Senin, 06 Oktober 2008

Bersukurlah menjadi Rumput

Dear Sahabat blogger,

Berakhir sudah masa liburan. Liburan yang cukup panjang. Sekitar 10 hari. Cukup lama. Senda gurau di masa kecil dahulu menghasilkan defenisi bahwa liburan yang lama adalah liburan yang ketika kembali ke bangku sekolah dan ditanya guru 1 + 1, jawabannya adalah 8 ....he he he ...saking lamanya libur, kami kembali menjadi bodoh. Mungkin "sindroma" seperti ini yang membuat PNS di Indonesia, pekerjaan pertama pada hari pertama setelah libur yang lama adalah.....libur lagi alias bolos....mengapa demikian? Yah, karena kembali menjadi bodoh.....perlu diteliti. Bagi saya pribadi, liburan kali ini ditandai dengan dua hal, yaitu adanya Hari Raya Lebaran dan kepergian saya pertama kali ke Sabu. Negeri asal leluhur saya. Pulau liliput di tengah Laut Sabu dan Samudera Hindia. Pulau yang ketika pertama kali memandangnya dari dekat, kesannya aadalah....woooow kerrrr.....sori, bukan wow keren........tapi wow...kering.....

Ada dua pertanyaan, yaitu apakah sahabat-sahabat yang baru saja selesai berpuasa dan berlebaran lantas berubah menjadi lebih baik? Sebelum berpuasa anda adalah anak "nakal" dan sesudah berpuasa anda berubah menjadi uztad atau uztadsah. Begitu? Lantas, sesudah ke Sabu, yang berarti saya mendaptkan kesempatan untuk mendapatkan pelajaran dari keraifan-kearifan lokal yang hidup semenjak masa para leluhur lantas saya berubah menjadi anak manis yang tidak lagi berulah aneh bin ajaib? (kalau yang ini jawabannya, telak: ....hari minggu kemarin malah saya tidak pergi ke Gereja.....ada alasannya tapi....ya itulah yang terjadi). Kalau ini pertanyaannya maka sebenarnya pertanyaan paling mendasar adalah apakah niat atau nawaitu anda ketika berpuasa dan atau saya melakukan perjalanan pilgrimate ke negeri leluhur? Saya sungguh tida tahu apa jawaban para sahabat tetapi adalah niat saya ke Sabu guna memperoleh bekal kearifan baru yang bisa digali dari etika tradisional yang ada, yang saya dengar bersifat adiluhur. Nah, para sahabat terkasih, tentang niat atawa nawaitu itulah yang ingin saya tampilkan lewat lirik berikut ini.

Bertahun lamanya aku berdiri di sini
Sepi sekali rasanya, suara anginpun seakan tidak terasa
Dan , di dalam kesepian ini aku melihat ke kiri dan ke kanan,
ternyata ada tetanggaku yang perkasa. Dialah padi
Ya, ada banyak padi di sini. Amat banyak

Entah mengapa, aku tiba-tiba ingin menjadi padi
Lalu aku berdoa kepada kehidupan agar aku dapat menjadi padi
Aku berdoa dengan khusuk. Doa yang jernih dan bening

Tiba-tiba, bertiuplah angin kencang mengguncang tubuhku
Tangan-tanganku yang tadinya melambai-lambai sekarang terpaksa terlipat
menyatu dengan tubuhku. Kakiku terbenam makin dalam ke dalam tanah?
Apakah aku telah berubah menjadi padi?

Perlahan kubuka mataku dan kulihat sekelilingku
Wow, ternyata aku tetap saja rumput. Bukan padi.
Aku tetap rumput yang menjadi gulma di tanah sawah dan di ladang
Aku rumput yang harus dicabut petani
Aku cuma rumput bahkan aku adalah gulma

Setetes embun jatuh ke tubuhku
Berkilau diterpa metahari dan perlahan mengalir membasahi tanah
Angin semilir berlari menerpa daun dan tubuhku menimbulkan nada kidung indah

Tapi aku tidak perduli karena sekarang kepalaku mendongak ke atas
Ada bintang di atas langit. Indah
Aku ingin menjadi bintang

Apa kesan anda terhadap lirik di atas? Bagi saya adalah ini:
1. Ada rumput dan padi berdampingan di sawah;
2. Ada rumput yang kepingin menjadi padi;
3, Ada rumput yang berusaha dan berdoa agar berubah menjadi padi;
4. Ada rumput yang kecewa karena doanya tidak terkabul:
5. Ada rumput yang kembali berharap dapat menjadi bintang.
Apa kesimpulannya? Ini: ada rumput yang tidak pernah mau menjadi dirinya sendiri.

