Selasa, 29 Juli 2008

Selamat hAri RaYa bagi yang merayakannya. Selamat sONta-SaNte bagi yang enggak

Dear sahabat blogger,

Besok adalah hari Rabu tanggal 30 Juli 2008. Satu hari terakhir di bulan Juli. Ada yang istimewa? Ya, ada dong. Yaaapppp, besok.....,,,,,,,besssooookkkkkkkk....... adalah HARI LIBUR di Indonesia. Hari libur bagi banyak orang, termasuk saya......wwwwwwuiihhhhhhhhffffhhhhhh.....setelah 2 hari ini rumah hanya sekedar tempat singgah tidur dan mandi maka besok seharian, rumah adalah kembali menjadi istana. Istana malas-malasan. Tidak ada janji yang saya buat untuk besok hari. Just istirahat. Titik. Lusa..weh...weeeehhhh...weeeehhhhhh...baru kerja kembali. Mengapa demikian? Ya, karena para sahabat Muslim sedang merayakan salah satu hari besarnya. Sahabat-sahabat Muslim saya yang amat banyak: Paman Siamin, Bayu Adrian, Mas Kusnadi, Sumardi, Siswanto, MR. Juwan, Syamsudin, MR. JIMI, Mbak CW, Kakak kedua Edo WWF, Fazheda, Nana Firman Aceh, Akin Aceh, Edo "tamil" Aceh, Bang Azhar Aceh, ...siapa lagi yaaaaa....oh iya, ada "Sam" Edi Djoko van Malang, Proxy73, Mang IHIN, "Wan" Mad Saleh, Pak Kuneng M Arsjad, Kang Suryana, DR. Mad Pua Upa, Bang Ridwan Thalib (an), Mas Sentot Dephut, Mbak Titiek Dephut....waaaahahhhhh...syyyuuuussssyaaaaaaahhhhhh mengingat satu per satu. Pokoknya semua sahabat saya di dunia nyata maupun di dunia maya: saya mau mengucapkan SELAMAT HARI RAYA. Dapatkan hikmahnya. Dan, jadilah manusia religius yang gemar mengerjakan kebaikan. Jadilah sahabat INDONESIA yang baik.

Berikut ini saya kutipkan riwayat peristiwa Isra Mi'raj yang saya kutip dari www.Wikipedia.org. Anggaplah hal ini sebagai hadiah hari raya dari saya.

Isra dan Mi'raj

Seringkali masyarakat menggabungkan Isra Mi'raj menjadi satu peristiwa yang sama. Padahal sebenarnya Isra dan Mi'raj merupakan dua peristiwa yang berbeda, Peristiwa Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad s.a.w. yang menurut catatan sejarah terjadi pada tanggal 27 Rejab tahun kesebelas dari masa kenabian beliau, merupakan peristiwa penting yang selalu dirayakan setiap tahun oleh seluruh umat Islam.

Dikatakan penting kerana peristiwa bersejarah tersebut merupakan sebuah peristiwa luar biasa, sebuah mukjizat dari Allah S.W.T bagi Nabi Muhammad s.a.w. yang tidak pernah dilakukan oleh rasul dan nabi sebelumnya. Hanya Nabi Muhammad s.a.w. sajalah yang diberikan anugerah dan kehormatan oleh Allah S.W.T untuk melakukannya sebagai petanda betapa tingginya penghargaan Allah S.W.T kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Dalam perjalanan Isra' mahupun Mikraj seperti tecantum dalam buku 'Muhammad Beraudiensi dengan Tuhan karya Moch. Abdai Rathomy (1983: 53), Nabi Muhammad didampingi Malaikat Jibril dan Mikail menunggang seekor haiwan yang disebut 'Buraq'. Beberapa peristiwa yang terjadi selama Isra' berlangsung memberikan hikmah dan pelajaran yang sangat mendalam bagi Nabi Muhammad s.a.w. serta menjadi cermin bagi umat yang menjadi pengikutnya.

  1. Nabi memperoleh pelajaran tentang keadaan masa lalu dan masa yang akan datang yakni saat Jibril menyuruh beliau melakukan solat di Kota Thaibah (Madinah) dimana kelak Nabi akan berhijrah ke kota ini, di Thur Saina (Bukit Thursina), tempat Allah berfirman kepada Nabi Musa, serta di Betlehem, tempat lahirnya Isa putera Maryam.
  2. Jibril juga mengajari Nabi bagaimana menghadapi Ifrit dari golongan jin yang mengganggunya dengan memberinya sebuah doa yang harus dibaca Nabi.
  3. Mengambil hikmah dari perjuangan seorang Muslimah sejati Siti Masyitoh dalam berjihad mempertahankan keyakinannya akan keesaan Allah.
  4. Mendapat pelajaran bagaimana akibatnya bagi orang-orang yang enggan solat, enggan berzakat, pemakan riba dan suka berbuat zina. Pengganggu jalan umum, pemimpin yang suka menumpuk-numpuk jabatan dan suka menjelek-jelekan orang lain.
  5. Gambaran umat yang terjebaknya dalam kemewahan dunia, perumpamaan umur dunia yang sudah tua, tamsil bermacam-macam minuman yang boleh dan tidak boleh (haram) diminum umat Nabi serta adanya pengakuan para nabi akan keberadaan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai pemimpin utama.

Dalam perjalanan Mikraj banyak pula hal yang dialami oleh Nabi Muhammad s.a.w. Namun yang paling penting adalah baginda mendapat keringanan solat fardu dari lima puluh kali menjadi lima kali sehari semalam, sebuah kewajiban yang harus dikerjakan umatnya sampai kelak akhir zaman.

Nah, Selamat Bung. Selamat Sus. Bagi yang merayakan. Juga, bagi mereka yang tidak merayakan hi hi hi. Tuhan Memberkati.

Sabtu, 26 Juli 2008

Que Sera Sera: Bapa yang Berdaulat








Bapa Kami adalah Bapa
yang, mUNgkiN, suka menyanyikan lagu
"Que Sera Sera Whatever Will Be Will Be"

Siang tadi ketika kembali dari Kampus, tidak banyak yang saya lakukan. Agak pening karena belum sembuh benar. Oleh karenanya saya segera makan siang dan minum obat. Setelah itu, tidur. Bangun tidur, saya segera menghampiri laptop untuk membuka blog. Kalau-kalau ada kabar baru dari para sahabat. Setelah blog terbuka, saya segera membuka jendela komentar dan…wwwoooihhhh……saya agak terkejut. Mungkin lebih tepat: saya merasa surprise karena ada banyak komentar di posting terakhir saya. Ada sekitar 50 buah komentar dan semuanya bagus. Membahagiakan hati. Mengharukan. Ah….betapa besar perhatian sahabat-sahabat terhadap saya. Luuaaarrrrr biiiaasssssaaaaaaaa. Terima Kasih sahabat. Tuhan Memberkati. Selesai? Belum.

Ada satu komentar yang agak lain. Epilog komentarnya biasa saja dan saya tahu dari siapa. Rupa-rupanya saya mendapat kiriman ucapan selamat HUT dari seorang sahabat lama. Seorang yang tidak suka identitasnya diungkapkan. Saya tidak bisa “melanggar” kesepakatan itu. Tetapi sedikit informasi barangkali boleh juga, yaitu bahwa beliau adalah seorang yang pintar. Tinggal di Bandung bersama keluarganya. Sedikit lebih berumur dibandingkan saya. Tetapi bukan epilog dan atau sosok pengirimya yang membuatnya "agak lain. Bukan. Isi komentar itu, para sahabat. Ya, isi komentarnyalah yang membuat saya merasa agak lain. Bung Paul mengirimkan doa bagi saya berupa Do’a Bapa Kami dan doa itu ditulis di dalam bahasa Sunda. Woooowwww kereeeeeennnnn. Apakah karena ditulis di dalam bahasa Sunda maka dia menjadi keren? Awalnya ia, tetapi belakangan bukan itu. Nah, inilah yang ingin saya renungkan. Pertama-tama bagi saya sendiri dan lalu, jika sahabat sekalian mau, ya silakan merenungkannya juga.

Tetapi ketika saya mulai mengetik bahan renungannya, saya tergelitik untuk mencari beberapa bahan tambahan dari beberapa sumber referensi. Akhirnya…..gotttcccchhaaaaaaa……saya menemukan transkrip doa Bapa Kami di dalam bahasa Arab + versi kaligrafinya. Bahan ini saya temukan di alamat berikut ini: http://www.christusrex.org/www1/pater/JPN-arabic.html. Anda tentu akan bertanya, mengapa saya menampilkan ini. Saya hanya bisa menjawab bahwa saya senang untuk menampilkannya. Cuma itu. Bagi saya, inilah bukti bahwa Tuhan yang saya sayangi itu ternyata mampu menyapa saya, dan kita semua dalam cara apa saja yang DIA mau. Jikalau hari ini BELIAU ingin menyapa saya dalam bahasa Arab, mengapa tidak? Jika besok dia menyapa kita dalam bahasa Sabu, bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, :mengapa tidak? Nikmatilah berkat SAPAAN TUHAN hari ini. Untuk hari ini. Besok? Ah, biarkan DIA menyapa dengan cara lainnya. Cara yang DIA mau karena DIA adalah TUHAN. DIA berkuasa. DIA berdaulat. Kitab Yunus 1:4, 9 dan 17 memperlihatkan contoh bahwa Allah sungguh berdaulat. DIA bisa berbuat apa saja yang DIA mau. Filsafat Stoa dan Epikurianisme adalah sekolah filsafat pada zaman dulu yang mempercayai Allah berdaulat penuh dan manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Pernah tahu dan mendengar lagu yang berjudul "Que sera sera, what ever will be, will be"?. Ya, apa yang terjadi, terjadilah. Itulah Kedaulatan Allah.
Lantas, apakah DIA berdaulat untuk berbuat JAHAT? Oh, lain kali kita renungkan bersama. Hari ini, cukuplah kita menikmati sapaan Allah di dalam Bahasa Arab. Sapaan mengenai Doa Bapa Kami. Bahkan saya juga memutuskan menunda membuat perenungan khusus tentang Doa Bapa Kami. Lha, kapan dong??????? Hmmmmmhhhh....CARPE DIEM. Nikmati dahulu hari ini hi hi hi hi......Amin.

Eh, ngomong-ngomong apa arti kaligrafi dan tulisan di atas ya?????? Nih, saya kasiiiihkan....
Pater noster, qui es in caelis
Sanctificetur nomen tuum;
Adveniat regnum tuum,fiat voluntas tua,
Sicut in caelo et in terra
Panem nostrum quotidianum da nobis hodie,
et dimitte nobis debita nostra,
sicut et nos dimittimus debitoribus nostris.
Et ne nos inducas in tentationem
sed libera nos a malo.
Amen.

Our Father Who Art in Heaven
hallowed be Thy Name
Thy Kingdom come, Thy Will be done,
on Earth, as it is in Heaven.
Give us this day our daily bread,
and forgive us our trespasses,
as we forgive those who trespass against us.
And lead us not into temptation,
but deliver us from evil.
[For thine is the kingdom, and the power, and the glory,
for ever and ever.]
Amen.
Bapa kami yang di sorga,
dikuduskanlah nama-Mu.
Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu,
di bumi seperti di sorga.
Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya,
dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni
orang yang bersalah kepada kami.
Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,
tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.
[Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.
Amin.]

Kamis, 24 Juli 2008

Bukan Puisi.Tidak Pula Essai. Cuma Kisah Tentang Ketika di Sekali Waktu

Sekali waktu, entah tanggalnya, tak pasti harinya, tapi itu di tahun 70-an
Seorang lelaki muda perkasa baru mendapatkan sebuah motor dinas:

Vespa Piaggio

Sambil membonceng seorang putranya yang masih bocah, baru kelas 4 SD

Dia berkata perlahan: Nak, sekarang bapak punya motor, nanti besar kau beli mobil

Si anak terperangah


Sang ayah memberi pesan

Pesan tentang apa yang harus dikerjakan anaknya di masa depan:

hidup harus bertumbuh


Sekali waktu, entah tanggalnya, tak pasti harinya, tapi itu di tahun 80-an

Seorang lelaki dewasa dan perkasa, baru saja membelikan sebuah sepeda motor Yamaha RX-S

Sambil memeluk, mencium dan mengusap kepala sang putranya yang sudah mahasiswa

Sambil tertawa dia berkata perlahan: Nak, mudah-mudahan kamu menjadi sarjana meneruskan cita-cita ayahmu yang hanya sarjana muda.

Si anak tertegun:


Sang Ayah memberi pesan

Pesan tentang kewajiban anaknya di masa depan:

capailah kehidupan yang bermutu


Sekali waktu, entah tanggalnya, tak pasti harinya, tapi itu di tahun 90-an

Seorang lelaki tua menjelang pensiun tetapi masih perkasa

memberikan hadiah

kepada sang anak yang baru lulus program magister:

sebuah mobil Toyota Hard Top


Sambil berlinang air mata haru dia berkata di depan banyak orang:

Anakku, kaulah satu-satunya

yang meneruskan pekerjaan ku sebagai guru.

Karena guru tidak mungkin kaya, maka kaupun mungkin tidak akan kaya

Karenanya, kuhadiahkan mobil ini kepadamu


Si anak gembira dan takjub:


Sang ayah memberi pesan

Pesan tentang kewajiban sang anak di masa depan

Bahwa dalam pilihan hidup yang berkualitas, selalu harus ada pertarugan dengan resiko


Sekali waktu, lupa tanggalnya, lupa pula

harinya, tapi itu di Februari tahun 2005

Seorang lelaki tua, mulai renta, merebahkan badannya ke lantai gedung besar.

Bersujud sukur sambil berurai air mata

ketika itu, sang anak sedang melompat meninju udara

karena dinyatakan lulus sebagai Doktor Cumlaude….


Sambil terisak menangis lelaki tua renta itu berkata:

Anakku, adalah impianku agar di hari tuaku nanti,

sekali waktu, dapat berziarah ke Tanah Suci

Tetapi sekarang, impianku ke Tanah Suci sudah kulupakan

Cintaku kepadamulah, anakku, yang mengalahkan rindu dendam yang satu itu

Impian ke tanah suci itu, telah kutukar dengan keinginan untuk melihat engkau terbang

mendekati arah yang ditentukan Sang Maha Agung

Bagiku cukuplah itu .

Mungkin ini rencana Tuhan bagiku


Meskipun begitu, ada yang harus kau ketahui anakku terkasih:

Seumpama busur dan anak panahnya

Aku sekarang adalah busur tua yang sudah tak kuat lagi

Masaku sebagai busur hampir lewat

Ku harap, engkau bersedia menjadi sang busur yang baru

Jika engkau mau, wahai anakku, jadilah busur baru yang mantap dan kuat

yang dapat digunakan oleh Nusa, Bangsa, Masyarakat, Keluarga dan Gereja…

dan Sudah pasti berguna bagi Sang Pemanah itu


Si anak cuma diam terpekur dan tak berkata apapun…..

