Sabtu, 31 Mei 2008

Bigmike yang terhormat: .....Boleh saya menulis di sini?. Nggak minta bayaran kok. Gratis. Boleh yaaa.....

Ke Kiri? ’Nggak Ah, Serem.
Ke Kanan
? Ogah Ah
, ...atttuuuuttttt....
Jadi
? (ppssstttt....tidur ajaaahhh yuuuukkkk....)

Sahabat blogger yang terhormat,

Saya senang. Amat senang karena hari ini, untuk pertama kali, hadir sudah seorang penulis tamu. Sesuatu yang sudah lama saya rindukan karena, pertama-tama, blog ini pada dasarnya adalah milik kita juga. Saya hanyalah salah seorang pemegang saham. Dan Anda, para sahabat sekalian, adalah pemilik saham yang lainnya. Kedua, saya paham betul bahwa antara ide dan mengekspresikan ide adalah 2 hal yang berbeda kendati keduanya berhubungan erat. Soal ide, jangan anda kuatir. Saya punya banyak. Segudang. Tetapi untuk mengubah ide tersebut menjadi tulisan yang dapat dibaca orang lain maka harus ada prasyarat lain seperti waktu, kondisi kesehatan, kesibukan dan seterusnya-dan seterusnya. Nah, perkara-perkara itulah yang terkadang membatasi saya untuk bisa secara lancar mem-posting artikel ke dalam blog kesayangan kita bersama ini. Oleh karena itu, saya menyambut dengan gembira dan tangan terbuka kehadiran penulis-penulis tamu untuk menghiasi lembar blog bigmike-savannaland. Hari ini, harapan lama itu terwujud sudah.


Siapa penulis tamu kali ini? Dia bukan orang lain. Sahabat anda juga. Dia merupakan salah satu pengunjung paling setia Cafe Permenungan kita ini. Anda bisa menemukan dia hampir di setiap posting saya. Khususnya pada kolom komentar. Ah, anda tidak salah kalau menduga dia adalah salah satu di antara Wilmana atau NK (nyong kupang). Tetapi itu baru 50% benar. Anda baru benar 100% jika menebak NK sebagai penulisnya. Sayangnya, yang bersangkutan tidak ingin namanya disebut secara lugas. Katanya: biarkan saya dikenal sebagaimana apa adanya. OK Broer. But, let’s I say it: NK sekarang bermukim di Brisbane, Australia setelah baru saja melanglang buana ke Amerika Serikat hampir 3 tahun lamanya. Perjumpaannya dengan budaya Barat adalah perjumpaan yang intensif. Dia memang tinggal tidak di Indonesia setamatnya dari SMA 1 Kupang. Lalu, mari kita simak baik-baik apa yang mau dikatakan oleh NK kali ini. INI DIA


Ini akhir pekan, tidak ada kegiatan yang berarti. Untuk itu, saya ingin meluangkan waktu di sini menulis tentang beberapa pokok pikiran yang saya harapkan bisa didiskusikan, bahkan perdebatkan. Dalam pokok pikiran saya ini saya hendak mengkaitkan 2 hal sekaligus, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan moralitas 'kiri-kanan' dengan perubahan 'lahan persemaian' yang dapat menjadi tempat bertumbuhnya nilai-nilai baru positif. Pokok pikiran ini sangat revelan dengan tema wacana hidup berkebangsaan di blog ini.

Karena saya tidak paham artian terminologi kiri-kanan dalam konteks ke-Indonesiaan, maka saya memakai model Amerika sebagai sample yang mana dari-padanya saya berharap kita bisa belajar.
Begini.

'Lahan persemaian' Amerika memiliki 2 unsur moralitas, moralitas kiri dan kanan. Kiri kita sebut liberal sedangkan kanan, konservatif. Konservatisme ala Amerika berbeda dengan konservatisme di Inggris. Seperti yg saya sampaikan dalam komentar sebelumnya, konservatisme Inggris adalah paham yg berkiblat pada nilai-nilai lama, yaitu tahta dan altar, monarki dan gereja.
Konservatisme Amerika pada dasarnya merupakan bentuk revolusi dari konservatisme ala Inggris. Imigran Inggris di tanah yang baru -New England- muak dengan nilai-nilai lama mereka dan merindukan kebebasan.

Tradisi moralitas kiri-kanan Amerika dari mulanya sangat kuat dan gaungnya hingga sekarang masih terdengar. Saat ini rakyat Amerika sedang bersiap-siap memasuki masa kampanye pemilihan Presiden yang baru.
Dus, perdebatan sengit 2 moralitas ini, kiri dan kanan, begitu terasa. Partai Republik berbasis nilai-nilai kanan, konservatif, sedang bertarung melawan Partai Demokrat yang berbasis nilai-nilai kiri, liberal.

Dalam sejarahnya, moralitas kanan adalah yang paling tua. Nilai-nilai kanan/konservatif yang menekankan pada security negara dari ancaman dalam maupun luar negeri pada gilirannya 'melahirkan' paham kiri/liberal yg memberi penakanan sangat kuat pada kebebasan individu. Yang kiri berkata kepada yg kanan, 'elu boleh-boleh aja mengawasi setiap warga negara tetapi tidak boleh menganggu kebebasan individu kami.' Luar biasa! Inilah nilai-nilai klasik konservatisme dan liberalisme ala Amerika. Dan dari sini kita bisa tahu bahwa kiri dan kanan tidak berarti pertarungan antara si 'jahat' dan si 'baik' seperti yang saya tangkap dalam konteks kiri-kanan ke-Indonesiaan. Yang kanan katanya konservatif -saya tidak tahu nilai-nilainya- sedang yg kiri revolutif cenderung tanpa arah.

Dalam kaitannya dengan 'lahan persemaian,' lahan Amerika jelas unggul karena dari jaman ke jaman, perbaikan negara berdasar pada debat 2 moralitas ini. Rakyat Amerika diberi kebebasan memilih salah satu -atas dasar keunggulan- dari 2 moralitas ini. Mengatur hidup orang banyak, maka perdebatan kita tidak bisa tidak adalah perdebatan moralitas. Bagaimana dengan 'lahan' ke-Indonesiaan? Apakah kami beri 'pupuk' moralitas atau pupuk keculasan seperti yang disampaikan salah satu sahabat blogger disini? Jawabnya adalah dari 'buah-buahnya' kami tahu bahwa bukan pupuk moralitas melainkan pupuk culas, dengki, angkuh dll.....dlsb.......

Pertanyaan amat penting, bagaimana menyiapkan lahan persemaian yang bermoral sehingga benih-benih Indonesia Baru yg dicita-citakan itu bertumbuh? Dalam sistem demokrasi, kami, rakyatlah, yang berkuasa. Rakyat harus mulai menuntut debat-debat publik menjadi debat moral bukan debat kosong. Kebijakan publik haruslah berdasar pada moralitas yg jelas. Moralitas apa dan yang bagaimana? Karena tidak jelas apakah ada moralitas kiri-kanan ala Amerika, maka mungkin moralitasnya adalah, misalkan saja, Islam dan Nasionalisme. Apapun, sebuah kebejakan publik HARUS dipertanggungjawabkan, bermoral demi kepentingan rakyat atau tidak bermoral.

Terakhir, mari kita lihat salah satu debat moral yg paling sengit dalam debat publik Amerika. Silahkan nanti sdr/sdri menilainya sendiri. Ini juga bisa menjadi semacam tes, apakah sdr/sdri berada di paham kiri atau kanan. Salah satu debat yg paling sengit di Amerika adalah soal pajak. Buat orang-orang berpaham kanan, pajak haruslah kecil. Dengan pajak yang kecil, bisnis akan tumbuh pesat karena ada banyak tabungan yang dapat dipakai untuk memperlebar usaha yang gilirannya akan memberi lapangan kerja luas bagi rakyat. Bagi orang-orang kiri, pajak harus tinggi karena dalam negara harus menanggung beban derita org-org miskin dan orang-orang yang kurang beruntung lainnya. Analoginya begini.

Skenario 1: Bayangkan anda sedang berjalan sambil makan pisang goreng. Lalu datanglah seorang pengemis dan meminta pisang goreng anda. Anda beri dengan sukarela.
Skenario ke-2: Datanglah si pengemis itu dan memaksa anda untuk memberi pisang goreng anda. Dengan terpaksa anda berikan juga pisang goreng anda.

Dari dua skenario ini, jelas anda memberi pisang goreng anda kepada si pengemis, tetapi menurut anda, manakah yg sebut kebaikan (virtue) itu? Bagi orang konservatif, kebaikan (virtue) yg dipaksa adalah bukan kebaikan namanya. Demikian juga dengan hal pajak. Kalau penghasilan seseorang dipajak tinggi oleh negara, maka org tersebut, hakekatnya, dipaksa untuk berbagi, dus kebijakan pajak tinggi oleh orang kiri dianggap tidak bermoral oleh orang kanan.
Apa moralitas anda ???

