Senin, 17 Maret 2008

Savana: suksesi dan klimaks vegetasi

Sebelum kita melanjutkan wisata kita tentang savana, maka mohon ijin untuk mengingatkan bahwa perjalanan kita ada pada titik pertanyaan mengapa savana bisa tampak sebagai padang rumput tetapi bisa pula tampak sebagai hutan.
Guna memahami fenomena tersebut maka perlu diperkenalkan dua buah istilah dalam dunia ekologi tanaman, yaitu suksesi vegetasi dan klimaks vegetasi. Gerangan apakah ini?
Suksesi vegetasi, dan ini pasti berbeda dengan suksesi gubernur dan presiden, adalah peristiwa pergantian komunitas vegetasi dari suatu aras (stage) ke aras berikutnya yang lebih kompleks. Sebagai contoh, ketika pada tahun 1883 G. Krakatau meletus maka daratan pulau Krakatau bersih sama sekali dari tumbuhan. Dua tahun setelah letusan maka tumbuhan pertama adalah ganggang biiru dan hijau di dekat pantai pulau. Lima tahun kemudian, komunitas tumbuhan paku-pakuan mendominasi. Sepuluh tahun kemudian, komunitas rumput tumbuh dan membentuk padang rumput. Dua puluh lima tahun setelah meletus, padang rumput mulai bercampur dengan semak belukar. Pohon Ficus macaranga tumbuh berpencaran di padang rumput belukar tersebut. Lantas, 40-50 tahun kemudian asosiasi pohon mulai membantuk hutan. Akhirnya, seratus tahun kemudian, pual Krakatau telah didominasi oleh hutan hujan tropis. Nah, pergantian dari satu status komunitas ke komunitas lainnya disebut sebagai suksesi. Ketika 100 tahun kemudian, ketika hutan telah mendominasi P. Krakatau maka kondisi ini disebut sebagai klimaks vegetasi. Apa yang menentukan klimaks vegetasi. Ada beberapa hal tetapi yang terpenting adalah curah hujan. Jika curah hujan rata-rata tahunan suatu daerah tinggi (3000 - 4000 mm/tahun atau lebih besar) maka klimaks vegetasi akan menuju hutan.
Namun demikian, klimaks bisa tertahan. Mengapa? Karena faktor alami dan antropogenik (perbuatan manusia). Klimaks harusnya hutan tetapi karena pohon-pohon sering ditebas maka yang terbentuk padang rumput. Dalam keadaan demikian maka klimaks yang terbentuk disebut sebagai klimaks tertahan (sub-klimaks). Maka, bagaimana dengan savana?Mari kita ikuti pendapat beberapa ahli berikut ini.

Jones et al., 1987; Ewusie, 1990; Desmukh, 1992 menganggap bahwa savana adalah klimaks yang sejalan dengan degradasi hujan Sedangkan beberapa pakar lain seperti Shrivastava (1997) menganggap bahwa savana merupakan klimaks karena faktor biotik, terutama api dan penggembalaan. Dengan menggunakan teori struktur vegetasi atau disebut juga spektrum vegetasi, Bourliere dan Hadley (Lal, 1987), mengemukakan pendapat tentang savana dan proses pembentukannya secara komprehensif. Dinyatakan bahwa struktur savana selalu ditandai oleh 1) Strata rumput yang jelas dan merata yang diinterupsi pohon dan semak; 2) Kehadiran api dan hewan perumput; 3) Pola pertumbuhan komponen biotik ditentukan oleh pergantian di antara musim basah dan musim kering.

Berdasarkan struktur seperti ini, Lal (1987) menjelaskan tentang proses suksesi klimaks savana sebagai berikut: hutan savana akan terbentuk jika matriks tanahnya cukup basah dan lembap sehingga mampu menunjang pertumbuhan individu pohon dan kanopi yang rapat. Selanjutnya kerapatan pohon akan semakin berkurang sejalan dengan makin meningkatnya kekeringan. Jika kekeringan berada dalam keadaan ekstrim maka yang terbentuk adalah savana yang nyaris tanpa pohon yang disebut sebagai padang rumput savana (treeless savanna forest). Akan tetapi jika di suatu daerah yang bercurah hujan tinggi, demikian juga kelengasan tanahnya, dan masyarakat seral vegetasi (xere) yang terbentuk adalah savana dengan pohon yang berpencaran maka savana demikian merupakan savana edafik atau savana biotik (open forest). Savana tipe ini disebut juga sebagai savana derivasi (man-made savannah) yang terbentuk karena ada proses konversi lahan hutan. Monk et al. (1997) menamakan tipe savana seperti ini sebagai savana vegetasi sekunder. Mula-mula api yang sering dengan intensitas tinggi akan menghabiskan pohon dan semak asli. Akhirnya, hanya pohon dan semak yang mampu menghindar dari cekaman api yang akan tumbuh mendominasi strata pohon dan semak. Ketika hutan berubah menjadi savana dan digunakan untuk tujuan pertanian maka gangguan akan terus berlangsung. Dengan demikian pengubahan dan pemanfaatan savana berpotensi menyebabkan terjadinya peristiwa retrogresi vegetasi, yaitu suatu proses pembalikan arah suksesi menjauhi klimaks.

Ah, hari ini cukup sekian saja dulu. Agak melelahkan dan mungkin membuat pusing (maafkan daku). Setelah beristirahat semalam, besok kita lanjutkan kembali. Sebagai obat cuci mata maka berikut saya persembahkan gambar umum percampuran rumput, semak dan pohon kecil pada savana di Timor Barat (lihat di atas)

Tidak ada komentar: