Sabtu, 14 Juni 2008

Sesudah D3RHRK dan IPDN sekarang Wilmana ingin Merenungkan Sesuatu

Sahabat Blogger,

Rupa-rupanya blog ini mulai lebih berwarna. Tidak didominasi 1 warna saja. Monoton. Sekarang saya memberi kesempatan kepada sidang pembaca untuk mengetahui apakah saudara Wilmana (nah, anda betul menebak kali ini) mampu ber-evolusi (ha ha ha tema ini sensitif ya ha ha ha) dari seorang komentator menjadi penulis. Mampukah saudara Wilmana memberi warna lain pada blog ini? Di tangan saudara-saudaralah penilaian itu berada. Saya? Ah, saya mau melanjutkan perenungan saya...atau..... aakkkhhhh...karena ini weekend maka saya mau bemalam mingguan dengan ex pacar saya yang sekarang sudah hampir menjadi nenek-nenek .....hi hi hi hi hi .....(tuh gambarnya ada di bawah gambar cowboy mikerk)
Selamat membaca ya,....... saya asssssooooyyyy ggeebbboooyyyy dulu neeeehhhh.......

PIKUL SALIB Sebagai Suatu Strategic-Based Behavior

Sidang Pembaca yang terhormat,

Hari ini adalah Sabtu, yang berarti hari persiapan bagi kaum kristen dalam rangka menyongsong hari Minggu, sebagai hari beribadah bagi mereka. Faktanya, ada banyak hal yag dilakukan oleh orang kristen di hari Sabtu. Kebanyakan dari mereka terjebak dalam propaganda kaum kapitalis untuk menikmati hari Sabtu sebagai hari libur, pergi ke pusat-pusat hiburan bahkan sampai jauh malam dan mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membeli berbagai bentuk hiburan yang ditawarkan. Jadi, jika disurvey maka saya hampir yakin bahwa hanya sedikit orang Kristen yang mempersiapkan diri secara serius menyongsong hari minggu yang secara dogmatis mereka imani sebagai "harinya Tuhan".

Meski harus saya kaui bahwa saya ini lebih sering bertindak layaknya kaum hedonist di hari Sabtu, tetapi kali ini saya pingin meluangkan waktu untuk berbagi dengan Sidang Pembaca mengenai sesuatu yang mungkin bermanfaat untuk bekal di hari minggu besok. Paling tidak, apa yang saya tulis ini bisa menjadi batu peringatan bagi saya pribadi dan syukur alhamdulillah jika berguna juga bagi Sidang Pembaca sekalian. Mari kita mulai.

Apa itu Salib?
Hampir tidak ada orang kristen yang tidak mengenal istilah "pikul salib" ini. Bahkan anak-anak TK yang rajin ke sekolah minggu, pasti kenal dengan istilah populer ini. Jadi mungkin hanya anak-anak yang malas ke sekolah minggu sajalah yang tidak mengenal istilah ini.

Berbicara mengenai "pikul salib", ada dua kata yang masing-masing memiliki arti tersendiri bagi orang kristen. Tetapi fokus utama biasanya ada pada kata "salib". Jika kita membaca kitab suci Perjanjian Baru (PB), terutama Injil-Injil sinoptik, kita akan menemukan cukup banyak kata ini di sana. Kata "salib" ini begitu terkenalnya di dunia sehingga International Standard Bible Encyclopedia (ISBE) menyebutkan demikian, No word in human language has become more universally known than this word, ..., dst. Saya pikir, ISBE pasti benar karena kata ini memiliki kaitan erat dengan peristiwa kematian Yesus Kristus 2000-an tahun yang lalu di Yerusalem.

Kata ini tidak dikenal dalam bahasa Ibrani dan karena itu tidak ditemukan dalam kitab suci Perjanjian Lama (PL). Salib adalah terjemahan dari kata latin, "crux". Dalam bahasa Yunani disebut, "stauros", atau seringkali kita temukan dalam PB disebut juga "skolops" sebagai kata lain dari stauros. Dalam beberapa catatan yang saya temukan, SALIB memiliki paling tidak empat bentuk yaitu "crux immissa" adalah bentuk salib seperti yang digunakan untuk menyalibkan Yesus. Ada "crux commissa" atau salib Anthony yaitu salib berbentuk huruf T. Lalu "crux simplex" yaitu salib yang hanya terdiri atas satu tiang. Terakhir adalah "crux decussata" atau salib Andrew yaitu salib berbentuk huruf X.

Mengenai pengertian kata "salib" sendiri, saya temukan penjelasan singkat tapi jelas dalam Bible Dictionary oleh Andrew Robert Fausset sebagai berikut, The instrument of a slave's death, associated with the ideas of pain, guilt, and ignominy. Jadi, semacam alat untuk menghukum mati para budak yang divonis bersalah. Tapi dalam Smith's Bible Dictionary by Dr. William Smith, saya menemukan penjelasan tambahan bahwa salib juga belakangan digunakan oleh Penguasa Romawi untuk menghukum mati para Penjahat atau Pembunuh. Secara umum kita tahu sekarang bahwa salib adalah sesuatu yang berhubungan dengan perilaku melanggar hukum atau istilah lasimnya yaitu, DOSA.

Salib Dalam Pandangan Kristen
M.G. Easton M.A., D.D. dalam Illustrated Bible Dictionary, melaporkan bahwa setelah Kaisar Konstantin menjadi penganut agama Kristen, salib lalu secara resmi digunakan sebagai simbol kekristenan. Penjelasan yang agak rinci saya temukan dalam ISBE. Di sana disebutkan bahwa pada dasarnya makna salib ini dapat dipetakan ke dalam dua pandangan besar yaitu: (a) makna esktra Alkitab dan (b) makna yang bersumber dari Alkitab.

Makna Ekstra Alkitab
Penggunaan salib dapat ditemukan simbol simbol-simbol dari beberapa peradaban kuno. Bagi orang-orang mesir kuno, salib adalah simbol kesucian dan keabadian yang ditemukan dalam kuil Serapis. Juga di kalangan orang Yunani dikenal salib dalam bentuk huruf T.

Spaniards menemukan bahwa salib juga dikenal oleh orang Meksiko dan Peru, sebagai simbol empat elemen (udara, air, tanah, dan api), atau simbol empat musim, atau simbol empat arah mata angin.

Makna Alkitabiah
Penderitaan dalam peristiwa penyaliban telah membuat secara alamiah salib dimaknai sebagai lambang kesusahan, kesakitan, kesedihan, kekecewaan, kegelisahan dan berbagai bentuk beban hidup lainnya yang menimpa setiap orang. Karena itu, Yesus lalu menggunakan makna ini dalam pengajaran kepada para murid-Nya (mhn baca sendiri: Matius 10:38 dan 16:24). Dalam literatur Paulinis, salib digunakan sebagai alat pengajaran doktrin pencerahan/atonement (baca: I Kor 1:18; Gal 6:14; Flp 3:18; dan Kol 1:20). Bagi Paulus, salib menggambarkan hubungan persekutuan antara Yahudi dan no-Yahudi (bc: Ef 2:16), orang percaya dengan Kristus, dan juga simbolisasi orang-orang yang taat/kudus (bc: Gal 5:24).

