Senin, 15 Februari 2010

Samuel Moerdiono: kepastian masa lalu kebahagiaan masa depan

Dear sahabat blogger,

Maafkan saya karena lama absen dari blog. Banyak kesibukan yang menyebabkan badan terasa amat penat. Kepenatan menyebabkan pikiran agak buntu. Ingin menulis tetapi pikiran dan gagasan tak berjalan sempurna. Daripada dipaksakan dan hasilnya mengecewakan, lebih baik diendapkan saja dahulu. Siapa tahu karena kelamaan tidak mem-posting lalu timbul inspirasi-inspirasi baru. Lamo indak basuo lantas timbul kerinduan. Lalu dalam kerinduan yang membuncah timbulah gagasan yang akan mengalir deras menabrak semua hambatan dan kebuntuan. Dan, begitulah, jadilah tulisan ini. Tetapi benarkah sebuah kerinduan dapat membangkitkan kreativitas? Saya menjawab ya. Mau bukti? Silakan saja ditanya satu-satu kepada para penggemar jejaring sosial yang amat gemar mencari-cari dimana kawan-kawan lama mereka. Sekali bertemu, serasa dunia berguncang. Kenangan lama diputar kembali dan ... wow .. kata berlari, ucapan bertaburan dan lalu semuanya kembali normal. Kreativitas kembali lancar. Dan memang adalah kerinduan kepada para sahabat blogger yang sudah saya tinggalkan 1 bulan lamanya, yang mendorong kembalinya saya ke dalam blog. Tidak hanya itu, sayapun punya satu ceritera yang mungkin menarik untuk dibagikan kepada semua sahabat blogger guna membuktikan bahwa betapa kerinduan dapat menjadi sumber inspirasi. Apa itu? Ikuti saja tulisan ini baik-baik.

Dahulu kala, seumuran masa SMA saya memiliki beberapa sahabat baik. Seingat saya ada beberapa nama, di antaranya adalah Andre Pitanuki, Tom Fono, Edi Sugiarto, Frans Sapa, Adrianus Wenipada, dan...wah masih banyak lagi. Teman-teman ini agak khusus karena sudah teramat lama sejak masing-masing kita berpisah, lalu tak pernah lagi berjumpa. Beberapa nama sahabat lama semenjak SMP-SMA seperti Oris Ballo, Agus Nalle, Matheos Lalus, Edwin Lazarus, Papi Telupere dan yang semacam mereka tidaklah menimbulkan kerinduan karena nyaris tiap hari bertemu. Bahkan bertemu dengan manusia seperti Mister Agus Nalle cenderung membosankan. Betemu dengan Oris Ballo malah menakutkan karena sekarang dia menjadi atasan yang berkewenangan memberi penilaian kinerja saya sebagai Dosen PNS. Bertemu DR. Papi Telupere juga tergolong membosankan karena kami malah tinggal bertetangga. Lagi pula tingkah lakunya suka bikin susah ha ha ha ha (sori mister Papi he he he). Nah, semua sahabat lama yang menghilang itu ternyata menimbulkan kerinduan. Diam-diam ada kerinduan akan suasana bersama-sama seperti dahulu ketika sama-sama masih “polos” dan “naif”. Kami mengira dunia amat luas nyatanya cuma seputaran rumah, sekolah dan angkot. Dunia serasa luas kendati nyatanya cuma seputaran mencabut singkong yang tumbuh di halaman orang lain atau, bahkan, “mencuri” ayam milik guru sendiri...ha ha ha ha....Banyak ketengilan yang terjadi. Memalukan memang tetapi indah.