Apa pesan moral dari ceritera di atas? Oh, bukan sesuatu yang istimewa tetapi perlu didengungkan kembali, yaitu be your self. Dahulu ayahanda almarhum pernah mendongengkan kepada saya tentang katak yang ingin menjadi lembu. Hari ini saya menulis tentang rumput yang ingin menjadi padi dan, lalu, bintang. Apa hasilnya? Katak itu mati. Rumput itu kecewa. Begitulah sidang pembaca, terlalu banyak keinginan yang memenuhi kepala kita ketika melakukan sesuatu. Terlalu banyak cita-cita ketika kita mengerjakan sesuatu. Dan, yang dimaksudkan dengan "sesuatu" itu adalah sesuatu yang di luar diri kita. Sesuatu yang tidak di dasarkan atas penilaian yang obyektif terhadap siapa diri kita. Apa kemampuan kita. Di Kabupaten Rote, NTT, hanya ada 25 kursi di DPRD II tetapi apakah anda ingin tahu berapa banyak caleg yang akan berebut karena menginginkan kursi -kursi itu? 900 orang. Apa niat mereka? Ada seorang kenalan saya yang mengurus dirinya sendiri enggak becus, tiba-tiba datang ke rumah meminta agar saya mau berkampanye untuknya dalam pertarungan colak-calek tahun 2009 nanti....weleh...weleh....wel wel wel....leh leh leh.....

Begitulah, saking benyak dan tinggi-nya cita-cita, lantas kita kehilangan kewaspadaan terhadap siapa diri kita sendiri. Di satu kali kita menganggap berlebihan diri kita. Di lain waktu kita terlalu menghina kemampuan diri kita sendiri. Andai saja rumput tidak terlalu cepat iri hati kepada padi maka si rumput akaan tahu bahwa betapa bergunanya dia. Rumput adalah makanan utama herbivora yang merupakan salah satu sumber protein hewani terpeting bagi manusia. Tanpa rumput, mana ada aksi-aksi Pele, Maradona, Gerd Muller, dan Lionel Messi. Tanpa rumput, mana bisa Tiger Woods menjadi maestro lapangan Golf. Tanpa rumput kita tidak maka roti karena gandum adalah bangsa rumput-rumputan. Tanpa rumput, orang Jawa bisa repot karena bahan bangunan rumah tradisionalnya berasal dari bambu. Tmbuhan bambu merupakan salah satu anggota keluarga rumput-rumputan. Dan, perhatikan ini, tanpa rumput kita tidak makan nasi karena si Oriza sativa adalah keluarga rumput-rumputan. Siapakah itu Oriza sativa? Anda benar. Tidak lain dan tidak bukan, adalah padi. Ya, si padi yang dicemburui oleh si rumput. Mengenaskan, si rumput saking kepinginnya menjadi padi, lupa bahwa padi adalah rumput juga. Si rumput juga tidak tahu bahwa permukaan bumi ini, menurut data dari CIA, menguasai lebih dari 60% permukaan bumi daratan. Dan dengan cara itu, rumput adalah salah satu pencegah erosi yang handal. Rumput adalah penangkap CO2 yang akumulasinya di atmosfer dikuatirkan akan menimbulkan efek rumah kaca yang memicu pemanasan global. Rumput adalah penangkap dan reflektor bagi radiasi gelombang pendek dari surya dan radiasi gelombang panjang permukaan bumi sehingga bumi terhindarkan dari efek terpanggang seperti sate ayam. Wow, begitu banyak fungsi rumput. Sayangnya si rumput tidak tahu.

Apa kesalahan si rumput? Si rumput tidak paham filasafat bahwa setiap makhluk hidup, apalagi jika dia adalah manusia, adalah 2 hal sekaligus, yaitu siapa dirinya dan apa dirinya. Berdasarkan ini Socrates mengatakan "bahwa kenalilah siapa dirimu". Hal yang pertama, ingin mengatakan bahwa manusia adalah khas. Hanya dialah satu itu di dunia. Tidak ada yang lain. Satu manusia satu sidik jari. Hal berikut adalah, apalah gunanya dia bagi sesama dan lingkungannya. Kehilangan salah satu di antara dua kesadaran ini membuat manusia kehilangan principe d'etre-nya. Sesudah kembali dari Sabu, apakah saya berubah menjadi Bradd Pitt? Tidak juga. Saya tetaplah si coklat gempal. Hidung saya tetaplah bulat kecil tak ada indahnya sama sekali. Saya toh seorang Doktor. Ya, tapi ada ribuan orang Doktor lainnya dan mungkin saya adalah Doktor terbodoh. Lantas, apakah saya bermimpi ingin menjadi Doktor seperti Einstein? Ah, tidak juga. Ada 80 Doktor di Undana tetapi Doktor Kehutanan di Undana cuma 1. Di luar Undana ada ratusan, mungkin ribuan Doktor kehutanan. Ya, tapi Doktor kehutanan yang S1 Peternakan dan S2 Agronomi mungkin cuma saya. Ada banyak Doktor tetapi Doktor yang punya isteri bernama Dolly ya cuma saya. Doktor dengan adik yang bernama Laki, Kana, Uli, Dina ya cuma saya. Cukup? Belum bosz. Apa yang sudah saya kerjakan? Ah, kalau ditulis satu-satu maka tampaknya akan menjadi daftar kesombongan. Yang terpenting adalah: apa yang sudah kita kerjakan dengan apa yang kita punya.