Tarakhir... nasionalisme 'right or wrong my country' ala 'anak NKRI' masuk ke dalam moralitas kanan walau ia adalah bagian ektrim dari paham kanan itu.

Selamat berdebat.

-nyong kupang-

Brisbane, Sabtu, 31 Mei, 2008


Keterangan:

Artikel ini telah melewati proses editing untuk perbaikan tanda baca, kelangkapan kata dan kesalahan pengetikan. Tidak ada pengubahan substansi apapun-Bigmike. Judul tulisan dan insert gambar dilakukan oleh Bigmike. Sumber gambar: google search

atuuuttt = takut

43 komentar:

mikerk mengatakan...

Ho ho ho ho, Congratulations NK atas terbitnya artikel anda. Selamat menulis. Teruslah menulis sambil siaplah mempertanggungjawabkan isi tulisan anda. Tuhan Memberkati

Anonim mengatakan...

Pengen ikut nulis juga ah tapi....ha ha ....aattttuuuuuuttttt....ha ha ha. Judul dari Bigmike pas betul dengan isi tulisan NK.
Hei NK bisa juga ente. Gaya menulis memang berbeda dari bigmike tetapi tidak apa karena memberi warna lain. Setahu saya konsep kiri dan kanan itu memang datang dari luar. Persoalannya mengapa di Indonesia menjadi berbeda maknanya? (Yossie)

Anonim mengatakan...

Pak mike, kalo nulis tentang otda begitu-begitu boleh enggak ya? (Yossie)

Anonim mengatakan...

@Bigmike

Terima kasih saya sampaikan atas dimuatnya tulisan pendek saya. Tulisan ini saya maksudkan untuk sekedar melajutkan diskusi 'hangat' kita disini.

Lewat tulisan ini juga saya maksudkan untuk 'memancing' diskusi moralitas keindonesian yg lebih cocok dengan kondisi kita sendiri tanpa harus menjiplak moralitas barat. Mengapa diskusi moralitas keindonesian menjadi sangat penting dalam wacana hangat IndoneSIAL? Karena kita perlu memberi 'pupuk' moralitas pada 'lahan persemaian' dimana benih cita-cita indonesia baru dapat bertumbuh. Dan moralitas keindonesiaan ini diharapkan dapat menggantikan nilai-nilai lama, yaitu keculasan dll yg dilontarkan sdr wilmana itu.

@Yossie

Terima kasih atas apresiasinya. Saya tunggu tulisan sdri, dan saya berjanji, saya akan 'gentle' terhadap sdri :)


Terlepas dari 'salah-benar' tulisan saya, saya boleh berbesar hati sudah 'membuka' jalan bagi sidang pembaca blog, spt sdri Yossie, untuk mulai menulis, berbagi dan meramaikan diskursus kita di blog ini.


Sekali terima kasih dan saya siap mempertanggungjawabkan tulisan saya ini.

Salam 'kiri-kanan'

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

He he he... Persis seperti prediksi saya. @ -nk- memang gelian (tp bukan jangkrik aduan lho) dan tak tertahankan mjd gatal tangan juga utk nulis. Terlepas dr bobotnya, selamatlah.

Paham dg model kiri-kanan mmg bukan produk Indonesia jd jelas comotan dr luar. Saya agak kurang setuju jk kita memberi stigma buruk pd negeri manapun sbg "tukang jiplak" utk kasus2 spt ini. Ilmu pengetahuan dan teknologi apapun, asal tdk menjadi rahasia, boleh saja diterapkan oleh siapapun di manapun. Asal kewajiban2 ikutannya, spt masalah HAKI misalnya, hrs dipenuhi. Jepang, Korea, India, dan Cina cukup sukses mengembangkan teknologi barat bahkan makin hari makin efisien dg modifikasi sendiri.

Saya sendiri menggunakan pola kiri-kanan ini dg analogi gerakan pendulum utk menggambarkan fenomena perubahan di indonesia. Esktrim kiri dulu dikenakan utk golongan komunis, tp sy liat sekarang mjd tdk jelas dan krn itu sy sebut sbg perubahan revolutif. Utk Indonesia yg gagal ini, byk org berjuang agar tjd revolusi. Ekstrim kanan, dulu dikenakan utk islam radikal. Sekarang mjd tdk jelas, shg sy kenakan istilah ini buat kelompok masy yg ingin mempertahankan satus quo, sambil terus menikmati kegilaan bangsa utk kepentingan diri sendiri.

Dr kondisi di atas, jelas bhw kurang tepat jk membandingkan model kiri/kanan Amerika/Inggris vs Indonesia (ala Wilmana). @-nk- musti menyesuaikan faktor ini agar tdk makin "keliru" memahami situasi keindonesiaan dan berkesimpulan. Krn model Amerika/Inggris itu, ternyata telah mengalami pergeseran makna ketika diterapkan di belahan dunia lain. Spt kasus "kaffiyeh"-nya org arab yg di indonesia mengalami adaptasi lalu disebut "kopiah". Btk kopiah ini beda sekali dg kaffieyeh di arab sana. Tapi org arab tdk bisa serta-merta klaim bhw topi model arab itu yg paling benar. Kadang kita mmg tdk menyadari sdg berhadapan dg fakta yg wajar di lapangan spt ini.

Hal lainnya, sy senang -nk- bicara moralitas Amerika di sini. Hanya menurut saya, supaya -nk- tdk diberi stigma sbg "right or wrong my USA", maka seharusnya -nk- mengupas lebih dalam tentang apa itu moralitas, apa hubungannya dengan etika, dan mengapa moralitas dan etika tetap mjd persoalan dunia hingga saat ini. Jadi nampak benar bhw -nk- sedang mempersoalkan moralitas, bukan sekedar menjual produk amerika dan mengakhiri iklannya dg sepotong pertanyaan ttg moralitas.

Sekedar info, UU No 40/2007 ttg Perseroan Terbatas (yg baru) mewajibkan perusahaan utk menerapkan program etika yg dikenal dg istilah Corporate Social Responsibility. Menteri PAN RI sejak 2007 berimitra dg unsur LSM dan Pengusaha, menyelenggarakan program Pakta Integritas berbasis whistleblowing sistem bagi semua komponen negara (bkn cuma pemerintah sj).

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Aha, sebuah telaah yang snagat bagus oleh Wilamana. Selamat kepada NK yg telah memposting sebuah tulisan. Saya berharap anda bisa merasa ada beada seorang komentator dengan penulis. Mengikuti diskusi antara NK dan Wilman memang asyik dan saya lihat NK lebih "agresif" sedangkan wilmana lebig "defensif". Bagus. Tapi coba pelajari, saya juga berusaha belajar dari dia, cara bigmike. Saya melihat bigmike itu, bisa menyerang justru ketika dia sedang bertahan. Sebaliknya dia bisa bertahan ketika sedang menyerang. Saya kira itu yg membuat kita sangat sangat terbuai dengan tulisan bigmike. Terakhir saya ingin menyampaikan salut kepada bigmike yg mau memberi halaman blognya kepada orang lain yang mungkin belum dikenalnya muka dengan muka. In blog yang baik. Wassalam (Peter, Jogja)

Anonim mengatakan...

@wilmana

Terima kasih atas komentarnya yg baik. Saya tertarik mengulas komentar sdr panjang lebar hanya saja mungkin perlu menunggu komentar lain.

Yang pasti maksud tulisan saya -awalnya sekedar ditulis di kolom komentar pada posting sebelumnya tetapi ditawar bigmike untuk diposting oleh beliau- adalah untuk sidang pembaca blog yg notabene manusia indonesia untuk berwacana ttg moralitas dalam ranah debat publik.

Tentang komparasi 'kiri-kanan' ala Amerika dan 'kiri-kanan' ala wilmana, saya memang tidak sedang membuat komparasi tsb dan tidak membuat kesimpulan apapun. Dari ketidakmengertian saya akan kiri-kanan ala sdr, saya lalu melangkah pada kiri-kanan ala amerika, hanya sebagai contoh, dan memcoba mengkaitkannya dengan 'lahan persemaian' yg sdr sebut-sebut sebagai solusi indoneSIAL tetapi tanpa ditel apapun.

Buat saya malah tidak penting istilah kiri-kanan, tetapi moralitasnya. Moralitas agama? Agama apa? Nasionalisme? Apa?

Ini yg saya inginkan, mewacanakan moralitas itu dalam rangka pembaruan 'lahan persemaian' ke-Indonesiaan. Lagi dan lagi, debat publik demi kepentingan banyak org sejatinya adalah debat moralitas. Sayangnya, manusia Indonesia tidak tahu hal ini, atau belum sadar. Dus, membangun kesadaran moralitas menjadi tujuan pokok tulisan pendek saya ini.

Kata sdr ttg jualan dgn sepotong 'iklan' moralitas diakhir tulisan saya itu, lagi-lagi saya hanya sekedar memberi contoh bahwa kebijakan publik apapun ia harus miliki landasan moral. Saya kok teramat yakin, bagi manusia indonesia, pasti banyak yg bertanya,

'Kebijakan pajak ada moralitasnya juga toh? Baru tahu saya!

