Senin, 26 Mei 2008

Indonesia Bangkit. Indonesia Bisa. Indonesia Bisa Bangkit? (Episode Negara Gagal)

Entah mimpi apa dokter Sutomo dkk. Pada tahun 1908. Entah salah apa yang dibuat oleh Bung Karno dkk. pada tahun 1945. Rasanya menjadi tidak berguna ketika beberapa orang mahasiswa di tahun 1998 berkalang tanah. Mati dihajar peluru, tak tahu peluru siapa, ketika memperjuangkan apa yang belakangan kita sebut sebagai reformasi. Ketika itu, para pendahulu itu, membayangkan lahirnya Indonesia yang Merdeka karena adanya jiwa dan badan yang bangkit. Adanya Indonesia yang Jaya dalam kemerdekaannya. Adanya Indonesia yang bermartabat karena sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bertanah air telah direformasi. Semua menjadi tak karuan lagi karena Indonesia yang terwujud hari ini per 26 Mei 2008, adalah Indonesia yang berantakan. Indonesia yang kacau dalam kemelut. Pemerintahnya adalah pemerintah yang gamang. Tidak ke sini tidak pula ke situ. Maju 2 langkah mundurnya-pun 2 langkah. Ketika dikritik oleh Megawati sebagai pemerintahan yang sedang menari poco-poco, malah marah. Parlemennya hobi main ancam atas nama hak interpelasi, hak angket dan hak-hak yang lainnya. Beringasnya bukan kepalang ketika Pemerintah memutuskan sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak udel-nya parlemen. Tetapi begitu diajak pertemuan bareng pemerintah, melalui lobi-lobi di hotel, di istana atau dimana-mana, ehhh yaaa ammpuuunnn....keberingasan itu lenyap tak berbekas. Kembali ke titik nihil. Anggota parlemen bukannya melakukan proses legislasi dengan baik... eeealaaahhh.....malah menerima suap untuk konversi hutan, main perempuan, main narkoba...pokoknya......main-main saja-lah para bos itu dengan tugas legislasi mereka. Swastanya adalah swasta yang tetap didominasi oleh para pelaku swasta kroni yang terus mengemplang hutang BLBI. Swasta yang menyebabkan bencana lumpur di Porong, Sidoarjo zonder suka bertanggungjawab. Bencana nasional, kata mereka, sambil meminta pemerintah yang menanggulangi. Tak jelas lagi siapa penguasa siapa pengusaha. Menko + pengusaha = penguasaha ha ha ha ha.....

Masyarakatnya adalah masyarakat yang pasrah narimo ing pandum. Bahkan ketika sudah ditempiling habis-habisan sampai bonyok. Anehnya, inilah masyarakat narimo tetapi amat gemar mengumbar kemunafikan dan kemarahan. Suka mengaku miskin ketika ada BLT (bantuan langsung tunai). Bayangkan, ini terjadi di kampung saya di Kupang, ada pemilik bengkel yang asetnya jutaan rupiah tetapi saya ketemukan sedang mengantri di kantor Pos.
Woooiii, bekin apa di sini ni. Lagi terima BLT, jawabnya. Ketika BLT dibagikan ....eeeellaaaddhhhaaallhhhh....BLT-nya segera berubah menjadi Bantuan Langsung Tawuran karena terjadi rebut-rebutan untuk dulu-duluan menerima. Insani, injak sana injak sini. Setelah diterima BLT-nya, maka BLT berubah lagi menjadi Bantuan Langsung Tapaleuk, yaitu kosa kata bahasa Melayu Kupang yang artinya take pleasure. Gilaaaaa....uang BLT-nya dipakai untuk cuci mata ke Mall. Di lain waktu terjadi juga hal-hal berikut ini. Aliran agama berbeda disikapi dengan sikap: tumpas. Bakar. Bunuh. Pendapat berbeda: ancam dan maki. Saya melakukan survei kecil-kecilan di portal-portal berita seperti di detik.com, okezone.com, kompas.com dan lain sebagainya. Hasilnya, 83.2% pemberi komentar selalu menyertakan kata-kata makian ketika terjadi perbedaan pendapat di antara mereka. Bahkan hanya karena berbeda jagoan Moto GP atau Formula 1 atau Liga Inggris. Bertengkarnya begitu serius, sambil memaki-maki, meskipun Si Rossi tidak mengenal mereka. Hamilton mana tahu mereka. Christiano Ronaldo sama sekali enggak pernah liat batang hidung mereka. Sungguh-sungguh masyarakat yang lucu. Aneh. Ajaib. Konyol. Tragis.

Lalu, dalam suasana euforia p
esta peringatan 1 abad HARKITNAS (entah artinya hari kebangkitan nasional atau hari kesakitan nasional) prseiden SBY dengan gagah berteriak: moto kita, slogan kita adalah INDONESIA BISA. Nah lho, bisa ape emangnyeeeee?????? Nah, sekarang mari kita coba menyimak pendapat beberapa pihak tentang Indonesia dewasa ini. Apa kata dunia-lah kata si Naga Bonar.

Prof. Dr. Budi Winarno (UGM)
:
Untuk bisa
survive, dan sekaligus tidak menjadi pecundang (the looser), negara harus kuat dan tangguh dalam pengertian memiliki power and wealth. Namun dalam kenyataannya, Indonesia telah menjadi negara yang sangat lemah (a very weak state), padahal mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah. I
ni karena buruknya kinerja sistem politik dalam memecahkan persoalan-persoalan bangsa dan negara. Dalam pandangan Chomsky, Indonesia bisa dimasukkan ke dalam apa yang disebutnya sebagai negara yang gagal atau a failed state.

Prof Dr. Meutia Gani-Rochman (UI)
:

Negara gagal sangat potensial mengembangkan lebih lanjut wilayah ekonomi ilegal. Muasalnya, penegakan hukum gagal melakukan pekerjaannya. Dengan keadaan inilah pelaku ekonomi ilegal menancapkan kukunya, yang jika dibiarkan kelamaan akan mendistorsi perencanaan pembangunan nasional dan merusak moralitas ekonomi bangsa. Rakyat miskin akan sangat tergoda untuk membeli barang serta jasa maupun bekerja di wilayah ekonomi ilegal. Jika semakin besar, terciptalah kultur hubungan ekonomi yang didasarkan pada kerangka ilegalitas. Misalnya, tidak membayar pajak, pemerasan dan bukan persaingan produk, ketidakpercayaan yang tinggi hingga menciptakan batas-batas sempit fleksibilitas membuat hubungan baru (eksklusivisme), profesionalisme yang tidak berkembang, dan sebagainya. Yang mengerikan adalah dalam situasi kegagalan yang berlanjut, pelaku ekonomi ilegal bisa mentransformasi dirinya masuk ke dalam ekonomi legal serta memberi warna dominan pada lingkungan (niche) perekonomian. Itulah yang melatarbelakangi fenomena mengapa pada situasi kegagalan negara yang berkepanjangan, batas-batas antara yang legal dan ilegal menjadi kabur. Salah satu contoh yang kuat adalah cara-cara premanisme yang dipakai bank-bank terkemuka dalam penagihan utang. Contoh lain, berkembangnya bisnis keamanan dan bisnis intel (Tempo, 24/3/ 2008).


Cukup????? Ah, jangan dululah. Mari kita simak lagi fakta berikut ini:

Majalah AS (Amerika Serikat), Foreign Policy, menerbitkan Indeks Negara Gagal 2007. Indeks ini menggunakan 12 indikator instabilitas politik, ekonomi, militer, dan sosial sebagai alat ukur. Menurut studi yang dilakukan oleh majalah ini, karakteristik negara gagal, antara lain, adalah tingginya angka kriminalitas dan kekerasan, korupsi yang merajalela, miskinnya opini publik, serta suasana ketidakpastian yang tinggi. Negara gagal pada awalnya banyak karena kegagalan di bidang ekonomi, yaitu ketidakefisienan yang parah dalam mengatur modal dan tenaga kerja dan ketidakmampuan melakukan distribusi/pengadaan pelayanan dan barang dasar bagi penduduk ekonomi lemah. Akibat selanjutnya adalah kemiskinan dan pengangguran yang berkepanjangan.

Dalam daftar Indeks dimaksud terdapat daftar 177 negara dengan peringkat kegagalannya masing-masing. Makin ke arah atas dari daftar indeks, maka kedudukan suatau negara disebut makin gagal. Sebaliknya, jika kedudukan suatu negara dalam daftar indeks semakin kearah bawah maka negara tersebut disebut makin kurang gagal atau disebut juga sebagai negara berhasil. Lima negara yang disebut paling gagal adalah seperti ini. Negara dengan nomor urut 1 sebagai negara gagal adalah Sudan dengan skor 113.7. Lalu menyusul, Irak (111.4), Somalia (111.1), Zimbabwe (110.1) dan Chad (108.8). Sekelompok dengan negara-negara super gagal ini adalah Timor Leste yang berada pada urutan ke 20 dengan skor 94.9.


Di mana posisi Indonesia dalam daftar ini? Ini nih: RI berada di urutan 55 dengan skor 84,4 sekelompok dengan negara yang namanya jarang terdengar, yaitu Guinea Ekuatorial, Kirgistan, Turkmenistan, Eritrea, atau Moldova. Di ASEAN RI sekelompok dengan negara ASEAN gagal lainnya, yaitu Myanmar (97.0), Laos (87.2) dan Filipina (83.2). Banyak persamaan kultural antara bangsa gagal RI, Myanmar, Laos dan Filipina.


Bagaimana jika posisi Indonesia dibandingkan dengan negara-negara yang tergolong kurang gagal. Mari kita amati di mana posisi Amerika Serikat, Australia, dan negeri kecil tetangga kita, Singapura di dalam daftar indeks dimaksud. Amerika Serikat berada di urutan 160 (skor 33.6). Australia lebih hebat lagi, di urutan 169 (23.3). Singapura berada di urutan 161 yang berarti satu tingkat lebih baik dibandingkan Amerika Serikat (skor 33.0). Dan akhirnya, 3 negara yang paling berhasil adalah Norwegia (177 dengan skor paling rendah, 17.1), Finlandia (176 dengan skor 18.5), dan Swedia (175 dengan skor 19.3). (Dalam konteks diskursus antara Wilmana dan NK, saya memberi catatan khusus bahwa 3 negara paling berhasil ini adalah negara-negara yang menetapkan Agama Kristen Protestan sebagai Agama Negara).

Sekarang, apa komentar kita terhadap fakta-fakta yang dikatakan oleh dunia ini? Terserah anda. Tetapi saya sendiri berpendapat, dengan mengutip penyanyi asal NTT Obie Messkah: .....maluuuu akuuu maluuuuu pada semut merahhhh........... oooouuuoooouuuuoooo......What’s up????? Siapa yang harus bertanggungjawab terhadap ketidaksenonoh-an ini?

Kegagalan negara bukanlah semata kegagalan pemerintah, melainkan semua aktor yang terlibat dalam distorsi kebijakan publik (pemerintah, swasta dan masayarakat) yang dibutuhkan untuk menyejahterakan masyarakat. Merekalah yang memberikan kemiskinan kepada rakyat dan mengembangkan ketidakadaban (Meutia Ganie-Rochman, 2008). Singkat kata: semua elemen bangsa telah membuat bangsa ini gagal. Jadi, kegagalan yang terjadi bukan sekedar kegagalan negara Indonesia mengingat defenisi negara gagal adalah negara di mana pemerintah pusat tidak mampu mengontrol atau menguasai seluruh wilayahnya. Kegagalan yang terjadi sekarang ini melebihi defenisi itu karena telah berada pada tahap: kegagalan seluruh bangsa. Bangsa Indonesia.

Jika semuanya benar maka, dengan berlinang air mata, saya harus mengatakan ini: Indonesia kita Tercinta sungguh-sungguh telah berubah menjadi sebuah bangsa gagal yang bernama INDONESIAL.

Tabik Tuan. Tabik Puan

(To Be Continued)

Keterangan gambar peta:
Failed States according to the "Failed States Index 2007" of Foreign Policy

██ Alert ██ Warning ██ No Information / Dependent Territory ██ Moderate ██ Sustainable

115 komentar:

Anonim mengatakan...

Wakakakk...ha...ha...hhhuaaaa....haaaa....
Lucu tapi Tragis ...inilah Indonesia ku. Indoensia kita. INDONESIAL kata Bigmike. Hey, Bigmike, siapakah anda??? 'lam kenal (Fenny)

Anonim mengatakan...

Kata Koes Plus negeri kita adalah negeri kolam susu di mana hutan dan batu dilempar sajapun akan tumbuh menjadi tanaman. Mengapa jadi begini? (Yenie, Srby)

infogue mengatakan...

Artikel di Blog ini bagus dan berguna bagi para pembaca.Anda bisa lebih mempromosikan artikel anda di www.infogue.com dan jadikan artikel anda topik yang terbaik bagi para pembaca di seluruh Indonesia.Telah tersedia plugin/widget.Kirim artikel dan vote yang terintegrasi dengan instalasi mudah dan singkat.Salam Blogger!!!

http://nasional.infogue.com/
http://nasional.infogue.com/indonesia_bangkit_indonesia_bisa_indonesia_bisa_bangkit_

Anonim mengatakan...