So, kembali ke laptop. Apapun yang sudah anda, dan juga saya, niatkan dan lakukan dengan berpuasa, beribadat dan pilgrimate, tidak akan ada gunanya jika anda, dan sudah barang tentu saya, tidak berkeinginan untuk menjadi diri sendiri. Wah, kalau begitu apakah saya yang sebelumnya adalah manusia culas harus tetap culas demi tuuan be my self? JANGAN karena, dengan begitu anda akan menentang kodrat manusiawi anda sendiri. Apa kodrat manusiawi anda? Berbicara, belajar dan berbudaya. Berbicara adalah hal pertama yang membedakan anda dengan monyet. Dengan berbicara proses belajar dapat dilakukan. Inti dari proses berbicara dan, lalu belajar, adalah menemukan keteraturan dan kebaikan dalam hidup. Kedua hal inilah yang membentuk kebudayaan. Jadi, korupsi bukan budaya. Berkelahi bukan budaya. Memaki bukan budaya karena hal-hal ini bukanlah keteraturan dan kebaikan. Louis Leahy mengatakan bahwa Berbicara, Belajar dan Berbudaya adalah La Condition Humaine. Apa hubungannya dengan be your self. Oh amat jelas, hanya dengan la condition humaine maka kita dengan mudah akan memahami jati diri kita, baik sebagai makhluk spesial maupun sebagai makhluk generalis yang berguna bagi sesama. Dengan la condition humaine, saya adalah saya. Anda adalah anda. Ada banyak gunanya. Saya berguna bagi sesama. Andapun demikian. Si rumput tetaplah rumput tak perlu menjadi pohon. Tetapi jadilah rumput yang berguna. Bersukurlah menjadi rumput.

Tabe Puan Tabe Tuan

230 komentar:

«Terlama   ‹Lebih tua   201 – 230 dari 230
Anonim mengatakan...

Asik. Saya pemberi komentar ke 201 he he he he. Ikut bikin sejarah dalam blog pak Mike Nih. Selamat pak. Tembus angka baru nih.

Pak Mike dalam Matakuiah Rangeland management menerangkan bahwa rumput adalah tumbuhan pionir. Sebelum tumbuha lain bisa mendiami suatu teritori, rumput tumbuh duluan. Selalu yang menjadi contoh adalah kasus gunung krakatau. Rumput juga menjadi nenek moyang berbagai jenis tumbuhan penghasil pati-patian seperti jagung, sorghum, dan padi. Kata beliau, kita tiap hari makan rumput. Bukan daun rumput seperti sapi tai makan bijinya, yaitu biji padi. Bambu juga jenis rumput. Pada tahun 2400 SM, rumput dijadikan bahan pembuat kertas. Selama 10.000 tahun rumput adalah makanan utama sapi dan sapi adalah sumber utama protein hewani bagi manusia. Sumber susu bagi manusia. Tidka ada rumput, tidak ada lagu rumput yang bergoyang ebit g ade. Jadi, saiapa yang berani bilang rumput hina dan tidka berguna? Dan pak Mike, beta lulus dengan nilai 4 sudah ko? ha ha ha (Sony, Fapet)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Jumlah komentar sudah menunjukkan siapa anda dan bagaimana mutu tulisan anda. Bravo (DoJ)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Ii posting yng bisa bikin orang papua minta merdeka karena menyebutkan tentang be your self. Kalau papua mau menjadi be your self maka pilihan lain tidak ada selain merdeka he he he. Apa begitu bigmike? (Pace Noge)

Anonim mengatakan...

@ Pace bigmike,

Tapi sa akui, pace punya log bagus skali. Saya suka kutip-kutip bahan di blog. Semua posting renungan Kristiani saya copy habis. Terima kasih ya pace (PaceNoge)

Anonim mengatakan...