Salah satu di antara banyak nama itu adalah Samuel Moerdiono. Dia sahabat baik saya. Bukan sekedar sahabat, kami pernah terlibat dalam beberapa pekerjaan bersama-sama. Kami mengamen berdua ke mana-mana. Mula-mula kami kompak tapi saya berulah. Saya menjadi tak begitu fokus dengan pekerjaan bersama itu lalu saya pergi begitu saja. Tetapi tak lama kemudian, kami bertemu kembali dan proyek dilanjutkan lagi bersama-sama. Kali ini, di tengah jalan, saya merasa gantian Samuel yang tak fokus. Dia tak fokus lagi kepada komitmen kita berdua. Bahkan, sekali waktu, saya merasa, Samuel menghina saya. Di depan saya Samuel “tega” berkata begini: “lagumu sudah tak enak lagi” ... “aransemenmu sudah tak menarik lagi”..."kamu kampungan". Merespons "penghinaan" dari Samuel, sayapun bersikap: "Baiklah, jikalau kamu mulai menghina maka kamu bukan lagi teman”....”kamu adalah musuh”....Lalu, ...zzzzppppp....kami berpisah.... tak mau lagi saya berkomitmen apapun dengan dia .... korelasi kami terhenti total .... bukan cuma setahun dua tetapi puluhan tahun lamanya. Saya menutup buku untuk kisah persahabatan kami. Saya balik ke Kupang. Dia entah kemana. Sesudah itu, tak ada lagi rekam jejak dia yang saya dengar. Saya sungguh tak perduli. Diapun mungkin begitu. Cuma sekali waktu sempat terdengar kabar bahwa Samuel terus menetap di di luar NTT tetapi karir seninya tak ada apa-apanya lagi ... ”rasain lu” ... ”Su rasaaaa” ... “Bodo’” .... “ke laut sajalah” .... demikian saya membatin. Saya lalu melupakan salah satu cita-cita saya dan fokus hanya untuk dunia pendidikan. Dan jadilah saya dosen. Sampai hari ini. Sekali dua masih menyanyi. Hanya untuk bikin senang hati.

Lalu, tak disangka dan tak dinyana, datanglah Desember 2009. Waktu itu ada kegiatan pertemuan Nasional di Jakarta. Saya hadir karena diundang sebagai peserta dan juga pembicara. Ketika mendaftar, di dalam formulir pendaftaran peserta, kami diminta untuk menulis nama, alamat, pekerjaan dan nomor HP. Saya taat urusan itu. Lalu, masuk ke kamar beristirahat di hotel jangkung dan hebat mewah. Menikmati fasilitas kamar yang luxury (maklum orang kampung masuk kota he he he he...). Ketika sedang diam di kamar Hotel sambil mempersiapkan bahan presentasi, tiba-tiba HP saya berbunyi. Heiii...ada SMS di HP. Bunyinya begini .... “salam hangat untuk orang Kupang” .... Ada apa ini? Siapa ini? Nomor ini tak saya kenal ... Saya membalas : “mohon maaf, ini dengan siapa?” .... Tak lama kemudian SMS saya berbalas calling ...”turunlah ke lobby, kita ketemu. Kita teman lama, lu pasti tahu siapa beta” ... lalu ... click.... HP ditutup ... Saya bingung, rasanya dari Kupang cuma saya yang diundang. Mengapa ada yang tahu saya di sini? Atau barangkali ada orang lain atau kebetulan ada orang Kupang yang melihat saya di lobby lalu menelepon...saya tengok jam tangan saya...he he he...sudah mendekati jam makan malam...siapa tahu “si mister gelap” adalah teman yang mau mengajak makan malam...wuuiiihhh ... kesempatan ... mumpung panitia belum menanggung makan malam. Naluri oportunis merangkak diam-diam.

Dengan tanpa beban sayapun turun ke lobby hotel melalui lift. Ketika pintu kift ke arah lobby terbuka, saya berpikir untuk mengetahui terlebih dahulu..siapa gerangan “mistery caller” tadi...hmh..sayapun membuka HP dan melakukan pemanggilan. Lalu, mata saya awas ke kiri dan ke kanan. Barang siapa yang mengangkat HP, maka kemungkinan besar itulah si mister mistery caller...huuuppp...satu dua tiga....dan saya ulang 3 kali upaya miscall dan ... nah itu dia...ada seorang pria berambut panjang, berbaju merah dan menyandang ransel hitam besar yang 3 kali mengangkat HP lalu menurunkannya lagi ... diam-diam saya mendekatinya...dan ketika berjarak sekitar 5 meteran.....wuuuuzzzzzz.....saya bisa memastikan bahwa si mistery caller itu adalah sabahat sekaligus musuh saya selama puluhan tahun lamanya....anda sudah bisa menebak siapa dia ... ya, dialah Samuel Moerdiono ... tapi drama belum berakhir... dalam jarak sekitar 1 meter darinya saya pun mengangkat HP lalu melakukan calling....”Hallo Kawan, saya sudah di lobby, anda di mana? ...dia menjawab: heeeiii...posisi di mana??? Saya menjawab perlahan: .... balikkan badanmu kawan, saya tepat berada di belakang mu...dan blammmm....saya melihat dia terpana sejenak, sayapun demikian, dan, akhirnya ... kami berdua berpelukan.....kami berdua sama terharu....ternyata, sahabat sejati adalah sahabat yang selalu saling merindu .... sekali sahabat tetaplah sahabat ... kebencian di antara kami ternyata adalah kerinduan yang dipendam. ..

