Rabu, 26 November 2008

guru berdiri murid berlari. Lho, lalu yang kencing itu siapa?

Dear sahabat blogger,

Anda pasti hafal betul proverb yang asli sebelum saya plesetkan di judul posting ini. Ya, sudah pasti ini "guru kencing berdiri murid kecing berlari". Sebuah pepatah lama yang bermakna kurang lebih, guru adalah teladan bagi murid-muridnya. Apa yang dibuat oleh gurunya itulah yang ditiru dan dilakukan oleh murid-muridnya. Jadi, jika pepatah itu saya plesetkan begitu rupa maka maksudnya adalah, sekarang ini, guru dan murid tidak kompak lagi. Sudah tidak seia dan sekata. Guru begini. Murid begitu. Dahulu kala, apapun juga, guru dan murid masih bisa bertemu jika keduanya "kencing". Sekarang tidak lagi. Guru cuma berdiri. Muridnya pecicilan berlari-lari. Lalu yang kencing adalah ........entah siapa tapi kemungkian besar bukanlah si guru. Bukan pula si murid. Lalu siapa? Tepatnya, mengapa demikian?

Anda kenal orang yang bernama Thales? Si Thales pasti bukan si Takem. Bukan pula si Tukinem. Sudah pasti juga bukan si Males. Dan hampir pasti bukan Broer JIMI atau Bung Budi. Bukan. Lalu, siapa dia? Oh ternyata, Thales (abad 6 SM) adalah orang yang dikenal sebagai bapak moyangnya para filsuf. Mengapa demikian? Karena dialah yang pertama kali mengajukan pertanyaan filsafat. Sebuah pertanyaan mendasar yang ketika itu amat tidak diperhatikan orang, yaitu "what is the nature of the world stuff. Aha, terbuat dari bahan apakah alam ini? Anda mau tahu apa jawaban yang dikemukakan oleh Thales. Adalah ini, dan harap jangan ditertawakan: AIR ha ha ha ha ha......(lho kok malah saya yang tertawa?). Kita tahu bahwa, menurut pemahaman pengetahuan mutakhir, alam tidak terbuat dari air semata. Ada banyak materi penyusun alam. Ada atmosfer, biosofer, lithosfer dan hidrosfer. Unsur ini berpendar-pendar di alam. Lalu ada sekian unsur di atmosfer. Sekian pula di dalam tanah. Di dalam tubuh tumbuhan, materi itu berubah menjadi itu dan ini. Wow, jelas bukan hanya air.

Terlepas dari keakuratan jawabannya tetapi Thales sudah menjawab. Thales yang berasal dari pulau Miletos, dekat Turki sekarang ini, terbiasa dengan lingkungan serba air. Pulau Miletos terletk di tengah lautan. Thales sering mengamati hujan dan kagum. Diamatinya pula bahwa air akan menjadi uap jika dipanaskan. Dan jika didinginkan akan kembali menjadi cairan. Thales melihat pula bahwa Pulau Melitos terapung di atas air. Maka begitulah kata Thales, air adalah asal mula segalanya. Kita tahu bahwa itu tidak sepenuhnya benar tetapi sesungguhnya keunggulan Thales tidak terletak pada jawabannya tetapi di pertanyaannya. Ya, Thales menjadi filsuf pertama bukan karena "dia menjawab" melainkan karena "dia bertanya". Apakah bertanya menjadi hal yang esensial dalam peradaban manusia. Jawabannya adalah iya. Dan inilah penjelasannya.

DR Chaucard dalam bukunya Le Lange et La Pensee melaporkan bahwa sepasang suami siteri Amerika Serikat yang kedua-duanya ahli psikologi memutuskan untuk mengasuh bayi mereka bersama dengan seekor kera betina yang lahir pada hari yang sama dengan bayi mereka. Mereka diperlakukan dengan pola pemeliharaan yang persis sama. Pada mulanya, pertumbuhan sang bayi dan kera hampir sama. Tetapi begitu si bayi bisa berbicara maka ia maju sedemikan cepatnya sehingga si kera segera ketinggalan dan tidak pernah mampu lagi untuk menyamainya. Ternyata, berbicara adalah titik tolak bagi keinginantahuan dan kreativitas yang luar biasa yang dialami oleh manusia. Dan apa yang pertama kali dilakukan oleh manusia ketika dia berbicara adalah: BERTANYA. Setelah bertanya, manusia akan menemukan jawaban, Setelah jawaban disintesa sebagai pengetahuan maka manusia akan kembali mempertanyakan pengetahuannya tersebut. Jadi, manusia sebenarnya berkembang dalam siklus bertanya, menjawab dan kembali mempertanyakan jawaban. Di setiap 1 siklus itu manusia memetik sesuatu sebagai bahan pelajaran. Ya, dia belajar guna bertumbuh dan berkembang.

Jika kata kuncinya adalah berbicara dan belajar maka ada 2 perkara yang harus dipahami, yaitu interioritas dan eksterioritas. Interitoritas berarti bahwa manusia memiliki suatu kesadaran dalam dirinya sendiri bahwa dia itu hidup yang oleh karenanya (principe d'etre) dia sudah berbicara, berpikir dan menjawab. Lantas, sekali manusia berbicara maka si diri sendiri itu mulai menciptakan hubungan-hubungan yang amat banyak. Semakin banyak si diri berbicara maka semakin banyak hubungan yang diciptakan (eksterioritas). Manusia ternyata memerlukan lawan berbicara yang berfungsi tidak sekedar sebagai pendengar melainkan juga sebagai pencatat dan tempat berkaca. Ya, anda benar jika anda bisa menebak bahwa manusia lain adalah unsur eksterioritas diri pribadi sebagai tempat memantulkan sisi interioritas diri pribadi. Reflektor itu, kadang-kadang harus "lebih besar" dari diri pribadi agar supaya bayangan refleksinya dapat menjadi pedoman dan penuntun tindakan belajar selanjutnya. Reflektor itulah yang akan menjadi tempat diri pribadi manusia mengkonfirmasi keakuratan jawaban yang diperolehnya. Reflektor besar itulah yang selanjutnya kita sebut saja sebagai GURU. Kata ini berasal dari bahasa Sanskrit, yaitu guru. Dalam arti luas, guru adalah semua orang yang mengajarkan sesuatu yang baru, pembagi ilmu dan pemandu para murid menuju penemuan akan kebenaran-kebenaran hidup. Dalam bahasa jawa GURU dipahami sebagai yang digugu dan ditiru.

Hubungan timbal balik antara manusia dan reflektor ini harus berifat selaras dan sebisa mungkin mereduksi peluang bias. Ketika di antara manusia dan reflektornya itu terjadi bias yang amat besar maka bukan jawaban atau ilmu atau kebenaran yang diperoleh melainkan kekacauan. Dapatkah anda bayangkan bahwa ketika anda yang cantik dan bergaun merah muda lalu di dalam kaca cermin terlihat anda berpakaian hitam dengan rambut awut-awutan ada kemungkinan anda akan pingsan karena menduga ...
hiiiiiiiiiiiii.....ada nenek lampir di dalam cermin....... hi hi hi hi......

Kata Louis Leahy, semua manusia pada dasarnya adalah diri sendiri dan sekaligus guru bagi sesamanya. Jika benar begitu maka hubungan antara guru dan murid, tidak lan dan tidak bukan adalah hubungan antara manusia yang seharusnya bersifat serasi, selaras dan penuh rasa hormat. Lalu, inilah situasi mutakhir hubungan guru dan murid di Indonesia dewasa ini. Mari kita catat tiga kutipan berikut ini:


(Winarno Surahmat, mantan Rektor IKIP Jakarta dalam apel HUT Ke-60 PGRI di Solo, Jawa Tengah)
Kapan sekolah kami lebih baik dari kandang ayam. Kapan pengetahuan kami bukan ilmu kedaluwarsa. Mungkinkah berharap yang terbaik dalam kondisi yang terburuk
Bolehkah kami bertanya, apakah artinya bertugas mulia, ketika kami hanya terpinggirkan, tanpa ditanya, tanpa disapa.
Di sejuta batu nisan guru tua yang terlupakan oleh sejarah, terbaca torehan darah kering.
Di sini berbaring seorang guru, semampu membaca buku usang, sambil belajar menahan lapar, hidup sebulan dengan gaji sehari.
Itulah nisan seorang guru tua yang terlupakan oleh sejarah.


Lantas puisi ini secara kontan, di acara yang sama dibalas oleh Wapres Jusuf Kalla seperti berkut ini:

''Saya yakin sekolah kita tidak seperti kandang ayam.
Saya yakin banyak sekolah yang jauh lebih baik daripada itu. Gaji Anda memang belum cukup, tapi saya yakin bahwa gaji Anda tidak hanya cukup untuk hidup satu hari. Janganlah kita semua mengejek-ejek bangsa ini,'' . Lebih-lebih guru merupakan pembentuk jiwa dalam bangsa. ''Kalau semua selalu mengejek, lalu siapa yang harus menghargai bangsa ini.''

Guh (http://guhpraset.wordpress.com/)
Tapi Guru bukan hanya digugu dan ditiru. Guru cabul, guru korup, guru kampret, nasibnya sama akan sama seperti murid yang kabur loncat pagar atau merokok dalam toilet, mereka akan digugat dan diburu. Teringat juga tentang seorang Ibu Guru SD yang mengancam akan menjewer kuping saya (yang cuma dua) sampai putus, jika tidak hapal perkalian 1 sampai 10. Dan saya yang terlalu dungu percaya kalau beliau akan memegang kata-katanya, saya begadang sampai jam 3 pagi, berusaha menghapal sesuatu yang sampai sekarang pun saya tak juga hapal. Sekarang kuping saya masih utuh.

Ingatan saat SMP juga ikut muncul, saya sebagai anak manis, baik dan keren, yang selalu lolos dari hukuman berjajar jongkok didepan kelas untuk ditendangi satu persatu oleh seorang wali kelas yang guru kesenian, tiba-tiba memecahkan rekor, mendapat tamparan terbanyak dalam satu hari. Hanya karena menulis kata-kata yang menurut para guru terlalu kotor untuk ditulis dikertas ujian. Guru yang emosional.
Kenangan religius juga ada. Bagaimana Ibu Guru ngaji saya yang sedikitpun tidak seksi, selain mengajari saya untuk rajin meludah saat berpuasa dan menanamkan segala terror neraka, juga mengajari saya, memprogram dan mencuci otak saya untuk membenci ajaran dan penganut agama-agama lain.

Dan, yang paling bermanfaat, guru Bahasa Indonesia yang suka berbicara dengan melecehkan. Saya berterimakasih, karena dari beliaulah saya belajar sarkasme


Sawali Tuhusetya (guru –
http://www.sawali.info)
Yang tidak kalah penting, apresiasi masyarakat terhadap profesi guru harus proporsional dan manusiawi. Guru bukanlah “dewa” atau “nabi” yang luput dari cacat dan cela. Kalau ada guru yang terlibat dalam kasus amoral, misalnya, hal itu memang kurang bisa ditolerir. Namun, juga terlalu naif jika buru-buru menghujatnya tanpa menyikapinya secara arif.