@ Ana Ganteng,

Beta heran. Makin baca artikel ini beta makin penasaran. Sekarang beta malah jadi hobi surf di net untuk cari-cari makna berpikir dan belajar. Makin dibaca makin penasaran . Tapi sejauh ini beta terus setuju bahwa belajar dan berpikir adalah prasyarat berkebudayaa. Dan berkebudayaan yang makin baik akan membawa kita ke hidup yang lebih baik (A9ust)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Salam kenal. Blog yang bagus dengan posting-posting yang mencengangkan. Kayaknya, kita pernah ketemu di Dewan DAS Nasional tahun kemarin deh (Yewe)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Saya memutuskan untuk membuka blog setelah merenungkan kembali kasus tawuran antara mahasiswa YAI dan UKI di Salemba.

Semua itu terjadi karena menurut hemat saya, di Indonesia telah terjado pross salah didik. Perguruan tinggi hanya menawarkan gelar dan tidak mendidik moral dan akhlak mahasiswannya. Maka, para mahasiswa hanya perduli nilai dan tidak perduli bahwa ketidak sopanan dan kekurang ajaran mereka adalah salah pencapaian dalam proses belajar. Maka, mau jadi apa Indonesia dengan generasi muda dan calon intelektual macam begini? Saya sedih

Anonim mengatakan...

Baca juga berita di HU Kmpas pagi ini. Seorang mahasiswa Akademi Pelayaran Nasional (APN) Sukohardjo Jawa Tengah menginggal saat ospek. Muhammad Arifin (18 tahun). Setelah seharian mengikuti aacara ospek pukul 22.00 disuruh tidur dan dbangunkan pada pukul 24.00. Pada pukul 00.30 disuruh long march sejauh 10 km. Baru 3 km dia pingsan dan nyawanya tidak tertolong. Ini proses berkebudayaan macam apa? (Syamsudin)

Anonim mengatakan...

@ Mas JIMI,

Kenapa Mas JIMI takut ama dampak be your self. Malah tampak seperti kurang percaya diri. Udah PD aja lagi. Blog sampeyan jelas-jelas bagus kok. Bravo (Ryan)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Sebagai orang 1/2 Jawa sudah barang tentu pernah mendengar ceritera wayang tentang pendawa lima yang artinya anak 5 lelaki semuanya.

1.Puntadewa tertua pendawa, diceritakan sebagai orang jujur dan
pintar, itu identik dengan mulut dan kepala manusia itu sendiri, dimana letak dari pintar berpusat di kepala itu sendiri, dan kata -kata di mulut.

2.Bima, kedua dari pendawa, berbadan raksasa, selalu berdiri
tegak, lurus dan kokoh, walaupun di "paseban" (pertemuan dengan raja dan para pembesar) sekalipun, itu diibaratkan sebagai badan
(dada/punggung.red), yang dimana akan lurus tanpa bisa ditekuk...(khan ngga ada kata - kata, menekuk dada, yang ada khan mengelus dada)

3. Arjuna, penengah pendawa, diceritakan dalam wayang dia beristri 999 cuman gagal sekali dalam kisah "Palguna dan Palgunadi", menggambarkan
nafsu kejantanan dari lelaki.

Terakhir adalah sikembar, 4. Nakula dan 5. Sadewa. Perkembaran ini memberi gambaran tentang sifat anatomi manusia yang selain kepala maka mulut, badan dan kemaluan, semua bagian manusia normal selalu dua (kembar. Misalnya saja, kaki,tangan,telinga,mata,etc)

Jadi ke lima pendawa ini menggambarkan satu kesatuan yang membebtuk 1 sifat kejantanan lelaki. Bima nggak pernah tukar peran dengan Arjuna. Mereka selalu be them self. Tapi lalu saling melengkapi.

Oleh karena itu, saya setuju dengan bigmike. Rumput biar saja rumput sebagaimana arjuna tetap arjuna. Persoalannya apa yang sudah dikerjakan rumput? Apa yang sudah dikerjakan arjuna. Jangan sampai jawabannya ..mboten nopo-nopo....(Ghentenx, Sayidan)

Anonim mengatakan...

@Ryan
thanks, higs... sy seperti kurang percaya diri ya? may be yes, may be no.

yes: kalo yg ngomong itu, misalnya para pendawa ala hentenx, Sayidan. mereka itu khan seleb yg kemungkinan besar ditauladani taklik ma kaula alit yg tak pernah dikisahkan oleh para dalang. Lha pa lagi kl yg ngomong itu krisna ato bisma ato BM, wah... wah... ini sih omongannya bukan hanya ditauladani taklik lagi, tapi sabda pandita ratu. Salah tafsir dikit aja, bisa bablas dalane...

no: kalo yg ngomong itu tokoh jahat ala duryudana pa lagi para kroco2 kurawa, ato tokoh sesat n ngawur-ngawuran semisal durna. Mo ngomong apa mereka, orang juga mikir 100 X sblm mempercayainya, mikir 1000 X sblm mencoba mengikutinya.