Indonesia Bisa Bangkit? Saya perkirakan memang bisa tetapi kita memerlukan waktu, kesabaran, komtmen penuh serta harus disertai dengan upaya meronstruksi sama sekali struktur-struktur kekuasaan yang ada sekarang ini. Tanpa itu, semua hanya mimpi di siang bolog. Thanx Mike. (Juwan, Jogja)

Anonim mengatakan...

Terminoligi yang menyakitkan hati. Tapi begitulah wajah kita di depan cermin hari ini (Erick, JKT)

Anonim mengatakan...

He he he...

Saya setuju dengan pendapat BigMike. Sayang, BigMike masih malu2 mengajukan fakta yg lebih tragis bhw "kegagalan" Indonesia disebabkan karena bangsa ini memiliki nilai etika yang buruk yaitu, khianat dan culas.

Khianat ini adalah terminologi yang sering didengungkan oleh Christianto Wibisono utk menggambarkan bhw bangsa kita ini mmg penuh dengan Pengkhianat. Tp menurut saya ini hal biasa dalam berpolitik. Yang lbh celaka adalah induk khianat yaitu, "culas".

Ketika para "founding fathers" negara ini merancang sistem kenegaraan kita, rupanya banyak yang menerima dalam konteks culas. Keculasan ini dapat dibahasakan secara lbh enak sebagai, "tdk tulus". Tidak tulus bangsa ini dapat ditelusuri dari perilaku culas yang mengakhiri kekuasaan Majapahit di nusantara. Keculasan terhadap kesepakatan bernegara semakin nampak dlm dekade reformasi.

Berbagai komponen bangsa tidak malu2 mempertontonkan keculasan mereka dengan rame2 mengajukan sistem tandingan (misalnya demokrasi nabi yg diajukan @Anonim Salafis itu) sebagai pengganti. Berbagai alasan dibuat-buat sbg pembenaran. Di satu sisi, mereka bangga berhasil menggagas alternatif bernegara, tp di lain pihak tdk punya malu lg dg mental culasnya.

Krn itu, sistem paling canggihpun tdk akan berhasil jika Pelakunya adalah manusia2 culas. "Kegagalan" NTT misalnya, sdh dr dulu diajarkan Guru Tua-nya BigMike sbg dampak penyakit culas org NTT. Jika org Batak rame2 mendukung satu org utk sukses dan tugas dia utk menarik ke atas sodara2nya, mk di NTT perilakunya terbalik krn pengaruh keculasan. Bahkan pertimbangan agama dibawa-bawa demi keculasan. Rasanya hampir tdk ada org NTT yang tidak tau ini.

Skrg keculasan mmg sdh melanda Indonesia. Pola dasar bernegara yang dibentuk oleh Bapa2 leluhur negara RI dikuya-kuya dan tnp malu2 dikasi alternatif yg asal2an demi kepentingan segolongan tertentu. Org (gol)lain yg mau berhasil digaruk kasi turun. Kalo kebetulan berada di atas, mk org (gol) lain diinjak dari atas, biar mati. Kebenaran dimonopoli oleh mayoritas dan utk itu tdk segan2 menggunakan kekerasan dan anarkisme.

So, kalo sdh begini, sy kira lahan tanam mmg menentukan tumbuh-tidaknya sistem apapun. "Kegagalan" Indonesia krn benih Panca Sila ditanam pada lahan keculasan.

Ato, ada yg tdk setuju? (Wilmana)

Anonim mengatakan...

Pada prinsipnya saya setuju bahwa semua pihak harus bertanggungjawab terhadap gagalnya Indonesia sebagai suatu bangsa. Akan tetapi dalam prespektif UUD, negara harus dikatakan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab. Bacalah pembukaan UUD 1945. (Patrice)

Anonim mengatakan...

@ Patrice

Rasanya Puan musti kasi pencerahan sama saya. "Negara" itu, apa bedanya dengan "semua pihak harus bertanggung jawab"?
Tkz (Wilmana)

Anonim mengatakan...

Daear Wilmana:

Dalam perspektif UUD 1945, yg sdh diamandemen, tugas pemerintah negara Indonesia adalah:
1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2. Memajukan kesejahteraan umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
4. ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Di dalam perspektif ini, saya maksudkan ialah tidak adil kesalahan dipikul sama rata pada semua pihak karena jika begitu untuk apa kita memilih mereka sebagai pemerintah dengan mendapatkan gaji dan keuntungan-keuntungan yg luar biasa?
(Patrice)

Anonim mengatakan...

Bigmike, puas membaca seluruh konten blog ini. Ada banyak hal bagus yang digagas oleh anda. Cara terbaik membaca isi blog ini adalah: membaca sambil merenung. Cuma ada saran saya yaitu bikin blog tersendiri untuk menulis tentang hutan, savana, daerah aliran sungai dst sesuai keahlian anda. Karena topik-topik itu menggangu perenungan yg dibuat. Blog ini biar tetap berisikan perenungan-perenungan yang sepintas ringan tetapi sesuguhnya tajam dan berat.

Untuk sementara saya keluar dulu.
Salam hangat, juga untuk wilmana
(Patrice)

Anonim mengatakan...

Indonesia bangkit. kapan indonesia bisa bangkit?? Mey. Meybe yes meybe no. bisakah Indonesia bangkit? dimulai darimanakah kebangkitan indonesia?? Pusing...pusing...pusing.. pusing.

kalo harga BBM "dibangkitkan" sih memang bisa. He..he.

-nrk-

Anonim mengatakan...

hua ha ha ha ha..... mendingan kita ikut edan-edanan ajah, kayak yg adat penganten jawa itu lho. Ndak pake malu, ndak pake ngomel, pokoknya ndableg bleg demi sang raja sehari

btw nikmat juga lagunya bro. Bentar.. bentar........... geleng-geleng dulu ah...
yeaaaah.... I know he can't.....

serr syerr!... duh udah goyang beneran nih, gimana setopnya neeh??? ha ha ha ha.....

Anonim mengatakan...

Wooooiiiiii Bigmike, U orang sudah bikin istilah baru yaaaaaa.....Indonesia yang gagal adalah INDONESIAL...ah sialan lu....ha ha ha Sungguh tulisan yang mantap. Aq juga malu nich ama semut merah...//Pritha//

Anonim mengatakan...

Bigmike, senang melihat anda hadir di gedung DPRD. Menurut hemat saya, sudah saatnya Bigmike berkiprah di tingkat nasional. NTT mungkin akan punya wakli yg bisa dibanggakan. Setuju tidak? (Eman, Oebufu)

Anonim mengatakan...

Yach ampun bung Eman. Sudah enak jadi rakyat masa' mau turun pangkat jadi wakilnya doang? Lagian, kalo jadi wakil rakyat, kapan urus blognya? ha ha ha. Terima kasih su keker dan maloi beta pung blog. Tuhan Memberkati (mikerk)

Anonim mengatakan...

Mau tahu "obat"nya supaya Indonesia tidak gagal? Ya, tulis saja Malaysia gagal, Brunei gagal, India gagal atau yg lainya aja deh..jgn Indonesia-lah. Aq tetap ndukung Indonesia meski sulit membantah analisis Bigmike (Sibiru laut)

Anonim mengatakan...

wakakekekakakak....usulan sibiru laut sungguh lucu. Ketularan "sablengnya " Bigmike yang bilang bahwa Indonesia gagal = IndoneSIAL? (Anto)

Anonim mengatakan...

@ Patrice

Tkz... Jadi maksudnya Pemerintah.. Soalnya saya msih rancu antara pengertian negara vs pemerintah vs rakyat vs bangsa. Mungkin BigMike perlu kasi pencerahan dulu.

Anonim mengatakan...

Saya kira penjelasan sahabat Patrice tentang negara sudah cukup memadai. Saya bisa menangkap maksud sahabat patrice tetapi memang masih ada beberapa hal yg harus dibuat lebih clear. Seri penulisan kali ini akan selesai pada 1 Juni, yaitu peringatan hari Pancasila. Tentang negara, bangsa dlsb., jika Tuhan berkenan, akan disinggung juga. Nanti kita akan sama-sama belajar. Tabik Siang (mikerk)

Anonim mengatakan...

Beta setuju dengan wilmana bahwa a'a tana mesti bekin beberapa penjelasan tambahan. Karna menurut beta harus dicari betul-betul sapa-sapa yang paling bertanggungjawab terhadap kesialan Indonesia sehingga a'a sampae menyebut INDONESIAL. Kalo ketemu kita usir dari Indonesia. (Savunesse)

Anonim mengatakan...

@Tuan-tuan dan puan-puan,

Kali ini saya harus jujur, komentar tuan-tuan dan puan-puan lebih menarik daripada tulisan bigmike. Analisa bigmike tdk ada yg baru. Yg menarik adalah istilah INDONE"SIAL." Ini saya baru dengar.

Saya awalnya berharap ada diskusi antara sdr wilmana dan sdri patrice yg mengklaim 'negara'lah yg harus paling bertanggungjawab. Negara, siapa negara itu? Kira-kira begitu kebingungan sdr wilmana. Sdr, rupa-rupanya sdr bukan saja pandai berdebat tetapi juga bersandiwara, heh...heh... 'Membaca' gelagat ini, sdri Patrice lgsg buru-buru mohon pamit sambil memberi 'wejangan' khusus untuk bigmike.

Tentang ulasan 'keculasan' yg disampaikan sdr wilmana, jujur saya spt membaca komentar saya sendiri yg selalu dicap pesimistik. Sdr wilmana, dimana optimisme sdr? Sedang liburan lagikah? Di posting sebelumnya sdr sangat optimis ttg demokrasi yunani di amerika. Saran saya, biarlah rakyat amerika optimis atawa pesimis dengan negara mereka sendiri.

Tugas sdr adalah optimis dengan negara sdr itu, atau memang sudah tidak ada obatnya lagi menyembuhkan penyakit 'keculasan' itu? Saya tunggu jawabannya.

Salam culas - 'nyong kupang'

Anonim mengatakan...

Kata orang Sabu, negeri leluhur saya, theres nothing new under the sun. Oleh karena itu soal kebaruan (novelties) memang sipi. Hanya saja, sebagai ilmuwan cabang ilmu-ilmu eksakta saya menemukan fakta bahwa banyak hal lama bagi kawan-kawan ilmuwan sosial ternyata baru bagi saya. Di dalam tulisan ini, saya memuat sesuatu yg baru bagi saya, yaitu terminologi "negara gagal. Setelah saya cek ke rekan-rekan ilmuwan sosial ternyata mereka sama do'dotoi-nya hela'u nga ya(ini bahasa inggris tingi). Ya, jadi saya bahasa saja supaya tahu. Saya memang senang belajar termasuk dari hal-hal yg sudah kita tulis. Itu penjelasan saya. Tapi, saya senang karena 2 "seteru" (wilmana dan nk) siap beradu argumen lagi. Kami di kupang sangat menikmatinya karena sangat sehat. Untuk itu saya tambah bensinnya bahwa 5 negara yg paling berhasil adalah negara-negara di mana etika Protestan sangat kuat. Irlandia, no urut 4 paling berhasil, meskipun berpenduduk mayoritas katolik tetapi ternyata etika bernegaranya adalah etika Protestan. Ini sangat menarik. Amat menarik. Kami, saya dan kawan-kawan, menunggu ulasan saudara berdua. Tabe malam (mikerk)

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Trima kasih atas tuduhan2 profokatif anda krn tak berdasar. Ciri khas keculasan ala orang NTT, he he he...

@ Patrice, moga2 ente tdk gampang diprovoke oleh keculasan ala Kupang, he he he... Krn darimana @nk itu tau bahwa anda pamit karena takut sama saya? Aya2 wae org itu...

@ nk, sayang sekali anda tdk menunjukkan bagian mana dr pendapat saya terkait keculasan yang mengarah pada pesimistik. So, saya kuatir justru Ama terminologi "pesimistik" ini adalah ungkapan jati diri anda, sebagaimana pesimistiknya Ama terhadap kaum kristen indonesia dlm berteologi. Saking pesimisnya, Ama sampe2 mengutip pendapat Alm Pdt ED bhw teologi kristen indonesia mengalami kemandegan.

Keculasan adalah fakta keindonesiaan. Memang ada kaitannya dengan kegagalan praktek bernegara, tetapi menyimpulkan itu sebagai penyebab gagal bangkitnya negara ini, saya kira kesimpulan yg prematur. Tp kalo @nk tanya optimistiknya apa? Mk saya kembali menawarkan solusi etika protestan, Ato Ama punya alternatif? Moga2 bukan "demokrasi nabi"...

@BigMike
Mungkin kami perlu pencerahan mengenai apa itu etika protestan dan fakta2 seputar pengaruhnya terhadap kehidupan bernegara yg unggul.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Aha, kebetulan saya belum log out dari blog karena sedang membuat draft posting berikutnya. Wilmana yang baek, soal etika Protestan itu adalah turunan dari teori Weber. Menurut saya, saudara NK jagonya tuh. Apalagi, dalam salah satu variannya implementasi, etika Protestan menampakkan diri dalam bentuk ideologi sekular (sekluarisme)dimana, lagi-lagi, saudara NK jagonya. Maka, seperti jargon Foke Wibowo gubernur DKI, tanyakanlah pada ahlinyeeee... ha ha ha. Shalom (mikerk)

Anonim mengatakan...

