Selasa, 20 Mei 2008

Indonesia Bangkit. Indonesia Bisa. Indonesia Bisa Bangkit? (Part 1)

Sahabat Blogger yang terhormat,

Hari ini, selasa 20 Mei 2008, genap 1 abad atau 100 tahun, Kebangkitan Nasional Indonesia. Seharusnya saya gegap gempita mensyukurinya. Tetapi, entahlah. Rasanya, ada sesuatu yang membuat saya lebih baik menahan diri dari euforia. Ada yang terasa mengganjal di dalam hati dan pikiran. Ada yang ingin saya katakan. Tetapi sebelumnya, mungkin ada baiknya jika sahabat bloggers mengijinkan saya untuk memposting sebuah tulisan lama. Tulisan ini sudah pernah dimuat di koran lokal (H.U. Timor Express, 18 Agustus 2007) di Kupang. Di situ, ada yang ingin saya keluhkan. Dan, ini penting: sebenarnya posting tentang Kasih dan juga Indonesia Bangkit, sudah merupakan bagian dari "sesuatu" yang ingin saya renungkan. Sejak awal.

Sahabat blogger yang budiman, nikmati dahulu tulisan lama saya tersebut. Oh, iya, menyangkut tulisan ini, ada kenangan yang ingin saya ceriterakan. Ketika membaca tulisan ini, Ayahanda saya almarhum, sang Guru Tua itu, secara khusus menelepon saya yang ketika itu berada di Jakarta dan mengatakan bahwa: "saya sangat bangga dan terharu dengan tulisan mu. Inti tulisanmu adalah tentang HARGA DIRI. Sesuatu yang menjadi pegangan dan sikap hidup saya serta seluruh ba'i leluhur mu". Turun temurun. Posting ini juga untuk mengenang sang Guru Tua.

Di Depan Kain Merah Putih Nan Lusuh itu Saya Tercenung:

Apakah Kami, Orang NTT, Sudah Tidak Punya Apa-Apa Lagi?

(Renungan 62 Tahun Republik Indonesia Tercinta)

Ludji Michael Riwu Kaho[1]

Sidang pembaca yang terkasih, kejadian yang saya tulis dalam artikel ini adalah sungguh sebuah kisah nyata. Pengalaman pribadi saya. Bukan rekayasa atau yang sejenisnya. Hari itu, tanggal 15 Agustus 2007. Pagi-pagi sekali saya sudah dibangunkan oleh isteri saya untuk menyiapkan diri berangkat ke tempat tugas. Ada janji untuk bertemu dengan orang-orang dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk bersama-sama menuju ke tempat penangkaran Rusa Timor dan melihat perkembangan tanaman cendana yang ditanam di kampus Universitas Nusa Cendana. Setelah mempersiapkan diri seperlunya maka berangkatlah saya ke tempat tujuan dan bertemu dengan tamu-tamu terhormat tersebut. Sambil melihat-lihat dan berdiskusi, berceriteralah kami kesana-kemari tentang rusa Timor, tanaman cendana dan segala kekayaan yang dimiliki oleh nusa archipelago NTT tercinta. Setelah sehari sebelumnya (14 Agustus 2007) kami berlokakarya bersama-sama tamu dari LIPI tersebut tentang potensi tumbuhan gewang yang luar biasa maka diskusi lepas pada pagi hari tanggal 15 Agustus itu menghasilkan kesepakatan intelektual di antara kami bahwa NTT adalah negeri semi ringkai (semi arid) yang pola-pola ekosistemnya unik. Satu-satunya di Indonesia. Ada banyak daerah kering di Indonesia tetapi daerah kering yang berpulau-pulau dengan tipologi klimatik, edafik dan lanskap seperti di NTT memang Cuma NTT. Saya teringat pengalaman ketika menjalani ujian Disertasi di depan Dewan Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM, Jogjakarta. Seorang Guru saya, Profesor dalam Bidang Ilmu Kehutanan membisikan kepada saya: dik, saya itu belum pernah lho melihat savana dan ketika gambar penelitianmu tadi ditayangkan saya segera menjadi jatuh cinta karena dahsyatnya. Ada banyak kekayan di savana NTT seperti komodo, rusa Timor, cendana, lontar, gewang, kayu merah, tanaman obat, rumput kakirik mahappu dan Sorghum timorensis dan banyak lagi. Bukan main, dan memang bukan main-main rasa hati kami dan kawan-kawan dari Undana mendengar kesimpulan intelektual seperti itu walaupun diiringi dengan tantangan bagi kami yang ada di NTT. Bagaimana mengembangkan semua itu sehingga bukan hanya sebatas potensi sumberdaya alam tetapi dapat diubah menjadi kesejahteraan masyarakat NTT seluruhnya. NTT yang kuat adalah Indonesia yang mantap. Merdeka. Puji Tuhan.

