Sabtu, 22 Maret 2008

Selamat Paskah

Shalom, selamat pagi.

Agak menyedihkan bagi saya karena tahun ini saya tidak bisa merayakan Paskah di Kupang bersama-sama keluarga dan handai tolan. Siang ini, saya harus bertolak ke Jakarta dan terus ke Aceh. Ada urusan Forum DAS di sana. Saya mohon didoakan supaya sukses dalam tugas dan sejahtera di perjalanan. Ceritera tentang Aceh dan Forum DAS akan saya bagikan sepulang dari Aceh.

Sekarang saya ingin berbincang tentang Paskah. Paskah (passover) ada 2 macam, yaitu Paskah Yahudi sebagai akar dari paskah berikutnya, yaitu Paskah Kristiani. Kedua-duanya berceritera tentang kebebasan. Pembebasa. Jika focal point pada Paskah Yahudi adalah pembebasan orang Yahudi dari perbudakan di Mesir maka Paskah Kristiani adalah pembebasan umat manusia dari perbudakan Dosa. Namun demikian, saya ingin mengatakan kepada para sahabat bahwa jika Paskah Yahudi nyaris tidak terdapat kontroversi maka pada Paskah Kristiani.....wuuuuuiiiihhhh....riuh rendah dengan kontroversi. Bagaimana tidak? Bagi banyak orang, peristiwa kebangkitan adalah ...hil yang mustahal....omong kosong....gb alias gede bo'ong-nye.......absurd....nonsens....tidak masuk akal....khalayan.....tidak mungkin karena......tidak ada bukti ilmiah......nah, ini dia......tidak mungkin secara ilmiah......agama kan juga harus masuk akal.....bukankan Yesus sendiri pernah mengatakan bahwa ...kasihilah Allah mu dengan jiwa hati dan akal......

Tagal perkara tidak masuk akal inilah, belakangan dunia diramaikan ole aneka rupa tulisan tentang penolakan kebangiktan. Anda jangan main-main, para pelopor gerakan Yesus Seminar, yang ingin memahami Yesus secara rasional, bukan ahli bangunan. Bukan ahli pertanian dan kehutanan (ehm.....). Bukan pula ahli kedokteran tetapi para ahli......teologia. Mereka adalah para PhD dalam bidang teologia. Mereka ini, seperti Robert Funk, Robert Price,Bart Ehrman, James Robinson, James Tabor dan masih banyak lagi, dahulunya adalah pendeta-pendeta . Lalu, karena pendeta sudah begitu maka pengikutnya menjadi banyak. Apalagi dalam media yang bergaya Hollywood. Media sensasi. Bagi mereka, semakin tinggi nilai sensasi suatu berita maka semakin mudah dijual. Dan menguntungkan. Mendatangkan duit. Maka bertebaranlah film-film aneh seperti the Davinci Code dan lain-lain. Semakin sensasional ketika peneliti-peneliti yang didanai oleh saluran TV Discovery Channel mengatakan bahwa mereka telah menemukan makam Yesus. Sutradara film Titanic, James Cameroon mempublikasikan tulisan dan berusaha meyakinkan orang bahwa Yesus tidak pernah bangkit. Murid orang-orang ini di Indonesia ternyata ada juga. Pendeta dan Dosen STT Jakarta, DR. Ioanes Rahkmat, menusli di HU KOmpas tahun 2007 bahwa Yesus tidak bangkit secar fisik tetapi hanya secara rohaniah. Lalu, saya jadi bingung dengan para pendeta ini. Lebih bingung lagi ketika ternyata banyak pendeta di GMIT yang tidak tahu perkembangan ini (apa saja kerja mereka?).

Persoalan terbesar bagi kelompok-kelompok penentang Yesus Bangkit adalah, sekali lagi, kemustahilan ilmiah bagi kebangkitan orang mati. Yesus mati karena disalibkan masih mudah dipahami akan tetapi tidak untuk Kebangkitan. Mayat kok bangun lagi. Model begini hanya cocok jadi film-film di Indonesia. Ketika kepada mereka dikatakan bahwa kebangkitan adalah mukjizat maka mereka lebih tidak percaya lagi. Kata mereka: mukjizat itu tidak ada karena segala sesuatu dapat diterangkan secra ilmiah. Apa maksudnya secara ilmiah? Maksudnya adalah, sesuatu yang terjadi berulang-ulang. Maka, orang makan minum bukanlah mukjizat tetapi peristiwa biasa karena tiap hari semua orang di muka bumi melakukan hal ini. Hujan bukan mukjizat karena hal itu adalah fenomena alam biasa yang dapat diterangkan. Terbang bagai burung di langit dan bahkan ke luar angkasa bukan mukjizat karena dengan sains, semua itu sudah terjadi. So, Yesus bangkit? Tidak ada bukti biokimianya. Oleh karena itu, tidak ada pengulangan. Karena tidak ada pengulangan maka ceritera Kebangkitan Yesus adalah khayalan jadi-jadian para murid-murid-Nya. Benarkah demikian?