Salam moralitas.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

Wah, ada kelupaan rek, kali ini saya tujuakan kepada

@Peter (Jogja)

Salam kenal dan terima kasih atas apresiasi sdr. Selanjutnya sdr menulis,

Mengikuti diskusi antara NK dan Wilman memang asyik dan saya lihat NK lebih "agresif" sedangkan wilmana lebig "defensif".

Pengamatan yg baik. Mengapa saya agresip? Motivasi saya cuman satu, Indonesia bangkit. Ada banyak yg bisa dilakukan demi perubahan, jika mau. Selebihnya, I have nothing to loose. Kalau Indonesia berhasil, mantap. Salut. Kalau gagal atau malah hilang dari muka bumi, kata org jawa, yo wis, mau opo meneh.

Desperate time needs desperate measures

Sdr setuju ini?

Salam agresip.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

Baiklah: jika tema kecilnya, dengan dampak besar: apakakah moralitas anda maka please explain that: kesantunan adalah jumlah pengorbanan yang kita lakukan demi hidup bersama (Stephen, 1998). Lalu, bagaimana "roh" kutipan" di atas jika ditempatkan pada konteks kiri-dan kanan. Lalu, bagaimana "kita" + masayarakat (terserah mau kiri atau kanan) = moralitas bangsa. Pertanyaan ini tidak spesifik kepada NK, tetapi jika NK mau menjelaskan ya monggo, karena dari sini kita dapat mengetahui seberapa banyak dan seberapa berkualitas "bibit" yang kita punya lewat aneka percakapan kita dalam blog ini untuk disumbangkan kepada Indonesia supaya tidak sial lagi.

Omong-omong tema kiri dan kanan ini mengingatkan saya akan nama salah satu saudara lelaki saya yang lain yang biasa kami panggil "si kanan-kiri" ha ha ha ha (dia sekarang tinggal di Alasaka ha ha ha ha).

Bigmike

Anonim mengatakan...

@Bigmike

Komentar yg baik. Ada baiknya memang pertanyaan tsb bukan saya yg menjawab ttp memberi peluang kepada sidang pembaca untuk berwacana, jika, sekali lagi jika, memang persoalan ke-Indonesiaan saat ini membutuhkan moralitas.

Sekali lagi, jika ini yg diperlukan oleh Indoesia saat ini, silahkan berdiskusi, kalau tidak, lets move on gitu lho.

Selamat hari minggu.

-nk-

Anonim mengatakan...

@ Peter

Trims atas apresiasinya. Saya malah tdk sempat mikir soal serang-bertahan. Tp, sy pikir2, mungkin mmg perlu juga dlm berdebat, yaa...

@ -nk-

Saya rada bingung dengan penjelasan di komentar Ama. Saya baca sekali lagi tulisan Ama, tetap saja hampir tidak ada pendapat mengenai moralitas dan lika-likunya. Porsi terbesar justru tentang model org amerika dalam membangun negerinya yg terbagi atas dua pendekatan, liberal vs konservatif.

Karena itu, supaya jelas bhw Ama sdg mengangkat isu moralitas, mk saya sarankan ikuti sj pola BigMike utk bikin opini yg didukung landasan konseptual dan fakta yg jelas. Contohnya, yaa ide Indonesia(l) itu.

Tapi ini cuma saran saja. Paling tdk memberi ide supaya Ama bikin tulisan pendukung lg tentang moralitas bangsa. Jadi, tuntaskan apa yg sdh Ama mulai.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@wilmana

Komentar dan saran yg baik. Terima kasih. Saya hargai tinggi-tinggi.

Tulisan saya itu awalnya saya ingin masukan kedalam kolom komentar. Kebetulan pas lagi edit sana-sini saya melihat ada pesan masuk di 'box chat.' Rupanya pesan dari bigmike. Saya menyapa beliau dan 5 detik setelah itu bigmike membalas. Lalu jadilah sebuah percakapan. Lihat urut-urutan percakapan saya disana!

Intinya bigmike menawarkan saya agar komentar saya diposting saja dlm blog. Saya setuju walau saya sampaikan agaknya 'kurang pantas' karena saya bukan org pandai berbagi ilmu. Bigmike ttp mendorong saya dan saya pikir tdk ada salahnya, toh ini kesempatan belajar. Dan saya boleh berbesar hati kalau sahabat blogger yg lain, juga sdr, bisa mengikuti 'kenekatan' saya ini. Berani mencoba dalam sebuah blog seorang ilmuan.

Tulisan bergaya 'komentator' ini sekedar 'memancing' wacana moralitas ke-Indonesiaan. Saya memang tidak paham lika-liku moralitas Indonesia yg sdr sendiri katakan tidak begitu jelas lagi. Moralitas saya adalah moralitas barat karena perjumpaan saya yg intensif dgn budaya barat. Tetapi kalau saya menulis moralitas barat, nanti sdr memberi cap 'right or wrong my usa.'

Jadi silahkan, sdr atau siapa saja mulai mengangkat issue moralitas ke-Indonesiaan. Bukankah sdr sendiri yg merasa memberi solusi 'lahan persemaian' baru sebagai solusi atas ke-IndoneSIAL-an? Jadi mulailah dengan ini. Kalau sdr paham betul perpajakan di Indonesia dan moralitasnnya, silahkan sdr berbagi. Mengapa sdr sepakat dengan rejim pajak saat ini di Indonesia? Bermoralkah ia? Kalau iya, mengapa? Kalau tidak, mengapa? Kalau sdr bisa melakukan ini, maka akan sangat baik karena saya amat yakin banyak manusia indonesia yg tidak tahu bahwa kebijakan pajakpun ala Amerika ada moralitasnya. Dan saya kira ini sangat baik untuk diperdebatkan dalam ranah publik Indonesia. Sdr setuju poin ini?

Begitu saja.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

Saya mau usul: kalau bisa di akhir minggu yang diposting adalah renungan Kristiani. Tulisan bigmike renyah banget dan berisi. Cocok untuk bekal ke gereja. Posting NK baik tetapi tidak cocok untuk hari mingguan (Erick, JKT)

Anonim mengatakan...

@Erik, JKT

Bagus juga usulan sdr itu. Saya setuju. Yg saya dengar, bigmike sedang tugas ke luar kota.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

Mas -nk-

Bagus juga tuh usulannya, yaitu rakyat menuntut supaya debat publik berlandaskan moralitas. Hanya saja, rakyatnya sami mawon, sama saja, tidak bermoral. Trus piyo toh mas? Lha rakyatne sendiri ogah mbayar pajak kok.

Anonim mengatakan...

@ -nk- & all

Trims atas pancingannya. Sy blom tertarik mjd Penulis di sini. Tp sbg komentator, komentar dan sran sdh dilayangkan (beri landasan konseptual dan fakta yg mendukung opini, anda). Nampaknya di terima, jd sambil nunggu realisasinya, sy mo komentar lg.

Kalo mengacu pada tataran konseptual, mk moralitas Indonesia berbasis pada Panca Sila. Suatu sistem nilai yg dpt disandingkan dg nilai2 protestan. Tetapi pada tataran pragmatis praktis, Panca Sila baru sekedar mjd alat Penguasa utk bertahan pd kursinya. Bangsa Ama (plg tdk kl diliat dr gineologi, toh?) ini, msh blom sanggup merealisasikan sistem nilainya sendiri scr sistematis dan terstruktur. (bersambung)

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@ -nk- (sambungan)

Dlm bisnis itu dikenal sistem corporate strategic planning, yg bertanggung jawab menyelaraskan cita-cita (Misi/Visi) dengan berbagai peraturan perusahaan termasuk prosedur dan instruktsi kerja. Keselarasan ini akan dimonitoring secara on-going (sehari-hari) dan evaluasi berkala/periodik oleh pihak yg independen.thd Pelaku. Jk keselarasan ada, ukurannya adalah seluruh aktifitas perusahaan akan bergerak menuju ke arah cita-cita. Persoalan terbesar yg membuat lbh dr 90% perusahaan (PT) besar di Indonesia (terutama perbankan) rontok di era krismon adalah krn tdk menjalankan corporate strategic planning ini dg baik.
Kalo perusahaan2 di Indonesia dpt kita analogikan sbg Indonesia mini, mk persoalan bangsa ini adalah tdk mampu menyelaraskan antara sistem nilai bangsa dan cita-citanya (yg tertuang dlm Panca Sila dan UUD ’45) dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk pengawasan/monitoring/penegakkannya. Akibatnya, sistem berbangsa dan bernegara mjd lemah dan mudah panic jk terjadi gangguan dr dlm maupun dr luar. Munculnya ide dan praktek demokrasi nabi ala FPI, IM, HTI, cs misalnya, dpt mjd cth nyata. Mereka sukses menggoyang sistem nilai maupun mekanisme berbangsa krn mmg ada peluang yg sangat terbuka utk itu.
Jadi, @-nk-, Ama bs jd keliru jk bicara konsep dan praktek moralitas Indonesia, apalagi membandingkannya dg USA. Keliru tdk berarti salah konsep, tp mgkn lbh tepat salah waktu dan tempat. Mnrt sy kurang bijaksana jk Indonesia dibandingkan dg Barat, krn tdk solutif. Yg ada malah sekedar pemujaan thd USA vs sinisme thd Indonesia. Krn itu sdh sy sarankan Ama utk belajar tdk hanya dr USA/Barat tp lbh lagi bahkan turun pd landasan konseptual, spy opini Ama bisa lbh fair dan solutif. Sy tunggu realisasi saran2 sy ini, Ama.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Percakapan anda berdua NK dan Wilmana sebenarnya sangat bagus tetapi abd berdua belum menjawab pertanyaan dasar dari bigmike yaitu aoa "roh" daripembicaraan ini? apa bingkai yang bisa diberi supaya Indonesia tidak menjadi Indonesial (Anto, og)

Anonim mengatakan...