ISBE menyimpulkan bahwa salib adalah pusat dan koridor ajaran dan tradisi para Rasul, serta pedoman hidup para Jemaat mula-mula. Paulus mengajarkan bahwa salib Kristus mengubah sakit-penyakit menjadi berkat (bc: Gal 3:13-14).

Sidang Pembaca yang terhormat, eksplorasi Alkitab yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa salib bagi orang kristen adalah lambang kesulitan hidup yang melanda setiap mereka. Salib adalah tatanan nilai kristiani yang diteladankan Kristus sepanjang hidupnya yang berakhir pada via dolorossa dan berpuncak pada Golgota. Kerelaan dan keikhlasan menanggung beban hidup demi kasih-Nya kepada manusia. Asal orang lain bisa merasakan kedamaian, ketentraman hati, dan keselamatan, Dia rela untuk menderita bahkan menderita sampai mati di di golgota.

Strategic-based Behavior
Ungkapan ini seringkali digunakan oleh mereka-mereka yang berkecimpung di dunia manajemen dan tata kelola (governance). Lho, lalu apa hubungannya dengan urusan pikul salib? Kok ujug-ujug (buat yg gak ngerti, ini bahasa sunda artinya, "tiba-tiba") ngomong manajemen di sini? Apa hubungannya dengan iman kristen yang dogmatis?

Sidang Pembaca yang saya hormati, pikul salib itu adalah sebuah perilaku kristiani. Saya melihat ada hubungan antara pikul salib ini dengan strategic-based behavior. Tapi, sebelum lebih jauh mengenai hubungan itu, saya pingin jelaskan dulu apa itu strategic-based behavior yang saya ketahui.

Strategi-based behavior ini adalah ungkapan yang digunakan orang-orang manajemen untuk menggambarkan hubungan antara tindakan dilapangan dengan perencanaan yang dibuat. Orang-orang manajemen percaya bahwa pencapaian tujuan hanya dapat berhasil baik jika tujuannya dapat dijabarkan menjadi strategi. Strategi yang baik adalah yang dapat dipraktekkan dalam aksi-aksi nyata di lapangan karena memiliki indikator-indikator yang jelas sebagai ukuran keberhasilan. Dengan demikian, tindakan-tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan adalah tindakan yang selaras dengan strategi yang ditetapkan.

Sidang Pembaca sekalian, dengan demikian bahasa ringkasnya, strategic-based behavior adalah suatu bentuk sikap dan tindakan seseorang atau sekelompok orang yang selaras dengan misi atau peran yang sementara diemban oleh mereka. Strategic-based behavior pada dasarnya adalah bertindak selaras dengan tujuan atau misi yang diemban. Tentu, strategi yang adalah penjabaran misi sekaligus sebagai kerangka untuk bertindak harus selaras pula, toh...

Strategic-based Behavior dan Pikul Salib

Lalu apa hubungannya dengan pikul salib?

Yesus bersabda, "dan orang yang tidak mau memikul salibnya dan mengikuti Aku tidak patut menjadi pengikut-Ku" (Mat 10:38). DR John Gill dalam John Gill's Exposition of the Entire Bible, menjelaskan bahwa dengan menggunakan makna salib, Yesus menginginkan bahwa setiap orang kristen harus melaksanakan misinya, yaitu bersaksi tentang Injil Kerajaan Allah, dengan cara siap menderita demi kesetiaan meneladani Kristus yang sudah terlebih dahulu melakukan misi itu.

Apa itu teladan Kristus? Yaa setia dan konsisten pada misi-Nya. Apa misi yang diemban Kristus? Rasanya kita tidak lupa bahwa Kristus datang untuk menciptakan perdamaian manusia dengan Allah dengan nyawa adalah harga tebusan. Dengan demikian, kita tahu bahwa penderitaan Kristus pada via dolorossa bukanlah sebuah kekonyolan yang fatalistis. Karena misi-Nya ke dunia ini memang untuk mati seperti itu.

Jadi, hikmah dari pikul salib yang Yesus tunjukan saat itu adalah bukanlah pada aksi pembiaran diri untuk dianiaya dan dipukuli tanpa melakukan pembalasan, tetapi justru pada ketataan dan konsistensi pada misi-Nya. Pembiaran diri untuk dianiaya, kita tahu hanya terjadi pada saat itu. Sebelum dan sesudahnya, Yesus tidak pernah mengijinkan hal yang sama terjadi lagi. Kenapa? Karena situasi berbeda dan misi yang diemban juga berbeda pula. Jika sebelum peristiwa penyaliban, Yesus tidak pernah membiarkan kaum Farisi bertindak kejam terhadap diri-Nya, maka sesudah itupun reaksi Yesus atas tindakan kejam Paulus misalnya, tidak dalam bentuk pembiaran. Jadi, ada fenomena situational acion di sini, yaitu bertindak dengan pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dan strategi saat itu.

Sidang Pembaca yang saya hormati. Kita tahu sekarang bahwa makna pikul salib yang diteladankan oleh Yesus adalah bahwa setiap orang kristen harus siap bertindak selaras dengan misi dan strategi yang sedang diembannya. Misi Yesus adalah mati karena menanggung siksaan akibat dosa-dosa manusia. Karena itu peristiwa penyaliban terhadap-Nya adalah strategi guna pencapaian misi tersebut. Karena itu pula, keliru sekali jika kita memaknai "pikul salib" dalam arti pembiaran terhadap kesewenangan. Penderitaan yang harus dialami adalah konsekwensi dari misi dan strategi, tetapi itu bukanlah misi dan strategi itu sendiri.

Jika begitu, maka mulai hari ini seharusnya anda lebih ikhlas dan cerdas untuk memikul salib dan mengikuti Yesus. Ingatlah pada misi anda pada saat itu, buatlah strategi sebagai kerangka tindakan, dan bertindaklah selaras dengan itu. Siap-siaplah menanggung segala konsekwensinya, karena itulah makna sesungguhnya dari "pikul salib".

Selamat Pikul Salib!

39 komentar:

Anonim mengatakan...

Mantaaaaf... saya yg pertama :)

Saya sangat berbesar hati walau harus 'pasang badan' menerima cap kafir, tukang merusak blog org dll oleh syamsu dalam tulisan saya sebelumnya, salah satu tujuan tulisan saya itu, yaitu 'menggugah' wilmana berbagi 'buah-buah' pikirannya dgn saya serta sidang pembaca blog disini sudah tercapai. Yang belum masih 'dtn' alias 'jrk.' Sayup-sayup saya dengar dia sedang mempersiapkan sebuah tulisan bagi kita disini.

Karena tulisan wilmana agak panjang, saya belum bisa memberi komentar saat ini. 'Tunggu tanggal mainnya.'

@Wilmana

Sdr harus 'akui' saya akhirnya bisa 'mendesak' saudara untuk menulis disini, heh, heh. Selamat bergabung disini dan sesuai janji, saya 'ancungkan jemppl' untuk sdr.