Nah lo, saling sengketa carut sengkarut bukan? Maka, banyak perkara boleh diwacanakan tentang kesejahteraan dan kompetensi guru, pahlawan tanpa tanda jasa, biaya sekolah mahal, biaya pendidikan gratis, murid yang nakal, gemar tawuran dan narkoba serta seabrek hal-hal lainnya. Silakan dan sah-sah saja. Tetapi saya justru ingin merenungkan sesuatu yang seharusnya ada sejak awal, yaitu bagaimana tata hubungan antara guru, murid dan pengelola pendidikan dewasa ini yang seharusnya menggambarkan pola relasi antara manusia.
Adakah manusia di depan anda itu adalah musuh yang harus dibenci? Apakah dia hanya sekedar barang yang mengisi ruang yang sama lalu anda gunakan hanya jika perlu? Ataukah dia adalah sesamamu yang harus di rangkum dengan penuh kasih sayang sebagaimana engkau mengasihi dirimu sendiri? Guru adalah reflektor bagi murid-muridnya. Murid-murid adalah cerminan gurunya itu sendiri. Haruskah sang Guru berdiri diam di tempat ketika melihat murid-muridnya berlari-lari gelisah tak bisa kencing. Haruskah sang murid berloncatan tidak keruan ketika sang Guru terduduk diam karena tidak cukup makan seharian? Lalu, siapa yang disuruh kencing. Siapa yang akan makan? Siapa mengencingi siapa? Siapa makan siapa?

Selamat Hari Guru


Tabe Tuan Tabe Puan

114 komentar:

mikerk mengatakan...

dear sahabat,

rampung juga tulisan ini yang nyaris tidak jadi saya tulis karena kelelahan. Tapi janji adanalh janji dan saya sudah menunaikan janji saya. Selamat membaca. GBU

Anonim mengatakan...

@ woooiiiii Bigmike,

Sambil nunggu liga champion gw baca postingan ini. Agak berat tapi tetep renyah dan sarat makna. GW mau baca lagi. Komennya nanti ajah. Nyari kopi ke warung dulu dech....(Proxy73)

Anonim mengatakan...

Hidup Guru!!!

Anonim mengatakan...

ha ha ha usia guru udah berapa yahhh... adakah kualitas anak bangsa makin baik dalam IPTEK dan ehm... ehmm BUDI PEKERTINYAAA.....
tapi HIDUP GURU, JASAMU TIADA TARAAAAA.......

dTn=

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Posting opini yang amat nakal judulnya. Tetapi begitu sarat makna di bagian tengah dan akhir.

Siapa yang salah dengan situasi pendidikan seperti sekarang ini. Apakah di tangah jenderal peragu dan saudagar kaya, pendidikan bisa lebih baik? Saya malah melihat pendidikan kita semakin lama semakin mirip perusahaan. Ketika menge-click situs dikti (tuh sebelah kanan blog), banyak banget istilah-istilah bisnis di kantor saya. Menyedihkan (Suryana)

Anonim mengatakan...

@ Ama Ludji,

Jujur saja, psoting ini tergolong BERAT tapi ontong ama tulis dengan gaya yg ringan. Jujur juga, beta nikmati sekali ini posting

Anonim mengatakan...

@ All,

Harus diakui bahwa pendidikan ditentukan oleh banyak hal tetapi, seperti yang ada di dalam posting, penentu akhir adalah relasi guru dan murid. Ketika di antara keduanya terjadi hubungan antara pedagang dan pembeli maka yang terjado semata-mata urusan bisnis. Lu bayar saya kasi. Selesai. Mungkin ini yang dimaksudkan oleh BM dengan ketidak acuhan relasi antara guru dan murid. Perang kata-kata di antara orang-orang di dalam posting pasti terjadi karena di pasar tidak ada orang yang diam (A9ust)

mikerk mengatakan...

Dear sahabat,

saya baru membuat beberapa penyuntingan agar posting dapat dibaca lebih nyaman. Tahn yang sudah berkunjung dan berkomentar. GBU

Anonim mengatakan...

@ Pak Mike,

Kami mengunjungi blog matakuliah untuk copy soal statistika. ISeng-iseng kami meluncur juga ke blog ini. Ternyata isinya bagus sekali. Pak punya bahan banyak sekali dan kami berebutan untuk copy paste. Terus tulis pak. Tuhan Memberkati (MAP)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Membaca tulisan BM kita seperti diajak berenang di lautan biru filsafat manusia. Bahan sepertinya nggak ada habis-habisnya. Sulit untuk tidak memuji meski saya berusaha untuk kritis. GW copy paste artikel ini ke blog pribadi ya? (Elizahayu, MK)

Anonim mengatakan...

@ All,

Secara jujur saya harus mengakui bahwa hal pertama dan terpenting dalam hubungan guru dan murid adalah relasi kasih sayang. Bukan saja membagi kasih sayang di antara murid dan guru tetapi juga dengan lingkungan, apakah itu seama warga atau sesama manusia. Teledor dalam hal ini, maka pengalaman blogger Guh seperti yang dikutip BM, pasti terjadi. Cukup banyak berita yang mencemaskan tentang perilaku guru dewasa ini.

Di lain pihak, harus juga mengaku bahwa terlalu kecil guru dibayar atas jerih lelahnya itu. Bapak da Ibu guru lebih terlihat sebagai pegawai nganterin surat jaman ayah saya dahulu. Mengenaskan. Bayangkan, gaji mereka maksimal 2 jutaan. Apa yang bisa dibelanjakan dengan uang segitu? Konon yang namanya guru bantu honornya cuman 300 - 400 ribu sebulan. Uang segitu hanya untuk sekali dua kali makan siang temen-temen di seputaran MK, Jakarta.

Dosen gw di Penna dulu gaji bersihnya sekitar 68 - 75 juta rupiah/bulan. Di S'pore sekitar 58 juta/bulan. Jepang, sekitar itu juga.

Tanpa cukup gaji, sedangkan siswa/ mahasiswanya bersliweran mengendarai mobme (mobil mewah), gimana nggak jomplang.

So, kasih sayang itu urgen sembari pemerintah/DPR jangan menutup mata untuk membuat aturan tentang gaji guru/dosen yang pantas sehingga hidup mereka cukup bermartabat (Elizahayu, MK)

Anonim mengatakan...

Menatap perjalanan manusia sebagai Homo Edukandum dan citra dirinya sebagai makhluk multidimensional yang bermartabat tinggi, maka melalui blog @BM, saya juga ini ingin mengajak kepedulian segenap komponen masyarakat yang ada untuk respek terhadap masalah-masalah anak-anak didik dan pengembagannya dalam “ruang pendidikan”. Mendidik anak tidak bisa diserahkan dan dipertanggung jawabkan pada satu pihak. Kebersamaan dalam pendidikan adalah langkah dini kesadaran kita terhadap dunia anak didik.
Kepribadian bukanlah setumpuk keahlian mencari tean atau popularitas, atau adalah sesuatu yang mudah kita pakai dan melepasnya seperti celana dan baju. Kepribadian seorang manusia yang unik dan berbeda satu dengan yang lainnya melekat dalam diri pada kulit manusia. Cerminan kepribadian dapat terlihat dalam mental, sikap perilaku, sudut pandang dan pola pikir seseorang serta mengakar dalam tubuh dan jiwanya. Tapi kepribadian tidak terbentuk semenjak kita lahir hingga ia tak bisa diubah dan di “reyunevisasi (peremajaan kembali)”. Atau terbentuk dalam proses sehari selesai seperti kita mengurus surat-surat. Membangun dan membentuk kepribadian adalah karya luhur seumur hidup.
Kepribadian adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan, dan kebiasaan-kebiasaan seseorang baik yang jasmani-rohani, mental, emosional dan solidaritas sosialnya sangat nampak dalam upaya manusia dalam membentuk dirinya menjadi manusia yang humanis. Pada point ini perlu adanya kebersamaan mendidik dan tanggung jawabnya serta sikap partisipasi anak didik itu sendiri dalam mengembangkan kemampuan dan potensi diri mutlak diperlukan sinerginya untuk pencapaian target kedepan yaitu ; “Memanusiakan manusia”. Apa jadinya jika tenaga pendidik sudah siap, tetapi tidak ada sikap kooperatif dari para anak didik dan kesungguhannya untuk belajar dan belajar….???
Mencetak manusia-manusia unggul dengan kepribadian dan prestasi yang tinggi adalah “dharma” seorang pendidik. Karena itu sebagai guru harus mampu memposisikan diri sebagai sosok yang memberi teladan. Pada prakteknya guru bisa meleburkan diri pada batasan-batasan relasi guru dan murid, lalu membentuk relasi pertemanan yang indah dalam “menyelami” kepribadian dan karekter setiap muridnya.
Seorang guru dalam kerangka pengabdiannya kepada Tuhan dan sesama, lingkungan dan kehidupan sudah menjalankan Dharmanya sebagai pendidik yang berdedikasi penuh keikhlasan mentranformasi moral, ilmu dan keterampilan kepada manusia dan kehidupannya. Metamorfosis manusia dalam “ruang dan waktu” dan bangunan peradabannya adalah andil peran serta kepedulian karya luhur guru bangsa, yang tidak bisa di sepelekan perjuangannya sebagai subjec independen yang menjadi ujung tombak bagi suksesnya pendidikan yang ditandai oleh kualitas pendidikan yang bermutu dan diserap oleh anak didik. Simbolisasi guru dari masyarakat dan negara sebagai sosok “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” mudah-mudahan kedepan kebijakan Pemerintah mengiringinya dengan “jaminan hidup kesejahteraan hidup guru yang memadai dan mencukupi. Karena apapun, siapa pun dan bagaimanapun seorang guru…, guru juga tetap seorang manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Apa jadinya jika bangsa ini tanpa guru yang mau mengajari anak-anak bangsa dalam ilmu baca tulis dan moralitas. (YR)

Anonim mengatakan...

@ YR,

wuekekekeakakakak....ente kayak profesor pendididkan dech....tapi gagasan elo boljug...bole jugaaaaa....iya dech tanpa guru apa jadinya kite? iya enggak? tanpa bapak-ibu guru yg mengabdi mungkin kita cuman monyet yag...gitu dech..apa kata dunia? ha ha ha ha ha ha (Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ All,

Hoiiii guru-guru. Engak usah "merajuk" lagi deh coz gaji gru bakalan naek semuanya sejalan dengan dinakinnya anggaran pendidikan nasional. Pemerentah mealokasikan dana pendidikan 20% dalam APBN dan APBD. Sekarang, konsentrasilah meningkatkan mutu guru itu sendiri supaya siswanya nggak bego-bego dan gampang ngambek niru gurunya kalo minta naek gaji ...wwwwuuueeeeecchhhh....(Ghentex, SYDN)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Pepatah yang diplesetkan BM itu sebenarnya adalah “ GURU KENCING BERDIRI, MURID KENCING BERLARI “,

Ketika moralitas seorang guru sudah tidak bisa dijadikan teladan – seperti kasus guru mesum, guru menganiaya anak didiknya, dll - , akibatnya jangan harap kita akan dapat menghasilkan anak didik yang berkualitas dan bermoralitas. Oleh karena itu fondasi pertama dan utama yang harus ditanamkan dalam diri seorang guru adalah aspek moralitas. Artinya, seorang guru yang akan mengajarkan dan mendidikkan aspek moralitas anak didik, dirinya harus bermoral lebih dahulu. Karena dengan aspek moralitas ini akan menjadi benteng pertama dan utama bagi anak didik ketika ada godaan lingkungan yang menyesatkan dan menghancurkan (Sulis)

Anonim mengatakan...