Saya kurang setuju 'ma rekan anto. Percakapan Wilmana dan NK menarik. Amat menarik. Usul saya, Wilmana coba ikut menulis. Minta ijinlah sama bigmike. Saya piir ada 2 hal yaitu tulisan Wilmana memiliki "sesuatu" yang patut dibagikan kepada komunitas pembaca bigmike-savannaland. Dan, biar adil karena saya liat ada banyak komentar terhadap NK tetapi berilah kesempatan kepada NK untuk memberi respons.

Usul untuk bigmike: tetapkan hari tertentu kepada penulis tamu. Bigmike tidak usah ikut-ikutan memberi komentar karena posting itu dibiarkan menjadi daerah milik pembaca tamu. Saya juga berminat memposting tetapi yang ringan-ringan saja.
(Proxy, Jkt)

Anonim mengatakan...

Hallo, saya pengunjung baru. Meski begitu tampaknya saya akan menjadi pengunjung tetap setiap ada waktu nginternet. Blog ini bagus dan bermanfaat terutama renungan Kristiani. Bigmike, saya suka caramu menulis. (Ryan)

Anonim mengatakan...

@Anto, Proxy & Ryan

Terima kasih atas atas apresiasinya. Salam kenal dari -nk- dan selamat berbagi dengan kami. Saya menangkap kesan kuat dari sdr bigmike, bahwa blog ini adalah blog 'bersama,' dus partisipasi sdr sekalian beropini dll akan sangat dihargai. Saya sendiri menunggu sumbang saran sdr semua.

@Wilmana

"...yg ada malah sekedar pemujaan thd USA vs sinisme thd Indonesia.

Saya agak bingung dgn statement sdr diatas. Siapakah yg sedang memuja usa? Siapa pula yg sinis thd indonesia? Pasti 'tuduhan' ini bukan untuk saya karena saya yakin sdr tipe org tidak senang cpt memberi stigma negatip thd org lain dan tidak pula suka dicap negatip.

Baik, kembali ke diskusi.

Sdr menulis, 'Saya agak kurang setuju jk kita memberi stigma buruk pd negeri manapun sbg "tukang jiplak" utk kasus2 spt ini [maksudnya moralitas kiri-kanan].' Saya setuju! Demokrasi misalkan, jelas 'jiplakan' dari luar krn ia bukanlah sistim nilai asli Indonesia. Tidak ada yg protes bukan? Hanya si Salafi itu saja! Sdr bicara 'corporate strategic planning.' Ini juga hampir pasti 'jiplakan' nilai luar. Ada yg protes? Tdk ada! Baguslah. Sdr ingat solusi 'etika protestan' yg sdr tawarkan sebagai solusi ke-IndoneSIAl-an? Juga bukan nilai-nilai asli manusia Indonesia. Betul? Bahkan moralitas Islam bukan nilai asli bangsa Indonesia. Ia datang dari Arab. Apa yg hendak saya katakan disini? Kami adalah bangsa yg suka 'menjiplak' nilai-nilai luar tetapi tdk selamanya jelek menjiplak itu. Dus, mungkin sdr perlu punya 1 atau 2 pendirian sehingga saya dan sidang pembaca blog tidak bingung kalau diberbagai t4 sdr terkesan 'kesana-kemari.'

Kalau hal-hal diatas adalah nilai-nilai 'jiplakan' dari luar, apa nilai-nilai asli Indonesia? Saya tidak tahu! Tapi marilah kita lihat moralitas Pancasila!

Okelah ia adalah moralitas asli Indonesia, tetapi yg menarik buat saya adalah mengapa pada level pragmatis praktis ia 'menjelma' menjadi moralitas penguasa yg sewenang-wenang? Sdr katakan sendiri ini tdk lepas dari karakter manusia Indonesia yg culas, khianat, bobrok dan lain-lain itu. Dus moralitas Pancasila 'gagal total' memberi 'pencerahan' thd karakter manusia Indonesia yg buruk itu. Lantas apa?

Disinilah relevansi moralitas kiri-kanan itu ala amerika yg mungkin kita bisa 'jiplak.' Paling tdk telaah tanpa cpt-cpt menjadi 'defensif.'

Mengapa moralitas Pancasila -semulia-muliannya- hanya sedekar dipakai penguasa sbg alat merebut dan mempertahankan kekuasaan? Karena ia dijadikan moralitas tunggal. Tidak ada 'competing' moralitas lainnya. Amerika dengan moralitas 'kanan' yg paling tua juga mengalami itu. Atas nama keamanan dan keutuhan negara, negara seringkali memasuki 'wilayah' privat warga negara. Lahirkah moralitas 'kiri.' Kompetisi 2 moralitas ini gilirannya memberi efek keseimbangan antara hak-hak negara dan hak-hak warga negara.

...bersambung...

Anonim mengatakan...

@wilmana

PART 2 - End

Saya sedang menganjurkan moralitas 'kiri-kanan' ala Amerika? Jelas tidak! Ajakan saya adalah sidang pembaca blog berwacana untuk mencari moralitas Ke-Indonesiaan yg khas, yg cocok dgn kita. Tapi, ini tapinya, belajarlah dari moralitas Pancasila yg 'gagal.' Berilah ruang thd moralitas baru untuk berkompetisi, bahkan saya usulkan moralitas Islam, Nasionalisme dll. Terakhir, kompetisi moralitas harus, ini harus, didorong dalam kerangka hukum yg jelas dan kuat. Kalau tiba-tiba muncul moralitas ala FPI yg suka memukul dll itu dibiarkan, hancurlah negara kalian. Dus, saya maklumi kebingungan sdr atas moralitas bangsa yg tdk jelas lagi. Ketika moralitas Pancasila gagal, munculah moralitas ala FPI yg membawa pisau-parang dll tanpa dpt dicegah oleh keparat, salah, aparat negara. Ini menyedihkan sekali.

Inilah respon saya. Hal 'kekurangan' dalam tulisan saya yg sdr kritisi itu saya mengakuinya, dari awal malah. Tetapi saya masih dalam tahap belajar. Untuk saat ini saya belum bisa memenuhinya. Motivasi saya adalah hanya satu, bahwa wacana moralitas ini berlanjut, tidak berhenti, sambil menunggu sang 'empunya' 'cafe' 'turun tangan' dan memberi pencerahan bagi kita semua. Mohon sdr maklumi hal ini. Yg pasti 'pancinga' saya ini cukup manjur, sdr lgsg 'meyergap' dan untuk itu saya berterima kasih.

Salam democrazy, salah, democracy!

:-)

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

@Anto

Sdr menulis:

...apa "roh" dari pembicaraan ini? Apa bingkai yang bisa diberi supaya Indonesia tidak menjadi Indonesial?

Kalau sdr membaca secara jeli, maka sdr akan menemukan jawabannya. Kalau sudah, silahklah sdr berbagi opini disini.

Salam - nk

Anonim mengatakan...

@ -anto-

Setuju dg anda. Krn itu, sy anjurkan @-nk- nulis lg semacam suplemen thd tulisan yg kita komentari ini. Posisi sy = anda, kita ikut mengomentari, ato sedikit2 menambahkan ide2.

@-proxy-
Kalo saya menulis juga, mungkin hal lain, tdk melanjutkan apa yg dimulai @-nk-. Sy kira bakal gak nyambung nanti. Cukup sy jd komentator utk nambah2 ide buat -nk-.

Aniwe, trims atas apresiasinya. Anda berdua, apa setuju dg ide sy ttg Pancasila sbg landasan moralitas bangsa indonesia?

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Soal tuduhan stigma dll, sy tau itu cuma perasaan Ama sj dan sy tdk mo bahas. Lama2 bs terjebak dg kebiasaan Ama bermaen stigma dan stereotip. Kl Ama sbg Penulis tdk malu berurusan dg stigma, ya silahkan sj.

Sy kutip komentar Ama sbb: "Disinilah relevansi moralitas kiri-kanan itu ala amerika yg mungkin kita bisa 'jiplak.' Paling tdk telaah tanpa cpt-cpt menjadi 'defensif.'"

