Kamis, 20 Maret 2008

BetulkahYesus Disalibkan dan lalu, Mati?

Dear Frieds,

…Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ, dan juga kedua penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya…(Lukas 23:33).

…Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ”Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya…(Lukas 23:46)


Mengomentari artikel saya yang sebelumnya tentang Jumat Agung dan Yesus, seorang teman menyarankan agar saya dapat mengutip lebih banyak ayat Alkitab. Sudah barang tentu saya sangat senang karena ada teman yang bersedia memberi komentar (rupa-rupanya ceritra tentang blogger ini sudah mulai menyebar perlahan-lahan ke beberapa teman…ha ha ha….mantap sudah….). Namun saya ingin menjelaskan begini: secara sengaja saya mengutip Wikipedia (ensiklopedia sekuler di Internet) dengan tujuan untuk memberi catatan bahwa kisah Penyaliban dan Kematian Kristus bukan isapan jempol belaka seperti prasangka beberapa kalangan di abad moderen. Sekarang ini. Kata orang-orang ini: Yesus mati? Nonsens. Enggak mungkin lah yaaauuuwww. Itukan cuma ceritera karangan murid-murid Yesus yang berhalusinasi. Kematian Yesus hanyalah sekedar pernyataan Iman murid-murid-Nya. Teologis bung…Teologis…..just Theology and Dogmatic. Tidak pernah benar-benar ada.

Oleh karena itu, saya mencoba sedikit menahan diri untuk tidak terburu-buru mengutip ayat Alkitab (nanti pada saat yang tepat akan saya kutipkan juga – kata Alkitab: segala suatu ada masanya-tuh lihat di atas). Saya ingin memberikan bukti bahwa Penyaliban dan Kematian Yesus bukan hanya dicatat oleh murid-muridnya yang pasti akan memuja-muja Yesus (seperti saya dan kawan-kawan Kristiani). Karena cenderung memuja maka bisa dianggap kurang obyektif. Oleh karea itu saya memerlukan kesaksian orang lain. Bahkan oleh orang-orang yang kurang menyukai-Nya. Bagi saya, peristiwa Penyaliban dan Kematian Yesus adalah peristiwa historis. Bahkan mungkin, politis. Bukan cuma peristiwa Teologis yang hanya harus dipercaya meskipun tidak kelihatan. Jika hipotesis saya benar, maka fakta Penyaliban dan Kematian Yesus, yang disaksikan oleh Alkitab dan diyakini oleh semua orang Kristen, bersifat tidak terbantahkan. Bahkan oleh orang yang tidak percaya sekalipun.

Sejarawan Yahudi yang hidup di abad I Masehi, Yosephus Flavius, mencatat sejarah kematian Kristus dalam bukunya Antiquities of the Jews (90 M), yaitu buku sejarah bangsa Yahudi sejak Perjanjian Lama sampai masa hidup Yosephus. Dalam bukunya tersebut, Yosephus menulis seperti ini (Evans, 2005-Fabrication of Jesus):

“….pada waktu itu muncullah Yesus, seorang bijaksana. Ia pembuat mukjizat, guru orang-orang yang menerima kebenaran dengan sukacita. Ia memenangkan banyak orang Yahudi dan orang Yunani. Ia adalah Mesias. Ketika Pilatus menghukum Dia di kayu salib karena tuduhan para pemimpin…..”