Kebetulan sebelum nutup blog, saya masih sempet nengok berita di detikcom hari ini selasa 27 mei 2008. Coba disimak baik-baik beberapa di antaranya:

Detikcom, Senin 27 Mei 2008

Aksi demo mahasiswa menjurus anarkis sangat meresahkan masyarakat. Gubernur DKI Fauzi Bowo lalu memanggil para rektor untuk membahas masalah tersebut.

Mahasiswa YAI-UKI Tawuran, Jalan Diponegoro Macet

Majalah Globe Asia menobatkan Aburizal Bakrie sebagai orang terkaya Indonesia dan Asia Tenggara. Namun Aburizal membantah hartanya mencapai US$ 9,2 miliar.

Polisi Dibogem Mahasiswa di Depan Kampus Moestopo

Lalu, coba liat lagi komentar dari para komentator terhadap berita terakhir (polisi dibogem):

baco, KOMNAS HAM tai kucing.........KOMNAS HAM sontoloyo......

xxx, bakar aja mahasiswanya... kaya gitu dipelihara, mending bisa berguna buat bangsa dan negara, ada juga nambah beban pengeluaran.

ayumi, demo trussss..........., apa gak bosan2? kalian demo atas nama siapa? masyarakat miskin? masyarakat miskin aja gak klo demonya gak kayak ni BABI-BABI kampus,........... seharusnya kalian sadar, sebagian masalah yg timbul di negeri ini akibat ulah kalian. dasar orang intelek gak bermoral....

Apa yg dapat disimpulkan? saya makin yakin sama survei majalah foreign policy: Indonesia adalah INDONESIAL. (mikerk)

Anonim mengatakan...

Semula saya agak kurang enak hati karena Indonesia disebut sebagai Indoensial. Namun setelah melihat kutipan berita dan komentar dari detikcom saya kaget. Kenapa kelakuan warga bangsa begitu keterlaluan? Bahkan saya terus masuk ke detikcom mencari tahu langsung ke berita yg disebut pak Mike. Aduh, terlalu betul karena di komnetar2 itu saya liat ada yg sampe hati menyebut2 alat kemaluan segala. Betul2 INDONESIAL. Apa solusinya? (Yossie, Perumnas, Kpng)

Anonim mengatakan...

BBN naik hidup bertambah susah, yang susah tetap menderita yang miskin sudah mendekati kuburan. Yang kaya tetap berjalan dengan mantap dalam perjalanan bersama wang kropsi
inilah tradi yang mantap dalam budaya NKRI untuk hidup itu tetap berjalan harus dilakukan dalam penipuan.
Budaya…,budaya bangsaku kropsi tetap berjalan, yang miskin itu urusan mereka mengapa mereka sebodoh itu dan tidak mau mengikuti jejak elite kita…? masalah dosa urusan kedua nanti diakhirat kita bicarakan, yang penting
sewaktu ada kehidupan ditangan kami….kropsi tetap berjalan sampai batas nafas kehidupan terhenti, baru kropsi akan tersenti. (Ini budaya kami NKRI)

Anonim mengatakan...

@ Ini budaya kami NKRI

Sy setuju dg anda. Dlm islam tumbuh istilah baru, "korupsi berjemaah".

Tapi soal budaya, saya kira ini sesuatu yg terus berubah. Sayangnya berubahnya budaya kita menuju ke arah memburuk. Contohnya, org Jawa. Dulunya terkenal dengan sifat dan sikap "lemah lembut". Saking lembutnya, kita yg insomnia bisa pulas kalo nonton tarian Jawa. Tapi sekarang, org Jawa berubah mjd monster. Apalagi jika sdh pasang gelar Habib, pake jubah arab plus celana 3/4, dan piara jenggot kambing. Tiap hari konvoi tnp ijin tnp helm tnp malu utk sweeping "musuh agama" plus menjarah (jk ada kesempatan).

Kupang, setelah pasang misi/visi: KASIH, malah makin byk anak2 muda mabuk2an di pinggir jalan sambil pungli sopir angkot tnp malu2. Sering kalo perilaku ini segera di gelar sepulang kebaktian di gereja.

Ambon dan Poso berantakan jd ajang latihan para sukarelawan moro dan afghanistan.

Apa yg dikutip BigMike dr Detik.com adalah gejala pementingan diri yg sangat kuat. Demi agenda 2009, elemen2 politik menggelar kekerasan demi mencegah pemberian BLT kpd rakyat miskin. Krn BLT dipandang sbg alat "kampanye" Penguasa.

So, kalo msh punya minat baik, tdk ada cara lain kecuali menggeser "pendulum" budaya lebih ke kanan, bila perlu sampe ke posisi yg netral dg peluang geser kiri-kanan yg lbh terkendali.

Eh, ada yg punya usul konkrit?

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@Wilmana

Rupa-rupanya sdr mulai mengikuti 'gaya' saya. Kalau dulu sdr pernah sampaikan bahwa sdr 'bertapa' dalam gua, maka sekarang ikutan bertapa dalam 'cafe' ini. Sambil bertapa, pesan es teh manis, hah, hah, hah. Welcome to the club!

Tentang tuduhan-tudahan tidak berdasar yg kata sdr wilmana sebagai ciri khas keculasan ala orang NTT, saya ingin mempertanggungjawabkannya. Begini.

Memang tidak berdasar, walau saya harus katakan dasar apa yg sdr wilmana mau? Analoginya begini. Sdr gemar dengan konsep 'malih rupa' bukan? Pasti! Sdr sering menyampaikannya disini. Apa dasar keyakinan sdr tsb? Tidak ada, paling top sdr akan klaim bahwa saya punya the sixth sense. Yang lain mungkin katakan saya punya iman, yg lain lagi saya punya 'hope' dll. Dus, mengapa saya katakan sdr pesimis? Karena sdr menjelaskan panjang lebar fakta buruk keindonesiaan tanpa solusi. Membeberkan fakta keindonesiaan yg buruk tanpa menawarkan solusi maka, sadar atau tidak, sdr akan 'terdengar' sedang berkeluh kesah tanpa tau harus mau berbuat apa. Pesimis.

Saya sedang bayangkan disini, sdr menjadi sedikit 'panas' lalu bertanya bagaimana saya mengambil kesimpulan spt itu? Jawab saya sama spt keyakinan malih rupa sdr itu. Saya punya 'indra keenam' heh, heh, heh.

Saya sebenarnya ingin 'menyelamat'-kan sdr dari kesan pesimistik sdr dengan bertanya. Syukurlah sdr cepat-cepat menawarkan solusi, yaitu etika protestan yg sudah saya ulas sedikit di posting-posting sebelumnya. Tak satupun yg kelihatan tertarik untuk mengulasnya tetapi diposting ini sdr ambil itu sebagai solusi persoalan keindonesiaan.

Hal mandeknya teologi kekristenan di indonesia yg mana juga adalah pikiran pdt ekadarmaputera, saya agak bingung mengapa sdr menolaknya begitu rupa? Granted! Sdr tidak setuju dgn pdt eka, wajar, toh itu hanya opini sdr, tetapi bukan berarti pandangan tsb tidak valid. Dalam konteks diskusi ini, makin bisa jadi pikiran pdt eka benar adanya. Mengapa diladang protestan spt di kota kasih, keculasan manusiannya, sdr katakan sendiri, begitu pekat? Mengapa teologia yg sekarang ada tidak mampu memberi 'pencerahan' kepada org-org-nya? Sdr menawarkan etika prostestan, etika protestan yg mana? Apakah sdr sedang katakan manusia di kota kasih tdk punya etika sama sekali? Tentu tidak. Ada etika disana. Tetapi etika yg ada tidak memadai lagi, alias mandek, tdk mengikuti perkembangan jaman. Sama dengan teologia. Ada teologia tetapi tidak cukup. Harus ada pembaruan.

@Bigmike

Maaf kalau saya terkesan 'mengecilkan' hal baru, buat sdr, dalam tulisan terakhir.

Saya hanya ingin katakan bahwa kondisi keindonesiaan yg 'kritis' ini bukan terjadi dalam sekejab. Jadi kalau kita terkejut mengapa indonesiaku sekarang menjadi indoneSIAL maka itu sebuah kepura-puraan belaka karena dari tahun ke tahun, saban harinya, rakyat indonesia 'menonton' felem berjudul "the demise of indonesia." Kami tahu apa sebabnya, tetapi kami tidak tahu, atau lebih pas tidak mau, perbaiki kondisi ini.

Eniwe... saya ingin mengulang senandung lagu ini:

...walaupun saya susah, menderita dalam dunia, saya mau ikut Yesus, sampai slama-slamanya."

Inilah kondisi kekristenan kita. Menjadi Kristen identik dengan kesusahan dan penderitaan.

Tetapi saya setuju dgn sdr wilmana yg 'mengutip' pedapat saya sebelumnya. Solusinya adalah 'etika kekristenan' yaitu jujur, adil (untuk 2 hal ini, baca lagi serial Kasih yg diposting sebelumnya), menghargai waktu, gemar bekerja keras dll.

Salam derita - "Nyong Kupang"

Anonim mengatakan...

Ralat: Pada kalimat ini:

Tidak ada, paling top sdr akan klaim bahwa [saya] punya the sixth sense.

Seharusnya:

Tidak ada, paling top sdr akan klaim bahwa [sdr] punya the sixth sense.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

@Wilmana

Sdr perlu memberi pencerahan kepada kami, apa maksud sdr dengan meggeser 'pendulum' budaya lebih kekanan.

Kalau kita bicara politik amerika, istilah kiri dan kanan jelas definisinya. Tapi budaya indonesia, apa itu kiri dan kanan?

Trims.

-nk-

Anonim mengatakan...

Tuan-tuan & Puan-puan,

Kebetulan saya masih punya waktu untuk menulis sebelum harus ke t4 kerja lagi.

Saya sebenarnya juga ingin berdiskusi dengan Patrice tetapi saya dia telah pergi. Mudah-mudahan dia kembali lagi. Saya tertarik dengan statement sdri patrice yg ingin lebih menyalahkan pemerintah ketimbang pihak lain. Saya tidak setuju. Mari kita lihat sejarah amerika serikat. Begini.

Ketika org-org inggris bermigrasi ke 'new england' (dulu namanya begitu), ikutlah kelompok yg menamakan dirinya "the quakers." Kelompok ini sangat muak dengan sistem kekerajaan yg menurut mereka tidak memberikan kebebasan kepada rakyat. And so they went to the new england. Disana, kelompok ini menjadi terkenal dengan sikapnya yg anti dgn segala bentuk sistem pemerintahan. Mereka ingin bebas, sebebasnya. Dus, ketika george washintong dkk ingin menulis konstitusi amerika, kelompok ingin menentang. Mereka merasa kebebasan mereka yg baru ditanah yg baru terancam. Apa solusi?

Intinya 'the founding fathers' dan kelompok 'the quakers' sepakat bahwa pemerintah ada bukan untuk mengatur segala urusan tetek benget rakyatnya. Dus, selain konstitusi, mereka membuat yg namanya 'bill of rights' yg isinya... the state shall not... blah...blah... Negara tidak boleh mengatur ini dan itu. Rakyat bebas.

Dari sejarah ini, kita bisa belajar bahwa negara bukan solusi bagi semua persoalan rakyat, bahkan dalam 'revolusi reagan' (ronald reagan) kita dengar slogan yg sangat terkenal itu, "government is not the solution." Malah pemerintah seringkali merupakan bagian dari masalah besar. Dengan pemahaman ini, tumbuhlah apa yg kita sebut 'civil society' masyarakat madani. Apa artinya ini? Artinya rakyat membangun institusi kewarganegaraan untuk menandingin kekuatan pemerintah. Dus, kepentingan negara dan rakyat menjadi lebih seimbang.

Bagaimana dengan indonesia? Kami tidak punya bill of rights. Mengapa? Karena bagi kami negara adalah segala-galanya -macam tuhan allah- terkait kesejahteraan rakyat. Sesuatu yg salah dalam masyarakat menjadi kesalahan negara. GROW UP! This is not true!

Kami ini adalah bangsa yg suka jiplak, tetapi sering kali menjiplak saja salah. Mau demokrasi tetapi tidak tahu roh nya demokrasi. Mau ada pemerintah tetapi tdk tahu apa yg boleh ia buat mana yg tidak boleh. Punya masyarakat madani tetapi mandul.

Dus, siapa salah? Kalau mau berbesar hati, rakyatlah yg salah. Bukankah kami-kami ini yg memilih mereka???

Tapi pesan saya, jgn bertanya kepada si 'anonim' yg menawarkan alternatip 'demokrasi nabi.' Siapa yg salah. AMERIKA, INGGRISS, YAHUDI DKK.

Hah, hah, hah...

Anonim mengatakan...