Saya: Sam, dari mana kamu tahu bahwa saya ada di sini?

Samuel : dari buku regisitrasi peserta....hei ada nama L. Michael Riwu Kaho....itu cara teman lama saya kalau menuliskan identitas...lalu saya periksa....ho ho ho ... berasal dari Kupang ...tak mungkin salah...pasti si mike, sahabat yang saya benci tetapi diam-diam saya rindukan....saya memastikan ke petugas bahwa memang LMRK adalah peserta dari Kupang...

Saya : ha ha ha ha ... masih cerdik seperti dahulu ya....

Samuel : ha ha ha ia lah .... lalu saya mencatat no HP mu...begitulah kawan...hei...kamu tidur di kamar mana?....saya akan minta ke panitia untuk pindah ke kamar itu ... (begitulah, sampai acara berakhir saya dan Samuek sekamar)......Mike...masih marah kah kamu? .... maafkan kesalahan saya dahulu....saya menyesal telah menghina kamu ...

Saya : Sam, kita sudah tua dan tak pantas menambah musuh....saya memaafkan kamu dan saya harap kamupun memaafkan saya ..... kita sahabatan lagi ya....

Lalu kami berdua sekamar dan di kamar kami nyaris tak tidur...ngobrol ke sana ke mari dan di antaranya adalah ini....

Saya : Sam, saya tak bermimpi lagi jadi penyanyi. Cukup jadi dosen saja. Pahalanya banyak.....

Samuel : Mike, sayapun tak bermusik lagi...saya menjadi .... (petinggi di LSM yang berurusan dengan orang-orang luar negeri)...tetapi saya bangga juga bahwa kamu looking smart kendati cahig mu masih mirip dukun ... seperti dahulu... hei kamu Ph.D holder kan? Saya tidak ...

Saya : iya, tetapi apalah saya ini .... cuma punya ilmu .... tidak kaya seperti kamu ...

.... dan memang saya melihat Samuel hidupnya makmur.. Tajir.banget die. Harumnya adalah harum berkelas sedangkan semprotan anti BB saya adalah barang dengan kelas yang jika saya semprotkannya, isteri sayapun akan protes keras...hei, bikin batuk saja ha ha ha ha .... Kendati begitu ternyata kami berdua adalah orang-orang gagal untuk satu cita-cita tetapi berhasil untuk mimpi yang lain. Aha, semangat karena bertemu sahabat lama menyebabkan kami berdua sangat produktif. Dalam kelompok diskusi, kami berdua meluncurkan banyak ide-ide gila dan anehnya diterima. Lalu, dia bersepakat untuk men-support pekerjaan saya dengan peluang-peluang pendanaan yang bisa dia usahakan...(Ah, sahabat baikku Sam, saya tak memerlukan kucuran danamu ... mengetahui bahwa kita bisa berteman kembali cukuplah sudah).

Sahabat blogger terkasih, demikianlah dramaturgi kisah pertemuan kembali antara saya dan mister Samuel. Aneh, lucu dan mengharukan tetapi juga produktif. Pertanyaannya adalah mengapa saya, anda dan juga banyak manusia lain selalu merindukan suasana-suasana lama ketika hidup harus terus berlari ke masa depan. Mengapa absen 1 bulan dari blog menimbulkan kerinduan? Lihatpula apa yang dibicarakan di antara sahabat-sahabat lama di facebook misalnya. Tengok pula acara musik memori 60-an, 79-an dan 90-an. Jawabannya ternyata sangat filosofis. Begini.

Manusia terdiri atas materi dan roh. Materi bersifat terbatas. Jika anda berada di Kupang, tak mungkin anda berada di Jakarta pada saat yang bersamaan. Tetapi dengan roh yang ada, anda yang sedang rapat kerja di Jakarta, bisa menghampiri isteri atau suami anda di rumah masing-masing pada saat yang sama. Tangan anda baru saja menandatangani tanda terima uang lelah rapat tetapi pikiran anda melayang....”aha, isteri saya akan tertawa senang melihat tumpukan uang ini”. Dengan demikian terjadilah paradoks manusia dalam urusan “adanya”. Manusia materi adalah “tingkat ada yang lebih rendah” ketimbang manusia roh yang merupakan "tingkat ada yang lebih tinggi". Secara metafisis kita akan menyebutkannya sebagai “unfolding of being”. Dalam filsafat Tuhan kita bisa menggunaan urusan “unfolding of being” ini guna menemukan jalan menuju Tuhan. Tetapi saya belum akan ke sana kali ini. Saya masih mau berbicara tentang manusia.