Saya pahami komentar di atas sbg usulan ragu2 dr Ama sbg solusi. Ragu2 krn kemudian Ama bikin komentar kontradiktif sbb:

"Saya sedang menganjurkan moralitas 'kiri-kanan' ala Amerika? Jelas tidak!"

Tapi OK-lah kalo Ama tdk merasa dmkn. Ini berarti masalah bahasa dan interpretasinya sj.

Berikutnya, sy setuju dg ajakan Ama mencari format moralitas yg cocok bg indonesia. Tp kalo tdk arahan bg org2 yg Ama ajak itu, yg nanti ngalor-ngidul krn tdk ada batasan yg jelas mengenai "moralitas" yg ama maksud itu yg bagaimana. Usulan sy agar ama memberikan landasan konseptual mengenai moralitas, etika, dan sejenisnya, rupanya tdk Ama pedulikan. Sy coba mengajukan moral Panca Sila tp rupanya Ama tolak.

Krn itu, cobalah berlaku jentlemen utk berani menguraikan konsep moralitas itu dr perspektif konseptual yg Ama pakai sbg batasan, supaya kalopun ada perdebatan, jelas koridornya.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@Wilmana

Trims buat komentarnya walau pertanyaan saya siapa memuja usa dan sinisme thd Indonesia tdk sdr jawab secara lugas. Lagi, saran saya spy sdr konsisten, tidak 'kesana-kemari' sdr tidak peduli.

Hal usulan ragu-ragu saya, sebenarnya tidak. Sdr kurang jeli memahami konteks. Ini bukan hal baru. Tapi kali ini saya tidak ingin bertele-tele menjelaskan.

Hal Pancasila saya tolak, sdrlah yg menyimpulkannya begitu. Usulan saya Pancasila tdk dijadikan moralitas tunggal. Yg pasti sdr tdk membantah 'kegagalan' pancasila yg pada tataran konseptual baik, tetapi pada level pragmatis praktis sekedar menjadi 'alat' penguasa semata. Moralitas Pancasila hanya 'utopian' saja.

Okelah... saya pikir kita sudah sampe pd titik dimana tdk ada issue baru. Saya tdk ingin terjebak dlm permainan kata.

Sekali lagi terima kasih untuk komentar, saran serta kritikannya. Lain waktu saya akan mencoba lebih baik lagi dalam menulis.


Begitu saja.

-nk-

Anonim mengatakan...

@-nk-

Yaa lugas dan tdknya, itu tergantung penilaian msg2 pribadi. Respon sy sdh jelas bhw kalo Ama tdk merasa memuja USA/Barat ya sdh, tdk perlu sy ngotot, kan? Krn tdk ada gunanya berdola-dali ttg perasaan seseorang.

Tp sy punya tuntutan pertanggung jawaban buat Ama. Supaya sy tdk menganggap Ama ini sekedar maen tuduh, mk pendapat Ama bhw Panca Sila sbg moralitas tunggal produk kaum utopian itu harus dijelaskan dg baik.

Moralitas itu, konsep yg seperti apa? Mengapa Ama menganggap moralitas adalah sesuatu yg penting bg indonesia bangkit? Apa dasar Ama membagi moralitas atas moralitas tunggal, ganda, triple, dst? Lalu bagaimana konsepnya sehingga Ama bs tiba pada kesimpulan bhw moralitas tunggal itu sepertinya lbh jelek dr moralitas ganda?

Apa yg Ama tau tentang Panca Sila yg 1 Juni lalu br diperingati kelahirannya itu? Apa landasan berpikirnya shg Ama cap Panca Sila adalah produk Utopian? Apa juga yg Ama tau tentang Utopia?

Bhw Panca Sila baik pd tataran konseptual tp gagal di tataran pragmatis, itu kan pendapat sy. Masak musti sy bantah lg? Meski begitu, kalo Ama simak dg baik komentar saya, Ama akan tau bhw menurut sy, kegagalan Panca Sila di tataran pragmatis itu disebabkan pd kelemahan "sisem manajemen" yg dipakai bangsa ini utk implementasinya, bukan pd sistem nilai panca silanya. Strategic planning approach-nya yg lemah, bukan sistem nilainya yg buruk.

Ini beda dg persepsi Ama yg mencap Panca Sila sbg sistem nilai buruk dan gagal sekedar mimpi kaum utopian. Krn itu pertanyaan sy, apa yg Ama tau tentang Panca Sila shg bisa berkesimpulan dmkn?

Sayangnya, Ama kurang jentelmen dan memilih "lari" dr tanggung jawab utk menjelaskan lbh jauh tentang isu ini.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@wilmana

Hal saya tdk 'jentelmen' yg sdr katakan itu adalah hak sdr menilai. Saya tdk ingin mendebatnya.

Ttg Pancasila, hak sdr juga untuk menilai saya katakan ia buruk walau saya tidak katakan spt itu.

Soal utopian, saya kira kita tdk perlu berdebat ttg definisinya. Dalam konteks diskusi ini saya malah setuju bahwa pada level konseptual ia baik, tetapi level pragmatis praktis ia tdk bisa diimplementasikan. Mengapa? Karena karakter manusia Indonesia yg sudah sdr katakan itu - culas, khianat, bobrok dll. Dus, moralitas Pancasila saat ini hanya nilai-nilai, saya pakai istilah, utopian, tdk, belum dpt, dijalankan dgn baik. Ini sangat logis, plng tdk buat saya. Manusia yg berkarakter sgt buruk menciptakan nilai-nilai yg sangat mulia. Bagaimana menjelaskan 'gap' ini?

Kira-kira begitu.

-nk-

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Trims tdk mempersoalkan "jentelmen" itu. Mmg itu menurut saya dg dasar yg jelas, yaitu bikin isu moralitas tnp dasar konseptual yg jelas sbg ukuran yg fair, bahkan "menolak" menjelaskan ketika diminta oleh sy.

M'nai Panca Sila, simak sj komentar Ama di bawah ini:
"Okelah ia adalah moralitas asli Indonesia, tetapi yg menarik buat saya adalah mengapa pada level pragmatis praktis ia 'menjelma' menjadi moralitas penguasa yg sewenang-wenang? Sdr katakan sendiri ini tdk lepas dari karakter manusia Indonesia yg culas, khianat, bobrok dan lain-lain itu. Dus moralitas Pancasila 'gagal total' memberi 'pencerahan' thd karakter manusia Indonesia yg buruk itu."

Sy periksa komentar2 sy thd tulisan Ama, kok tdk ada kesimpulan sy bhw kegagalan Panca Sila akibat culas, cs. Rupanya Ama bgt lihai mengutip dr t4 laen, utk dipake bikin kesimpulan sendiri tp ditampilkan seolah-olah komentar sy di sini. Lalu, simak jg pendapat Ama yg lainnya berikut ini:
"Mengapa moralitas Pancasila -semulia-muliannya- hanya sedekar dipakai penguasa sbg alat merebut dan mempertahankan kekuasaan? Karena ia dijadikan moralitas tunggal. Tidak ada 'competing' moralitas lainnya."

Di atas itu kan jelas kesimpulan Ama yg negatif ttg Panca Sila, tp tdk ckp jentlemen dg menjawab byk pertanyaan yg sy ajukan agar kesimpulan Ama itu tdk sekedar asal tuduh sj.

Perilaku Ama ini mirip org yg bakar bola api, lalu tnp mau bertanggung jawab, bola panas itu dilemparkan begitu sj ke org lain. Saran tambahan, kalau mau Indonesia ini mjd lbh baik, mk marilah kita mulai dg menunjukkan nilai2 TARIF di sini.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@wilmana

Baguslah kalau sdr membaca kembali tulisan-tulisan sdr, paling tdk nanti sdr bisa mengerti dari mana asal posisi saya.

Sdr 'tawarkan' moralitas pancasila. Bagus. Tentu alasan sdr moralitasnya toplah begitu. Tetapi, ini tapinya, sdr sampaikan lagi, pada level pragmatis praktis, moralitas Pancasila hanya dipakai sebagai 'alat' oleh penguasa. Setuju. Intinya, Pancasila pas sebagai solusi tetapi pelaksanaannya yg tidak jalan. Saya katakan 'amen to that.' Sampai disini sdr OK dgn saya???

Mari kembali ke poin-poin sdr sebelumnya ttg fakta ke-IndoneSIAL-an. Sdr katakan manusia Indonesia culas, suka khianat, penegak hukum bermental bobrok dll. Bahkan soal culas, sdr dgn gagah berani katakan itu FAKTA KEINDONESIAAN. Kesimpulan sdr, berdasar hasil survey majalah Amerika Serikat, Foreign Policy, Indonesia GAGAL. Sdr tidak membantah ini khan?

Dus, apa yg sedang saya lakukan adalah sekedar connecting the dots, mengapa Pancasila dalam implementasinya gagal? Aaaah... tentunya tidak lepas dari karakter manusianya. Bukan begitu sdr wilmana? Maaf kalau saya keliru menyambung titik-titiknya. Kalau saya keliru, sdr perlu memberi pencerahan buat saya dan sidang pembaca blog.

