Senin, 06 Oktober 2008

Bersukurlah menjadi Rumput

Dear Sahabat blogger,

Berakhir sudah masa liburan. Liburan yang cukup panjang. Sekitar 10 hari. Cukup lama. Senda gurau di masa kecil dahulu menghasilkan defenisi bahwa liburan yang lama adalah liburan yang ketika kembali ke bangku sekolah dan ditanya guru 1 + 1, jawabannya adalah 8 ....he he he ...saking lamanya libur, kami kembali menjadi bodoh. Mungkin "sindroma" seperti ini yang membuat PNS di Indonesia, pekerjaan pertama pada hari pertama setelah libur yang lama adalah.....libur lagi alias bolos....mengapa demikian? Yah, karena kembali menjadi bodoh.....perlu diteliti. Bagi saya pribadi, liburan kali ini ditandai dengan dua hal, yaitu adanya Hari Raya Lebaran dan kepergian saya pertama kali ke Sabu. Negeri asal leluhur saya. Pulau liliput di tengah Laut Sabu dan Samudera Hindia. Pulau yang ketika pertama kali memandangnya dari dekat, kesannya aadalah....woooow kerrrr.....sori, bukan wow keren........tapi wow...kering.....

Ada dua pertanyaan, yaitu apakah sahabat-sahabat yang baru saja selesai berpuasa dan berlebaran lantas berubah menjadi lebih baik? Sebelum berpuasa anda adalah anak "nakal" dan sesudah berpuasa anda berubah menjadi uztad atau uztadsah. Begitu? Lantas, sesudah ke Sabu, yang berarti saya mendaptkan kesempatan untuk mendapatkan pelajaran dari keraifan-kearifan lokal yang hidup semenjak masa para leluhur lantas saya berubah menjadi anak manis yang tidak lagi berulah aneh bin ajaib? (kalau yang ini jawabannya, telak: ....hari minggu kemarin malah saya tidak pergi ke Gereja.....ada alasannya tapi....ya itulah yang terjadi). Kalau ini pertanyaannya maka sebenarnya pertanyaan paling mendasar adalah apakah niat atau nawaitu anda ketika berpuasa dan atau saya melakukan perjalanan pilgrimate ke negeri leluhur? Saya sungguh tida tahu apa jawaban para sahabat tetapi adalah niat saya ke Sabu guna memperoleh bekal kearifan baru yang bisa digali dari etika tradisional yang ada, yang saya dengar bersifat adiluhur. Nah, para sahabat terkasih, tentang niat atawa nawaitu itulah yang ingin saya tampilkan lewat lirik berikut ini.

Bertahun lamanya aku berdiri di sini
Sepi sekali rasanya, suara anginpun seakan tidak terasa
Dan , di dalam kesepian ini aku melihat ke kiri dan ke kanan,
ternyata ada tetanggaku yang perkasa. Dialah padi
Ya, ada banyak padi di sini. Amat banyak

Entah mengapa, aku tiba-tiba ingin menjadi padi
Lalu aku berdoa kepada kehidupan agar aku dapat menjadi padi
Aku berdoa dengan khusuk. Doa yang jernih dan bening

Tiba-tiba, bertiuplah angin kencang mengguncang tubuhku
Tangan-tanganku yang tadinya melambai-lambai sekarang terpaksa terlipat
menyatu dengan tubuhku. Kakiku terbenam makin dalam ke dalam tanah?
Apakah aku telah berubah menjadi padi?

Perlahan kubuka mataku dan kulihat sekelilingku
Wow, ternyata aku tetap saja rumput. Bukan padi.
Aku tetap rumput yang menjadi gulma di tanah sawah dan di ladang
Aku rumput yang harus dicabut petani
Aku cuma rumput bahkan aku adalah gulma

Setetes embun jatuh ke tubuhku
Berkilau diterpa metahari dan perlahan mengalir membasahi tanah
Angin semilir berlari menerpa daun dan tubuhku menimbulkan nada kidung indah

Tapi aku tidak perduli karena sekarang kepalaku mendongak ke atas
Ada bintang di atas langit. Indah
Aku ingin menjadi bintang

Apa kesan anda terhadap lirik di atas? Bagi saya adalah ini:
1. Ada rumput dan padi berdampingan di sawah;
2. Ada rumput yang kepingin menjadi padi;
3, Ada rumput yang berusaha dan berdoa agar berubah menjadi padi;
4. Ada rumput yang kecewa karena doanya tidak terkabul:
5. Ada rumput yang kembali berharap dapat menjadi bintang.
Apa kesimpulannya? Ini: ada rumput yang tidak pernah mau menjadi dirinya sendiri.

Apa pesan moral dari ceritera di atas? Oh, bukan sesuatu yang istimewa tetapi perlu didengungkan kembali, yaitu be your self. Dahulu ayahanda almarhum pernah mendongengkan kepada saya tentang katak yang ingin menjadi lembu. Hari ini saya menulis tentang rumput yang ingin menjadi padi dan, lalu, bintang. Apa hasilnya? Katak itu mati. Rumput itu kecewa. Begitulah sidang pembaca, terlalu banyak keinginan yang memenuhi kepala kita ketika melakukan sesuatu. Terlalu banyak cita-cita ketika kita mengerjakan sesuatu. Dan, yang dimaksudkan dengan "sesuatu" itu adalah sesuatu yang di luar diri kita. Sesuatu yang tidak di dasarkan atas penilaian yang obyektif terhadap siapa diri kita. Apa kemampuan kita. Di Kabupaten Rote, NTT, hanya ada 25 kursi di DPRD II tetapi apakah anda ingin tahu berapa banyak caleg yang akan berebut karena menginginkan kursi -kursi itu? 900 orang. Apa niat mereka? Ada seorang kenalan saya yang mengurus dirinya sendiri enggak becus, tiba-tiba datang ke rumah meminta agar saya mau berkampanye untuknya dalam pertarungan colak-calek tahun 2009 nanti....weleh...weleh....wel wel wel....leh leh leh.....

Begitulah, saking benyak dan tinggi-nya cita-cita, lantas kita kehilangan kewaspadaan terhadap siapa diri kita sendiri. Di satu kali kita menganggap berlebihan diri kita. Di lain waktu kita terlalu menghina kemampuan diri kita sendiri. Andai saja rumput tidak terlalu cepat iri hati kepada padi maka si rumput akaan tahu bahwa betapa bergunanya dia. Rumput adalah makanan utama herbivora yang merupakan salah satu sumber protein hewani terpeting bagi manusia. Tanpa rumput, mana ada aksi-aksi Pele, Maradona, Gerd Muller, dan Lionel Messi. Tanpa rumput, mana bisa Tiger Woods menjadi maestro lapangan Golf. Tanpa rumput kita tidak maka roti karena gandum adalah bangsa rumput-rumputan. Tanpa rumput, orang Jawa bisa repot karena bahan bangunan rumah tradisionalnya berasal dari bambu. Tmbuhan bambu merupakan salah satu anggota keluarga rumput-rumputan. Dan, perhatikan ini, tanpa rumput kita tidak makan nasi karena si Oriza sativa adalah keluarga rumput-rumputan. Siapakah itu Oriza sativa? Anda benar. Tidak lain dan tidak bukan, adalah padi. Ya, si padi yang dicemburui oleh si rumput. Mengenaskan, si rumput saking kepinginnya menjadi padi, lupa bahwa padi adalah rumput juga. Si rumput juga tidak tahu bahwa permukaan bumi ini, menurut data dari CIA, menguasai lebih dari 60% permukaan bumi daratan. Dan dengan cara itu, rumput adalah salah satu pencegah erosi yang handal. Rumput adalah penangkap CO2 yang akumulasinya di atmosfer dikuatirkan akan menimbulkan efek rumah kaca yang memicu pemanasan global. Rumput adalah penangkap dan reflektor bagi radiasi gelombang pendek dari surya dan radiasi gelombang panjang permukaan bumi sehingga bumi terhindarkan dari efek terpanggang seperti sate ayam. Wow, begitu banyak fungsi rumput. Sayangnya si rumput tidak tahu.

Apa kesalahan si rumput? Si rumput tidak paham filasafat bahwa setiap makhluk hidup, apalagi jika dia adalah manusia, adalah 2 hal sekaligus, yaitu siapa dirinya dan apa dirinya. Berdasarkan ini Socrates mengatakan "bahwa kenalilah siapa dirimu". Hal yang pertama, ingin mengatakan bahwa manusia adalah khas. Hanya dialah satu itu di dunia. Tidak ada yang lain. Satu manusia satu sidik jari. Hal berikut adalah, apalah gunanya dia bagi sesama dan lingkungannya. Kehilangan salah satu di antara dua kesadaran ini membuat manusia kehilangan principe d'etre-nya. Sesudah kembali dari Sabu, apakah saya berubah menjadi Bradd Pitt? Tidak juga. Saya tetaplah si coklat gempal. Hidung saya tetaplah bulat kecil tak ada indahnya sama sekali. Saya toh seorang Doktor. Ya, tapi ada ribuan orang Doktor lainnya dan mungkin saya adalah Doktor terbodoh. Lantas, apakah saya bermimpi ingin menjadi Doktor seperti Einstein? Ah, tidak juga. Ada 80 Doktor di Undana tetapi Doktor Kehutanan di Undana cuma 1. Di luar Undana ada ratusan, mungkin ribuan Doktor kehutanan. Ya, tapi Doktor kehutanan yang S1 Peternakan dan S2 Agronomi mungkin cuma saya. Ada banyak Doktor tetapi Doktor yang punya isteri bernama Dolly ya cuma saya. Doktor dengan adik yang bernama Laki, Kana, Uli, Dina ya cuma saya. Cukup? Belum bosz. Apa yang sudah saya kerjakan? Ah, kalau ditulis satu-satu maka tampaknya akan menjadi daftar kesombongan. Yang terpenting adalah: apa yang sudah kita kerjakan dengan apa yang kita punya.

So, kembali ke laptop. Apapun yang sudah anda, dan juga saya, niatkan dan lakukan dengan berpuasa, beribadat dan pilgrimate, tidak akan ada gunanya jika anda, dan sudah barang tentu saya, tidak berkeinginan untuk menjadi diri sendiri. Wah, kalau begitu apakah saya yang sebelumnya adalah manusia culas harus tetap culas demi tuuan be my self? JANGAN karena, dengan begitu anda akan menentang kodrat manusiawi anda sendiri. Apa kodrat manusiawi anda? Berbicara, belajar dan berbudaya. Berbicara adalah hal pertama yang membedakan anda dengan monyet. Dengan berbicara proses belajar dapat dilakukan. Inti dari proses berbicara dan, lalu belajar, adalah menemukan keteraturan dan kebaikan dalam hidup. Kedua hal inilah yang membentuk kebudayaan. Jadi, korupsi bukan budaya. Berkelahi bukan budaya. Memaki bukan budaya karena hal-hal ini bukanlah keteraturan dan kebaikan. Louis Leahy mengatakan bahwa Berbicara, Belajar dan Berbudaya adalah La Condition Humaine. Apa hubungannya dengan be your self. Oh amat jelas, hanya dengan la condition humaine maka kita dengan mudah akan memahami jati diri kita, baik sebagai makhluk spesial maupun sebagai makhluk generalis yang berguna bagi sesama. Dengan la condition humaine, saya adalah saya. Anda adalah anda. Ada banyak gunanya. Saya berguna bagi sesama. Andapun demikian. Si rumput tetaplah rumput tak perlu menjadi pohon. Tetapi jadilah rumput yang berguna. Bersukurlah menjadi rumput.

Tabe Puan Tabe Tuan

230 komentar:

1 – 200 dari 230   Lebih baru›   Terbaru»
Anonim mengatakan...

Pertamax! hi hi...

Baca-baca dulu aahh.

-nk-

Anonim mengatakan...

Aaaah... rupanya @bm bicara lagi soal budaya yang ujung-ujungnya adalah kebaikan. Beta terkesan dengan stament ini:

Jadi, korupsi bukan budaya. Berkelahi bukan budaya, Memaki bukan budaya karena hal-hal ini bukanlah keteraturan dan kebaikan. Lousi Leahy mengatakan bahwa Berbicara, Belajar dan Berbudaya adalah La Condition Humaine.

Berpijak pd pemikiran @bm kali ini maka budaya bukan sesuatu yang mati... tetapi 'hidup' yg terus berproses menjadi, mimjem istilah @bm, keteraturan dan kebaikan. Dalam bahasa yg lebih baku, dia berproses menjadi sesuatu yg 'maju' dan 'beradab.' Dus... beta setuju 102% dengan @bm bahwa korupsi bukan budaya karena dia tidak beradab. Memaki dan berkelahi bukan budaya, karena dia primitif.

Tp inilah sedihnya kondisi keindonesiaan kita. Kita gemar korupsi, memaki, kekerasan blah blah... KITA JELAS TDK BERBUDAYA.

Semoga kali ini kita lebih jernih melihat kondisi kekitaan yg terpuruk ini dan mau belajar menjadi manusia yg lebih berbudaya. Apalah arti berpuasa? Apalah arti ke tanah leluhur kalau pd akhirnya tdk mendatangkan kebaikan (baca: budaya)???

Hiikssss...

-nyong kupang-

mikerk mengatakan...

Ada kerisauan besar karena perilaku tidak berbudaya lama kelamaan ditrima sebagai suatu kewajaran yang harus dipahami. Oleh karena itu, kebaikan itu harus tidak boleh bosan-bosan didengngungkan. Sampai kapan? No time limit. Bosan? No boring. Capek? Ya. Tapi saya tidak berhenti kendati nanti tinggal saya sendiri. Eagles fly alone. The old tree still standing

Anonim mengatakan...

membaca komentar KM kali ini, beta teramat tersentuh... beta menangkap kegusaran, frustasi, kejengkelan tp lebih daripada itu, harapan. Ya, harapan. Beta jadi ingat pesan org bijak ini:

Hope is important because it can make the present moment less difficult to bear. If we believe that tomorrow will be better, we can bear a hardship today.

Semoga...

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Ana Sabu posting lagi. Seperti biasa, isi postingnya mantap. Tapi ana Sabu ada sindir orang Rote tuh ha ha ha ha ha.

Beta baca baek-baek dahulu baru kasi komentar. Baca ana Sabu ping osting tuh makin dibaca makin enak dan makin banyak hal yang bisa digali. L makan apa eeee????? he he he (A9ust)

Anonim mengatakan...

Berkelahi bukan budaya? Ah yg beta tau, berkelahi itu ada ilmunya. Separo orang bilang, berkelahi itu ada seninya. Dan harusnya bigmike tau bhw ilmu dan seni itu adalah wujud budaya.

Jadi, yg mabok bigmike atau org yg berkelahi?

(Papa Lelex)

Anonim mengatakan...

Haha ha... Papa ni memang su mabok spt Pa Big M. Perang ju ada ilmu dan seninya. Tapi, Pa Big M pasti maksudnya yg budaya kan ilmu dan seninya, bukan perang to Papa?

=mama lex=

mikerk mengatakan...

Papa lex, mama lex, piring blex, kakarlex he he he he

....cara memahami barang beginian coba mulai pake ilmu principe d'etre....bakal ketahuan mana yang seni mana yang biadab......

Beta mau pi pertemuan alumni IPB, Kupang. Mau ketemu bekas pembimbing di situ. Shalom

mikerk mengatakan...

@ 9ust,

Sonde iko pertemuan alumni IPB ko?

Anonim mengatakan...

Ah, Papa dan mama bertengkar.. Ini jelas bukan budaya menurut Bigmike.

Tp menarik juga menyimak topik pertengkaran mereka. Budaya adalah gagasan, perilaku, dan artefak yg dihasilkan manusia utk maksud mendatangkan kebaikan bagi si pencipta. Dr defenisi ini, mk berkelahi ala kungfu utk membela diri dr ancaman kekerasan bisa tergolong budaya juga. Perang utk mempertahankan kedaulatan bs masuk kategori budaya juga.

Maka ukuran budaya dan bukan budaya, tentunya bukan pd gagasan, perilaku, dan artefak tp pd nilai dibalik itu. Artefak berbentuk Yoni dan Lingga bisa dianggap pornografi krn bentuknya meniru btk alat kelamin manusia.

Hebat juga papa dan mama, yah...

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Wah...wah, @papa lex dan @bigmike sedang mempertontonkan budaya mereka. Apa coba???

Ha ha 100X Lucu mau mati eee

*katawa taguling-guling*

Woooi @mama lex, lu jang korek2 @bm te dia sonde suka mara tp dia pung pengikut dong kadang lebe ke$#m.

*bangun fuik*

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

@ana wilmana,

Mama tartarik dengan statement ini:

Budaya adalah gagasan, perilaku, dan artefak yg dihasilkan manusia utk maksud mendatangkan kebaikan bagi si pencipta.

Maka... gagasan untuk mendatangkan 'kebaikan' sampe 7 turunan dgn mengumpulkan harta, tdk peduli halal atau tidak, apa bisa dikatakan budaya juga? Mama lia ada soal dgn apa itu kebaikan. Coba ana kas jelas apa itu kebaikan!

-mama lex-

Anonim mengatakan...

Wah, mama punya pertanyaan konyol. Apa itu kebaikan? Maka jawabannya kebaikan adalah lawan dari keburukan.

Masak mama ga tau apa itu keburukan?

Ato yg mama maksud, "kebaikan bagi si Pencipta"?

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@ana wilmana

Ana ni kurang ajar ee deng orang tua. Yg mama maksud yang itu sudah.

-mama lex-

Anonim mengatakan...

@ All,

Mempertanyakan apa budaya itu sah-sah saja tapi sebenarnya inti posting bigmike adalah la condition humaine. Budaya hanya hilir dari sekian banyak matra yang ada di hilir. Kalau mau ditelusuri ada banyak percabangan filsafat manusia yang dibuka oleh bigmike dalam postingan ini. LAntas, cara menulis bgmike yang tumpang tindih dan kemampuannya mempermainkan logika dan kata menyebabkan kita bisa memetik, dimana kita ingin memetik.

Sekali lagi, posting yang amat bagus. Salut untu bigmike (Patrice)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Salut untuk ide dan cara menuliskan artikel di posting ini. Referensi Louis Leahy juga sangat bagus. Sayang buku-bukunya sudah sulit dijumpai.

Saya menunggu kelanjutan seri filsafat manusia ini dengan "manusia berbicara". Dahulu saya menunggu evolusi tetapi mngki lebih baik saya menunggu "manusia berbicara" karena dari sini pasti bigmike akan membawa saya, dan pembaca blog ke evolusi juga (Patrice)

Anonim mengatakan...

@ bigmike,

Anda betul soal pekerjaan pertama PNS kita setelah libur panjang yaitu libur lagi. Menggelikan. Berikut saya kutipkan berita dari HU Sinara Harapan edisi hari ini, Senin 6 Oktober 2008.

Hari Pertama Kerja
PNS Masih Banyak Mangkir

Jakarta – Hari pertama bekerja usai libur panjang Lebaran, Senin (6/10) pagi ini masih diwarnai pegawai negeri sipil (PNS) yang terlambat bahkan membolos.
Sementara itu jalan-jalan utama di Ibu Kota mulai dipadati arus lalu lintas seperti di Jalan MH Thamrin – Jalan Jenderal Sudirman.
Pengamatan SH di sejumlah lingkungan kantor Pemda Jakarta, Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi, Bogor dan Tangerang, Senin pagi ini menemukan masih adanya PNS yang datang telat ke tempat kerja. Bahkan, malah ada yang mangkir.
Sejumlah pegawai yang masih terlambat datang. Mereka baru mulai kelihatan masuk ke Balai Kota Jakarta pada pukul 09.20 WIB. Bahkan sebagian datang pada pagi hari hanya untuk bersilahturahmi dan keluar kembali terlihat di sepanjang Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat (Patrice)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Posting yang panjang dan seharusnya melelahkan tapi nyatanya tidak. Capek karena mudik liburan terhapuskan dengan membaca posting ini. Thanx.

Cara membaca yang terbaik terhadap narasi-narasi filsafat manusia yang ditulis bigmike adalah memahami konteks secara kesluruhan yang intinya bisa dilihat di judul tulisan. Betul begitu bigmike? (Nana)

Anonim mengatakan...

@ All,

Al-Quran menyebutkan bahwa tujuan berpuasa adalah untuk menjadi orang bertaqwa. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 183, artinya:

“ Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagai mana yang diwajibkan ke atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa”

Berpuasa dalam gagasan di Alquran dapat menjadikan seseorang hamba Allah bertaqwa kepada Tuhannya jika Ramadhan dilalui dengan tepat dan penuh penghayatan. Kalau bukan begitu caranya, berpuasa di bulan Ramadhan hanya mendapatkan lapar, dahaga dan letih saja, hanya sia-sia belaka.

Nah, taqwa inilah yang menjadi principe d'etre dari Puasa. Jadi, niat berpuasa seharusnya ke situ arahnya (Nana)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Ada sebuah puisi America yang amat dalam maknanya yang bisa memberi gambaran fungsi "rumput" seperti bigmike, saya dan banyak sahabat di sini.

Grass by Carl Sandburg

PILE the bodies high at Austerlitz and Waterloo.
Shovel them under and let me work—
I am the grass; I cover all.

And pile them high at Gettysburg
And pile them high at Ypres and Verdun.
Shovel them under and let me work.
Two years, ten years, and passengers ask the conductor:
What place is this?
Where are we now?

I am the grass.
Let me work.

Wuiiihh, dalam nian makna kata-kata itu dan semua gw dedikasikan untuk bigmkie yang selalu menuliskan kata-kata magis untuk kita-kita //Pritha//

Anonim mengatakan...

Perang adalah pameran kegagahan dan keerkasaan. Apa hasilnya? Kematian, kehancuran, kebencian dan dendam.

Di situlah peranan si rumput yang kecil dan lemah, yaitu menutupi semuanya. Ternyata bigmike betul (you're so smart), rumput ada gunanya. Kitapun pasti banyak gunanya //Pritha//

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Semalam baru balik Jakarta. Capek. Maklum, usia sudah di rembang petang. Selesai sholat saya buka internet dan blog bigmike adalah prioritas.

Seperti biasanya, posting ini amat bagus. Saya sangat menikmati membacanya. Isinya, lagi-lagi, ajakan menuju kebaikan. Tambahan komentar bigmike semakin memperkuat isi tulisan. Puisi dari sahabat muda Pritha juga memperkokoh isi posting.

Bagaimanapun juga, isi posting amat menggoda pikiran dan hati nurani. Thanx (Syamsudin, JKT)

Anonim mengatakan...

@ anakku Neng Pritha yang baik,

Di dalam Al-Qur’an, baik atau kebaikan menggunakan kata ihsan, birr dan ishlah. Kata ihsan (ahsan dan muhsin) bisa dilihat pada firman Allah yang artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya (QS 4:125).

Apa yang dapat disimpulkan terkait dengan isi posting bigmike? Nawaitu dalam berpuasa adalah ihlas menyerahkan diri kepada Allah SWT. Maka, apa yang kita harapkan setelah puasa? Kita memperoleh kebaikan karena puasa memang menuntun kita menuju kebaikan. Apakah saya menjadi lebih baik? Apakah anakku Pritha memperoleh kebaikan? (Syamsudin)

Anonim mengatakan...

