Minggu, 30 Maret 2008

Howdy, Ketemu Lagi








Selamat hari baik. Senang bisa bertemu lagi dengan kawan-kawan sekalian. Selama 1 minggu saya bepergian ke negeri Aceh, rupanya banyak perkembangan di Kupang. Pertama-tama adalah adanya beberapa komentar terhadap tulisan saya dalam blogger ini. Ada bung Yes, Piter dan, tampaknya dari adik Lusi Jowinstiati. Adik ini adalah anggota Forum DAS NTT yang sekarang menetap di Waingapu. Doski, dulu ketika masih bekerja di WWF, sangat aktif mengawal proses berdirinya ForDAS NTT sampai dengan dihasilkannya dokumen Pengelolaan DAS Benenain-Nolemina secara terpadu pada tahun 2006. Setelah itu Lusi lebih sibuk mengurus pekerjaan barunya meskipun tidak kehilangan kontak sama sekali dengan kawan-kawan di ForDAS. Tanpa bermaksud mengabaikan bung Yes dan Piter, namun Lusi saya sebutkan karena komentarnya terkait dengan hal berikut ini, yaitu pada tanggal 25 Maret telah ditetapkan Perda NTT No. 5/2008 tentang Pengelolan Daerah Sungai Terpadu di NTT. Rupa-rupanya tidak banyak masyarakat yang tahu soal perda ini. Tidak ada pemberitaan yang luas tentang hal ini. Tidak apa-apa. Tidak usah berkecil hati. Dengan demikian perda ini akan berangkat dari titik 0 di awalnya tetapi, yakinlah, it will becoming something significant on it's implemetation. Di sinilah amat tepat komentar Lusi yang mengingatkan bahwa dalam memperjuangkan adanya Perda ini, modal dasar ForDAS hanyalah dengkul, tekad yang besar dan semangat juang yang spartan. Cuma itu. Tetapi, itulah hal yang terpenting dalam suatu perjuangan. Inilah harapan kami untuk kawan-kawan di Aceh yang juga berupaya memperkenalkan konsep Pengelolaan DAS terpadu dan pengimplementasian-nya di sana. Selamat berjuang kawan.
Hal lain adalah, Partai Golkar telah menetapkan paket calon dalam pilkada Gub/Wagub di NTT. Paket itu adalah Ibrahim Medah dan Paulus Moa, di singkat TULUS. Sayang sekali, dalam salah satu statement awalnya, paket ini menggemakan bahwa jika menang maka propinsi Flores harus berdiri. Kita tahu bahwa janji ini sangat market oriented. Kawan-kawan pemilih di Pulau Flores pasti dikili-kili untuk memilih TULUS. Lagian, isu ini adalah isu lama. Bukan baru. Bahkan pola seperti ini tampak lumrah karena juga merupakan isu dipakai dan, terbukti laku di beberapa tempat di NTT. Sepertihalnya juga di Indonesia. Sayang sekali, paket TULUS, sebagai orang-orang yang mengklaim diri sebagai tokoh besar NTT (jika tidak, mana mungkin mereka mencalonkan diri) terjebak dalam isu-isu fragmentasi wilayah seperti ini. Dengan demikian TULUS membuktikan diri sebagai politisi ulung, yang lihai memainkan isu politik guna keuntungan jangka sangat pendek. Akan tetapi, mereka tidak cukup berkapasitas sebagai negarawan. Betapa tidak, untuk dapat dipilih sebagai Gubernur NTT, maka agenda pertama adalah memecah belah NTT. Logika yang mungkin benar secara politik tetapi sangat tidak etis menurut aturan etika berpikir dalam konteks Indonesia yang memerlukan kesatuan yang solid. Ini analoginya, pilihlah saya sebagai suamimu maka agenda pertama saya adalah memecah belah keluarga besar kita.
Saya tidak anti Propinsi Flores. Akan tetapi dalam konteks NTT yang berbentuk archipelago memecah-mecah wilayah NTT ke dalam kepingan berdasarkan isu-isu etnik, aliran dan yang sejenisnya adalah tindakan yang semakin menguatkan gejala endemisme ekosistem yang terintegral secara sosio-geomorfologi dalam wilayah NTT. Ada apa dengan gejala ini? Dalam kesempatan ini saya hanya menjelaskan bahwa gejala ini adalah fenomena ekologi yang eksotik. Menarik tetapi sangat berbahaya bagi stabilitas ekosistem (Smith dan SMith, 2002). Uraian lebih mendalam akan saya lakukan pada kesempatan lain.
Dua hal yang terjadi di NTT selama saya bepergian ke Aceh tampaknya memberikan kesan yang saling bertolak belakang. Perda DAS berusaha mengintegrasikan wilayah tetapi TULUS berpikir tentang bagaimana melakukan fragmentasi wilayah. Apa pelajaran bagi ForDAS NTT? Apa hikmah yang dapat dipetik oleh kawan-kawan Aceh?
(Catatan berikut adalah kisah perjalanan ke negeri Aceh ke acara yang gambarnya ditampilkan di atas)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hey Mickey, kemana aje ente seminggu ini. Ceritain dong tentang Aceh. Trus, uraikan lebih jelas about endemisme. Gimana hubungannya dengan Pilkada? Qta nunggu boss.. (Calvin, Gmail)