Sang ayah telah memberikan pesan

Pesan tentang keutamaan dalam hidup, yaitu

karena hidup adalah kumpulan tugas maka harus dikerjakan dan diselesaikan. Tuntas

Begitulah keinginan Sang pemilik kehidupan


Pada waktu itu

Tanggal, hari dan tahunnya persis diingat

23 April 2008


Seperti yang telah diramalkannya sendiri

Sang ayah, yang tua dan lemah itu kehabisan rupa dayanya

Saatnya telah tiba baginya untuk dibawa kembali (oleh pemiliknya)

Ke suatu tempat entah di mana


Jasadnya rebah memeluk dan

dipeluk bumi pertiwi


Ribuan orang melayat, ribuan orang mengirim doa

Ribuan orang itu memberikan kesaksian. Satu kesaksian::

begitulah kehormatan yang akan diberikan oleh sang Pemanah

kepada busur-busur-Nya yang taat dan setia


Ketika itu, sang anak

yang semasa kecil dahulu dibonceng Vespa Tua tapi sekarang sudah menjadi lelaki muda,

Hanya bisa tertunduk dan menangis di sudut sempit di samping rumah

(Sambil berusaha menyeka air matanya), dia berdoa:


Tuhanku

mengapa Engkau mengambil ayahku

Tanpa dia sempat menyampaikan pesan apapun kepadaku


Lalu, sayup-sayup, bersamaan

dengan hembusan angin dingin senja hari

Sang busur tua itu, sang Guru tua itu, berbisik:


Anakku, buah hatiku, ketahuilah:

Sang pemanah Agung itu sedang berada tepat di sampingmu

DIA ingin menggunakanmu sebagai busur-Nya yang baru

Engkau, ya engkaulah busur baru itu,


Ya, semua saudara-saudaramu,

semua anak-anakku

semua cucu-cucuku

adalah busur-busur baru itu


Yang perlu engkau, dan juga kalian semua lakukan adalah:

Hiduplah berserah penuh kepada Sang Pemanah


Maka, engkau tidak akan pernah sendiri

Maka engkaupun akan menjadi busur yang terberkati

dan menjadi berkat bagi banyak orang

Menjadi tumpuan anak-anak panah yang baru

Milik Sang Pemanah Agung


Tersenyumlah anakku

meskipun mungkin airmatamu belum juga mengering

Karena, kini aku pun sedang tersenyum bersama Sang pemanah itu


Kau tahu di mana sekarang aku berada?

Ya, engkau benar anak-ku, aku berada di Negeri yang sangat kuimpikan:

Tanah Peziarahan akhir.

Tanah Suci
Tanah Abadi.


Sekarang, ayolah nak, berjalanlah ke depan, buah hatiku

Buanglah kesedihan di hatimu

Karena,

sekarang inipun, aku sedang melangkah maju bersama Sang Pemanah Abadi itu

TUHAN Mahakasih

Catatan:

1. Ditulis pada bulan Juni 2008 dalam rangka memperingati 40 hari berpulangnya Ayahanda tercita, Robert Riwu Kaho,
2. Pemanah dan Busurnya diinspirasi dari puisi Khalil Gibran
3. Hari ini, 24 Juli 2008, tepat 45 tahun lalu, sebuah puisi ditulis bersama oleh Robert Riwu Kaho dan Agustin Sabartinah Riwu Kaho-Soedarjat dan diberi judul: Ludji Michael Riwu Kaho

Selasa, 22 Juli 2008

EKORELIGI: Kombinasi ekologi plus agama, atau Apa?

Dear sahabat bloggers,

Saya ingin sahabat membaca posting dari Wilmana berikut ini yang merupakan kelanjutan dari postingnya Norman. Dua orang ini adalah sosok yang berbeda.....ssssuuuweeeeerrrrr.......Norman adalah penerus DNA saya sedangkan Wilmana adalah ......sahabat blogger...... sekaligus tokoh yang sebentar tampil .........protagonis........sebentar .....antagonis.......ha ha ha ha....(herannya, saya yang malah dituduh Wilmana dkk. sebagai pemabuk ha ha ha ha) . Apa yang ditawarkan Wilmana kali ini? Jikalau di posting Norman si Wilmana berbicara tentang moralitas maka di posting inilah akan terkuak apa maunya Wilmana. Mau tahu? ....ya baca sendiri dooooonggggggg......(Judul dan isi tulisan tidak saya ubah apapun).

Beberapa waktu yang lalu, sekilas saya menonton acara di salah satu TV swasta yang menayangkan kilas lomba film dokumenter. Satu Peserta mengangkat tema yang menarik yaitu, “ekoreligi”. Wah apalagi nih? Jadi ingat ajaran NASAKOM oleh Bung Karno, nasionalisme-agama-komunisme, sebagai jalan tengah terhadap pertikaian tiga ideologi yang menguasai peta perpolitikan di era orde lama. Ternyata bukan!!

Dalam penjelasannya, Peserta tersebut kurang lebih menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ekoreligi adalah langkah-langkah praktis dalam ritual-ritual keagamaan yang menunjukkan keberpihakan pada likungan. Nah, menarik kan? Dalam tayangannya, film tersebut memperlihatkan adegan ijab kabul, di mana mahar yang diajukan oleh mempelai laki-laki adalah bibit pohon berjumlah 40 yang akan ditanam di lahan terbuka dan tentu, dipelihara hingga tumbuh dan berkembang baik.

Ini ide yang sungguh menggugah, karena benar-benar sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam konsepnya. Bayangkan, dalam adegan tersebut, semua pihak terutama keluarga mempelai perempuan dengan enteng memperlihatkan sikap yang ikhlas dapat menerima sebagian harta mahar yang harusnya diterima sebagai “upah” capek-lelah melahirkan dan membesarkan anak perempuannya, diganti dengan bibit tanaman. Ide yang cerdas, sayangnya ketika diganggu oleh Juri bahwa jika di kemudian hari sang mempelai pria ingin melangsungkan perkawinan kedua hingga keempat, apakah masih harus menanam pohon juga, dan kira-kira berapa banyak pohon? Sayangnya juga, tidak ada penjelasan dari si Konseptor mengenai dalil yang pas sebagai landasan bagi kemungkinan ide tersebut direalisasikan. Padahal inilah yang menurut saya paling penting dari suatu ide atau konsep. Karena ide yang baik, tidak boleh hanya sebatas ide, tapi harus bisa direalisasikan dengan mudah.

Karena itu lewat tulisan ini, saya ingin memicu kita untuk mencari tahu, sejauhmana agama bisa turut lebih aktif mendorong upaya-upaya pelestarian lingkungan. Tentu dari kacamata awam, karena saya ini bukan seorang teolog. Lalu, karena saya seorang penganut agama kristen, maka tentu kasus yang saya angkat adalah kasus agama kristen.

Para sahabat Pembaca, saya kira kita semua tahu bahwa agama manapun saat ini, pasti meletakkan dasar-dasar dogmanya pada kitab suci. Artinya, dari kitab suci kita dapat menemukan dalil-dalil yang menjadi dasar bagi keyakinan iman yang ingin dibangun oleh agama tersebut dan kemudian diajarkan kepada para penganutnya. Kitab suci biasanya berisi seribu satu macam hal yang terkait dengan tata kehidupan keagamaan dari para Penganutnya.

Kebanyakan kitab suci berisi hukum-hukum agama, prosedur ritual, dan kisah-kisah yang sarat dengan nilai-nilai kebajikan yang dapat juga dijadikan dasar bagi hukum agama. Kitab suci juga berbicara tentang TUHAN dan karya-Nya sepanjang sejarah, dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan negara, dan aspek-aspek kehidupan lainnya, termasuk alam dan sumberdaya alias lingkungan. Semuanya itu seringkali dirangkum dalam satu frasa terkenal, “JALAN KESELAMATAN”. Artinya, barang siapa yang dengan cerdas mengikuti informasi dalam kitab suci, maka dia pasti sedang berasa di jalan menuju keselamatan kekal. Selamat di segala alam.

Dalam kitab suci kristen, ada sekian banyak ayat suci yang terkait dengan lingkungan. Kitab suci menyampaikan bahwa Tuhanlah yang menciptakan langit-bumi dan segala isinya (bnd: Kej pasal 1). Karena itu, Tuhan berkuasa atas alam (bnd: Zakaria 10:1). Dan, rupanya Tuhan telah memberi kuasa kepada manusia untuk menjadi “Boss sekaligus Pelayan” atas alam dan sumberdaya. Dalam rangka itu, manusia boleh memanfaatkannya sesuai kebutuhan manusia (bnd: Kej 1:28-30; Kej 9:3). Memanfaatkan sesuai kebutuhan artinya, Tuhan melarang manusia untuk secara serampangan merusak lingkungan yang pada akhirnya berdampak buruk bagi manusia juga (bnd: Ulangan 20:19-20; Ulangan 22:6). Meski jelas sudah hubungan manusia dengan alam dan sumber daya, namun dalam perenungannya, Penulis kitab Mazmur bahkan terheran-heran sambil mempertanyakan soal pemberian kuasa atas alam kepada manusia.

Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya (Mazmur 8:4-7). Demikianlah tulis Pemazmur.