Salam 'salib'

-nk-

Anonim mengatakan...

pikul salib.. ah ternyata BL (BM) ingin lebih menitikberatkan (menjelaskan) kata "pikul salib" seperti yang tertera pada posting BL sebelumnya.

memang benar kita umat manusia harus memikul salib. pertanyaan konyol "memangnya enak ko pikul salib??". kalau ada yang menanyakan pada anda-anda sekalian saran saya suruh orang itu untuk membuat salib (yang tentu saja berat minta ampun) dan suruh dia pikul salib itu. he..he. maksud saya adalah pikul salib itu tidak enak bung... TAPIII masalahnya anda hidup di dunia harus pikul salib. sekarang timbul pertanyaan baru. salib disini maksudnya apa?? banyak bung tapi saya membuat garis besarnya, salib disini adalah 'tantangan' kalau anda mau hidup jadi garam dan terang dunia. masih bingung?? yah contohnya masalah-masalah, cobaan, dll. susahkah?? tentu saja.

apakah ada bagian di alkitab (sebagai seorang kristiani saya menggunakan kitab suci saya) yang menuliskan dengan jelas atau samar-samar kalau anda mau menjadi seorang kristen di dunia akan dijanjikan hidup enak??? setahu saya tidak ada.

tapi apakah kita hanya kerjanya pikul salib terus?? susah terus?? tentu saja TIDAK. karena jelas anda akan mendapat tempat yang "pantas" begitu anda say goodbye pada dunia. saya yakin dan percaya.

salam damai, dan selamat pikul salib

(nrk)

Anonim mengatakan...

saya menambahkan saja.

masih bingung apa makna dari salib?? anda berarti belum baca dengan betul isi tulisan BM.

(nrk)

Anonim mengatakan...

@ NK,

Trims atas inisiasinya. Hrs sy akui bhw istilah anda, "fatalistik" sbg btk keliru dlm memaknai gera'an pikul salib ala kristen membuat sy diam2 tersentak utk memikirkan jalan keluarnya spt apa.

Artinya, sy jg sadar bhw byk rg kristen msh memahami perintah pikul salib ini scr literal sbgmn salah kaprahnya kita thd perintah "ditampar pipi kiri, berikan pipi kana".

Sy sehari-hari berkarya di bidang manajemen, so harap maklum jk metode sy sangat berbau manajemen.

Ok-lah.. Jk ada pertanyaan, kritik/saran monggo.. Sy open to discuss.. Biar blognya BigMike ini bnr2 jd unik, ga cuma sekedar terima salam singkat ala kadar dr para Pengunjung.

@nrk
Sy cuma mencoba menjawab makna pikul salib dr perspektif manajemen strategis. Sy kira sbg central value dan koridor bagi pengajaran iman kristen, pikul salib sangat kaya makna. Perspektif manajemen baru satu dr sekian byk sudut pandang yg bisa dikembangkan.

So, sy berharap Ama jgn hanya berhenti pd perspektif BM ttg pikul salib ini, tp berani utk memulai perspektif baru. Agar segala kekayaan hikmat yg terkandung didlmnya semakin byk tergali guna peningkatan kualitas praktek hidup kristiani kita.

Scr manajemen sy mencoba memahami bhw "pikul salib" adalah suatu sikap hidup kristiani (dlm merespon tantangan kehidupan) yg tidak tercerabut dr akar misi atau tujuan hidupnya. Dlm setiap babakan hidup yg Tuhan ijinkan tjd pd kita, pasti ada maksud dan tujuannya. Setelah Ama lulus S1, itu artinya selesai satu babakan hidup. Lalu, nanti saat Ama pergi ambil S2, mk dimulailah satu babakan br dlm hidup yg tentu ada tujuan yg ingin diraih.

Pikul salib adalah bagaimana menanggung segala konsekwensi mencapai tujuan itu dg cara menyelaraskan segala perilaku Ama dg tujuan yg sdh dicanangkan.

Tentu langkah-langkah mencapai tujuan hrs Ama tetapkan dan ini yg disebut, STRATEGI. Strategi yg baik haruslah selaras dg tujuan Ama pergi sekolah S2. Tp strategi yg selaras sj belum menjamin keberhasilan Ama mengatasi segala beban hidup sbg konsekwensi logis yg timbul.

Krn itu pd akhirnya semua tindakan Ama yg nyata di lapangan, jg hrs selaras dg strategi yg disusun. Strategi OK, tp tindakan dan perilaku tdk selaras, mk tdk ada jaminan tujuan pergi sekolah S2 bs tercapai. Segala penderitaan yg Ama alami selama berjuang di perantauan hanyalah sekedar apa yg disebut @nk, "kekonyolan yg fatalistik".

Krn itu, spy segala penderitaan dan pengorbanan Ama tdk mjd sekedar kekonyolan yg fatalistik, mk aturlah perilaku Ama selama bersekolah S2 di Jawa, senantiasa selaras dg strategi dan tujuan Ama.

Inilah makna pikul salib yg benar menurut sy sbg org manajemen. Spy keyakinan iman bhw setiap org yg mengikuti Yesus benar2 terjamin kesejahteraan lahir-batin dpt mjd hal yg faktual-realistis. Perintah Yesus di Matius 10:38 bukanlah sekedar dogma yg konseptual-teoritis tp juga dapat diturunkan hingga tataran pragmatis-praktis.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Pertama, gambarnya bagus. Yg gambar pikul beban itu lucu dan mengena. Itu pasti pakane'o pak Mike. Kedua, bagaimana konsep Pikul Salib (PS) dalam kerangka pikir bisnis. Yesus menolak seorang kaya karena ketia mau ikut Yesus dia masih pikir hartanya. Apakah konsep PS cocok dengan dunia bisnis? (Yes, BTN)

Anonim mengatakan...

Eh maaf, maksud saya ketika. Oh tolong diulas pake bebarapa ayat supaya saya bisa mempelajarinya. Sori, ini sudah kerjanya Penatua (Yes, BTN)

Anonim mengatakan...

Shalom,

Saya pikir rekan Yes mungkin ragu dengan hukum dasar perilaku ekonomi: keuntungan maximal dengan korbanan minimal. Teologi PS akan bertentanagn dengan hukum ekonomi. Pengamatan terhadap pengusaha Kristen di Jakarta, mulai dari kelas Lipo sampai pedagang biasa di ITC Roxy dll, adalah ambil untung besar2an dari proses "jualan" kemudian hari minggu "cuci dosa" dalam peribadatan di Hotel2 dengan pendeta-pendeta bisnis. Siapa makan siapa? Salib Yesus ditaruh dimana? Bagaimana pendapat Wilmana?
(Erick, Jkt)

Anonim mengatakan...

@Om Yes

Menurut beta, aplikasi nilai Pikul Salib dalam dunia bisnis sederhana saja meski cakupannya luas. Ini membuatnya mjd terbuka untuk menggali dan menggali di setiap aspek bisnis yg juga luas sekali.

Lasimnya berbisnis adalah berusaha dengan memanfaatkan sumberdaya yang terbatas untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan. Salib bagi Pebisnis adalah risiko usaha yang melekat pada bisnisnya. Risiko usaha adalah segala hal yg dapat mengganggu tercapainya tujuan usaha. Lbh sederhana, risiko usaha adalah semua kejadian yang berpotensi membuat bisnis merugi dan bangkrut. Itulah salib bagi Pebisnis yg divisualisasikan BigMike spt org lg pikul beban.