Sekitar pukul setengah 10, pertemuan usai sudah. Kami lalu berpisah dengan beberapa janji dan agenda ke depan. Saya lalu dipanggil oleh DR. Fred Benu, ketua Lembaga Penelitian Undana, untuk meminta kesediaan saya mewakili beliau, yang sebelumnya sudah mendapat disposisi dari Rektor Undana agar mewakili institusi kami menghadiri pertemuan di kantor Setda NTT. Pertemuan itu adalah untuk membahas evaluasi pelaksanaan program Gerhan tahun-tahun yang lewat dan rencana kerja program keja Gerhan tahun 2007. Setelah mendengar permintaan Dr Fred maka saya menyatakan kesediaan dan berangkatlah saya. Lalu, sampailah saya di tempat pertemuan dimaksud. Kemudian, dengan takzim dan masih diliputi rasa berbunga-bunga pascapertemuan dengan sahabat-sahabat dari LIPI, saya mengikuti pembicaraan dalam pertemuan dimaksud. Normal saja. Seperti biasa. Evaluasi diberikan dan rencana kerja ke depan dibahas. Dan, sampailah saat yang sangat mendongkolkan hati saya. Saya tidak tahu dan memang ketika itu bersikap tidak mau tahu mengenai suasana hati peserta rapat lainnya yang terhormat. Pokoknya, hati saya dongkol karena tersinggung. Entah yang lain. Kacau sudah kebahagiaan yang saya dapatkan sebelumnya. Saya terpekur sejenak. Lalu, saya mengucapkan dalam hati: Maha Benar Engkau Tuhanku ketika engkau mengingatkan kami bahwa hidup kami ini ibarat perjalanan melintasi padang berumput hijau dan air tenang tetapi dapat segera berganti situasi untuk berada dalam lembah kekelaman (Mazmur 23).

Gerangan apa sehingga hati saya menjadi tidak lagi tenteram Begini sidang pembaca. Salah seorang di antara beberapa bos-bos yang hadir dan berbicara dalam rapat menyatakan begini Terus terang saja, NTT ini tidak punya apa-apa di sektor kehutanan. Beruntung Departemen Kehutanan (dalam hal ini pihak pusat) menyediakan dana ratusan milyar yang berasal dari dana reboisasi yang diberikan kepada NTT (tidak persis begitu akan tetapi itulah intisarinya). Oh my God. Betulkah kami di NTT tidak punya apa-apa? Lalu, dana besar dari Pusat itu harus dimengerti sebagai apa: hadiah dari pusat-kah?. Kemurahan hati dari pusat-kah? Pak Boss tadi su batul ko? Sidang pembaca yang terhormat, seketika niat saya untuk duduk berlama-lama di ruang itu terbang melayang entah ke mana. Mula-mula karena sedih. Lalu berkembang menjadi rasa dongkol dan akhirnya berubah menjadi marah. Tetapi saya tetap diam KDH (kalongko dalam hati) saja. Dan, beruntunglah siksaan itu tidak berlangsung lama karena pimpinan rapat tak lama kemudian menutup rapat itu dengan beberapa kesimpulan. Dan pulanglah saya menenteng 1 kotak snack, 1 kotak nasi + lauk pauknya dan uang rapat. Semua yang ditenteng tersebut saya syukuri sebagai berkat saya hari itu. Tengkyu Tete Manis.

Meskipun demikian rasa tersinggung, dongkol dan marah itu masih saja ada. Betapa tidak. Pagi-pagi saya masih membanggakan NTT yang unik dan kaya dalam keunikannya tersebut. Eh, ya ampuuunnn kok ya tega amat kebahagian itu disapu oleh kata-kata bahwa: NTT tidak punya apa-apa dan semua yang diberikan dari pusat seolah-olah hadiah dan belas kasihan pusat kepada kami di NTT yang tidak punya apa-apa ini. Pak Boss tadi sonde bisa mangarti ko bahwa kekayaan hutan di NTT jangan dibayangkan tangible (bisa dihitung) macam ke hutan di Kalimantan sana. Pak Boss lupa ko bahwa memang kayu hebat-hebat seperti di Sumatera deng Irian sonde ada di sini tetapi karmana deng cendana, lontar, gewang, ampupu, kabesak putih dan kabesak hitam, rumput kume dan kakirik mahappu, aneka tumbuhan obat (pharmaceutical plants), komodo, rusa Timor, ikan di laut, paus, penyu hijau, burung bayan, burung kol ulan dan lain sebagainya yang kalo pi taro harga maka dia pung nilai tafi’i nae pi udara. Pak Boss mungkin sonde ingat bahwa biar kata NTT sonde punya apa-apa tetapi NTT punya tanah, punya air, punya pohon dan punya orang. Dan, NTT adalah bagian yang sah dari NKRI tercinta. Oleh karena itu, jangankan ratusan milyar, ratusan trilyun rupiahpun adalah sah diberikan kepada NTT karena itulah harga yang harus dibayar oleh Republik untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Jangan congkak dengan bantuan, hadiah atau kemurahan hatimu itu. Lihatlah yang terjadi di Timor-Timur. Belajarlah dari sana. Ketika harga yang dibayarkan dianggap sebagai hadiah dan kemurahan hati semata maka yang terjadi adalah bangkitnya harga diri orang-orang yang merasa dihina karena hadiah yang diberikan.