Saya pikir, pertanyaan Pemazmur ini ada benarnya. Karena manusia, dalam kapasitasnya, justru dikenal paling bandel terhadap Tuhan, dibanding ciptaan lainnya. Tetapi, kok malah ditunjuk sebagai yang paling berkuasa? Bahkan rasanya tidak ada orang yang membantah jika saya katakan bahwa kerusakan lingkungan yang sekarang ini muncul dalam isu-isu global warming, adalah akibat penyalahgunaan kekuasaan yang Tuhan berikan kepada manusia.

Jika ikut logika keadilan manusia, paling tidak tumbuh-tumbuhan yang paling layak, karena paling “manis” sikapnya. Gak pernah bertindak aneh-aneh, bahkan dari hidup sampe mati gak pernah ke mana-mana. Tapi bisa jadi inilah yang menjadi handicap tanaman sehingga tidak dipilih sebagai yag berkuasa. Binatang juga punya handicap yaitu akal budinya kurang jalan, ketimbang manusia. Tapi, faktanya justru dengan akal budi itulah manusia terlibat banyak aksi-aksi merusak lingkungan. Dengan akal budinya, manusia mengeksploitasi alam untuk memenuhi nafsu manusiawi. Oh, berarti manusia melupakan hati-nurani yang Tuhan berikan sebagai kontrol terhadap mental manusiawi yang lebih bengis dari nafsu binatang. Binatang membunuh sekedar untuk dimakan, manusia dengan akalnya membunuh untuk bersenang-senang. Jadi, maunya Tuhan adalah akal budi dan hati nurani disinergikan, tapi manusia malah mensinergikan akal budi dengan nafsu egois.

Karena itu, manusia perlu senantiasa merevitalisasi perannya bagi alam ini dalam kapasitas dirinya sebagai umat TUHAN. Manusia perlu merefleksikan kembali secara terus-menerus akuntabilitasnya terhadap kelanjutan kehidupan di muka bumi ini. Agar rasa cinta bumi yang TUHAN taruh di hati nuraninya, tidak tertutup oleh nafsu angkara yang menjadikan dirinya sebagai pusat segalanya. Dalam konteks Umat TUHAN, manusia hanyalah satu dari sekian banyak ciptaan TUHAN. Sebagaimana ciptaan lainnya, manusia Tuhan taruh di bumi tentu ada peran dan fungsinya yang khas. Karena itu, TUHAN-lah yang menjadi pusat dari aktifitas dan kehidupan segala citpaan-Nya. Semua ciptaan, tidak terkecuali manusia harus menjalankan peran dan fungsinya demi memenuhi amanah dari TUHAN. Saya yakin, pencerahan seperti ini akan menjadi landasan bagi berkembangnya motive cinta bumi dalam diri manusia. Motive cinta bumi yang kuat ini saya yakini dapat membimbing manusia pada pemikiran dan tindakan yang ramah lingkungan. Jika alur berpikir ini dianggap OK, maka masalahnya tinggal menemukan metode bagi upaya menumbuhkan motive cinta bumi.

Baiklah, para sahabat Pembaca sekalian, kembali ke laptop. Dari kenyataan di atas, nampaknya ide untuk bikin konsep ekoreligi bukanlah sekedar mimpi kaum agamis yang ingin maksa dogma agamanya. Karena tidak ada salahnya jika dalil-dalil agama yang mengatur kewajiban umatnya bagi kelestarian lingkungan, diangkat dalam serial khotbah-khotbah secara berkala dengan tema cinta bumi. Bahkan diikuti dengan langkah-langkah nyata berupa aksi tanam pohon di rumah masing-masing, hemat energi di segala aras, mengubah sampah menjadi sahabat lingkungan, dan lain-lain.

Melenyapkan sampah dari muka bumi memang tidak mungkin. Di Jakarta saja, jika setiap kali makan setiap orang menyisakan 1 butir nasi di piring makannya, maka setiap hari ada 10,000,000 x 3 = 30,000,000 butir nasi sampah. Bayangkan jika setiap orang menyumbang 10 butir nasi terbuang di piring makannya. Ini baru sampah berupa butir nasi, blom lagi jenis sampah yang lainnya. Mengubah sampah menjadi kompos adalah cara yang sederhana dan mudah serta sangat bermanfaat. Bukan hal yang mustahil jika setiap rumah bersedia melakukan hal ini, kan? Tinggal niatnya aja.

Kembali lagi ke laptop. Penggunaan dalil-dalil agama untuk mendorong kesadaran cinta bumi, nampaknya bakal lebih efektif lagi bila diterapkan pada lingkungan masyarakat yang punya ciri gampang terpengaruh oleh jargon-jargon agama. Nah, kita tahu bahwa dalam kondisi masyarakat Indonesia yang belakangan ini selalu didera kesulitan dan badai kemiskinan serta ketidakpastian dalam segala aspek kehidupan yang terus meningkat, ada kecenderungan masyarakat menjadikan agama sebagai tempat pelarian. Hal ini bisa berdampak negatif tapi juga ada positifnya.

Karena itu, daripada kecenderungan ini dilarang atau sekedar disikapi secara sinis, maka mendingan dilakukan pendekatan dengan ide/konsep ekoreligi ini. Karena bukan hanya dalam kristen, tapi dalam agama lain, islam misalnya, kewajiban ramah lingkungan juga ada hukumnya. Karena islam punya doktrin untuk menjadi “rahmatan lil alamin”.

Kalo begitu, tunggu apa lagi? Kita ini kan akhirnya hanya punya dua pilihan. Pertama, mau berubah sekarang karena kesadaran sendiri atau; Kedua, tunggu sampai dipaksa oleh keadaan? Hati-hati!!

Yang terakhir itu ada risikonya yaitu, jika sudah terlambat maka biaya mahal yang dikeluarkan hanya untuk menunda kiamat, sehingga sesalpun tiada gunanya lagi.

Jumat, 18 Juli 2008

Pada Hitungan Ke-tiga, Save The World …….. Deal or No Deal??

Sahabat blogger terkasih,

Dunia Tulis menulis memang mengasyikan bagaikan candu. Sekali menulis, sulit untuk menghentikannya. Tidak percaya? Tanyalah pada Norman. Ya, si penerus DNA saya yang sulung itu. Setelah berhasil menerbitkan artikelnya, yang pertama, dan belakangan memancing terjadinya pertengkaran yang tak berkesudahan ..he he he...., Norman menjadi ketagihan Narkoba ...APAAAAAAA????? Narkoba?????? Ya, tidak salah. Norman mulai ketagihan NARik KOlor BAbe....ha ha ha ha ...setiap hari,ditarik-tariknya laptop saya hanya untuk mengumpulkan bahan-bahan tulisannya. Saya dongkol dibuatnya. Setelah tulisannya jadi, Norman juga rajin menarik-narik perhatian saya untuk segera memposting artikel barunya. Saya kesal dibuatnya. Tapi, ya sudahlah. Karena Norman sudah tidak ketulungan lagi ngototnya maka.... saya memposting Artikelnya. Tema yang dipilih bukan barang baru. Tidak sensasional amat. Biasa-biasa saja. Oleh karena itu, marilah kita bersama menjadi saksi apakah Si Norman mampu "menghidupkan" barang lama ini menjadi sesuatu yang segar dan lezat????? Di tangan andalah, sahabat terkasih, penilaian itu diserahkan. Oh iya, judul tulisan inipun tidak saya ubah sedikitpun. Saya biarkan apa adanya.Inilah artikel Si Norman.

Sahabat blogger,

Bingung yah dengan judul diatas? Anggap saja kita sedang bermain kuis, saya akan memberikan 3 kata bantuan yaitu Lapisan ozon, bumi, global warming. Sudahkah bisa menerka apa yang ingin saya sampaikan?? Teeeettttt, ah ternyata beberapa dari anda langsung membunyikan bel untuk menjawab. Yahh.. benar, saya ingin membahas tentang pentingnya upaya penyelamatan bumi dari pemanasan global (global warming) yang akan mengakibatkan lubang ozon semakin terbuka lebar. Tentu saja akibatnya adalah… ah jangan saya bilang dulu, entar aja deh namanya juga kata pengantar. Mungkin juga pembaca sekalian sudah bosan membaca tulisan-tulisan dengan topik ini, termasuk posting terdahulu dari BM (baca posting tentang mother earth) TAPI nanti dulu, ada loh yang menarik (menurut saya entah menurut anda). Apa yah?? Mau tau??