Hal 'betanggungjawab' sudilah sdr memaafkan saya. Saya tdk bermaksud 'lempar batu sembunyi tangan.' Lagi dan lagi, saya hanya ingin, bukan hanya sdr saja, tetapi seluruh sidang pembaca blog untuk berwacana, saling melengkapi ide, konsep dll. Walau sudah saya jelaskan berkali-kali, rupanya sdr lebih gemar 'menyerang' ketimbang bersama saya memberi koridor diskusi yg pas, tdk ngalor-ngidul.

Untuk itu, sudilah sdr memberi teladan soal ini. Mulanya sdr sampaikan etika protestas sebagai solusi indonesia GAGAL. Berbagilah dengan kami. Atau sdr masih menunggu 'pencerahan' dari bigmike? Pada posting ini, sdr bergeser, dari etika protestan menjadi pancasila. Berilah kami pencerahan mengapa ia pantas dijadikan solusi. Dan mengapa dari lahirnya sampai hari ini, ia terus di 'goyang-goyang.' Apa yg harus dibuat oleh bangsa untuk menyongsong Indonesia Baru?

Kalau sdr bisa memberi teladan buat saya dan semua sidang pembaca blog, maka saya akan sangat hormat dan akui saya memang masih harus banyak belajar dari sodara.

Begitu saja dan saya tunggu pencerahan dari sdr yg 'punya' banyak solusi buat bangsa kami ini hanya belum ada ditelnya sama sekali.

Salam - nk

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Pertama,mhn maaf terpaksa sy musti bantah kesimpulan sdr bhw sy "menawarkan" moralitas Panca Sila bg Indonesia. Panca Sila adalah fakta keindonesiaan sjk 1945. Yg menawarkan adalah Bung Karno dan kmdn mjd kesepakatan bangsa kita ini. Apa alasan Bung Karno menawarkan, tentu Ama bs akses informasinya di mana-mana.

Kedua, saya kaget mlihat Ama mengajak kembali membicarakan tulisan BigMike ttg Indonesial di sini. Mnrt sy kita ini sdg mempercakapkan tulisan Ama, bkn tulisan BigMike. Bhw ada hubungan antara tulisan BigMike dg tulisan Ama, itu pasti. Tp isunya kan berbeda. Ama sdh jauh masuk ke dalam, dg membicarakan masalah moralitas, dan kita sdg mempercakapkan ini. Lbh jauh lg Ama tersedot ke dalam isu moral Panca Sila yg sy angkat di sini.

Apapun itu, Ama mustinya bs memilah antara "Indonesia gagal" dg "Panca sila gagal". Ini dua isu terkait tp ada garis demarkasi yg jelas. Satunya negara (organisasi) dan satunya lg sistem nilai. Kelirulah Ama jk isu2 Indonesia gagal Ama tempelkan pd "Panca Sila" gagal. Lbh lucu lg jk perilaku maen tempel ini, Ama tiup2 seolah-olah perilaku saya. Sy mmg bilang bhw Indonesial tjd krn bangsa ini lbh suka hidup menurut nilai keculasan. Itu komentar utk tulisan Bigmike. Lalu dikomentar utk tulisan Ama, sy bilang, pdhl Indonesia sesungguhnya sdh punya Panca sila tp gagal di tataran pragmatis. Ama-lah yg dg lihai mengait2kan culas dg pancasila gagal, lalu di-blow up solah-olah sy yg melakukan itu.

Terakhir, rupanya Ama blom mengerti juga. Sy sih tdk ada maksud "menyerang" spt yg Ama bilang itu. Bahkan sesuai permintaan, sy sdh coba ajukan fakta moralitas Pancasila dan lgsg "disergap" oleh Ama. Tp sy liat percakapan ini akan ngawur krn Ama tdk mau memberi batasan, approach apa yg Ama pake utk membicarakan moral-ethics di sini. Moralitas Kana-kiri yg Ama sebut itu, tdk dikenal dlm konsep moral-ethics. Markula Center for Applied ethics at Santa Clara Univ saja, setelah berdebat br menetapkan ada 5 pendekatan.

Tp kalo Ama jeli, sy kan sebenarnya scr perlahan sdh mengikuti permintaan Ama. Hanya sy minta, Ama hrs kasi batasan yg jelas. Kalo tidak, drmn dasarnya ketika Ama menganggap Pancasila sbg moralitas tunggal di Indonesia. Lalu bikin opini seolah-olah yg tunggal itu lbh jelek dr ganda, misalnya. Kalo Ama tdk bisa kasi ukurannya, ya sapa mau percaya pd hasil pengukuran yg Ama buat? Plg2 nanti dianggap sekedar nuduh tnp dasar.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@wilmana

Kelihatannya sdr hendak mengelak dari ajakan saya agar sdr mulai menulis ttg Pancasila dan persoalannya, dahulu, kini dan akan datang. Rupanya menghadapi 'angin' yg mulai berubah arah ini, sdr tampak grogi kalau-kalau sdr nanti 'masuk angin.' Jangan kuatir, tdk spt sdr, saya tiup anginnya pelan-pelan saja spy sdr 'selamat.' Sdr bicara 'jeltemen' 'tanggungjawab' dll, maka sudilah sdr memberi teladan. Mengapa? Karena keteladanan hampir langka di ranah publik Indonesia.

Saya mulai kehilangan kata-kata menghadapi sdr yg tampak 'teputar' perihal tulisan saya ini. Saya sudah katakan, berkali-kali, ini tulisan komentar pada posting untuk Indonesia gagal yg kemudian diminta bigmike untuk dibuatkan posting baru. Dus, kalau sdr jeli membaca konteks, maka tulisan saya itu masih ada sangkut-pautnya dengan solusi Indonesia gagal.

Tentang fakta sejarah Pancasila, lagi dan lagi, sdr tdk konsisten dan terkesan 'flip-flop.' Komentar sdr kepada anto dan proxi sdr kakatan, sata kutip, 'Aniwe, trims atas apresiasinya. Anda berdua, apa setuju dg ide sy ttg Pancasila sbg landasan moralitas bangsa indonesia? Kepada saya sdr katakan fakta, kepada mereka sdr katakan 'ide sdr.' Saya tdk ingin berdebat, ttp sidang pembaca blog yg membaca tulisan kami bisa menilai sendiri.

Tentang kaitan moralitas pancasila dan implementasinya yg tdk jalan, saya tdk ingin dola-dali dgn sdr. Tapi 'tuntutan' saya sudilah sdr jelaskan apakan antara nilai pancasila dan karakter manusia Indonesia ada korelasi positif. Jawaban sdr akan menjelaskan banyak hal.

Tentang koridor moralitas yg sdr inginkan itu dalam wacana kita ini, silahkan sdr beri contoh dengan moralitas pancasila. Dari komentar sdr, saya menangkap sdr paham betul ttg moralitas ini, bahkan tdk berlebihan kalau saya katakan sdr 'ahli'nya. Kalau begitu, sudilah, sebagai pakar, sdr berbagi dengan kami disini.

Saya tunggu. Saya berdoa dan berharap sdr lgsg saja bicara soal Pancasila dan sistem nilainya, tidak 'berputar-putar.' Itu lebih baik dan reputasi sdr disini tdk hanya sebagai 'tukang kritik' semata.

Salam - NK

Anonim mengatakan...

@wilmana

Sekedar 'membangkitkan' moralitas Pancasila sdr. Semoga penulisan sdr nanti, ttg pancasila, lancar. Saya lampirkan sebuah tulisan yg patut dibaca.

Selamat menulis.

-nk-

Suara Pencinta Pancasila

Oleh: Christiano Senda

Sangat disayangkan disaat PANCASILA baru beranjak dari 'sedikit' cekikan akibat naiknya BBM, PANCASILA menangis karena rakyat menderita, karena 100 tahun pesta akbar kebangkitan Nasional dirayakan disaat Bangsa ini kian terpuruk, dan Minggu 1 Juni yang cerah, lilin ultah PANCASILA tak jadi ditiup, seakan sirna sekejap semangat untuk bangkit itu, cuma sisa setitik saja lantas semua lenyap ditelan aksi anarkis pihak tak bertanggungjawab, tidak manusiawi. Apakah PANCASILA itu binatang sehingga perayaanya patut dibasmi, ditebas habis. Sayang, IndonesiaKu sudah terlanjur malang. Apa sih PANCASILA itu?

Yang pasti PANCASILA tidak mengenal kekerasan, PANCASILA ada karena kita berbeda, bukan karena kita seragam, hanya roh PANCASILA lah yang mempersatukan kita dari SABANG sampai MERAUKE, Timor (Rote) sampai TALAUD. Apa masih layak kita disebut sebagai bangsa yang besar, disaat kita saling curiga, saling membenci,sama sekali bukan semangat PANCASILA, melainkan semangat meggerogoti PANCASILA, mengganti dengan IDEOLOGI baru, ideologi PENYERAGAMAN!

