Senin, 30 Maret 2009

doea tanda mata, ataoe lebih, dari sitoe gintoeng

Dear Sahabat Blogger,

Di tengah hiruk pikuknya masa kampanye pemilu, yang ternyata tetap saja nggak ada maju-majunya (mungkin penggemar dian pishesa ya???....aku masih seperti yang dulu.....), tragedi Situ Gintung membetot perhatian kita di Indonesia. "Tsunami kecil" kata sebagian pemberitaan. "Tsunami Air Tawar" kata yang lainnya. Lalu ingatan orang di bawa kembali ke horor tsunami Aceh 2004. Jika di Aceh yang tewas sekitar 100.000 jiwa maka di Situ Gintung yang tewas 100 orang. Nggak seberapa? Ya, jika anda adalah penggemar berat matematika maka terang benderang bahwa 100 lebih kecil dari 100.000. Maka apalah artinya 100 berbanding 100 ribu? Begitukah? Apakah nyawa manusia cukup dikalkulasi secara matematis? Dan karena belum ada satupun manusia yang mampu menciptakan nyawa manusia maka tak bisa lain kecuali ini: KAMI BERDUKA.

Dalam posting-posting lama, saya pernah menggunakan tinjauan filsafat manusia untuk memberikan beberapa ciri manusia sebagai makhluk idup. Dua di antaranya adalah membaca dan belajar. Dua cara ini yang menyebabkan manusia memiliki beberapa daya kognisi (menjadi tahu), afeksi (menjadi lebih bisa merasa) dan psikomotorik (menjadi terampil) dibandingkan dengan makhlk hidup tertentu. Dua cara itu pula yang membuat nalar manusia berkembang dan terus berkembang lalu...wuuiiiihhh.....jadilah manusia sebagai makhluk hidup yang mampu mengatasi makhluk hidup lainnya. Manusia berada pada tingkat yang paling tinggi dalam piramida makan-memakan (bukankah hanya manusia yang bisa memakan rupiah dan dolar sedangkan monyet tidak....xi xi xi xi xi...). Tagal kelebihan-kelebihannya itu, sekaligus ini cilakanya, manusia merasa berkuasa di dalam alam. Sekali lagi membaca dan belajar adalah kado dari Tuhan" untuk manusia yang oleh karenanya (principe d'etre) manusia dapat memenuhi harkat hidupnya. Apa yang saya tulis kali ini adalah tentang kado itu, membaca dan belajar. Apa yang dapat kita baca dari tragedi Situ Gintung? Apa yang dapat kita pelajari dari tragedi tersapunya orang-orang dan benda-benda yang ada di sekitar Situ Gintung ketika waduk ini jebol dan menumpahkan air mautnya?

Jaman dahulu, jadoel, setiap pertemuan penting dua pihak selalu di akhiri dengan saling bertukar simbol kenangan. Cendera mata atau tanda mata. Apa tanda mata dari Situ Gintung untuk kita? Kepala yang lain mungkin dapat mengidentifiikasikan banyak cendera mata tetapi saya cuma punya 2. Dan inilah doea tanda mata dari Situ Gintung.

Tanda m
ata 1: perilaku manusia
Apa yang paling ramai diberitakan di warta-warta tentang Situ Gintung bertalian dengan manusia? Paling pertama adalah jumlah korban. Berapa yang tewas. Berapa yang hilang dan berapa yang cedera dan dirawat di rumah sakit. Berikutnya apa? ceritera dari warga yang selamat. Lantas, apalagi? ceritera tentang operasi pelaksanaan evakuasi korban bencana Di sini saya ingin membuat catatan. Berita di KORAN JAKARTA edisi Sabtu 28 Maret 2009. berbunyi begini:

....proses evakuasi terhambat oleh lalu lalang orang-orang yang datang menonton ......ddddooooohhh........bencana ternyata dapat menjadi obyek wisata karena bencana adalah obyek tontonan.....awesome....
Lalu, ... masih kata berita....di sana-sini bermunculan pedagang-pedagang dadakan yang menjajakan kebutuhan para pengunjung.....ddddooooohhhhh lagi......bencana ternyata juga menciptakan peluang bisnis.....that's great....