Haru biru logika seperti itu menghantar perjalanan pulang saya dari kantor Gubernur. Dari bagian belakang kantor gubernur, saya berputar ke arah depan kantor yang sama. Sampailah saya di depan larikan kain merah putih yang diikatkan di pagar-pagar deretan kantor yang ada di sepanjang jalan El Tari itu. Tersedaklah tenggorokan saya karena menyadari adanya pemandangan yang sama dari larikan panjang kain-kain itu. Bukan warna merah putihnya. Bukan itu. Melainkan lusuhnya larikan kain tersebut. Sekali lagi, merah putih yang tergantung di sana tampak lusuh. Amat lusuh. Maka, menepilah saya di situ dan menghampiri larikan kain itu. Sambil menyentuh kain lusuh itu, sayapun tercenung. Tidak adakah kain yang lebih baik dari ini? Pragmatisme-kah? Anti-simbolisme-kah? Anti-totemistik-kah? Penghematan-kah? Kurang perduli-kah? Apa adanya-kah? Keprihatinan-kah? Atau, jangan-jangan memang benar seperti yang dikatakan orang di dalam rapat yang baru saja berlalu bahwa kita di NTT memang tidak punya apa-apa lagi. Wahai merah putih, entah berapa ribu nyawa yang meregang karena mu. Cukup-kah kain lusuh ini dipakai untuk mengenang mereka? Wahai merah putih tercinta, apakah engkau sendiri merasa cukup untuk dipajang lusuh seperti ini? Jangan-jangan memang karena kelusuhan mu ini sehingga di Maluku orang ingin menggantikan mu dengan bendera RMS. Di Papua, ada orang yang lebih bangga mengibarkan bendera bintang kejora. Orang di Aceh melucuti dan menurunkanmu ketika engkau dikibarkan untuk memperingati HUT negeri yang engkau simbolkan ini.

Tanpa terasa, sekitar 5 menit saya berada di situ dan menangislah saya di dalam hati. Hilang sudah rasa tersinggung dan marah. Lalu, berlalulah saya sambil mencoba memberikan makna kepada apa yang saya alami sepanjang pagi sampai siang itu. Senang ketika pagi, marah ketika lewat pagi dan menangis menjelang tengah hari. Nusa Tenggara Timut adalah Indonesia di letak lintangnya. Dia sama dengan Sumatera, Jawa, Kalimantan. Sulawesi, Maluku, Irian, Bali dan daerah lain di letak lintangnya masing-masing dalam wilayah Indonesia. NTT ada sebagaimana apa adanya. Lalu, kalau ingin Indonesia menjadi kuat maka semua yang berada di letak lintang ini harus bekerja sekeras mungkin. Jangan bekerja seadanya, malas, harap gampang sambil mengintip peluang untuk bertindak korupsi. Bekerja sebaik-baiknya. Bekerja sekeras-kerasnya. Bekerja sepintar-pintarnya. Bekerja sejujur-jujurnya. Bekerja setulus-tulusnya. Itulah harga yang harus dibayar agar NTT menjadi lebih maju dan sejahtera. Dengan demikian maka Indonesia akan maju dan jaya. Seumpama empat kaki sebuah kursi maka lemah salah satu kakinya akan melemahkan tumpuan kursi tersebut. Putra-putri Indonesia yang lahir, hidup dan akan mati di bumi savana ini bekerjalah kuat supaya tidak dipandang sebelah mata oleh siapapun juga. Duduklah sama rendah dan berdirilah sama tinggi dengan saudara-saudara Indonesiamu yang berasal dari letak lintang lain. Tegakkan harga dirimu, bukan dengan tersinggung dan marah. Tak berguna itu. Tunjukkanlah prestasi terbaikmu. Dari sanalah penghargaan itu akan datang. Kain kita boleh lusuh tetapi harga diri kita mengkilat. Prestasi kita menjulang. Gampang? Tidak. Tetapi jika kita sungguh bekerja maka Tuhan akan berbelas kasih kepada kita.