Neh saya kasi daaaahhhhhh…….

Save the world, go green, atau pemanasan global.. mungkin ini kata-kata yang cukup akrab dengan kehidupan sehari-hari anda. Anda bisa membaca seruan-seruan dan istilah ini mulai dari koran, pamflet, spanduk, iklan TV, dll. Jujur saja, saya sendiri sampai bosan mendengar kata-kata ini sehingga saya “sedikit banyak” (heran yah ada sedikit terus banyak?) menjadi tahu tentang efek pemanasan bumi karena begitu seringnya. Tapi apakah saya mau mengikuti dalam bentuk tindakan nyata upaya save the world ini? Oh nanti dulu… saya malah memilih bersikap tahu tapi tidak mau tahu. Ada sampah berserakan di depan mata, mengedarai motor dan mobil dengan asap knalpot tebal, mematikan 2 lampu saja untuk menghemat energi, dll tetap saya lakukan. Pertanyaan terbesar adalah KENAPA, sedangkan pertanyaan terkecil adalah kenapa? He..he.

simple saja, maukah anda untuk kemana-mana dengan berjalan kaki? Maukah anda mengangkat sampah yang berbau tak sedap? Maukah anda mematikan lampu yang akan membuat sebagian rumah anda gelap? Susah bosss. Saya sendiri tidak mau melakukan itu karena akan membuat capek kalau kemana-mana tidak menggunakan kendaraan, saya berpikir bahwa sampah itu tugas “yellow ranger” atau pasukan kuning (yang bertugas mengangkut sampah), serta saya ini takut kegelapan. Padahal di sisi lain saya tahu jika saya tidak melakukan hal-hal di atas saya merupakan salah satu aktor yang akan mendapatkan “piala” dalam hal pengrusakan bumi. Jadi apa sebabnya dong? Saya memang tahu akibat dari pemanasan global, tapi saya malah bersikap seolah-olah tidak mau tahu. Ngapain? Saya lebih suka mikirin apakah pada Pemilu 2009 mendatang saya golput atau tidak, saya lebih suka mengikuti perkembangan tarik-ulur transfer pesepakbola Cristiano Ronaldo, saya lebih memilih mengikuti berita tentang nasib pedangdut “jatuh bangun” Kristina atau jujur saja anda pasti banyak membaca tulisan sejenis tentang global warming tapi apakah anda sudah punya kesadaran untuk berbuat sesuatu yang nyata? Oleh karena itu, boleh dibilang SAYA BERSIKAP SEOLAH-OLAH PUNYA PILIHAN LAIN DARIPADA HARUS MELAKUKAN TINDAKAN NYATA. Saya berdoa sangat khusyuk sampai “tikam lutut” semoga saja sikap hidup saya ini tidak diikuti oleh pembaca sekalian. Amin. TAPI, dari hasil survey LSN (Lembaga Survey Norman) secara kecil-kecilan, yang tentu saja tidak seakurat LSI dalam memprediksi hasil Pilkada, yaitu dengan “sample percobaan” keluarga dan kawan-kawan sekitar, saya mendapati hasil ternyata sikap saya ini tidak begitu jauh beda dengan “sample percobaan” saya. PARAHH. He..he. salahkah saya bersikap seperti itu?? Nanti dulu mari kita bahas satu-pesatu Tapi untuk anak NKRI, anda tenang saja, saya tidak membahas secara khusus kesalahan pemerintah Indonesia. Padahal kalau dipikir-pikir pemerintah juga “ambil bagian” sebagai salah satu penyebab. Contohnya, lewat Perpu No 1/2004 tanggal 11 Maret 2004 yang seakan-akan berkata “monggo mas, silahkan gunduli hutan ini. Mau dialih fungsi juga gak apa-apa deh”. Jujur, saya malas membahas tentang peran pemerintah dalam pengrusakan bumi, entar saya harus ngetik 7 hari 7 malam, sambil berendam dalam air kembang 7 rupa lagi. Hi..Hi

Ah, mari kita lanjut saja, pernahkah pembaca-pembaca mengenal sosok Al Gore, sosok yang pernah gagal menjadi Presiden USA (saya tidak mau membicarakan selanjutnya apabila ada kata gagal dan USA ah soalnya ada bos nk. Hi..Hi) dengan documenter tentang global warming yang sukses menggemparkan dunia persilatan eh… dunia ini, ataukah anda mengenal sosok Thimotius Natun, tokoh pemerhati lingkungan di NTT? serta tokoh-tokoh lain yang berperan melalui berbagai upaya mereka. Tapi tetap saja mereka ini hanya individu-individu. Dalam analogi, sekumpulan sapu lidi tentu saja lebih kuat daripada sebatang-dua batang lidi. Tapi ketika saya “mencuri kesempatan” (untungnya tak ketahuan) menggunakan laptop ayah saya untuk berinternet, iseng-iseng saya mengetikkan kata global warming di “om gu” (Google) ternyata pemikiran saya selama ini yang masa bodoh ini SALAH. Mau tau kenapa? Neh saya kasih beberapa akibat global warming. Berikut “cuma teori” tentang akibat global warming yaitu akibat bagi Perubahan Iklim (antara lain mengakibatkan Peningkatan temperatur Bumi dan Curah hujan yang lebih lebat), akibat bagi bidang Pertanian (antara lain terancamnya ketahanan pangan), akibat bagi Kelautan (antara lain mengakibatkan Naiknya permukaan air laut, Pemanasan air laut,), serta akibat bagi Satwa. Yah…. Teorinya sih begitu, tapi bagaimana kalau saya berikan contoh nyata (yang penakut atau di bawah umur saya sarankan langsung “skip” saja fakta di bawah ini karena cukup “mengerikan” sehingga membutuhkan bimbingan orangtua. He..he) yang bukan hanya teori. Artikel-artikel ini saya copy dari internet lalu saya cut (seenak hati saya) untuk menghemat halaman.

1. Puluhan Pulau Tak Berpenghuni Tenggelam Akibat Pemanasan Global

Sedikitnya 23 pulau tidak berpenghuni di Indonesia tenggelam dalam 10 tahun terakhir akibat pemanasan global. "Umumnya pulau yang tenggelam adalah pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni," kata Pakar Lingkungan Hidup Prof Dr Emil Salim. Namun dikhawatirkan akan ada pulau-pulau berpenghuni di Indonesia yang tenggelam sebagai dampak dari pemanasan global pada 2025, yang salah satu gejalanya, semakin tinggi permukaan laut.

2. Menyusutnya sumber air (komentar saya : kalau di NTT ini sudah bukan berita lagi)

Sumber air sungai Brantas di Gunung Arjuno dan Welirang awalnya berjumlah 80 buah dan saat ini berkurang menjadi 40 sumber air, menurut Perum Jasa Tirta, yang menangani wilayah Sungai Brantas. "Dulu ada kali besar, sekarang sudah tidak ada lagi. Tahun 1980an masih dapat digunakan, tetapi sekarang untuk sawah saja sulit, apalagi untuk persediaan air bersih," kata Rianto yang tinggal di salah satu sumber air Sungai Brantas.

3. Jakarta terancam tenggelam? (Komentar saya : Nah Lo!!!!)

Para mahasiswa UI mengunjungi Muara Angke, Jakarta Utara, yang tergenang air pasang beberapa kali dalam tahun 2007 ini. Air pasang yang terjadi bulan Juni lalu bahkan mencapai dua meter. Para nelayan di Muara Angke,menceritakan air pasang yang melanda tempat tinggal mereka. "Sudah sering terjadi. Yang terakhir sampai dua meter” kata seorang nelayan. Pakar dampak perubahan iklim, memperkirakan, pemanasan global yang menyebabkan naiknya permukaan laut, akan menenggelamkan sejumlah tempat di dunia. Apakah itu berarti ibu kota Jakarta juga terancam tenggelam di akhir abad?