Lalu, saya tercenung dan berpikir:...jika bencana makin banyak dan makin sering....sudah barang tentu wisatawan akan semakin banyak. Lalu, uang berputar makin banyak dan lalu....hmmmhhhhh... lumayan....ekonomi Indonesia yang terguncang karena krisis global mendapat salah satu bentuk solusi. Kalau begitu bagaimana jika kita menciptakan makin banyak bencana supaya tercipta BB (Bisnis Bencana). Masuk akal. Logis secara matematis. Tetapi apakah Etis? Inilah soal saya. Inilah tanda mata itu. Apakah menonton bencana tanpa berbuat apa-apa selain menonton lalu menghambat proses evakuasi korban lalu memanfaatkan situasi bencana untuk berbisnis adalah tindakan etis? Saya tidak akan mengulasnya. Andalah yang bertugas untuk itu dan saya tolong diberitahu. Tetapi inilah tanda mata dari Situ Gintung.

Masih tentang tanda mata perilaku manusia. Menurut data dari warta Situ Gintung adalah danau buatan yang dibikin oleh Belanda pada tahun 1932 dan kelar pada tahun 1933. Mengapa itu dibuat? Belanda membuatnya untuk membantu mengelola air permukaan agar tidak terlalu banyak air limpasan yang dapat menjadi beban bencana bagi kota Jakarta. Setelah Merdeka, dan sinyo-sinyo Belanda itu pergi, sampai sekarang Situ Gintung tetap ada seperti apa adanya. Situ Gintung tetap dibiarkan sebagai bangunan Dam .... tanpa dirawat. Di warta dapat dibaca juga bahwa pada tahun 2002 ketika terlihat adanya retakan-retakan, datanglah beberapa orang dari PU lalu periksa sana sini dan lalu ... pergi tak pernah datang lagi. Sementara itu, di sepanjang sempadan waduk, yaitu daerah berjarak 100 - 300 m dari tubuh waduk dan saluran outletnya yang seharusnya berupa ruang terbuka hijau yang padat ditumbuhi vegetasi malah padat ditumbuhi oleh rumah-rumah pemukiman. Bahkan, masih menurut warta, di titik yang seharusnya ada bangunan pintu air yang pernah dibangun oleh Belanda sekarang malah berdiri bangunan rumah. Akibatnya ketika debit air bertambah dan terjadi luberan (overtopping) maka air luberannya ini bergerak lambat dan memberikan waktu yang cukup untuk menggerus atau menimbulkan erosi pada tanggul, yang konon dibuat hanya dari urugan tanah biasa. Tanggul yang tererosi itulah yang menyebabkan "tsunami air tawar" seperti yang telah diberitakan. Lihatlah juga perilaku manusia di sepanjang sempadan outlet air buangan dari Situ Gintung. Dari foto-foto yang ada terlihat bahwa di kiri-kanan outlet selebar 5 meteran itu, penuh ditumbuhi rumah padahal secara teoritis seharusnya daerah itu harus disediakan sebagai daerah sabuk. Ketika ada kebutuhan untuk memperlebar outlet air limpasan maka daerah sabuk yang bebas bangunan akan memudahkan upaya itu. Pertanyaannya adalah siapa yang memberikan ijin mendirikan bangunan di kiri-kanan outlet itu? Pahamkah masyarakat dan pemberi ijin akan konsekuensi-konsekuensi ekologis dan teknis dari hadirnya pemukiman di dekat waduk? Legal tidak bangunan-bangunan itu?

Ada pendapat yang saya kutip dari berita-berita bahwa sebaiknya warga di situ dipindahkan. Memindahkan warga dan membongkar rumah warga? Waaaaaaaaoooooowwwwww........yang berpikir demikian harap bersiap dengan berjuta persoalan baru. Ganti rugi yang tidak masuk akal. HAM-lah. Korupsilah.....pokoknya bakal ketiban bejibun dan seabrek-abrek persoalan yang menhgabiskan banyak energi. Lalu, ini salah satu ciri khas bangsa kita, semua dibiarkan seperti apa adanya saja. Semua semau-mau. Semua orang, semua pihak dan semua hal dibiarkan berlangsung semau-maunya sendiri.......preketeeeeekkkkkk.....mblegedhesssss......