@ Pak Syam,

Kebaikan dalam Alquran juga ada dala pengertian birr....Bukanlah menghadapkan wajahmu ke ke timur maupun ke barat itu suatu kebaikan, tetapi sesungguhnya kebaikan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab dan nabi-nabi serta memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa (QS 2:177)....

Dalam konteks QS s:177 itulah pertanyaan bigmike menjadi snagat relevan. Apakah setelah puasa muslimn dan muslimat lebih beriman kepada Allah dan Nabi? berzakat dan menolong? setia dan sabar? Tanpa perubahan-perubahan di atas maka puasa kita adalah puasa yang makruh. Betulkan pak Syam? (Nana)

Anonim mengatakan...

Pritha
Perang adalah pameran kegagahan dan keerkasaan. Apa hasilnya? Kematian, kehancuran, kebencian dan dendam.

Ibu Pritha ne memang pintar mau-mati (banget). Beking beta yg kurang mangarti filsafat, bertanya-tanya. Karmana deng agama yg menghalalkan dan memerintahkan perang? Apa itu bararti agama itu misinya cuma pamer kegagahan dan keperkasaan?

Bapa-Ibu dorang yg pintar-pintar beta harap zonder bingung macang beta... Ko Bapa-Ibu dorang org pintar2 naa...

=mama lex=

Anonim mengatakan...

@ Bigmke,

Ini kesimpulan beta:

1. Ama memang pelajar rumput yang fanatik. Beta catat betul meskipun ama pindah-pindah bidang studi tetapi core keahlian tetap tentang rumput dan komunitasnya yang ada di padang rumput, hutan dan savana. Di peternakan, rumput-rumput asli (native grass) tidak dianggap. Di pertanian, rumput adalah gulma (weeds) sedangkan di kehutanan rumput adalah tumbuhan yang tidak mungkin tumbuh karena kalah berkompetisi dengan pohon. Maka, Rumput adalah kelompok spesies kalah. Tapi faktanya, rumput yang kalah itu adalah mayoritas. Jadi situasinya adalah, ada kelompok mayoritas tapi kalah dan tidak dianggap. Mengikuti jalan pikiran ama, kelompok terbuang ini harus didekati dan dirangkul. Teladan yang ama ikuti dari perilaku Yesus yang merangkul mereka yang kalah. Orang-orang kalah ini tidak dihina tetapi dirangkul dan diberikan harga diri. Beta kira ama sangat konsisten dengan tema-tema seperti ini. Dan beta suka. Beta angkat topi.

2. Ama berbicara tentang la condition humaine. Persis seperti kata Patrice, beta rasa ama selalu punya hiden agenda dalam posting ini. Tapi apapun itu, ama sebenarnya mau bilang bahwa perilaku bicara teratur adalah modal untuk mencapai kemajuan. Ok sir, beta tangkap maksud ama bahwa kebaikan hanya bisa dibagi-bagikan dengan cara yang juga baik. Jikalau ini benar maka, beta tidak setuju jika ama dikatakan mabuk. Tutur bicara ama di blog teratur dan lemah lembut. Inilah kekuatan blog ini. Inilah sebabnya, pembaca blog dtang dari mana-mana dalam jumlah yang banyak. Salut. Lu memang hebat. Tuhan memberkati (A9ust)

Anonim mengatakan...

nk
Tp inilah sedihnya kondisi keindonesiaan kita. Kita gemar korupsi, memaki, kekerasan blah blah... KITA JELAS TDK BERBUDAYA.

Naa beta lia Bapa nk ne juga org pintar. Beking beta bingung juga. Abis, ada agama yg parenta umat dorang maen kekerasan, bunuh, dan perang. Ini agama zonder berbudaya, ko?

Maaf ooo, te beta ni tia2 hari cuma di dapur saa... Jadi kl masi bingung2 na Bapa-Ibu dorang mangarti saa...

=mama lex=

Anonim mengatakan...

Wioo mama,

Lu su gila mangkali... Beta dengar2, org bilang bukan agamanya yg sonde berbudaya, tapi penganut dorang yg salah mangarti.

Mangkanya, lu pi pasar suda... Te kalo beta su lapar ko blom ada makanan, lu kana kosi.

(Papa Lelex)

Anonim mengatakan...

Rumput itu tumbuhan kecil tetapi banyak gunanya maka jika kita tidak mau berbuat baik maka apa kata rumpuuuuuut????? (Binxars)

Anonim mengatakan...

@ Ama Ludji,

Beta sonde pi HA IPB sebab dorag susun epengurusan asal-asalan sa. Paling-paling nanti dipake untuk kampanye SBY. Kan SBY jadi penasihat HA IPB Pusat ha ha ha ha ha (A9ust)

Anonim mengatakan...

dikupang sekarang lagi mode:
"dimana satu atau dua orang berkumpul disitu tentu ada caleg"

caleg seperti lamaran cpns namun dites langsung oleh masyarakat

Anonim mengatakan...

@mama lex

Aduuuh, katong jadi malu mau kas jalas pi mama dong te katong cuman pangkat ana sa. Tp bae, karna @mama su tanya jadi katong kas jalas.

Beta awal setuju dengan pikiran @bm tentang budaya, keteraturan dan kebaikan. Hanya saja bung @wilmana datang dengan statement ini, beta kutip kembali:

Budaya adalah gagasan, perilaku, dan artefak yg dihasilkan manusia utk maksud mendatangkan kebaikan bagi si pencipta.

Buat beta, bung @wilmana membawa permenungan tentang budaya, keteraturan dan kebaikan ke level yg lebih dalam. Apa itu keteraturan? Apa itu kebaikan? Beta kira bung @wilmana hendak katakan ini juga dalam komennya itu. Relatif!

Beta kira diskusi akan lebih menarik jika kita bs bahas ini. Kalau memang didunia ini ada yg namanya kebaikan, dari mana asalnya? Siapa sang pencipta kebaikan sejatinya? Bagaimana mengukur/menguji kebaikan yg banyak versinya. Case in point kebaikan versi agama yg menyuruh membunuh org kafir. Apa ini kebaikan?

Kira-kira begitu. Terakhir, posisi saya sudah jelas dari dulu. Saya tdk menganut paham relatifisme. Dus, sama dengan budaya, ada kebaikan unggul dan kebaikan kalah.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

bukan agama yang menyuruh perang tetapi orang yang salah menafsirkan agama yang mengangkat perang.

perang salib siapa yang duluan, apa itu juga tidak kejam,?pembantaian nasi apa itu juga bukan oleh orang-orang yang beragama? pembantaian pki itu oleh orang yang ateis?

Anonim mengatakan...

@anonim

Beta kira lu org yg sama dgn yg kasi komentar di posting bawah. Who cares... tp beta tertarik dgn statemen lu ini:

perang salib siapa yang duluan, apa itu juga tidak kejam,?

Lu mau bilang perang salib adalah perang atas nama Tuhan ko?? Kalau betul, lu baca sejarah do bae!

pembantaian nasi apa itu juga bukan oleh orang-orang yang beragama?

Lu mau bilang Hitler org Kristen ko??? Mama eee, lu sudah kehilangan sense of history

Semoga beta salah ambil kesimpulan. Maap eee.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

Binxars
Rumput itu tumbuhan kecil tetapi banyak gunanya maka jika kita tidak mau berbuat baik maka apa kata rumpuuuuuut?????

Pa binx inga lagunya Ebiet? Ini beta kasi penggalannya: ... coba kita bertanya pada rumput yg bergoyang

Cocok, kan?

-mama lex-

Anonim mengatakan...

anonim
bukan agama yang menyuruh perang tetapi orang yang salah menafsirkan agama yang mengangkat perang.

Tuan, ini beta ada katumu di blog ini kiriman dari sahabat @Faridz:

QS. At-Taubah: 29:

“Perangilah oleh kamu sekalian orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya, dan tidak beragama dengan agama yang haq (Islam), yaitu dari orang-orang yang diberi Al-kitab kepada mereka, hingga mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.”


Ada juga yg senada, coba Tuan cek saja:

perangilah oleh kamu sekalian di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu. Dan janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidaklah menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS.Al-Baqarah: 190)

“Dan bunuhlan mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusir kamu” (QS. Al-Baqarah: 191)

Nah Tuan, di atas tu cuma cth sa yg kebetulan beta katumu di sini. Jadi karmana, masih ngotot bukan agama yg suruh umat dong angkat senjata ko pi perang bunuh orang?

-mama lex-

Anonim mengatakan...

@bigmike

Wah rupanya puasa telah membawa perubahan besar pada sobat bloger, buktinya Pak Syam, Nana, neng pritha dll sudah bisa memilih mana sahabat bloger dan mana syetan perusuh, provokator, yg kerjanya cuma ngajak bertengkar melulu, yaahh moga-moga ini dipertahankan terus.

anjing mengonggong kafilah jalan terus!!, yang menggonggong pasti capek sendiri sip hahahahaha!

kacian deh lu!!

(budi)

Anonim mengatakan...

@bigmike

Tolong perhatikan komem2 yang mengadu kambing, kalau dirasa keterlaluan (menghina agama lain ) sebaiknya di drop saja! memalukan!! benar2 memalukan!

katanya berprinsip kasih! tapi meyebarkan kebencian!!
M E M A L U K A N

(BUDI)

Anonim mengatakan...

Saya tdk setuju kalau komen mama lex dihapus. Mengapa? Karena ini kesempatan ada pencerahan dari teman-teman atas ayat2 yg sebenarnya ditulis Faridz diblog ini yg di'lolos'kan oleh bm sendiri. Tp saya bisa kira kalau nanti reaksi thd mama lex berbeda dgn reaksi kita thd faridz diwaktu lalu. (alex)

Anonim mengatakan...

Woe mama, jangan2 lu sdh kena sawan dari si wahabian Faridz. Kalo sonde mangarti artinya, na jang asal kutip komen si Ustad. Nanti dia kirim pasukan timpuk lu pung rumah baru tau rasa.

Lu lia Pa budi deng Pa BUDI (dorang bukan org yg sama krn cara tulis nama beda) su olok deng lu. Sadiki lai lu su kana kosi dari bigmike gara2 laporan Pa BUDI (yg huruf kapital).

Lu pung komen deng Ustad Faridz pung di posting laen terancam dihapus. Krn yg beta tau, bigmike ju meda'u dg Pa BUDI, tu...

(Papa Lelex)

Anonim mengatakan...

@ dear all,

Blog ini emang asik banget. Ada yang tajam, mengharukan, menggetarkan dan menghanyutkan (bigmike), ada yang K3 (kasar keras konyol) (NK, KD look, KK look, Wilmana, semua lex-lexan, eman), ada yang tua-tua nekat (Syam), ada yang euforia banget ke bm (Pritha cs), ada filsuf mabuk (Proxy73...eh...ente kemane? kok blon balik mudik?), ada penggemar musik yang mabuk (MR JM). Lah, gw tergolong nyang mane? Gw hit en run aja deh he he he he.

BTW, blog ini lengkap kap kap kap kap. Best blogger dech. Bravo bigmike (Erick)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Lagi-lagi posting yang amat sangat bagus. GW kutip sebagai quote of the day, yaitu ........rumput tetaplah rumput tak perlu menjadi pohon tetapi jadilah rumput yang berguna....sumpe deh...quote yang orisinal nggak kalah ma quote-quote yang udah ada. Bravo bigmike (Erick)

mikerk mengatakan...

Hua ha ha ha ha, mama lex, papa lex, papa lelex.....berani adu pedapat dengan BUDILEX ko?????.....ha ha ha ha....pusing sudah ....ha ha ha ha

mikerk mengatakan...

Pritha: puisi yang amat bagus. Saya suka. GBU

pak Syam, kang Nana, sobat Patrice, bung Eric, ....good comments. GBU

Sobat A9us: kesimpulan yang bagus. Mantap. GBU

Pak Budi, ...komen dari brother-brother itu memang "agak gila" tapi sonde perlu dihapus karena ya ....gilanya itu ....ha ha ha ha. GBU

Bother-brother:harap bantu beta ...pasti su tau beta pung maksud... he he he he. Oh iya, kata berkelahi menurut KUBI berkonotasi negatif dan harus dibedakan dengan seni bela diri (martial arts) GBU

Silakan terus berdiskusi

mikerk mengatakan...

Dear Pritha, Binxar dan A9ust, & all

Bagi saya, selalu menyenangkan berbicara tentang rumput. Tumbuhan dari kelompok Gramineae atau Poaceae ini terbukti merupakan tumbuh-tumbuhan yang paling banyak spesiesnya di muka bumi ini. Tumbuh paling dominan di planet bumi. Sayang sekali, karena tampilan fisiknya yang kecil, kerdil dan kurang gagah, rumput sering dianggap sepele.

Bayangkan, orang bisa berdiri terpaku menatap candi borobudur yang megah itu sambil sama sekali tidak perduli rumput yang tumbuh di sebelahnya. Bahkan tumbuh persis di bawah telapak kakinya. Candi yang megah dan bersejarah itu memang dahsyat untuk dilihat dan dinikmati. Tetapi apakah ada kehidupan dalam candi itu? Orang mungkin tidak sadar bahwa di dalam satu individu rumput yang kecil dam lemah itu terdapat paling kurang 4 proses dasar kehidupan, yaitu fotosintesis, respirasi, absorbsi dan translokasi senyawa-senyawa metabolisme. Hanya dalam hitungan sepersekian detik, radiasi surya hasil ledakan nuklir di inti matahari itu, telah diubah oleh si rumput kecil menjadi c6h1206 + o2 + h2o + senyawa-senyawa metabolisme primer maupun sekunder lainnya. Lalu, bahan-bahan inilha ang diteruskan kepada makhluk hidup lainnya. Sapi makan rumput. Saya makan daging sapi. Suatu proses yang belum bisa dibikin oleh manusia dan mesin-mesin ciptaannya. DAHSYAT bung. DAHSYAT.

Kawan A9ust benar sekali ketika menulis bahwa bagi sebagian kalangan rumput adalah makhluk kurang terhormat yang wajib dibasmi bahkan dengan menggunakan herbisida yang beracun itu. Rumput adalah gulma. Rumput adalah pengganggu. Harus dienyahkan. Mengenaskan banget nasib si rumput. Tahukah pasukan apa yang paling elite di dalam dunia kemiliteran. Ya, pasukan komando. Kopassus di Indonesia. SAS di Inggris. Green Berret di Army USA. Navy Seal di US Navy. Apa tugas pasukan-pasukan ini? Mereka adalah pioner dalam menduduki teritori musuh. Sebelum pasukan induk yang besar datang, adalah pasukan khusus yang bertaruh nyawa demi pijakan awal teritori. Itulah fungsi rumput, yaitu sebelum tanaman lain hadir dalam komunitas vegetasi, tanaman rumput adalah green berretnya. Dia hadir dalam komunitas baru, lalu hasil penguraian dead bodynya menjadi bahan organik dan nutrisi lainnya dalam tanah yangbtidak tererosi, sekaligus penciptaan iklim mikro yang memungkinkan hadirnya tumbuhan lain yang lebih kompleks. Oh, besar sekali jasa si rumput. Sayang sekali, jika kopassus begitu dihargai maka rumput mudah sekali dilupakan jasa-jasanya. Rumput jarang dihargai secara semestinya.

Melihat nasib rumput dan "pembelaan" saya terhadapnya maka secara jujur harus saya katakan bahwa, jangan pernah anda meremehkan satu makhluk hidup. Sejelek apapun rupa dan tampilannya. Itulah sebabnya saya bukan penganut paham budaya kalah dan budaya menang. Kebaikan kalah dan kebaikan menang. Budaya adalah budaya. Kebaikan adalah kebaikan. Mengapa? karena tiap makhluk hidup pertama-tama adalah diciptakan spesial. Mungkin ada banyak kurannya tetapi, yakinlah, pasti ada sesuatu yang berguna darinya karena Allah tidak mencipta tanpa ada gunanya. Mungkin budaya yang dihasilkan si unik itu tidak cocok dengan budaya rata-rata populasi tetapi budaya itu cocok untuk si unik. Si Eskimo yang berbudaya pakaian tebal jangan kita paksakan untuk memakai baju renang G-String model terbaru keluaran rumah model nomer 1 di kota Milan dan Paris. Mungki hanya si Eskimo yang terbiasa dengan gaya berpakaian seperti itu dan tidak match dengan budaya rata-rata yang lebih elegan tetapi budaya itu berguna di tmepat si unik Eskimo itu. Anda masih ingat Adolf Hitler? Apa kesalahan terbesar si Adlof? Adalah ini: menganggap budaya yang inheren dalam individu dan lingkngn rasa Arya adalah budaya unggul sementara budaya lain adalah budaya jorok dan kalah. Anda tahu apa sebutan bagi si Adolf? Contoh paling telak dari penghargaan yang harus diberikan bagi si unik dan spesial, meskipun menurut ukuran rata-rata si unik adalah buruk datang dari Junjungan saya. Yesus Kristus yang tahu betul siapa si "ular" dan apa pendapat rata-rata orang tentang si ular. Toh Yesus mengakui bahwa ada nilai lebihnya dari si ular, yaitu kecerdikannya. Dan kita diminta meniru kecerdikan itu.

Jadi, 1 makhluk hidup bukan sekedar angka statistik. Ada jejak Pencipta di dalamnya. Ada jejak Allah di dalamnya. Apa anda pikir Allah tidak mampu menciptakan semua makhluk secara seragam? Apakah anda pikir Allah tidak mampu memciptakan 1 jenis kebudayaan saja sehinggga yang eksis hanya budaya menang? Mengapa DIA membiarkan adanya beraneka makhluk. Membiarkan adanya beraneka budaya? Membiarkan adanya si kaya dan si miskin? membiarkan adanya si bodoh dan si pintar?

Jawabnya adalah ini: agar semua saling melengkapi.

Anonim mengatakan...

wooiiii nk

apa yang bung @wil bilang bahwa teologi yang ada itu sudah cukup beta rasa itu benar, cuma tinggal orang mengerti dengan baik dan mau menerapkannya dengan benar contohnya opini yang ada di koran suara pembaharuan yang ditulis pdt andar ismael tentang pertemuan iman dan budaya judul opini "nasi kuning buat dewi sri" itu juga hasil penelitian yang sudah cukup lama dari dewan gereja dunia dan sudah terekomendasi oleh dgd.
isinya kira2 begini:
Dewi sri dapat diterima sebagai suatu hubungan kosmis bagi org kristen jawiwetan namun kekuatan itu tetap berada dibawah kuasa YK sebagai yang utama. Hal tersebut merupakan refleksi dari pengakuan gereja mula-mula seperti dapat dilihat dalam Kolose 1:15-18
15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,
16 karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
17 Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.
18 Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.

Pancasila sebagai utopis itu terlalu kasar tapi Pancasila selain merupakan simpulan dari seluruh nilai luhur yang ada dalam bangsa indonesia juga Pancasila memuat tentang cita-cita bangsa Indonesia (masyarakat adil dan makmur)...
Untuk mencapai cita-cita tentu perlu proses, dan dalam proses tentu ada pasang naik dan pasang turun. Seseorang yang masih dalam perjalan dari tk1 ke penfui tapi baru sampai di walikota tentu belum bisa disebut bahwa dia tidak sampai ke penfui.
Pertanyaan: apakah di barat yang mengagungkan demokrasi sudah mencapai demokrasi yang ideal? atau barat yang mengagungkan keadilan (HAM) sudah mencapai keadilan yang ideal? Apakah Anti Ras sudah dapat dihilangkan... (amerika dengan negro dan india bahkan sekarang arab, australia dengan aborijin) saya pikir belum tapi semua masih dalam proses...

Selasa, 07 Oktober, 2008

Anonim mengatakan...

Wooooi @anonim

Wah rupanya lu masih bertahan dengan status 'tanpa nama.' Baiklah, beta sonde peduli siapa lu tp gagasan lu menarik untuk dipertanyakan.

Pertama, dan ini pokok diskusi katong dua, beta lia lu su sonde bantah bahwa kritik terhadap indonesia sonde perlu pake standar barat karena pake nilai-nilai luhur pancasila sendiri jelas Indonesia terpuruk. Jadi si tukang kritik sonde parlu lu cap melulu pake standar barat.

Kedua, tentang teologi, beta terima lu pung opini walau beta tetap beropini bahwa teologi ala barat yg beking katong suka cap budaya dan agama asli nusantara kafir perlu ada perubahan. Perlu ada pembaharuan. Perlu ada pembebasan, paling tdk ada pembebasan pola pikir dan gaya penginjilan.

Ketiga, kalau premis argumen lu bahwa hidup ini ada naik turunnya maka lu harus paham dulu bahwa dalam realitas hidup tdk ada jaminan bahwa sesuatu yg turun akan naik kembali. Semuanya tergantung. Tergantung apa? Beta tara usu bertele-tele ttg hal ini karena lu pasti mengerti. Tp beta titip pelajaran sejarah ini untuk lu renung2 batul ko sonde yg beta omong. Peradaban Romawi dulu jaya raya. Sekarang apa? Mati! Peradaban islam bisa sampai kuasai eropa, sekarang apa?

Lanjut... analogi indonesia sedang berjalan dari dari tk1 ke penfui adalah proses maju linear. Dus, tdk cocok dgn argumen dasar lu sendiri, hidup ini naik turun atau ambil kata maju mundur. Apa iya Indonesia, dari tk1 mau ke penfui, sudah sampe di walikota? Atau dari tk1 ke penfui, Indonesia sakarang ada di baun yg artinya bukan maju ke tujuan tp mundur jauh ke baun. Contoh yg paling gampang sa. Kalau kemajuan sebuah masyarakat diliat dari lampu listrik jalan, maka tahun 80an kupang lebih terang. Lampu2 jalan manyala tp baru-baru beta pulang, kota kupang gelap. Apa iya kita sedang jalan maju sampe ke walikota? Lu jawab sendiri sa.

Tentang barat yg lu sindir agung2kan demokrasi tp toh masih jauh dari sempurna, beta setuju 1001%. Tp bukankah hukum alam (baca: hukum Tuhan) bilang begitu, di dunia ini tdk ada yg sempurna? Tp disini pula letak bedanya antara timur dan barat. Di barat hukum Tuhan ini dimaknai sebagai cambuk untuk terus-menerus berusaha menjadi lebih baik. Hari ini ke bulan, besok ke planet mars, besok lagi ke pluto. Dus, kemajuan itu gak ada limit nya. Oohh Maha Agung Hukum Tuhan itu kan!

-nyong kupang-

Selasa, 07 Oktober, 2008

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Anda benar-benar GURU. Ayahanda anda almarhum, Pak Robert, anda juluki sebagai Sang Guru Tua. Saya ingin menyebut bigmike sebagai Sang Penerus Guru.

Anda menulis tentang rumput yang nobody dan tidak dihargai sebagai somebody. Anda mengulas begitu rupa bahwa dalam nobody yang terabaiakan ada jejak Tuhan. Anda tutup uraian anda secara SPEKTAKULER dengan 2 frasa:

1. yang ada dalam posting: ...si rumput tetaplah rumput tak perlu menjadi pohon tetapi jadilah rumput yang berguna. Bersykurlah menjadi rumput.

2. yang ada dalam komentar: Semua yang diciptakan, dan oleh karena itu ada, semua diperlukan. Mengapa semua diciptakan berbeda?....AGAR SEMUA SALING MELENGKAPI.....