Jadi, kl yg ngomong be yourself itu BM, sekali aja, bisa berdampak dahsyat sekali. Tapi kalo yg ngomong itu saya -- yg keliatan gak PD ini -- mo ngomong 1000 X pun nggak ngefek.
ah saya ndak pintar ngetik kata2, yaa... gitu ya gitu.

@BM
kalo blom nemu2 kunci jawabannya jugak, nyerah aj deh. Ato tanya wilmana (dooh... risi juga rasanya sy dilarang manggil dg kata 'Pak'), juga nggak ada yg nglarang kok, ato tutup aj komentar ini, biar nggak nambah2 fikiran.
HUA HA HA HA HA HA.......... ROTFL.
Kayaknya ntar sy akan bobo dg mesam mesem nih.

~JM

Anonim mengatakan...

@ Akang JIMI,

Bigmike sedang mencari kata kunci? Mei yes mei be no ha ha ha ha. Kayak nggak tahu bigmike dan kelakuannya ajah. Janji kadang dipenuhi kadang menghilang tanpa kesan. Tiba-tiba topik berubah. Janji evolusi nggak dibuat juga tuh. Dasar mabooookkkk ...ha ha ha ha (Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Ini posting yang paling bikin penasaran....JIMI pusing tuh...Wilmana pusing...NK pusing...Budi pusing....Yes, and many more....pusiiiing.....Gw juga mikir teruuuuusss...he he he he. Udah 200-an komen. Bigmike emang top dah. Posting baru doooooong //Pritha//

Anonim mengatakan...

Maafkan saya Broer JIMI. Saya tida sedang mencari kata kunci tetapi 2-3 hari ini saya kurang sehat dan disuruh dokter untuk tidur-tiduran saja. Janji akan saya penuhi. Percayalah

mikerk mengatakan...

Broer JIMI,

Maafkan saya karena baru sekarang menjawab. Bukan apa-apa sih, hanya karena kondisi badan lagi menurun maka mood saya menghilang entah ke mana.

Jika saya berusaha memenuhi permintaan pesnan Broer JIMI maka sebenarnya saya juga sedang belajar, yaitu apakah pengetahuan saya juga pengathuan yang diterima orang lain. Jika tidak, memang saya be my self tetapi sebenarnya saya, jangan-jangan ab-normal.

1. Hal terpenting dan, sukur alahamdulilan, Broer JIMI sudah menerima bahwa rumput adalah rumput. Jadilah rumput terbaik tanpa perlu menjadi pohon. Keyakinan saya datang dari berbagai asumsi dasar, salah satunya adalah, semua yang terjadi pasti atas kehendak Allah YME. Jika Dia mau saya jadi rumput dan Broer JIMI menjadi pohon ya...kun faya kun....jadilah kita berdua atas dua spesies yang berbeda. Prinsip ini sesuai pula dengan principe d'etre, yang leh karenanya kita berdua dalah pribadi yang khas dan unik. Emak saya yo Emak saya. Ibunda Broer JIMI yo Ibunda Broer JIMI. Ibunda NK dna Ibunda saya adalah sama tetapi NK berhidung boros. Saya agak sedikit efisien ha ha ha ha. Setiap kita adalah pribadi yang unik dan khas karena memang sudah begitu. That's be your self. Dan Broer tampaknya tidak ada persoalan dengan itu. KIta cocok. Kita sepaham. Jadi uraian saya cuma penegasan.

mikerk mengatakan...

Hal yang menjadi persoalan bagi Boer JIMI adalah, kerap kali atas nama prinsipbe your self orang lalu menjadi selfish. Mau menang sendiri, Koppig atawa kepala batu. Enggak suka mendengar kata orang lain. Mengikuti kata orang lain berarti berkurang kadar be your self. Sifat begii, menurut Broer JIMI adalah "dampak dari be your self". Ini adalah persoalan si Broer kita. Mudah-mudahan saya tidak salah menangkap. Yo kalo salah wis ben wae lah...he he he he he

Bila memang benar begitu maka persoalan kita tidak lagi tataran eksistensi be your self tetapi ada pada tataran morality atau ethics of be your self. Persoalan kita adalah etika dan moral.

Kedua kata ini memiliki makna yang sama, yaitu pengetahuan tentang norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia. Etika menyangkut norma-norma umum dan konseptual. Moral menyangkut hal-hal khusus atau spesifik. Maka, apa yang dipersoalkan oleh Broer JIMI jelas sudah ada disini, yaitu apakah harus saya egois? sebaiknya saya lebih toleran? Masalahnya ada pada kesadaran manusia tentng apa yang baim dan jahat. Apa yang tepat dan apa yang tidak tepat. Kesadaran akan what ought. Inilah kesadaran etis.

Broer masih ingin terus menyimak? Jika ya maka lihat di bawah (jika tidak ya off saja beres he he he)

mikerk mengatakan...