Sesampainya di rumah, saya menghampir laptop dan menulis artikel ini. Di luar dugaan, anak saya yang sulung menghidupkan lagu dari mesin pemutar musik. Samar-samar terdengarlah sebuah. Lagu itu adalah lagu Bendera gubahan Eros (gitaris Sheila on 7) yang dinyanyikan oleh kelompok Band Coklat dengan vokalisnya Kikan yang memiliki suara khas. Lirik lagu yang terdengar berulang-ulang dan mengiringi artikel ini berbunyi demikian:

Merah Putih teruslah kau berkibar

di tiang tertinggi di Indonesiaku ini

Merah Putih teruslah kau berkibar

Aku akan selalu menjagamu

Sambil terus mengetik, diam-diam saya ikut berdendang di dalam hati lagu itu menurut versi saya sendiri:

Merah Putih teruslah kau berkibar

di pagar jalan El Tari meskipun engkau lusuh

Merah putih teruslah kau berkibar

Aku akan selalu menjagamu
Selamat HUT Indonesia. Merdeka. Tuhan Memberkati.

BERSAMBUNG.....


[1] Dosen Undana. Doktor dalam Bidang Ilmu Kehutanan

25 komentar:

Anonim mengatakan...

Memang tulisan ini pernah beta baca di Timex tahun lalu. Komentar beta adalah, jangan mau menjadi "anjing aer" bagi pemerintah pusat. Orang pusat sangat terbiasa menganggap enteng kita orang daerah. Padahal merekalah itu raja korupsinya. Sudah punya SPPD tetapi kita yang harus nenanggung biaya tiket PP. Biaya hotel dan transportasi lokal. Belum uang saku. Uang hadiah. Kain selimut. Madu dan lain-lain yang kadang-kadang diminta tanpa malu. Tapi kitong orang daerah juga suka tasibuk cari muka dan lobi-lobi dapat proyek. Maka, bigmike benar: kalau mau dihargai orang maka hargai dahulu diri sendiri. Tuhan memberkati bigmike (Sherly,Oebufu)

Anonim mengatakan...

Oh iya, beta baru baca ini blog tapi langsung "jatuh cinta" sama isi dan gaya menulisnya bigmike. Tulis terus eee kawan(Sherly, Oebufu)

Anonim mengatakan...

Bigmike, saya setuju dengan anda. NTT jangan menjadi penjilan ke pusat. Pusat bukan "tuan besar" kita. Bravo NTT (Eman, Oebufu)

Anonim mengatakan...

Indonesia tidak akan maju selama daerah-daerah dibiarkan miskin

Anonim mengatakan...

Indonesia mau bangkit? Ganti sistem. Jangan pakai sistim demokrasi sekuler dan kafir itu. Ada sistem yang dibawa Nabi. Jika dipakai, Indonesia akan selamat. Jika tidak,akan KIAMAT.

Anonim mengatakan...

@ Sherly & Eman (Oebufu)

Saya bisa memahami 'kedongkolan' hati kalian. Semangat 'patriotisme' kedaerahan yang ditampilkan baik -'to some extend.' Tetapi 'name calling' (Anjing aer, tuan besar dll) terhadap 'org pusat' menjadi sedikit berlebihan. Maksud saya apa?

Begini, Pusat dan Daerah -dalam konteks Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN)- adalah bagian kecil daripada sebuah 'puzzle' besar yang benama Indonesia. Karaktek manusia Indonesia, baik yang di pusat/daerah- sama brengseknya yang berciri "Menjilat keatas, Menginjak kebawah."

Tindakan org-org pusat yg disebut-sebut sebagai 'anjing aer' 'tuan besar' dll itu memang brengsek. Bos-bos daerah yang 'menjilat' sama brengseknya. Tetapi, lebih menyakitkan ketika bos-bos daerah itu sendiri, setelah 'menjilat' keatas, mereka lalu menginjak org-org daerahnya sendiri yang ada dibawahnya. Dus, bos-bos daerah itu lebih 'anjing aer' daripada bos-bos di pusat, dan saya rasa kedongkolan bigmike dalam tulisannya ini adalah terhadap bos-bos daerah itu yg seakan lupa diri, bahkan mungkin sudah lupa akan harga dirinya sendiri. Kasihan.


@Anomin

Tentang usulan mengganti sistem demokrasi yang kata anda sekuler dan kafir menjadi sistem yg diajarkan nabi (nabi siapa?) demi bangkitnya Indonesia, saya welcome usulan tsb. Sayang anda tidak merinci kelebihan sistem nabi ketimbang sistem yang kafir.

Saya masih menganggap anda sekedar ingin menawarkan alternatif thd persoalan berat yg kita hadapi. Tetapi jikalau anda hanya sekedar nanti ingin 'ngotot-ngotan' ttg ajaran nabi anda, maka sebaiknya anda tidak kembali kesini.


@Bigmike

Sebuah tulisan yang baik dan saya dapat memahami ketidakberdayaan sdr dalam menghadapi bos-bos di daerah sdr.