JUJUR: bigmike setara dengan Goenawan Mohammad. GM mungkin porasis terbaik di Indonesia tetapi jangan lupa itulah keahliannya. Bigmike menjadi prosais dahsyat padahal bigmike cuma: ahli kehutanan. So, jangan mau dengan status nobody tetapi malulah kalau sebagai nobody yang tidak berguna. SAYA KAGUM (Eman, CN, Oebufu)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Biasanya saya mengagumi bigmike. Kali ini, dalam Tuhan Yesus, saya jatuh cinta kepada Bigmike sebagai sesama Anak Terang karena begitu kuatnya karakter Kritianinya meski, menurut hemat saya, Bigmike adalah Indonesinist sejati.

Bigmike benar bahwa rumput tidak boleh dipandang sebelah mata. Di dalam Alkitab, tepatnya di dalam I Petrus 1:24 tertulis:

.....Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur,......

Perhatikan baik-baik:
1. semua yang hidup seperti rumput.
2. bunga rumput adalah simbol kemuliaan.
3. Jagalah rumput agar tetap segar karena rumput yang layu dan kering akan mengugurkan bunga. Ketika iman mu layu, kemuliaan pu akan gugur.

Apakah ada yang masih mengabaikan rumput? Shalom (Esther, Surabaya)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

sebagai tambahan informasi saya kutipkan juga I Petrus 1:24 menurut versi terjemahan tahun 1870,

......Karena "segala kaadaan manoesia itoe saperti roempoet djoega dan segala kamoeliaan manoesia pon saperti boenga roempoet; maka roempoet itoe lajoelah kelak dan boenganja pon goegoerlah;"......

(Esther)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Quote of the day: (mikerk))Tuhan menciptakan perbedaan agar semua saling melengkapi. LUAR BIASA (Syamsudin)

Anonim mengatakan...

O o o o, komentar bigmike yang mungkin akan lebih baik jika dibuat sebagai posting. Amat bagus. Sayang jikalau hanya komenetar (A9ust)

Anonim mengatakan...

@ mike,

Isi blog semakin menunjukan kematangan berpikir. Excellent. Kemarin di Wellington, NZ (kebetulan beta ada di sana) anak-anak Indonesia di sana berbincang-bincang tentang asal usul Gadjah Mada. Katanya percakapan itu terinspirasi posting dalam blog orang Kupang. I thought, it's must be you ha ha ha ha.

Maju terus mike, tongka naek kitong pung kepala te orang Kupang jadi malu gara-gara peringkat pendidikan no 32 dari 33 propinsi di Indonesia JBU (Paul, Bdg)

Anonim mengatakan...

Wah, dua hari ini saya gak nongol krn sibuk. Saya ingat msh punya PR utk @mamalex yaitu: Ato yg mama maksud, "kebaikan bagi si Pencipta"?

Juga ada nukilan saya yg disimpulkan @nk sbb: Buat beta, bung @wilmana membawa permenungan tentang budaya, keteraturan dan kebaikan ke level yg lebih dalam. Apa itu keteraturan? Apa itu kebaikan? Beta kira bung @wilmana hendak katakan ini juga dalam komennya itu. Relatif!

mama dan @nk,

Begini bicara relativisme ini menarik. Tp sy tdk suka berpanjang kata krn scr empiris byk org percaya hanya Tuhan yg absolut. Krn itu, nukilan sy ttg budaya di atas sbtlnya tdk beda dg bigmike bhw suatu gagasan, ato perilaku, ato artefak br disebut budaya jika ukurannya jelas yaitu, "kebaikan".

Lu mau berkelahi kek, lu mau membunuh kek, mau menjarah kek, bahkan berperang sekalipun kalo bukan utk kebaikan, jgn klaim itu sbg budaya. Tapi mama bertanya, apa itu kebaikan?

Bg kaum agama dg truth claim doctrine, kebaikan cenderung subyektif. Ini malah dianggap berpotensi mendatangkan ketidak-baik-an. Krn itu kaum humanis bikin patokan kemanusiaan mis HAM. Belakangan kaum ekologis mempopulerkan patokan yg lbh luas mencakup keutuhan ciptaan. Msh byk lagi patokan kebaikan ala kelompok2 masyarakat tertentu. Saya jadi bingung mau ikut yg mana. Makanya, sy jwb si mama dg ringkas sj, pokoknya tdk mendatangkan keburukan alias tdk menyelesaikan masalah yg ada.

Sekarang bigmike bikin 'konklusi' seolah-olah kebaikan itu ukurannya kesempurnaan yg diperoleh dr 'saling melengkapi'. Ini bisa diterima dg catatan kurangi ato malah buang jauh2 subyektifitas yg nampak dlm berbagai bentuk truth claim doctrine.

Selama msh ada yg mengklaim diri paling benar sendri di dunia ini. Lalu klaim diri punya kewenangan bertindak sendiri-sendiri, yaa repot. Rumput2 juga lama2 bakal memberontak. Kritik dunia thd amerika bersumber dr mslh ini. Sy liat ini pula yg mjd dsr kritik si mama dg mengutip ayat2 sucinya @Faridz.

Ok, sy mau pergi ngajar workshop di proyek jln tol bogor ring road dulu.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Pa Will ne rupanya org pintar juga... Bapa su batul, tu... Tp yg beta sindir sebetulnya si Papa... Menurut beta, dia tu sonde lebe bae dari beta. Malah banya hal beta lebe canggi dr dia.

Tapi lagaknya di ruma macang ke Tuhan Allah, saa... Pokonya dia yg musti benar... Naa yg lebe celaka, benar ato tida, ukuran dia cuma satu, OTOT. Batong protes sadiki, paitua kosi... Ana2 dong sadiki ba kanjar deng dia, pasti kena falungku...

Bae suda, moga2 Pa Will sonde sama ke beta pung paitua di ruma...

-mama lex-

Anonim mengatakan...

Kebetulan msh OL.

Thx, mama. Got your point as a papa juga di rumah. Moga2 @BUDI yg doyan hapus2 komentar mama, jg baca dan ngerti maksud mama.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Posting yang menyentuh. Tak per;u takut untk menjadi diri kita karena tiap kita ada gunanya. Bukukan tulisan di blog. Kalau jadi dibukukan, kami di komunitas CN berencana bertemu BM, saya akan borong buku kumpulan tulisan BM di blog ini. GBU (Sherly, CN, Oebufu)

Anonim mengatakan...

@ Mbak Esther,

Ada juga ayat Alkitab yang sesuai dengan posting bigmike, yaitu dari Yesaya 43: 4:

.....Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi
engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa
sebagai ganti nyawamu.....

Bersukacitalah dan bergembiralah karena Anda sangat berharga!
Terpujilah nama Tuhan (Sherly)

Anonim mengatakan...

Woooee mama,

Ternyata lu ada sindir beta, ko? Nene moyang... Awas eee lu brani2nya beking malu beta di muka umu bagini. Lu tau to budaya di rumah. Siap2 saa te lu pulang dr pasar, jurus2 kungfu martial arts suda tersedia. Tinggal dilayangkan saa, beres suda.

Kecuali kalo lu sujud minta maaf, baru beta batalkan permainan jurus silat ala Wiro sableng.

(Papa Lelex)

Anonim mengatakan...

Mas BUDI,

Beta setuju deng Mas. Kastau bigmike ko biar dia hapus komentar mama yg beking Mas deng beta malu saa di sini.

Eh, Mas BUDI sama deng beta juga, ko? Kitong di ruma mmg suka maen papoko deng bini ana dong. Yah, kitorang kan hanya meneruskan budaya warisan orangtua dorang. Di kupang rata2 Bapa2 dorang mmg begitu, Mas. Itu budaya ko, bukan?

(Papa Lelex)

Anonim mengatakan...

@BM
sekali lagi tulisan yang menyentuh. Beberapa sahabat sudah mengulas cara pandang mereka menyangkut tulisan @BM dan untukku apa yang aku dapat dari tulisan @BM adalah Jadilah diri sendiri, karena setiap diri punya potensi masing-masing.
Jadilah diri yang memiliki kepribadian menarik di mata manusia dan di mata Tuhan.(Adek)

Anonim mengatakan...

Bersyukurlah....

Jika anda tinggal di rumah yang baik, memiliki cukup makanan dan dapat membaca… anda adalah bagian dari kelompok terpilih.

Jika anda bangun pagi ini dan merasa sehat.. anda lebih beruntung dari jutaan orang yang mungkin tidak akan dapat bertahan hidup minggu ini.

Jika anda tidak pernah merasakan bahaya perang, kesepian karena dipenjara,kesakitan karena penyiksanaan, atau kelaparan.. anda berada selangkah lebih maju dibandingkan 500 juta orang di dunia.

Jika anda dapat menghadiri pertemuan politik atau keagamaan tanpa Merasa takut akan dilecehkan, ditangkap, disiksa, atau mati.. anda beruntung, karena lebih dari 3 milyar orang di dunia tidak dapat melakukannya.

Jika anda memiliki makanan di lemari pendingin, baju-baju di lemari pakaian, dan memiliki atap yang menaungi tempat anda beristirahat.. anda lebih kaya dari 75% penduduk di dunia ini.

Jika anda memiliki uang di bank, di dompet, dan mampu membelanjakan sebagian uang untuk menikmati hidangan di restoran.. anda merupakan anggota dari 8% kelompok orang-orang kaya di dunia.

Jika anda mampu menegakkan kepala dengan senyuman dibibir dan merasa benar-benar bahagia… anda memiliki keistimewaan tersendiri, karena sebagian besar orang tidak memperoleh kenikmatan tersebut.

Jika anda dapat membaca pesan ini…… anda baru saja menerima karunia ganda, karena seseorang memikirkan anda, dan anda jauh lebih beruntung dibandingkan lebih dari 1 milyar orang yang tidak dapat membaca sama sekali Semoga anda menikmati hari yang indah ini.

Hitunglah karunia keberuntungan anda, dan sampaikan hal ini kepada orang lain untuk mengingatkan bahwa sebenarnya, kita adalah orang-orang yang sangat beruntung.

Dengan bersyukur, anda akan lebih menikmati hidup yang hanya sebentar ini.

Maka jadilah pribadi yang senantiasa bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan seperti kata @BM dalam tulisannya... Saya adalah saya. Anda adalah anda. Si rumput tetaplah rumput tak perlu menjadi pohon. Tetapi jadilah rumput yang berguna. Bersyukurlah menjadi rumput.(YR,Jkt)

Anonim mengatakan...

@ YR,

Wah, puisi, atau prosa tuh, yang amat bagus. So, memang kita harus mampu bersyukur atas rakhmat kurnia-Nya tiap hari bukan?

Dalam ayat 7 surat Ibrahim sbb : [14:7] Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. ....

Maka, memang bigmike betul, dengan terlebih dahulu bersyukur, apapun kita: rumput, jagung, pohon or whatever maka Allah SWT akan menambanambahkan nikmat bagi kita. YR, anda top deh. Salam kenal ya (PM, Mega Kuningan)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

POSTING YANG MENUSUK NURANI. Kita kadang-kdang kelebihan ambisi untuk menjadi menejer ini dan itu, ngeliat orang laen naek mobil, kita juga kepnacing untuk pengen ini dan itu lalu nawaitu kerja kita adalah kesenangan duniawi. Lupa bersyukur.

So, saya mau bersyukur bahwa tahun ini masih bisa puasa. Tahun ini masih bisa lebaran bareng keluarga. Tahun ini masih bisa dapat THR. Oh, amat banyak nikmat dari Allah SWT. Thanx bigmike buat postingannya. Keep on posting (PM)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Pertama dikenalin sama teman, saya langssung menyukai blog ini. Blog yang ditulis oleh seorang ilmuwan yang nasionalis meski tetap religius. Sala kenal.

Dalam khasanah Hindu di Bali, kata bersyukur adalah "Astungkara" yang maknanya adalah berteriam kasih kepada Tuhan atas keadaan selamat sejahtera yang kita miliki saat ini. Lantas, kerelaan mengucap syukur setiap hari itulah yang akan disebut sebagai kebahagiaan.

“Bersyukurlah karena kita dilahirkan sebagai manusia. Sarasa­muscaya menyebutkan: Di antara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah yang dapat melak­sanakan perbuatan baik ataupun buruk; leburlah ke dalam perbuatan baik segala perbuatan yang buruk itu, demikianlah gunanya menjadi manusia. Karena itu, syukurilah lahir menjadi manusia, meskipun kelahiran yang tidak sempurna. Lahir menjadi manusia sungguh utama, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan samsara, lahir dan mati berulang-ulang, dengan jalan berbuat baik. Maka, syukurilah kehidupan ini, dan hanya orang bersyukur merasakan kebahagiaan. Astungkara, kita lahir sebagai manusia, bukan dilahirkan sebagai jelati.”...(Setia, Denpasar)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Ada yang terlupa. pada kalimat: Astungkara, kita lahir sebagai manusia bukan dilahirkan sebagai JELATI...

Jelati artinya cacing. Apakah itu berarti saya menghina cacing. Saya tidak bermaksud demikian. Maksud saya adalah, sebagai manusia kadang-kadang kita merasa kurang ini dan itu lal berusaha, bila perlu secara curang, menjadi kaya atau mendapat artha tidak dengan dharma.

Kata-kata jelati tersebut menjadi terkenal karena merupakan bagian dari Geguritan, sajak yang dilagukan. Geguritan itu ditulis dalam aksara Bali kuno di atas sehelai kertas lusuh. Penulisnya adalah almarhum Jro Mangku Polos, seorang transmigran dari Pulau Nusa Penida, Bali, sekitar 1950. Perjalanannya begitu berat menuju tanah pengharapan baru di Pulau Sumbawa, setelah didera kemiskinan di tanah kelahirannya (Setia, Denpasar)

Anonim mengatakan...

Posting dan komentar kali agak spesial buat saya karena sebagai penulis -bm- yg punya 'budaya' diam, tdk menulis pandangannya dalam kolom komentar, kali ini menulis panjang lebar 'membela' si rumput dan "menolak" pandangan saya yg tdk meyakini relatifisme budaya, kebaikan, dll. Walau tdk menyebut nama, dgn siapa dia berbeda, cukup jelas @bm menolak pandangan saya itu yg sudah terbuka sejak lama dan ditolak di forum ini. Fakta saya dan @bm berbeda pendapat ini saya teramat welcome.

Beta hargai pandangan @bm yg disampaikan secara baik dan santun walau beta harus katakan sekali lagi, tdk bermaksud berdebat, bahwa kita masing-masing punya hak beropini tp tdk berhak atas fakta realitas hidup ini. Budaya lisan yg dahulu kita punya toh akhirnya kita tinggalkan juga karena kita sadar ada 'kebaikan' dalam budaya menulis. Ramai-ramai bikin blog dan ramai-ramai pula menjadi komentator blog. Semua ini agar pikiran, pandangan serta rasa kita tertulis tdk hilang dimakan waktu. Sejarah pun mengajar kita ttg hal ini. Rancangan, arsitek, ilmu bangun Candi Borobudur yg megah itu yg dibangun oleh anak-anak nusantara sendiri hilang dimakan waktu karena budaya lisan. Dus, budaya selalu berubah menjadi lebih baik, lebih teratur dan lebih beradab. Semua ini selaras dgn 'Hukum Alam' bahwa diatas langit ada langit. Kebaikan yg kita punya sekarang bisa jadi kita tinggalkan dihari esok karena di hari esok karena ada kebaikan yg lebih baik. Kadang kita bertemu sendiri kebaikan itu, tp sering kita belajar dari org lain yg sudah lebih dahulu menemukan kebaikan itu.

Perkara rumput dan falsafatnya yg disampaikan teman-teman disini, buat saya terlalu abstrak. Bersyukur. Bagaimana cara bersyukur yg benar? Apa sekedar memanjat doa, 'oh Tuhan terima kasih saya hari ini diberi makan?' Menjadi diri sendiri? Apa artinya? Membaca hikayat @bm dalam posting2 sebelumnya, kalau ingin jadi diri sendiri, mungkin hari ini dia belum jadi Doktor. Dia yg sekarang adalah mengikuti keinginan ayahandanya. Bahkan menurur cerita @bm sendiri, alm. ayahanda pernah mengusir dia dan hanya boleh pulang ke rumah setelah mendapat gelar S3. So... menjadi diri sendiri, apa maknanya?

Perkara kebaikan, asyik dibicarakan tp teryata dalam realitas hidup tdk banyak yg tahu dari mana asalnya dan bagaimana menguji sebuah kebaikan. Bung @wilmana saja bingung.

Bg kaum agama dg truth claim doctrine, kebaikan cenderung subyektif. Ini malah dianggap berpotensi mendatangkan ketidak-baik-an. Krn itu kaum humanis bikin patokan kemanusiaan mis HAM... Msh byk lagi patokan kebaikan ala kelompok2 masyarakat tertentu. Saya jadi bingung mau ikut yg mana...

Kalau kebaikan agama cendrung subjektif, maka apakah bung @wilmana mau katakan kebaikan yg objektif adalah kebaikan versi humanisme yg sekuler? Dari mana nilai-nilai kebaikan HAM ala barat itu? Coba bung @wilmana cek sejarah, agama atau sekuler!

Kesimpulan beta sementara, memang enak bicara falsafat tp kadang, bahkan sering, kita tdk tahu aplikasinya dalam realitas hidup ini. Begitu? Silahkan anda jawab sendiri! Beta bersyukur kalau ada yg mau bagi ilmunya disini.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Saya akan menuliskan petikan Gegurita dimaksud berikut ini,

Sangsarane nemu gelang/pada mangutahan jelati/sampun napak tegak segara/kapal cenik kapal kayu/yeh pasihe menek membah/pada dingin/jam empate ring ampenan

Artinya,

Penderitaan sudah lengkap/semuanya memuntahkan cacing/sudah mendekati tegak lautan/kapal kecil kapal kayu/air laut masuk meninggi/semua kedinginan/jam empat sampai di Ampenan

Dua puluh tahun setelah menggarap tanah di Lunyuk, Sumbawa, kelompok Jro Mangku Polos baru merasakan hasil jerih payahnya. Ketika tanaman sayur mulai hidup, ternak makin banyak, dan senyum mulai tampak. Lantas diciptakan sebuah Geguritan lagi,

Ceritane malih limbakang/sejarahne gumigrasi/ngubuh celeng pada rata/celenge luh muani/siape liu gati/Turing cicing pada liu.

Artinya,
Kisah kembali dibeberkan/sejarah transmigrasi/semua sudah memelihara babi/babi jantan betina/ayam banyak/anjing pun makin banyak

Ternyata, meneurut Jro Mangku Polos, baik dalam suka maupun duka, dia dan kelompoknya selalu mengucapkan Astungkara. Bersyukur. (Setia, Denpasar)

mikerk mengatakan...

@ Sahabat Setia dri Denpasar,

Selamat datang di blog ini. Blog yang biasa-biasa saja dan sebenarnya tidak istimewa-istimewa amat. Hanya sarana saya belajar untuk menulis dan berperilaku.

Terima kasih atas sumbangan pikirannya. Saya tidak punya sesuatu untuk dikomentari tentang komentar sahabat Setia. Saya terima sebagai informasi baru. Saya punya perspektif baru di sini.

Sekali lagi, selamat datang dan mari kita bersahabat

mikerk mengatakan...

@ NK,

Saya sedang menyiapkan bahan kuliah untuk sore nanti yang kebetulan salah satu mahasiswanya adalah DTN...ha ha ha...dia sering kena "mainkan" dalam kelas ha ha ha ha

1. Saya memang cenderung diam tetapi "saya belajar" bahwa kadang-kadang dengan diam arah ercakapan sering melantur tidak karuan dan orang-orang saling memaki ini dan itu. NK termasuk yang sering terlibat dalam maslaah itu. SO, saya memang akan diam tetapi, seperti janji saya, jika arah percakapan mulai "berbelok" maka saya akan masuk kolom komentar dan memainkan peranan sebagai nakhoda.

2. Apa yang berbelok, dan oleh karenanya saya perlu masuk dalam kometar? Cuplikan-cuplikan komentar yang antara lain mengutip lagi kawan Faridz. Juga ada komentar yang saya rasa akan membelokkan arah posting dari hikayat si rumput ke arah percakapan tentang kekerasan dalam dan oleh agama. Lain kali kita bicarakan itu, Sekarang ini sebaiknya tidak. Situasi tidak pas. Semua baru saja saling besilahturahmi, jangan dahulu diajak bertengkar. Kita boleh berbincang apa saja tetapi hendaknya perbincangan dilakukan secara terarah. Fokus. Di mana arah fokus? Pelajarilah tema utama dalam posting. Perhatikan pula arah yang diberikan oleh moderator.

3. NK benar bahwa kita memang berbeda pendapat tentang budaya kalah dan budaya menang. Tetapi tidak seluruhnya anda benar dalam "menebak" jalan pikiran saya. Saya mulai dari posisi saya berdiri, yaitu saya terlahir sebagai orang Indonesia suku Sabu dan tnggal menetap di Kupang. Itulah saya, apakah "kelas" tergolong rumput atau pohon. Tidak perduli, yang penting bersukur dan berbuat sesuatu yang baik. Apakah samua budaya yang ada di Kupang adalah hal terbaik? Hampir pasti ada yang baik ada yang kurang baik. Saya mau menggunakan yang baik dan membuang hal-hal yang kurang baik. Dari mana ukuran kebaikan itu? Anda membuat dikotomi religi dan sekuler. Saya tidak. Bagi saya, Tuhan menciptakan semua bahkan, setan-setanpun adalah ciptaan Tuhan. Truth claim, saya lakukan. Tetapi ukuran mana yang saya pakai? Dari mana sumbernya? Allah Pencipta. Dari mana saya tahu bahwa ini dan itu adalah maksud dari sang Pencipta? apakah dari Holly Script? Yes. Tapi tidak hanya itu karena ALLAH tidak dapat dikurung dalam HS. HS memberikan dasar pijakan yang kuat dan kokoh bagi saya agar saya tidak terjatuh dan dari tempat berpijak yang kokoh itu saya melayangkan mata dan pikiran ke mana-mana saja to search a new frontiere. Kebaikan itu menghampiri kita setiap hari melalui Holly yang lain yaitu, Holly Spirit. Allah itu sendirilah, yang mungkin sekarang berada tepat di samping saya yang sedang mengetik di laptop, yang menjadi panduan saya menemukan kebaikan. Bagaimana bisa tahu bahwa kebaikan adalah kebaikan? Ukurannya adalah keteraturan karena Allah tidak serampangan. Bagaimana kita bisa membedakan sesuatu itu teratur atau tidak? Dari proses belajar.

4. Kisah "pengusiran" SGT terhadap saya. Nah, di sini sekali lagi NK salah menebak jalan pikiran saya. Dahulu saya tidak mau s3. Be my self. Tetapi karena belajar. SGT yang mengusir adalah narsumber belajar. Usiran adalah metode pembelajaran. Maka, berangatlah saya untuk bersekolah. Apakah sesudah kembali sekolah saya menjadi jahat? Saya pikir tidak. Maka, hal baik inilah yang saya yakini sebagai kebaikan yang diberikan HS melalui usiran SGT serta comelan promotor + penguji dan dalam suatu proses pembelajaran. Dahulu saya sama sekali buta kenop di depan komputer. Tetapi karena proses belajar, maka sekarang saya punya blog yang , paling kurang, tidak memalukan. Apakah blog saya berisikan barang perkara kejahatan? Apakah saya menebar ideologi kejahatan? Saya pikir tidak. Sekali lagi, saya bisa bertemu kebaikan melewat serangkaian proses yang disebut belajar.