4. NTT: Iklim ancam lumbung (komentar saya : NTT Kering? Basiiii nih)

Mahasiswa Undana mengunjungi desa Bena, Kecamatan Amanuban Selatan, NTT. Dimana Gagal panen merupakan cerita tahunan penduduk di desa ini. "Saya pernah tiga hari tidak ada beras. Tidak makan.," kata Martida Rohi. Cerita gagal panen di desa Bena ini hanya sebagian dari cerita gagal panen akibat kekeringan di lebih 4,7 juta hektar areal pertanian di seluruh NTT. Dari luas itu lebih 174.000 diantaranya adalah areal persawahan. Kekeringan parah ini juga menimbulkan kerawanan pangan di sebagian besar NTT. Peneliti lingkungan dari Undana, I Wayan Mudita memperingatkan kekeringan akan bertambah parah, dengan iklim yang berubah sekarang ini.

Masih kurang???? Neh saya kasih lagi satu fakta “yang lucu sekaligus mengerikan” yaitu Akibat tingginya tingkat kebakaran hutan yang terjadi setiap tahun pada puluhan juta hektare areal hutan di Kalimantan, Indonesia menempati urutan keempat penyumbang pemanasan global saat ini. Namun jika dilihat dari tingkat konsentrasi emisi gas rumah kaca, maupun transportasi, Indonesia masih pada urutan ke-13 (13 kan angka sial? Hi..Hi),". Hmmm, bagaimana masihkah anda seperti saya yang tahu tapi tidak mau tahu? Masihkah anda seperti saya yang tahu tapi tidak melakukan tindakan nyata? Pasti akan timbul juga pertanyaan “Tapi bagaimana dengan upaya-upaya seperti gerakan penanaman 1.000 pohon, 2.000 pohon, dst (untuk lebih jelas coba saja anda cek di google); Green festival seperti baru-baru ini, dsb yang berkaitan dengan upaya penyelamatan bumi ini?” Saya pribadi setuju dan mendukung (tapi biasanya cuma “dalam doa” tidak dengan tindakan) upaya-upaya seperti ini tapi “ternyata” ada lucunya juga loh. Kok bisa? Yah, coba bayangkan setelah ditanam, pohon-pohon tidak dirawat (disiram, dipupuk, dsb) seakan-akan “membiarkan alam yang bekerja”. Paling-paling yang tumbuh bisa dihitung “dengan jari”. Jadi kesannya hebat, Lihat nih Gue udah tanam seribu pohon, tapi saat ditanya kelanjutan.....eng ing eng, nanti biar Tuhan yang “atur” aja deh. selanjutnya, Green Festival ini juga lucu, karena setelah selesai Green Festival ini malah banyak sampah yang berserakan di sekitar arena penyelenggaraan ini. Jadi, saya hanya ingin bilang “KITA HARUS MELAKUKAN SESUATU YANG NYATA”. Pertanyaan saat ini adalah jadi harus gimana dong? Hmmm, banyak sekali cara, tapi kalau saya sih yang praktis saja. Kita mulai dari coba anda lihat di sekeliling anda adakah sampah yang” tergeletak tak berdaya” di situ, anda lihat halaman rumah anda adakah pohon dan bunga yang tumbuh disitu ataukah gurun sahara telah “berpindah” ke halaman rumah anda, coba anda lihat adakah pemakaian listrik yang berlebihan di rumah anda, coba lihat kendaraan (mobil, motor) anda apakah knalpot kendaraan anda itu memiliki asap yang BETIS (Beda-beda Tipis) dengan kebakaran hutan. Ha, di situlah “hal praktis” yang harus anda lakukan. Saya rasa saya tak perlu membahas secara teknis kan?. Tapi ada satu saran bagus dari wilmana, kurangilah jumlah butir nasi yang tersisa di piring anda setiap anda makan.

Untuk menutup tulisan ini, saya meminta pada anda untuk menutup mata dan membayangkan seandainya saya adalah seorang presenter, kemudian anda adalah peserta kuis. Saya akan bertanya begini pada anda….” Apakah anda ingin berbuat sesuatu untuk menyelamatkan dunia ini? Pada hitungan ke-tiga…Save The World…Deaall or no Dealll?”

Minggu, 13 Juli 2008

Amerika, Apa Hebatnya Sih???

Sahabat blogger terkasih,

Sejak posting terakhirnya tentang evolusi menuai badai terjangan, sahabat kita tercinta, yaitu NK tiba-tiba "mogok" nulis kecuali memberi komentar. Saya diam saja sambil berharap suatu saat NK "sadar" dan membuat artikel baru. Sembari itu saya juga berharap NK juga bisa menulis artikel yang teduh-teduh saja supaya bisa memperbaiki imej. Eh, doa saya yang pertama terkabul dan NK posting kembali. Tetapi...he he he...doa kedua tidak terkabul karena ternyata materi postingnya tetap merah menyala membara panas cabe marah angin ribut topan blau (lebih hebat dari red hot chilly pepers) ....wuuuiiizzzzzzhhhh.....ha ha ha. Ternyata untuk urusan yang satu ini si NK tidak mau "bertobat". Apa boleh buat makan kedondong bulat-bulat .....hi hi hi hi.....

Nah, Mau tau seperti apa "panas"-nya artikel NK?????? Silakan dirasakan sendiri......niihhhh....(saking panasnya, judul posting inipun tidak berani saya mengubahnya.....hhhmmmm.....)

Sahabat blogger,

Cukup lama saya tidak 'hadir' sebagai penulis disini, walau selalu 'menemani' sahabat lewat komentar 'ala kadar' yang kadang membuat hati 'panas.' Pesan orang bijak, "hati boleh panas, tetapi kepala harus tetap dingin." Syukur-syukur masih ada kepala, hi hi.

Laporan Koran Tempo baru-baru ini, dari 24,500,000 situs yang dimiliki oleh penduduk Indonesia, lebih 1,000,000 adalah situs panas. Sedang detik.com per 31 Maret 2008, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara yang pengguna Internetnya paling banyak mengetikkan kata 'panas' (baca: 'sex') di search engine, setelah Vietnam dan India. Untuk pencarian kata 'kamasutra,' Indonesia juga menempati urutan kedua setelah Lithuania. Luar biasa, India, negara asal Kamasutra, justru kalah. Jadi kami memang suka yang panas, mulai dari makanan panas, debat panas sampai situs panas. Untuk itu, silahkan menikmati 'hidangan panas' berikut.

Beberapa waktu lalu disini @bm katakan tentang perjumpaan saya dengan budaya barat yang intensif. Saya memang berjumpa dengan budaya barat sejak tamat dari SMANSA Kupang, belasan tahun yang lalu hingga sekarang. Hal ini membuat tabiat, pikiran serta tutur kata saya 'terkontaminasi' oleh budaya dimana saya tinggal. Ayah saya sangat beradat/berbudaya. Tapi saya tidak menganut paham 'relatifisme adat/budaya.' Buat saya, didunia ini ada budaya menang/unggul dan ada budaya kalah. Akibatnya, ayah sering menghardik saya saat kami berdiskusi tentang adat dan budaya karena stigma negatif -saya orang barat- yang dia beri. Anyway, waktu perjumpaan saya dengan budaya barat yang panjang, hampir 3 tahun lamanya saya ada di land of the free & home of the brave! Tagal ini, salah satu sahabat blog milik @bm, yaitu @wilmana, mirip ayahanda, memberi cap 'busuk' kepada saya. Right or wrong nk's USA! Saya menolak keras karena tidak ingin menjadi mirip @anak NKRI, Right or wrong Indonesia! he he... Tentu saja Amerika banyak 'dosa'nya tapi mengukur moralitas Amerika eeeiitttt... baca saja dahulu cerita saya tentang Amerika!

Amerika adalah satu-satunya negara paling dicintai tetapi juga paling dibenci. Oh tidak, saya disini tidak ingin memberi alasan mengapa ia dibenci. Biarlah itu menjadi 'bagian' para 'pendengki' Amerika. Saya hanya ingin katakan mengapa ia sangat dicintai oleh jutaan, puluhan, bahkan ratusan juta penduduk planet bumi ini. Di tengah kecaman bertubi-tubi terhadap Amerika, satu hal tidak dapat dipungkiri: Imigran dari seluruh penjuru benua, setiap tahunnya, 'membanjiri' Amerika walau harus 'tercabut' dari 'akarnya' menuju 'dunia baru.' Mengapa?