Ada ungkapan, ”Guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Secara historis guru sudah membuktikan komitmentnya terhadap profesinya kendati pun guru merasakan kurang mendapat penghargaan dari pemerintah dan masyarakat. Secara yuridis pemerintah sudah meningkatkan perhatiannya kepada perbaikan nasib guru. Hanya saja pihak guru menilai bahwa perhatian dari pemerintah masih kurang pas. Memang sangat disayangkan ulah para pejabat pemerintah yang masih berusaha menyunat maupun mencuri apa yang menjadi hak guru seperti hak guru atas tunjangan fungsional, uang makan dan THR. Pemerintah harus merenungkan ungkapan ”Guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Semua pihak harus menjaga agar jangan sampai ”guru kencing berlari dan murid dikencingi” (Widyanto, KG)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Ada puisi yang dibuat oleh seorang murid kelas 5 SD di jogja, bernama Nurul, yang ditulis ketika gurunya sedng mengajar. Puisi ini sebenarnya sangat sederhana tetapi terasa istimewa karena ditulis oleh pikiran yang jernih.

Di pagi hari yang seharusnya bersantai
Engkau masuk sekolah dan mengajar..

Di siang hari yang seharusnya untuk istirahat
Engkau masih ada di sekolah..

Ohh..betapa besar jasamu
Tak sebanding dengan gajimu

(Sulis)

Anonim mengatakan...

@ All,

Saya sengaja mendelay komentar sejak sahabat muda saya, yang terkasih bigmike, menurunkan posting pendahuluan. Mengapa demikian? Saya ingin melihat reaksi sahabat blogger terhadap masalah pendidikan. Lantas, data berbicara. Sesudah hampir 2 hari posting komentar yang muncul amat minim padahal gaya penulisan BM tetap sesuai standadr, yaitu renyah dan mudah dimengerti. Saya coba mengecek kembali posting -posting dengan tema pendidikan, ternyata keadaan sami mawon. Minim komentar. Saya simpulkan saja bahwa masalah pendidikan kurang menarik untuk dikomentari.

Sudah barang tentu berkomentar atau tidak adalah HAK AZAsi. Oleh karena itu, saya tidak bermaksud untuk menggugat apa-apa terkait pilihan orang berkomentar. Tetapi justru dengan mengamati hal-hal begituan kita bisa mendeteksi ke mana arah minat seseorang ketika menggunakan hak azasinya itu.

Kessimpulannya, masalah pendidikan kurang menarik perhatian orang. Saya teringat ceriteraa kuno tentang perintah Kaisar Jepang ketika Jepang harus berekuk lutut kepada AS dan sekutunya. Hal pertama yang ditanyakan oleh Kaisar adalah "ada berapa sekolah yang tersisa". "Ada berapa banyak guru yang ada". KIta bisa meihat, ternyata Kaisar Jepang berpikir bahwa "sekarang Jepang boleh kalah tetapi dengan pendidikan dan guru yang baik Jepang akan take a revenge". Fakta membuktikan bahwa Tenno Heika benar. Jepang yang terdidik dengan baik adalah Jepang yang mengatur dunia. Luar biasa.

Orang Indonesia terlalu banyak merasa ahli politik dan bermulut lebar untuk itu. Orang Indonesia telalu suka berbicara tentang kemakmuran kebendaan. Penglaman saya juga demikian, di DPR RI orang berebutan ke komisi-komisi "basah" sedangkan ruang untuk komisi-komisi "kering" adalah tempat "jin buang anak". Maka saya tidak heran, jika Indonsia tercinta ini masih terus terpaku dalam keterpurukan yang seolah tiada berakhir karena PENDIDIKAN DISEPELEKAN. Saya sedih dan amat prihatin (Syamsudin, blogger tua)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Meski tidak menarik tetapi ananda adalah seorang guru. Ayahanda almarhum adalah seorang guru. JANGAN KAPOK MENULIS TENTANG PENDIDIKAN. Banyak kebaikan, persahabatn dan kasih sayang dalam dunia pendidikan. Guru yag baik adalah guru yang kebaikannya tidak akan terlupakan. Yakinlah itu ananda (Syamsudin)

Anonim mengatakan...

@ YR,

Komentar anda mengagumkan. Saya duga anda adalah seorang guru. Anda tampak memahami betul apa yang anda bicarakan. Anda betul pada frasa kata terbaik dalam komentar....

.....Mencetak manusia-manusia unggul dengan kepribadian dan prestasi yang tinggi adalah “dharma” seorang pendidik. Karena itu sebagai guru harus mampu memposisikan diri sebagai sosok yang memberi teladan. Pada prakteknya guru bisa meleburkan diri pada batasan-batasan relasi guru dan murid, lalu membentuk relasi pertemanan yang indah dalam “menyelami” kepribadian dan karekter setiap muridnya.....

Jika hal di atas benar-benar dipahami dan dipraktekan oleh semua guru maka keluhan mas Guh, seperti yang dikutip Bigmike, tentang guru yang brengsek dan mempermalukan dunia luhur itu, tidak akan pernah terjadi.

Jempol untuk YR. Selamat (Syamsudin)

Anonim mengatakan...

@ Sahabat muda Sulis,

Beberapa waktu lalu, berita tentang Nurul dan puisinya itu sungguh mengejutkan. Tetapi kalau tidak salah Nurul bukan murid kelas 5 melainkan murid kelas 2. Itu luar biasanya, yaitu anak sekecil itu punya gagasan yang begitu mendalam. Menurut saya, itulah kebaikan yang ada di dalam diri si Nurul. Salam (Syam)

Anonim mengatakan...

Sekarang, saya ingin berbagi kisah tentang pengabdian seorang guru di daerah terpencil. Guru muda ini adalah Eko Wurianto, a teacher of SMP 2 Kebonagung Pacitan, Jawa Timur. Seorang sahabat muda saya juga. Berikut adalah kisahnya....

.......Awalnya, saya berangkat mengajar ke sekolah yang berada di lapisan paling luar dari kota—tempat dimana saya tinggal—dengan semangat meluap-luap seorang mahasiswa keguruan yang belum lama berselang lulus kuliah. Usia muda yang masih dibalut idealisme tinggi membuatnya tidak merasa lelah melewati jalanan berliku dan naik turun untuk sampai ke sekolah menengah pertama itu. Bahkan semangatnya masih saja membara ketika dia berdiri di depan kelas, mengajari cara mencari gagasan utama dari sebuah paragraf di suatu jenis teks bahasa inggris. Semangat yang seolah tidak akan pernah luntur. Setidaknya selama minggu-minggu pertama mengajar.
Pengalaman serupa sedikit banyak pasti pernah dialami oleh guru-guru yang mengajar di sekolah terpencil. Kekurang tahuan akan letak geografis sekolah, minimnya pemahaman terhadap latar belakang budaya siswa, dan faktor-faktor penentu lainnya, biasanya, membuat seorang guru yang baru kali pertama mengajar di sekolah pelosok, mengorganisir pembelajaran dan menetapkan target yang bisa dikatakan terlalu di awang-awang (baca: terlalu muluk-muluk) bagi siswa-siswa desa itu. Semangat yang luar biasa dari guru—diawal-awal mengajar—perlahan menurun ketika mengetahui tingkat partisipasi siswa yang rendah, malasnya mereka belajar, sering datang terlambat, bahkan bolos, sampai lantai kelas yang penuh lumpur di musim hujan......

Anonim mengatakan...

Hal ini lambat laun membuat guru “ketularan” malas dan kehilangan semangat mengajar. Tertanam dalam benak para guru bahwa anak-anak desa itu memang payah. Mereka memang bodoh dari sananya. Sehingga apapun metode mengajarnya, tidak akan melahirkan hasil yang maksimal. Sejak itu, proses mengajar hanya menjadi suatu rutinitas yang dilakukan sebatas menggugurkan kewajiban.
Padahal fakta-fakta tidak selalu dapat mencerminkan realitas sebenarnya. Oleh sebab itu, semestinya, para guru yang bertugas di sekolah terpencil berusaha mengumpulkan informasi-informasi dari tiap siswanya mengenai apa-apa yang menyebabkan mereka melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dikerjakan oleh seorang siswa. Yang jika semua informasi telah terkumpulkan, seorang guru dapat melakukan proses pembelajaran yang paling tepat dengan kondisi yang ada.
Umumnya, masalah-masalah yang menjadi penyebab dari minimnya tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi geografis. Daerah terpencil seringkali belum terjangkau aliran listrik. Kalaupun ada, seperti yang sering terjadi di daerah saya, listrik seringkali padam di malam hari. Ketiadaan penerangan banyak menjadi alasan para siswa untuk tidak mengerjakan PR atau tidak belajar meskipun keesokan harinya mereka akan mendapatkan ulangan harian.
Yang juga seringkali didapati adalah banyak siswa yang harus menempuh jarak kiloan meter dengan berjalan kaki untuk sampai di lokasi sekolah. Ketika sekolah dimulai pada pukul tujuh, mereka harus sudah berangkat dari rumahnya pada pukul lima pagi. Berjalan kaki dengan membawa obor untuk menerangi jalan yang dilaluinya. Sepagi itu, tentu mereka tidak sempat untuk sarapan. Kondisi lelah setelah berjalan jauh dan perut yang masih kosong membuat mereka mengantuk dan tidak bisa berpikir optimal di jam-jam pelajaran. Keadaan bertambah berat ketika musim hujan.

Anonim mengatakan...

Berikutnya adalah kemiskinan. Yang terakhir ini membawa akibat-akibat yang cukup serius bagi umumnya siswa-siswa di sekolah terpencil. Ketika seorang anak menyadari bahwa dirinya miskin, dia akan cenderung merasa ketakutan, cemas dan murung daripada teman sebayanya yang berkecukupan (Duncan dan Garret:1994). Maka, dimaklumi jika banyak anak-anak yang tidak berperan serta secara aktif di dalam kelas. Keadaan ekonomi keluarga membuat mereka tidak begitu percaya diri untuk ambil bagian dalam proses pembelajaran. Bila hal ini berlanjut, mekanisme belajar dari tiap siswa akan berhenti.
Kemudian, yang sering terjadi, anak-anak yang terhenti mekanisme belajarnya ini dicap sebagai anak bodoh baik secara langsung (lisan) atau tidak langsung (perlakuan). Padahal belum tentu demikian. Bisa jadi mereka hanya belum bisa memahami suatu pembahasan karena terhentinya mekanisme belajar tadi. Bukan karena mereka bodoh. Buktinya, fisikawan Indonesia, Yohanes Surya, berkeliling ke seluruh penjuru nusantara, mencari anak-anak yang cerdas untuk dilatih menghadapi perlombaan-perlombaan fisika tingkat dunia. Jika anak-anak di pelosok bodoh, tidak mungkin Yohanes Surya akan melakukan hal itu.
Celakanya, anak-anak yang dicap sebagai anak bodoh tadi kemudian melakukan tindakan-tindakan kenakalan yang merepotkan. Tekanan-tekanan psikologis dari kondisi keluarga yang miskin, kondisi geografis yang keras, dan sekolah yang tidak bersahabat, memaksa mereka untuk melakukan perilaku yang menyimpang sebagai pelarian.
Lalu apa yang seharusnya kita lakukan? Ada beberapa cara yang sudah dipraktekkan. Cara pertama adalah dengan banyak memarahi dan menghukum anak-anak bermasalah itu demi terpeliharanya ketertiban. Dalam jangka pendek, anak-anak yang bermasalah itu nampaknya dapat ditertibkan. Mereka menjadi baik karena ketatnya peraturan. Tapi siapa berani menjamin mereka tidak akan berbuat onar di luar sekolah. Nilai akademis mereka pun tetap buruk. Seperti memangkas rumput dan tidak mencabutnya hingga ke akar-akarnya. Yang jamak diketahui, banyak memarahi dan banyak menghukum hanya akan berdampak positif sementara saja.