So, jika demikian ketidak perduliannya maka seharusnya semua saja maklum ketika Situ Gintung dan air simpanannya juga bertindak semau-maunya sendiri untuk jebol dan tumpahan airnya melanda habis semua yang dilaluinya Pertanyaannya adalah: "apakah etis tindakan tidak merawat waduk selama berpuluh tahun, membangun pemukiman semau-maunya di sepanjang sempadan waduk dan outlet air, serta penutupan beberapa pintu perlolosan air. Sekali lagi, etiskah perilaku demikian? Sekali lagi, anda tolong merenungkannya dan sesudah itu harap saya juga dibagi hasil perenungan itu. Tetapi apapun juga, inilah tanda mata 1.

Tanda Mata 2: belajarlah mengelola alam
Setelah bencana terjadi dan Situ Gintung menjadi kering maka diskusi teknisnya adalah apakah Situ Gintung dibiarkan kering selamanya ataukah waduk tersebut perlu dibangun kembali. Seorang blogger tangguh di http://www.rovicky.wordpress.com setelah mengulas berbagai alasan geologis dengan sangat memukau menyimpulkan bahwa "keringkan saja danau ini dan jangan dibendung lagi"....wwwwhooooopppsssssss.....Di lain pihak, sebagaimana dikutip oleh www.kompas.com, seorang pengamat perkotaan Nirwono Joga mengatakan bahwa "Situ Gintung penting bagi Jakarta" karena jasanya sebagai pengendali banjir bagi Jakarta Selatan. Lha, lantas yang mana yang kita pilih? Jujur saja, saya tidak berpretensi mengusulkan apa-apa dan bahkan menurut hemat saya inilah kado kedua dari Situ Gintung untuk kita semua. Bacalah tanda-tanda (manusia adalah pembaca simbol kata Louis Leahy) dan lalu, belajarlah. Setelah itu ambil keputusan dengan tepat. Mau diapakan Situ Gintung pasca bencana. Bekerja di dalam alam, memanfaatkan dan mengelolanya tidaklah dapat dilakukan sambil lewat apalagi dilakukan tanpa memahami apa-apa. Ingatlah ini: di luar anda, terdapat alam dan hukum-hukumnya tersendiri yang jika anda mengabaikannya maka anda akan "dihukumnya". Tarushah sedikit respek kepada alam. Bukan hanya wanita, alampun butuh untuk dimengerti. Bagaimana memahami alam? Bacalah dan belajarlah. Sekarang juga jangan ditunda.

Lalu, apa sebenarnya saran saya? Saya ingi ikut urun pendapat tetapi ada 2 kendala besar, yaitu saya bukanlah ahli geologi atau ahi tata kota. Saya cuma sedikit punya tahu (tempe juga ada di meja makan he he he) tentang hutan dan hidrologi hutan. Saya juga kadang-kadang berbicara tentang kronika daerah tangkapan air dalam konteks pengelolan daerah aliran sungai karena saya adalah ketua Forum DAS NTT. Ya cuma itu dan tak tega daku mempermalukan diriku sendiri dengan usulan yang ngawur ...cieeeeeeehhhh....Kendala lain adalah, saya tidak memiliki data yang lebih lengkap dan komprehensif tentang kondisi Situ Gintung kecuali data-data di surat kabar dan gambar peta dari Mister Google. Tetapi biar kentara sedang belajar maka saya beranikan diri juga untuk membuat sedikit catatan. Sekaligus inilah tanda mata dari saya. Begini:

Dam kecil buatan seperti Situ Gintung yang berupa tubuh air hasil perangkap air permukaan adalah hal yang jamak bagi kami di NTT yang kering dengan struktur tanah yang bersifat tanah kartz. Di NTT, sejak awal tahun 1980-an banyak dibangun dam-dam air penampung kecil yang disebut sebagai embung. Banyak di antara embung itu yang sebenarnya tidak ideal menurut struktur geologinya tetapi hanya itu caranya untuk menyiapkan cadangan air bagi penduduk di masa kemarau yang bisa berlangsung 6-7 bulan. Maksud saya, danau buatan seperti Situ Gintung wajar ada jika alasannya kuat. Apakah Situ Gintung harus ada yang oleh karenanya (principe d'etre) keadaan bisa lebih buruk jika tidak ada? Jikalau jawabannya adalah YA maka pilihannya adalah lakukanlah konservasi terhadap Situ Gintung.