Saya amat berharap bahwa tulisan berikutnya adalah sebuah tulisan yang bercerita tentang sikap sdr yang berdasarkan 'Kasih' yang sdr sendiri tulis dalam blog ini yg sdr yakin dituntun oleh Roh Kudus.

Semoga sdr bisa memberi kesaksian buat kami semua ttg Kasih yang Ilahi itu. Walau dalam ketidakberdayaan sdr, sdr dimampukan untuk jujur ttg harga diri dan meminta keadilan kepada bos-bos itu.

"We have talked the talk, lets now walk the walk."

Begitu saja dan salam kasih.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

ah...
bagi beta kitong memang tetap harus mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang demi negara.

tapi.....
sekarang apa lagi yang perlu kitong banggakan dari Indonesia. jujur beta (lebih tepat beta pung orangtua) lagi pusing harga BBM mau nae lai, harga minyak goreng, dll su nae (dan yang laen tinggal tunggu waktu sa). orangtua pusing karmana cara ator keuangan, beta ju pusing karna su pasti uang jajan tambah seret dan dulunya su susah minta uang jajan apalai sekarang. he..he.

jadi beta lebih pilih beta tetap bangga beta pung bangsa tapi di sisi laen beta sonde habis pikir kesulitan apale yang ini bangsa buat. Aduhhhhhhh...

yang paling terakhir ada semboyan "INDONESIA BISA". Bisa apa o??

(nrk)

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Bae juga komentar Ama kali ini. Tp Ama jgn bikin paradox lagi. Ama setuju dg demokrasi, tp melarang @Anonim kembali ke sini dg alasan tertentu.

@Anonim
Dr terminologi "sekuler", "kafir", dan "demokrasi nabi", saya bisa menduga Ama adalah hamba nabi muhammad, kemungkinan penganut ideologi salafis macam IM dan HTI, itu. Beta tdk terlalu paham demokrasi nabi, tp yg beta tau selama pemerintahannya, nabi pernah diracuni oleh lawan politiknya. Para sahabat Penggantinya, juga tewas mengenaskan oleh sesama muslim akibat intrik politik kekuasaan. Fakta ini cukup mjd indikator bhw "demokrasi nabi" yg anda sanjung itu tokh punya kelemahan juga. Kelemahan terbesar adalah ketidakmampuan mencegah penyelewengan berbuah intrik politik, penghianatan, dan korupsi berujung runtuhnya imperium islam.

Krn itu, sy kira kita fair ajalah. Demokrasi nabi anda itu sdh terbukti gagal mencegah penyelewengan pertama kali oleh mu'awiyyah berujung kebangkrutan. Demokrasi sekuler dan kafir yg anda benci itu, justru terbukti masih tetap bertahan hingga saat ini sbgmn dipraktekkan di negara2 eropa dan ameriksa serikat. Kalo ente mo menilai, jgn liat praktek demokrasi oleh manusia indonesia (yg terkenal unethical) saja, supaya kesimpulannya jgn invalid.

BigMike yg ilmuwan pasti nyengir doang liat metode subyektif ala anda dlm menilai praktek demokrasi ini. (Wilmana)

Anonim mengatakan...

Wilmana, Good Comment. Salut. Pokoknya Kupang akan menolak UU Anti Pornografi dan Pornoaksi yg macam begitu karena itu mau-maunya kawan-kawan si anonim tadi (Moris - dulu kawan SMA Michael-Denpasar).

NB. Weee ama doktor Ludji Michael, lu su carewet mau mati oooo...dulu lu cuma bisa cari nona-nona sa. Waktu bp Robert meninggal kitong ada minta Eifke melayat mewakili semua kawan yang di sini. Tabah eee Ama.

Anonim mengatakan...

@Wilmana

Hah, hah, hah, sdr ini memang mirip saudara kandung saya. Dola-dali tingkat tinggi. Saya persilahkan sdr Wilaman untuk 'meng-handle' sdr 'anonim' yang kemungkinan mencak-mencak karena nabinya yang dia junjung tinggi-tinggi sdr Wilamana menulisnya dengan huruf kecil :) Semoga tidak.

Eniwe, senada dengan 'anonim' dari kupang, saya salut atas komentar sdr Wilmana. Bravo!

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

@nrk

Apapun saya salut karena sdr masih bangga dengan Indonesia.

Kalau di Indonesia tidak ada yg namanya Kupang, t4 kelahiranku yang saya panggil "home" itu, maka bisa jadi saya tidak mau lagi mengaku sebagai org Indonesia.

Bagiku, Indonesia adalah Kupang-ku itu yang sekarang ikut-ikutan amburadul.

Salam Kupang!

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

nk & Wilmana

sekedar info sa.. entah bos-bos sekarang dimana tapi di kupang su mulai amburadul (yang betul su mulai atau su trjadi e...) berita di timex beberapa waktu lalu dan hari ini memberitakan DPRD propinsi su gerah dengan pemkot yang dinilai lamban dalam pembangunan dan yang lebih menjengkelkan pemkot dinilai masa bodoh, berita hari ini ju tentang demo pilkada salh satu cagub-cawagub yang gagal maju dalam pilkada rusuh.