5. Ini konciannya (pinjam istilah sahabat Proxy73): NK perhatikan baik-baik postingan saya, bahwa ada 3 hal dasar dalam la condition humaine. BERBICARA, BELAJAR DAN BERUDAYA. Dalam filsafat manusia, 3 hal itu menunjukkan urutan proses. Pertama, anda harus berbicara. Ada paling kurang 6 elengkapan manusiawi yang anda dapatkan dengan berbicara. Kedua, anda belajar. Dengan belajar anda akan memiliki puluhan bahkan, kata sebagai ahli, ribuan kompetensi. Akhirnya, dengan beraneka kompetensi yang anda miliki sebagai hasil belajar maka anda memilii kemampuan untuk mensintesa budaya. 3 proses perkara ini bersifat dinamis dan iteratif. Alhasil, anda tidak akan memiliki budaya yang statis.

Dalam kerangkai pikir di atas maka jika saya ditanya, siapa I my self? jawabnya adalah ini, mikerk, anak SGT dan AS, orang Indonesia Suku Sabu menetap di Kupang dan selalu bersemangat untuk terus berbicara, belajar dan berbudaya sampai batas saya tidak bisa lagi.

6. Jika begitu maka, saya tidak percaya budaya kalah dan menang dalam pengertian subordinasi. Mengapa? karena kebudayaan adalah daya karsa manusia kreatif dan dinamis untuk hidup sejahtera. Sepanjang budaya yang dihasilkan di lokus tertentu membuat manusia pembentuk budaya tersebut hidup teratur dan sejahtera, apa soalnya?. Soal nanti mereka melihat bahwa ada kemungkinan perubahan budaya karena ada tawaran keteraturan dan kesejahteraan yang lebih baik biarkan proses pembelajaran yang berperan.

Jadi, sebenarnya agak keterlaluan, jika NK berteriak dari kejauhan bahwa INDONESIA BERBUDAYA CULAS. INDONESIA BERBUDAYA KALAH. INDONESIA CUMA KUPANG. Mengapa saya katakan keterlalauan? Karena dengan mengatakan begitu, NK sudah menjatuhkan palu godam bahwa orang Indonesia sudah tidak mampu berpikir, tidak mampu belajar dan tidak mampu mensitesa budaya baru. NK juga sudah mereduksi begitu rupa sehingga Indonesia hanya Kupang. Betulkah begitu? NK renungkan baik-baik. Tidak usah terburu-buru bereaksi karena raksi yang terburu-buru sering membuat kita terpeleset dan menjadi rtanda orang yang tidak mau belajar. Proses belajar itu tidak terjadi sekejap mata. Ada proses yang memerlukan waktu. Nah, dalam proses belajar, bertanya adalah hal yang wajar. Menuduh dan memancing pertengkaran, jangan. Dalam proses belajar juga diperlukan kerendahan hati untuk menerima informasi-informasi baru. Jika setiap informasi dhadapi dengan semangat defensif maka yang terjadi adalah situasi dola-dali. Istilah dola-dali (berdolah-dalih) sebenarnya menunjukan perangai arogan karena selalu menganggap benar pernyataannya sendiri seolah-olah kesalahan harus milik orang lain. Cirinya adalah ketika percakapan dipaksakan untuk membuat orang lain terdiam lalu ketika diam maka anda tertawa-tawa bangga bisa mendiamkan orng lain padahal mungkin anda rugi karena informasinya yang benar tidak anda pakai. Akibatnya, sindroma katak dalam tempurung biasanya akrab dengan manusia dola-dali. Tetapi saya heran, kok ada yang menikmati sebutan itu dan menganggapnya sebagai kebanggaan he he he he

Tentang Indonesia, budaya, pancasila, good governance seang saya siapkan bahan untik diposting sekali waktu nanti.

mikerk mengatakan...

Dear Wilmana,

...Sekarang bigmike bikin 'konklusi' seolah-olah kebaikan itu ukurannya kesempurnaan yg diperoleh dr 'saling melengkapi'....

Hat-hati karena kalimat itu bisa diartikan bahwa saya sudah membuat konklusi seperti itu.

Untuk dapat memahami jalan pikiran saya sebenarnya tidak susah: lihat kembali track record poasting saya dan pelajari baik-baik intisari setiap posting saya. Beberapa hal Wilaman silakan baca komentar saya terhadap NK di atas.

Yang ingin saya tambahkan adalah: setelah melalui proses belajar yang paling canggih sekalipun, kita tidak akan pernah menjadi malaikat yang maha tahu. Saya tahunya cuma ilmu tentanng perlindungan hutan, kebakaran, ekologi savana, padang rumput dan sejensinya. Yang lainnya, pelajari perlahan-lahan. Karena pengetahuan kita tidak sempurna maka kita memerlukan orang lain untuk melengkapi pengetahuan kita. Kita memerlukan sesama dan sebaliknya mereka juga memerlukan kita. Cara terbaik untuk mendekati sesama adalah dengan kerendahan hati.

Dengan itupun pada hakekatnya kita belum sempurna. Maka kita memerlukan penyempurnaan terus menerus oleh sang Maha Sempurna yang bisa menghampiri kita setiap saat dengan keadan-keadaan baru. Situasi-situasi baru. Sanga Maha Sempurna? Ah, Wilmana pasti tahu persis

Anonim mengatakan...

@bm, terima kasih atas responnya walau disana-sini beta rasa ada "kosian" halus, hi hi. Yang pasti, sama spt saya yg salah dalam menebak jalan pikiran @bm, @bm pun ada salah menebak jalan pikiran saya. Ini wajar karena manusia tdk mampu membaca pikiran manusia yg lain, paling top menebak, dan jika salah menebak maka ada klarifikasi, lalu dialog, lalu sepakat atau sepakat untuk tdk sepakat. Dus, kalau ini kita lakukan, maka tuturan kata saya tdk perlu ditangkap bahwa org Indonesia tdk mampu berpikir dan belajar tanpa permintaan klarifikasi sebelumnya. Khusus ttg statement saya itu, saya sudah berulangkali membuat klarifikasi bahkan meminta maaf jika sudah terlanjur memberi kesan negatif. So... kalau masih dirasa bak palu godam, maka saya tdk bisa berbuat apa-apa lagi.

Oke... beta tdk ingin berdola-dalih tp ingin meresapi poin-poin dan menikmati 'kosian' yg sudah @bm sampaikan. Begitu saja dan terima kasih.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

bigmike
Hat-hati karena kalimat itu bisa diartikan bahwa saya sudah membuat konklusi seperti itu.

Mgkn sy tdk berhati-hati, tp rasanya sy tdk bermaksud begitu. Makanya sy pake frasa "seolah-olah".

Bg saya, nukilan 'saling melengkapi' dr bigmike adalah suatu solusi utk menuju kesempurnaan kehidupan yg berbudaya. Entah nanti benar2 bs sempurna, itu urusan nanti. Itu jg mjd alat bukti adanya kebaikan sbg ukuran budaya yg disintesakan setelah melalui proses yg bigmike bilang, berbicara (kok sy lbh C7 dg "bergagasan") dan belajar.

Dari bergagasan dan belajar, manusia mensintesa beragam budaya sesuai kebutuhan di lokusnya msg2. Faktor lokus inilah yg menimbulkan adanya keragaman budaya. Dlm konteks keragaman ini, sy melihat ada benarnya juga apa yg dibilang oleh @nk ttg budaya kalah vs budaya menang (kok sy lbh C7 dg budaya unggul). Apalagi faktanya mmg begitu.

Cthnya, leluhur org sabu yg dari india ternyata dtg dg budaya yg lbh unggul dan ahirnya mendominasi budaya org sabu hingga saat ini. Kl proses dominansi itu tjd scr asimilasi yg alamiah, mk sy kira ini juga sejalan dg pendapat bigmike, soal nanti mereka melihat bahwa ada kemungkinan perubahan budaya karena ada tawaran keteraturan dan kesejahteraan yang lebih baik biarkan proses pembelajaran yang berperan..

So @nk, saya liat yg 'dikosi' oleh bigmike bukanlah substansi dr apa yg anda ajukan, tp lbh kepada form-nya. Kl anda org akuntansi tentu ngerti ini. Ato org hukum bilang, yg dikritik bigmike bukan materialnya, tp acara/prosesnya. Kl mamalex di pasar bilang, bukan esensinya tp caranya yg dikritik.

Yg hrs diingat adalah, substance dan form dua2nya penting. Papa Lelex bilang, maksud baik tapi kalo caranya bikin jengkel, apalagi pake gaya bahasa aneh2, mk hasil akhirnya bisa berantakan.

Itu saaa...

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Bung @wilmana,

Perhatikan komentar saya jauh diatas -komen urutan 2- saya katakan:

...budaya bukan sesuatu yang mati...tetapi 'hidup' yg terus berproses menjadi, mimjem istilah @bm, keteraturan dan kebaikan.

Artinya apa? Artinya budaya 'tercipta' melalui proses pembelajaran, filtering, sintesa dll! Sdr tdk perlu ambil contoh budaya India yg mendominasi pulau Sabu hingga saat ini, dari premis argumen diatas saja sudah jelas bahwa ketika melalui proses pembelajaran dll maka perilaku lama ditinggalkan dan masyarakat 'welcome' perilaku baru yg dianggapnya lebih baik. Mengapa begini? @bm benar ketika dia bilang:

...saya tidak percaya budaya kalah dan menang dalam pengertian subordinasi. Mengapa? karena kebudayaan adalah daya karsa manusia kreatif dan dinamis untuk hidup sejahtera.

Seperti komen saya diatas, jauh sebelumnya, ketika saya memunculkan istilah budaya kalah, terakhir ketika berdebat dgn bung @eman, saya katakan ini. Siapapun anda, mau kulit putih, hitam, hijau, hidung mancung pesek, manusia dimanapun, berbudaya apapun, punya aspirasi yg sama, INGIN YG LEBIH BAIK.

Jadi mungkin, ini hanya sebuah tebakan, @bm tdk 'kosi' substansi yg saya ajukan karena sebagai pemilik blog pasti dia baca argumen saya terdahulu.

Soal form yg beking jengkel, mungkin betul... bukan mungkin lagi tp betul saking seringnya mendapat terguran, hi hi. Baiklah, karena saya sudah sering ditegur maka sudah saatnya saya berhenti berperan antagonis. Toh dunia ini hanya panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah.

Eeeh... tp bukankan masyarakat Indonesia teramat gemar sinteron lantaran ada yg berperan sebagai si 'jahat'?

-nyong kupang-

mikerk mengatakan...

@ NK,

Saya baru selesai kuliah di mana salah satu peserta kuliah adalah dh11rk he he he he....KKN.

Salah tebak pikiran mungkin terjadi tapi, saya tidak meng "kosi". Cuma mengingatkan. Intinya adalah, jangan terlalu cepat memberikan atribut kepada sesuatu tanpa pengetahuan yang mendalam dan veriabel yang pas. Penyakit lama di antara dhrk adalah terlalu cepat memberikan stereotip, percaya bahwa stetreotip itu tidak bisa dirubah sampai Yesus datang kembali dan....akhirnya membangun stigme buruk.

Soal salah tebak, mungkin untuk 1 snapshot bisa terjadi tetapi ada yang harus diingat bahwa ada kebiasaan berulang dari NK yang saya catat baik-baik sejak pertama kali masuk ke dalam blog. Secara metodologis, kebiasaan yang berulang akan memudahkan orang untuk meramal. Itulah fungsi statistika. Itu pula yang baru diterangkan kepada dh11rk dkk.

Apa itu keberulanagan yang saya maksudkan? Saya akan membiarkan NK untuk menemukan dan merenungkan sendiri. Berbicara sudah banyak. Sekarang perbanyaklah berpikir. Lantas, mari kita bangun budaya yang lebih baik yang bisa dimulai dri rumah kita.

mikerk mengatakan...

@ Wilmana,

Ada yang serius. Kalau mau tampak matang dalam berpikir, biasakan masuklah ke dalam perasaan orang. Dengan cara itu, akan banyak empati kepada orang lain.

Contoh sudah di depan mata, apapun frasa yang dipakai oleh Wilmana, dalam hal ini, seolah-olah, hal itu adalah pikiran Wilmana. Bukan pikiran saya. Cara terbaik adalah: tanyakan kepada saya jika masih kurang jelas.

Itupun baru 1 snapshot. Ada "keberulangan" reaksi yang menurut perpekstif Wilmana mngkin baik, tetapi tidak bagi orang lain. Karena di dunia ini, kita tidak hidup sendiri maka berempati kepada orang lain adalah salah satu metode, bahkan seni, dalam proses berbicara, belajar dan berbudaya.

Sekali lagi, sama juga terhadap NK, tidak ada "kosian" di sini. Mau mengikuti saran saya, itu baik. Jika tidak, ya tidak apa-apa.

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Salam kenal. Saya baru dikenalin temen soal blog ini. Ayal-ayalan saya coba membuka dan membaca isi log. Bersukurlah menjadi rumput. Hmmm...saya menemukan keterpukauan yang persis seperti saat saya membaca caping (catatan pinggirnya Goenawan Mohammad - Tempo). Saya mencoba lagi beberapa dan saya pusutskan mem-bookmarking" blog ini.

Saya kesini secara anonim tapi ada e-mail yang sudah saya kirim langsung ke alamat e-mailnya bigmike. Oh iya, saya mendapat alamat blog dan alama e-mail dari, ngakunya, pembaca setia blog, yaitu (nama pop up aja deh) Proxy73. Ada titp pesan bahwa doski belum mau gabung meski tiap hari membaca blog. Masih mau nyari batas-batas emosional dahulu. Ada-ada ajah.

Saya masih mencari buku Louis Laeahy tentang la condition humainae belum ketemu tapi saya sudah embaca novel klasik yang ditulis oleh Andre Malraux (1933) dalam judul yang sama. Saya enggak tahu apakah bigmike pernah membaca buku ini tapi saya melihat kesamaan niveau antara isi buku dan "semangat" serta pembelaan - mungkin lebih tepat pemberontakan - bigmike terhadap orang-orang kecil (dengan idiomatic rumput - ini suatu kecerdikan bigmike).

Nah berikut in saya ingin mengutipkan "caping" yang pernah dibuat oleh GM dan dimuat di MBM Tempo - guna mengajak kita membandingkan gaya GM dengan gaya BM sekaligus membuktikan omongan saya - sekaligus mengajak memahami narasi beturan budaya persis seperti esensi percakapan antara BM bersama beberapa sahabat blog (Imaviandhari - Somewhere)

Anonim mengatakan...

@ All,

Salam kenal untuk komunitas blog ini. Saya Isma. Selamat menkmati Caping GM berikut ini. Cobalah membuat perbandingan gaya menulis antara GM dan BM (Ismaviadhari)

Anonim mengatakan...

Shanghai

Catatan Pinggir oleh GM


Shanghai: sebuah kota yang dilecut. Gedung-gedung menyeruak ke langit seperti berlomba untuk dapat tempat, atau nama, atau masa depan. Arsitektur seakan-akan dipesan mendadak; deretan bangunan itu tampak tegang, riuh, tak jarang sumbang. Dari distrik Waitan (orang Inggris menyebutnya “The Bund”), dari boulevard sepanjang Sungai Huangpu, orang akan terkejut, atau tertawa geli, melihat di seberang menara TV “Mutiara Timur” mencuat penuh ambisi hampir 500 meter — kaku, berpucuk runcing dan agresif, mirip jarum suntik yang dibikin besar untuk mencocok awan.

Modernitas selalu tergoda kecepatan, terbujuk hasrat menjulang dan dengan agresif menjangkau. Tapi tak berarti dengan langkah bergegas itu baru sekarang Shanghai masuk ke dalamnya. Riwayat kota dari abad ke-11 ini berbeda dari kota Asia yang lain. Setelah Perjanjian Nanking di tahun 1842, setelah Cina terdesak karena kalah dalam Perang Candu, negara (dan modal) Barat mendapatkan wilayah dan hak-hak khusus di kota itu. Mereka membawa yang baik dan yang buruk dari dalam yang “modern”, yang belum pernah ada sejak Dinasti Sung.....(to be continued)

Anonim mengatakan...

Asosiasi pialang saham terbentuk pada 1898. Pasar Modal Shanghai 1904. Kini bangunannya konon tiga kali lebih besar ketimbang Pasar Modal Tokyo, dan tak mengherankan bila ia bisa jadi episenter sebuah gempa kapitalisme: Selasa yang lalu Indeks Gabungan pasar modal kota itu turun hampir 9 persen, dan di seluruh dunia saham pun berjatuhan.

Shanghai sebuah kekuatan tersendiri tampaknya; ia sejarah blasteran besar. Sejak dulu orang hidup dengan “budaya Yangjingbang”, kata yang diambil dari nama kali yang kemudian diurug jadi jalan, tanda wilayah yang dikuasai orang asing. Dengan kata lain: di sini hidup manusia liplap. Tak urung, mereka yang membenci ketidak-murnian itu menyebut Shanghai “Cabo Asia”.

Tapi sifat itulah yang membentuk dinamika dan tragedinya.....(bersambung)

Anonim mengatakan...

Dalam novel Andre Malraux yang termashur itu, La Condition Humaine, (“Keadaan Manusia”, terbit 1933, dengan latarbelakang Shanghai tahun 1926), dinamika dan tragedi itu berpadu pada pembrontakan. Tokoh Tchen dan Kyo Gisors orang revolusioner (dengan kata lain: modern) yang hendak mengubah masyarakat Cina jadi adil, tapi gagal. Tchen, sang teroris, tewas ketika mencoba meledakkan bom bunuh diri; Gisors, si pemimpin pembrontak, tak hendak menyerah dan menelan racun.

Novel Malraux menampilkan Shanghai sebagai latar “manusia”. “Cina” adalah bagian dari yang humaine itu. Bersama Tchen dan Gisors, ada Baron De Clappique, seorang Prancis penjudi; May, isteri Kyo, seorang Jerman. Dengan kata lain, pembrontakan itu sebuah perlawanan “anak semua bangsa” yang tanpa tapal batas. Dengan kata lain, perlawanan itu tak mengindahkan wilayah manusia yang dipagari tapal batas secara palsu. Itu agaknya yang membuat novel Malraux klaustrofobik: hampir seluruh kejadian berlangsung di ruang-ruang tertutup. La Condition Humaine tak menggambarkan jalanan, sungai, taman, dan unsur lain lanskap kota Shanghai. Semua itu – yang seharusnya merupakan ruang bersama – tak relevan karena tak lagi bisa buat bersama.....(bersambung)

Anonim mengatakan...

Kini gambaran Malraux itu tentulah tak berlaku lagi, meskipun orang asing tetap terpisah: para “expat” tinggal di wilayah Hongqiao dan Gubei yang mahal, setelah orang Cina yang miskin digusur. Shanghai 2007 tak akan berontak. Kota yang di tahun 1960-an menembakkan salvo pertama “Revolusi Kebudayaan” itu – yang mengganyang habis para penempuh “jalan kapitalis” — kini kembali memanggil modal dari mana saja. Menara IBM dan menara Passat tegak mencolok dan 25 lebih perusahaan multinasional buka cabang di Shanghai (hanya 11 di Beijing). Penduduk ramai-ramai berjudi di pasar modal yang mereka sebut du bo ji, mesin berselot penadah uang.

Setelah “Revolusi Kebudayaan” gagal, setelah Mao terpacak seperti dewa yang jauh, “budaya Yangjingbang” dilanjutkan “budaya Xingbake” – nama sebuah usaha kopi Shanghai yang meniru Starbuck. Tapi lebih dari di masa lalu, bahkan merk blasteran itu dikalahkan merk asli yang justru milik asing. Tahun lalu Hakim Lu di Paradilan Rakyat menganggap pengusaha “Xingbake” menjiplak secara tak sah Starbuck. Orang lokal itu didenda 62 ribu dollar ....(bersambung)

Anonim mengatakan...

Kini “keadilan” memang tak selamanya menguntungkan yang lemah; “keadilan” tak selalu sama dengan “pemerataan”. Dan di situlah soalnya. Shanghai dilecut modernitas tapi dihantui sejarahnya, ketika “pemerataan” (semangat Revolusi Mao) identik dengan “keadilan”. Jika hal ini tak menimbulkan bentrokan besar, itu karena orang tak bebas berbicara dan berpolitik – seraya ingat betul sisi lain masa lalu: protes dan pergolakan bisa amat destruktif......(bersambung)

Anonim mengatakan...

api dilema itu tetap: tiap pertumbuhan ekonomi yang pesat dibarengi ketimpangan sosial yang berat. Cina 2007 membantah kesimpulan Mahbub ul-Haq. Tiga dasawarsa yang lalu, pakar ekonomi itu mengatakan bahwa pembangunan sosialis Mao yang mendahulukan “pemerataan” lebih bisa membuat perekonomian tumbuh ketimbang cara India yang “borjuis”. Kini ceritanya terbalik. Perekonomian Cina tumbuh spektakuler sampai 9%, ketika, seperti ditunjukkan laporan Akademi Ilmu-Ilmu Sosial, 10% keluarga terkaya memiliki lebih dari 40% asset swasta, sedang 10% yang termiskin hanya menikmati kurang dari 2% kekayaan total. Menurut Bank Dunia, koefisien Gini di Cina tahun 2005 – yang mengukur jarak antara si kaya dan si miskin – lebih tinggi ketimbang India. Juga ketimbang Indonesia.....(bersambung)

Anonim mengatakan...

Mungkin inilah la condition humaine kini: di dunia yang tak mau melarat lagi, orang harus menjawab pertanyaan sulit “neo-liberalisme”: bagaimana “pemerataan” dicapai tanpa intervensi Negara? Tapi bagaimana intervensi Negara tak menimbulkan korupsi dan kesewenang-wenangan?

Di episenter gempa kapitalisme, di mana pertanyaan itu belum terjawab, saya bayangkan sebuah kawah. Di dalamnya bergolak magma kegelisahan yang entah akan jadi apa. (Selesai)

Anonim mengatakan...

Nah, silakan membandingkan dua orang ini GM dan BM. Saya tidak tahu dengan komentar anda tapi untuk saya - ada keterpukauan yang sama terhadap cara dan ideologi yang ada di dalam kepala 2 penulis ini.

Thanx Proxy73 (emang mau gw nyebutin nama elooo???? he he he he he. Nggak lah) (Ismaviandhari)

Anonim mengatakan...

Kuitpan di atas berasal dari - ~Majalah Tempo Edisi. 02/XXXIIIIII/05 - 11 Maret 2007~ - (Isma)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Adalah sebuah lagu tua yang mula-mula dnyanyikan oleh Tom Jones, penyayi asal Walespada tahun 1966. Kemudian pada tahun 1967, Joan Baez menyanyikan dalam versi aslinya, yaitu country folk. Tahun 1968, penyanyi legendaris Johny Cash juga merekam dalam versinya sendiri. pada tahun 1975 Si Raja Rock & Roll, Evis Presley, menyanyikannya kembali dan laris manis. Dan terakhir, pada tahun 1977, kenny Rogers menyanyikannya dalam versi, yang bagi sebagai kalangan, yang terindah.