Broer JIMI terkasih,

begitu menyangkut kesadaran etis maka Lawrence Kohlber megatakan bahwa kesadaran etis itu tidak statis tetpi dinamis. Kesadaran etis itu bertumbuh. Dan inilah teori Lawrence tentang perkembanga kesadaran etis.

I. Level pra-konvensional

Kesadaran etis pad level ini berorientasi kepada diri sendiri tanpa kesadaran akan baik dan tidak baiknya suatu tindakan. Disebut juga level etik kekanak-kanakan. Ada 2 jenjang kesadaran etis pada evel ini, yaitu

1.1. kesadaran yang berorientasi pada hukuman (obedience and punishment orientation - how to avoid from punishment). Saya memakai helm di jalan bukan karena kesadaran bahwa memakai helm demi keselamatan tetapi karena takut ada polisi yang berjaga.

1.2. Kesadaran yang berpusat pada interest pribadi (self interest orientation). Pada jenjang ini si kanak-kanak sudah mulai rasional tetapi masih berpusat pada kepentingan dan kesenangan diri sendiri. Bagaimana mendapatkan kepuasan pribadi sebesar-besarnya dan jangan sampai rugi apapun. Kesadaran etis adalah instrumen pencapaian tujuan kesenangan. Kalau saya mendengar pendapat si anu, apa keuntungan yang saya dapat? Kalau tidak ada untungnya apa-apa ngapain manut pikiran dia. Emangnya die itu siape?

Ayo, kita maju terus ke kotak berikutnya......

mikerk mengatakan...

Boer JIMI yang baik, kita lanjutkan...

II. Level konvensional

Pada level ini, orientasi kepada diri sendiri mulai ditinggalkan. Sudah timbul kesadaran untuk memperhitungkan kehadiran orang lain. Ada dua jenjang, yaitu:

2.1. kesadaran untuk menyenangkan orang lain (to be a good boy and good girl). Saya megnhasihi ibu saya bukan karena kuebuatannya enak tapi karena dia adalah ibu saya. Titik. Tetapi kesaadaran etik pada jenjang ini masih bersifat parokhial. Di rumah saya adlah anak baik yang rajin membantu ibu. Di luar rumah saya adalah anggota geng yang baik dan loyal. Kalau yang laen mabok-mabokan ya gw ikutan dong supaya teman lain pada seneng.

2.2. Moralitas yang berorientasi kepada kewajiban dan ketaatan terhadap hukum atau peraturan yang berlaku. Di larang tidak boleh telat ke kantor saya ya taat saja karena itu hukumnya. Jika saya melanggar maka saya sudah besikap tidka adil kepada kawan yang tidak terlambat

mikerk mengatakan...

Broer kita maju setapak lagi yuuk....

Level III. Kesadaran etis purna-konvensional.

Kesadaran etis di sini betul-betul bersifat universal.

3.1. Kesadaran untuk bukan hanya harus taat kepada hukum tetapi juga keberanian untuk mengubah hukum dan paraturan berdasarkan hasl penalaran akal dengan terlebih dahulu terlebih dahulu mendengar pendapat orang lain. Jadi akal dan toleransi menjadi ciri jenjang ini.

3.2. Kesadaran etis yang paling puncak, yaitu orang yang dengan penush kesadaran mampu bertindak adil dan benar bukan untu kepentingannya pribadi tetapi untuk kepentingan sesama. Mereka bahkan siap mengorbankan dirinya sendiri demi kebaikan bersama.

mikerk mengatakan...

Nah Broer JIMI,

Silakan kita menilai ada di posisi mana kasus Si Broer. Berusaha be your self hanya untuk kepentingan pribadi, hanya untuk ja'im, hanya karena jaga gengsi adalah kesadaran etis yang bersifat kekanak-kanakan. Jangan ditiru yang beginian.

Sebaliknya, berusaha be your self dengan menghargai orang lain, demi kebaikan dan kebenaran dan bila perlu, demi kebaikan sesama, anda mau mengorbankan diri sendiri adalah kesadaran etika paling puncak. Paling sempurna.

Semoga jelas dan bermanfaat. Tabe Tuan JIMI

Anonim mengatakan...

Mike, beta usul kalao bisa kemas ulang jawaban untuk Mas Jiwa Musik dan jadikan bahan posting. Pasti bagus (John,Oemasi)

Anonim mengatakan...

Beta setuju dengan MR John. Komen ini nanti diolah lagi jadi posting (A9ust)

Anonim mengatakan...

ya amfyuuuun.... masih berkembang to??? ck ck ck... (sambil geleng2 berkali2)

agar dosa saia gak semakin berkali2 gara2 pernah menyulutnya n meskipun dah berusaha memadamkannya sendiri semaksimal mungkin, namun nampak2nya @BM masih bersusah parah sampe kepayahan gicyu.
Ok, meski saia sedang dlm masa hiatus hibernateus, saia kasi bahan sikit.