Karena itu Pikul Salib dalam konteks ini adalah menyelaraskan perilaku bisnis di lapangan dengan dengan misi atau tujuan untuk apa Om Yes berbisnis. Biasanya cari untung agar dapat dipakai menghidupi keluarga dan menolong sesama yg butuh. Om Yes bayangkan jk sikap dan tindakan Om Yes di lapangan tdk selaras dengan tujuan berbisnis. Bisa dipastikan, pertama Om Yes bakal rugi dan kedua, bisnis tdk bs membantu ekonomi keluarga apalagi utk mjd berkat bg sesama. Ok, utk sementara ini dulu sambil nunggu mgkn Om Yes pingin nanya bbrp kasus terkait.

Lalu, mengenai ayat. Beta agak sungkan umbar ayat di sini, Om. Pertama, krn ini bukan blog kristen dan kedua, mnrt beta yg penting bukan byknya ayat, tp makna theologisnya supaya bs kita praktekkan. Moga2 Om Yes setuju hal ini.

Terakhir, kisah org kaya yg Om Yes sebutkan itu ada di Mat 19:16-24, yang rupanya dikutip oleh Penulis Injil Matius dr Mrk 10:17-23. Jika kita gabungkan dengan cerita Yesus di Luk 12:15-21. Secara literal kisah2 ini menunjukkan seolah-olah Yesus tdk suka thd orang kaya yg mungkin skrg ini dikenal sbg Pebisnis. Pemahaman literal spt ini sering menyesatkan.

DR John Gill dlm John Gill's Exposition of the Entire Bible menjelaskan bhw inti dr kisah Yesus tersebut adalah pada penyakit manusia yg penuh kekuatiran, terlalu cinta miliknya lalu membuatnya tdk ikhlas memberikannya kpd Tuhan. Ada kata2 Paulus yg bernada mengkritik pemahaman literal yg keliru thd ajaran Yesus di atas (mhn Om Yes bc sendiri di 1Kor 13:3).

Apapun itu, kasus org kaya itu menunjukkan bhw perilakunya tdk sejalan dg tujuannya. Pdhl Yesus sdh membantunya dg berkata, "kalo mau msk surga, mk strateginya adalah laksanakan perintah Allah". Ternyata org itu bertindak tdk sesuai dg tujuan yg ingin dicapainya. Dia tidak mau memikul salibnya.

Happy Sunday, Om.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@ Erick

Ehm.. Ehm... Sy setuju dg prinsip dasar berbisnis itu termasuk fakta bhw byk Pebisnis terjerumus menghalalkan sgl cara dlm berbisnis. Tp justru disitu nilai Pikul Salib mendapatkan posisinya, yaitu sbg pegangan bg mereka yg ingin berbisnis dengan baik. Tatanan nilai Pikul Salib menuntut setiap Pebisnis utk menyelaraskan sikap dan tindakannya dg tujuan dia berbisnis.

Tujuan berbisnis by nature adalah untuk kesejahteraan dan kemakmuran baik bg si Pebisnis, maupun bg para Pemangku Kepentingan lainnya. Dg dmkn, tdk ada tujuan berbisnis yg negatif. Krn itu, nilai Pikul Salib dpt diandalkan utk "memaksa" para Pebisnis bertindak selaras tujuannya yg baik itu.

Krn itu, kejahatan para Pelaku bisnis tdk bisa mjd alasan utk menolak sistem nilai pikul salib dlm berbisnis. Malah menyelaraskan praktek bisnis dg tujuan berbisnis itu sangat diperlukan bg kesuksesan berbisnis tnp cara2 haram. Skrg ini hampir tdk ada sekolah bisnis tnp SKS Etika Bisnis. UU No 40/2007 ttg Perseroan Terbatas malah mewajibkan perusahaan menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan. Yg menolak, sdh ada sanksinya. So, mnrt sy ini bs jd bukti bhw tdk ada pertentangan teologi Pikul Salib dg hukum ekonomi.

Terakhir, kebetulan hr minggu, mari kita pertimbangkan. Di gereja sy hari2 belakangan ini heboh krn ada oknum Pelaksana Harian Majelis Jemaat yg terbukti korupsi. Wkt sy di kupang awal mei lalu, seorang Kakak yg PHMJ, menyampaikan data korupsi di gerejanya oleh oknum Pendeta dg nilai sekitar 200-an juta. Apakah dg fakta ini kita bisa menyatakan bhw teologi Pikul Salib bertentangan dengan hukum gereja?

(Wilmana)

mikerk mengatakan...

Syalom untuk semua sahabat blogger.Selamat hari minggu.

Saya baru kembali dari pacaran sama ex pacar hi hi hi.....asyik dah...

Posting ini menarik karean kita bisa langsung "turba" ke masalah-masalah prakits. Bung Yes, rekan sekerja pelayanan GMIT dan juga sahabat Erick tampaknya sudah langsung ke hal praktis itu.

Nah, saya pikir sesuai dengan "keahliannya" maka mungkin baik juga jika Wilmana menjelaskan kepada sahabat blogger makna sebenarnya dari VISI dan MISI setiap organisasi, termasuk gereja (ingat bahwa kita juga sebagai persekutuan adalah gereja). Apakah VISI dan MISI itu karean hemat saya VM inilah yg menjadi awal perencanaan strategi.

Membedah pengertian VISI dan MISI dapat menolong kita untuk memahami perilaku "kebiasaan buruk" seperti yg dicontohkan sahabat Erick. Mungkin saja "pendeta bisnis: itu benar karean memang itu strateginya dalam mencapai VM nya.

Kayaknya Wilmana pernah mengulas VM dalam salah satu makalahnya yg pernah saya baca. Harap diulas kembali di sini inilah masalah terbesar gereja kita dewasa ini: bekerja tanpa perencaan yg baik. Akibatnya amburadul dan mudah "disetir" oleh kaum "pemodal" atau dikenalikan keingingana jemaat-jemaatnya yg kadang-kadang ngawur.

Tuhan memberkati Wilmana dan semua sahabat blogger

Anonim mengatakan...

@bigmike

Saya sih monggo sj jk ada yg mau berdiskusi masalah seputar Strategic Planning. Paling tdk berguna utk nambah wawasan sy juga. Ada tulisan terkait hal ini, ntar sy kirimkan utk dimuat, kl boleh.

Menurut sy, strategic planning yg amburadul, bukan cuma di gereja. Pemerintah kita selama ini jg gagal menyelaraskan cita2 negara di UUD '45 dengan strategi dan perilaku di lapangan. Pancasila sbg standar nilai bangsa jg tdk nampak dlm sikap berbangsa dan bernegara kita. Wah, bs kembali ke isu Indonesial, neh.

(Wilmana)

mikerk mengatakan...

Syalom selamat hari minggu Wilmana. Selamat bertugas:

Baik saya tunggu bahan tentang VM. Nanti akan menjadi sambungan dari posting ini. Tapi skarang kalau bisa dibuka sedikit terutama biar ada bebrapa persoalan praktis dari rekan sekerja saya di kupang dan sahabat erick jkt bisa kita tuntaskan. Kita fokus, ha ha ha wilmana tidak autis-kan ha ha yg autis itu saya ha ha ha, kita fokus dulu ke soal2 gereja.