Kupang mayoritas orang kristen, slogan kota Kupang adalah kota Kasih.. apakah ini tanda kasih hanya cuma bisa diomong tapi tanpa aksi kasih??? entahlah...

(nrk)

Anonim mengatakan...

Pemberi komentar di atas, anonim, merupakan contoh PENGHANCUR Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika ini. Sadarlah kawan. Please dong ahhhh…....(Kingston4MB)

Anonim mengatakan...

Menurut Islam, menjadi pemerintah ialah untuk mencapai matlamat, bukannya menjadi matlamat. Mewujudkan Negara Islam itu ialah memungkinkan kita melaksanakan perintah Allah dan ini tidak boleh dilakukan secara individu. Menegakkan negara Islam ini terkandung di dalam matlamat melaksanakan perintah Allah SWT yang di gariskan kepada dua perkara yang adalah menjaga agama dan mentadbir dunia. Ajaran Indonesia Bangkit sama sekali tidak dapat menandingi konsep di atas karena didasarkan atas filsafat sekuler yang sama sekali tidak dapat menjaga kesucian agamanya. Bahkan agamanya sudah dibelok-belokan oleh manusia-manusia macam si paulus. Amerika si dajjal itu menjajah dunia dengan kekuatan eknominya. Mereka menghisap negara-negera miskin demi kepentingan mereka sendiri, Makanya, ganti sistem Indonesia dengan Khulafah.

Anonim mengatakan...

@Anonim 'Salafi'

Berdola-dali dgn anda tdk ada manfaatnya. Spt yang sudah saya duga dari awal, anda hanya sedekar ingin membangga-banggakan 'demokrasi nabi' anda. Capek deh.

Anda sama sekali tidak menyanggah/memberi komentar atas poin penting yg disampaikan sdr Wilmana,

"Demokrasi nabi anda itu sdh terbukti gagal mencegah penyelewengan pertama kali oleh mu'awiyyah berujung kebangkrutan. Demokrasi sekuler dan kafir yg anda benci itu, justru terbukti masih tetap bertahan hingga saat ini sbgmn dipraktekkan di negara2 eropa dan ameriksa serikat.

Salam demokrasi sekuler!

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

@ Anonim Penganut (salafis)

Saya menghargai dogma anda, itu hak anda. Tapi kalo anda pikir kebenaran hanya milik islam, maka anda jelas2 mengidap penyakit paradox of life yg kami diskusikan di sini bbrp waktu lalu. Anda merasa sdh memiliki kebenaran, tp ternyata baru sekedar kebenaran sendiri bukan kebenaran bersama. Krn itu tnp malu2 anda menepuk dada paling OK, sementara yang lainnya picisan, kafir, dan sejenisnya.

Saya kira ini blognya ilmuwan. Jadi kalo urun pendapat mbok ya pake data yang valid gitu. Tdk perlu terlalu berbau teknis ilmiah, supaya mudah dipahami spt kebiasaan Dr BigMike di sini.

Anda ini pamer demokrasi nabi anda, tp faktanya sistem itu hanya bertahan sampe jaman Usman. Ketika beralih ke Ali kekacauan politik merebak dengan pesat berbuahkan pembunuhan thd Ali oleh mu'awiyyah. Mu'awiyah lalu menyelewengkan demokrasi nabi anda menjadi sistem monarki yang berlangsung terus hingga kebangkrutan imperium islam. Dg dmkn, praktek sistem demokrasi nabi anda itu hanya bertahan bbrp saat. Tidak kuat menghadapi rongrongan dari dalam sistem itu sendiri, krn Ali adalah sahabat sekaligus menantu nabi. Mu'awiyyah yg merubah sistem mjd monarki jg bukan org lain. Sistem demokrasi yg terbukti lemah spt ini, kok dibanggakan? Beda dg praktek demokrasi di Amerika Serikat misalnya, yg bertahan hingga ratusan tahun. Di Asia ada Jepang, Korea, Singapura, Taiwan, dan India yg jg cukup teruji.

Bg saya, demokrasi ala siapapun tdk jd soal krn tokh keberhasilannya bergantung pada sistem nilai yang dianut masyarakat yang mjd lahan pesemaian bg benih demokrasi tsb. Benih paling unggulpun, kalo pesemaiannya tdk subur (kondusif) yaa nasibnya akan spt kasus demokrasi nabi anda itu. Sebaliknya, kegagalan suatu sistem demokrasi mrpkn indikator "subur/tidaknya" lahan pesemaiannya.