Apa tolok ukurnya sehingga Bigmike menyebutkan Indonesia sebagai INDONeSIAL. Agak berhati-hatilah karena tanpa ukuran yg jelas kita akan terjebak dalam persaan suka dan tidak suka. Jangan karena bigmike tidak suka kepada SBY-JK lalu Indonesia yg dikorbankan. Indonesia masih negara kita dan bigmike juga kan?

Untuk kawan-kawan yg berdiskusi saya minta jangan pake kaca mata dari amerika untuk melihat indonesia. Tidak cocok. Hujan batu di negeri sendiri jauh lebih baik ketimbang hujan emas di negeri orang. Ini soal nasionalisme lho.

Sekian dna terimakasih atas perhatiannya.

==Anak NKRI==

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Trims atas penjelasannya. Tapi menyimak penjelasan Ama di bawah ini, kok kesan sekedar dolah-dalihnya sangat kuat...

[Kutipan dr -nk-
Memang tidak berdasar, walau saya harus katakan dasar apa yg sdr wilmana mau?]

Nampaknya mengakui bhw tuduhannya “tidak berdasar”, tp kok msh berdolah-dalih lg? Lalu Ama punya penjelasan berikut ini jg menarik.

[Kutipan dr –nk-
Dus, mengapa saya katakan sdr pesimis? Karena sdr menjelaskan panjang lebar fakta buruk keindonesiaan tanpa solusi.]

Ini jg mengada-ada, ato yg saya sebut “tnp dasar”. Krn faktanya diakhir komentar sy ada stetmen berikut:

[Kutipan dr -Wilmana-
So, kalo sdh begini, sy kira lahan tanam mmg menentukan tumbuh-tidaknya sistem apapun.]

Kalo Ama menyimak lbh jeli mk solusi yg saya tawarkan jelas, “lahan tanam”. Apa lahan tanam itu? Yaa etika protestan, yg saya mohon agar BigMike bersedia kasi pencerahan dg tulisan2nya. Tp kita tau BigMike malah minta -nk- yg menjelaskan di sini. Tp anehnya, Ama malah bertanya spt ini kpd saya: “Sdr menawarkan etika prostestan, etika protestan yg mana?”.

He he ntar saya minta bigmike lg, lalu bigmike minta ke Ama, lalu Ama nanya lg ke saya. Makanya jadilah lingkaran setan pertanyaan tak terjawab.

Kalo Ama merasa telah lama mengulas etika protestan sbg solusi di sini, yaa syukurlah. Tp rasanya ide itu sdh sy gulirkan lbh dahulu dg menggunakan analogi “lahan tanam” atau “pesemaian”, ketika kita sama2 menentang tawaran subyektif tentang “demokrasi nabi”. Di sana jelas saya sebutkan bhw nilai2 protestan itu layak mjd pesemaian atau lahan tanam bg sistem bernagara apapun. Ama malah “mengejek” sy sbg terlalu optimistik. Tp syukurlah nampaknya BigMike setuju dg saya, makanya beliau kasi sinyal bhw “4 negara paling berhasil” ternyata menerapkan nilai2 protestan sbg “lahan tanam” bg sistem bernegaranya. Sistem bernegara yg berbeda-beda (tdk identik) tp subur pada lahan yg sama yaitu nilai-nilai (etika) protestan. Bersambung.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@ -nk-
Sy melihat Ama suka menjebak diri pada pengertian2 bersifat literal semata. Krn itu Ama gampang sekali memberi stigma negatif pada org laen. Apa ini penyakit org NTT? Krn Guru Tua-nya BigMike jg suka bikin stereotip “mata kelamis” misalnya, he he he...
Thesis Pdt-ED, saya sebetulnya sy gunakan hanya sbg contoh utk mengingatkan. Tdk ada maksud membahas krn ntar Ama bikin stigma baru bhw level berpikir sy hanya sebatas contoh. Ama keliru kalo mengira sy kritik sy ditujukan utk beliau. Krn seperti yg BigMike sdh jelaskan, bukan Pdt-ED yg keliru, tp kitalah yg keliru. Krn itu kritik sy wkt itu sebetulnya ditujukan utk Ama. Kok bisa? Krn Ama mungkin tidak tau bhw kasus Indonesia itu bukan teologinya yg mandeg, tp prakteknya yg mandeg. Dan rasanya inilah yg dimaksudkan oleh Pdt-ED. Di Indonesia, perkembangan teologi Kristen di sekolah-sekolah teologi cukup progressif, tp prakteknya oleh Gereja2 di Indonesia shg bs nampak dalam perilaku para warga gereja spt kita ini, mmg gak jalan. Sayang, Ama tdk pernah terlibat lgsg dlm praktek penatalayanan di gereja. Tp BigMike pasti sangat mahfum bhw Pendeta sekalipun tnp malu2 terlibat tindakan2 yg tdk etis demi sesuap nasi goring yg isinya cuma beras, vitsin, minyak, dan kecap/saos tomat.
Jadi, saya setuju dg pembaruan, tp bukan teologinya, tp prakteknya. Tdk perlu jg teologi canggih2 spt yg Ama bayangkan dr thesis Pdt-ED. Krn ketika Amerika mulai bernegara menggunakan etika protestan, tokh basisnya pada teologi yg mgkn skrg dianggap Ama sdh kuno.
Scr global, sistem nilai “kuno” yg diakui dunia, termasuk Indonesia, dpt mjd fundamental proses pembaruan adalah apa yg disebut TARIF (transparency, accountability, responsibility, independency, dan fairness). TARIF ini jelas berbasis pada nilai2 protestan. Sayangnya, penerapannya di Indonesia, masih merangkak, blom berjalan, apalagi lari. Maklum, keculasan keburu merajalela. Tp yg penting negara masih tetap konsisten dg solusi TARIF ini.
Lalu, bagaimana sy tdk bilang stigma pesimis yg Ama tempelkan itu sbg “tuduhan tak berdasar”? Kemampuan menyimak sebatas hurufiah, tp berani tempel stereotip pesimis. Sayang sekali.

(Wilmana)

mikerk mengatakan...

Ha ha ha....betul-betul saya sekarang sudah merangkap profesi sebagai bartender dalam cafe permenungan ha ha ha ha. Baiklah, saya akan mencoba memenuhi pesanan pengunjung cafe tapi sekedar untuk menunjukkan preposisi saya terkait beberapa defenisi. Tidak untuk mengatakan ..heiiii,,,ini paling benaar....noooppp.

Resikonya, seri Indonesia bangkit mungkin akan tertunda 1 hari.

Untuk sahabat --anak nkri--, terima kasih atas warningnya...tetapi jangan kuatir...warna darah saya masih merah...warna tulang saya masih putih...dan di dada saya tergantung besar..sangat besar...Garuda Pancasila.

Tuhan Memberkati

Anonim mengatakan...

Hei Bigmike, saya sudah tahu siapa anda meskipun anda tidak mengenal saya. Tadi sebenarnya kita ketemu di DPD, Saya diberitahu temen, itu DR. ...dari Und....a. Memang Big tetapi verry verry good looking....hhmmm...
Sekarang aku rinduuuu....tulisan baru mu...posting ini sudah 2 hari...kelamaan...(someone anonim, somewhere)

Anonim mengatakan...

Untuk kawan "anak NKRI"
selamat bergabung di bigmike's blog. Baca baik-baik komentar bigmike dan posting 1 pada seri penulisan Indonesia Bangkit. Bigmike itu merah putih bosssss. Ayo, bigmike tetap kritisi hal-hal yg kurang baik. Sy curiga jangan-jangan anak nkri pendukung SBY-JK??? (Larry)

Anonim mengatakan...

Hah, hah, hah...

*Tertawa terpingkal-pingkal, sambil pegang perut menahan sakit*

Maaf, maaf, setelah membaca seluruh komentar sdr wilmana, saya lalu teringat 'wejangan' sdr DTN bbrp waktu lalu, baiklah saya kutip lgsg:

"Wah, wah, saya rupanya memang berhadapan dengan org-org yang memang rada atau memang berada di ranah master dola-dalih. Kalau kemaren ada istilah Licikus munagfikus ato si akalus bulukus -agak kebarat-baratan- sekarang ada istilah yg lebih melayu yakni DOLA SALEH, yaitu orang yang kelihatannya selalu benar/paling tahu/tanpa cacat (SALEH) tapi sebenarnya itu adalah PELEDER dari hobi dola dali (DOLA). Benar kata -nk- hati-hati sodara wilmana anda menunjuk 1 jari orang lain tapi 3 jari lain sedang tunjuk diri sendiri."

Saya sedang bayangkan, jgn-jgn sdr wilmana sedang menunjuk 2 jari telunjuknya kepada saya dan tanpa sadar 6 jarinya yg lain sedang menunjuk dirinya sendiri, hah, hah, hah.

Okelah... mari kita kembali ke laptop, eeh maksud saya kembali ke pokok diskusi. Begini.

Trims untuk 'ejekan' sdr kepada saya yg katanya mengaku 'tanpa dasar' tetapi 'terkesan' amat berdola-dali. Paling tidak saya punya 'keberanian' untuk mengakui ujaran kata 'tanpa dasar' itu. TETAPI rupa-rupanya telah menjadi kebiasaan sdr untuk mengambil sebuah penggalan kata/kalimat lalu 'mencabutnya' dari konteks diskusi. Sdr menganjurkan saya untuk membaca secara 'jeli' tetapi sdr tidak mempraktik ini pada diri sdr. Amat disayangkan.

Tentang statement saya yg sdr kutip ("Dus, mengapa saya katakan sdr pesimis? Karena sdr menjelaskan panjang lebar fakta buruk keindonesiaan tanpa solusi") yg sdr katakan "mengada-ada tanpa dasar' yg lalu cepat-cepat menunjuk kalimat terakhir dalam komentar sdr, "So, kalo sdh begini, sy kira lahan tanam mmg menentukan tumbuh-tidaknya sistem apapun" sebagai bukti sdr berkeluh-kesah dengan menawarkan solusi, jawab saya "Bacalah pelan-pelan kalimat sdr sendiri!" Dimana solusinya sdr wilmana???

Aaaaaaaaaaaaaaaaaah... sdr ingin saya membaca lebih jeli. Iya, iya... saya ingat bbrp waktu lalu sdr berbicara ttg 'lahan' yg sdr kaitkan dengan 'ladang protestan.' Tentu saja saya ingat... tetapi sdr-lah yg tidak jeli dengan konteks 'karya penyelamatan' saya atas 'kesan' pesimisme sdr itu dari sidang pembaca lain yg mungkin tidak mengikuti diskusi kami yg lalu. Mungkin sesekali perlulah sdr akui bahwa pada kalimat sdr itu, tidak ada solusinya. Heh, heh. Terakhir untuk poin ini, sayalah yg pertama kali yg mengkaitkan 'ladang' yg sdr maksudkan dengan 'nilai-nilai protestan' pada posting berjudul "Indonesia Bangkit. Indonesia Bisa. Indonesia Bisa Bangkit? (Part 1)." Untuk komentar saya itu, sdr menulis, saya kutip lgsg,

Kalo beta sih, liat peradaban modern ini, meski cukup menjanjikan tp msh biasa2 saja, krn banyak juga borok2nya. Bahwa sistem nilai protestan dpt mjd pesemaian yg baik sistem apa saja, itu beta setuju."

Mengakukah sdr, bahwa sdr sekedar 'mengamini' pendapat saya ttg 'ladang protestan' itu? Semoga.

Hal statement sdr, "Kalo Ama merasa telah lama mengulas etika protestan sbg solusi di sini, yaa syukurlah. Tp rasanya ide itu sdh sy gulirkan lbh dahulu dg menggunakan analogi “lahan tanam” atau “pesemaian”, ketika kita sama2 menentang tawaran subyektif tentang “demokrasi nabi,” lagi-lagi ini sebuah bukti siapa yg berdola saleh. Menyukuri saya lebih dahulu menulis ttg etika protestan, tetapi pada kalimat berikut menyangkal, hah, hah, hah...

...bersambung...

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

@sdr wilmana

PART 2

Sdr wilmana, sdr yg sebenarnya hanya 'mengamini' opini saya bahwa nilai protestan dpt menjadi persemaian yg baik ada pada posting "Indonesia Bangkit. Indonesia Bisa. Indonesia Bisa Bangkit? (Part 1) tertanggal 20 Mei 2008. Saya menulis etika protestan pada posting "Kasih Itu Kuat. Kuat Belum Tentu Kasih. Lemah Lembut Merupakan Gambaran Kasih. Kasih Tidak Berarti Lemah Lunglai. Kasih Kok Repot? (The Last)" tertanggal 17 Mei. Semoga dari tanggalan ini saya sdr mau mengakui sdr membuat 'kesalahan' bahwa bukan saya sekedar 'merasa' tetapi memang sayalah yg menulisnya pertama kali, heh, heh. Ada baiknya saya kutip opoini saya itu agar sidang pembaca yg lain dapat pula mengikutinya.


"Sekedar ingin membuka 'new frontier.'

Saya dapat merasakan 'kekesalan' sdr ttg ironi 'Kota Kasih' tetapi kira jangan terburu-buru untuk katakan kondisi yang ada adalah hukuman Tuhan. Saya pikir tidak!