Sri Sultan berteriak keras mengecam aksi MONAS 1 Juni 2008, dimana rasa hormat kita pada para FOUNDING FATHERS kita? Para pejuang yang justru menyusun kepingan NKRI ini bukan dengan semangat PENYERAGAMAN tetapi semangat MULTIKULTURALISME, PLURALISME! Bhineka Tunggal Ika, Kita berbeda-beda (bahasa, suku, agama, ras, dll) tapi kita bisa dipersatukan, bisa kokoh berdiri tanpa meninggalkan ciri masing-masing. Apa itu juga semangat para oknum yang anarkis lagi arogan itu berpihak PADA PANCASILA? Tidak, saya bilang TIDAK. Karena PANCASILA itu Demokratis, Pancasila BERDASAR pada UUD 45 yang menjamin KEBEBASAN setiap WARGA negara Indonesia, bukannya menekan orang lain, memaksa kehendak diri kepada orang lain, bukannya anarkis.

Sudah saatnya kita semua bertanggung jawab mengembalikan JIWA Bangsa yang hilang, Roh yang PUDAR ini, PANCASILA, kepada NKRI sejati, sebagai bangsa yang humanis, demokratis, Pluralis dan Multikultural, hanya denga INI kita akan bisa disebut BANGSA yang besar lagi.

Indonesia bukan MILIK ISLAM, KRISTEN, HINDU, BUDHA, orang jawa, suku BATAK, orang PAPUA, pengikut NU, pengikut MUHAMADIYA, dll BUKAN itu, INDONESIA milik kita semua dan Indonesia adalah INDONESIA bukan AMERIKA, bukan ARAB bukan Malaysia! Indonesia adalah BHINEKA TUNGGAL IKA, orang Indonesia adalah orang yang berani menyikapi PERBEDAAN dengan jiwa besar, santun, elegan dan tidak memaksa!

BUBARKAN organisasi yang TIDAK SESUAI PANCASILA DAN UUD 45!

*Tulisan diatas sudah diedit agar tdk terlalu panjang tanpa menghilangkan substansi*

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Wah, "angin mulai berubah" maksudnya apa, yaa? Apa ini termasuk dlm isu moralitas anda? Tp jk bbrp aksesoris dan artifisial sy hilangkan, mk percakapan kt dpt diringkas sbb:

Pertama, paling tdk sy sdh mengajukan fakta panca sila di indonesia utk menjawab pertanyaan Ama, "APA MORALITAS ANDA?". Bahkan lengkap dg identifikasi apa penyebab gagalnya pancasila indonesia serta solusinya, dg menggunakan kacamata "corporate strategic planning. Sy berharap Ama tdk mempersoalkan literal "fakta" vs "ide" di sini, krn itu bkn substansi percakapan kita.

Kedua, Ama sdh merespon itu dg tuduhan (krn hingga kini tdk ada dasar konseptual sbg ukuran yg Ama pake), bhw itu moralitas tunggal dg inferior jk dibanding moralitas ganda ala Amerika yg Ama jagokan (puja2?).

Ketiga, sy kembali ingatkan Ama, bhw bikin penilaian itu hak Ama, tp apa ukurannya? Spy jgn sekedar asal nuduh alias lempar bola panas.

Keempat, dr semua jawaban Ama, tdk satupun yg menjawab pertanyaan sy ttg ukuran. Malah Ama nantang sy utk mencarikan ukuran bg kesimpulan2 yg Ama buat di sini. Ini kan aneh. Kl Ama anak balita, boleh sj BAB, trus minta sy cebok. Buang kotoran trus sy bersihkan. Tp Ama ini kan uda gede, bahkan berani ambil porsi jd Penulis, bkn sekedar komentator. Tunjukin dong, tanggung jawabnya. Masak Ama bikin penilaian, lalu sy disuruh nyari ukurannya. Masak, Ama tuduh suhu tubuh BigMike 40 derajat, lalu disuruh tentukan 40 derajat itu versi fahrenheit ato celcius? Etisnya, Ama yg seharusnya bilang, "menurut ukuran celcius, suhu tubuh BigMike adalah 40 derajat. Kalo ada yg punya ukuran laen, silahkan bikin ukuran tandingan".

Terakhir, sy senang dg kutipan dr Chris Senda itu. Tp blom menjawab permintaan sy ttg ukuran di atas.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@wilmana

Rupanya arah 'angin' yg mulai berubah arah ini sudah memberi 'efek' 'masuk angin' dan untuk tidak 'cilaka' karena 'sakit' sdr lekas-lekas membuat kesimpulan, tdk tanggung-tanggung, 4 'biji' banyaknya. Baiklah, spt yg sudah saya janji, saya ingin sdr 'selamat' sehingga 'angin'nya saya hentikan saja. Ttp sebelumnya, perkenankan saya juga, jgn hanya sdr saja, yg memberi kesimpulan. Selebihnya biar sidang pembaca blog dan bigmike yg menilai.

Pertama, kalau awal saya katakan sdr kurang jeli membaca konteks, maka, maaf, kali ini saya hendak katakan sdr tidak mau membaca konteks. Penggal kalimat saya sana-sini sekedar 'menuntut.' Atas pertanyaan saya 'apa moralitas anda' yg sdr katakan sudah sdr jawab itu saya menjadi amat bingung. Dimana jawabannya? Soal yg saya tanya adalah moralitas pajak dgn contoh amerika. Saya minta sdr menjelaskan bermoralkah perpajakan Indonesia saat ini tetapi sdr tidak menjawabnya. Lalu membuat kesempulan sudah.

Kedua, soal keteladanan tdk sdr pedulikan sama sekali. Bahwa saya menulis dan masih punya kekurangan saya sudah mengakuinya. Saya meminta keteladanan dari sdr, sdr katakan saya bukan 'balita.'

Ketiga, soal 'ide' moralitas pancasial, bahkan, kata sdr, lengkap dg identifikasi apa penyebab gagalnya pancasila indonesia serta solusinya, lagi-lagi saya bingung. Dimana? Apa sdh sdr sampaikan itu tdk ada 'efek' pencerahannya. Tdk ada yg baru. Dus, saya minta agar sdr lebih spesifik, sdr tidak pedulikan sama sekali. Atau mungkin tdk mampu?

Keempat, soal seruan sdr chris senda dlm tulisan itu saya simpatik tetapi buat saya tdk bermoral. Pancasila harus menjadi landaran moral tunggal dan siapapun yg mengoyangnya harus ditumpas. Ideologi 'penyeragaman' ala fpi ditolak, ttp ideologi penyeragaman ala pancasila, dipeluk erat-erat. Ironis, sangat ironis.

Sebenarnya saya ingin bertanya kepada sdr, apa moralitas sdr, berdasar pancasila itu, terhadap seruan pembubaran ormas yg tidak sesuai dengan pancasila dan uud. Tapi karena 'masuk angin' sdr sudah agak 'parah' saya urungkan niat saya itu. Lagi pula pertanyaan yg sama, soal perpajakan itu, sdr tidk jawab, maka sy pun tdk yakin sdr mau menjawab ini.

Begitu saja, semoga sdr lekas 'sembuh' dan selamat berakhir pekan.

Sampai jumpa - nyong kupang

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Pertama, utk pertanyaan "apa moralitas anda". Yg Ama maksudkan tentu moralitas indonesia, bukan? Mk sy mengajukan fakta moral pancasila (Ama cek komentar sy tgl Senin 2 Juni 2008). Utk pertanyaan kedua, sy bkn tdk peduli dg kekurangan yg sdh Ama akui. Makanya pd awal komentar sy tgl 31 mei sdh sy sebutkan "terlepas dr bobotnya, ... dst.". Tp kl Ama minta ikan mk sy kasi jalanya sj, yaitu saran agar Ama bikin ukuran yg jelas agar dpt mjd koridor bg kami para komentator. Sygnya, Ama pamer mental balita dg ngotot minta sy yg menjala ikan buat Ama. Utk hal ketiga yg Ama ajukan, silahkan bc komentar sy tgl 2 Juni (part-2). Problem Pancasila ada pd kegagalan implementasi yg sy potret dr kacamata "CSP". Otomatis CSP ini adalah solusi sy bg perbaikan implementasi Pancasila. Ttg persoalan keempat yg Ama ajukan, itu hak Ama. Hanya komentar sy, tuduhan Ama bhw pancasila adalah moralitas tunggal, jelas tnp dasar. Sy sarankan Ama berikan ukuran2 yg Ama pakai utk memberi cap pancasila spt itu, malah Ama minta sy yg bikin ukurannya. Ini yg sy tolak, krn Ama yg menilai, masak sy yg musti bikin ukuran/indikator penilaiannya? Ini jg mental balita. Maen ngompol aja tnp ada rs tangg jwb utk ganti celana, apalagi musti cuci, jemur, setrika, dll.

