Minggu, 11 Oktober 2009

"Jerman punya gen menang"...nggak asal ngomong, mister???

Dear Sahabat Blogger,

Menyaksikan pertandingan kualifikasi Piala Dunia Afrika Selatan 2010 zona Eropa antara Rusia VS Jerman, menimbulkan semangat tersendiri. Jerman menang 1-0 atas Rusia. Gol si Raja Udara Miroslav Klose memenangkan Jerman. Satu umpan dari Mezut Ozil yang nyaris menyentuh tanah, masih sempat ditanduk oleh Klose dengan kecepatan dan akurasi yang mengagumkan dan GOOOOLLLLL. Pergilah Jerman dengan sebuah tiket ke Afrika Selatan. Selamat, Jerman. Sori, Rusia.

Pengaruh kemenangan Jerman atas Rusia berimbas juga pada semangat saya untuk membuat sebuah posting baru setelah berhenti 3 minggu lamanya. Tetapi sejujurnya bukan kemenangan itu yang secara langsung menerbitkan kembali selera saya untuk membuat posting baru melainkan sebuah ucapan dari mister Joachim Jogi Loew (JJL) ketika melakukan jumpa pers pascapertandingan. Dan perhatikanlah ucapan si mister JJL yang saya kutip dari www.goal.com berikut ini:

"Aku rasa para pemain sudah punya gen juara dalam diri masing-masing,"
Mari kita tengok sebentar alasan mengapa sampai si mister berujar demikian.

Kita tahu bahwa selama 90 menit pertandingan + masa injury time kesebelasan Jerman, seperti biasa, tidaklah menampilkan permainan yang menawan kecuali daya juangnya. Rusia mendominasi dan membombardir gawang jerman dengan lebih dari 10 kali tembakan langsung ke arah gawang. Sementara Jerman hanya melakukan itu sebanyak kurang dari 7 kali. Pada menit ke 69, Boateng diberi kartu kuning keduanya alias sebuah kartu merah yang memaksa Jerman bermain hanya dengan 10 orang. Tercatat pula 2 buah pelanggaran di kotak penalti Jerman yang dilakukan oleh Ballack dan Friedrich tidaklah berbuah hukuman penalti. Jadi, menguasai nyaris total pertandingan dengan lawan yang incomplete, tetapi kalah sudah pasti amat menjengkelkan hati. Sang allenatore Rusia, yatu meneer Guus Hiddink (yang tidak ada hubungan persodaraan sama sekali dengan Gus Dur) terlihat amat kesal dan dongkol dan di dalam warta yang saya baca (www.detik.com) tertulis begini:

Mengomentari jalannya laga, Hiddink dengan nada ketus mengatakan bahwa seperti itulah karakter Jerman yang hanya mengandalkan serangan yang minim.

"Ini merupakan cerita lawas, Jerman hanya memerlukan satu peluang untuk mencetak gol," tuturnya di Fifa.

"Kami memiliki tiga atau empat peluang matang yang tidak dapat berbuah menjadi gol. Namun sekarang kami harus puas dengan tempat di playoff."
Anda lihat, dengan 3 - 4 peluang matang goal bagi Rusia is nothing sementara hanya dengan 1 peluang, Jerman membikin goal dan berangkat menuju Afsel 2010. Kebetulan? bisa ya dan bisa pula tidak. Tapi ..ahaaaa....lihalah statistik berikut ini, yaitu dari 32 laga resmi Rusia VS Jerman di berbagai ajang, RUSIA BELUM PERNAH MENANG. Dan atas dasar itulah, mister JJL, yang sebenarnya agak malu-malu kampret tagal anak buahnya tidak beres di lapangan itu, sampai berucap bahwa Gen juara dalam diri pemain Jerman-lah yang memastikan satu tiket ke Piala Dunia tahun depan. Terkenanglah saya akan mister Hitler yang jumawa tempo doeloe itu tapi rasanya JJL tidak seperti itu. Dia hanya sekedar berapologi menutupi buruknya tampilan anak asuhannya. Tetapi begitulah kesebelelasan Jerman sepanjang sejarah yang saya tahu. Jarang tampil bagus tetapi kuat seperti karang. Kadang-kadang menderita kekalahan yang memalukan tetapi mampu bangkit dan unjuk gigi lagi. Kadang-kadang ditampar-tampar kesebelasan yang mboten-mboten tapi lihatlah gelar juara dunia direngkuhnya 3 kali. Juara piala Eropa juga digenggamnya sebanyak 3 kali. Saya suka sekali karaker seperti Jerman karena mirip saya. Buruk rupa tetapi kok enak dilihat (ehhhmmm....ha ha ha ha). Bodoh, bebal dan agak malas tetapi ekis sebagai guru. Tolol dan emosional tapi terus menulis di blog. Ahhhaaaaa....Germany is my favourite ones...

Tapi bukan tentang hal ini inti posting saya. Point saya ada pada pernyataan mister JJL bahwa "Jerman punya gen Juara". Jikalau gen adalah faktor penentu maka apa gunanya latihan? Apa gunanya lingkungan? Betulkah gen menjadikan hidup bersifat deterministik?. Ahli ilmu sosial semacam Freud dan Karl Marx menolak cara pandang sperti itu lalu menancapkan teori bahwa adalah lingkungan budayalah yang menjadi faktor determinan dalam hidup manusia. Jika JJL benar maka alangkah kejamnya sang Pencipta gen? Alangkah sia-sianya kehendak bebas yang dimiliki manusia. Alangkah sia-sianya usaha manusia memperbaiki nasib. Alangkah sia-sianya usaha keras. Alangkah ... dan ... masih banyak lagi alangkah-alangkah seperti itu tetapi.....heiiii....bukankah gen adalah suatu fakta????

Riddley (1999) dalam bukunya tentang "genom" berkisah tentang 23 pasang gen yang ada dalam oragnisme manusia. Setiap 1 pasang gen membawa sifat-sifat hidup tertentu dan salah 2 di antaranya adalah berisikan takdir dan naluri. Tanpa mau menjelaskan panjang lebar saya ingin menghapus takdir dalam kasus kesebelasan Jerman, dan juga saya. Mengapa demikian? Jerman tidak selalu berjaya menang. Ada saatnya, sudah bermin buruk kalahnya-pun memalukan. Sayapun demikian, ada kalanya sudah buruk rupa masih juga bersikap dan membuat keputusan yang gatot (gagal total). Memalukan. Tak ada gen berjaya dalam diri saya. Lalu, bagaimana?

Saya lebih memilih naluri. Saya tahu bahwa saya bodoh tetapi selalu ada naluri untuk tidak terus menerus berada di tanah da bercampur debu. Dalam keadaan tertekan, naluri Miroslav Klose mendorongnya bergerak ke arah ruang di antara bek Rusia, bola dan Kiper Afinkeev dan sembara "terbang" tipis di atas permukaan tanah ditanduklah bola itu dan... bergetarlah gawang Rusia. Selamat Jerman. Maaf, Rusia.

Pertanyaannya adalah siapakah yang menciptaan peluang dan menggerakan naluri dalam gen hidup kita? Ada banyak cara untuk menjawabnya. Anda-pun pasti punya jawaban jitu. Dalam kepandiran, saya memilih yang satu ini.....tiap langkahku diatur oleh Tuhan dan tangan Kasih-Nya membimbingku .... Setuju tidak setuju, that's all my friends.


Tabe Puan Tabe Tuan