Kami ini mahluk ciptaan Sang Khalik (SK) yang berkendak bebas. Saya amat yakin kebebasan yg diberi SK ini adalah 'one of the greatest gifts ever.' Dus, kami bebas menjadi sejahtera atawa sebaliknya, bebas merusak segala sesuatu yang baik.

Yang saya amati dari jauh, Kupang yang kata sdr amburadul itu tidak berbeda jauh dengan kondisi di 'kantong-kangtong' Kristen lainnya di Indonesia. Menarik untuk dikaji,
mengapa Kekristenan 'gagal' memberi konstribusi positif terhadap pembangun daerah. Ini aneh bin ajaib.

Saya ingin ajak anda membuka wawasan sedikit lebih luas. Lihatlah negara-negara hebat di dunia ini, sekedar contoh Amerika, Inggris, Perancis, Jerman dll. Apa yang membuat mereka luar biasa? Apa nilai-nilai dasar mereka? Jawab saya: Kekristenan. Pertanyaan, kalau mereka Kristen sama dengan kami, mengapa mereka lebih maju? Jawab saya, Kekristenan di negara maju adalah Kekristenan yang Ber-etika (Baca: Protestant Ethics). Hal ini pasti sdr kenal siapa itu Max Weber.

Apa itu Etika Kristen? Jujur, Adil, Kerja Keras, Tepat Waktu dll! Pertanyaan berikut, mengapa Kekristena di negara maju memiliki Etika Kristen, kami tidak?

Karena ketika 'bangsa kulit putih' datang ke negeri kami, mereka hanya membawa 'iman'nya saja, tetapi tidak mengajarkan kami etikanya. Mengapa begitu? Karena tindakan menjajah negeri kami sangat tidak etis sehingga penjajahpun diam ttg etika kekristenan itu sendiri.

Kekristenan tanpa etika ini membuat kami gemar bernyanyi, "Walau saya susah, menderita dalam dunia, saya mau ikit Yesus, sampai slama-lamanya."

Akhirnya, bagaimana menumbuh kembangkan Etika Kristen ditengah amburadulnya Kota Kasih??? Sulit menjawabnya bukan? Paling tidak, mari mengulang senandung lagu ini:

"Walau saya susah, menderita dalam dunia, saya mau ikit Yesus, sampai slama-lamanya.



...bersambung...

Anonim mengatakan...

@sdr wilmana

-END-

Sdr wilmana, bukan pula bigmike yg menyebut 4 negara besar itu pertama, melainkan saya.

Bagaimana sodara wilmana, masih hendak menunjuk 'tuduhan' jari kepada saya?

Tentang pendapat pdt ekadarmaputera, saya tidak ingin berdiskusi panjang lebar karena rupa-rupanya sdr sekedar berdola-dali saja dan maaf saya memberanikan diri untuk menyimpulkan bhw sdr belum membaca bukunya. Kalau saya menyebut 'teologia mandek, tidak bergerak, dll" itu adalah kutipan lgsg kata-kata pdt eka sendiri, dan saya setuju. Bahwa sdr wilmana punya opini lain, silahkan. Toh kita punya hak atas opini, tetapi kita tdk punya hak atas fakta bahwa teologia yg ada tidak lagi bisa memberi 'pencerahan' atas perilaku culas itu yg sdr sendiri sampaikan. Pertanyaan buat sdr, mana duluan, perbaikan teologia atau perbaikan praktik manusianya?

Begitulah penjelasan panjang lebar saya... lagi-lagi saya harus akui bahwa sdr pandai 'bersilat lidah' dan rasa-rasanya 'ilmu' saya belum setinggi sdr, bukan karena opini sdr lebih cemerlang dari opini saya tetapi 'nafas' sdr yg saya rasa amat panjang untuk berdebat. Saya tidak punya 'stamina' seprima sdr untuk berdebat, heh, heh, heh. Pesan saya, selain culas, sdr perlu menambahkan 1 fakta keindonesiaan yg buruk, 'berburuk sangka.'

Salam culas.

-nyong kupang-


ps. sdr wilmana, bisa jadi -maaf kalau saya keliru- analisa keculasan manusia ntt merupakan 'pengalaman pribadi'? apa dasar sdr memberi stigma negatip thd manusia ntt?

Anonim mengatakan...

@Anak NKRI

Saya juga ingin menyampaikan salam kenal buat anda.

Menurut saya bagus juga anda menulis nama anda sebagai 'anak nkri,' tetapi saya ingatkan anda kami disini juga anak nkri.

Menyimak kata-kata anda, "...apa tolok ukurnya sehingga Bigmike menyebutkan Indonesia sebagai INDONeSIAL. Agak berhati-hatilah..." saya perlu sampaikan bahasa anda itu mirip politisi indonesia.

Anda bicara tolok ukur, saya curiga debat kami akan memakan seluruh halam blg ini. Untuk itu saya hanya ingin bertanya, "apa tolok ukur yang ideal menurut anda?"

Hal 'wejangan' anda untuk kami berhati-hati... rupanya anda masih bermental tentara yg dulunya suka mengancam. Janganlah begitu. Santai sajalah, ini sudah jaman reformsi.

Tentang nasionalisme, harapan saya anda buka org yg bernasionalisme, "right or wrong my country."

Akhir kata, kalau anda mau diskusi silahkan, tetapi agak berlebihan untuk berpesan agar kami berhati-hati.

Begitu saja dan salam rileks.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

Maaf, maaf, saya bukan politisi atau tentara yg suka mengancam. Silahkan berdiskusi. Ini memang jaman reformasi, anda bebas berdiskusi apa saja.

==Anak NKRI==

Anonim mengatakan...

SORRY, Di hot spot saya Blog hnya bisa terbuka setengah. Yang bisa berjalan hanya halaman depan (home) dan isinya lalu komentar. Selain itu, sama sekali tidak bisa. Saya tidak memposting apa2. Hal ini sudah terjadi sejak tadi pagi. Sampai soer ini keadaan belum berubah. Bahkan blog WP sama sekali tidak bisa dibuka. MAAF YA, jika janji psoting baru terpaksa terkendala....(Bigmike)

Anonim mengatakan...

@ -nk-
He he he... Saya kira tambah sedikit kilik2 lagi, Ama bisa menggantikan posisi BigMike jadi Penulis di sini. Jd, kalo mau NK sumbang tulisan, tdk perlu perintah, “kilik2” saja, beres! Tulisannya bisa memenuhi seluruh kolom yg ada... Sy yakin, isinya bisa lbh baik dr komentar2 belakangan ini di sini.

Asal Ama jgn lupa saja, bhw yg doktor itu tetap BigMike, bukan kita.

Yang pasti, harus sy akui kali ini saya cukup bingung dan sulit memahami komentar2 Ama. Moga2 krn daya nalar saya yg lemah, atau seperti celutukan “positif” yg ditujukan buat saya, “akal lagi berlibur”.

Memang, hari ini Ama ada bikin komentar yg teramat-sangat-byk-sekali, tp nampaknya sdh tdk ada isu baru yg menarik untuk diperbincangkan kecuali, sekedar pembenaran diri plus memperkuat tuduhan, stigma/stereotip. Jadi, meski Ama nampaknya makin enjoy dg pola diskusi favorit Ama ini, sy memilih tdk mau terjebak utk balas-membalas, saling tuduh, dan menciptakan stigma negatif. Diskusi macam begini yg disebut org, “debat hanya utk debat itu sendiri”. Mungkin Ama menikmati, tp sy malah malu sama BigMike.

Krn itu, sampe jumpa di tulisan BigMike berikutnya. (Wilmana)

P.S: Ama boleh kok nambahin stigma baru: NGACIR, buat saya. Asal ego bikin stigma Ama terpuaskan, sy jg happy.

mikerk mengatakan...

Percakapan yang mantap antara Wilmana dan NK. Thanx boss. Jangan ragu untuk berdiskusi. Anda punya kelompok penggemar tersendiri.

Besok akan ada kejutan karena ada penulis baru yang meminta ijin untuk memposting artikel baru. Yang bersangkutan tidak puas kalau hanya menulis komentar. Saya ijinkan dia memposting buah pikirannya. Siapa dia? dan apa isinya? Tunggu saja. Cuma please be ware...orang ini agak emosian ha ha ha .

Baru kira-kira 1 jam lalu saya ditelepon kawan kampus saya menanyakan kelambanan blogger. Rupanya di tempat dia juga kacau. Saya simpulkan jaringan internet kupang kacau. Dua hari ini angin sangat kencang dan kapal antar pulau tidak berani berlayar.

So, be patient sir dan sor (tuan dan nyonya makxudnya) ha ha ha

Anonim mengatakan...

@Wilmana

why am I not surprised???

Pilihan ending yg tidak membuat saya terkejut, heh, heh, heh.

Kalau sdr wilmana malu sama bigmike, saya malah tidak. Mengapa? Buat saya gelar doktor hanyalah sebuah kertas. Tetapi yg saya hargai tinggi-tinggi adalah humilitynya bigmike. Sudah bergelar Dr tetapi masih mau merendahkan diri...eh salah... hatinya. Ungkapan dia 'humane erare est' (manusia adalah kumpulan-kumpulan kesalahan jua) bbrp waktu lalu sangat berkesan buat saya.

Sdr wilmana sebenarnya punya kesempatan itu, tetapi 'membuangnya' bahkan mengakhiri diskusi ini dengan berlakon 'bawang merah' yg usili oleh saya, hah, hah.

Okelah... sayapun tdk mau berdebat kusir, mari lanjutkan diskusi.

Di komentar saya sebelumnya saya minta pencerahan atas statement sdr,

"Menggeser pendulum lbudaya ebih kanan."

Apa definisi kanan & kiri dalam budaya indonesia???

Salam - "nyong kupang"

ps. tambah lagi, fakta keindonesian yg buruk, "keangkuhan." saya rasa sdr wilmana tdk keberatan.

Anonim mengatakan...

RALAT:

Pada kalimat ini:

Sdr wilmana sebenarnya punya kesempatan itu, tetapi 'membuangnya' bahkan mengakhiri diskusi ini dengan berlakon ['bawang merah'] yg usili oleh saya, hah, hah.

Seharusnya menjadi:

Sdr wilmana sebenarnya punya kesempatan itu, tetapi 'membuangnya' bahkan mengakhiri diskusi ini dengan berlakon ['bawang putih'] yg usili oleh saya, hah, hah.


-nk-

Anonim mengatakan...

@BigMike

Trims atas tanggapannya yg positif. Mhn maaf sy terpaksa nongol lg di tulisan ini krn ada hal substansif (mnrt sy) yg hrs sy sampekan.

@ -nk-

Rupanya memang benar, karakter org susah berubah. Pdhl, kalo Ama jeli tentu bisa merasakan bhw apa artinya "menang" debat dlm arti sukses memberi stigma, stereotip, dan tuduhan palsu.

Mulanya saya berniat mengikuti alur kebiasaan Ama ini sekedar lucu2an, spt bbrp cth komentar sy yg Ama kutip di sini. Tp pd comment terakhir, sy melihat arah diskusi menjurus tdk sehat, sekedar tuding2an dan krn itu, sy ingatkan Ama akan budaya malu yg mmg saat ini sulit kita temui pd org indonesia. Sayangnya, Ama malah lbh suka melanjutkan lelucon penuh tawa yg ditelinga sy terasa teramat sangat sumbang sekali.

Tp sy tdk bermaksud mo bilang Ama punya urat malu sdh putus. Kalopun Ama nanti merasa demikian, tdk usah kecewa krn itulah salah satu fakta kita org Indonesia.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@wilmana

saya dpt merasakan hawa 'panas' sdr. chill out! tapi saya setuju, kalau debat ini kita lanjutkan, pasti menjurus kearah yg tidak sehat.

jadi bagaimana sdr, masih berminat tidak memberi pencerahan ttg kiri dan kanan budaya indonesia itu? saya kira lebih sehat memang melanjutkan diskusi, kalau sdr masih berminat tentunya.

salam maaf - 'nyong kupang'

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Ah, Ama ini mmg mirip dg Guru Tua BigMike dg kebiasaan stereotipnya. Sejujurnya, tdk ada "hawa panas" itu, krn debat dan diskusi adalah keseharian sy. Tp mmg sy hanya ingin agar kita jgn jd bahan tertawaan sinis di sini, lalu gak sadar sibuk saling tuding, sementara org lain satu per satu permisi jd penonton. Malu kita sm BigMike kita itu. Masa Ama ga punya malu lg?

Tentang bbrp istilah yg Ama tanyakan, itu bs dicari di mana2.

Mengenai pendulum, itu analogi alias perumpamaan utk menggambarkan bgmn org mengklasifikasi perubahan ke dlm bbrp kelompok besar. Bergeser ke kiri artinya perubahan cenderung revolutif tak terarah, ato ada jg yg blg penuh eforia semu. Data foreign policy 2005 vs 2007 ttg indonesia mgkn bs jd contoh. Bergeser ke kanan artinya terlalu konservatif. Ama tentu bisa mikir sendiri ttg ini, kan? Jalur tengah sbg gambaran perubahan yg wajar dan terkendali.