Anonim mengatakan...

wah OPa Syam Muncul lagi! kemana aja opa??

Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa! setuju!
sebenarnya masalah ketimpang sosial ekonomilah yang membuat di banyak tempat (terutama di kota2) ada banyak sekali guru yang bukan guru, dalam arti tidak bisa di "DiGuGu dan di tiRU", di wilayah pedesaan dan pedalaman guru2 tidak rewel kok! dan kelakuannya juga pantes unutk digugu dan dan ditiru! sedangkan dikota besar banyak guru yang disetiap tidurnya hanya bermimpi menjadi "pengusaha"

dijakarta, kalau kita bertandang kesekolah2 negri yang "punya nama", maka jangan kaget dihalaman sekolah tsb parkir mobil2 mewah seperti BMW, MERCEDES dll yang tentu saja harganya selangit, yang pemiliknya adalh para guru disekolah tsb, banyak guru sekolah dijakarta yang dengan bangga mengatakan "tiap 3 tahun sekali saya pergi haji".

Punya mobil mewah dan pergi haji 3 tahun sekali tentu tidak dilarang! tapi tolong jangan menekan komite sekolah unutk memeras orang tua murid sampai belasan juta rupiah setiap tahun hanya untuk mengejar status sosial, sebab kalau sudah begini bukan lagi "Guru kencing berdiri" Tapi "Guru Berak di Celana" yang akhirnya membuat dunia pendidikan semakin "Bau"!.

(Budhi) ex komite sekolah

Anonim mengatakan...

Cara yang kedua adalah dengan membangun hubungan yang positif dengan anak-anak bermasalah itu. Inilah pengalaman seorang guru bahasa Inggris, teman guru saya di sekolah yang sama, dalam menghadapi muridnya yang bermasalah. Teman guru itu mengajar di kelas IX. Setiap harinya, ada saja guru kelas VIII yang mengeluhkan kelakuan seorang muridnya. Anak itu selalu berbuat keributan di sekolah: berkelahi dengan teman, mengganggu teman sebangkunya ketika pelajaran sampai berbuat tidak sopan kepada guru sering dilakukannya. Berita-berita negatif tentang anak ini sampai kepada guru bahasa Inggris IX itu. Ketika anak nakal itu akhirnya duduk di kelas IX, dia belum juga insyaf.
Berbeda dengan guru lain, guru bahasa Inggris ini tidak pernah mengeluhkan perilaku buruk murid itu. Dia memperlakukan anak itu sebagaimana memperlakukan anak-anak lain. Tidak memarahinya, tidak juga menghukumnya. Dia ramah kepadanya dan juga tertawa bersamanya. Setiap bertanya, guru itu juga bertanya kepadanya. Walaupun murid itu masih saja berbuat jelek, dia bersikap lebih kooperatif dalam pelajaran bahasa inggris.
Hingga saat ketika sang guru memberi tugas untuk mengarang tentang keluarga setiap murid dalam bahasa Inggris dan membacakannya di depan kelas. Saat anak itu membacakan karyanya yang banyak salah dalam tata bahasa tetapi bisa dimengerti, sang guru memberikan komentar yang merubah sikap negatif murid itu selanjutnya.
Dalam karyanya anak bermasalah itu menceritakan bahwa ibu dan adiknya meninggal dalam kecelakaan lalu lintas, lalu ayahnya menikah lagi. Dia yang tidak betah tinggal bersama ayahnya memilih tinggal bersama neneknya. Dia mengatakan bahwa dia rindu kepada ibu dan adiknya. Usai karyanya dibaca, sang guru mengatakan bahwa dia tidak menyangka kalau si murid memiliki hati yang sedemikian lembut. Sangat berbeda dengan penampilannya yang sangar. Bahkan sang guru sangat menghargai perasaan sang murid dan mengatakan bahwa setiap orang pada dasarnya mempunyai perilaku yang baik. Sejak saat itu kelakuannya berubah. Memang nilai-nilainya tidak berubah secara dramatis. Tapi jauh lebih baik dari sebelumnya.

Anonim mengatakan...

Kebanyakan orang tua siswa di sekolah terpencil, yang secara ekonomi kurang, pergi merantau untuk mencari penghidupan. Banyak siswa yang tinggal dengan kakek atau neneknya karena bapak ibunya pergi merantau. Kurangnya pengawasan orang tua membuat anak-anak itu salah bergaul dan menjadi pengacau di sekolah. Tetapi, seperti yang dilakukan oleh guru bahasa Inggris di atas, selalu ada yang bisa dilakukan. Yaitu, membangun ikatan emosional yang positif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan bahkan siswa dengan staf karyawan.
Hamre dan Pianta (2005) mengatakan bahwa pembelajaran di sekolah berisiko akan melahirkan hasil maksimalnya ketika guru dapat menanggapi kebutuhan, suasana hati, minat dan kemampuan siswa, dapat menciptakan suasana kelas yang positif, banyak canda ria dan kegairahan, hangat dan memperlakukan siswa secara positif, serta manajemen ruang kelas yang baik. Ketika persyaratan diatas terpenuhi, sekolah menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswa bermasalah itu. Di saat itulah potensi mereka yang luar biasa muncul dan berkembang......

Melihat pengalama di atas saya yakin, ada kebaikan dalam diri sahabat muda saya yang bernama Eko itu. Dia tahu ada masalah tetapi dia tidak menyerah. Dia berusaha memahami masalah murid-muridnya dan mengambil tindakan yang pas. Tidak banyak lagi manusia dengan mental pengabdi seperti ini. Sudah langka. Apa Bigmike punya pendapat tentang hal ni? (SYam)

Anonim mengatakan...

Oh ternyata ada mas Budi,
Selamat pagi mas Budi.

Saya tidak kemana-mana. Tiap hari saya mengintip blog BM ha ha ha ha

Kali ini saya berkomentar agak panjang karena saya sudah tak bisa lagi menahan diri. Tidak banyak orang perduli dengan pendidikan. Maka, saya berkomentar agak panjang.

Tentang sekolah di jakarta, memang jadi masalah yang amat besar. Seoarang cucu saya yang bersekolah SD di daerah Menteng biaya sekolahnya hampir sama besar dengan cucu saya yang tertua yang kuliah di UNDIP semarang. Bagaimana bisa begitu? Ya Serakah dan korupsi. Kalau mas Budi anggota komite sekolah pasti tahu bahwa selalu ada unsur kong kali kong antara oknum KS dan pihak sekolah yang sifatnya TST (tau sama tau). Manusia-manusia ini adalah penganut relasi benci dan ketidak perdulian, menurut posting BM. Mereka-mereka itu tidak punya kebaikan dalam hati meski hajinya 1000 kali. Neraka Jahaman sudah menunggu mereka. Lihat saja nanti. (astagfirullah, saya agak emosi inget manusia-manusia rakus itu (Syam)

Anonim mengatakan...

pagi juga opa!

Opa saya ini korban keserakahannya guru!
ceritanya begini:

anak saya yang nomor 2 masuk sma di bilangan duren tiga, kami orang tua murid diminta menyerahkan uang yang cukup besar, dan saya memberontak dan mengatakan saya manatn komite sekolah dan saya tahu kongkalikongnya para guru dan KS, akibatnya OPA! ANAK SAYA 2 TAHUN BERTURUT-TURUT tidak naik kelas, anehnya nilai terendah rapotnya 87, gila nggak OPa??

anak saya sekarang sekolah dikupang dia diasuh ole si mike, agak nyentrik memang! karikatur mike disebelah kanan adalah karya anak saya yang korban guru serakah!!

(Budhi)

Anonim mengatakan...

@ Mas Budi,

Maaf saya ada tamu jadi ditinggal sebentar. Wah kalau begitu yang menggambarkan karikatur BM itu adalah putra ananda? si LebaRK? Ah, berbakat. Tapi sekolah di Kupang tidak harus diidentikkan dengan keterbelakangan. Saya lihat di profile BM di blog kuliahnya, ternyata sekolahnya di Kupang juga kok?

Tapi KEJAHATAN OKNUM GURU DAN KS JANGAN DIBIARKAN. Apakah ananda bersedia memberitahukan nama sekolah, kepsek dan oknum guru jahanam itu? Kirimkan ke alamat e-mail saya: sssyamsudin@gmail.com. Insyalah akan saya "tindak lanjuti"

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Saya sengaja online untuk menunjukkan keseriusan saya MEMERANGI kejahatan di dunia pendidikan kita yang dapat mengahancur-leburkan masa depan bangsa

Unknown mengatakan...

@ Bigmike,

Sayalah yang menghapus komentar saya sendiri yang agak emosional. Saya cuma mau memberikan catatan bahwa mengurus pendidikan di Indonesia betul-betul harus BERHATI BERSIH. Penyamun dan pencuri harap get out. Harap maklum

Anonim mengatakan...

@OPa Syam!!

Ah yang sudah berlalu biarlah berlalu OPa!! sekarang anaknya sudah kelas 3 dan sedang siap-siap UN biarlah orang2 itu menerima akibatnya diakhirat saja!

oh ya! makasih banyak tawaran Opa untuk menindak lanjuti kasus tsb, tapi sekarang ini ada banyak masalah yang harus saya bereskan dan sangat menyita perhatian saya, jadi mohon maaf ya OPa!!!


(Budhi)

Anonim mengatakan...

komentar saya kali ini mohon pencerahan dan usul saran semua pencinta blog ini. pendidikan yang ada diputuskan untuk diserahkan ke masing-masing daerah untuk dikelola dan dikembangkan. berbahagia buat daerah yang telah mapan baik sarana, prasarana dan pembiayaan serta dukungan sumberdaya guru yang baik (meski tidak hebat2 amat), namun alangkah sial dan CILAKA nya untuk daerah yang kurang bahkan lemah akan faktor diatas sebagai pendukung pengelolaan dan pengembangan pendidikan terutama pendidikan dasar dan menengah. Fakta menunjukan banyak daerah tidak mampu dan GAGAL dalam pengelolaan pendidikan di daerahnya. sebagai misal NTT. 3-4 tahun belakangan pendidikan sangat merosot, belum ada kenaikan kuantitas palagi kualitas pendidikannya. dinas pendidikan daerah (Provinsi, kota dan kabupaten) sebagai koordinator sangat mandul. salah satu penyebabnya adalah sistem manajerial Yang tidak berdasar " on the right man on the right place" dan masih banyak persoalan lainnya (persoalan SDM).
NAh bagaimana kalau persoalan pendidikan di KEMBALIKAN ke pusat untuk di kelola????
dtn=

Anonim mengatakan...

Wah ini dia "calon kepala dinas pendidikan kabupaten sabu rajua" ha.. 20x

(Budhi)

Anonim mengatakan...

weleh...weleh...weleh....opa Syam marah....marah ni yeeeee....tapi kita maklum kegeraman Opa Syam.

Tapi harap diingat Opa, bahwa penyebab "kerusakan" seperti sekarang adalah generasi Opa itu sendiri. Jaman mbah Harto dulu, semua dibilang baek-baek saja. Semua pada YES MAN. Piye to Opa????? (Ryan)

Anonim mengatakan...

@Opa Syam,
Tebakan opa amat sangat tepat. Saya memang seorang guru, dibesarkan dalam lingkungan guru. Makanya saya sangat sedih melihat kondisi pendidikan di negara tercinta ini. (YR)

Anonim mengatakan...