Saya sedang kesal luar biasa ke banyak pihak: jemaat yg kurang bertumbuh kesadaran untuk hidup tertib, pelayan yg lebih tampak sebagai penguasa, dan kasus erick, pelayan yg niatnya adalah pegusaha. Jualan Ayat dan hidup mewah. mungkin benang merah VM dan strategi, kulitnya bisa dibahas di sini.

Syalom

Anonim mengatakan...

@Wilmana & sidang pembaca blog

Pertama, saya ingin ucapkan selamat Hari Minggu kepada sdr dan seluruh sidang pembaca blog yang saya hormati. Kiranya Kasih Tuhan menyertai kita semua.

Kedua, semoga 'ancungan jempol' saya kepada sdr dlm komentar saya sebelumnya tdk membuat sdr 'besar kepala' karena itu bukan untuk kualitas tulisan tetapi 'kerelaan' sdr berbagi disni :) Jang mara oo.

Ketiga, saya sengaja tdk lekas memberi komentar pada kesempatan pertama. Saya ingin merenung barang sebentar atas pemaknaan 'baru' pikul salib ditinjau dari ilmu manajemen, strategic-based behavior. Saya amat 'sayangkan' sdr nrk yg lekas-lekas memberi komentar ttp kelihatan sekali dia 'tdk tahu apa yg diomongkan.' Heh, heh, nrk, jang mara oo, te beta sendiri son mangarti lu pung tulisan.

Eniwe, dari permenungan saya itu, saya ingin sampaikan bbrp hal sbb:

a) Hal pikul salib yg disampaikan wilmana adalah misi yang berikan 'junjungan' kita, Yesus, kepada kita semua. Misi ini bukan misi yang dapat kita tawar karena Yesus katakan, "dan orang yang tidak mau memikul salibnya dan mengikuti Aku tidak patut menjadi pengikut-Ku" (Mat 10:38). Pada poin ini saya amini dan saya kira begitu pula dengan sidang pembaca blog.

Selanjutnya, walau wilmana menyentuh hal misi Yesus, ia tdk menjelaskan konteks sosial politik budaya ("SPB") dimana Yesus menjalankan misiNya itu. Kalau kita sepakat bahwa keteladanan pikul salib ada pada Yesus, maka pemahaman SPB dan bagaimana Yesus mengemban misinya menjadi teramat penting bagi. Mengapa? Karena, menurut saya, keteladan Yesus yang hendak kita teladani adalah bukan saja pada kesetiaanNya sampai pada kayu salib, tetapi juga pada pilihan sikap serta keputusan yang strategis dan taktis yg Ia ambil ditengah kondisi SPB saat itu. Sayang wilmana tdk menyentuh poin ini sebagai teladan yg ingin diteladani. Sdr setuju dgn saya ttg poin ini???

Okelah, mari kita teruskan. Dalam bukunya 'The Politics of Jesus,' Obery Hendricks, Professor of Biblical Interpretation pada New York Theological Seminary, katakan:

Jesus, in fact, was “the ultimate activist in that he dedicated his entire being to struggling to bring the world in line with the vision of love, liberation, and justice given to him by God.” He was not only a leader, but “a strategic leader” who led according to well-considered strategies and tactics.

Yesus, secara bebas oleh saya, adalah seorang 'pemimpin gerakan sosial' dgn misi teramat berat, yaitu mendatangkan kedamaian, memberi pembebasan dan keadilan sangat dibutuhkan 'rakyat' pada jaman itu. Jaman apa? Jaman penindasan oleh Kekaisaran Roma! Hal kebengisan tentara Romawi is legendary. Tontonlah filim The Passion karya Mel Gobson. Dalam sebuah studi, didapati catatan-catatan 'penyakit' kegilaan jiwa masyarakat yg menyebar secara pandemic akibat penindasan. Dalam konteks inilah, saya memberi sinyalamen bahwa 'Doa Bapa Kami' adalah sebuah 'doa politik' pada jaman itu.

b) Kalau pusat keteladanan hal pikul salib ada pada Yesus yg tidak dapat dilepaskan dari konteks SPB pada jamanNya, mengapa ada distorsi pemaknaan yg begitu rupa sehingga pikul salib adalah sebuah kekonyolan fatalistik? Spt yg dtulis wilmana, pikul salib seolah sekarang menjadi panggilan untuk memikul salib itu sendiri. Dengan sendirinya kita tdk dpt menentukan strategi yang dapat dipraktekkan dalam aksi-aksi nyata di lapangan, memiliki indikator-indikator yang jelas sebagai ukuran keberhasilan strategi. Ini konyol fatalistis. Ini terjadi karena kita tidak tahu lagi misi sosial kita. Atau mungkin kita tdk mau tahu lagi??? Atau mungkin ada relasinya dgn sinyalamen distorsi diatas?

Ada baiknya wilmana membuat perumusan misi sosial Kekristenan kita, ambil contoh kasus 'Kota Kasih' dan memberi semacam strategi yg hendak dicapai dan indikator ukuran keberhasilannya. Mengapa perlu? Saya memberanikan diri bahwa disini masih banyak 'bayi-bayi' Kristen sehingga menawarkan solusi tanpa rumusan yg kongkrit menjadi sebuah kesia-siaan. Semacam buang garam dilaut. Apalagi kalau teori saya benar, kebanyakan kita tdk mau tahu lagi dengan misi sosial kita. Ini memberi tantangan tersendiri kpd sdr sehingga tdk sekedar menggulirkan bola solusi.

Keempat, sampailah saya pada 'kritikan' atas tulisan wilana. Saya amat bergembira dengan perspektif 'segar' yg ditawarkan. Sayangnya, dalam tulisan yang panjang lebar, 1/2 bagian pertama sekedar berisikan definisi salib dan pemaknaannya. Saya kira sidang pembaca disini mayoritas bukan level "nrk" sehingga 1/2 bagian itu bisa diisi oleh poin-poin saya diatas. Ketiadaan poin-poin penting ini, saya kira, membuat sebagian komentator 'tdk fokus' pada the main idea yg sedang ditawarkan. Patut disayangkan.

Begitu saja dan sekali lagi Good Job! dengan bbrp catatan.


-Nyong Kupang-

Anonim mengatakan...

Saya mendukung sinyalemen erick. Pendeta-pendeta selebritis itu kalau ke Kupang sibuk seminar dengan pungut bayaran, tidur di hotel Kristal, "mencuri" jemaat milik GMIT, dibayar mahal, dalam kebaktiannya di lapangan terbuka kolekte dipungut berkali-kali. Akibatnya uang jemaat miskin mengalir ke kantong-kantong mereka di Jakarta. Saya mendukung BM untuk minta Wilmana menjelaskan kira-kira apa VM dan strategi pendeta kaya itu dan apakah itu bentuk pikul salib? (Savunesse)

Anonim mengatakan...

@ nk, trims atas partisipasinya.