Mhn maaf kalo sptnya sy mengabaikan, krn sy kira ini hal sepele sj dan Ama sekedar "becanda" wkt menanyakan itu.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Woiii Bigmike, tadi di kampus dicari pak Theo Da Cunha karena ada permintaan proposal untuk pengembangan hutan kota di kawasan TPU fatukoa. Katanya ada permintaan dari pak Nicky Uli bappeda Kota. Nah, tim kita dapat kerjaan lagi nih. Tadi bt coba kontak ke HP tetapi tartau kanapa ko tulalit terus nih. Jadi beta cari di blog sa. Tolong cepat hubungi pak Theo atau pak Agus atau pak Fred

Untuk sahabat Wilamana dan NK percakapan anda berdua bagus sekali. Saya mau campur tetapi keahlian saya cuma di bidang pertanian dan tidak seperti bigmike yang sudah tidak jelas lagi apa keahliannya itu. Anda berkeahlian di bidang sospol ya? Tolong dipercakapkan mengapa negara warning dan alert terbanyak ada di dunia III? apakah ada hubungannya dengan larinya modal negara miskin ke negara-negara kaya?

(teman bigmike-dia tau beta)

Anonim mengatakan...

@ teman bigmike

Trims atas apresiasinya. Tp saya bukan org sospol, hanya sekedar generalist. Artinya, berminat thd byk hal, tp sepotong-sepotong. Tdk ada yg spesial sekali.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

wilmana.

yang generalis sa su bisa omong begini panjang lebar apalai klo memang su paham. lanjut terus balas komentar dari -nk- jang mau kalah.

nk

he..he kalo memang ada yang masih belum jelas atau masih sonde sesuai dengan apa yang dipahami nk dari penjelasan wilmana "hajar terus" sa. seru na percakapan antara nk dan wilamana. kitong jadi dapat banyak pengetahuan. karna yang diomongkan mulai dari kasih, negara, sampai demokrasi sonde luput lai. salam sinis nk. he..he.,

(nrk)

Anonim mengatakan...

@wilmana

Saya rasa memang ada 'persoalan' diantara kita, sadar atau tidak. Sdr menyebut saya sering memberi cap negatip... tetapi kalau saya harus daftarkan cap negatip yg sdr sudah berikan ke saya selama berdiskusi di blog ini, maka entah apalagi jadinya. Jadi saya setuju, ketimbang saling menuduh, mari kita sama-sama menjadi 'malu' kepada bigmike. Apalagi 'reputasi' nk cukup baik disini, menurut bigmike sih, jadi sayang juga kalau nanti banyak yg malah merasa terganggu.

Saya sendiri tidak akan 'berulah' lagi... cukup komentar yg wajar-wajar saja.

Terima kasih sudah mengingatkan saya, karena toh saya hanyalah kumpulan kesalahan-kesalahan jua. 'Humano erare est.'


Salam kasih.

-nyong kupang-

ps. Heh, heh, rupanya sdr tahu kalau saya suka gelian. Mohon jgn di'kilik' lagi... karena kebiasaan jelek saya, kalau dikilik, saya tertawa 'terbahak-bahak' tanpa bisa dikontrol.

Anonim mengatakan...

Apakah kualitas lingkungan hidup tidak dimasukkan sebagai variabel ukur? Jikalau dimasukkan maka hampir pasti Indonesia akan masuk ke dalam kelompok negara alert. Dengan laju deforestasi 2.8 juta ha/tahun, ini ada di makalah pak mike di hotel kristal, indonesia adalah juara dunia bikin rusak hutan (Walhi). Maka saya setuju dengan pak mike, INDONESIAL (Yes, BTN)

Anonim mengatakan...

Right or wrong is my country
==Anak NKRI==

Anonim mengatakan...

Saya balik lagi. Setelah saya menyimak beberapa artikel, kesimpulan saya blog ini luar biasa. Banyak blog lama yang ternyata isinya hanya main-main nggak jelas. Rupanya bigmike adalah penulis handal yang pandai memainkan perasaan pembaca. wah aq bakal rutin berkunjung nih. Usul saya, postingnya dilink ke beberapa web untuk promosi sebab isi blog ini mungkin dapat berguna bagi orang lain(Fenny)

Anonim mengatakan...

SAYA PROTES
SAYA TIDAK PERNAH MENGIRIM KOMENTAR SEPERTI DI BAWAH INI

Maaf, maaf, saya bukan politisi atau tentara yg suka mengancam. Silahkan berdiskusi. Ini memang jaman reformasi, anda bebas berdiskusi apa saja.

ADA ORG LAIN YG "MAIN API" MEMAKAI NAMA SAYA

SAYA TETAP PADA PENDIRIAN: SEKALI INDOENSIA TETAP INDONESIA. RIGHT OR WRONG IS MY COUNTRY. INDONESIA KACAU KARENA ULAH DEMOKRASI. 10 TAHUN REFORMASI APA HASILNYA? BERHENTI MENGHUJAT NEGARA SENDIRI. NASIONALISME SEDIKTI DONG

==Anak NKRI==

Anonim mengatakan...

Wooiii, anak NKRI, kita semua adalah anak NKRI bukan cuma anda. Anda lebih mirip anak Soeharto atau anak orde baru. Jangan membabi buta begini dong (Yes, BTN)

Anonim mengatakan...

@anak NKRI

Hah, hah, hah, khan saya sudah ingatkan, ada 200an juta anak NKRI disini. Emangnya anda saya yg boleh menamakan 'anak NKRI?'

*tertawa terbahak-bahak*

Saya menangkap bahwa solusi terhadapap persoalan IndoneSIAL adalah nasionalisme ala 'right or wrong my country.' Begitu ya?

Setuju sdr Yes... jgn membabi hutan... eh salah, buta disini.

-nk-

Anonim mengatakan...

Ya, bung anak NKRI jangan seperti anak TK yan cuma bisa marah. Coba jelaskan apa maksudnya reformasi dan demokrasi merusak Indonesia? Kalau berpendapat orde baru lebih baik, berikan juga tolok ukur yang jelas. Itu kalau mau adil karena ketika anda minta bigmike berikan penjelasan tentang tolok ukur negara gagal toh dia berikan melalui posting artikel baru bukan cuma komentar. Ah, anda ini bagaimana (Larry)

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Yaa kalo Ama punya perasaan begitu, saya tdk bs kasi komentar thd perasaan seseorang. Tp sy yakin, itu bukan pertanda Ama bukan tipe org yg tdk percayaan thd pengakuan jujur org lain.

Kalo Ama bikin daftar cap negatif, tentu kita bisa berimbang. Ini krn (spt di komentar sblmnya), sy mmg awalnya tertarik ikut2an gaya Ama sekedar lucu2an. Istilahnya "kilik2". Tp lama2 sy liat kita mulai habiskan byk space sekedar utk saling tuding yg tdk bermutu krn tdk lg mengulas isu hangat Indonesial itu. Drpd kita berdua nanti malu krn ditegur BigMike ato reka lain, mending sadar diri, toh?

Padahal sy sdh sempat kasi perspektif tambahan utk isu Indonesial itu dg mengangkat berbagai fakta berujung pada terminologi "culas" sbg penyakit kronis Indonesia yg utama.

@ -nrk-

He he he trims atas dukungannya utk fight sama -nk-. Kalo saya ini seumuran ponakan2 yg fresh graduate, mungkin -nk- akan sy babat sampe "bonyok". Tidak susah itu. Tapi debat model -nk- itu hanya boleh utk refreshing sebentaran. Jgn jd keterusan apalagi jd kebiasaan.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@wilmana

Kalau sdr merasa sekedar mengikuti gaya saya, buat saya malah sebaliknya, mengikuti 'tarian' sdr. Trus apa? Tentu nanti hanya tuding-tudingan saja lagi siapa yg mulai. Saya sudah tidak tertarik lagi. Hendak yg wajar-wajar sajalah.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Setuju... Yg wajar2 saja. Krn ntar saya bilang, "lg ngajar -nk- menari yg baik", diprotes lg.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Saya suka terminologi INDOESIAL. Bagi yg enggak stuju please baca dan dengar berita 1 Juni 2008 tepat hari Pancasila. "FPI" menyerbu dan memukuli" peserta demo damai, laki-laki maupun perempuan. Sedih betul. (Ryan)

Anonim mengatakan...

Bigmike, where are u? There are 4 days you've not here since the last posting. I'm miss u a lot. You and your posting, Sir. //Pritha//,

Anonim mengatakan...

Bigmike, please posting a new again dong (Yenie, SRby)

Anonim mengatakan...

Persoalan paling gawat dari Indonesia adalah keringnya manusia yang mampu bersikap sebagai pemimpin bukan sekedar sebagai pengurus negara. Ketiadaan tipplogi manusia sperti ini menyebbakan mahul aneh seperti FPI, FBR dkk dapat bergentayangan dengan mudah. Bigmike, cobalah dipotret model kepemimpinan yang lemah ini (Juwan, Jgj)

Anonim mengatakan...

Kami membutuhkan tulisan yang menyentuh batin. Beberapa hari belakangan, psoting yang dominan adalah hal-hal politik. Mohon Bigmike hadir kembali dan "sentuhlah hati kami". Tuhan memberkati Bigmike (Sherly, CN Oebufu)

Anonim mengatakan...

Bagaimana kalau kita simpulkan posting ini sebelum, karna alasan perubahan, tergusur oleh posting baru. Saya usulkan ini: kita terima Indonesia sebagai INDOENSIAL. Tapi, kita tidak bolher berhenti di situ, kita harus berubah dan mengubahnya lagi menjadi INDONESIA. Caranya, ya perbaiki seluruh 12 variabel yang membuat INDOENSIAL. OK kan? (Patrice)

Anonim mengatakan...

Indonesia kita disebut sebagai IINDONESIAL. Seharusnya kita tersinggung tapi kali ini harus diakui bahwa benar adanya. Tapi kalau kita hanya mengeluh, siapa yg akan bekerja untuk Indonesia? Saya berharap bigmike dan semua komentator di sini dapat menjadi tauladan (Syam, blogger tua, Jakarta)

Anonim mengatakan...

FPI, FBR, dll adalah comtoh ketidakberdayaan pemerintah. satu pertanyaan sebenarnya ormas-ormas ini apa?? sebegitu hebatkah mereka??? sampai-sampai merka berani mejelekkan seorang gus dur?? kalo mereka sampai berani seperti itu artinya memang selama ini mereka seakan tak tersentuh hukum.

kalo masih tetap begini indonesia tetap bangkit.... eh salah indonesia ttap sial.

(nrk)

Anonim mengatakan...

Bagi para chauvinistik NKRI, bacalagh berita hari ini: MALAYSIA MENDIRIKAN HELIPAD HANYA 7 METER DARI PERBATASAN RI/MALAYSIA. Akibatnya, indikator ke 12 dari FP akan meningkat. Betul-betul INDONESIAL.

Jangan cuma marah bung en sus: bekerja keras dan berprestasi supaya harga diri meningkat dan disegani bangsa lain.

Lalu, cobalah agresivitas FPI dkk disalurkan ke perbatasan, ambalat dlsb biar berguna dan tidak bikin malu bangsa (Bigmike)

Anonim mengatakan...

Aha, ada berita lagi dari Metro TV sore ini: Nelayan Indonesia ditangkap di perairan laut Timor pada posisi 11 LS 47 BT yaitu di batas wilayah Indonesia dan Australia. Perahu mereka ditembaki dan dibakar. Gagal nggak tuh? INDONESIAL bung

Anonim mengatakan...

SBY yg peragu, JK dan Ical Bakri yg berideologi saudagar membuat Indonesia semakin gagal. Mampunya hanya menginteli masyarakatnya sendiri, menyerbu mahasiswa di Unas dan memprovokasi peristiwa monas hanya supaya isu bbm naik teralihkan. MEMALUKAN. Kalau BM mengatakan Indonesial maka saya ingin meneyebutkan kemaluan indonesia (Syam)

Anonim mengatakan...

Ini dia pengikut BM yg lebih mabuk dari BM. Heh Syam, otakmu ada di dengkul. jangan ngomong!!!!!
==Anak NKRI==

Anonim mengatakan...

Mari bugg rebut kembali ....(Proxy73)

Anonim mengatakan...

Howdy, gw yg pertama ngasi komentar. Eh, pengkikutnya bejibun. Seneng ya ngeliat Indonesia susah? Bigmike, TOP dah (Fenny)

Anonim mengatakan...

@ NKRI,
ini blog diskusi bukan tempat marah-marah. Kalau mau marah maka go-blog lah dikaau wakakakak...(Proxy73)

Anonim mengatakan...

Proxy73

setuju-setuju sekali dengan anda. Anak NKRI ini hanya bisa bilang jangan ngomong Indonesia sebagai Indonesial tapi bisakah anda memberikan alasan (beserta data) yang dapat merubah pendapat kami mengenai Indonesial???

Anda ini bagi saya "orang yang terjebak masa lalu", kenapa?? Bung, indonesia dulu patut dibanggakan tapi sekarang?????? realistis saja bos!!!. atau saya curiga anda tidak tinggal di Indonesia makanya anda tidak merasakan secara langsung kesusahan sebagai bangsa indonesia makanya kami dengan jelas menyebut Indonesial???

(nrk)

Anonim mengatakan...