@All
Masa depan bangsa ini tergantung kepada kondisi pendidikan hari ini namun dinamika esensi keberadaan pendidikan di tanah air selama ini, terasa tidak lebih dari apa yang disebut dengan “pabrik intelektual”. Sehingga hakikat pendidikan sejatinya seakan terabaikan begitu saja. Mengidentifikasikan bahwa dunia pendidikan kita telah mengalami pergeseran dari nilai-nilai luhurnya. Digantikannya dengan produk-produk egoisme diri dan kebinatangan yang semakin serakah, tidak adil dan hampa akan nilai-nilai filosofis. Aksentuasinya terletak pada pembentukan wawasan para intelektual yang hanya terjebak pada nilai-nilai kehidupan yang kering akan moralitas dan etika dalam kehidupan bermasyarakat.(Adek)

Anonim mengatakan...

@ Pak Budi,

DTN, Uli Riwu Kaho, tu bukan calon kadis diknas Sabu tapi Kepala Bapedalda Sabu, kalau BM mau jadi Bupatinya ha ha ha ha (Savunesse)

Anonim mengatakan...

@ Mo mone Uli,

Urusan diknas di serhakan kembali ke Pusat? Saya tidak setuju. Tahu apa orang pusat sama kondisi di Sabu. Yang tahu Sabu adalah orang Sabu sendiri. Jangan mau jadi pengemis lagi ke pusat. STOP jadi pengemmis (Savunesse)

Anonim mengatakan...

Tambah lagi,

COba lihat UAN. Itu murni kebijakan pusat yang menyengsarakan daerah. Apa mau begitu? (Savunesse)

Anonim mengatakan...

@ Savunesse,

Saya tidak membela DTN tetapi coba anda memberikan "pembelaan" terhadap berita yang saya kutip dari suara pembaruan berikut ini..

......Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengumumkan secara resmi angka kelulusan SMP dan SMA yakni angka tertinggi untuk DKI Jakarta dan Bali, sementara terendah adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)....untuk SMP 52,64 persen dan SMA 32,79 persen,"........

Lihatlah bahwa pendidikan di NTT
adalah yang terburuk di Indonesia.

Tolong saudaraku jawab juga secara lugas, mengapa sarjana peternakan, si Tobias Uli yang penakut seminar tapi doyan dansa-dansi itu, bisa menjadi kadis diknas NTT.

Sauadaraku Savunesse, sebab-sebab seperti itulah yang mungkin menyebabkan DTN menolak desentralisasi pendidikan. Daerah ternyata suka-suka hati menempatkan kepala dinas pendidikannya. Manusia yang tidak punya kompetensi apa-apa di bidang pendidikan kok malah jadi penguasa pendidikan.

Itulah bukti buruknya desentralisasi pendidikan. Oleh karena itu saya dukung saudaraku DTN. Kembalikan pendidikan ke pusat (Julius, CN, Oebufu)

Anonim mengatakan...

hiaaaaaa ha ha ha ha...orang-orang NTT lagi tawuran nich....ha ha ha ha...mana si Eman yang katanya mau merdeka itu?????? Ngurus pendidikan aja enggak becus kok minta merdeka. Dasar komodo ha ha ha ha ...

Heiiii....masih ingat saya????? Nih, ANAK NKRI. Saya kembali. MERDEKA
== Anak NKRI ==

Anonim mengatakan...

Ini pendapat saya tentang guru di Indonesia sekarang ini. Sekarang ini guru-guru adalah tukang demo, tukang protes, tukang minta naik gaji tetapi kompetensinya amat rendah. Selalu merengek meminta negara memperbaiki kesejahteraan mereka tetapi mereka sendiri tidak mau meningkatlan kemampuan mereka. Jangan terlalu didengarkan keluhan manusia-manusia bodoh itu.

Janagn salah, pasti ada guru-guru Indonesia yang pintar dan berperilaku baik. Tetapi mereka tidak tampil di permukaan karena mereka tidak ribut-ribut menghina negara dan bangsanya sendiri. Mereka lebih berkonsentrasi mengajar murid-muridnya. Mereka inilah yang dimaksudkan oleh John F. Kennedy: "jangan tanya apa yang diberikan negara bagimu tetapi tanyalah pada dirimu sendiri apa yang telah kauberikan kepada negara". Manusia-manusia pengabdi seperti ini PATUT DIBERI GAJI 10 X LIPAT.

== ANAK NKRI==

Anonim mengatakan...

M E R D E K A

== ANAK NKRI ==

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Ada beberapa kesibukan di lapangan di sekitar serang yang nggak ada koneksi internetnya. Maaf ya karena gara-gara itu gw jadi enggak bisa konek ke blog ini.

Seperti biasa, posting my bigmike selalu memukau. Gw terus bisa belajar sesuatu karena selalu ada agasan baru yang muncul di tiap posting. Inilah kekuatan blog ini.

Yuuupp, tentang guru gw kurang sreg ma Mas Guh yang terlalu negatif nyorotin sosok guru. Mereka pasti manusia biasa yang ad kurangnya tapi jika kelompo orang yang bernama guru nggak ada, dari mana kita bisa mengenal dan terampil menggunakan huruf a, b, c, d dan seterusnya. Bagaimana kita menghitung 1, 2 , 3 dan seterusnya? So, nggak usah main pukul rata. Masih banyak guru yang baik //Pritha//

Anonim mengatakan...

Yang ini spesial bagi my bigmike,

Posting tentang relasi antar manusia, yang diikuti dengan posting terbaru ini terus, mungki merupakan posting terbaik dari bigmike. Tap sekarang terselip pertanyaan di benak gw, kita yang berkenalan dan bertemu di dunia maya (cyber world) apakah dicovered up juga oleh filsafat-filsafat interasi seperti itu? Apa namanya kekaguman gw pada bigmike ketika sosok bigmike bukan realitas. Mengatakan itu sebagai suatu ketidak acuhan rasanya juga enggak karena meski antara rasa dan badan nyata berbeda tetapi siapa blang kita tidak bisa saling berbagi kasih? Bagaimana cara bigmike menebar persahabatan, kebaikan dan kasih sayang kalau sosok-sosk sahabat hampir seluruhnya enggak realitas?

Agak rumit? tapi gw yakin bigmike pasti punya cara terbaik untuk menjawabnya. Hei BM, you're still the best blogger here //Pritha//

Anonim mengatakan...

@ Dear all,

Hal pertama yang ditanyakan Kaisar Jepang kepada Perdana Menterinya setelah Hiroshima dan Nagasaki rata dengan tanah akibat di bom oleh sekutu adalah berapa guru yang masih hidup. Sang kaisar pun meminta guru-guru yang tersisa itu untuk dijaga, dipelihara, diberi makan cukup dan diberikan kesejahteraan yang memadai karena Sang Kaisar beranggapan bahwa guru adalah pijakan arah bangsa. Dari dulu hingga sekarang posisi guru di negara Jepang amatlah terhormat, tak heran bila negara ini maju dengan pesat karena menjadikan guru sebagai arah pijakan bangsa (Nana)

Anonim mengatakan...

@ All,

Wah manusia "parno" is back ha ha ha ha hoooiiii anak NKRI, kmane aje lo????? Lama ngilang eh masih arogan juga ...wakakakakakak....(Proxy73)

mikerk mengatakan...

Dear sahabat blogger,

Thanx bagi yang sudah berkunjung dan berkomentar. GBU

Posting ini sendiri, harus saya akui, sebenarnya tidak mudah dicerna. Saya sendiri baru berani menuliskannya setelah merenung cukup lama. Merenung di kamar, di teras rumah, di atas pohon, di restoran KFC hi hi hi hi...tapi bahwa esensinya bisa ditangkap oleh para sahabat saya angkat jempol. Karena saya saja masih belum mengerti apa yang saya tulisa ha ha ha ha ha

Untuk memperluas wilayah diskusi saya ingin menambahkan satu referensi yang saya baca dari bukunya Darmaningtyas (2003): "pendidikan yang memiskinkan"....

....dari hasil penelitian, 80% guru di Indonesia adalah guru yang tidak pernah mengalokasikan sebagian gajinya untu membeli buku, majalah atau koran demi menunjang profesi mereka sehingga menaikkan gaji mereka sampai 100% belum tentu dapat menjamin guru lebih bermutu dan profesional....

Apa pendapat sahabat sekalian?

Anonim mengatakan...

@ savunesse,

ada apa sih dgn UAN? mksdnya soal2nya sulit pa gmn ya? di buat yg lbh gampang gitu buat NTT? kasian dong anak2 NTT nantinya. tapi klo bkn itu, apa dong mslhnya? jelasin dong...thanx (tevez)

Sabarati mengatakan...

....Pada mulanya, pertumbuhan sang bayi dan kera hampir sama. Tetapi begitu si bayi bisa berbicara maka ia maju sedemikan cepatnya sehingga si kera segera ketinggalan dan tidak pernah mampu lagi untuk menyamainya..

..menurut saya sebaliknya..kera akan lebih cepat berkembang dan mandiri selayaknya menjadi kera...dia berani beda dg si bayi tanpa hrs belajar berbicara & bertanya tetapi belajar sendiri dr apa yg dia lihat..he..he..

manusia memang membingungkan..
..tidak tahu..ingin tahu trus bertanya..
..setelah tahu..ingin belajar..
..semakin belajar..semakin tidak tahu...dst..

"masalah Guru ....
ya..udahlah ..sing sabar nrimo aja , yg penting keikhlasan dlm pengabdiannya sungguh2 untuk mencerdaskan generasi muda , mudah2an kelak klo anak didiknya jd pemimpin lbh memperhatikan para guru...biar jawabannya tdk spt JK..
Sebab ukuran kwalitas manusia bukan dr harta yg dia dptkan , ttp dr ap yg sdh ia perbuat untuk org lain dlm hidupnya.

wis..mbuh..aku malah bingung dewe....

Anonim mengatakan...

Wah ada su barani bahas soal karbo yang taika di alun-alun I.H DOKO, sapa pung karbo tu ee???

xi.xi..xi.xi.xi..xi.xi.xi

(Dayoh)

Anonim mengatakan...

Buat Mone Ngali(savunesse)

Orang pusat memang sonde tau apa2 tentang sabu dan gula sabu yang makaditi tu tapi, pusat dengan pengalaman dan SDM yang mumpuni lebih mampu merancang dan menyelenggarakan pendidikan jauh lebih baik dari orang daerah! PENDIDIKAN ADALAH KUNCI MASA DEPAN BANGSA, jangan diserahkan kepada orang2 daerah yang hanya memikirkan kedudukan dan dansa-dansi!

Soal UAN! Uan bukan soal utama! tapi anak2 usia sekolah yang lebih akrab dengan SOPI & Jhon Robin daripada matematika, fisika! itulah persoalan besar!

Kalau NGALI janngan pake nama SAVUNESSE!! nanti orang pikir kitong orang sabu semuanya ngali kaya AMA MONE NGALI!

(Dayoh)

Anonim mengatakan...

@savunesse

ama, beta jadi curiga janga-janga ama yang MAU jadi KADIS P dan K sabu nanti. ha ha ha...
ama persoalan di sektor pendidikan tidak semudah yang ama omong. Betul harus ada pendekatan lokal tapi secara keseluruhan kita di NTT blum mampu (bukan tidak bisa) kenapa? salah satunya adalah sistem penempatan personel (aparat) yang sudah berpengalaman di P dan K di pendahkan ke tempat lain (dinas lain) dan yang mengelola Pendidikan adalah orang yang tidak paham Pendidikan (baru mau belajar)dan itu FAKTA. karena berprinsip "BETA PUNG", karena keluarga, karena team sukses dll berdasar subyektifitas. hemat beta urus pendidikan bukan untuk baru mau bejar tapi yang sudah paham dan profesional di bidang pendidikan. tapi kalau jadi anak didik baru kita mau belajar, beda tooh ama.
minami ama...
beta juga blum melihat alasan yang kuat tentang pandangan ama soal kenapa pendidikn cukup atau sudah mampu dikelola daerah (terutama daerah2 tertinggal-baru berkembang)

dtn=

Anonim mengatakan...