Silahkan anda pake indikator ini utk mengukur sistem nilai islam yg menjadi lahan pesemaian bg demokrasi yg disemai nabi muhammad dulu. Kalo faktanya benih demokrasi nabi itu hanya tumbuh sesaat lalu layu dan mati, mk artinya apa?
(Wilmana0

Anonim mengatakan...

good comment wilmana & nk.

(nrk)

Anonim mengatakan...

@ -nrk-

Trims. Dlm islam itu, byk cabang ideologinya. Salah satunya adalah mereka yg percaya bhw demokrasi nabi muhammad adalah solusi alternatif bg demokrasi Yunani. Di Indonesia org2 islam spt ini berkumpul di muhammadiyah, lalu keluar dg bendera Ikhwanul Muslimin utk membentuk PKS spy bisa berpolitik. Yg lainnya menggerombol di ormas Hizbut Tharir Indonesia.

Sayangnya keyakinan mereka itu tdk lbh dr sekedar ambisi politik keagamaan sesuai teori Hutington mengenai peradaban islam sbg saingan peradaban barat. Termakan provokasi Hutington ini, mereka terobsesi utk mengajukan apa saja produk budaya islam sbg tandingan bg barat. Di lapangan politik mereka mengemas "demokrasi nabi" itu.

Kalo melihat pd faktanya, mk demokrasi nabi ini, paling top sekedar mjd alternatif pengganti, tp tdk lbh hebat spt yg dipropagandakan si Anonim Salafis. Krn data sejarah menunjukkan bhw justru demokrasi Yunani malah lbh tahan uji.

Tp @NRK patut berterima kasih pada beliau krn toh ulahnya lumayan bikin NRK tambah wawasan, kan?
(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Many forms of Government have been tried, and will be tried in this world of sin and woe. No one pretends that democracy is perfect or all-wise. Indeed, it has been said that democracy is the worst form of government except all those other forms that have been tried from time to time.

- Sir Winston Churchill


Terima kasih sdr nrk, tetapi dengan 'berat hati' :) lagi-lagi saya harus sepakat dengan sdr Wilmana pada poin ini "Bg saya, demokrasi ala siapapun tdk jd soal krn tokh keberhasilannya bergantung pada sistem nilai yang dianut masyarakat yang mjd lahan pesemaian bg benih demokrasi tsb."

Sebenarnya saya dpt memahami dan amat menghargai keyakinan si 'anonim' penganut salafis atau apalah itu namanya. Betapun anda yakin 'demokrasi nabi' anda baik, semuanya tergantung pada masyarakat -manusia- dimana nilai-nilai tsb disemaikan.

Sesuai saran sdr Wilmana, karena ini blog ilmuan, maka sayapun ingin meberi 'data' valid. Kalau sdr Wilmana menengok kegagalan 'demokrasi nabi' jauh, jauh kebelakang, saya ingin memberi contoh yang ada didepan mata.

Iran. Ketika nilai-nilai 'demokrasi nabi' disemaikan disana, toh kita semua sepakat nilai-nilai nabi tsb gagal total. Rakyat Iran tetap saja miskin. Ekonomi mandek. Dan dari tahun ke tahun Amnesti International memberi catatan buruk ttg pelanggaran HAM disana. Mengapa? Karena walau otak dan hati Ayatolah Khomeini menerima 'demokrasi nabi' bulat-bulat yg katanya baik itu, mulut dan tindakan Khomeini sangat buruk, bahkan bengis.

Tidak perlu jauh-jauh, baru-baru ini, walau otak/hati ustad Sobri Lubis -FPI- menerima nilai-nilai nabi yang katanya suci, tetapi tutur katanya sangat biadab, meminta pengikutnya untuk membunuh saudara-saudaranya sendiri yang beraliran Ahmadiyah.

Jadi saran saya, 'anonim' tdk perlu bangga dgn 'demokrasi nabi' anda itu yg jelas-jelas, baik dulu dan sekarang, gagal.

Salam demokrasi (bukan nabi)!

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

@Wilmana

Menarik sekali sdr menyebut demokrasi Yunani. Tahukah sdr bahwa perabadan modern yang kita miliki ini adalah 'anak' daripada perkawinan antara Athens -demokrasi- dan 'Jerusalem' -Ketuhanan/Kekristenan?

Luar biasa peradaban ini bukan?

-nyonng kupang-

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Wah Ama rupanya mulai menampakkan posisi yang frontal dg @Anonim Salafis. Persis thesis Hutington ttg "benturan peradaban".

Kalo beta sih, liat peradaban modern ini, meski cukup menjanjikan tp msh biasa2 saja, krn banyak juga borok2nya. Bahwa sistem nilai protestan dpt mjd pesemaian yg baik sistem apa saja, itu beta setuju.(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@Wilmana

Tidak ingin frontal, bahkan berbenturan, hanya sekedar ber-amar maruf nahi mungkar kok.