1. ud saia bilang berkali2, maksud saia adalah its JUST a matter of impact. Its JUST MERELY sapa yg ngomong, etc. (baca! baca!...). Intinya, tau (syukur2 bisa paham) gak orang yg kita kasih advis itu penjelasan renteng merenteng tsb diatas?? Doooh, ternyata saia benar2 tak pandai ber-kata2, maafkan. Sukurlah saia tak jadi dosen, bisa2 ditinggal tidur mahasiswa kalo saia sedang ber-kata2 bagaikan pak beye kalo pidato.

2. Saia tidak pernah tertarik untuk "berkelahi" (pa lagi ma ndut2 g2, kroyokan lagi, mending ngacir aj), pun saia juga sedang tidak tertarik "mengeluh di postingan temannya". So sebelum saia betul2 kembali ke mode hiatus hibernateus, saia kasih kata kuncinya:
arif... ya arif.

Semoga ini bisa memadamkan segala perkembangan yang tidak dikehendaki berkembang sepadam-padamnya.

~JM

mikerk mengatakan...

@ Boer JIMI,

Hueee he he he enggak ada "perkelahian tuh". Ane cuman mau ngasih landasan teori, dulu ane dapet waktu bljar etika penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Boer tanya gini nih, ...be your self baek tapi waktu dipraktekkan kok tampak menjengkelkan karena jadi kelihatan sok bener sendiri, nggak perduli sama orang laen, keras kepala dst...dst.....dst...lantas Broer khawatir ama be your self. Lantas Broer khawatir dampak dilakukannya be your self....begcyuuuu kan Broer? (mudah-mudahan ane kagak sale-sale kate ni boszzzz)

Nah, di atas ane kasi kerangka teorinye....ada 6 tahap perkembangan kesadaran etis. mulai dari yang paling rendah yang sangat kekanak-kanakan yang berpusat pada dirinya sendiri sampe.....noh bosz...yang paling puncak, paling mantap, yaitu kedewasaan yang mungkin hanya dimiliki oleh para nabi kerna apa-apa udah untuk kepentingan banyak orang. Suka-suka diri sendiri ude nggak ade. Orangnya baek. Sebaek-baeknya.

Lalu, ane minta Broer memilih...orang yang be your self tapi arogan dan hanya untuk nyenangin diri sendiri masuk kelompok mana. Orang model begini keliatannya ngebela-belain orang laen tapi nyatanya hanya untuk JAIM, gaya, dan...he he he ade niat laen. Korupsi, misalnya. Broer inget nggak sama mbah harto yang 32 taon jadi bosz di kampung iNdonesia kite nih...be him self, smiling general, keras berprinsip, pengamal pancasila sejati, bapak pembangunan, eeehhhh.....ujung-ujungnye kite pade sengsare becoz...ternyata duit nyang seabrek-abre dikumpulin diberi ke anak-anak, sodare-sodare dan kroni-kroninya....

Di laen pihak, ada orang yang betul-betul be them self, keras megang prinsip, tidak kompromi dengan kejahatan dan tidak juga mau kompromi sama ketidak adilan tapi semua didedikasikan pada kepentingan banyak orang. Baeknya orang ginian adalah baek, sebaek-baeknyaa manusia. Kerja ude nggak kepikiran gaji. Para Nabi atau para Aulia ada pada golongan ini nih. Mane ade nabi yang kompromi ame kejahatan. Nggak pernah denger ada nabi yang kerja trus minta gaji (atau Broer punya info laen ha ha ha ha). Semua hanya demi kemaslahatan umat manusia.

Moga-moga kali ini ude jelas. Kalo enggak jelas maka...kemungkinan besar muka Broer yang enggak jelas .....ha ha ha ha .... kayak hidung ane yang juga nggak jelas ini ha ha ha ha ha ha....

Nah yang ini serius, .....betulan HUT??????....kalo betul...selamat HUT Tuhan Memberkati. Kalo enggak ya udeh.....selamat HUH.....selamat ulang hari Tuhan Memberkati juga ha ha ha ha ha ha.....

Anonim mengatakan...

@ MR JIMI,

kata kunci arif aja nggak cukup karena masih terlalu absatrak. Coba deh ngikutin teori Kohlberg seperti yang dikutip bigmike. Baru deh kita=kita ngeh.

@ BM,

setuju ama beberapa temen laen. Bikin jadi posting tuh teorinya Kohlberg

Anonim mengatakan...

