Jumat, 21 Maret 2008

Mengapa Kita Merayakan Kematian Yesus? ini Jawabannya...

Selamat malam sobat sekalian,

Saya sekali lagi ingin menyapa kawan-kawan Kristiani saya yang baru merayakan Jumat Agung. Selamat hari Raya,

Kemarin, saya sudah membahas bukti bahwa Yesus sungguh-sungguh telah mati pascapenyaliban. Fakta yang tidak terbantahkan. Hal ini harus dikatakan karena belakangan ini ramai bermunculan kelompok-kelompok yang benar-benar meragukan Yesus. Dan Tabor dalam bukunya Jesus Dinasty menganggap Yesus tidak pernah bangkit. Dan Brown dengan bukunya The Davinci Code, berkhayal tentang Yesus yang menikah dengan Maria Magdalena dan mempunyai keturunan yang terus beranak pinak sampai sekarang. Kelompok Yesus Seminar, menyatakan bahwa hanya 18% ucapan Yesus dalam Alkitab yang benar-benar orisinil. Yesus tidak mati, cuma berpura-pura mati dan melarikan diri ke Mesir. Di Mesir, Yesus lalu hidup dan meninggal karena usia tua. Kelompok ini juga berpendapat bahwa Yesus bukan Tuhan, hanya sekedar seorang bijak. Bahkan, salah satu pentolan kelompok Yesus Seminar, yaitu Robert Price, memegang keyakinan bahwa Manusia Yesus sebenarnya tidak pernah ada. So, menurut orang ini, Yesus hanyalah sosok jadi-jadian. Buuussssyyyeeeeettttt deeeeccccchhhh…..

Nah, catatan sejarah Yosephus, dan motif penulisannya sudah menjadi bukti bagi sosok Yesus. Hidup dan mati-Nya. Lalu, apa untungnya kita merayakan kematian Yesus. Kalau memang benar bahwa semua janji Yesus terpenuhi ketika Dia bangkit, mengapa kita tidak menunggu sekalian hari minggu lalu berpesta Paskah. Bukankah dalam peradatan manusia, hari kematian adalah hari berduka. Pendeta, dan atau majelis Gereja yang memimpin ibadat penghiburan sering mengucapkan: ...sidang perkabungan yang terkasih.....mereka tidak menyebutkan ...sidang kebahagiaan yang bergembira....ahaaa... bisa-bisa pak pendeta atau pak penatua diusir oleh keluarga duka....nah....saya pun menuliskan keluarga duka. Bukan keluarga berbahagia. Sekali lagi, apa perlunya memperingati Kematian Yesus Kristus?

Jawabanya singkat saja, begini: jika Yesus benar-benar mati maka paling kurang ada dua hal yang ingin Dia tunjukan bagi kita melalui peristiwa itu:

  1. Kematiannya menunjukkan bahwa ganjaran kedosaan adalah kebinasaan. Tidak bisa tidak. Maka, janganlah berbuat dosa karena arahnya sudah jelas. Mati.
  2. Kematian Yesus menunjukan bahwa resiko kematian kita karena dosa, sudah ditanggung-Nya. Coba bayangkan, jika anda mengkorupsi sebesar 10 M lalu anda diputus perkara besok pagi harus masuk penjara 20 tahun .....eehhhh....tiba-tiba datang Yesus dan berkata....sudahlah Agus, biar mulai besok saya saja yang tinggal di dalam penjara selama 20 tahun menggantikan kamu orang extrimist heehh......wuuiiiiihhhhh.... leeeggaaaaaa-nyaaaaa......(sudah dibayangkan?).

Dapatkah anda mengerti sekarang bahwa mengapa kita merayakan Jumat Agung? Ya, ini sesungguhnya merupakan perayaan keluputan diri kita sendiri dari kematian abadi (kalau mati secara biologis sih setiap orang hidup pasti mati nyong, nona, mas, mbak, to’o, ti’i, ngalai, naweni....). Lalu, mengapa 1 paket dengan Jumat Agung adalah kita merayakan Perjamuan Malam Kudus? Ya, karena kita harus tahu diri untuk mengenang bahwa adalah jasa Yesus, kita tidak mati konyol karena dosa. Darahnya sudah tertumpah. Tubuhnya hancur lebur. Karena kita bung..... karena kita. Ya, ganti kita. Jeeeelllllllaaaaasssssssssssss.........???????

Itu saja dahulu hari ini. Nanti kita bicarakan tentang topik yang lebih sulit lagi, yaitu kebangkitan Yesus atawa Paskah.

Keterangan gambar: Jesus (atas) dan The Last Supper (bawah)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Pak Mike kelihatannya merupakan gabungan antara Dr. Kehutanan+ Dr. Teologia + Dr Sejarah + Mas Tukul Arwana ha5x.
Hebat. Qt jd tau informasi ternyata ada golongan yg tdk percaya Yesus mati. Qt tunggu ulasan ttg Kebangitan.

Yes-BTN (Yescky@telkom.net)