Belum lama ini, kami sekeluarga harus kembali ke Kupang untuk sebuah urusan keluarga yang teramat penting. Di sana, anak saya, laki-laki berusia 9 tahun, bermain dengan sepupunya. Walau terbata-bata, dia terpaksa harus berbahasa Indonesia. Seorang sepupunya bertanya, 'Aweee... lu ni su umur 9 taon ma ko balom bisa omong Indonesia. Lu sakola dimana? Lu pung guru sonde ajar bahasa Indonesia ko?' Dengan kalem anak saya menjawab, 'Aku tidak bisa bahasa Indonesia karena aku orang Amerika.' Dengan muka heran, sepupunya membalas, 'ma ko lu muka ke cina sonde ke bule!' ka ka ka ki ki ki...

Walau hanya 3 tahun di Amerika, mengapa anak saya itu ingin dikenal sebagai orang amerika ketimbang Australia? Atau negara asalnya, Indonesia? Kalau kami tanya mengapa, jawabnya selalu 'Because you could be anything in America. It's the American Dream dad!" Walau masih kecil, anak saya dengan mudah dapat memahaminya.

Selama kami di Amerika, ada banyak cerita yang membuat saya terkagum-kagum. Sebut saja beberapa. Hanya di Amerika, Pierre Morad Omidyar, keturunan Iran, lahir di Paris, migrasi ke Amerika saat berumur 6 tahun, mendirikan situs jual-beli raksasa e-bay.com. Hanya di Amerika, Arnold Schwarzenegger, keturunan Austria, migrasi ke Amerika saat berumur 21 tahun, menjadi aktor laga Hollywood terkenal, pebisnis, dan Gubernur negara bagian California. Hanya di Amerika, Dinesh D'souza, warga negara India mendapat pekerjaan di Gedung Putih. Hanya di Amerika, Bobby Jindal, keturuan India, menjadi Gubernur negara bagian Louisiana, termuda dalam sejarah Amerika, 35 tahun. Ia pun didamba-dambakan oleh kaum konservatif menjadi presiden Amerika dimasa depan. The list could go on and on. Hanya di Amerika, baik warga negara maupun pendatang, diberi kebebasan meraih cita-cita.

Bicara tentang kebebasan, tidak berlebihan untuk kita katakan kalau kebebasan ("freedom") is uniquely American. Tengoklah sejarah! 233 tahun yang lalu, ujaran kata Patrick Henry "Give me Liberty, or give me Death!" menjadi yell...yell... (teriakan) tentara revolusi Amerika melawan penindasan Inggris. Kebebasan yang sejatinya adalah anugerah Sang Khalik --plintiran filsuf liberal Jean-Paul Sartre adalah "Manusia Dikutuk Untuk Bebas"-- diperjuangkan oleh rakyat Amerika pada gilirannya menjadi 'model' bagi pejuang kebebasan melawan penindasan di muka bumi ini, tak terkecuali Indonesia dengan yell...yell... "Merdeka atoe Mati!" Tidak hanya itu, kebebasan yang diraih tidak untuk dirinya sendiri. 2 kali Amerika memberi kebebasan kepada Eropa (WWI and WWII). Jepang menjadi negara maju setelah 'dibebaskan' Amerika. 12 juta warga Iraq berpesta demokrasi seturut hati nurani setelah Sadam Hussein disingkirkan. Begitu juga dengan rakyat Afganishtan. Bebas dari 'penjara' Taliban. Cukup? Belum. Di sini, iya di blog ini, @bm, saya dan anda sekalian 'bebas' karena media kebebasan yang disediakan orang Amerika.

Sudah saatnya Indonesia terinspirasi dengan 'American Dream' dan menciptakan 'Indonesian Dream.' Bisa? Tentu! Bagaimana cara? Mulailah dengan bertingkah-laku dan bertutur kata layaknya orang-orang bebas. Bebas apa? Bebas beropini. Bebas protes. Bebas beragama/tidak beragama. Bebas nyoblos. Bebas golput. Bebas berdiri tegap tanpa harus munduk-munduk terhadap si bosz. Bebas dari budaya 'menjilat' demi pangkat. Bebas dari KKN. Bebas joget 'ngebor.' Bebas berbikini ria di pantai, di ajang Miss Universe. Bebas menjadi diri sendiri. Bebas-sebebasnya tanpa menyakiti orang lain atau anarkis. Mungkin anda katakan, 'Ini kegilaan!' Tidak juga. Kebaikan sejati hanya tumbuh ketika manusia menjalankan pilihan bebasnya. Kebaikan yang terpaksa bukan kebaikan namanya. Ia hanya 'melahirkan' kemunafikan yang menjadi ciri khas kita.

Sebelum saya pamit, sedikit saja tentang para pendengki Amerika. Persoalannya adalah mereka -meminjam istilah @wilmana- gemar menilai moralitas memakai standar 'kerajaan surga.' Saya kira kalau standar ini yang dipakai, maka jelas tidak ada satupun dibawah kolong langit ini yang sempurna. Tapi cobalah mengkritik Amerika memakai standar, silahkan pilih: Cina, Rusia, Iran, Arab Saudi, Taliban, Osama bin Laden atau Indonesia! Kalau salah satu standar ini dipakai, maka America is still the world's best hope. Setuju???

Musim dingin musim panas.
Posting panas pasang kipas.

Kalau hati jadi panas,
silahkan jadi ganas!

Selasa, 08 Juli 2008

CARPE DIEM. lHo, tadi disuruh don't cRy for tHem. Sekarang, orang nggak nangis kok disuruh Diem.

Burung elang burung merpati

Terbang ke hutan mencari makan

Bukan kepalang senangnya hati

Berjumpa anda, sahabat dan rekan


Sahabat blogger terkasih,

Seiring dengan terlantun-nya pantun perjumpaan di atas maka saya sudah hadir di hadapan sahabat sekalian untuk menyambung posting saya sebelumnya yang bertajuk ”don’t cry for them”. Anda masih ingat apa kata penutup pada posting saya sebelumnya itu? Ya, anda benar dan itu adalah ini: Ikan teri Ikan Kembung. Lain kali saya sambung.


Ah, saya memang sedang gembira untuk berpantun ria. Apa ada penjelasan? Tidak ada. Lalu? Ya tidak perlu lalu-laluan. Pokoknya saya sedang senang berpantun ria. Tidak ada penjelasan apapun yang memadai untuk menggambarkan alasan mengapa saya demikian karean sesungguhnya saya tidak memiliki alasan yang kuat untu itu. Saya berpantun semata-mata karena saya suka. Titik. Kalau begitu apakah kita boleh melakukan segala suatu sekehendak hati? Saya diberi julukan oleh sebagaian sahabat blogger sebagai ”pendekar mabuk” yang kurang lebih artinya adalah: suka membuat langkah-langkah yang membingungkan. Suka pada cara pengambilan keputusan yang bersifat suka-suka sendiri. Suka sesuka-suka. Sesuka suka-suka. Nah lu....hi hi hi.... Benarkah demikian? Harusnya tidak tetapi faktanya ia. Apakah sikap manasuka siaran niaga seperti ini tidak menimbulkan kerugian? Ya, dalam banyak hal. Apakah saya terbiasa merugikan banyak orang? Seingat saya, TIDAK. Lho. Apa-apaan ini? Bagaimana meletakkan logika dan fakta bahwa di satu pihak saya cenderug bersikap sesuka hati dan di lain pihak saya tidak merugikan banyak orang dengan sikap saya itu? Adakah penjelasannya? Dan ini lebih penting, apa kaitannya dengan kesebelasan Jerman? Baiklah saudaraku sekalian, begini:


