eh kau tau apotik tidak?". Dessy menjawab dengan tegas: .."tau bapak, itu yang di depan rumah tempat jual ikan tu"...wkwkwkwkwkw, kacau sekali......Isteri saya suka kehilangan kesabaran dan lalu bersuara keras. Saya cuma kasi ingat dia bahwa .."weits, kalo dia pintar-pintar amat maka yang jadi boss adalah si Dessy, kita berdua adalah pembantunya". Manjur, biasanya isteri saya lalu tertawa. Lain kali kalau saya yang hilang sabar, isteri saya mengingatkan kembali apa kata saya itu. Tapi sungguh mati, ada yang asik dari nona Dessy kita ini, yaitu dicomelin seperti apapun dia tenang-tenang saja. Seolah tidak ada apa-apa lalu ...... kucluk, kucluk, kueeecccllluuukkkk...terus bekerja. Entah beres entah tidak. Saban kali ditegur dia diam dan kelihatan cemas tetapi itu cuma semenit dua. Sejurus kemudian dia sudah tertawa kembali. Melanjutkan bekerja, ramah kembali dan..."bapa, mau angkat tas pigi oto ko???", tanya Dessy sambil senyam senyum. Lalu, lihatlah kamar saya makin hari makin lebih bersih dan rapih ditata oleh Dessy...wooooooiiiiiiiii, Tuhan eeeee........menurut saya inilah orang yang punya takut tetapi lebih banyak rasa damai dan rasa sejahteranya. Entah di masa depan tetapi, sungguh mantri nama dokter, per hari ini Dessy-lah petunjuk dari Allah bagi saya tentang bagaimana hidup yang lebih memperbanyak rasa damai sejahtera ketimbang melebih-lebihkan rasa takut. Saya dipaksa belajar dari hidup orang-orang kecil seperti Dessy: punya sedikit ketakutan, punya banyak damai sejahtera dan perlahan dia berubah bukan dalam hal fisik melainkan dia mau sedikit belajar dari kesalahan. Berubahlah karena pembaruan budi-mu.....

Dan, begitulah sobat blogger, apa yang saya mau bilang bahwa dalam waktu-waktu menjelang akhir 2012 ini saya punya banyak peristiwa membahagiakan: kesibukan sebagai orang yang sedikit paham tentang Pengelolaan DAS, terbitnya buku karya saya, Otep berulang tahun, Dolly berulang tahun, Hari Natal dan persiapan Tahun Baru. Akan tetapi di balik semua hal gemilang itu selalu muncul rasa takut: apakah semua itu akan begitu di tahun depan? saya tak tahu. Semua masih gelap tetapi saya mau takut sedikit saja. Damai sejahtera lebih banyak. Saya kepingin perubahan karena budi pekerti yang dibarui. Itu saya. Bagaimana anda, sahabat blogger ku? SELAMAT NATAL bagi yang merayakan dan SELAMAT TAHUN BARU bagi semuanya. Tuhan Memberkati....

The Times They Are A-Changin' - Bob Dylan


Tabe Tuan Tabe Puan