@ Dayoh,

Ama pung mata hati sudah tertutup. Kata-kata hanya bisa cuci maki orang lain. Berapa lama lagi kita harus hidup dengan diatur-atur Jakarta? Mau seperti kerbau ditarik di hidung? Mau jadi pengemis seumur hidup? Mengerti UU OTDA ko tidak? Mengurus diri sendiri adalah hak daerah. Jangan bermental budak. Titik (Savunesse)

Anonim mengatakan...

@ Ngalai Uli,

Ama lebih pakai otak kebanding si Dayoh. Soal kita adalah beda persepsi. Ama beranggapan bahwa mental primordial belum hilang dari daerah. Ama kira pusat tidak bermental primordial? UU pronografi tuh apa namanya kalo bukan primordialisme. Mau diatur seperti itu? Berikutnya adalah ama meragukan kemampuan pengelolaan orang daerah. memang itu akan terjadi JIKA TOKOH-TOKOH Pintar hanya amau sembunyi cari aman di balok tembok kampus seperti kita punya A'a tana (yang punya blog). Makanya saya dan teman-teman terus menurus akan mendesak orang mengerti itu untuk urus daerah. Minami ngalai? Setuju ko tidak? ha ha ha (Savunesse)

Anonim mengatakan...

@savunesse

ha ha ha tenkyu ama, mgkn beda persepsi tapi beta jg melihat fakta dan pokok persoalan kembali ke sektoral. urusan UU kan manusia yang bekin to, bisa saja salah, maka tidak salah ketong kritik yang lebih bae. bu liat fakta saa orang daerah terima utuh2 itu UU dilaksanakan tapi kacau balau. ama tau to, baru2 ada mutasi seluruh kepsek mulai dari TK sampai SMA dan SMK sekota kupang. walikota sebagai pemimpin dan PENGUASA kota, dia pake dia pung kuasa untuk mutasi meski menabrak aturan dan etika. contoh kecil, bagaimana guru smp pi jadi kepsek SMA dan SMK.
beta sepakat kalo primordial ada dimana-mana di Indonesia, bu btau tau ini sisa peninggalan belanda buat kitong. beta kira ini bisa dipotong dengan pendkatan lokal sehigga semua kepntingan lokal bisa terjawab. TETAPI secara dasar pengaturan dan pengelolaa ada dipusat lewat perwakilan di daerah. sejarah menunjukkan bahwa ketika sistem pendidikan masih sentralisasi dengan perwakilan daerah membuktikan ada perbaikan yang signifikan.
beta sepakat, SUATU SAAT nanti, ketika daerah telah siap boleh juga 100% dikelola daerah. sekarang belum ama.
minami ama..
dtn+

Anonim mengatakan...

@ Savunesse dan DTN,

Selamat sore. Saya nggak ingin membela siapapun tetapi harap perhatiakan fakta bahwa keadaan penduduk miskin di NTT pada Juli 2007 tercatat 567.591 kepala keluarga (KK). Jika setiap keluarga terdiri atas lima orang, berarti jumlah penduduk miskin di daerah ini sekitar 2,83 juta jiwa atau 78,2 persen dari total penduduk NTT. Nggak cuman miskin harta, penduduk NTT terbilang miskin pendidikan. Data dari BPS mengungkapkan, 81,04 persen penduduk NTT hanya berpendidikan SD, bahkan tak tamat, 8,67 persen berpendidikan SLTP, 8,64 persen berpendidikan SLTA, dan hanya 1,65 persen menamatkan pendidikan di perguruan tinggi.

Itulah fakta yang harus dikritisi sebelum kita berbicara tenang OTDA dan pendidikan sebab kondisi itulah yang menyebabkan banyak pihak di NTT merasa sangat was-was di masa otonomi daerah. Itu saja mas-mas (Widyanto, KGJ)

poempuisi mengatakan...

@ Bigmike,

Agak malu sebenarnya karena meski sudah bolak-balik membaca posting ini tapi gak tergerak untukmembuat komen coz, Opa Syam benar, kurang berminat membahas tentang pendidikan. Tapi setelah gw tepekur sejenak gw tahu adalah bermasalah jika pendidikan diabaikan.

Ternyata, setelah merenung, ...wow....hocus pocus....barulah gw melihat begitu banyak KEINDAHAN dalam posting bigmike. Ada pesan kuat di dalam posting ini, yaitu hubungan orang per orang hanya akan berhasil jika didekati dengan CINTA. Dengan CINTA kita mampu merubah banyak hal, jika bukan segalanya...

Sebagai tanda apresiasi yang tinggi terhadap bigmike dan posting, juga Opa Syam yang komentarnya sangat menggugah (jujur nih Opa), saya ingin menguti suatu kisah klasik dari khasanah folklore Amerika Serikat. Kisah ini menggambarkan betapa CINTA KASIH yang ada di hati GURU dan MURID mampu MENGUBAH SEGALANYA....

Bigmike dan sahabat, silakan mengikuti dengan sabar dan dengan hati yang terbuka. Inilah ceritera yang mengharukan itu

poempuisi mengatakan...

Kisah Theodore F. Stoddard (judul aslinya adalah The Teacher - The Teacher - and Little Teddy Stoddard - story of little Teddy Stoddard, a disadvantaged child who blossomed under the influence of his teacher, Mrs. Thompson, and went on to become a successful doctor

Namanya Ny. Thompson. Ia berdiri di depan ruang kelas 5 pada hari pertama tahun pengajaran, dan berbohong kepada murid-muridnya. Seperti kebanyakan pengajar, ia memandang ke seluruh murid dan berkata bahwa ia memperhatikan seluruh murid dengan adil. Tetapi hal itu tidak mungkin, karena di barisan depan, ada seorang anak yang duduk dengan menggelesot namanya Teddy Stoddard.

poempuisi mengatakan...

Ny. Thompson sudah mengawasi Teddy setahun sebelumnya dan ia memperhatikan bahwa dia tidak bisa bermain dengan baik dengan anak-anak yang lain karena bajunya morat marit dan terlihat selalu perlu untuk dimandikan. Dan Teddy bisa jadi tidak suka. Itu semua mendapat penilaian, dimana Ny.Thompson kenyataannya akan memberikan tanda khusus di laporan Teddy dengan tinta merah besar, membuat X tebal dan memberi tanda F besar di atas kertas laporan Teddy.

Di sekolah tempat Ny.Thompson mengajar, ia diminta untuk melihat ulang catatan murid-muridnya di tahun sebelumnya, dan ia membiarkan cacatan Teddy di giliran terakhir. Saat membaca catatan Teddy ia terkejut.

poempuisi mengatakan...

Guru kelas satu Teddy menulis,Teddy adalah anak yang cemerlang dan ceria. Ia mengerjakan perkerjaannya dengan rapi dan memiliki hal-hal yang baik.Ia membawa kegembiraan bagi sekitarnya.

Guru kelas duanya menulis, Teddy adalah murid yang sempurna, sangat disukai oleh seluruh temannya, tetapi ia terganggu karena ibunya sakit stroke dan untuk tinggal di rumah adalah suatu perjuangan bagi Teddy.

Guru kelas tiganya menulis, Ia mendengar kematian ibunya. Ia berusaha untuk melakukan yang terbaik, tetapi ayahnya tidak menunjukkan ketertarikannya dan kehidupan di rumah akan segera mempengaruhinya jika tidak ada langkah-langkah yang dilakukan.

Guru kelas empat Teddy menulis, Teddy menjadi mundur dan tidak tertarik ke sekolah. Ia tidak punya banyak teman dan terkadang tertidur di kelas.

poempuisi mengatakan...

Setelah itu, Ny. Thompson menyadari masalahnya dan dia malu terhadap dirinya sendiri. Ia merasa tidak enak ketika murid-muridnya membawa hadiah natal, dibungkus dengan pita-pita yang indah dan kertas yang menyala, kecuali pemberian Teddy. Hadiah dari Teddy kumal bentuknya dan dibungkus dengan kertas coklat yang diambil dari tas belanja.

Ny.Thompson dengan terharu membuka kado Tedy ditengah-tengah kado yang lain. Anak-anak mulai tertawa saat ia menemukan gelang batu dimana beberapa batunya hilang, dan sebuah botol yang berisi parfum setengahnya.

Tetapi ia menyuruh murid-muridnya diam dan menyatakan bahwa gelang pemberian Teddy sangat indah, serta mengoleskan parfum di pergelangan tangannya.

poempuisi mengatakan...

Setelah sekolah usai, Teddy Stoddard tetap tinggal, menunggu cukup lama untuk mengatakan, Ny. Thompson, hari ini bau wangi anda seperti ibu saya. Setelah murid-muridnya pergi, Ny.Thompson menangis hampir selama satu jam. Hari berikutnya Ny.Thompson berhenti untuk mengajar membaca, menulis dan aritmatika. Sebagai gantinya ia mulai mengajar anak didiknya.

Ny. Thompson memberi perhatian khusus kepada Teddy. Selama bekerja dengannya, pikiran Teddy mulai hidup. Semakin ia mendorong Teddy, semakin cepat Teddy memberikan tanggapan.

poempuisi mengatakan...

Di akhir tahun, Teddy menjadi anak terpandai di kelas, akan tetapi Ny. Thompson jadi berbohong dengan mengatakan bahwa ia akan memperhatikan murid-muridnya secara adil, karena Teddy telah menjadi murid kesayangannya.

Satu tahun berlalu, Ny. Thompson menemukan sebuah surat dibawah pintu, dari Teddy, yang mengatakan bahwa ia adalah guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.

Enam tahun berlalu sebelum ia menerima surat yang lain dari Teddy. Ia menulis sudah menamatkan SMU, ranking tiga di kelas, dan Ny.Thompson tetap guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.

poempuisi mengatakan...

Empat tahun berikutnya, ia menerima surat yang lain, mengatakan bahwa saat orang memikirkan banyak hal, ia tetap tinggal di sekolah dan mempertahankannya, dan segera lulus dari akademi dengan penghargaan tertinggi. Dia meyakinkan Ny. Thompson, bahwa dia tetap guru yang disukai dan paling baik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.

Kemudian empat tahun berlalu dan surat yang lain datang lagi.Saat ini dia menjelaskan setelah menyelesaikan gelar sarjananya, dia memutuskan untuk melanjutkan sedikit lagi. Surat itu menjelaskan bahwa Ny. Thompson tetap guru yang disukai dan paling baik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya. Tetapi namanya telah sedikit lebih panjang surat ditandatangani oleh Theodore F. Stoddard, MD.

poempuisi mengatakan...

Kisahnya tidak berakhir disini. Masih ada surat lagi pada musin semi itu. Teddy berkata bahwa ia bertemu dengan seorang gadis dan merencanakan untuk menikah. Ia mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu dan dia berharap Ny. Thompson bersedia duduk di kursi yang biasanya disediakan untuk ibu pengantin.

Tentu saja Ny. Thompson bersedia.