Pertama, ttg pemahaman ttg pikul salib yg berkembang di kalangan masyarakat Yahudi pd jaman Yesus, sebetulnya sdh sy sampaikan pd sub judul "Makna Alkitabiah". Krn ada pemahaman dmkn, mk Yesus menggunakan istilah pikul salib sbg cr kontekstualsasi ke dlm ajaranNya. Ama bs baca lbh jelas di Int'l Standard Bible Encyclopedia, cari kata "cross".

Kedua, ttg distorsi pemaknaan yg konyol fatalistik, itu jg sdh sy nukilkan sbg ketelodoran kaum yg Ama sebut literalis. Suka memaknai sebatas hurufiah sj, tp malas menggali makna sesugguhnya dibalik teks itu.

Ketiga, ttg cth2 strategi yg aplikatif, jg sdh sy kasi sinyalemennya dg istilah "situational action". Dlm komentar sy utk @-nrk- masalah ini sdh sy buka agak lbh lebar dg cth kasus yg riil bg dia, yaitu pergi studi S2.

Keempat, perumusan misi sosial kristen jg sdh sy singgung dlm cakupan umum yaitu "menyaksikan Injil Kerajaan Allah". Sy menghindari menguraikan makna "bersaksi" dlm btk sikap hidup yg diteladankan Yesus, krn ingin fokus pd management practice approach, apalagi sy tau ini porsi para Pendeta/Pastor. Tp sy setuju dg teri Ama ttg kristen yg masa bdh dg misinya sbg gereja. Krn itu, sy terbuka jk ada yg ingin sharing lbh jauh ttg hal ini.

Kelima, soal bgmn strategi "kota kasih", sy bisa membantu asal fee-nya cocok. He he he...

Keenam, trims atas kritiknya. Sy sadar, penonton euro 2008 mmg lbh lihai berbicara ketimbang bermain.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@Do Hawu,

Gereja2 Eropa yg cenderung konservatif memang berbeda dg Gereja2 Amerika yg lbh liberal, bahkan byk gereja di amerika yg sangat liberal. Saking liberalnya mrk nekat kasi nama perkumpulannya dg sebutan, "satanic church".

Pendeta kaya yg Ama sebutkan itu, bs jadi adalah pendeta dg latar belakang gereja amerika. Perilaku mrk mmg nampak aneh di mata kita2 warga gereja eropa. Sama2 gereja, tp MV sbg lembaga gereja bisa berbeda. Kl sdh begini mk bs dipastikan perilakunya di lapangan jg berbeda bahkan tdk jarang berbenturan. Kl sdh begini, friksi di lapangan pasti tdk bs dihindari.

Sy tdk mau menghakimi siapa2, krn bigmike memberi sinyalemen bhw GMIT-pun ada begitu byk masalahnya yg memberi celah para "pdt kaya" beraksi. Yg penting bg sy adalah fenomena ini mrpkn indikator adanya distorsi antara misi gereja (marturia, koinonia, dan diakonia) dg strategi dan perilaku. Drpd menghakimi, mendingan perbaiki sistem ke dalam utk lbh dpt memenangkan byk jiwa.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

-nk-

bukankah disini kita bebas mengeluarkan pendapat tentang apa saja?? maaf maksud yang ingin saya sampaikan mungkin tidak dipahami oleh anda tapi sekali maaf saya menulis bukan untuk anda tapi hanya kepengen menyampaikan apa yang saya rasa dan saya pahami. sekali lagi (lagi-lagi) saya meminta maaf kalo yang saya tulis tentang diatas kalo ada yang menyinggung tentang anda dan membuat anda marah saya minta maaf. Damai bos... Maaf o....

-wilmana-

beta setuju dengan anda. kalo memang makna pikul salib itu banyak. anda menjelaskan menurut versi anda dan saya yakini itu betul. tapi bisakah saya membuat satu garis besar bahwa "salib" itu beban??? betulkah demikian?? dengan banyak cara dan versi dapat dijelaskan mengenai salib tapi pada intinya saya menangkap salib itu "beban" (saya pikir secara sederhana karena salib itu berat jadi salib itu bisa diartikan beban). benarkah??

Syalom, Salam damai

(nrk)

Anonim mengatakan...

@ nrk

Harap maklum, begitulah @nk yg takut berubah. Dia lupa bhw lbh sakit jk berubah krn dipaksa keadaan.

Salib adalah "beban", knp tidak? Yg penting jgn mjd takut ketika anda melihat salib sbg beban, bukan berkat. Krn ketakutan dpt membuat Ama tdk mampu pikul salib, alias bertindak yg melenceng dari tujuan Ama.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@nrk

Hah, hah, sdr ini bisa saja meminta maaf sampai harus berkali-kali dan 'lagi-lagi.' Rilekslah. Jangan 'termakan' issue pada hal yg hurufiah. Untung saya nasehat, jadi agak alusan. Kalau wilmana yg 'turun tangan' maka, may God help you!

Saya 'tergelitik' menjawab hal pikul salib sebagai beban tapi biarlah wilaman yg menjawab karena memang itu bagiannya. Mudah-mudahan ia agak 'gentle' dgn sdr kali ini :)

salam hangat.

-nk-

Anonim mengatakan...

@nrk

Rupanya wilmana sudah menjawab pertanyaan sdr itu sebelum saya memencet tombol 'publikasikan komentar anda.' Rupanya ini hari minggu jadi ia tidak ingin 'berbuat' dosa di 'hari yg baik ini.' Sdr patut bersyukur pd Tuhan.

:)

Anonim mengatakan...

@Wilmana

Saya memahami 'keterbatasan' sdr dan ingin fokus pada perspektif manajemen yg sdr kuasai.

Hal distorsi yg saya sampaikan sebelumnya, ini layak direnungkan karena keteladanan Yesus sebagai 'pemimpin strategis' terlihat jelas dalam kitab gospel. Pemaknaan konyol fatalistis, sdr kataka, oleh kaum literalis. Saya setuju. Pertanyaan, siapa pd ujaran mana pemaknaan pikul salib menjadi konyol falistis? Siapa 'biang kerok'nya?

Saya ingin ber-argumen pada ujuran Yesus sendiri, saya kutip:

Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.
Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.


Tradisi 'gerakan sosial' yg pimpin oleh Yesus yg bertujuan membawa damai sejahtera, kebebasan dan keadilan bagi dunia 'hilang' dan digantikan oleh usaha perbaikan kehidupan spiritulitas demi menyambut kedantangan Yesus untuk yg kedua kalinya. Oleh siapa? Rasul Paulus. Baca surat-surat Paulus!

Jadi saya setuju, pemaknaan pikul salin yg benar adalah pada Yesus bukan Paulun. Namum demikian, perbaikan pemaknaan konyol fatalistis menjadi persoalan 'besar' bagi Kekristenan khususnya di Indonesia yg tdk 'ber-etika.' Catatan: Pemaknaan konyol fatalistis ini 'berhenti' pada gereja-gereja protestan di eropa dan amerika dgn etika protestannya.

Sdr setuju?

-nk-

Anonim mengatakan...

Sekedar ingin lebih jelas menghindari salah pengertian.

Pada ujaran mana dimaknai secara literalis, dus, muncul pemaknaan konyol fatalistis hingga sekarang? Lihat ayat diatas (Matius 24:32-34)

Oleh siapa? Rasul Paulus.