Bagi saya persoalannya adalah begini:
  1. Apakah segala macam fenomen di dunia harus dapat diterangkan? DR. Steven Hawking berusaha mengemukakan Teori tentang Segala Sesuatu. Lalu, melalui teori ini, dapat diterangkan asal muasal, perkembangan dan arah perjalanan alam semesta kita. Ketika semua dapat diakalkan maka Tuhan is nothing. Tuhan tidak ada. Jika segala sesuatu dapat diterangkan maka jangan-jangan kita sendirilah yang merupakan Tuhan. Para filsuf atheis mengatakan bahwa bukan Tuhan yang menciptakan manusia tetapi angan-angan manusialah yang menciptakan Tuhan. Giiilllaaaaaa beenneeerrrrrr......Kalau saya begini: ada berapa banyak orang seperti Einstein, Newton, Hawking, Bung Karno, Pele, Maradona, Rudi Hartono, termasuk ...Yesus? tidak banyak. Menurut kaidah sains, fenomena yang sedikit dan nyaris tidak berulang adalah nonsens. Tidak signifikan. Kalau begitu, apakah orang-orang tadi hanya jadi-jadian? Hanya khayalan? Kalau diakui bahwa mereka adalah sosok yang nyata maka eksistensi mereka yang tidak banyak itu adalah mukjizat. Bagaimana dengan supernormal? Jikalau kehadiran sesuatu atau seseorang atau fenomena tertentu yang langka lalu membawa kebaikan that's miracle. Maka, Tabor, Funk, Hitler, Ioanes adalah supernormal (jangan-jangan abnormal he he he...). Tsunami Aceh adalah bencana. Tetapi, Yesus dan, mungkin, kecantikan pemandangan Mutis serta fungsi hidrologinya bagi Timor adalah mukjizat. Kalau begitu, kebangkitan Yesus adalah mukjizat. Mungkin tidak masuk akal tetapi yang pasti, peristiwa ini melampaui akal. Sekali lagi, bukan tidak masuk akal akan tetapi melampaui akal. Inilah yang disebut teologi tinggi. Believe it or not? believe laaah yauuuuwwwww....
  2. Coba anda bayangkan: keluarga Yesus di sepanjang masa pekerjaan Yesus sebenarnya cenderung sinis dan kurang menyukai Yesus dan aktivitasnya (bandingkan dengan Markus 6:1-6). Yesus dianggap mereka adalah orang aneh yang tidak perduli pada keluarga. Petrus adalah penyangkal Yesus, meskipun dia adalah murid-Nya. Paulus adalah pemburu dan penyiksa murid Yesus. Lalu, apa yang membuat mereka menjadi die hard dalam mengikuti Yesus dan siap mati untum Yesus. Yakobus saudara Yesus, Imam di Yerusalem mati dirajam di Yerusalem. Petrus dihukum mati di Roma. Paulus juga apes karena di hukum mati lantaran rajin memberitakan kabar baik tentang Yesus. Mengapa mereka mau menerima resiko berat tersebut? Karena mereka melihat. Mereka menjadi saksi mata. Menjadi pendengar pertama tentang Yesus yang penuh kebaikan, kebajikan, panjang sabar itu sudah bangkit. Misalnya saja, kalau saya tidak pernah meilhat dengan mata kepala sendiri bahwa Prof. Frans Umbu Data menjadi Rektor Undana, untuk apa saya mau taat pada perintahnya. Untuk apa saya mau berceritera di mana-mana bahwa rektor Undana adalah Umbu Data? Ingat baik-baik kisah kita tentang Yosephus Flavius. Orang ini hidup seabad dengan Yesus dan murid-murid peratama. Hidup seabad dengan orang-orang yang menyiksa dan menghukum Yesus. Lalu, mengapa dia menulis tentang Yesus yang disalibkan dan mati?. Saya kutipkan lagi (bersumber dari Evans, 2005) tulisan sejarah oleh Yosephus tentang Yesus.....ketika Pilatus menghukum Dia di kayu salib karena tuduhan para pemimpin, orang-orang yang mengasihi Dia sejak awal tidak berhenti mengasihi Dia. Sebab (...saya mohon disimak baik-baik kutipan lanjutan ini yang dicetak lebih tebal....) Ia menampakkan diri kepada mereka pada hari ketiga dalam keadaan hidup....Sampai sekarang belum ada 1 ahlipun yang mengatakan bahwa Yosephus hanya tokoh jadi-jadian. Yosephus nyata ada. Kalau sosok Yosephus nyata maka kesaksian dia tentang Yesus nyata juga dooonngggggg...Maka, pernyataan orang yang membenci Yesus inipun kembali menjadi saksi bahwa .....Yesus sungguh Bangkit pada hari yang ketiga setelah dikuburkan karena mati disalibkan. Masih ragu?......No waaaaay-lah.
Karena Yesus sungguh sudah bangkit dan hal ini disaksikan oleh banyak orang, termasuk Yosephus sang pembeci Yesus, dan juga oleh para penulis Alkitab (misalkan saja Yoh. 20 dan 21) maka tidak ada alasan lagi untuk tidak percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh adalah Tuhan yang bekerja membebaskan manusia dari perbudakan dosa. Kita merdeka dari perbudakan Dosa. Perbudakan Dosa sudah lewat. Kita diberi kemungkinan lain oleh Yesus. Hidup Suci.
Selamat Merdeka. Selamat Paskah. Tuhan Yesus Memberkati.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Bagus sekali. Semoga pak Mike tidak bosan untuk menulis. Saya dukung. Selamat Paskah.

Peter

Anonim mengatakan...

Pulanglah cepatx dari Aceh. Rindu baca tulisan si boss Mickey (Yosie)