Harap anda jangan berpikir bahwa Josephus Flavius, adalah pengikut Yesus. Tidak. Sebaliknya, menurut catatan Evans (2005), Bang Joe ini adalah seorang yang bersikap sangat pro-Romawi. Si bung ini pernah dipenjarakan pada masa pemberontakan Yahudi terhadap Romawi. Setelah Nero meninggal tahun 68 M, maka pada tahun 69 M Vespasianus (mirip merek motor Vespa ya...he he he..) naik takhta menjadi Kaisar Romawi. Setelah Vespasianus menjadi Kaisar, Josephus dibebaskan dan membantu Titus (anak Vespisianus) membujuk orang Yahudi menghentikan pemberontakan mereka. Tagal jasanya ini maka ketika tiba kembali di Roma, Yosephus dihadiahi Vespasianus nama Keluarga Flavius sehigngga nama lengkapnya adalah Yosephus Flavius. Asal tahu saja, nama Flavius berasal dari identitas kekaisaran Romawi yang berkuasa di antara tahun 69-96 M, yaitu Flavianus yang terdiri atas kaisar-kaisar Vespasianus, Titus dan Domitianus. Jelas sekarang bahwa Yosephus adalah keluarga kaisar Romawi yang ketika itu sangat membenci orang Kristen. Kisah-kisah penghambatan dan pembataian orang Kristen terjadi juga dalam masa kekaisaran di mana Yosephus menjadi bagian di dalamnya. Pada masa ini Yosephus menulis tentang sejarah Yahudi. Perjuangan orang Yahudi ditulisnya sambil memuji-muji kebajikan Romawi. Kejahatan orang-orang Romawi berusaha dikecil-kecilkan. Perhatikan kutipan di atas. Yosephus mencatat bahwa memang benar Pilatus (Romawi)-lah yang menjatuhkan hukuman kepada Yesus tetapi hal itu dilakukan karena adanya tuduhan dari para pimpinan. Tidak diulasnya bahwa Pilatus adalah seorang pemimpin yang kejam dan suka bertindak semau gue. Gemar mencuci tangan dari kesalahan yang dibuatnya (Nah, para kontestan Pilakda Gubernur NTT jangan meniru potongan pemimpin seperti Pilatus ini yaaaaa…..). Lalu, siapa yang dimaksudkan oleh Yosephus dengan para pimpinan yang mengajukan tuduhan kepada Yesus sehingga dijatuhi hukum penyaliban? Jawaban terhadap pertanyaan ini akan semakin membuka kedok atau topeng lain dari si Yosephus.

Yosephus adalah nama Latin bagi seseorang yang bernama Joseph bar Matthias. Evans (2005) mencatat bahwa orang ini dilahirkan pada tahun 37 M dari keluarga imam aristokrat Yahudi. Kelmpok apa ini? Inilah kelompoknya penguasa-penguasa agama Yahudi. Penguasa Bait Allah. Orang yang memperdagangkan hewan kurban di pelataran Bait Allah yang meja dagangannya dihajar lintang pukang oleh Yesus. Kelompok ini sangat membenci Yesus karena dianggapnya sebagai penista agama Yahudi. Menurut kesaksian Alkitab (antara lain Matius 26:47-75; Matius 27:1-56), mereka inilah yang menangkap, mengadili dan, akhirnya, membawa Yesus ke pengadilan Romawi lalu dijatuhi hukuman penyaliban sampai mati. Golongan ini terus memusuhi Yesus dan pengikut-pengikutnya sampai setelah Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke Sorga. Saulus, yang ketika bertobat mengubah nama menjadi Paulus, adalah contoh orang-orang kaki tangan kelompok ini untuk memburu dan menyiksa murid-murid Yesus. Inilah topeng lain si Yosephus. Dia adalah keluarga imam Yahudi dan sekaligus Ningrat Romawi. Cilakanya, ketika itu, kedua kelompok ini sama-sama membenci Yesus dan pengikut-pengikutnya. Lalu, mereka bekerjasama menghabisi-Nya.

Jadi, ketika menulis fakta bahwa Yesus dihukum di salib sampai mati, bang Joe pasti tidak sedang berteologi tentang Yesus. Mana mungkin orang yang tidak menyukai Yesus akan mencatat kematian-Nya dengan spirit yang sama seperti yang disaksikan oleh murid-murid Yesus. Kita di Indonesia pernah mengalami pengalam semacam ini di masa Orde Baru. Ya, ketika peranan Bung Karno coba dihilangkan dari sejarah oleh para sejarawan yang pro-Orde Baru. Sebagai contoh, Nugroho Notosusanto pernah menulis bahwa Bung Karno bukan penemu Pancasila melainkan M. Yamin. Banyak lagi upaya sejarawan Orba untuk mendiskreditkan Bung Karno. Meskipun segala daya dan upaya dilakukan akan tetapi fakta bahwa Bung Karno adalah Proklamator tidak bisa disembunyikan. Fakta ini terlalu kuat. Terlalu banyak orang yang tahu fakta ini. Situasi seperti inilah yang dihadapi oleh Yosephus. Dia mungkin tidak menyukai Yesus tetapi dia sama sekali tidak berani, tidak bisa atau tidak kuasa menyembunyikan fakta yang amat sangat kuat, yaitu Yesus mati karena disalibkan. Dan hal ini membuktikan bahwa kematian Yesus adalah peristiwa sejarah.