Kedua, sy setuju kalo Ama batalkan pertanyaan ttg pendapat Chris Senda kpd saya. Kl Ama lakukan itu, hanya malu2in krn jelas Ama salah alamat. Mengenai perpajakan, itu juga isu yg Ama ajukan di tulisan Ama dan bkn kewajiban sy utk berkomentar ttg hal itu. Aneh jg jk Ama "memaksa" sy utk harus menjawab apa yg Ama tulis. Mnrt sy ini mental balita. Sbg komentator, sy bebas mengomentari bagian mana dr tulisan Ama yg mnrt sy perlu sy komentari. Tp Ama tdk punya hak utk memaksa sy mengomentari semua pertanyaan ato pernyataan yg Ama tulis. Malah apapun yg Ama tulis itu mjd tanggung jwb Ama, kan?

Ketiga, sy senang dg label "masuk angin" yg Ama pake. Kebetulan cocok krn sy mmg suka masuk angin dan selalu minum Tolak Angin. Ama tau kan, jargon dlm iklan tolak angin? "Org pintar, minum tolak angin".

Satu komentar tambahan sy buat Ama, nampaknya Ama kesulitan memainkan peran sbg Penulis dan Komentator. Ama ini Penulis di kolom ini tp lbh byk berlagak sbg komentator. Sm sekali sy tdk melihat tanggjwb sbg Penulis. Pertanyaan dan saran dr komentator spt sy, malah Ama konfrontir ala komentator. Bahkan penyakit lama komentator yaitu tukang kasi stigma negatif mulai keluar lg. Lambat laun sy liat Ama mulai lupa, status Ama di kolom ini adalah Penulis, bukan komentator. Mk itu, bertobatlah, krn BigMike sdh pulang Kupang.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Bigmike, Kemannnnnaaaaaa dikaaaauuu...//Pritha//

Anonim mengatakan...

@wilmana

Berjalan Sampai Ke Batas, Belayar Sampai Ke Pulau. Karena bigmike sudah pulang 'kampung' pasti beliau akan menyimak 'bincang-bincang' kami ini. Biarlah beliau yg menjadi 'hakim.'

Dgn ini saya akhiri komentar saya ttg moralitas kiri-kanan, pancasila, dan tentunya 'masuk angin' sdr. Harapan saya sdr lekas 'sembuh.'

Sekali lagi terima kasih dan sampai berjumpa lagi dilain topik, atau sekiranya bigmike menaruh 'kasih' kepada sdr, maka biarlah dia yg memberi pencerahan ttg etika protestan dan moralitas pancasila ini. Kalau tdk salah, darahnya merah, tulangnya putih, dan didadanya ada pancasila. Mungkin dia mau berbagi 'dada'nya itu.

Terkahir, I swear, rupanya sdr wilmana ini sangat 'kompetitif' sehingga selalu ingin memberi 'the last words.' Saya berpikir kalau saya komentar 'ci...lup...ba' saja, pasti sdr membalasnya. :)

Begitu saja dan salam akhir pekan.


@Pritha

Bersabarlah, dia pasti muncul jua. Salam hangat dari saya.


-nk-

Anonim mengatakan...

@ -nk-

Pertama, ah.. sy gak menyangka Ama bisa jg berputus asa. Pdhl sy tinggal menunggu info dr Ama ttg batasan moralitas yg Ama inginkan, utk segera menyumbangkan sekian byk ide ttg keunggulan moralitas panca sila yang unik dan khas Indonesia. Tentunya tetap dlm batas koridor yg Ama inginkan. Sy "memaksa" Ama utk memberi batasan ttg moralitas, justru krn sbg Penulis, itu adalah tanggjwb Ama, sumber ide diskursus ini. Meski sy bisa mengajukan ukuran2, tp sy toh bukan Ama shg tdk mungkin dpt menyelami dg tepat keinginan Ama ketika menulis ide moralitas di sini. Buktinya, ketika sy coba ajukan ide ttg fakta pancasila indonesia, lgsg Ama kritik bhw pancasila tdk tepat krn sekedar moralitas tunggal. Terus terang sj, menghadapi kritikan Ama thd ide jawaban atas pertanyaan, "apa moralitas anda", siapapun pasti bingung, mengingat ketiadaan ukuran yg jelas dr Ama sbg Penulis. Beda jk sbg Penulis, Ama mengajukan ukuran yg jelas spt BigMike ketika menulis ttg Indonesial. Ukurannya jelas yi, publikasi Foreign Policy. Kita yg mengomentari jg enak krn jelas batasannya. Kalopun ada "counter attack" dr BigMike atas komentar kita, tinggal dikembalikan kpd ukuran yg beliau pakai.

Kedua, sy merasa ada konservatisme USA dlm diri Ama ketika secara tersirat mencoba melarang sy merespon komentar terakhir dr Ama. Tp moga2 sy salah.

Ketiga, mnrt sy boleh sj Ama kasi amanat BigMike utk melanjutkan ide moralitas. Tp seyogyanya dalm bentuk tulisan baru, bkn sekedar sbg komentator spt sy. Moga2 sy sejalan dg Ama dlm hal ini.

Terakhir, rupanya Ama tergolong Pemula dlm menuliskan ide2 brilian di ranah publik. Sy sangat mendungkung dan menghargai itu sbg suatu prestasi yang luar biasa. BigMike sendiri br mulai berani menulis spt ini diusia yg jauh lbh tua dr usia Ama. Hanya, sekedar masukan dr saya. Ama jgn merespon kritik dan saran sbg bentuk ancaman dan penghinaan. Krn dg begitu Ama akan membangun prasangka buruk, lalu scr naluriah merespon kritik dan saran scr keliru. Akhir diskursus kita di sini mungkin dpt mjd bhn refleksi yg baik. Sy sampaikan ini berdasarkan pengalaman pribadi. Br2 ini, sy bermasalah dg seseorang yg cenderung menanggapi usul-saran org lain sebagai bentuk penghinaan. Celakanya org ini jg hanya memiliki the one & only approach dlm merespon apa yg dia anggap sbg penghinaan, yaitu KEKERASAN. Maka keluarlah segala btk caci-maki dan sumpah serampah bak manusia tak beradab.

Krn itu, sy berharap Ama jangan berhenti untuk menuliskan ide-ide Ama yang brilian dan mendatangkan surprise. Sy sbg komentator tentu akan mengkritisi dg usul-saran thd aspek2 yg menurut sy harus Ama luruskan. Kl se-7, monggo ditindaklanjuti. Kalo tidak setuju, mari kita diskusikan.

Selamat bersaksi melalui tulisan bg Penulis baru: Pak -nk-.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

dari bacaan dan semua komentar diatas menunjukkan bhw sebenarnya masih buanyakk... yg peduli ama nasib republik tercinta ini.

Just IMHO, debat dan dalih ataupun dalil itu buat apa? Mau kiri, kanan kek, mau ekstrim atas ato bawah tetap harus dipilih. Karena kalo pas ditengah-tengah terus maka tak akan pernah ada perubahan.

So marilah kita mulai memihak ke Rakyat Kebanyakan. Mereka menanti sedeqah kita, apapun namanya apakah itu blog, waktu (utk ngetik blog), sikap, waktu atopun materi ato apapun.

Anonim mengatakan...

-nk-

ini hanya sekedar saran sa. karmana kalo judul yang diatas "Ke Kiri? ’Nggak Ah, Serem. Ke Kanan? Ogah Ah,...atttuuuuttttt....' di tambah lagi jadi Ke Kiri? ’Nggak Ah, Serem. Ke Kanan? Ogah Ah,...atttuuuuttttt.... silahkan pilih dan laksanakan".

kenapa beta pake tambahan silahkan pilih karena dalam hidup kita selalu dihadapkan pada berbagai pilihan. mau jadi orang bae atau jadi orang jahat, mau seperti anak NKRI atau buka mata untuk liat keadaan Indonesia sekarang??, mau ikut tindakan FPI atau mengutuk FPI?? tinggal pilih sa to..

dan yang terakhir laksanakan yah jelas dari pilihan yang kitong ame harus dilaksanakan. bukan ko setelah memilih kitong lalu diam2 sonde laksanakan apa yang telah dipilih. be gentleman lah terima segala konsekunsi dari pilihan yang kitong ame.

karmana bos???

(nrk)

Anonim mengatakan...

@nrk

Saya setuju, lalu apa pilihan sdr?

-nk-

Anonim mengatakan...

-nk-

secara umum yah beta pasti pilih jadi orang yang bae bukan orang yang jahat, beta lebih pilih jadi orang yang kritis untuk mengkritisi indonesia yang sedang kritis ini (itung sa berapa kali beta bilang "kritis") bukan ko jadi orang yang "terjebak masa lalu seperti -anak NKRI-, beta lebih pilih mengutuk FPI daripada mendukung tindakan anarkis FPI. dan lain sebagainya....

tapi......

point selajutnya tentang "laksanakan" ne yang masih susah na. ingin hati jadi orang bae tapi perbuatan yang beta lakukan lebih mencerminkan orang yang jahat. yah masih banyak perlu belajar..

tapi satu hal yang pasti beta lakukan saat ini yaitu beta pilih untuk bernafas dan melakukannya daripada tidak bernafas sama sekali. he..he

(nrk)