Apa nama lagu indah dan fenomenal itu? Green Green Grass of Home. Yuups, sebuah lagu tentang kerinduan pada "home", yang bukan cuman "house". Simbol itu adalah Grass. Rmput. Maka, betul sekali, bersyukurlah menjadi rumput. Tidak gemilang tetapi dirindukan.

Saya kutipkan lirik lagu tersebut sebagai hadiah untuk bigmike yang telah mempersembahkan banyak sekali psotingan yang amat menawan hati (Widyanto, KG)

The old home town looks the same,
As I step down from the train,
And there to meet me is my mama and my papa.
Down the road I look, and there comes Mary,
Hair of gold and lips like cherries.
It's good to touch the green, green grass of home.

The old house is still standing,
Though the paint is cracked and dry,
And there's the old oak tree that I used to play on.
Down the lane I walk with my sweet Mary,
Hair of gold and lips like cherries.
It's good to touch the green, green grass of home.

Yes, they'll all come to see me,
Arms reaching, smiling sweetly.
It's good to touch the green, green grass of home.

Then I awake and look around me,
At the four gray walls that surround me,
And I realize that I was only dreaming.
For there's a guard, and there's a sad old padre,
Arm in arm, we'll walk at daybreak.
Again, I'll touch the green, green grass of home.

Yes, they'll all come to see me
In the shade of the old oak tree,
As they lay me 'neath the green, green grass of home.

Anonim mengatakan...

# Bigmike,

Dosen ilmu rumput memang harus "membela" rumput. Pak penelitian sudah dimulai tadi pagi. Kita coba bel pak mMike tetapi tidak bisa masuk. Pak bisa melihatnya di rumah pak JJA (Sony)

Anonim mengatakan...

oh iya pak, Fimbristylis cymosa tergolong graminenae atau teki-tekian (Cyperaceae) pak? (Sony)

Anonim mengatakan...

bigmike
Contoh sudah di depan mata, apapun frasa yang dipakai oleh Wilmana, dalam hal ini, seolah-olah, hal itu adalah pikiran Wilmana.

Saya setuju bhw utk memahami lbh baik, perlu masuk dalam pikiran org lain dan sy sdh berusaha lakukan itu. Istilah 'seolah-olah' sy pake utk menggambarkan keragu-raguan saya dlm upaya membaca (masuk ke dlm) pikiran bigmike. Kl itu dianggap tdk berempati, sy bs terima krn itu wajar saja. Membaca pikiran orang lain adalah proses yg cenderung spekulatif. Tdk ada rumusan standar baku yg bs memastikan akurasi membaca pikiran org lain. Kemarin sy berhasil mengikuti pola pikir bigmike, sekarang agak ngaco, wajar saja kan? Dan syukurlah bigmike yg dulunya pendiam, skrg lbh aktif meluruskan. Trims.

Mengenai 'kosi' ini istilah @nk thd kritikan bigmike. Istilah 'kosi' mmg terkesan kasar dan negatif, tp sy bs maklum. Mgkn msh ada rasa traumatis akibat pengalaman dia di "abad2 kegelapan" wkt di kupang dulu. @A9ust jg suka mengingatkan @nk mengenai hal ini. Tp. moga2 sy tdk keliru lg mengartikan 'pesan' @nk ini. Ntar dibilang ga berempati. He he he...

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

nk
ketika melalui proses pembelajaran dll maka perilaku lama ditinggalkan dan masyarakat 'welcome' perilaku baru yg dianggapnya lebih baik.

Saya setuju sekali. Seringkali masyarakat hanya MENGGANGGAP suatu nilai budaya lbh baik, pdhl blom tentu benar2 baik. Biasanya lalu nyesel stlh dpt pengalaman buruk dg nilai baru yg diadopsi. Lalu, bhs penghiburannya, 'inilah harga dr pembelajaran'.

Tp sy kira @nk jgn berhenti dr substansi dikotomi budaya unggul vs budaya tdk unggul. Krn itu sdh sejalan dg Steven Covey yg mempopulerkan konsep budaya unggul. Bhw manusia selalu belajar utk mjd lbh baik, sy setuju, sbgmn dlm budaya olahraga ada adagium kuno: citius, altius, fortius.

Tapi fakta budaya adalah soal kepelbagaian yg artinya tdk stop pd kata budaya saja, tapi budaya ... (budaya apa). Krn itulah Covey pencipta 7 Habits yg terkenal itu lalu merumuskan budaya unggul yg membedakan satu jenis budaya dr ragam budaya lainnya.

(Wilmana)

mikerk mengatakan...

Hoooiii, Wilmana, karena sakit, saya hari ini tidak ke kantor. Minum obat. Tidur dan...tongkrongin blog. Jang macam-macam hi hi hi hi......

Ada 3 hal berkaitan dengan 2 komentar terakhir:

1. Keaktifan saya sangat terkait dengan "gelombang samping laut sabu" yang menerpa kapal yang bernama " blog bigmike". Si penimbul gelombang hanya menimbulkan riak, tugas sang kapten adalah tetap mengarahkan kapal agar selamat sampai Sabu. Kalau gelombang tenang maka pasti kapten akan tenang. Melihat perilaku saya maka seharusnya "pembuat gelombang" cepat bisa merasa bahwa ada sesuatu yang tidak biasa sehingga saya terpaksa harus lebih aktif.

Ya, demi kedewasaan maka saya meminta "pembuat gelombang" untuk mempraktekkan habits ke 5 dari Covey, yaitu Seek First to Understand, Then to be Understood - cobalah memahami sebelum dipahami.

Nanti kalau riak gelombang menjadi lebih tenang saya akan kembali tidur-tiduran dan minum teh tarik. Hmh...nikmaaaat.

mikerk mengatakan...

Hal k 2:

Fakta-fakta yang ada di sekitar kita sifatnya selalu 2, yaitu deterministik dan non-deterministik.

Jumlah mata manusia adalah 2 Lebih dari 2, disebut ab-normal. Hal ini disebut deterministik. Wilmana hari ini akan tiba di rumah tepat pukul 6 sore. Bisa tepat begitu tetapi bisa pula meleset. Tergantung jam berepa boss kantor mau Wilmana pulang, Jakarta macetnya di mana, maitua wilmana masih meinta wilmana belanja apa di mana. Ada banyak faktor yang membuat jam 6 mnjadi relatif. Hal ini disebut non-deterministik.

Nah, menduga pikiran manusia masuk katogori yang mana? Silakan dijawab. Tapi saya mau bilang begini, yaitu untuk perkara pasti yang tidak pasti atau tidak pasti yang pasti itu selalu ada 2 cara, pertama, jalan suprantural. Maka, biarkan mama lauren, mbah dh3rk, dh1 rk, dh6rk beraksi. Cara kedua, estimasi ilmiah melalui pendekatan sebaran peluang dan setersunya. Saya dididik dan mendidik diri untuk bekerja melalui cara kedua ini. So, menduga piiran orang lain selalu bersifat spekulatif dan memiliki gaalat. Tetapi dengan bantuan metode ilmiah tertentu, galat dapat diperkecil dan kita ada di dekat ketepatan. Metode ini yang saya pakai untuk mengatakan bahwa....hei hati-hati...kapal agak goyang karena riak gelombang terlalu besar sedangkan pepara penumpang malah bertindak mengguncang kapal.....jang macam-macam...he he he he

mikerk mengatakan...

hal ke tiga,

Saya suda membaca 7 habits nya Covey, sekarang sudah menjadi 8 habits dengan ditambahkannya Vocation ke dalam 7 habits yang sudah ada sebelumnya.

Saya tidak menemukan frasa yang menunjukan bahwa Covey berbicara tentang "budaya" unggul dan "budaya kalah". Dia berbicata tentang habits. Meski mirip-mirip, kedua hal itu berbeda, Habits is habits. Budaya is budaya. Dalam terminologi Covey sendiri, habit dipahami sebagai paradigma, yaitu lensa atau peta (alat) untuk melihat wilayah. Kebudayaan, adalah seluruhnya itu, yaitu lensa, peta, dan wilayah.

Covey berbicara tentang berpikir menang/menang sebagai cara unuk mendapatkan keuntungan bersama. Dia tidak berbicara tentang budaya menang. Introduksi indah dari Covey adalah bagian dari proses pembelajaran di mana covey sebagai narasumber. Dalam la condition humaine, belajar adalah proses yang diperlukan untuk mensitesa budaya-budaya baru. Maka, anda, saya, orang amerika, orang jawa, orang sabu, sebaiknya terlibat dalam proses pendidikan itu lalu menemukan sendiri implementasi habist yang sesuai dengana kebutuhan mereka. Win/Win solution di USA, kemungkinan besar akan berbeda dengan Win/Win Solution di Sabu.

Yang menarik dari Covey adalah, semua habits diletakkkan dalam ranah kehidupan bersama-sama. Tesis saya adalah kita memerlukan orang lain justru untuk saling melengkapi.

Anonim mengatakan...

Ancor... ancor... Beta pung otak su terbatas. Sonde mangarti lai kalo Bapa dorang su pake bahasa tinggi.

Makin ancor lai, ana dong su barengke ma papa di ruma sonde mau kasi doi ko biar beta pi KB. Dia bilang, ko dokter saa bilang sonde ada alat KB yg 100% akurat.

Pa Big M tolong kastau dia dolo... Dia biasa muncul di sini pake nama Papa Lelex. Beta su suru dia pi tanya Pa Big M yg dokter juga, biar ko mangarti.

-mama lex-

mikerk mengatakan...

Yang ini, pandangan saya khusus tentang habits ke 8,

"Find your voice and inspire others to find theirs" - temukan panggilanmu (beruuf = Sabda Ilahi) dan ajarilah organ-organ di bawah mu untuk menemukan panggilan mereka. Disimpelkan menjadi Vocation. Jika pada 7 habits tema Covey adalah highly effective people maka dengan menambahkan habits ke delapan maka akan tercapai situasi, from Effectiveness to Greatness. Dengan habits 8, orang yang bekerja dengan kesadaran bahwa pekerjaan adalah panggilan Ilahi, pasti akan sangat efektif, dan di ujung sana adalah kegemilangan, kejayaan dan keagungan.

Perenungan saya adalah apakah tiap orang dipanggil untuk tugas yang sama, yaitu secara efektif mengembangkan 1 macam talenta saja? Sang Maha Guru, yaitu gurunya Covey, Einstein, SGT dll. mengatakan bahwa tiap orang memiliki talenta tersendiri dan unik – spesial - maka yang harus dikerjakannya adalah bekerjalah denga apa yang engkau miliki. Kau punya kecil, kerjakanlah yang kecil. Nanti, kalau kau setia dalam perkara kecil dan kau belajar dari sana maka kau akan mampu mengerjakan perkara - perkara besar. Sang Maha Guru tidak mengatakan bahwa 5 talenta lebih ungul dari 2 dan 1 talenta. 5, 2 dan 1 sama harganya di mata Sang Guru. Hal terpenting bagi Sang Maha Guru bukanlah keunggulan talenta tetapi usaha. Johanis Calvin mengatakan, bekerja adalah beruuf atau panggilan. So, temukanlah bekerja, berbicara dan belajar maka budaya mu akan gemilang. Sang Guru tidak mengatakan budaya yang menang. Covey tidak mengatakan budaya yang unggul. Dia bicara tentang budaya yang gemilang. Gemilang di USA tidak harus identik dengan gemilang di Sabu.

Pohon tetaplah pohon. Rumput tetaplah rumput. Pohon tidak unggul. Rumput tidak kalah. Semua punya beruuf yang unik sesuai talentanya. Dengan itu, jadilah Pohon yang berguna. Jadilah rumput yang berguna. Bersukurlah menjadi pohon. Bersukurlah menjadi rumput. Shalom.

mikerk mengatakan...

He he he he he...sekarang KO lagi....mau tidor ko pengaruh obat mulai bakarja na.....Shalom

Anonim mengatakan...

Hal 1 dan 2, clear.

Hak 3, wacana budaya unggul itu memang dikemukakan sendiri oleh Steven Covey yg datang ke Indonesia desember 2005 utk acara peluncuran bukunya The 8th Habit: From Effectiveness to Greatness. Dia promosi bhw 8 habits-nya layak dijadikan sbg elemen atau pilar utk membangun budaya unggul. Jadi, habit mmg bukan culture, tapi habit terkait erat dg culture. Presiden SBY yg hadir waktu itu, malah ikut2an ngomong membangun budaya unggul melalui praktek good governance, bahkan pasang target 2030 Indonesia sdh berbudaya unggul.

Wacana excellence culture ini malah sdh didahului oleh Jim Collins taon 2001 dg Good to Great dan Hutington (2000) dlm buku Culture Matter.

Tp ini hanya form saja. Substancenya adalah fakta keragaman budaya dg berbagai pernak-pernik habits, values, dll. Ambil cth budaya politik saja ada bgt byk versi. Dan dr macam2 ragam itu kita bisa belajar mana yg dianggap unggul. Saya ambil positifnya saja bhw yg unggul itu mmg hrs ada utk memberi opsi perbaikan menuju kebaikan.

Pohon dan rumput mmg tdk sama. Msg2 punya keunggulan dan kelemahannya. Pohon jelas lbh unggul dr rumput utk hal2 tertentu, tp bs sj lbh lemah dlm aspek lain. Jambu bangkok buahnya besar2 dan manis. Krn keunggulan ini mk byk pakar budidaya mengawinkannya dg jambu lokal yg lbh tahan hama penyakit.

Artinya, filsafat saling melengkapi itu br jalan jika ada yg unggul dan tidak unggul. Persoalannya yg suka dilupa adalah tdk ada yg unggul mutlak dan sebaliknya.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Wooii Pa Will, lu stop suda... Biar ko Pa Big M tidor dolo. Te paitua ada saki tu. Beta su tangkap lu pung maksud, by nature mmg setiap apapun, termasuk budaya2 di dunia ne, ada sisi unggul dan lemahnya. Krn itu Pa Big M bilang, tdk bole saling mendominasi apalai saling meniadakan tp saling melengkapi.

-mama lex-

mikerk mengatakan...

Hoooiiii...bekin pas 100 sebelom tutup off. Mau tidor.

Wilmana su toki palu di paku yang pas betul....habits memang bukan kultur tapi terkait kultur....pas sudah tu...analoginya adalah mata bukan kepala tetapi letaknya (terkait dengan)di bagian tubuh yang namannya kepala....sisanya silakan olah pikir sendiri.....

Saling melengkapi tidak harus berarti didasarkan atas keunggulan dan kekalahan. Sang Maha Guru mengatakan begini, ...kemiskinan akan sellau ada bersamamu sampai akhir jaman......untuk apa Tuhanmembuat si kaya? supaya dia bisa memberi. Untu apa si miskin dibuat Tuhan? Supaya si kaya tidak tinggi hati dan tamak, serakah. Si miskin adalah sarana belajar bagi si kaya untuk berbagi menghasih sesama. Siapa unggul siapa kalah?

Pohon berakar dalam dan menarik air dari daerah lengas supata si rumput bisa hidup tetapi tugas si rumput adalah memerlihara C- oraganik agar si pohon bisa tetap hidup. Siapa kalah dan siapa menang? Yang ada adalah si pohon unik dan si rumput unik. Ketika keduanya bersinergi maka efektiflah fungsi lingkungan pohon dan rumut (habits tentang sinergi Covey). Is that clear brother? I love u but Yesus more love u than anybody he he he he. Shalom

Anonim mengatakan...

Dari percapakan beta sendiri, @bm dan @wilmana, beta pingin rangkum -buat beta sendiri- menjadi spt ini. Semoga berkenan.

Sebuah budaya, baik atau buruk? Tidak mudah menjawab karena tdk ada baik buruk budaya dalam dan untuk budaya itu sendiri. Tp bisa tdk kita katakan sebuah budaya unggul atau tdk? Bisa saja! Gimana? Keunggulan sebuah budaya diukur lewat pencapaian cita-cita budaya itu sendiri. Mengapa begitu? Gampangnya begini. Apapun masyarakat itu, dia punya cita-cita hidup sejahtera. Ini kebenaran universal. Eh tapi kok masyarakat anu hidup miskin melarat. Dus, kita bisa bilang budaya masyarakat tsb tidak/belum mampu membawa mereka pada cita-citanya. Lalu apa? Terus-meneruslah belajar. Gimana dan ama siapa? Kembali ke soal manusia lain dan talenta yg kesemuanya saling melengkapi. Bisa jadi masyarakat di t4 lain punya talenta lebih, punya daya karsa kreatif tinggi yg membuat mereka relatif lebih maju dalam pencapaian cita-cita. Pergi dan belajarlah pada mereka!

Dalam konteks Indonesia, apa tujuan kebudayaan kita? Premis dasar sudah disampaikan disini, keteraturan dan kebaikan. Sebagai bangsa, apa keteraturan dan kebaikan kita? Ada di Pancasila. Nilai luhur Nusantara. Itulah idealisme bangsa kita. Mari kita ukur secara ril kebudayaan kita terhadap pencapaian cita-cita kita sesuai yg tertera dalam Pancasila! Ambil contoh ini cita-cita ini! Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Apa kita sudah berhasil dalam pencapaian cita-cita ini? Silahkan jawab sendiri! Kalau seandainya jawabannya belum berhasil, maka budaya perlu mendapat perhatian khusus dan siap-siap untuk merubahnya.

Terakhir soal istilah kalah menang budaya, beta liat ini jadi sumber persoalan. Mengapa? Karena istilah ini dimaknai seolah ada peperangan budaya. Tidak ada perang budaya. Lebih cocok -sekalian beta koreksi- dgn perumpamaan talenta. Ada masyakat di t4 lain yg memang bertalenta lebih, punya dinamika perubahan lebih tinggi serta daya karsa kreatif lebih baik, dus dia melahirkan budaya yg lebih juga. Beres toh. Semoga. Dahulu sempat ada istilah negara kalah. Apa dia ingin dimaknai dalam konteks peperangan antar negara? Khan tidk!

Kira-kira begitu.

-nk-

mikerk mengatakan...

Ini the last comment before pi maloi (looking for) tampa tidor (bed) hehe he biar kawan luar kupang tahu bahasa kupang sedikit=sedikit

1. Wilmana dan NK tidak sepenuhnya salah dan sayapun cuma 1/2 benar pada konteks budaya menang dan kalah. Lho kok? Iyalah, atau bisa juga, iya dong hi hi hi...saya juga posting tentang be the best. Ada yang salah? TIDAK. Soalnya adalah secara sengaja saya mengunakan konsep religius sedangkan Wilmana dan NK menggunakan konsep filsafat. Dalam filsafat, apalagi anakkandung filsafat yang bernama matematika, segala sesuatu harus bersifat deterministi. Tertentu. Exact. Pasti. 2 + 2 = 4 tidak boleh 2 + 2 = kira-kira 8. Dalam cara pikir logis ini maka unggul dan kalah, the best dan the worst harus bisa diskalakan. Bisa nominal, ordinal, nterval atau ratio. Maka, menang ya menang. Michael Phelps yang dapat 8 medali emas tetap harus disebut menang tidak bisa kita katakan kalah.

Dilain pihak, dunia religi tidak harus seperti itu. Hulu pangkalnya adalah adanya pengakuan bahwa yang mutlak, maenang, unggul, gemilang ya cuma Sang Pencipta. Maka, yang lain adalah relatif. Maka, di luar Pencipta, dunia religi banyak berurusan dengan hal-hal non-deterministik.

Mengapas saya sengaja membenturkan dua konsep ini. Semat-mata untuk meberitahu pada para sahabat sekalian bahwa dalam diskusi kita tidak boleh memaksakan kehendak. Dunia pikir adalah dunia yang non-deterministik. Pengakauan ini datang juga dari logika matematika bahwa tiap hal ada galatnya. Maka, untuk apa ngotot karean bisa-bisa kebenara anda cuma setengah. Setengah kok sombong? ha ha ha ha ha

2. Kegelisahan NK dan Wilmana tentang fakta-fakta "budaya kalah dan budaya unggul" menurut hemat saya terletak pada urusan ketidak tahuan diri. Bagaikan katak ingin jadi lembu Rumput mau jadi pohon, bahkan mau jadi bintang. Orang dan budayanya, kadang-kadang terllau jauh ambisinya ingin rules everything. Ada fakta begini, kerusuhan di Kalimanta Barat dahulu terjadi karena orang-orang Madura yangpendatang itu keterlaluan sikapnya terhadap orang Dayak yang penduduk asli. Mula-mula mereka mengalah,lama kelamaan ketia penghinaan sudah tidak tertahankan maka mengamuklah orang DAyak. Banjir darah. Cobalah diamat-amati. Ketidak tahuan diri inilah yang menjadi pemicu beturan antara budaya. Bayangkan saja, apa hak hukum FPI untuk menjungkirbalikkan kios-kiso mik orang lain. Lah, petugas keamanan tidak tahu jati dirinay sendiri makanya kelakuan FPI kok didiamkan. Seumur-umur tukang mabok kok memaksakakan diri emnjadi wakil bupati. Ketika kalah, lalu menghasut dan rusuh. Apa root cause dari ketidak tahuan diri? Tidak bisa mengenali diri sendiri. Tidak bisa menjadi diri mereka sendiri. Tidak tahu mengucap sukur terhadap apa yang sudah diberikan Tuhan kepada mereka. Di larang makan buah alhayat eh malah nekat makan juga orang itu? apa kata rumpuuuuttttt????? ha ha ha itu saja sudah

Anonim mengatakan...

BEST DISCUSSION EVER!!!

-nk-

Anonim mengatakan...

@ All,

Dulu waktu saya mengatakan bahwa BM luar biasa "licin"nya dalam berdiskusi, banyak yang tidak percaya. Sekali waktu saya nyaris melemparnya dengan batang rokok dan saya diam di setengah perjalanan. Dongkol, tapi begitulah BM, selalu ada cara untuk membuat suasana menjadi cair. Two tumbs up untuk ama Ludji.

Sakit ko? pantas tidak nongol di kampus. Tuhan menyembuhkan (A9ust)

Anonim mengatakan...

Saya setuju dengan NK, ini adalah contoh yang amat baik tentang bagaimana berdiskusi. Ada argumen yang kuat. Ada preposisi yang kuat tetapi pada saat yang sama ada pengakuan bahwa metode yang dipilihnya mungkin hanya setengah benar. Luas biasa. Jadi maluuuuu ha ha ha ha (A9ust)

Anonim mengatakan...

@ Pak Mike,

Kalo bisa bahan dasar dari percakapan di atas dijadikan poatingan. Pasti menarik. Saya mendapat beberapa inspirasi untuk bahan renungan terutama tentang orang miskin yang selalu ada bersama kita. Terima Kasih (Yes, BTN)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Wuuuiiihhhhhhh.....ampe bekeringet baca komentar dri BM. Jarang-jarang BM mau turun tangan ngasi komen. Plegggg posting udah. Tunggal nunggu bikin osting baru. Palingan kalo udah ada yang brantem baru deh.