@ Mas JIMI,

Kali ini sahabat, dan kita semua pembaca blog BM, mendapatkan seorang BM dalam rupa guru. Bukan ilmuwan. Dia tidak menjawab pertanyaan mas JM secara langsung tetapi memberikan landasan teori agar Mas JM mencari sendiri jawaban atas pertanyaan mas JM.

Ada dua hal serius yang menurut saya harus diperhatikan:

1. Mas JM sebelum mengajukan pertanyaan sudah mempunyai jawaban tersendiri di kepalanya. Setelah bertanya kesana-kemari malah mas JM menyiapkan jawaban sendiri, yaitu arif sebaga kata kunci. Sikap seperti ini, dalam dunia akademik disebut, menguji. Apakah seperti ini maksud Mas JM? walahualam bisawab. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa mas JM keliru. Tidak tapi ada yang harus kita pelajari bersama. Apa itu? sikap BM. Sikap yang ana? BM tidak ingin menjawab secara langsung tetapi dengan "cerdik" BM memilih untuk "menguji kembali" kemauan baik kita untuk berdiskusi. Berdiskusi sambil sudah mematok sikap tertentu adalah petunjuk awal bahwa si penanya sebenarnya ingin memasuki diskusi dengan satu sikap: ingin menang. Pola diskusi di blog ini, yang sebenarnya jauh lebih baik dan di atas rata-rata blog lainnya, sering terjebak dalam situasi ini. Kalau pendapat saya A maka anda harus menjawab A. Jika memang begitu maka saya menang. JIka anda menjawab B maka anda bodoh. Apakah betul kesimpulan saya? walahualam bisawab. BTW, Bigmike mendapatkan dua keuntungan sekaligus melali caranya. Pertama, BM berhasl menunjukkan kedalama pengetahuannya dan kedua, BM tidak ingin menyakiti hati sahabatnya dengan mengatakan anda salah. Inilah yag disebut sebagai keputusna etis.

2. Mas JM membuat kekeliruan ketika menggunakan kata kunci arif. Padanan kata arif adalah bijaksana. Dalam bahasa inggris disebut wisdom.
Kata ini mengandung makna “kepandaian menggunakan akal budi.” “pandai dan cermat serta teliti ketika menghadapi kesulitan dan sebagainya". Kata-kata ini bermakna filosofis,

Mas JM memulai diskusi dengan mengatakan bahwa dampak be your self dalam implemetasi adalah egois, Bersikap egois adalah pilihan dalam wilayah etika. Maka kunci jawaban bigmike jauh lebih cocok dengan jenis pertanyaan mas JM. Arif adalah permaknaan filosifis tetapi imlplentasinya adalah permaknaan pada wilayah etika.

Ah, sekali lagi saya makin kagum pada BM. Tetapi, saya masih belum mengerti terhadap pilihan etis BM untuk tidak membahas evolusi. Kuatir karena berbahaya? walahualam bisawab (Patrice)

Anonim mengatakan...

Oh iya, saya setuju jikalau BM tertarik untuk mengolah kembali bahan komentar di atas sebagai bahan posting berikutnya karena akan sangat membawa pencerahan. Bisa sebagai panduan bersikap terhadap para sahabat blogger (Patrice)

Anonim mengatakan...

ha ha ha ha baru dapet istilah baru....kalo nggak ngerti sama jawaban maka muka elo yang nggak jelas ha ha ha ha dasar Bigmabuk....(Jinx)

Anonim mengatakan...

@(Patrice)
weeksszch!... apaan neh??

okai.. terimakasih atas masukannya. saia semakin nyadar kalo saia punya keterbatasan kata2 shg sampe menjerumuskan anda terpaksa berdosa dg berprasangka buruk Mas JM sebelum mengajukan pertanyaan sudah mempunyai jawaban tersendiri di kepalanya.
Maafkan saia yg telah menyebabkan anda berdosa dg prasangka buruk tsb. Bagaimanapun juga, u have 100% rights to not trust me anymore. hiks..

@BM
Dg semakin menyadari akan keterbatasan saia ber-kata2, saia khawatir diskusi yg semakin nggak nyambung menyambung menjadi satu, itulah ... malah bisa menjurus ke muke lu jauuuh....

@all
Maafkan saia kalo saat ini saia sedang merasa tidak wajib menanggapi diskusi ini, dan saia sedang merasa berhak tidak menanggapi diskusi ini.

Semogalah keikhlasan dan kebaikan saudara2 atas pemberian maafnya terhadap saia, mendapat balasan yg setimpal dariNya. Amin

~JM

Anonim mengatakan...

wooooiiiii MR. JIMI, julie menghilang a week. Kemane? Mengendap? ...wakakkekekekikiikakakak...that's be your self. Mabok aja kagak usah nyadar...udah asik tuh,,,,(Proxy73)

«Terlama ‹Lebih tua   201 – 230 dari 230   Lebih baru› Terbaru»