Hey all,

Sudah lama tdk mampir ke posting ini, rupanya 'pertengkaran' masih berlanjut. Kaciaaaaaaaaaaan deh lu semua.

Anonim mengatakan...

Lewat google search saya menemukan artikel ini. Wow kereeeeennn....terutama terminologi INODNESIAL. Wah, bis jadi trend setter nih. Tapi ciri-ciri "ngajogjokartohadiningrat" rupanya melekat kuat ke bigmike ya...ho...hoo...hoooo....info saja ya, jogja sekarang udah jadi ibu kotanya hot spot....salam dari jogja (Genthenx Sayidan)

Anonim mengatakan...

Kang Mas Genhenx, saiki blog ne wong Yogjo mas. Harap dicatet karena sampeyan kan presidennya hot spot ya to ha ha (Sulis)

Anonim mengatakan...

O iyo, terminologi INDONESIAL menarik tapi coba dielusuri pake teori social change mas (Sulis)

Anonim mengatakan...

Nuwun sewu, ditelusuri maksudnya (sulis)

Anonim mengatakan...

Rai mu Lis. Mengko de'e sial to ha ha. Maturnuwun bigmike ada satu terminologi INDONESIAL (Genthenx Sayidan)

Anonim mengatakan...

Anak NKRI,

Otak saya tidak terletak di dengkul. Saya pikir mungkin saja anda adalah makhluk aneh 1/2 monyet 1/2 anak NKRI yg berkoar justru tanpa otak. Cobalah anda membaca berita JAMDATUN di Kejagung yg akrab dengan pengusaha maling. Itu yg dimaksud Bigmike sebagai INDONESIAL. PAKAI OTAKMU (Syam)

Anonim mengatakan...

Bigmike, cobalah atikel ini dipublikasikan lebih luas supaya banyak org sadar tentang gawatnya situasi kita di Indonesia (Syam)

Anonim mengatakan...

Beta tau a'a tana ada di balakang Tim Sukses FREN. Selamat atas kemenangannya tapi jangan lupa Sabu tetap harus jadi Kabupaten. Kalo sudah jadi a'a bantu Sabu supaya tidak sial. Lanjutkan gasan tahun 2005 yg hilang begitu saja karena a'a kecewa dengan para politisi (Savunesse)

Anonim mengatakan...

Heh Syam, anda itu emang otak di dengkul. Anda kan sudah diusir dari posting terbaru kan? Pokoknya, right or wrong is my country. Kalian yang anti Indonesia ini mau apa?

==Anak NKRI==

Anonim mengatakan...

-anak NKRI-

tenang saja kawan... memang betul sikap anda yang membela Indonesia, kamipun begitu apabila dibuthkan. tapi bisakah anda membuka mata untuk melihat kondisi Indonesia saat ini?? sedikiiiit saja..

anda juga salah kami bukan anti indonesia. sama-sama kan juga orang indonesia, darah indonesia biarpun dari berbagai macam suku. Tapi kami hanya ingin mengkritisi kondisi Indonesia saat ini. Apakah salah?? Apakah kami harus bersikap apatis?? bahasa Kupangnya "sonde mau tau"??? biarkan kita mencintai Indonesia dengan berbagai cara. anda dengan cara anda, kami dengan cara kami.

salam damai,

(nrk)

Anonim mengatakan...

Metrotvnews.com, Jakarta:

Tingkat korupsi di Indonesia semakin buruk kendati upaya pemberantasan korupsi terus dilakukan. Menurut indeks persepsi korupsi versi Transparansi Internasional Indonesia, kondisi korupsi Indonesia di tahun 2007 lebih buruk dibandingkan tahun lalu. Hal Indeks persepsi korupsi Indonesia pada 2007 sebesar 2,3, padahal tahun lalu 2,4.

Dibandingkan negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, Indonesia terlihat jelas jauh lebih korup. Namun Indonesia tidak termasuk negara yang dinilai paling korup se-dunia, yang ditempati Somalia. Sementara negara terbersih masih dipegang oleh beberapa negara Eropa seperti Denmark, Finlandia, Belanda dan Norwegia.(NTF)

Kalau ==anak NKRI== otaknya di kepala, tidak di pantat (maaf), coba analisis berita itu. Kami menunggu analisis saudara. (Sulis)

Anonim mengatakan...

BAGAIMANA DGN INI:

Daftar penggaran HAM yg belum terklarifikasi di Indonesia:

1965
1. Penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh jendral Angkatan Darat.
2. Penangkapan, penahanan dan pembantaian massa pendukung dan mereka yang diduga sebagai pendukung Partai Komunis Indonesia. Aparat keamanan terlibat aktif maupun pasif dalam kejadian ini.

1966
1. Penahanan dan pembunuhan tanpa pengadilan terhadap PKI terus berlangsung, banyak yang tidak terurus secara layak di penjara, termasuk mengalami siksaan dan intimidasi di penjara.
2. Dr Soumokil, mantan pemimpin Republik Maluku Selatan dieksekusi pada bulan Desember.
3. Sekolah- sekolah Cina di Indonesia ditutup pada bulan Desember.

1967
1. Koran- koran berbahasa Cina ditutup oleh pemerintah.
2. April, gereja- gereja diserang di Aceh, berbarengan dengan demonstrasi anti Cina di Jakarta.
3. Kerusuhan anti Kristen di Ujung Pandang.

1969
1. Tempat Pemanfaatan Pulau Buru dibuka, ribuan tahanan yang tidak diadili dikirim ke sana.
2. Operasi Trisula dilancarkan di Blitar Selatan.
3. Tidak menyeluruhnya proses referendum yang diadakan di Irian Barat, sehingga hasil akhir jajak pendapat yang mengatakan ingin bergabung dengan Indonesia belum mewakili suara seluruh rakyat Papua.
4. Dikembangkannya peraturan- peraturan yang membatasi dan mengawasi aktivitas politik, partai politik dan organisasi kemasyarakatan. Di sisi lain, Golkar disebut- sebut bukan termasuk partai politik.

1970
1. Pelarangan demo mahasiswa.
2. Peraturan bahwa Korpri harus loyal kepada Golkar.
3. Sukarno meninggal dalam ‘tahanan’ Orde Baru.
4. Larangan penyebaran ajaran Bung Karno.

1971:
1. Usaha peleburan partai- partai.
2. Intimidasi calon pemilih di Pemilu ’71 serta kampanye berat sebelah dari Golkar.
3. Pembangunan Taman Mini yang disertai penggusuran tanah tanpa ganti rugi yang layak.
4. Pemerkosaan Sum Kuning, penjual jamu di Yogyakarta oleh pemuda- pemuda yang di duga masih ada hubungan darah dengan Sultan Paku Alam, dimana yang kemudian diadili adalah Sum Kuning sendiri. Akhirnya Sum Kuning dibebaskan.

1972
1. Kasus sengketa tanah di Gunung Balak dan Lampung.

1973
1. Kerusuhan anti Cina meletus di Bandung.

1974
1. Penahanan sejumlah mahasiswa dan masyarakat akibat demo anti Jepang yang meluas di Jakarta yang disertai oleh pembakaran- pembakaran pada peristiwa Malari. Sebelas pendemo terbunuh.
2. Pembredelan beberapa koran dan majalah, antara lain ‘Indonesia Raya’ pimpinan Muchtar Lubis.

1975
1. Invansi tentara Indonesia ke Timor- Timur.
2. Kasus Balibo, terbunuhnya lima wartawan asing secara misterius.

1977
1. Tuduhan subversi terhadap Suwito.
2. Kasus tanah Siria- ria.
3. Kasus Wasdri, seorang pengangkat barang di pasar, membawakan barang milik seorang hakim perempuan. Namun ia ditahan polisi karena meminta tambahan atas bayaran yang kurang dari si hakim.
4. Kasus subversi komando Jihad.

1978
1. Pelarangan penggunaan karakter- karakter huruf Cina di setiap barang/ media cetak di Indonesia.
2. Pembungkaman gerakan mahasiswa yang menuntut koreksi atas berjalannya pemerintahan, beberapa mahasiswa ditahan, antara lain Heri Ahmadi.
3. Pembredelan tujuh suratkabar, antara lain Kompas, yang memberitakan peritiwa di atas.

1980
1. Kerusuhan anti Cina di Solo selama tiga hari. Kekerasan menyebar ke Semarang, Pekalongan dan Kudus.
2. Penekanan terhadap para penandatangan Petisi 50. Bisnis dan kehidupan mereka dipersulit, dilarang ke luar negri.

1981
1. Kasus Woyla, pembajakan pesawat garuda Indonesia oleh muslim radikal di Bangkok. Tujuh orang terbunuh dalam peristiwa ini.

1982
1. Kasus Tanah Rawa Bilal.
2. Kasus Tanah Borobudur. Pengembangan obyek wisata Borobudur di Jawa Tengah memerlukan pembebasan tanah di sekitarnya. Namun penduduk tidak mendapat ganti rugi yang memadai.
3. Majalah Tempo dibredel selama dua bulan karena memberitakan insiden terbunuhnya tujuh orang pada peristiwa kampanye pemilu di Jakarta. Kampanye massa Golkar diserang oleh massa PPP, dimana militer turun tangan sehingga jatuh korban jiwa tadi.

1983
1. Orang- orang sipil bertato yang diduga penjahat kambuhan ditemukan tertembak secara misterius di muka umum.
2. Pelanggaran gencatan senjata di Tim- tim oleh ABRI.

1984
1. Berlanjutnya Pembunuhan Misterius di Indonesia.
2. Peristiwa pembantaian di Tanjung Priuk terjadi.
3. Tuduhan subversi terhadap Dharsono.
4. Pengeboman beberapa gereja di Jawa Timur.

1985
1. Pengadilan terhadap aktivis- aktivis islam terjadi di berbagai tempat di pulau Jawa.

1986
1. Pembunuhan terhadap peragawati Dietje di Kalibata. Pembunuhan diduga dilakukan oleh mereka yang memiliki akses senjata api dan berbau konspirasi kalangan elit.
2. Pengusiran, perampasan dan pemusnahan Becak dari Jakarta.
3. Kasus subversi terhadap Sanusi.
4. Ekskusi beberapa tahanan G30S/ PKI.

1989
1. Kasus tanah Kedung Ombo.
2. Kasus tanah Cimacan, pembuatan lapangan golf.
3. Kasus tanah Kemayoran.
4. Kasus tanah Lampung, 100 orang tewas oleh ABRI. Peritiwa ini dikenal dengan dengan peristiwa Talang sari
5. Bentrokan antara aktivis islam dan aparat di Bima.
6. Badan Sensor Nasional dibentuk terhadap publikasi dan penerbitan buku. Anggotanya terdiri beberapa dari unsur intelijen dan ABRI.

1991
1. Pembantaian di pemakaman Santa Cruz, Dili terjadi oleh ABRI terhadap pemuda- pemuda Timor yang mengikuti prosesi pemakaman rekannya. 200 orang meninggal.

1992
1. Keluar Keppres tentang Monopoli perdagangan cengkeh oleh perusahaannya Tommy Suharto.
2. Penangkapan Xanana Gusmao.

1993
1. Pembunuhan terhadap seorang aktifis buruh perempuan, Marsinah. Tanggal 8 Mei 1993

1994
1. Tempo, Editor dan Detik dibredel, diduga sehubungan dengan pemberitaan kapal perang bekas oleh Habibie.

1995
1. Kasus Tanah Koja.
2. Kerusuhan di Flores.

1996
1. Kerusuhan anti Kristen diTasikmalaya. Peristiwa ini dikenal dengan Kerusuhan Tasikmalaya. Peristiwa ini terjadi pada 26 Desember 1996
2. Kasus tanah Balongan.
3. Sengketa antara penduduk setempat dengan pabrik kertas Muara Enim mengenai pencemaran lingkungan.
4. Sengketa tanah Manis Mata.
5. Kasus waduk Nipah di madura, dimana korban jatuh karena ditembak aparat ketika mereka memprotes penggusuran tanah mereka.
6. Kasus penahanan dengan tuduhan subversi terhadap Sri Bintang Pamungkas berkaitan dengan demo di Dresden terhadap pak Harto yang berkunjung di sana.
7. Kerusuhan Situbondo, puluhan Gereja dibakar.
8. Penyerangan dan pembunuhan terhadap pendukung PDI pro Megawati pada tanggal 27 Juli.
9. Kerusuhan Sambas – Sangualedo. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 30 Desember 1996.

1997
1. Kasus tanah Kemayoran.
2. Kasus pembantaian mereka yang diduga pelaku Dukun Santet di Jawa Timur.

1998
1. Kerusuhan Mei di beberapa kota meletus, aparat keamanan bersikap pasif dan membiarkan. Ribuan jiwa meninggal, puluhan perempuan diperkosa dan harta benda hilang. Tanggal 13 – 15 Mei 1998
2. Pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa Trisakti di jakarta, dua hari sebelum kerusuhan Mei.
3. Pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa dalam demonstrasi menentang Sidang Istimewa 1998. Peristiwa ini terjadi pada 13 – 14 November 1998 dan dikenal sebagai tragedi Semanggi I.