Kena ape gw keringatan? Isi komentarnya mencerahan banget. Gw jadi ngerti beberapa hal.Ya, udah masa sembunyi nya beakhir dech. Kagak nahan nggak komen ha ha ha ha ha ...oleeeee...oleeee...komen (Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ Vibol,

Kebangetan dech sicuuuuu....gimana rasa blog eneeeee.....saik kagak neng? Awas, janagn buka identitas. DI blog ini ada aturan tentang itu. I love u racuuuuoooonnnnn....beibeh...wakakakekekekkkk....(Proxy73)

Anonim mengatakan...

Sebetulnya lg sibuk bikin metodologi proposal utk tender membangun good governance di PERTAMINA, tp mumpung bigmike lg nyangkul di sini, rugi kl ga dimanfaatin.

Begini, dr awal rasanya sy tdk menolak preposisi bigmike ttg rumput dan sikap tau diri. Itu ulasan yg Top Markatop punya. Tp krna ada nyinggung budaya mk sy cm pingin nambahin bhw utk org awam, pdkt deterministik biasanya lbh mudah dimengerti. Yg non-deterministik termasuk konsep religi justru dianggap urusan malaikat, jd malah lbh sulit dipahami. Cthnya kengawuran si mala lex, itu.

Kl sy condong ke wacana budaya unggul vs tdk unggul, itupun krn mnrt sy lbh gampang dicerna sj (sypun tdk suka dg istilah "budaya menang-kalah"). Artinya scr faktual toh ada jenis budaya yg sama di lokus berbeda yg bisa dikomparasi scr peer to peer utk tujuan pembelajaran demi kebaikan.

Spt Mike Phelps dan Mike RK diadu di kolam renang ato di padang savana. Ato budaya politik-ekonomi Indonesia vs budaya yg sama milik bangsa Korsel. Jelas Hutington bilang, budaya korsel lbh unggul. Krn itu, Indonesia musti byk belajar dr Korea. Tapi (yg tdk diamati Hutington), kalo itung2 keragaman budaya, Korea tdk ada apa2nya dibanding Indonesia yg begitu kaya melimpah hanya blom di-dayaguna-kan.

So, buat yg bisa baca pikiran saya mk sy ini justru sdg berusaha memperlengkapi pdkt non-deterministik bigmike dg sesuatu yg mnrt sy lbh mudah dimengerti saja krn lbh faktual, bg si mama lex, dll. yg org awam (hdp di dunia praktisi bkn akademisi). Maksud hati biar spy lbh komprehensif sj. Apalagi bigmike kmdn dlm komentarnya ada ungkit filsafat saling memperlengkapi, kan.

Tp kl malah ditanggapi sebaliknya, ya ini mslh membaca pikiran saja. Di dunia maya, ini tdk gampang krn yg dibaca itu pikiran Wilmana ato siapa. Mnrt saya, scr statistik sy jamin pikiran saya (Wilmana) tdklah neko-neko. Tapi kalo simpulannya lain, sy kuatir ada kerancuan data. He he he...

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

ada rumput yang meresa lebih tinggi dan lebih canggih dari rumput lainya !! olleeee! olllee canggih!!

hasilnya adalah permusuhan!!!!

ollleeeee! olleeeee!! musuh!

makanya lebih baik jadi rumput yang paling rendah, biar bisa lebih dekat dengan Mother Earth!

Olleee!! Ollleeee Nyaman!!!!


(Budi)

Anonim mengatakan...

bigmike
Kegelisahan NK dan Wilmana tentang fakta-fakta "budaya kalah dan budaya unggul" menurut hemat saya terletak pada urusan ketidak tahuan diri.

Hmm tdk salah juga, tp tdk sesederhana itu. Krn Covey, Hutington, dan Colin punya tesis empirik yg jd landasan saya ttg budaya unggul. Krn itu dlm konteksi ini bs muncul pertanyaan, mana yg tdk tau diri? Yg Korea misalnya, yg disebut Hutington punya budaya politik-ekonomi unggul, ato Indonesia misalnya yg terkategori tdk unggul?

Mnrt saya, org korea dg budayanya tdk pernah bermaksud utk tdk tau diri thd budaya sejenis dr bangsa lain. Bhw ada kasus2 benturan budaya berdampak bentrok fisik, ini juga sdh dinukilkan oleh Hutington yg oleh byk org dioercaya sekedar bagian dr skenario amerika saja. Tp itu cuma kasus yg jg sama dg kasus asimilasi alamiah yg tjd di betawi shg budaya betawi kok sepadan dg budaya org indonesia keturunan tionghoa. Apa itu berarti org betawi tdk tau diri dan lbh suka bergaya tionghoa? Kita yg meninggalkan busana tenun dan pake Jas ala barat, apa jg tdk tau diri krn lbh suka snobisme? Bgmn dg org jawa yg skrg ini mulai copot surjan dan lbh bangga pake jubah arab dan celana 3/4?

Tapi saya tdk tau kalo @nk mengangkat wacana budaya menang-kalah krn tidak tau diri. Ini hanya dia yg tau.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

A9ust
... BM luar biasa "licin"nya dalam berdiskusi, ...

Saya akui, Pak A9ust mmg paling tau bigmike. Krn mereka sdh berteman dr sejak sama2 masih belajar gosok ingus... He he he...

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@PM
Salam kenal juga.

@BM
Khusus aku persembahan buat sahabatku yang terbaik @BM yang lagi sakit, moga2 diberi semangat lewat kata2 ini.
@BM, kamu adalah makluk Tuhan yang bernilai, menakjubkan, dan unik. Engkau adalah makluk Tuhan yang khas dan tak ada duanya di dunia ini. Tak seorang pun atau sesuatu apapun yang dapat mengambil kenyataan ini dari diri kamu.
Seperti tulisan rumput yang sudah kamu ulas panjang lebar dengan kata2 yang indah dan mudah dicerna, aku ingin katakan :
Hiduplah dari pribadimu sendiri; dimana Sang pemberi Nafas akan selalu hadir dan berbisik padamu "Aku selalu menyertaimu; Kau adalah milik-Ku selalu".
Cepat sembuh sahabatku, biar bisa posting lagi karena kami selalu menunggu tulisan kamu dengan penuh rasa penasaran (YR,Jkt)

Anonim mengatakan...

Bung @wilmana: Tapi saya tdk tau kalo @nk mengangkat wacana budaya menang-kalah krn tidak tau diri. Ini hanya dia yg tau.

Tentang hal ini beta tdk ingin bertele-tele lagi karena sudah berulangkali jelaskan, terakhir silahkan baca komentar beta diatas. Tp beta setuju dengan bung @wilmana, istilah ini amat multi tafsir yg memberi kerepotan buat saya. Untuk itu beta lebih cocok dgn terminologi 'budaya unggul' yg berpijak pd pencerahan religi @bm tentang talenta itu.

Kira-kira begitu.

-nk-

Anonim mengatakan...

@All
Renungkanlah tulisan ini :

Suatu ketika, ada sebuah pohon yang rindang. Dibawahnya, tampak dua orang yang sedang beristirahat. Rupanya, ada seorang pedagang bersama anaknya yang berteduh disana. Tampaknya mereka kelelahan sehabis berdagang di kota. Dengan menggelar sehelai tikar, duduklah mereka dibawah pohon yang besar itu.

Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk. Namun, tidak demikian dengan anaknya yang masih belia. "Ayah, aku ingin bertanya..." terdengar suara yang mengusik ambang sadar si pedagang.

"Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti Ayah, dan bisa membawa dagangan kita ke kota?"

"Sepertinya", lanjut sang bocah, "Aku tak akan bisa besar. Tubuhku ramping seperti Ibu, berbeda dengan Ayah yang tegap dan berbadan besar. Kupikir, aku tak akan sanggup memikul dagangan kita jika aku tetap seperti ini."

Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah.

Lalu, ia kembali melanjutkan, "Bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu, Ayah?"

Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar. Kemudian, ia pun mulai berbicara.

"Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulu berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga berasal dari benih yang Ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol, juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yang sama."

Diperhatikannya wajah sang anak yang tampak tertegun. "Ketahuilah Nak, benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebar, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari yang cukup. Namun jangan lupakan waktu yang membuatnya terus bertumbuh. Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadi mahluk yang sabar."

"Suatu saat nanti, kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi besar, karena bisa jadi, itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran."

Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.

Sahabatku, jangan pernah merasa malu dengan segala keterbatasan. Jangan merasa sedih dengan ketidaksempurnaan. Mungkin suatu ketika, kita pernah merasa kecil, tak mampu dan tak berdaya. Kita mungkin sering bertanya-tanya, kapan kita menjadi besar, dan mampu menggapai semua impian, harapan dan keinginan yang ada dalam dada. Kita juga bisa jadi sering membayangkan, bilakah saatnya berhasil?

Kapankah saat itu akan datang?

Kita adalah layaknya benih kecil itu. Benih yang menyimpan semua kekuatan dari batang yang kokoh, dahan yang kuat, serta daun-daun yang lebar. Dalam benih itu pula akar-akar yang keras dan menghujam itu berasal. Namun, akankah benih itu tumbuh besar, tanpa adanya bantuan tiupan angin, derasnya air hujan, dan teriknya sinar matahari?

Jangan pernah berkecil hati, tapi bersyukurlah selalu dengan segala yang diberikan oleh Sang Kuasa padamu. (Adek)

Anonim mengatakan...

Ah, @Adek bagus juga kisahmu itu. Sy juga pingin sharing cerita yg sarat makna:

Ada seekor anak kuda hidup berdua ibunya di satu lembah berumput hijau dan berair tengan nan segar. Suatu hari datanglah sang anak menghadap ibunya dg muka murung.

Anak: "Bu, ada rekan bercerita tentang surga. Katanya itu tempat yang sangat indah dan menawan. Mengapa kita tidak pergi saja dari sini mencari tempat itu? Saya membayangkan hidup di tempat itu begitu menggairahkan. Tdk spt di sini yg membosankan".

Ibu: Anakku, ibu sdh merantau ke ujung dunia. Inilah tempat yg kamu bilang surga itu. Percayalah.

Tapi, namanya juga anak muda. Ngotot dan memaksa ibunya utk pergi merantau bersama mencari surga. Menyeberangi samudera, mendaki gunung, menuruni lembah. Sayang, semua tempat yg dituju tak satupun yg cocok dg kriteria surga. Lama-lama si anak mulai putus asa dan berkata:

Anak: Ibu, rupanya kita dibohongi oleh orang-orang di tempat kita dulu. Ternyata tak ada surga.

Ibu: Jangan menyerah, Nak. Ibu sebetulnya tau di mana surga itu. Yg penting kamu percayakan Ibu utk menuntun jalan menuju surga itu.

Anak: Ah, terserah ibu sajalah. Saya tdk akan membantah lg.

Lalu, merekapun melanjutkan perjalanan. Kali ini si anak tdk byk rewel dan menuntut tp manut sj pd arahan ibunya. Pada hari ke-100, mereka tiba di puncak sebuah bukit. Di bawah sana terhampar lembah dg pemandangan yg sungguh menakjubkan. Si anak terharu dan menangis bersimpuh di kaki ibunya.

Anak: Ibu, akhirnya kita berhasil membuktikan bhw surga itu benar-benar ada.

Ibu: Sudahlah Nak. Mari kita ke sana.

Sang anak sungguh tak sabar dan berlari mendahului ibunya menuju surga itu. Si Ibu tua berjalan tertatih-tatih memasuki lembah itu. Ketika tiba di sana, sang anak sedang kegirangan menikmati sejuknya air dan segarnya rerumputan. Lambat laun, si anak menyadari sesuatu, lalu mendatangi ibunya yg sdg berbaring terkantuk-kantuk.

Anak: Ah, Ibu. Kita ini mmg bodoh banget. Ini kan tempat tinggal kita dulu. Kalo tau begini, kenapa dulu kita ngotot pergi jauh-jauh yaa, Bu.

Ibu: Hanya tersenyum tnp suara tp berkata dlm hati (Enak aja. Lu yg goblok baru bilang, "kita").

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@ dear all,

Jarang-jarang Bigmike mau menunjukkan "jati dirinya". selma ini kita menemukan sisi lembutnya semata lewat postingannya. Sisi kerasnya ada juga terutama ketika "menghapus" komen-komen yang tidak pantas. Sekali waktu komen saya juga terhapus. Tapi kita, paling kurang saya, belum mendapat kesempatan yang cukup untuk menyaksikan bigmike "berdebat" dalam diskusi.

Hari ini bigmike beraksi dan saya terpukau. Dia tahu meletakkan kata. Dia tahu bagaimana memotong dan mendorong orang ke tubir tebing terjal dan tiak punya pilihan lain selain menyerah. Tapi dalam situai itu, dia tidak mengklaim kemenangan dalam diskusi. Sebaliknya, dia malah mundur untuk memberikan ruang agar si lawan diskusi bernafas.Dia kembali memberian harga dir kepada sang lawan diskusi dengan cara...sayapun benar cuma setengahnya. Kalau bukan jiwa besar maka apa namanya itu? So, wilmana, nk dan semua kita. Belajar dan tirulah bigmike. Nama besar ayahandanya almarhum dan dia sendiri, terbukti tidak kosong.

Anda mungkin bertanya, si eman terlalu memuji-muji. Tidak juga. Karean saya berbicara fakta. Tiak selamanya bigmike mengagumkan saya. Salah satunya adalah, kelambanannya berikap ketika,orang-orang terdekatnya yang ada di blog malah memancing "kerusuhan". Sekali waktu saya kesal sekali dan lama menghilangkan diri ari blog karean mengnggap BM tidak bisa bersikap adil. Ternyata BM manusia juga adanya yang berkekurangan tapi fakta bahwa dia mengagumkan harus saya katakan secar jujur (Eman, CN, Oebufu)

Anonim mengatakan...

@ Wilmana,

Silakan anda terima atau tidak kritikan saya ini. Silakan pula anda mengecam saya tapi saya merasa perlu untuk memberitahukan ini.

Dahulu dalam nama alias anda pernah melukai BM tapi dalam komen berikutnya, anda memang mengakui meminta maaf tetapi tidak tergambar ketulusan anda dalam meminta maaf. Saya ingat betul kata-kata anda bahwa anda meminta maaf karena bigmike punya persoalan d kantornya. Jadi kesannya, anda tidak salah waktu mengucap bigmike pedagang dan bahkan anda menjadi pahlawan untuk menyelamatkan bigmike.

Sekarang berulang lagi. Komunitas kami di CN, menganalisis percakapan kalian siang tadi dan kam bersepakat bahwa argumen BM amat kuat dihadapan argumen anda yang terpatah-patah itu. Tapi, sore ini, setelah BM memulihkan kembali harga diri anda, kok anda malah seperti tidak cukup gentle mengakui kelemahan teori anda? Anda kembali menyuarakan tentang kemungkinan kerancuan data yang dialami bigmike ketika menebak anda. Saya kira tidak. Dengan kapasitas dia sebagai ilmuwan tangguh dan kebersamaan hidup bersama anda puluhan tahun sebagai kakak, saya yakin bigmike mendekati ketepatan tentang anda.

Saya harus mengatakan, justru untuk kebaikan anda sendiri: sikap arogan dalam semangat berdalih, kalian menggunakan istilah dola-dali, sama sekali tidak dapat diterima oleh komunitas intelektual. Saya yang dahulu emosional mau blajar dri bigmike, anda kok yang adiknya sendiri tidak? Belajarlah rendah hati. Dan memang saya lihat, bigmike jau lebih cemerlang dibanding anda meski anda mungkin jauh lebih sukses secara finansial. Kesan itu kuat ketika anda merasa perlu mengatakan pada pembaca blog bahwa nada baru selesai mengurus proposal mega proyek. Bung wilmana, di blog ini tidak usah pamer proyek, pamerlah ketulusan dan kerendahan hati.

Mari kita tegakkan ideologi blog ini guna mencapai kebaikan persahabatan dan kasih sayang. Kita bisa capai itu jika kita tidak arogan. Silakan anda engkritik saya kembali (Eman, CN, Oebufu)

mikerk mengatakan...

@ Bung Eman,

Terima kasih atas apresiasi anda kepada apa yang saya lakukan tapi sebenarnya saya manusia lemah juga. Jadi mungkin anda benar setengah. Adapun kemungkinan anda salah setengah terjadi karean sayalah yang salah memberikan kesan kepada anda. So, kita sahabatan dan terima kasih atas komunitas pembaca blog saya. Semoga makin hari kita semua semakin baik

Anonim mengatakan...

@ Bung Wilmana,

Kalau sekali ini anda bisa menunjukkan sikap rendah hati maka masih ada respek untuk anda (Peter, Jgj)

Anonim mengatakan...

@ Peter,

Saya pikir Wilmana sudah cukup mengakui bahwa argumennya kurang kuat. Masalahnya adalah, dia ingin menjadi him self. Maka, perlu dibikin beberapa statement bahwa meski argumen dia pada berguguran tapi masih ada cara untuk berjalan tegak. Kita taruh hormat pada pilihannya itu. Bukankah esensi tulisan bigmike kita yang tercinta adalah tentang be your self (Patrice)

Anonim mengatakan...

@ Ismaviandhari,

Selamat datang dan salam kenal. Terima kasih atas usaha anda membandingkan GM dan BM. Meski sah-sah saja tetapi menuru hemat saya dua orang ini memiliki perbedaan-perbedaan. Biarkan mereka bebeda supaya kita bisa menikmati dua hal yang berbeda pula. Masalahnya adalah BM belum terekspose luas. Saya berkellling beberapa fce book tapi BM tidak ada. Di forum-forum blogger, BM juga tidak hadir. Ayo BM kualitas tulisan anda di atas rata-rata.

Mengenai buku la condition humaine dari Andre Malraux, saya juga sudah membacanya. Ada yang menyentuh di situ dan cocok dengan tema posting ini. Buku ini berkisah tentang takdir atau nasib tokoh-tokoh utamanya di sekitar pergolakan revolusi komunis yang gagal di Shanghai. Oleh karena itu naa lain dari Novel ini adalah Mans Fate.

Chen Ta Erh si tokoh utama adalah seorang pembunuh yang ketika menjadi pejabat naluri pembununya tidak hilang-hilang. Kyo Gisors, Katov dan Baron De Clappique serta tooh lainnya juga hidup menurut takdirnya. Dalam perspektif bigmike, para tokoh Malraux seharusnya dihargai karena sudah be their self. Tapi mengapa akhir tragis menghampiri mereka? Hidup Andre Malraux sendiri merupakan daram sendiri. Pernah menjadi anggota komunis lal keluar. Pernah berempur di Spanyol melawan jenderal Franco. Pernah menjadi anggota pasukan tank Perncis ketika melawan Jerman. Pernah menjadi menterinya de Gaulle. Takdir apa si Malraaux?

Maka, bigmike benar bahwa dalam filsafat manusia telalu banyak hal-hal non-deterministik sehingga tidak ada pilihan lain bagi kita untuk rendah hati menghadapi takdir kita masing-masing (Patrice)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Anda memang hebat. GBU (Patrice)

mikerk mengatakan...

@ Wilmana,
Perhatikan hal-hal berikut ini:

1. Saya memilih untuk tidak menghapus kritikan Sahabat Eman kepada anda karena sejujurnya saya menemukan beberapa "kebenaran" di sana. Saran saya, resapi saja itu karena meski pahit, mungkin itulah obat mujarab untuk untuk "kebugaran" anda sendiri.
2. Tentang masalah ketidak tahuan diri, memang tidak sesimpel itu. Saya tahu persis itu dan oleh karena itu, sayang Wimana tidak cermat melihat, saya menyebutkan root cause masalahnya, yaitu ketidak mampuan untuk mengenali diri sendiri seperti yang sudah pernah disebutkan oleh Socrates. Apakah ini simple? No sir karena perkaranya sungguh ruwet. Saya menduga diperlukan sekitar 10 postingan untuk menjelaskannya dengan bekal referensi-referensi filsafat yang tidak sepraktis buku Covey. Lihatlah, untuk principe d’etre dan be your self saja sudah 2 posting. Itupun cuma kulit-kulitnya saja yang bisa saya tampilkan.
3. Saya setuju bahwa pikiran Wilmana sebenarnya tidak neko-neko. Biasa saja. Yang neko-neko adalah sikap defensif Wilmana terhadap in put. Istilah SGT adalah dola-dali. Jika sikap ini terus dipertahankan maka percaya saya, dunia kita akan sangat terbatas. Dunia yang luas ini, perlu dilihat secara terbuka dan rendah hati.
4. Camkan falsafah berikut ini:
Ada manusia yang tahu bahwa dia tahu.

Ada yang tidak tahu bahwa dia tahu.

Ada yang tahu bahwa dia tidak tahu

Ada yang tidak tahu bahwa dia tidak tahu.

Nah, kelompok terakhir ini disebut juga sebagai golongan sok tahu. Orang-orang defensif dan arogan biasanya berkumpul di kelompok yang satu ini. Jangan mau bergabung di situ. Shalom

Anonim mengatakan...

@ Wilmana,

Nah akhirnya kena "kosi" dari BM toh ha ha ha ha. Beta dgn BM berteman lama tapi tidak sampeblajar goso ingus. Seingat beta, ada adikya yang dahulu kena "kosi" terus menangis sampe ingus malele ha ha ha ha ha. Saya sepakat bahwa wilmana sebenarnya sangat berbakat, tidak harus kalah sama bigmike.

Syaratnya ada 1, rendah hati. Salah satu kelebihan ama Ludji, meski terkesan ngotot, dia tidak ragu bertanya dan tekun menyimak dan mencatat hal-hal baru yang menurut dia perlu untuk dia tahu. Ketika menyelesaikan disertasinya dahulu, dia berkeliling dari 1 teman ke teman lainnya yang paham masalah sosek minta diajari metode penelitian sosek.

Akhirnya, beta setuju dengan bigmike, kali ini pil pahit yang tersedia ditelan saja untuk kebaikan Wilmana sendiri (A9ust)

Anonim mengatakan...

ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ُ الصِّÙŠَامُ ÙƒَÙ…َا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙ‰ الَّØ°ِينَ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َبْÙ„ِÙƒُÙ…ْ Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَتَّÙ‚ُون

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Al-Baqarah : 183)

Puasa adalah hal ihwal ibadah yang bersifat vertikal. Puasa merupakan ibadah vertikal antara manusia kepada Allah SWT. Puasa merupakan bukti keimanan dan kekhlasan seorang hamba kepada sang pencipta. Puasa tidak ada yang bisa menilainya selain Allah SWT.

Oleh karena itu, kita tidak bisa menilai diri sendiri tentang kualitas ibadah puasa kita. Itu otoritas Allah SWT. Kita hanya bisa ikhlas menerima hasil penilaian Allah SWT. Keikhlasan adalah bagian dari our self (Suryana)

Anonim mengatakan...

eman
Silakan anda engkritik saya kembali (Eman, CN, Oebufu)

No problem. Kritik anda bagus sekali, Pak. Saya terima tnp reserve. Spt bigmike bilang, saya manusia lemah juga dan tdk mungkin benar mutlak. Barangkali 1/2 benar pun tidak.

Saya senang berdiskusi, bg sy ini kebiasaan baik. Dlm diskusi selama sy blom nangkap point-nya yaa begitulah saya. Bhw terkesan membandel, apa oleh buat. Mgkn itulah bagian dl sy yg perlu diperlengkapi Pak Eman.