Kemungkinan lain adalah Yosephus ingin mengatakan bahwa fakta kematian Yesus di Salib adalah kombinasi antara hukuman dan kehinaan. Mengapa demikian? Sebabnya adalah menurut tradisi hukum Romawi, penyaliban adalah hukuman yang paling hina. Orang dihukum terutama bukan untuk mati itu sendiri, karena kematian sudah pasti. Yang terpenting adalah kesengsaraan dan penderitaan yang teramat dahsyat ketika sekarat menjelang ajar dapat ditonton oleh banyak orang agar menimbulkan efek jera. Mengapa Yosephus berbuat demikian? Ada kemungkinan bahwa Yosephus yang hidup sejaman dengan para Rasul, yang sedang giat menginjili di Yahudi dan di luar Yahudi, melihat bahwa gerakan baru ini perlahan-lahan mulai meperlihatkan hasil. Perkembangan kelompok pengikut Yesus ini semakin lama semakin merambat dan populasinya bertambah-tambah. Dihambat malah merambat. Hal ini membahayakan status quo politik penjajahan Romawi di Tanah Yudea dan Samaria. Perkembangan pesat kelompok Kristen ditakutkan akan menyebabkan timbulnya pemberontakan baru kepada kekaisaran Romawi. Anda ingat istilah bahaya laten di jaman Orde Baru? Nah, kelompok Kristen adalah bahaya laten bagi pengusa Romawi. Lalu, fitnah, penistaan, pembantaian dan penghambatan secara politis terhadap kelompok Kristen menjadi Kebijakan resmi Romawi. Dalam perpektif inilah tulisan Yosephus harus diletakkan. Romawi, melalui Yosephus perlu mengkilas balikan fakta sejarah, yang juga diketahui oleh banyak orang, guna mengingatkan dan mengintimidasi pengikut-pengikut Yesus bahwa Yesus bukanlah siapa-siapa. Tidak perlu disembah. Yesus hanyalah penjahat yang dihukum secara hina dengan cara disalibkan sampai mati. Yosephus berharap, pengikut-pengikut Yesus akan malu dan bahkan takut dihukum seperti Yesus lalu berhenti mengembangkan ajaran Yesus. Taktik yang luar biasa licik tetapi sekaligus memberikan bukti valid dan kuat tentang apa yang dialami Yesus. Ya, fakta sejarah dan fakta politik menjadi saksi kuat bahwa Yesus memang nyata-nyata disalibkan. Yesus sungguh-sungguh menderita karena penyiksaan dan penyaliban. Lalu, matilah Yesus. Apakah ada bukti Teologis bahwa Yesus disalibkan dan mati?. Jangan ditanya lagi. Dua kutipan ayat Alkitab di atas sudah cukup bercerita dan bersaksi dengan amat sangat kuat.

Jadi, benarkah Yesus disalibkan dan mati? Berdasarkan bukti-bukti sejarah, politik dan Teologi, jawabannya : 12345678,9% Yes of course, Sir. Right, Sir. Confirm, Sir. Behkan, bapa. Batuuuullll, anak. Amin. Ameeen sodara-sooodaraaaaa????? Ameeeeen!!!! Halleluyaaaa….

Ah, cukup di sini dahulu. Halaman artikel ini sudah terlalu panjang dan, mungkin, mulai membosankan pembaca. Togor dolo ooo. Permisi. Tabe. Bye

Keterangan, lukisan-lukisan di atas adalah:

  1. Kiri atas: "The Three Crosses" (Rembrandt, 1606-1669) (Wikipedia)
  2. Kanan atas: "Dead Christ" (Mantegna Andrea) (Wikipedia)

1 komentar:

mikerk mengatakan...

Posting lama, rindu untuk posting kembali.