Dan coba tebak apa berikutnya? Ny. Thompson mengenakan gelang batu dimana beberapa batunya telah hilang. Dan ia memastikan memakai parfum yang diingat Teddy dipakai ibunya pada Natal sebelumnya bersama-sama. Mereka berpelukan, dan Dr. Stoddard berbisik di telinga Ny. Thompson, Terima kasih Ny. Thompson, anda mempercayai saya. Terima kasih karena sudah membuat saya merasa begitu penting dan memperlihatkan bahwa saya dapat membuat perubahan.

poempuisi mengatakan...

Ny. Thompson dengan air mata berlinang, balik berbisik. Ia berkata,.........Teddy, semua yang kamu katakan keliru. Kamu adalah orang yang telah mengajari bahwa aku dapat membuat perubahan. Aku sungguh-sungguh tidak tahu bagaimana caranya mengajar sampai bertemu denganmu....

poempuisi mengatakan...

Nah sahabat,

Kisah yang gw kutipkan amat sangat mengharukan. Lantas, gw teringat kata-kata bigmike di posting yang lalu .....

....Dengan Cinta, anda akan mampu merawat alam. Dengan KASIH anda pasti mampu melayani sesama. Kalau cinta yang anda cari maka yakinlah Allah akan memberikannya kepada semua yang berkenan kepada-NYA. Lantas, segala sesuatu akan ditambah-tambahkan kepadamu. Apakah masih ada yang meragukan makna persahabatan, kebaikan dan kasih sayang?.....

Maka gw menjawab tegas, gw gak meragukan cinta. Gw gak meragukan Bigmike. Selamat bermalam minggu

Anonim mengatakan...

@ Poempuisi,

Kisah yang ananda kutip sangat mengharukan. Begitulah jika cinta berbicara. Begitulah jika cinta dikemukakan. Cinta mampu, sekali lagi, mampu mengatasi masalah yang berat sekalipun.

Saya juga sudah berkunjung ke blogmu. Bagus. Keep on posting (Syamsudin, bloggertua)

angin-angkasa mengatakan...

Selamat sore,

Saya teman baru. Mencari kata cinta malah nyasar ke sini. Kenalan ya.

Wow, ternyata.... blog yang berisikan posting-posting yang amat bagus. Posting dengan judul cinta, untuk apa amat cemerlang. Say mohon ijin untuk mengutipnya untuk tulisan saya. Saya akan balik-balik lagi nih

angin-angkasa mengatakan...

Saya juga punya puisi yang amat indah tentang guru. Silakan dibaca ya

Why God Made Teachers
By Kevin William Huff

When God created teachers,
He gave us special friends
To help us understand His world
And truly comprehend
The beauty and the wonder
Of everything we see,
And become a better person
With each discovery.

When God created teachers,
He gave us special guides
To show us ways in which to grow
So we can all decide
How to live and how to do
What's right instead of wrong,
To lead us so that we can lead
And learn how to be strong.

Why God created teachers,
In His wisdom and His grace,
Was to help us learn to make our world
A better, wiser place.

Anonim mengatakan...

@ Poempuisi,

Kisahmu hebat. Sangat menggugah. Thanx (Eman, CN, Oebufu)

Anonim mengatakan...

@ Anak NKRI,

Wah, lama menghilang nih. Berenang di kolam mana nih kawan ku katak sejati? ha ha ha ha ha (Eman)

Anonim mengatakan...

@ Anak NKRI,

Di sebelah gedung tempat saya berada sedang ada show "makhluk tersexy di seluruh dunia" Mulan Jameela. Mau nonton? Nanti saya belikan tiket gratis dengan syarat, jadilah makhluk normal. Jangan jadi-jadian ha ha ha ha

Anonim mengatakan...

Sori (Eman)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Alasan kemerosotan mutu guru adalah guru itu sendiri + kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang tidak jelas. Menurut pengamatan saya, guru-guru kita kebanyakan hanya sekedar mencari makan karena bagi mereka menjadi guru hanya karena tidak ada pekerjaan lain yang cocok untuk mereka. Guru sekarang adalah orang-orang sisa setelah yang pandai-pandai meilih untuk menjadi dokter, pilot, pengusaha, pejabat dan jabatan prestisisu lainnya.

Pemerinath sendiri tidak pernah jelas politik pendidikannya. Malah dalam UU sisdiknas, pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia berakhlak mulia. Nah, apakah pendidikan sama dengan agama? Itu semua terjadi karena politik primordialisme agam sangat kuat membelenggu Indonesia (Eman, CN, Oebufu)

Anonim mengatakan...

@ Pak Mike,

Besok hari minggu. Sebagai bekal ke gereja saya ingin mencatat bahwa dari posting ini pak Mike kembali mengingatkan bahwa KASIH yang ilahiat akan menjadi cermin nurani yang tepat bagi siapa saja.

Hati nurani yang murni akan membuat kita mampu menghampiri Allah....
.....Masmur 24 : 3-6 ...Siapakah yang dapat bertemu dengan Allah yang besar, Allah Pencipta yang Besar?....(ayat 4):orang yang bersh tangannya dan MURNI HATINYA, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuaan dan yang tidak bersumpah palsu...

Selamat malam minggu dan besok pagi, selamat hari minggu 9Yes, BTN)

Anonim mengatakan...

@ Poempuisi,

Komentarmu mengagumkan. Kalau boleh, bigmike mengolahnya dan menjadikannya bahan posting. Selamat hari minggu (13)

Anonim mengatakan...

@ DTN.

Saya setuju dengan Savunesse. Otonomi jangan ditunda-tunda. Jangan mau jadi mental budak. Jakarta juga korupsinya minta ampun (13)

Anonim mengatakan...

membaca komentar terakhir, saya jadi berpikir, mengapa terus ada dikotomi pusat-daerah? retorika cinta kasih terus sekedar fantasi kalau pusat berpikir daerah tdk bisa mengurus dirinya sedang daerah melihat pusat korup. (anak ntt)

Anonim mengatakan...

MOne Ngali!

Rupanya sekali ngali tetap saja ngali!
silahkan pegang kuat2 itu kebodohan!

cuma beta sangat sedih! jalan pikiran seperti basong tu yang bikin daerah sonde bisa maju!

beta sebenarnya pamalas bakanjar denga basong, cuma, ini beta kasi perumpamaan:

Ada satu kaum yang mendapat hadiah 1 PESAWAT TERBANG CANGGIH untuk membawa kaum itu ke negri yang DIJANJIKAN, tapi hanya pesawat berikut bahan bakar saja, tanpa pilot.
Kaum itu bingung bagaimana menerbangkan pesawat itu, lantas ada yang menawarkan "ORANG SEBERANG UNTUK MENJALANKAN PESWAT SAMBIL MENGAJARKAN CARA TERBAIK" tapi serta merta berapa anak kaum mencegah dan mengatakan "JANGAN! KARNA PILOT ITU BUKAN ORANG SINI! STOP MENGEMIS PADA ORANG LAIN"

selanjutnya, pesawat tsb "DIPILOTI" oleh anak kaum yang sok tau dan NGALI itu! berhasil terbang memang! tapi sampe dimana pesawat itu akhir tidak terdengar lagi kabarnya!

nah MONE NGALI! silahkan baca pelan2 dan merenung!
kalau mau mengurusi basudara dong na jangan piara kebodohan!

MONE NNGALI! sejak OPA DOKO, OPA KOROH DKK memutus NTT menjadi bagian dari NKRI, rasanya NTT lebih banyak mengemis daripada memberi!
sekarang ini saja coba tunjukan kabupaten mana yang tidak mengemis DAU dari pusat??

beta sangat setuju kita harus berhenti mengemis, harus! TAPI KITA JUGA HARUS MAU MENGAKUI KELEMAHAN KITA DAN BELAJAR DARI ORANG LAIN SUPAYA JANGAN SEUMUR HIDUP N G A L I!!!!!!!!!!!!!.

kalau mau berubah, renungkan baik2, tapi kalau mau tetap jadi ngali, silahkan! beta pamalas berurusan dengan orang bebal!!

@ Domi

rasanya setiap hari di Timex dan Poskup ada berita tentang orang NTT yang terjerat korupsi deh! jadi korupsi ada dimana-mana bukan cuma dipusat DAN KORUPSI HARUS DIBERANTAS! jangan sudah terindikasi korupsi masih didukung jadi ini-itu!!

(Dayoh)== Sabu Juga tapi tidak mau jadi orang NGALI==

Anonim mengatakan...

tabe hudi!

Kemerosotan kwalitas pendidikan ntt dimulai sejak otonomi daerah diberlakukan! nah! ada yang mau bilang orang daerah tidak perlu belajar dari pusat??

(Dayoh)

Anonim mengatakan...

membaca komentar dayoh terakhir, makin jelas bahwa cinta kasih hanya fantasi.

fakta dikotomi pusat-daerah masih keras bahkan mungkin mengeras, ini masih ditambah persoalan antar anak daerah itu sendiri. sebagai anak ntt, saya ikut prihatin walau apa yg disampaikan dayoh ada benarnya. kebenaran memang menyakitkan. (anak ntt).

Anonim mengatakan...

@ Semua orang NTT,

Hanya satu jawaban: janganlah terlalu bodoh untuk minta merdeka. Itu akan mencelakakan kaum NTT sendiri. Komodo adalah binatang cantik dan hebat tetapi manusia seperti komodo adalah bebal ha ha ha
== ANAK NKRI ==

Anonim mengatakan...

@ Dayoh,

Contoh anda tentang pesawat dan pilotnya mantap. Benar sekali. Saya kasih nama anda DAYOH NKRI ha ha ha ha ha
== NKRI ==

Anonim mengatakan...

@ Anak NTT,

Ente udah baca posting BM "kasih itu kuat" belum? Kasih tidak harus lembak-lembek persis manusia yang desperados. Kasih boleh disampaikan dengan cara yang tegas. Saya dukung Dayoh. Mau apa? ha ha ha ha
== ANAK NKRI ==

Anonim mengatakan...

Woi @ANAK NKRI, selesai bertapa malah makin cerewet. Tp jgn terlalu cerewetlaahh... Nanti RI-nya hilang tinggal NK. Lalu yg senang si Eman, koncomu di kolam oebufu.

(Wiro)

Anonim mengatakan...

@ Dayoh,

Contoh pesawat dan pilotnya memang saya akui benar tapi masalah dalam contoh itu adalahorang daerah tiak punya pilot. Faktanya di daerah pilot seperti itu ada. Hanya mereka lebih suka sembunyi-sembunyi saja di balik kampus sambil tulis blog. Jadi, biar sudah berusaha keliatan pintar tapi faktanya Dayoh tetap tidak punya otak. Kalau Dayoh memang anak sabu maka sebutannya tidak punya otak lipat ganda karena seharsnya anak sabu itu pintar ha ha ha ha (Savunesse)

Anonim mengatakan...

@ Anak NKRI,

Tanggapi ORANG GILA macam anda hanya bikin kita jadi sama-sama gila. Saya curiga Anak NKRI adalah Dayoh. Beraninya cuma ganti-ganti nama. Kalau dugaan saya benar maka Anak nkri juga sama saja, tidak punya otak....ha ha ha ha.... (Savunesse)

Anonim mengatakan...