-nk-

Anonim mengatakan...

Hallooooooo.....anybody there......kok ngga' ada ya.....ini gereja atau museum?....kayak gitu kalo kita ke gereja-gereja mainstream. Gedungnya besar tapi kosong. Kalau peribadatan kami, jamahan kami, pengurapan kami, pemuridan kami, membuat banyak jemaat datang dan mendapatkan keenuhan Roh mengapa harus diangap salah. Kami kecewa ungkapan-ungkapan kasar tentang pendeta selebritis (Andreas, Jg)

Anonim mengatakan...

Jangan bergaya maling teriak maling. GMIT banyak jadi korban praktek bisnis ayat (Savunesse)

mikerk mengatakan...

Saudara Wilmana dan semua sahabat blogger:

1. Terima kasih banyak karena saudara Wilmana sudah menyumbang sesuatu untuk bahan perenungan di hari minggu. Kita catat baik-baik pesannya, yaitu pikul salib merupakan suatu tawaran strategis yg diberikan oleh sang Ilahi kepada kita dalam mengarungi hidup di dunia yang fana ini. Berat memang tapi jika Allah di pihak kita maka adakah yg terlalu sulit? Soalnya cuma maukah kita membuka hati pada-NYA?

2. Komentar-komentar bagus sudah memperkaya kita. Thanx untuk nk, nrk dan lain-lain. Tuhan memberkati

3. Wilmana berjanji untuk melanjutkan postingnya. Kita tunggu bersama. Mudah-mudahan dia mau berbagi soal visi dan misi. Saya agak kuatir karean dia sudah menyebut-nyebut tentang fee. Wah, gawat.

4. Mau diskusi lanjutan? silakan. Tapi saya mohon ijin untuk memposting sesuatu yg baru. Anda jangan berkecil hati, lihatlah komentar pada posting INDONESIAL ternyata masih cukup ramai dan sudah mencapai 90 buah komentar meskipun sudah kita tinggalkan lama.

Akhirnya, selamat memasuki Minggu yang baru. Selamat bekerja. Tuhan memberkati

Anonim mengatakan...

Ini org 'kresten' memang hueeebat luar biasa. Itu salib sudah berat dipundak, masih bisa 'memainkan' jurus-jurus 'kangfu' mencakar dan menendang satu sama lain.

Wilmana, apakah ini - antara andreas dan do-hawu- sedang terjadi benturan 'pikul salib?' Tolong penjelasan.

-nk-

Anonim mengatakan...

@nk

Pertama, ini ada cth kekeliruan ala literalis. Sy bilang membatasi diri pada perspektif manajemen, rupanya Ama maknai sbg semacam pengakuan "keterbatasan" sy atas hal2 di luar manajemen.

Kedua, mengenai teologi Yesus vs Paulus, sy justru melihat ada titik temu yg baik yaitu bhw Paulus-pun selalu fokus pada misinya. Bhw scr strategis maupun implementasinya, Paulus terkesan melangkah lbh jauh dr Yesus, sy kira ini hal yg wajar sj. Jd, sy agak heran bhw Ama sepertinya mempertentangkan Yesus vs Paulus dlm konteks tulisan sy ini. Dimananya?

Ketiga, soal @Andre dan @Do Hawu, kan sdh sy buka sdkt fakta friksi dan intrik di lapangan antara gereja Amerika vs Gereja Eropa yg mainstream di Indonesia.

Scr implisit, sdh sy angkat bhw dlm konteks tulisan sy ini, gerejanya @Andre dan gerejanya @do Hawu bikin strategi sendiri2 dan itu tdk selaras dg misi yg Yesus berikan. Sy liat misi kristen jelas hanya jd "kuda tunggangan" utk ambisi2 pribadi dan golongan mereka.

GMIT sdh sekian lama dikasi kesempatan melayani di Timor dan sekitarnya, ternyata "hanya" mjd lahan tempat cari makan pendeta-pendeta. Gereja2 Amerika dg memanfaatkan keunggulan pola pelayanan yg sdh dipermak dg berbagai pdkt modern, malah lbh celaka lg, krn memperlakukan wilayah2 kantong kristen sbg pasar utk dagang jasa spiritual kristen. Mental pedagang yg cenderung tdk etis dipraktekkan utk mengakuisisi domba2 milik pesaing. Mereka tdk malu2 spt berlaku spt @Andre di atas yg menepuk dada dg kehebatan pola pelayanan, sembari menghina dan menjelekkan pola pelayanan gereja lain. Lupa bhw mamon keangkuhan sdg melanda diri masing-masing.

Mereka itu, nampaknya sj sedang pikul salib, tp sesungguhnya lg pikul kantong uang, persis gambar yg BigMike taro di tulisan sy ini.

@BigMike
Trims y akan kirim tulisan ttg Visi-Misi yg mnrt sy Misi-Visi krn lbh sesuai dg nilai kristen.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Wilmana,

Saya baru balik rumah. Sejak pagi sampai petang ini terpaksa harus ribu dengan tim walikota karena mereka seperi buta sama sekali tentang penataan lingkungan kota. Kuburan dicampur adukkan dengan wilayah produksi dst...dst...

akar soalnya adalah misi dan visi atau vis an misi, apapun namanya itu. Jadi KOTA KASIH cuma slogan dan tidak tahu bagaimana harus membuatnya kecuali mencontoh atau membebek pusat. Kacau. Lalu, teringat VM atau MV. Barangkali kita mula dari komuntas yg kecil saja dahul dan juga tida perlu yg muluk2 dulu. bikin jelas tentang visi misi atau sebaliknya mungkin berguna. Setahun lalu, bersama SGT, saya berlelah mebuat HKUP GMIT (perencanan strategis) tapi ketika diserahkan ke MS GMIT seanya eah karena apa? didiamkan begitu saja lalu bekerja menurut irama lama yg usang dan terbukti "tidak laku". So, kami tunggu posting berikutnya

(Bigmike)

Anonim mengatakan...

Gambar yg menarik. Topik yg bagus. Tapi pertanyaan: apakah Yesus diam dan pasif melihat umatnya menderita? (lihat ilustrasi gambar). Kadang-kadang itu yg kami rasakan sehari-hari (Sibirulaut)

Anonim mengatakan...

@Wilmana

Rupanya sdr juga 'termakan' dgn artian hurufiah kata 'keterbatasan.' Sekian lama 'berdebat' dgn sdr, saya jadi tau 'gaya' sdr. Jadi tdk apa toh saling 'colek.'

Saya sudah 'perhitungkan counter argumentasi sdr hal 'pikul salib' ala Paulus. Tentu dalam 'terang' strategic-based behavior Ia dan 'Junjungan'nya memiliki misi, strategi dan implementasi yg baik, sangat baik. Tentang misi, saya berbeda dgn sdr dan itulah sinyalamen distorsi yg saya sampaikan sebelumnya. Paulus yg secara 'literalis' 'mengamini' kedatngan Yesus pada kedua kali pada masa hidupnya, dus misi Paulus menjadi berbeda dgn Yesus. Lihat komentar saya sebelumnya!

Selebihnya, awas! BM sedang 'mencoba' mendapatkan konsultasi gratisan untuk proyek besar Kota Kasih. Sebelumnya saya meminta sdr dgn contoh kecil ttp sdr minta fee yg cocok, hih, hih. Eniwe, poin saya bahwa ide 'fresh' sdr itu perlu lbh kongkrit karena banyak 'bayi-bayi' disini terbukti benar. Semoga sdr mau berbagi lebih banyak dgn kami disini.

Salam 'fee'

-nk-

Anonim mengatakan...

@BigMike

Saran saya, GMIT musti tegas dulu misinya hadir di tengah-tengah masyarakat Timor dan sekitarnya untuk apa? Kalo GPIB misalnya, jelas misi-nya menciptakan "Jemaat Missioner", jemaat yg tau misinya sb kristen dan dpt menyelerasakannya dengan perilaku sehari-hari baik di gereja maupun di luar gereja.

Lalu, visi jangka panjangnya (per 25 tahun?) apa saja yang dibayangkan harus dicapai oleh GMIT? Tp pola 25 tahunan ini, belakangan sdh ditinggalkan oleh org bisnis, krn perubahan yg makin cepat dan susah diprediksi. Org lbh suka bikin visi 5 tahunan. Visi 5 tahunan terdiri dari sasaran antara yg dibagi per tahun. Jd, per 5 tahun, GMIT hrs kembali merumuskan visi 5 tahun ke depan apa? Dari sasaran antara per tahun inilah, di susun program kerja dan anggaran tahunan GMIT.

Tp persoalan plg akut yg sy liat adalah MS GMIT itu cuma tau ayat2 suci, tp rada buta dg tata kelola. Cb liat STT Kupang, ada brp SKS utk mata kuliah Tata Kelola Organisasi? Lalu, sehari-hari sibuk urus teologi dan tdk ada wkt training manajemen praktis. Krn itu jgn kaget kalau HKUP tdk mampu mereka jalankan. Padahal HKUP harus direalisasikan mjd perilaku kerja sehari-hari.

Kelemahan HKUP adalah tdk mewajibkan MS GMIT mensosialisasikan apa itu HKUP dan how to realize it. Apalagi membuka kelas2 pelatihan khusus bg para PHMJ? Di GMIT itu ukuran hebatnya adalah jumlah gelar theologi yg dikoleksi. Pdhl urusan teologi di gereja hanya 10% dr totalitas problem tata kelola gereja.

@birulaut

Trims atas apresiasinya. Yesus bukannya diam dan pasif. Tp Dia mau Ama jg belajar dr kesulitan-kesulitan shg sadar bhw itu juga berkat, bukan beban. Kita menyangka Yesus diam dan pasif krn kita masih menerima 'suka' sbg berkat, 'sedangkan 'duka' adalah kutukan. Kl kita terima suka/duka sbg berkat, mk Yesus sbtlnya tdk pernah diam dan pasif, kan?

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@nk

Bolehkah Ama perjelas kesimpulan Ama bhw Paulus scr literalis memahami kadatangan Yesus yg kedua shg misi Paulus jadi berbeda dg misi Yesus? Ini dugaan atau fakta empirik? Pengamatan sendiri atau kutipan? Sy hampir menduga ada unsur "busuk" di sini.

Tp moga2 sy keliru. Mhn maaf sblmnya.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Komentar Wilmana terhadap sibirulaut sangat bagus. Two tumbs up. Mungkin itu baik untuk dikembangkan untuk menjawab beberapa pertanyaan NK (Bigmike)

Anonim mengatakan...

@wilmana

Mungkin ini yg sdr maksudkan itu. Ini porsi 'pendeta/pastor' jadi tdk perlu menduga-duga secara 'busuk' walau saya tidak mengerti dimana 'unsur' busuknya itu. Mungkin sdr perlu sedikit lebih jelas pd poin ini.

Tentang misi Yesus dan Paulus, silahkan baca gospel dan bandingkan dgn surat-surat Paulus.

Spt yg sudah saya katakan, misi Yesus tdk lepas dari persoalan sosial politik budaya ('spb') pd jamannya. Pada level tertentu, persoalan spb kita sekarang ada kemiripannya. Rakyak kian menderita akibat persoalan multi kompleks. Dus, keteladanan pikul salib ala Yesus yg menekankan pd 'aksi sosial' buat kita sekarang menjadi sebuah kebutuhan ketimbang perbaikan spiritualitas/keimanan yg merupakan penekanan 'pikul salib' ala Paulus.

Dugaan saya ini kemudian 'tercerahkan' oleh Obery Hendricks dalam bukunya 'The Politics of Jesus.'

Tapi tentu saja, seorang profesor besar pun bisa salah.

Begitu saja.

-nk-

Anonim mengatakan...

-birulaut-

sekdar menambahkan saja apa yang telh disampaikan wilmana. coba anda buka komentar dari NK pada tulisan "berduka cita kok ya berbahgia" pada cerita tentang jejak-jejak kaki. coba anda renungkan.... pada saat duka/susah/berbeban berat saat itu pun Tuhan sedang menggendong anda. tidak mungkinlah Ia meninggalkan anda sendiri. ingatlah Tuhan bukan Tuhan yang hanya hadir pada saat kita sedang berbahagia saja.

salam damai,

(nrk)

Anonim mengatakan...

@bigmike

Trims... Sy salut dg kedalaman berpikir Ama. Terkadang mmg dilematis. Mau menjelaskan detil, ini cuma kolom komentar. Mau menjawab singkat tp bermakna dalam, Penanya tergolong literalis.

@nk
Rasanya Ama tidak salah jg mengutip Prof Hendricks, krn Yesus berkarya di tengah-tengah kaum Yahuid, sementara Paulus lbh fokus ke non-Yahudi. Dlm konteks ini, sy tdk melihat Yesus dan Paulus adalah dua sosok dengan misi utama yg berbeda. Yg berbeda hanya konteksnya dan krn itu strateginya (politiknya?) jg ikut berbeda.

Sy liat plg tdk ada satu hal yg tdk diamati Prof Hendriks adalah bhw dampak ajaran Yesus bg Paulus begitu luar biasa bg penciptaan dunia baru, yaitu dunia kekristenan. Mnrt sy, kita sulit membantah bhw misi Paulus adalah menumbuhkembangkan ajaran2 Yesus bagi keperluan komunitas baru yaitu: para pengikut ajaran Yesus.

@nrk
Bukankah Ama yg ngotot bhw salib itu "beban", bukan "berkat"?

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Pak mike, cobalah minta Wilmana posting visi dan misi Kristiani (Yes, BTN)

Anonim mengatakan...

@Yes, BTN

Kl Misi-Visi Kristen, rasanya bukan fak sy, Om. Tp kl Om Yes maksudkan adalah, bgmn praktek Misi Kristen di kehidupan nyata, sbg btk praktek Firman Allah dlm hidup sehari-hari, sy mau sj.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

-wilmana-

yang saya sebutkan diatas hanya ingin memperjelas bahwa dalam setiap kesusahan (bisa juga diartikan sebagai salib) ada tangan Tuhan yang sedang menggendong kita.. jadi bukan ingin merubah pemahaman saya bahwa salib adalah beban.

salam damai,

(nrk)