Trims sudah memperlengkapi saya. Moga2 anda ga bosen atau putus asa utk melakukan tugas mulia bg saya dan mgkn byk org lain juga yg butuh itu.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Peter
Kalau sekali ini anda bisa menunjukkan sikap rendah hati maka masih ada respek untuk anda

Trims atas warningnya. Yang saya tau dr "rendah hati" itu bkn berarti berhenti dg principe d'etre. By substance sy cuma ingin melakukan itu. Bhw cara saya anda anggap sbg ungkapan ketinggian hati, seolah rumpput ngotot pingin jadi pohon tua yg berdiri sendirian, yaa mohon maaf. Sejujurnya saya bukan tipe manusia begitu. Tp sy tau bhw seringkali sikap dan tutur kata bs membuat org keliru menilai. Apa boleh buat.

Eh, moga2 kata2 sy di atas cukup utk sebuah kerendahan hati. Kl msh blom cukup jga, apa blh buat.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Patrice
Saya pikir Wilmana sudah cukup mengakui bahwa argumennya kurang kuat.

He he he... Harap tau saja, sjk kecil saya berlatih berdiskusi di rumah dg para kakak saya dlm situasi yg very2 high pressure. Terkadang mereka melatih kami utk tdk penting argumentasinya itu kuat atau lemah, yg penting bicara dulu. Bahkan tdk jarang bicaranya hanya dlm hati sembari terus mendengar wejangan2 dr mereka.

Mgkn itu forum belajar yg kurang enak, tp dr bicara sepotong-sepotong itu, kami bisa mendengar makin byk wejangan mereka dan itu semua mjd bekal kami dlm memberi "wejangan" kpd org lain di luar rumah, lalu "dihormati", bahkan kecil-kecil punya "pasukan berani mati" sbgmn dimiliki bigmike di sini.

Nah, krn itu sy mohon dimaklumi jika proses mendengar wejangan ini berlanjut di sini dan membuat anda serta bbrp rekan bigmike lainnya merasa tdk nyaman. Moga2 bisa dimaklumi.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

A9ust
Akhirnya, beta setuju dengan bigmike, kali ini pil pahit yang tersedia ditelan saja untuk kebaikan Wilmana sendiri

He he he, anda benar Pak Agus. Bahkan dlm arti sebenarnya, sy ini mgkn org dekat bigmike yg paling byk makan pil pait gara2 sindrom malaria tua sejak kecil.

Anyway, 'pil pahit' kali ini juga sy telan dg lega hati. Tapi, moga2 tdk kebanyakan pil pahit jd tdk malah bikin penyakit baru.

Sy berharap Pak Agus dll tdk bosan dan tdk segan2 memberi saya pil pahit, bila perlu disangu utk stok. Jadi, tinggal remind sj jk penyakit saya molai kambuh.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

bigmike
1. Saya memilih untuk tidak menghapus kritikan Sahabat Eman kepada anda karena sejujurnya saya menemukan beberapa "kebenaran" di sana. Saran saya, resapi saja itu karena meski pahit, mungkin itulah obat mujarab untuk untuk "kebugaran" anda sendiri.

He he he... Sdh biasa. Artinya sy sdh terlatih utk menerima pil pahit. Dan, kalo bukan krn macam2 pil pahit yg saya terima, mgkn sy tdk mjd spt skrg ini. Bhw ternyata msh perlu byk pil pahit lagi, apa boleh buat. Yg ptg jgn menolak pil pahit, toh? Skali lg, trims buat Pak Eman.

2. Tentang masalah ketidak tahuan diri, memang tidak sesimpel itu.

Artinya, by substnce sy tdk salah. Bhw form-nya msh berantakan, apa boleh buat. Itulah principe d'etre dr saya. Drpd diam saja, sy milih bicara. Kl masih blom sepenuhnya tepat, tentu akan ada yg mengoreksi bahkan dg pil pahit. Sy bukan org yg anti diluruskan.

3. Saya setuju bahwa pikiran Wilmana sebenarnya tidak neko-neko. Biasa saja. Yang neko-neko adalah sikap defensif Wilmana terhadap in put.

Mgkn ini yg bigmike maksud "cuma 1/2 benar. Sebetulnya defensif itu tdk salah juga. Yg pasti mengubah pendapat org lain itu bukan hal yg mudah. Faktor ini seringkali membuat skala defensifitas nampak tinggi dan seringkali membuat para Change Agent frustrasi.

membuat Istilah SGT adalah dola-dali. Jika sikap ini terus dipertahankan maka percaya saya, dunia kita akan sangat terbatas.

Ha ha ha... Mgkn sy ini anak SGT yg paling byk ditempeli label stigma aneh2 dr SGT (alm). Dola-dali, oportunis, laundry man, dst. Dulu diam2 sy kecewa, tp sekarang sy hanya bisa mengenangnya sambil diam2 menangis. Mmg agak beda dg bigmike yg tiap menangis lapor ke org2. Sy tdk bisa begitu, krn sejak kecil di atambua tdk terbiasa mengadu. Wong mau ngadu ke siapa di sana?

Bhw dunia terbatas bg saya, tdk juga. Bigmike tau wkt di kupang bgmn lingkup pergaulan saya. Wkt SGT meninggal dulu, begitu tiba di kupang, lgsg ditongkrongi bejibun sahabat sampe subuh baru bubar satu per satu. Level-nya juga mulai preman pasar sampe akademisi, anak umur kemarin sore sampe yg lebih tua dr bigmike juga byk. Di jakarta sini, sama juga. Sdh byk sahabat wkt kawin malah minta sy jadi saksi. Bahkan bbrp yg ga diurusin orgtuanya, minta sy jd wali. Mgkn ini penyakit turunan dari SGT.

Dunia yang luas ini, perlu dilihat secara terbuka dan rendah hati.
4. Camkan falsafah berikut ini:
Ada manusia yang tahu bahwa dia tahu. Ada yang tidak tahu bahwa dia tidak tahu.

Nah, kelompok terakhir ini disebut juga sebagai golongan sok tahu. Orang-orang defensif dan arogan biasanya berkumpul di kelompok yang satu ini. Jangan mau bergabung di situ. Shalom


Trima kasih. Sejak merantau, baru hari ini sy mendapat wejangan lagi dr bigmike. Makanya, kmrn meski sibuk urus proposal sy tdk mau lepas peluang ini. Mhn maaf Pak Eman, bkn sok pamer proyek. Tp dr anda sy dpt hikmat bgmn praktek adagium 'silent is golden'. Trims.

(Wilmana)

mikerk mengatakan...

@ Wilmana,

1. Saya catat baik-baik beberapa point Wilmana kali ini Saya harap semua ini datang karena kesadaran bukan karena mutung misalnya. Saya, dan beberapa sahabat menunggu bukti perubahan dan tidak identik dengan "menghilang".

2. Pada point tentang dunia luas, saya pahami maksud wilmana tetapi dunia yang saya maksudkan bukan sekedar dunia pergaulan. Kalau itu ukurannya, saya akui Wilmana memang top markotop. Tapi dunia yang saya masudkan adalah dunia olah pikir. Sepakatkah Wilmana bahwa perubahan itu perlu? Klau sepakat maka mari kita mulai berpikir episode baru. Jika sebelumnya komen-komen kita sekedar supaya memenuhi target komentar maka mari kita membuatnya menjadi "lebih berisi". Mengapa kok sepetinya saya seperti "mendesak" Wilmana? ya, seperti kata Spiderman, "mereka yang diberi lebih akan diminta lebih". Mari kita melakukan edukasi berolah pikir secara lebih tertib. Ada raison d'etrenya? Ada, dan ini harus juga dicatat oleh Wilmana sebagai "prestasi" selain sahabat yang bejibun itu, yaitu 8 e-mail caci maki kearah saya akibat komen Wilmana dan NK yang "tidak pakai pikir panjang". Catat juga prestasi Wilmana yang lain, yaitu membuat saya menjadi bahan olok-olokan di beberapa komunitas, yaitu sebagai pedagang.

3. Ini agak personal, ..kalau bigmike menangis orang sedunia dikasi tau....Lantas, Wilmana melakukan komparasi dengan perilaku Wilmana. Kesannya adalah, bigmike cengeng sedangkan Wilmana tegar. Betulkah kesan itu? Atau ada kesan lain yang ingin Wilmana sampaikan? Mudah-mudahan pada bagian ini, Wilmana tidak sedang "marah" kepada saya. Saya cuma ingin mengingatkan bahwa ucapan seperti itu bisa menjadi "penyesatan" bagi orang lain tentang sosok saya. Kalau itu terjadi, apa tanggung jawab Wilmana.

4. Sampailah saya pada bagian akhir, yaitu saya betul-betul merindukan perubahan yang fundamental dalam pola perilaku Wilmana di blog ini. Kekritisan itu penting, teramat penting tetapi berbicara sarkastik dan memprovokasi situasi menjadi keruh sungguh saya tidak nyaman.

mikerk mengatakan...

Dear all,

Blessing in disguise dari kondisi sakit yang saya derita beberapa hari terakhir ini adalah saya punya kesempatan yang lebih leluasa guna meluruskan salah pandang beberapa sahabat terhadap saya akibat perilaku "pembiaran". Saya disangka tidak adil karean terhadap sebagain sahabat saya agak "keras" sementara saya membiarkan beberapa orang yang relatif dekat dengan saya tanpa teguran. Saya disangka membiarkan situasi "rusuh" guna meningkatkan rating blog. Maka:

1. Saya sudah memberikan bukti bahwa meski secara mentality, beberapa sahabat itu adalah orang-orang dengan DNA yang sama dengan saya, tetapi semua sahabat blogger adalah sama berharganya di mata saya. Kali ini, salah satu di antaraya saya "hadapi" secara serius untu memberi pesan bahwa "jangan begitu lagi". Itulah saya.

2. Saya sangat menghargai kehadiran sahabat-sahabat di blog ini tetapi untuk menghadirkan kawan-kawan, sungguh mati, saya tidak perlu merancang taktik "rusuh" dengan resiko kehilangan kebaikan, persahabatan dan kasih sayang. Saya memiliki hobi menulis dan untuk itu blog ini saya buat. Puji Tuhan ada beberapa sahabat yang tertarik terhadap blog ini. Dalam visitor maps, saya batasi untuk 500 pembaca terakhir, di mana IP adressnya tidak saya munculkan, bisa dilihat dari mana saja sahabat-sahabat itu berasal. (Bandingkan dengan pembaca blog bahan kuliah saya yang amat terbatas). Tapi bukan jumlah pembaca yang saya tuju dengan blog ini adalah tetapi misi blog. Anda suka dengan sikap saya, mari kita terus bersama-sama jika tidak suka maka "kepergian anda" saya hormati dengan irinagn doa, semoga anda sehat sejahtera dan pintu blog tetap terbuka kapan saja anda ingin kembali.

Anonim mengatakan...

@bigmike,

Kecuali mo bilang ga ada yg mutung, no more comments from my side. Takut nanti ada sale kate lg. Trims atas wejangannya.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Dear All,

Kalo boleh memohon, jgn pernah "caci maki" bigmike gara2 kesal sama Wilmana, ato para simpatisan lain di sini. Apalagi berprasangka bhw beliau scr subyektif memperlakukan kami lbh eksklusif dibanding yg laen.

Saya ini saksi hidup bhw "dibalik layar", spt @A9ust sering katakan, justru kami byk mendapatkan kosian (kupang: tendangan) dr beliau. Selain komentar2 beliau di atas, msh ada lg bbrp e-mail lewat japri (jalur pribadi) yg isinya tdk mgkn sy ungkap di sini.

Sy pingin bilang bhw percayalah pd subyektifitas beliau. Itu satu. Yg kedua, jk yg dianggap bermasalah, Wilmana mk spt Pak eman dll, tegurlah saya bila perlu dg pil yg paling pahit sekalipun. Mgkn saja itu lbh fair buat kita, terutama buat bigmike.

Sy mampir ke sini tentu krn pingin belajar dr anda2 semua terutama dr bigmike yg sejak merantau sy tdk pernah lg bersenda gurau spt wkt msh sama2 di kupang dulu. Tapi dlm proses pembelajaran jk sy tdk mampu menghindari benturan nilai, habits, kata2, dll., mk mhn dimaklumi dan tentu mhn dimaafkan. Saya akui, dlm menegakkan principe d'etre terkadang suka lupa diri. Tp selama ini sy tenang2 sj krn toh sy tdk sendirian dlm belajar. Ada anda2 semua sbg stakeholders saya utk mjd fortius altius citius dlm hidup. Trims

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@Buat Wilamana
Mohon maaf, bukan saya ikut2an menggurui, tapi terus terang, kadang saya malas masuk ke blognya @BM karena lebih banyak komentar yang menunjukkan ego masing2 komentator. Melalaui kesempatan ini saya ingin membagi berkat biar sama2 kita belajar mengenai kerendahan hati..
Kerendahan hati dan kepercayaan diri
Dua permata dalam kehidupan kita yang tak mudah didapat, meskipun dalam kenyataannya itu semua tersedia cuma-cuma dalam diri kita.
Dua elemen yang saling bersinergi antara satu dgn yg lainnya akan menjadikan derap langkah yg “elegant” dlm menapaki kehidupan..
Akselerasi perjalanan terjadi jika sang maestro mampu memainkan perannya secara optimal.
Kedua elemen tersebut seperti kedua kaki bagi Pemberdayaan diri kita. Kerendahan hati itu seperti kaki kiri. Sedangkan kepercayaan bagaikan kaki sebelah kanan. Dengan kepercayaan, kita memberi diri kita sendiri kesempatan untuk menunjukkan siapa diri kita yang sesungguhnya. Sedangkan, dengan kerendahan hati; kita menjaga kesucian pencapaian-pencapaian yang diraih agar kita tidak seperti balon gas yang terlepas dari genggaman, melayang-layang tidak karuan dan terhanyutkan oleh perasaan lupa diri yang menyesatkan.
Kita tidak dapat berdiri tegak. Berjalan. Kemudian berlari kencang jika kaki kita hanya sebelah. Apalagi jika kita tidak memiliki keduanya. Kita tidak bisa menjadi manusia yang terberdayakan jika tidak memiliki kerendahan hati. Sekalipun mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri, tapi kita hanya akan menjadi manusia hebat yang lupa diri. Demikian pula kita tidak bisa menjadi manusia yang terberdayakan jika tidak memiliki kepercayaan kepada diri sendiri.
Buat Wilmana kerendahan hati bukanlah suatu kelemahan tapi merupakan suatu kekuatan. Salam sukses untuk semuanya (YR, Jkt)

Anonim mengatakan...

Wah ada salah ketik. Tertulis:

Sy pingin bilang bhw percayalah pd subyektifitas beliau.

Seharusnya:

Sy pingin bilang bhw percayalah pd obyektifitas beliau.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

YR
Buat Wilmana kerendahan hati bukanlah suatu kelemahan tapi merupakan suatu kekuatan.

Luar biasa sekali. Trims. Sejujurnya, selesai baca, sempat terpikir. Gimana yah kalo sy punya tiga kaki, kiri kanan dan tengah?

Anonim mengatakan...

(lanjutan)

Mgkn kaki ketiga yg di tengah adalah "kemauan". Sy liat, byk org mampu tp tak mau. Kalo ini dibalik, bs lain lagi artinya. Kata org, namanya impoten.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@ Wilmana,

Sekatang 2 jempol untuk anda. Dan, 10 jempol (seakarang kami berlima di komunitas CN) untuk keluarga besar pak Robert. Ada proses fast learning dan, di luar dugaan, anda ternyata berjiwa besar. Maka, sekarang saya berhutang maaf kepada anda.

Saya sependapat dengan BM, idola kami di CN (saya akhirnya bisa mengetahui jati diri Sherly), bahwa saatnya blog ini diarahakan lebih dewasa meski gaya penulisan jenaka jangan hilang. Serius tapi santai.

Jika dipikir-pikir mungkin proses inilah yang harus terjadi sebagai milestones perubahan. Sekali lagi saya mohon maaf dan salut untu Wilmana (Eman dkk., Oebufu)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

20 jempol untuk anda. Salah satu cara "menegur" yang rerbaik karena jelas-jelas ada unsur edukasi di sana. Salam hangat dari CN komunitas (Eman dkk)

Anonim mengatakan...

Woooi Eman... beta hanya mau salam saaaa. Ada sehat2 ko di Kupang? Komunitas CN tuh apa ee???

-nk-

Anonim mengatakan...

eman
Dan, 10 jempol (seakarang kami berlima di komunitas CN) untuk keluarga besar pak Robert.

Anak Pak Robert ada 10. Kalo saya dpt 2 jempol, bigmike pasti lebih lg. Dr 10 yg Pak Eman kasi, dua org sdh terima 5 ato 6 jempol, sisa 5 jempol utk dibagi-bagi ke 8 orang.

Ha ha ha saya bayangkan, @nk cuma kebagian ujung kuku. Baku rampas dg @Budi.

Pak eman, kalo masih ada stok jempol lebih mhn kemurahan hatinya. Kasian @nk dan @budi, tuh.

(Wilmana)

mikerk mengatakan...

Hi hi hi hi, NK dan Budi rebutan? Kemungkinan besar Budi dapat kukunya sedangkan NK, karena di"kadeluk" Budi lalu dapat t...kuku saja ha ha ha ha ha ha ha ha. Ada-ada saja.

mikerk mengatakan...

@ YR,

Sahabat akhir-akhir ini cukup aktif dikomen-komen. Terima kasih banyak atas kehadirannya. Komen-komen juga amat bagus yang menunjukkan bahwa anda memiliki kematangan berpikir. Senang punya sahabat seperti anda dan mari bersama-sama kita membangun persahabatan, kebaikan, dan kasih sayang. Tuhan Memberkati

mikerk mengatakan...

@ Wilmana dan NK,

as a big brother, i'm really happy with that progress. We have to moving forward from this point to reach a new horizon of friendship, virtue, righteousness and love

Anonim mengatakan...

bigmike
sedangkan NK, karena di"kadeluk" Budi

Saya kira @nk kena kadeluk gara2 salah ramas "jempol" @budi, dikiranya jempol Pak Eman.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

bigmike
as a big brother, i'm really happy with that progress.

Yg lbh penting bigmike sdh bisa tidur dan beristirahat dg tenang, biar lekas sembuh.

(Wilmana)

mikerk mengatakan...

ha ha ha ha, dengan selesainya episode ini maka, saya akan kembali ke posisi awal, yaitu hanya menjadi pelayan yang baik bagi tuan dan puan yang ingin mencicipi capucino starbucks + donat dunkin atau air gula sabu + wo pereggu he he he he he

Pesan apa bosz????

Anonim mengatakan...

@ Bigmike and all,

"You can't cross a sea by merely
staring into the water."
- Rabindranath Tagore

Apakah ini tidak bertentangan dengan prinsip be your self? Mohon pencerahan (Larry)

Anonim mengatakan...

Om Leri,

Kl mnrt saya Tagore sdh benar. Krn 'be your self' itu cuma cara utk memotivasi org2 penakut yg mgkn mampu asal dia mau coba dulu. 'Be your self' dg principe d'etre toh tdk otomatis bikin saya sehebat Jack Wlech di dunia ini. Wong dia dapat 5 talenta, saya cuma 1 kok.

Nah, 'be your self' itu bg saya bermanfaat utk optimalisasi 1 talenta itu agar tdk sia-sia. Krn seringkali gara2 cuma dapat 1 telenta, org jadi minder lalu talenta-nya disia-siakan.

Tagore mgkn mau ingatkan bhw yg 1 talenta boleh sj bikin optimalisasi, tp jgn ngotot mau bergaya seolah-olah punya 5 talenta. Yg beginian kata bigmike, TIDAK TAU DIRI.

Tapi itu menurut saya. Org lain mgkn lain lg pikirannya.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@ Larry,

Saya kira yang dimaksud oleh Tagore, sastrawan dari India, adalah anda tidak bisa mengandalkan satu hal saja dalam mencapai tujuan. Melihat laut penting tetapi bagaimana dengan angin? (Peter, Jgj)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Cobalah terus diulas tentang manusia yang berbicara sebagai kelengkapan la condition humaine. Pasti menarik. Saya tunggu (Peter)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Saya sudah membaca novel La Condition Humaine yang ditulis oleh Andre Malraux (1933). Ada quote yang amat menarai yang disampaikan Malraux melalui tokoh utamanya, Chen Ta Erh, begini: ketika manusia telah menemukan takdirnya maka takdir itu sendiri telah berakhir dan selanjutnya manusia dapat menentukan nasibnya sendiri.

Kutipan ini secara diametral bertabrakan dengan la condition humainenya Leahy. Meminjam ungkapan bigmike bahwa kemungkinan Malraux benar setengah dan Leahy benar setengah maka, apakah sinergitas Convey dapat digunakan di sini? Dapatkah bigmike memberi tanggapan? (Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Kali iini, dua kali dengan yang di atas, saya betul-betul meminta tanggapan bigmike terhadap "pergulatan batin saya".

Terkait dengan inti psoting, maka apa makna Puisi Chairil Anwar yang kontroversial karena menjadi perdebatan, Cairil Muslim atau Nasrani?

Silakan dibaca, dan sudilah bigmike membantu saya membuat penafsiran terhadap puis Isa

ISA

Kepada Nasrani sejati


Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah

rubuh
patah

mendampar tanya: aku salah?

kulihat Tuhan mengucur darah
aku berkaca dalam darah

terbayang terang di mata masa
bertukar tangkap dengan segera

mengatup luka
aku bersuka

Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah

(Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ Proxy73,

Anda ternyata bukan blogger biasa. Tapi karena "aturan" di blog ini maka saya tidak perlu mencari tahu siapa anda sebenarnya. Tapi dua pertanyaan kepada bigmike sungguh-sungguh "really" challenge. Saya tidak perlu menduga-duga tapi ijinkan saya bertanya kepada Proxy73, apakah anda tulus damalm bertanya atau ada semacam hidden agenda? (Widyanto)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Dua pertanyaan dari Proxy73 sungguh menantang. Jika anda ingin menjawab, saya gembira tapi ketika anda tidak merasa perlu menjawab "tantangan" Proxy73 saya dapat memahami dan mnghormati pilihan anda (widyanto)

Anonim mengatakan...

@ Mas wied,

Swear, saya serius dan tidak ada hidden agenda di situ (Proxy73).

Anonim mengatakan...

@ Proxy73,

Tak apalah. Saya juga menunggu (Widyanto)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang menyatukan bangsa dan menanamkan nilai-nilai keindonesiaan. Sejatinya, pendidikan tidak hanya berupa pengajaran ilmu pengetahuan.

"Pendidikan tidak hanya transfer of knowledge, tapi juga sebagai media integrasi bangsa. Karena itu pengembangan pendidikan tidak boleh hanya mempertimbangkan aspek pengembangan pengetahuan saja," .

Demikian kata pengamat pendidikan Indonesia Darmaningtyas dalam seminar kemarin di Forum Guru Independen. Saya ingin meletakkan pernyataan ini pada konteks posting, yaitu potensi diri yang ada pada masing-masing individu harus terlebih dahulu dididik dan mendidik dirinya sendiri agar mampu direkatkan dengan potensi individu yang lain.