Dalam urusan manusia, prinsip “unfolding of being” akan membawa kita kepada kesadaran bahwa manusia adalah manusia hidup dalam situasi serba terbatas (faktisitas) tetapi di dalam keterbatasannya itu, terbuka banyak kemungkinan (atau kebebasan). Coba kita telusuri kisah orang yang menerima uang rapat tadi. Selain yang sudah saya tulis, ada kemungkinan lain bahwa seterimanya uang di tangannya dia malah berpikir tentang nikmatnya makan nasi goreng atau ... jangan-jangan ...ehmmm....membeli mobil maksud saya (jangan ngeres ya...ha ha ha ha...). Singkat kata, bersebelahan dengan keterbatasan adalah tersedianya banyak kebebasan. yang ditawarkan oleh aneka kemungkinan. Kemungkinan yang banyak itu menyebabkan manusia bisa terlepas dari keterbatasannya tetapi sayang, itu cuma sejenak. Ketika semua kemungkinan ingin diwujudkan sekaligus, manusia akan menemukan diri bahwa dia adalah terbatas. Apakah cukup uang Rp. 500.000,- untuk membeli mobil mewah kecuali sekrupnya doang???? Kata Snijders (1994) alasan itulah yang menyebabkan manusia disebut sebagai makhluk “tak sampai”. Selalu mau kemana-mana tetapi tak sampai-sampai. Selalu banyak maunya tetapi hanya sedikit yang bisa diraih. Dengan wawasannya, manusia ingin meraih sebanyak mungkin cita-cita ke masa depan....kata Bung Karno: “gantungkanlah cita-citamu setinggi langit” ... tetapi makhluk tak sampai ini kerap putus asa karena tidak semua cita-cita bisa diraihnya. Lalu, afeksi manusia memerintahkan begini ...”ketimbang putus asa melihat masa depan yang tak semuanya indah maka lebih baik kamu melihat apa-apa yang sudah kamu miliki, maka kamu akan lebih tenteram”. Bagaimana cara untuk mengusir duka masa depan? Caranya adalah berbahagialah dengan apa yang kamu miliki di masa lampau. Itulah titik atau modal awalmu. Lalu, kita bisa memulai perjalanan lagi dari titik awal itu untuk menggapai masa depan?. Oh, manusia ternyata mencari kepastian dan itu hanya dimiliki oleh apa yang ada di masa lalu. Ya, masa lalu menjanjikan kepastian. Morning has broken like the first morning. “Marilah kita memulai hari baru seperti ketika kita memulainya pertama kali dahulu”. Begitulah, ke masa lalu itulah, manusia akan menengok ketika dia bimbang menatap masa depan. Anda tahu kini mengapa kita suka menengok masa lalu?

Ya, saya mengenang Samuel Moerdiono karena dia mengingatkan saya bahwa menghadapi masa depan yang serba tak pasti saya masih memiliki kepastian di masa lalu. Di situ saya menemukan ispirasi-inspirasi baik untuk tak ragu terus berjalan menuju masa depan. Mungkin ke depan tubuh saya akan makin renta tetapi bukankah ketika masih muda badan saya tegap, langsing , sehat dan gagah? Ah, jikalau begitu mari coba saya hidup lebih sehat supaya bisa tetap energik kendati usia bertambah. Sayapun harus mengenang masa ketika saya sangat aktif memposting artikel-artikel baru dan akhirnya saya bersemangat untuk memposting lagi artikel baru hari ini. Alasan yang sangat rasional untuk mengenang masa lalu bukan?. Maka, jangan malu mengenang masa lalu. Semua bisa kita pakai sebagai modal untuk perjalanan memasuki masa depan. Nah bagi anda yang tertarik untuk mengenang masa lalu demi energi positif ke masa depan maka ijinkan saya menemani perjalanan wisata anda ke masa lalu dengan sebuah lagu cantik dari Julio Iglesias dan Willie Nelson berikut ini.


Tabe Tuan Tabe Puan