Statemen sdr Wilmana:

"Bahwa sistem nilai protestan dpt mjd pesemaian yg baik [untuk] sistem apa saja, itu beta setuju."

Pada poin ini sdr Wilmana keliru. Saya tdk bisa bayangkan jika 'demokrasi nabi' disemaikan di 'ladang' protestan. Tentu akan jadi 'benturan peradaban' itu. Tidak mungkin tumbuh. Kerajaan runtuh jua. Komunisme mati. Fascism ala Hitler diperangi. Mau coba-coba 'demokrasi nabi' akibatnya Afganistan dan Iraq kena BOM.

Ladang protestan tidak untuk semua sistim nilai!

Salam demokrasi!

-nk-

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Bahwa terjadi benturan, itu pasti. BigMike yg pakar ekologi bilang, "proses adaptasi". Org sosioloi bilang, "asimilasi". Istilah -nk-, "perkawinan".

Nah, faktanya kalo terjadi "benturan" scr alamiah, selalu benihnya yg menyesuaikan diri ketimbang lahan tumbuhnya. Krn (sekali lagi ini istilah ekologi), "akan terjadi seleksi alam".

Dlm konteks ini, beta kira nilai2 protestan yang ethical, terbuka (anti truth-claim), dan anti leader-infalibility, tergolong pesemaian yg kondusif bg macam2 sistem demokrasi. Demokrasi Yunani mengalami "pembaruan" ketika disemaikan pada sistem nilai protestan di Barat/Amerika, membentuk peradaban modern yg Ama banggakan itu. Demokrasi nabi jg pasti akan mengalami hal yg sama jk ditanam pd nilai-nilai protestan. Coba saja!!

Yg menarik adalah fakta Kupang yg dinilai @nrk sbg kegagalan demokrasi kafir (mnrt @anonim salafis). Belajar dr pengalaman barat/amerika, perlu ratusan taon. Jd bisa jadi kesimpulan @nrk itu prematur, toh?

Anonim mengatakan...

@Wilmana

Entahlah saya yang prematur atau sdr Wilmana yang terlalu optimistik. Tapi saya kira sdrlah yg terlalu optimistik untuk berkata, "Coba saja!"

Aahh... rupa-rupanya 'akal' sdr sedang liburan entah kemana sehingga lagi-lagi keliru. Sdr tidak sadar bahwa optimisme sdr dikarenakan 'paradox' demokrasi nabi, sebuah istilah yg sdr temukan sendiri. Nampaknya saja demokrasi tetapi sebenarnya bukan.

Ketika 13 koloni Inggris ingin merdeka di Amerika Utara, 'the founding fathers,' spt George Washington, John Adams, Thomas Jefferson dkk, berbekal nilai-nilai protestan mengadopsi filsafat aristoles ttg demokrasi, yaitu let the wise govern the unwise. Pilihan 'benih' demokrasi adalah demokrasi Yunani karena memang tidak ada yg namanya demokrasi nabi. Kalaupun ada -saya memaksakan diri 'for the sake of our discussion- maka tidak munkin dipilih karena tidak cocok dengan nilai-nilai protestang yg amini oleh bpk pendiri bangsa amerika.

Tentang kegagalan demokrasi 'kafir' di ladang protestan spt di 'kota kasih' ini sebuah fakta. Jawabnya karena, spt yg sdr sendiri sudah katakan, manusia indonesia terkenal tidak etis. Atau silahkan lihat komentar saya pada tulisan sebelumnya. Disana saya mencoba menjawab mengapa diladang protestan disana demokrasi tumbuh subuh sedang di kupang tidak.

Begitu saja. Semoga di diskusi kami akan datang, akal sdr sudah kembali dari liburan, heh, heh, heh.

Salam optimis.

-nk-

Anonim mengatakan...

@ -nk-
He he he... Sy tertarik dg kutipan ama berikut ini: "let the wise govern the unwise". Dlm akal saya, info ini justru mendukung pendapat bhw etika protestan yg benar dapat diandalkan to govern the unwise. Katakanlah "demokrasi nabi" itu adalah seautu yg menurut Ama "unwise". Krn itu, betapa optimistik bhw "demokrasi nabi", jk mengalami sedikit penyesuaian dg nilai2 etika protestan, mk cukup dapat diandalkanlah.

Hal lain, kalo Ama sama sekali menolak bhw tdk ada "dmokrasi nabi", dan hanya mengakui "demokrasi Yunani", beta malah mempertanyakan, di mana etika protestan Ama yg selalu "terbuka" thd hal yang paling buruk sekalipun? "Demokrasi nabi" itu adalah defenisi islam ttg sistem tata negara ala nabi muhammad. So, apa salahnya wacana ini kita terima saja dulu? Spy Ama jgn dituduh si Anonim Salafis sbg pengidap "islamophobia". He he...

Terakhir, optimis itu ga salah kan?