Masih ingat dua hal yang saya ajukan untuk kita renungkan bersama pada bagian awal posting saya sebelumnya? Kalau anda lupa maka adalah ini: setiap kita, saya dan anda, adalah pribadi yang Personal. Unik. Khusus. Tidak ada duanya. Each of us is The special one. Akan tetapi bersamaan dengan itu, setiap kita, anda dan juga sudah barang tentu saya, adalah bagian dari kumpulan makhluk-makhluk sejenis dengan kesukaan yang sama. Minat yang sama. Kesenangan yang sama. Kita adalah makhluk umum. We are the generalist. Apa maksudnya ini? Banyak cara untuk mengharmoniskan kedua frasa ini dn saya punya beberapa opsi untuk itu. Akan tetapi dalam konteks kita di sini, kali ini, maka hal inilah yang ingin saya ajukan kepada saudaraku sekalian: di satu pihak setiap kita adalah pribadi bebas dalam menentukan pilihan-pilihan hidup kita akan tetapi hendaklah setiap kita mengingatnya dengan baik-baik satu (1) hal, yaitu janganlah dengan pilihan kita tersebut kita merugikan orang lain. Sekali waktu pilihan kita mungkin akan mengecewakan orang lain tetapi di lain waktu buatlah orang lain gembira tagal pilihan kita. Bagimana kalau hal ini terus-menerus terjadi? Bukankah hal ini dapat menyebabkan kita akan disebut sebagai tidak konsisten? Memang ada resiko untuk itu tetapi saya ingin mengajukan satu pertanyaan yang mesti kita jawab bersama, adakah manusia yang dapat terus menerus konsisten dalam hidup? Setelah berusaha mencari referensi ke sana-kemari pada tokoh-tokoh kelas wahid dalam sejarah dunia, saya tidak menemukan hal tersebut. Ternyata, saudaraku terkasih, kita adalah makhluk inkonsisten. Jadi, inkonsistensi adalah manusiawi. Inkonsisten adalah cara dalam hidup. C’est le Vie....itulah hidup.

Kalau begitu, haruskah kita menjadi pemuja inkonsistensi? Jangan. Lha, apalagi maunya BungMabuk (BM) kali ini? Ini: keberhasilan dan kegagalan dalam hidup adalah jamak dalam hidup (general) akan tetapi menyikapi kegagalan dan keberhasilan adalah personal (special). Sering terjadi, kemenangan dan keberhasilan menjebak manusia pada euforia tanpa batas dan kita terlena di dalamnya. Terjebak di dalam hedonisme kemangan dan hilang kewaspadaaan kita. Ketika tiba-tiba datang kekalahan, kita tidak siap. Lalu mencari kambing hitam. Lihatlah perilaku kesebelasan Italia jika mereka kalah. Ah, itu ulah wasit. Bola terlalu kencang. Lapangan kurang bagus. Ada pemain lawan yang mencari makan di Italia tetapi tidak tahu berterima kasih karena berani-beraninya membobol gawang Italia (kejadian ketika Italia dikalahkan Korea Selatan waktu PD 2002 tagal gol dari Ahn Jung Hwan yang bermain di klub Italia Perugia). Di lain waktu, kekalahan sering menjebak kita kepada keputusasaan yang luar biasa lalu bersikap skeptis, pesimis dan fatalistik. Celakanya, kekalahan sering dilihat secara sinis dan lalu berkembang menjadi stigma. Kekalahan adalah ”nama tengah” kesebelasan Indonesia (PSSI). Belum tentu begitu, tetapi itulah stigma. Lalu, di sinilah alasan mengapa saya begitu menggandrungi kesebelasan Jerman. Ya, kesebelasan ini sangat mewakili gagasan ideal saya tentang manusia.

Kesebelasan Jerman, tidak selalu indah. Tetapi siapakah yang hidupnya hanya berisi kejadian dan hal-hal yang melulu indah? Ada indahnya. Ada buruknya. Tidak ada orang yang baiiiiiikkkkkkk semuanya. Dan sebaliknya, tidak akan ada orang yang ”isinya” cuma jahaaaaaaaaaaattttt melulu. Tidak ada. Tidak ada itu. Hal lain adalah, kesebelasan Jerman suka sekali bermain dengan gaya mereka sendiri yang kadang tidak cocok dengan kemauan penggemarnya. Lihatlah ketika melawan Turki, mereka sebenarnya bermain amat buruk. Kaki mereka berat dan malas mengejar bola. Tetapi akhirnya mereka menang. Ketika melawan Spanyol, mereka bermain lebih parah lagi. Kaki dan otak mereka seperti tidak terkoordinasi dengan baik. Permainan yang ngawur dan tidak beraturan. Dan oleh karena itu wajar jika mereka akhirnya ”dihukum”oleh Spanyol. Apakah Jerman tidak bisa bermain baik? Tidak juga. Tengoklah cara bermain mereka yang efektif dan brilyan ketika mengalahkan kesebelasan penuh bintang, Portugal. Di masa lalupun kesebelasan Jerman biasa seperti itu. Kesebelasan ini pernah sangat memalukan di Europe 2000 dan 2004. Dari total 6 kali bermain mereka cuma mampu bermain seri 2 kali dan sisanya, kalah. Anda begitu juga kan? Sebentar hidup beraturan tetapi tidak jarang anda memainkan "musik kehidupan" yang melenceng dari "partitur" yang seharusnya. Apa akibatnya? Ya, anda "dihukum". Nah, lalu ini: pernahkah anda mencatat kesebelasan Jerman mencari-cari alasan ketika kalah? Pernahkah mereka terlarut dalam kemenangan dan mabuk kemenangan? Sepanjang catatan saya, tidak. Mereka rupanya paham bahwa mabuk kemenangan sering manjadikan suatu kesebelasan melempem pada kesempatan berikutnya. Lihatlah Yunani. Lihatlah Denmark. Dan oleh karena itu, awaslah Spanyol. Sekali, juara. Dan sesudah itu, menangis.

Berbeda dari model kesebelasan ”kejutan” yang sering meledak sekali lalu diam tak berbunyi sama sekali, timnas Jerman selain tidak pernah larut dalam kegirangan, juga tidak pernah terperangkap dalam kesedihan. Kemenangan dan juga kekalahan menjadi hal yang biasa-biasa saja. Mereka waspada ketika menang dan mau belajar dan kembali lagi ketika kalah. Inilah penjelasan paling memadai, mengapa kesebelasan yang biasa-biasa ini bisa hadir dan bermakna. Mereka mampu mengatasi diri mereka sendiri dan, selalu hadir. Hadir dan hadir lagi. Mereka tetap ada, dan bermain. Ya, bermain sambil memberikan kesenangan, dan sudah barang tentu kesedihan, bagi jutaan suporternya. Ya, Jerman tidak selalu menarik dan menjadi juara tetapi mereka eksis. Mereka ada. Bukankah ini gambaran kehidupan manusia sehari-hari. Ada hari gembira. Ada hari yang menyedihkan. Akan tetapi keriangan dan kesedihan tidak boleh menghalangi kita untuk terus berbuat sesuatu. Ada satu filsafat yang sangat dekat dengan apa yang saya katakan ini, yaitu Carpe Diem.

Quintus Horatius Flaccus pernah mengatakan begini “Carpe Diem, Quam Minimum Credula postero" yang artinya "Raihlah hari ini, jangan terlalu percaya pada esok." Sepintas terlihat hedonis. Jangan pikir-pikir besok. Tidak perlu merencanakan apa-apa untuk besok. Sikat saja semua di hari ini. Habiskan semua hari ini. Besok? Sebodo teuing. Benar begitu? Salah. Sepintas terlihat sebagai sikap pesimistis. Ah, besok sudah tida ada apa-apa lagi dan oleh karena itu, nikmati semuanya hari ini. Pesimiskah tentang hari esok? Tidak. Filosofi carpe diem mengajarkan tentang hidup yang harus berjalan hari lepas hari. John Rambo, tokoh rekaan Silvester Stalone mengatakan bahwa live day by day (Rambo II). Hidup demikian adalah hidup yang optimis. Hidup model begini sangat percaya bahwa apapun tantangannya, kehidupan harus dan akan terus berjalan. Kagak ade matinye, kate anak Jakarte. Hidup model begini adalah hidup yang dimaksudkan oleh ujar-ujaran yang ada di dalam sebuah Kitab Tua “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”. Hedonis? Pesimis? TIDAK. Optimis? So pasti Bung en Sus, So Pasti.

Tabe Tuan. Tabe Puan