Maka, saya kira, tesis bigmike diperkuat yaitu potensi kemanusiaan perlu dikembangkan melalui proses belajar. Akibatnya, tidak ada orang yang benar-benar pintar karena dia belajar seumur hidup (Syamsudin)

Anonim mengatakan...

@ Pak Syam,

Taruh kata pak Syamsudin benar maka bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia yang malah dikelola mirip usaha dagang korporasi. Apa cocok dengan karakter bangsa? (Larry)

Anonim mengatakan...

@Wilmana

Anak Pak Robert ada 10. Kalo saya dpt 2 jempol, bigmike pasti lebih lg. Dr 10 yg Pak Eman kasi, dua org sdh terima 5 ato 6 jempol, sisa 5 jempol utk dibagi-bagi ke 8 orang.

Ha ha ha saya bayangkan, @nk cuma kebagian ujung kuku. Baku rampas dg @Budi.

Disinilah keunikan yang saya lihat dari DNA SGT. Ada saat mereka bisa sangat ngotot, tapi ada saat mereka bisa berdamai dengan hati.
Senang bisa lihat @Wilmana tertawa lagi. Salam damai (YR,Jkt)

Anonim mengatakan...

@BM,
Teruslah menebar persahabatan, kebaikan dan kasih sayang. Tuhan memberkati anda dan keluarga. (YR, Jkt)

Anonim mengatakan...

Huuuu Ape Gue Kate!!

Rumput yang tinggi pasti kena angin kencang, ollee ollee angin kennn tut!
akhirnya ya repot sendiri! Kacian deh lo!!
moga2 kali ini bisa belajar rendah hati, masa 39 thn kagak belajar2 juga!
oolle olle!! belajar!

(Suto Sinting alias Pendekar mabuk)

Anonim mengatakan...

@ Pak Mike,

Puisi Isa dari Chairil Anwar mungkin bagus dijadikan bahan renungan minggu. Saya berharap (Yes, BTN)

Anonim mengatakan...

O iya Pak Mik, ada puisi Chairil Nawar yang juga bernuansa Kristiani, saya lupa judlnya. Tapi ada kata-kata..Tuhanku dalam termangu kusebut namamu...mungkin bisa pak Mike cari dan diulas. Saya berharap Pak (Yes, BTN)

Anonim mengatakan...

Wooooiiiiiii all, ..wakakakakakekekekukukukkikikik....knape kita beneren jadiin bigmike sebaga "pelayan kafe" yaaaa???? haha ha ha GW minta anggur Malraux, trus Yes pesen Chairil Anwar...nta ade nyang laen minta bubur kacang ijooo.....huaaa ha ha ha ha. Gini aje, asal ade sempet dan terinspirasi silakan bigmike tunaikan pesanan. Kagak ada paksaan dechhh....oleeee.....oleee..paksaan...(Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike and all,

ada nyang gw gelisahin. Nih hari ada berita...gw kutip dari okezone.com....

Kemacetan terjadi sesaat setelah Hasan Tiro di Banda Aceh. Pasalnya para simpatisan dan masyarakat Banda Aceh yang ikut mengiringi ke Pendopo Gubernur Nangroe Aceh Darusalam mencapai ribuan orang.

Selebaran atau pamflet provokatif bertuliskan "Merdeka" dari Partai Aceh yang menyebar di sekitar Jalan Iskandar Muda, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Jumat 10 Oktober lalu, dinilai telah menyalahi aturan perjanjian damai atau Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki.

Apa artinya nih? Aceh kebelet merdeka? GW ude yakin dari dulu. Selangkah lagi Aceh out. Bisa diterima? GW rindu ama anak NKRI nih...(Proxy73)

Anonim mengatakan...

Suto Sinting
Rumput yang tinggi pasti kena angin kencang, ollee ollee angin kennn tut!
akhirnya ya repot sendiri! Kacian deh lo!!


Huu huuu hiks hiks, dasar sinting... Awas loe.. Gw laporin ama abang gue baru tau rasa loe... Namanya Warok Budi...

=Wiro=

Anonim mengatakan...

tapi ade nyang teduh dan menenangkan. Nih komentar dari salah satu tokoh Asnional kite....


Sultan Hamengku Buwono X menyatakan bahwa pemimpin masa depan Indonesia harus bisa mengibarkan semua bendera di Indonesia, ungkapnya saat menjadi pembicara dalam seminar kepemimpinan di Universitas Maranatha Bandung Sabtu (11/10/2008).

"Pemimpin masa depan di Indonesia haruslah berdiri di atas semua golongan dan tidak mementingkan urusan golongan dan pribadi masing-masing.

Dimana dalam perkembangan krisis kepemimpinan di Indonesia, Sultan menyayangkan dominasi kekitaan dan kekamian yang masih ditunjukan oleh para pemimpin negeri ini," tuturnya.

Sultan juga mengharapkan makna kebhinekaan saat ini lebih ditekankan dengan menumbuhkan jiwa kepemimpinan sejak dini.

"Bangsa kita yang plural ini, harus bisa menyeimbangkan antara kepentingan kaum minoritas dan mayoritas, sehingga tujuan persatuan dan kesatuan nasional melalui Bhineka tunggal ika tercapai guna ketahanan bangsa Indonesia yang kaya akan ragam ini," ungkap Sultan.

Kalo 2009 anda pilih Sultan kagak? GW masih bingung tapi SBY-JK no waaayyyyy....Nggak amanah. Nggak ngembangin la conditon humaine (Proxy73)

Anonim mengatakan...

Om yes deng om proxy sabar ya!!!

pelayan cafe ada pi belakang!! lagi muku!

hhhuuugggghhh hugghh brot plung!!

nah itu om dong dengar to, sabar sa eee

(suto sinting)

Anonim mengatakan...

@ Proxy73,

Ente ternyata "normal". Permintaanmu pada bigmike berat banget. Pertanyaanmu tentang 2009 bikin bingung. Wah, apa yang kau cari Proxy73? (Ghentenx, Sydn)

Anonim mengatakan...

Sebenarnya puisi CA yang paling memenuhi prinsip be your self adalah AKU. Puisi ini amat menonjolkan keakuan yang sangat kuat.

AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943 (Ghentenx)

Anonim mengatakan...

weleh... weleh.. kelamaan libur dr blog ini jd kelupaan mikir nih. sangking lupanya, gw baca berulang2 kali loh. Emangnya cuman pulsa doang yg bisa isi berulang2 kali?!

tapi keknya blom bisa full nih otak gw. yg kebaca (ato kelihat ya?) kok cuman be your self ... be your self .. n be your self

Lah kalo ibaratnya gw pohon pengin jadi rumput, mang nape?
Ini yg blom bisa gw fahami, maklumlah.... dah kelamaan gak mikir sih

Salam bwat semua yg disini yee...
Sori blom sempet baca2 komen, lagi di suru2 (malu ah.. sapa suru datang jakarta...)

~JM

mikerk mengatakan...

@ MR JIMI,

Ente emang MABUS AABIEZZZZZZ he he he he he. Umpame kate ni ye, kalo MR JIMI di suruh jadi SBY mau kagak? kemungkinan mao. Bisa enggak? kemungkian itu ade tapi bagaimana caranya ngalahin SBY-JK, Megawati, Prabowo dan....Raja penjenengan sendiri, Sultan X?

Nah yang paling muskil adalah ini: bisa nggak Broer JIMI jadi pohon nangka, pohon palem, atau bunga roos atau bunga melati.

Tapi, hal terpeting dalam hidup bukan mau jadi ini dan itu tapi "berusaha" untuk menjadi ini dan itu sepanjang tidak bertentangan dengan la conditon humaine, yaitu berbicara, belajar dan berbudaya.

Untuk urusan itu, saya yang amat gemar musik, harus angkat 2 jempol tinggi-tinggi, kalao 4 nanti kejengkang, sama MR JIMI dan blognya. Produk budaya itu adalah hasil proses bicara dan belajarnya broer JIMI. Dan sumpe abiez, blognya broer JIMI memang sudah membagikan banyak keceriaan bagi kami-kami. Maka, saya tautkan blog boer JIMI ke blogroll saya.

Itulah inti dari posting ini, yaitu be your self melewati proses bicara, belajar dan berbudaya. Broer suka? Alhamdulilah. Enggak suka? Ya, harus suka dong. Masa' suka-lah (maksa nih yeeee...he he he he)

mikerk mengatakan...

Bung Yes dan Broer Proxy73

Permintaan anda akan saya tunaikan dalam posting mendatang. DOn't worry. I ini kan bartender dan pelayan yang good. Fine-fine sajalah. Masa' saja-dong? he he he

Hari ini saya mau posting sesuatu sebagai hadiah hut norman, si penerus DNA saya

Anonim mengatakan...

@ all,

posting ini adalah posting tebar peson, yaitu bigmike menbar pesona baik tentang isinya maupun keterlibatan aktifnya dalam kolo omentar. Semua sudah batang tentu punya alasan. Di akhir masa edar posting ini catatan ini ingin saya berika sekaligs mencoba memberikan pengetian baru bahwa tebar peson tidak harus dimakna secara kosong tetapi berisi. Inlha yang dilakukan oleh bigmike.

Ketika kita menganggapnya hebat, ternyata dia sendir memberitahukan kita bahwa dia sedang berbicara, belajar dan mencoba budaya-budaya baru.

Ketika kita begitu yakin dengan argumen kita, bigmike datang dan mengatakan bahwa dia cuma benar setengah. Maka bagi saya, satu lagi inti posting kali in, yaitu rendah hati (Eman, CN. Oebufu)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Apa yang anda katakan semaki menemukan aura kebenaran karena sekalilagi, seorang tokoh besar "sependapat" dengan anda. Perhatikan kutipan ini

"I long to accomplish a great and noble task,
but it is my chief duty to accomplish small
tasks as if they were great and noble."
- Helen Keller

So, jadi rumput juga harus dilihat sebagai tugas mulia (Syamsudin)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Berbicara, belajar dan berbudaya. Itulah yang bigmike lakukan selama ini dan kami mendapat manfaatnya. Kami mendapat sahabat yang mau berbagi dalam persahabatan, kebaikan dan kasih sayang. Tuhan memberkati bigmike (Sherly, Oebufu)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Blog yang bagus. Kita terus menunggu hal-hal baik yang bisa disahring oleh anda. Salam dar HA IPB, Boogor (Fadillah)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Posting ini murni bersisikan naluri ama sebagai guru. Belajar. Belajar. Belajar. Bagaimana kalau belajar terus tetapi miskin. Kebanyakan dosen adalah kelompok oran pas-pasan. Makannya lebih banyak orang merasa tidak perlu belajar tapi dengan sedikit modal, jadi pengusaha. Modal tampang jadilah artis. Jadi, apa esensinya belajar kalau kesuksesan hidup bisa diperoleh tanpa belajar? (John, Oemasi)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Posting amat sangat bagus. Ada beberapa quote yang bisa ditarik dari posting ini. GW copy paste posting ini ke blog pribadi ya. Nanti gw sebut sumbernya kok. Trus gw sent ke e-mailnya bigmike seperti yg tertera di blog bahan kuliah (PM, MegaKuningan)

Anonim mengatakan...

@ John,

Kata Pearl S. Buck: "The young do not know enough to be prudent, and therefore they attempt
the impossible -- and achieve it,
generation after generation."

Seorang bayi berkembang menjadi anak-anak, menjadi remaja, menjadi pemuda, menjadi pria muda, menjadi pria matang, mejadi pria dewasa dan...to be prudent. Itulha kehidupan dan untuk menjadi semakin dewasa maka diperlukan proses belajar.

Maka, kesuksessan tidak sama dengan kedewasaan. Si Baim imut memng sukses tetapi apakah dia akan enjadi manusi dewasa? kita tidak tahu kecuali nanti kita tahu seperti apa pross belajarnya. Jadi, pertanyaan anda itu salah karena asumsi anda yang salah karena mengidentikan diri kesuksesan dengan kedewasaan (PM)

Anonim mengatakan...

@Bigmike,

Apakah anda berani untuk berubah menjadi rumput yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya sehingga bisa menjadi berkat bagi lebih banyak orang? (Julius)

Anonim mengatakan...

@BM

eh he he.. kemaren terburu2
but nice @BM mo klarifikasi alias jelasin.
maksud ane emang begitu

Jujur aja, ini cerita jujur -- ini cerita pribadi aja, mudah2an para sidang pembaca bisa memakluminya.

Sebenernya, sy punya bbrp (lebih dr satu) pengalaman buruk sekali dg Be Your Self ini yg berdampak ke orang2 yg pernah dekat. Sy sendiri juga ndak tau salah siapa, salah saya kah ato salah dia sendiri, tp dlm hati kecil suka terasa dosa jugak sih. Kalo sy pikir2 kayaknya gara2 orang2 ini belum betul2 matang. Ciri2nya Orang2 ini biasanya dr nul puthul (culun abis), habis itu kenal sy yg berantakan. Dampaknya adalah ada yg fanatik buta, dan tak berapa lama stl pisahan (krn pindah kantor, dsb) sy denger n tau orang2 itu jauh lebih berantakan dr sy hanya gara2 too be your self. Mereka nganggap orang laen salah semua. Duuh... critanya panjang, singkat kata mereka kejangkit "don't trust anybody else". Sy sendiri suka heran, dr mana mereka beriman spt ini, padahal seinget sy gak pernah ngajarin begitu.

Bahkan sy denger or taunya dr bos2 ato mantan bosnya sendiri yg jd sebel banget, apalagi suka nyebut2 "menurut... (nama sayah)". Yah, yg kayak gitu cuman ada bbrp orang dr orang yg pernah kenal sy. Tp sy masih suka merasa bersalah kl ada panutan kayak BM bilang be your self. Takut ada yg salah tafsir, bukan masalah di konten tp dampaknya.


Oops!... dah dapet panggilan car call nih, ntar sampe rumah gw pasti kesini lagi

~JM

Anonim mengatakan...

(dah nyampe rumah, langsung kesini ...)

hueh heh he... aku geli sendiri baca komen diatas, kayaknya ngetiknya blepotan gitu. Geli juga gw bisa crita ttg pengalaman diri sendiri di komen he he he....

yup, intinya gw pernah punya pengalaman buruk. Barangkali dr komen diatas, udah ada yg bisa faham kenapa blog saya kok cuman isinya klip2 doang, ndak ada ide, crita, gagasan, etc babarblas.

Juga kenapa gw paling males komen di blok2 laen, kalopun komen suka dibilang samar2, susah dimengerti, dsb. Ya gak laen krn masih trauma kayak gitu. Sedangkan di blok ini gw merasa feel at home, gw spt ketemu temen2 di kampus tempoe doeloe yg biasa nyumpah2in or nyesat2in gw kalo gw lagi error.

Udah lama sekali gw gak merasakan itu. Barangkali inilah yg bikin suka takut ngomen or ngomong, khawatir kalo2 ada yg kopi paste omongan gw padahal gw lagi ngawur sengawur-ngawurnya umat. Kayaknya baru di blok ini nih gw bisa merasa merdeka lagi buat mabok, error, ngawur n nyesatin orang. ha ha ha...

Begitulah crita ttg diriku hari ini

~JM

Anonim mengatakan...

@ MR JIMI,


wkakakekekekekkukuku......omongan ente emang rada sulit dimengerti ha ha ha ha ha ha. Tapi gw nangkep juga makasud MR JIMI. Be your self bisa kejebak dalam sikap mau menang sendiri. Mau benar sendiri. No time to listen each other. Gitu kan bosz????? Nah, emang BM wajib ngejawab nih....dan kayaknya cuma BM deh nyang bisa nagkepin maksud ente...hi hi hi hi..sama-sama mabok. Eh, gw mabok nggak ya???? ..oleee...oleeee....mabok....(Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Nggak nyangka blogmu bagis banget. Numpang baca, numpang komentar. Laen kali aku balik-balik boleh kan? (Wury)

Anonim mengatakan...

@Proxy73
Thanks. Kuakuin ente emang penerjemah oke bangedsz ck ck ck.... (sambil geleng2)

yaa.. n tragisnya sy pernah ngalaminnya sendiri. Kalo bos2 yg ngaku2 murid gw sih, maaf -- kayaknya gw gak ada bangga2nya n mereka nyadar betul itu.
Tapi kalo orang2 yg pernah deket (banget) ma gw jd begitu adanya spt yg @Proxy73 paparkan hanya gara2 pernah kenal gw dlm hidupnya dooh..........

Eniwe, spt sy bilang ini bukan masalah konten, tp dampak aja kok dr Be Your Self. Jd sy pikir ini OOT, gak penting ^_^

~JM

Anonim mengatakan...

@ Jiwa Musik,

Harap diperiksa jangan-jangan masalahnya terletak pada ketidak mampuan untuk mengucap sukur kepada apa yang dimiliki. Mengucap sukur kan tidak berarti sombong, angkuh, egois dan tidak mau mendengar orang lain.

Alquran berkata,.....QS. Ibrahim : 7 “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah nikmatmu. Tapi jika kamu ingkar maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.”....(Syamsudin)

mikerk mengatakan...

Howdy,

Wah saya tidak menyangka komentar di posting ini terus berkembang. Setelah Bung Yes dan MR Proxy73 meminta dan saya pertimbangkan untuk dimunculkan pada posting berikutnya, sekarang ada lagi sahabat saya yang paling bernada ria (ye jelas, doski punya blog musik he he he), MR JIMI yang datang dengan persoalannya.

Baiklah, di salah satu posting mendatang, saya akan menulis sesuai permintaan Pak Yes dan Bung Proxy. Tapi terhadap mas JIMI, saya akan memberi beberapa catatan tetapi, nanti malam karena sekarang saya harus mengajar. Sore mengajar di pascasarjana. Magrib, memimpin peribadatan gereja di Rayon tempat saya tinggal. So, Bung JIMI, sabarlah dikit he he he he

Anonim mengatakan...

@ Pak Mike,

Kebetulan sebelum ke kantor saya buka blog dan melihat komentar-komentar. Saya senang karena pak Mike berencana membuat posting terkait komentar saya. Tapi, sama seperti mas Proxy73, saya juga tidak memaksa karena semua tergantung apa yang Tuhan mau Bigmike lakukan untuk kebaikan, persahabatan dan kasih sayang. Lagi pula, mana berani saya memaksa bigmike ha ha ha ha (Yes, BTN)

Anonim mengatakan...

DAlam salah satu tulisannya pendeta Budi Asali MDiv mengatakan self-confidence, dalam perpektif Yakobus 4:13-17, dengan argumen bahwa:
1. SC menyebbkan kita berusaha tanpa bimbingan Allah;
2. Kita tidak pernah tahu akan hari esok
3. Kita manusia lemah
4. SC adalah kesombongan

Singkat kata, dengan SC kita hidup dalam dosa. Oleh karean itu Pdt Budi menyatakan bahwa SC harus diubah menjadi God Confidence.

Apakah hal ini berarti bahwa be your self-nya bigmike bertentangan dengan pendapat Pdt Budi

Anonim mengatakan...

Adih sori pak Mike...itu dari beta... Yes

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Jawaban bigmike terhadap pertanyaan MR JIMI dan Pak Yes yang terakhir, kita nantikan (Eman, Oebufu)

Anonim mengatakan...

@ Yes,

Saya belum tahu apa jawaban bigmike tapi rasanya pandeta Budi Asali keliru. Coba bayangkan, memiliki rasa percaya diri kok berdosa? Tidak masuk akal (13)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Saya setuju bahwa sintesa dudaya baru hanya bisa dicapai jikalau kita mau belajar.
Manfaat Belajar

Menurut D.A Benton yang telah mensurvei para CEO (Chief Executives Officers) dari berbagai bidang industri, belajar merupakan salah satu kebiasaan penting para CEO sukses. Pemimpin perusahaan yang efektif senantiasa mengembangkan diri dengan belajar, karena mereka banyak mendapatkan manfaat dari kebiasaan sukses ini.

Dengan banyak ”belajar” kita menjadi orang yang memiliki banyak pengetahuan. Orang sekitar kita pun akan melihat dan merasakan ”aset” pengetahuan yang kita miliki, sehingga mereka akan datang kepada kita untuk mendapatkan ”solusi” yang mereka cari. Dengan demikian, kita bisa menjadi orang yang diperlukan oleh orang-orang sekitar kita, karena dianggap dapat memberikan manfaat, solusi bagi mereka. Alhasil, kemungkinan besar kita tidak akan tersingkir dari persaingan di tempat kerja. Sebaliknya, pengetahuan kita yang terus bertambah tersebut akan bisa membuka kesempatan besar untuk melaju dalam karier, ataupun dalam persaingan bisnis. Siapa mau belajar? (Peter, Jogja)

Anonim mengatakan...

@Syamsudin
bisa jadi, but persoalannya adalah orang yg terkena dampak itu belum mampu berpikir spt bung Syamsudin. Yeah.. sobat2 sy bukan hanya dr islam dan beragama, ada diantara mereka yg mengaku tidak beragama ato belum pernah mengenal ajaran agama. Adakalanya saya sulit utk menjelaskan kata2 syukur, pasrah, beriman, dsb ke mereka.

@bm
lho kahn pernah disinggung ama pengomen disini dulu bhw pd dasarnya semua bloger itu ria alias narsis dot kom. hueh he he he....
udahlaah... ini khan OOT, ga usah terlalu dipikirkan,
sy hanya me-remind aja kalo pembaca disini bisa jadi ada yg jauh lebih begok dr gua dan dampaknya bisa2 diluar apa yg qt prediksi. Never mind lah.

@Peter, Jogja
Hueh hi hi hi..... (maafkan sy, gak tahan ngomenin). Yups exactly begitulah... ada bbrp CEO yg sblmnya pernah kenal masih suka datang (via tilpun), barangkali mereka fikir sy bisa kasih solusi bagi mereka. Tapi yg bikin sy terpaksa geli (ato prihatin) disini, ini loh
pengetahuan kita yang terus bertambah tersebut akan bisa membuka kesempatan besar untuk melaju dalam karier, ataupun dalam persaingan bisnis. Siapa mau belajar?

Andaikata nih.. kalo sy mau belajar entar, apa sy bisa melaju dlm karier ato persaingan bisnis jugak ya?
Ah..... ada kalanya sy suka menghibur diri dg dalih dokter ahli belom tentu bisa nyembuhin penyakitnya sendiri, psikolog belum tentu bisa nasehatin suaminya sendiri, insinyur IT belum tentu bisa bangun LAN/WIFI di rumahnya sendiri, dukun belom tentu bisa doa'in buat dirinya sendiri, BM boleh ngajar di pascasarjana belom tentu bisa ngajarin ilmunya buat bininya sendiri. Lhah kalo BM aj kage bisa, masyak gw mau ngalahin BM?? Kuwalaat...

~JM

Anonim mengatakan...

@Peter Jogja,
scr legal formal mrn saya kalimat itu baik, bagus, benar dan syah2 aja mengingat ada kata2 "akan bisa", namun sy hanya balik fikir lagi ke dampak mirip kasus be yourself ala BM yg dampaknya udah dipaparkan scr gamblang oleh Proxy73 diaas.
Ini khan bukan blok marketing khan?!

~JM

«Terlama ‹Lebih tua   1 – 200 dari 230   Lebih baru› Terbaru»