1999
1. Pembantaian terhadap Tengku Bantaqiyah dan muridnya di Aceh. Peritiwa ini terjadi 24 Juli 1999
2. Pembumi hangusan kota Dili, Timor Timur oleh Militer indonesia dan Milisi pro integrasi. Peristiwa ini terjadi pada 24 Agustus 1999.
3. Pembunuhan terhadap seorang mahasiswa dan beberapa warga sipil dalam demonstrasi penolakan Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU PKB). Peristiwa Ini terjadi pada 23 – 24 November 1999 dan dikenal sebagai peristiwa Semanggi II.
4. Penyerangan terhadap Rumah Sakit Jakarta oleh pihak keamanan. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 21 Oktober 1999.

sumber dari : www.sekitarkita.com

Anonim mengatakan...

Coba ==Anak NKRI== analisis. Nanti kita lihat anda lebih mereha putih dari kita atau bagaimana? (Sulis)

Anonim mengatakan...

Mau tambah fakta INDONESIAL? NIH

Polda Jateng Pantau Geng Cewek karena Meresahkan Masyarakat
Geng cewek Nero dianggap meresahkan masyarakat. Polda Jawa Tengah pun meminta Polres memantau keberadaan geng tersebut di daerah lain (Proxy73)

Anonim mengatakan...

-anak NKRI-

jujur awalnya saya marah melihat "ketidakmautahuan" anda. tapi belakangan saya menjadi kasihan melihat anda. tapi di sisi lain saya tidak menyalahkan BM dan kawan2 blogger yang memberikan komentar (dan data) pedas mengenai tentang Indonesia. apa sebabnya?? karena apa yang disampaikan adalah FAKTAAAAA.

sebenarnya kalo indonesia baik-baik saja pasti tidak ada komentar yang pedas. tapi saya juga kasihan anak NKRI ini benar-benar orang yang mengamalkan dan memegang teguh ilmua PMP (mata pelajaran jadul dulu saya masih SD) tentang bela negara. tidak salah anda bersikap seperti itu, tapi anda dalam posisi salah ketika anda seakan-akan menutup mata melihat kondisi Indonesia sekarang ini. Renungkanlah...

salam damai,

(nrk)

Anonim mengatakan...

Ihhhhhh.....sssyeeereeeeeemmmmm......(Sibirulaut)

Anonim mengatakan...

Lho, anda semua ini gimana sih? lihatlah BM sendiri mengatakan bahwa negara terdiri atas, rakyat, wilayah dan pemerintah. Yang salah cuma pemerintahnya dan bukan negaranya. Dengkul betul otak lu pade. Bodoh.

==Anak NKRI==

Anonim mengatakan...

Hei anak NKRI,

Dasar ghhuuuoooblllokkk. NKRI ini bisa mbaca nggak siiiihhh...kan udah jelas bahwa yg kita kritik adalah pemerintahnya, Kok anada bawa2 negara lagi? Ghhhuuuubbblllookkkk thhuueenannnann wong gendeng nihhhh..

**Cucu NKRI**

Anonim mengatakan...

'anak nkri' & 'cucu nkri'

Kalian ini bersodara kok malah berkelahi??? Capek deh!!!


'Embahnya NKRI'

Anonim mengatakan...

Dasar pada nama negaranya INDONESIAL maka kelakuanya pada SIALANLU

==Mbah Moyangnya NKRI==

Anonim mengatakan...

Monyet lu semua....

==Anak NKRI==

Anonim mengatakan...

@bigmike

Melihat perilaku bbrp komentator yg tdk malu2 maen caci-maki di sini, termasuk si tua Syam, sy mulai merasa cap Indonesial sdh mulai menular ke blog anda ini. Sedikit lg berubah menjadi blog(awat). Tdk beda jauh maknanya dg Indonesial, kan?

Saran sy, bigmike musti lbh aktif memoderatori komentar2 yg masuk. Yg berbau caci-maki supaya ditegur, bl perlu banned komentarnya sbg satu btk punishment. Gimana?

(Wilmana)

mikerk mengatakan...

Howdy Wilmana dan Sahabat bloggers tercinta:

Aa satu pilihan etis ketika pada bulan maret 2008 memulai blog ini. Ketika me-ngeset ini dan itu, sampailan pada opsi pada point komentar: membiarkan bebas-sebebasnya atau melakukan penghambatan. Jauh sebelum membuka blog saya sudah amat sangat kuatir ketika membaca cara-cara org memberikan komentar. Saya melakukan survei kecil-kecilan LSP (lembaga survei pribadi he he he). Ternyata 75-80% komentator sangat suka saling maki bahkan untuk urusan-urusan yang absurd. Opsi etsi ketika itu adalah: kalau dihambat, maka saya akan terhindarkan dari maki-makian ketika kita berselisih pendapat. Kalau dibiarkan bebas maka saya bisa untung karena sense of belonging pembaca membuat blog ini sering dikunjungi. Tapi kesannya lalu, saya menjual "murah: demi popularitas. Suatu sikap hidup yg saya tidak suka. Ketika saya bergelimangan uang karena posisi tinggi di PTS tertntu di Kpg saya merasa gelisah karean dlam prkateknya banyak "ketidaklurusan" dalam manajemen PT tsb. Saya rela meninggalkan uang bejibun demi "ketenangan batin". Lalu, situasi mirip saya hadapi kembali. Apa pilihan saya?

Saya memilih untuk membebaskan komentar. Bukan demi popularitas. Bukan. Tetapi demi "pembelajaran bersama". Pertimbanga saya dalah:
1. biarlah dari kata-kata pedas saya belajar menlakukan introspeksi diri. Apa yg salah pada saya? Kata-kata pedas juga menempa saya untuk perlahan-lahan mengurangi sifat emosional yg saya idap tagal memiliki DNA dengan SGT, almarhum ayahanda saya. Jai, kata-kata pedas malah menjadi terapi bagi saya.

2. Pelontar kata-kata pedas dan makina apapun juga adalah sesama-saya. sama-sama anak bangsa. Menolak mereka, bagi saya, adalah menolak realitas mereka. Mereka ada dan haruskah saya tidak mengangap mereka sebagai saudara sebangsa setanah air? Kalau ditolak dn tidak dianggapa maka ada kemungkinan mereka akan tetap berperilaku sepeti itu di mana saja. Biarlah dengan mengajak bertutur kata yg lemah lembut "mungkin" mereka akan belajar sesuatu. Mungkin sekarang belum bisa tetapi lama kelamaan? Nobody knows. Tapi kalau kita tidka "meneima mereka maka selamanya kita akan tetap menjadi bagian dai nobody itu. Tuhan saya yg hidup malah mendekati orang gila dan menyembuhkannya kendati dikecam orang-orang dan bahkan menganggap Yesus orang gila juga.

Alhasil, kalau diamat-amati, kata-kata pedas masih banyak tetapi saya kira tidak mayoritas.

Mungkin pilihan saya ini kurang berkenan dan kurang pas bagi sahabat lain, dan saya menghormati pilihan sahabat semua, tapi perkenankan saya untuk terus menjalani pilihan etis saya ini. dengan segala resiko.

Tapi itu tidak berarti saya tidak menghimbau sesuatu bagi sahabat yg "gemar" berkata "kasar"....wuuuiiihhhh....tolong lihat di bagian atas kolom posting komentar.....Berikanlah komentar anda karena saya memerlukannya. Tetapi mohon menggunakan kata-kata yang santun karena Tuhan melihat semua yang kita kerjakan. Thanx. GBU.....you see?????

Menurut ujar-ujaran orang-orang dari negeri asal ibunda saya, Jogjakarta, ..Tuhan Tidak Pernah Tidur...

Terima kasih atas noticenya
Wassalam

Anonim mengatakan...

@bigmike

Sy hargai pilihan Ama. Meski sy kuatir ini mjd contoh sikap pembiaran thd perilaku tdk etis. Sy jg aktif mengunjungi berbagai forum diskusi dan sbg pendatang baru, biasanya sy lgsg kabur dr situs yg melakukan pembiaran thd penggunaan bahasa makian.

Krn sy pribadi msh sulit memahami sikap pembiaran spt ini disebut sbg pilihan yg etis oleh bibmike. Negara ini mjd Indonesial krn pembiaran thd perilaku tdk etis merajalela di mana-mana. Penegakkan reward-punishment tidak berimbang dan obyektif.

Tp ini cuma kekuatiran sy saja. Krn sy jg msh percaya bhw rekan2 yg suka umbar makian itu, sbtlnya manusia beradab jg. Cuma kadang-kadang lose control dan perlu diingatkan dan ditegur. Mereka bukan penyakit sosial yg perlu dihukum apalagi hukum mati.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@NKRI
Hei NKRI, lu bilang semua orang monyet, emangnya lu apa? Sopan dikit dong. Jangan2 lu embahnya monyet..hi....iii....takuuuuut.
Jangan suka katain oraang gitu, entar lu kena karmanya baru tau rasa. Yang sportif dong, lu kayak FPI aja. (YR,Jkt)

Anonim mengatakan...

@ bimike dan Wilmana

Saya dapat memahami jalan pikiran bigmike meski saya juga paham apa yg dimaksudkan wilmana. Saya cuma mau bilang bahwa BM pada dasarnya tidak membiarkan begitu saja. Selain menyandarkan diri pada otoritas sang Khalik (Tuhan tidak pernah tidur)saya liat BM juga aktif berkali-kali menjadi "penengah" (moderasi) ketika suasana agak memanas. Salah satu strategi yg yg saya amati adalah BM akan meredakan situasi dgn mengalihkan perhatian atau cepat-cepat memposting sesuatu yg baru. Kendati begitu, saya usul, bagi mereka yg tidak lagi ketulungan,ya dicekal saja. Tapi, ada yg saya takut adalah BM tiba-tiba menghapus blog ini. Saya adalah teman BM, dan sering lihat bahwa BM jika sudah tidak ketulungan marahnya maka dia akan pergi begitu saja dan tidak mau balik-balik lagi. Nah lu (A9Ust)

Anonim mengatakan...

Sudaaaahhhhh nyate aja bro, Saya yakin, terlalu banyak hal baik yg ditebar melalui blog ini. Yg "rewel" enggak signifikan. Makanya, BM tenang-tenang aja (Gt Sayidan)

Anonim mengatakan...

"Masyarakatnya adalah masyarakat yang pasrah narimo ing pandum. Bahkan ketika sudah ditempiling habis-habisan sampai bonyok. Anehnya, inilah masyarakat narimo tetapi amat gemar mengumbar kemunafikan dan kemarahan."

ketong ada digolongan masyarakat yang begitu ko? kalo iya, jangan marah2 dgn NKRI, ketong sama2 menyumbang pada INDONESIAL..

IF

Anonim mengatakan...

@Hello all

Awalnya saya tdk ingin mengganggu 'burung-burung nazar' yg sedang 'menikmati' sisa-sisa 'diskusi' disini. Tp karena lihat 'dedengkot' blogger setia blog ini ada disini, maka saya pun jadi ingin ikutan.

Hussssssss...husssssss... maap, saya harus 'mengusir' sebentar burung-burung nazar itu. Hussssssssssssss.

Begini, saya dpt mengerti 'concern' sdr wilmana. Sy pun sangat malas ngunjungi forum yg isinya 'ancoor' penuh makian saja. Tp pemgamatan saya blog ini berbeda. Kalau di forum, makian sering muncul karena tulisan vulgar provokatif, sedang disini tulisannya 'bermutu' sehingga org tipe 'anak nkri' paling top hanya sambil lalu memberi komentar tdk mutu. Akalnya enggak 'nyampe.'

Lalu bagaimana dgn 'makian' yg ada disini? Sy lihat ini baru level konyol-konyolan saja dan saya teramat yakin untuk org 'sekelas' bm pasti tahu mana yg sekedar konyol mana yg 'anarkis' berbahaya. Dus, kita percaya saja pada 'ethical judgement'nya bm.

@BM... we know we can count on you!

Itu saja. Oh ya, saya sedang bayangkan, kalau sebuah blog diibaratkan dunia dan 'pemilik' blog/dunia itu wilmana, wah saya kira semua aman damai sentosa sejahtera.

Wisss yooo... nanti malah 'ngelantur ora karuan' hih, hih.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

@NK

Hallo NK, kali ini anda tepat sekali. Feeling gw, bigmike bisa mengendalikan situasi. All of us wiil support u dear. Posting lagi doooonnnngggg //Pritha//

Anonim mengatakan...

@Pritha

Ah, sdri makin mirip wilmana saja. Kok baru sekali ini saya tepat? hi hi hi. Oke, salam hangat.

-nk-

Anonim mengatakan...

Wiiissss taaa, ndelok posting sing anyar tentang manuk ha ha....nggak usah tawuran meneh yooo...(Yenie, Srby)

Anonim mengatakan...

@nk

Yg ptg kekuatiran sy beralasan, toh? Ini spt analogi org piara buaya... Msh kecil, kalo nggigit yaa biarin ajaah... Tp yg ptg adalah mengajarkan pd si buaya bhw kl nanti sdh besar, jgn sembarang nggigit, walau sekedar becanda... Nah, sy itu maksudnya gitu, lhoo..., Pak!

(Wilmana)