@ A'a Tana Mikerk,

Tuntutan saya cuma satu, tidak usah lagi bersembunyi. Sebagai anak Sabu yang paten, tunjukkan jati dirimu karena orang-ortang yang namanya beredar sekarang sebagai calon bupati Sabu adalah manusia yang tidak punya otak. Kualitas A'a jauh melebihi mereka dan SABU PERLU PENGABDIAN A'A TANA (Savunesse)

Anonim mengatakan...

ketika orang ribut-ribut tentang paradigma baru dalam pendidikan di alam reformasi ini, sebenarnya banyak "AHLI" yang lupa atau sengaja lupa bahwa pendidikan adalah sebuah investasi masa depan, yang salah urus dan salah kelola, maka kita bisa kehilangan satu fase generasi yang rendah IPTEK dan terlebih rendah BUDI PEKERTI. maka tujuan pembangunan pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang madani adal hal cuman mimpi di siang bolong saaa.
ketika OTDA menjadi sistem yang berlaku, banyak daerah yang belum siap dan mampu terutama di sektor pendidikan. akibatnya kegelisahan saya, bukan saja rendah mutu dan kuantitas kita di NTT atau daerah lain yang carut marut penidikannya akan gagal dalam menuai hasil "investasi" pendidikannya. akan ada di suatu waktu SDM yang tidak mampu bersaing pd waktu itu.
konsepnya perlu ada resiprokal yang kuat, mutualisme namun bertindak/pendekatan lokal antara pusat dan daerah hingga desentralisasi pendidikan dianggap telah mampu,solid dan mandiri untuk mengelola pendidikan.
pemikiran saya, tidak dapat semua sistem desentralisasi terutama desentralisasi pendidikan ke sisem OTDA.

dtn=

Anonim mengatakan...

hoooiiiiii dtn, nggak usah terlalu serius dech.....biasa ajehhhh....tuh yang ngomentarin pendapat elo juga cuma modal mulut gede doang...waakakakakekekek.....(Proxy73)

Anonim mengatakan...

hhoooiiii....ANAK NKRI....tumben nongol lagi....yacth .....yacth.... yacth .....elo mirip kepala desanya si Asterix ma Obelix dech yang selalu takut langit runtuh nimpe pale lu gundul....wakakakakakekekekek.....cool ajah man....Indonesia belon runtuh kok...ha ha ha ha tapi emang blog ini perlu orang setipe elo...biar rame en gila....ha ha ha ha (Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ All,

Percakapan yang menarik tentang dikotomi pusat dan daerah. Apakah Jakarta bukan daerah juga? Siapa yang kota siapa yang daerah? Mengapa mantan menteri malah tertarik menjadi Walikota, Gubernur, Wakil Gubernur? Soal kita bukan pusat-daerah tetapi HAUS KEKUASAAN (Sulis)

Anonim mengatakan...

Sing markotop ki gubernurku...kampanye ndadi Prseiden RI .....hayooo....(Sulis)

Anonim mengatakan...

Wah ngobrol soal Guru mg hanya bikin miris. Tapi ini hanya berlaku utk Guru yg scr formal mengajar di depan kelas.

Di luar ini tetap berlaku pepatah, 'guru kencing berdiri, ... dst'. Wkt msh di kupang, Guru saya adalah bigmike. Sy belajar byk hal dr beliau baik itu melalui berbagai perintah dan kosi-an, mau-pun belajar dr hasil intip2 kelakuan beliau. Di Jakarta sini, Guru dlm konteks yg bg saya adalah @Budi Suto.

Dan, sampe saat ini sy liat mereka berdua kalo kencing tetap berdiri, kok...

Whahahahaha... :)

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Ngalai Savunese,

Saya setuju dg niat luhur Ama agar jgn mau jadi Pengemis. Tp juga jgn jadikan isu pengemis utk lari dr kenyataan ketidakmampuan Ama dorang mengatur diri sendiri, terutama atur itu uang pemberian anak bangsa dr daerah lain melalui Kas Negara.

Hal lain, ama su perna belajar tentang teori kompetensi, ko blom? Kompetensi itu bukan cuma soal mampu (hard competence) saja, tp juga mau (soft competence). Jadi beta minta Ama jang klaim bigmike kompeten urus sabu scr hard competence, lalu ketidakkompetenan bigmike scr soft-competence Ama pake utk olok-olok. Bhw bigmike sdg ngumpet di balik pagar kampus.

Dari cara Ama memperolok bigmike spt ini, beta bisa bayangkan kalo nanti ternyata dia benar2 tdk bersedia jd "kuda tunggangan" kalian, mk Ama berpotensi mjd org pertama yg memusuhi dia scr tajam.

Sabu blom sempat jd kabupaten defenitif sj, Ama su berani olok2 bigmike di rumahnya sendiri. Ck ck ck....

(Wilmana)

mikerk mengatakan...

Dear sahabat blogger,

he he he menyenangkan melihat perkembangan blog belakangan ini. Pertengkaran yang terjadi sudah amat sangat terkendali. Emosi berlebihan bisa ditekan. Wuuiiihhhh, saya senang karena capek lelah usaha saya seperti berbalas. Hal penting adalah.....ada perubahan.

Saya teringat salah satu proverb yang ada di bagian bawah blog ini, yaitu kemajuan tidak diukur dari berapa jauh anda berada tetapi seberapa besar perubahan dibandingkan dengan titik sebelumnya. Bravo untuk semua sahabat. Anda memberikan penghiburan tersendiri bagi saya. That's what friends are for

mikerk mengatakan...

Soal pendidikan, saya tidak merasa perlu untuk berkomentar banyak. Anda masing-masing punya argumen. Nah, pertukarkan argumen-argumen yang ada. Anda bisa saling setuju untuk sepakat. Bisa pula setuju untuk tidak sepakat.

Untuk ari tana saya, Savunesse, ha ha ha ha ha...saya tidak pernah bersembunyi. Bukan itu tipe saya. Terlalu banyak teputar keliling ya iya ha ha ha. Soal bupati dan tidaknya bagi saya bukan soal mampu atau tidak mampu. Bukan pula soal mau atau tidak mau. Masalah saya adalah apa pentingnya? Bagi ngalai pasti penting tetapi bagi saya tidak penting. Kita bisa sepakat untuk setuju. Tapi bisa pula setuju untuk tidak sepakat. Minami? ha ha ha

Tapi saya senang, ama berani "menyerang" saya karena saya memang bukan malaikat yang tidak bisa diserang. Saya bisa salah dan bisa pula tidak salah. Peluang 50:50. Petu wia'do ngalai? ha ha ha ha

mikerk mengatakan...

@ Wilmana,

Tunggu saja besok sampe jakarta beta deng "kingcos" akan keroyok semua musuh-musuh, termasuk Wilmana ha ha ha ha

mikerk mengatakan...

Yuuuppsssss betul sahabat terkasih, besok sampai beberapa hari ke depan saya akan bepergian ke Jakarta. Ada seminar Nasional Pengelolaan DAS secara kolaboratif. Saya diminta ikut memberi makalah.

Nanti, saya akan memberikan sebuah posting baru dari DTN, dan masih ada satu lagi yang sudah dalam daftar tunggu yaitu posting yang berasal dari seseorang yang bernama Valent Lakers van watergirl ha ha ha ha (beliau adalah calon pendeta). Nanti saja. Selamat berdiskusi tapi jangan pake maki-maki yaaaa….

Anonim mengatakan...

ha ha ha aha... pak wilmana apa kabarr?? kabar kaburnya gimana, bung tolong kontak NK dolo

dtn=

Unknown mengatakan...

Bos, selamat bertugas. Buktikan di Jakarta bahwa NTT tidak selamanya adalah keterbelakangan. Kehadiran Perda DAS Terpadu pertama di Indonesia padahal PP rujukaannya belum ada, membuktikan kapabilitas ketua ForDAS NTT sendiri. Bravo pak Ketua

Anonim mengatakan...

Tunggu saja besok sampe jakarta beta deng "kingcos" (Budi Suto) akan keroyok semua musuh-musuh, termasuk Wilmana ha ha ha ha

Nah bener kan saya bilang, para Guru saya di atas masih tetap kencing berdiri, blom jongkok apalagi tiarap. :)

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

ha ha wilmana pung hobi tu cuma memanfaatkan kesempatan deng kesempitan... bu hati-hati dengan tuyul dan pocong LICIKUS MUNAFIKUSZ...

dtn=

Anonim mengatakan...

@Mone Ngali!

Orang "Gila" kalau ketemu orang "Waras", pasti si waras dikatain "gila berlipat ganda"! itu wajar kok!

"-" ketemu "+" jadinya ya begitu deh!!

selamat bercengkrama dengan kebodohan! semoga awet sampai kakek2 dan nenek2

(Dayoh)

Anonim mengatakan...

@ Wilmana,

Ama berusaha mengadu domab saya sama A'a tana saya? tidak bakalan mempan....tapi untuk usaha ngalai untuk mengadu domba antara saya dan A'a Lujdji, saya cuma bilang..ck ck ck ck ck ck....(Savunesse)

Anonim mengatakan...

@ Dayoh,

Anda punya otak kosong jadi pangkat 3...bagaimana lagi ha ha ha ha (Savunesse)

Anonim mengatakan...

Ama berusaha mengadu domab saya sama A'a tana saya? tidak bakalan mempan....tapi untuk usaha ngalai untuk mengadu domba antara saya dan A'a Lujdji, saya cuma bilang..ck ck ck ck ck ck....(Savunesse)

Adu domba? Hah memangnya kalian itu ki'i 'jawa yah?

Coba lu periksa baik2 penjelasan bigmike. Sdh jelas bg dia mjd Bupati Sabu itu tdk penting buat dia. Artinya, di tdk punya motivasi utk harus mjd Bupati Sabu. Kalo ama belajar Situational Leadership-nya Hersey & Blanchard, dia bilang bhw kemauan (willingness) itu ditentukan oleh motivasi, komitmen, dan confidence. Jadi su jelas toh, "tidak penting" bg bigmike itu artinya beliau tidak mau kalo saat ini ama dorang suruh dia jadi Bupati.

Jadi apa maksud kata2 IKA TOKOH-TOKOH Pintar hanya mau sembunyi cari aman di balik tembok kampus seperti kita punya A'a tana (yang punya blog)? Apa ini bukan sejenis sindiran alias olok?

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@savunesse

ama, ni kali beta sepakat dengan wilmana, kenapa paling simpel ketong sonde bisa paksa orang untuk menjadi yang katong inginkan, sesuai ketong pg rencana bahkan menurut pandangan kitong. ke dua, SGT pung sifat adalah dalam dan sepanjang dia pung idop sonde pernah sekalipun dia kejar2 jabatan dan kedudukan, apalagi tipe SGT adalah lugas, blak2an dan keras dalam bertindak dan berpikir yang secara logis tipe orang yang "Tidak disukai dalam Birokrasi dan Politik". menurut beliau, jabatan dan kedudukan adalah berkat Tuhan dan Pemberian Tuhan. selalu SGT berpesan, Besong kerja keras, Jujur, menjaga harga diri dan selalu deka deng Tuhan, maka semua itu Tuhan akan perhitungkan. itu barangkali yang membua semua anak2 SGT berpegang pada petuah SGT.
jadi ama tana, biarlah BM ada di dunianya sebab disitu ia di tempatkan, nanti kalau memang berkat itu datang yahh Tuhan pung mau jg.....
ha ha ha betul ko BM????

dtn=

Anonim mengatakan...

Yang saya tau, Bapa Robert pernah berkisah. Wkt baru pulang dr Jogja, beliau ditawari utk menjadi birokrat di gubernuran, atau menjadi guru.

Beliau memilih menjadi guru. Inilah VISI beliau dlm rangka mewujud-nyatakan MISI sbg manusia sabu. Setau saya, bigmike juga punya visi yg sama dg bapaknya ini. Makanya, bigmike telah memilih mengikuti jejak sang GT.

Jadi, jelas bigmike bukan sdg bersembunyi di balik tembok kampus sbgmn kata2 sarkatis dr @savunese di atas.

(Wilmana)