Kata konservasi amat penting karena jika Situ Gintung dipertahankan maka hanya ada satu alasannya yaitu sebagai daerah upstream atau daerah tangkapan air dengan aneka fungsinya. Jika begitu maka UU No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air mengamanatkan bahwa daerah upstream adalah daerah konservasi. Maka pilihan cuma 1: tegakkan semua kaidah-kaidah konservasi tanpa syarat. Maka, bangunan waduk harus dibangun berdasarkan prinsip-prinsip sipil keteknikan yang tepat dan akurat. Maka, perawatan yang reguler harus dilakukan. Maka, ruang terbuka hijau di sekitar waduk, outlet air dan sempadan wajib diadakan. Jika untuk itu hutan kota harus didirikan ya lakukanlah. Maka, pemukiman di sepanjang sempadan waduk dan outletnya tidak boleh ada. Maka, pengelolaan daerah upstream, transportasi dan downstream, yang bila perlu melibatkan pihak pengelola sungai Pesanggrahan. Pengelolaan ini harus bersifat terpadu dan didasarkan atas prinsip-prinsip eksternalities: lintas wilayah adminsitrasi, lintas sektoral dan lintas bidang ilmu. Maka, insentif dan disinsentif perlu dipikirkan. Jasa lingkungan bagi yang memelihara ekosistem adalah perlu. Tegakan hukum seadil-adilnya tanpa pandang bulu sekalipun penduduknya botak nggak punya rambut. Relokasi penduduk? Apa boleh buat jika hal itu memang suatu keharusan.

Dalam ilmu pengelolan bencana dikatakan bahwa resiko bencana = bahaya x kerentanan x ketidakmampuan. Anda lihat bahwa ketidakmampuan adalah faktor determinan yang dapat mereduksi kerentanan dan bahaya yang pada ujungnya akan mereduksi resiko bencana. Memanfaatkan alam, apakah itu di Situ Gintung ataupun dimana saja tak pernah lepas dari resiko dan semua tentang mengelola alam secara cermat adalah bagaimana hidup berdampingan secara damai dengan resiko bencana. Bagimana cara agar memiliki kemampuan dalam mengelola alam dan sekaligus mengurangi resiko bencana? Tak lain dan tak bukan: BACALAH DAN BELAJARLAH. Inilah sejatinya 2 tanda mata yang diberikan oleh Allah lewat tragedi Situ Gintung.

Kita tidak bisa bernegosiasi, dan sebaiknya tidak berpikir untuk melakukan discount tentang pentingnya, belajar mengelola alam guna mereduksi resiko bencana jika Situ Gintung ingin tetap dipertahankan. Saudaraku, ingatlah bahwa di hari Jumat pagi buta, pada tanggal 27 Maret 2009, Situ Gintung dan air yang ada di dalamnya tidak bernegosiasi dengan siapapun ketika mereka memutuskan untuk jebol dan mengirimkan "tsunami air tawar" yang mematikan itu. Anda maoe tanda mata seperti itoe? Saya memoetoeskan TIDAK.

Tapi saya berharap anda soeka dengan doea tanda mata dari saya berikoet ini:


Tabe Tua
n Tabe Puan

146 komentar:

Anonim mengatakan...

Sdih Banget ! Banyak yang kehilangan Nyawa sia2! Saya juga kehilangan tempat mancing favorit!

Anonim mengatakan...

Eh sory!! diatas ini saya!

(Budhi Suto)

mikerk mengatakan...

Dear all,

Posting baru sudah saya lakukan tetapi tidak seprti janji saya untu memposting artikel kiriman Pak Lakers tetapi artikel saya sedniri. Penyebabnya adalah naskah asli dari pak Lakers masih memerlukan beberapa referensi tambahan sebelum layak posting. Untuk itu saya masih harus meminta pak Lakers menambah beberapa referensi. Mohon dimaafkan dan selamat menikmati postingan baru dari saya ini

mikerk mengatakan...

" BERITA KEPADA KAWAN"
(Ebiet G Ade)

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang, engkau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering berbatuan

Tubuh ku terguncang di hempas batu jalanan
Hati tergetar menampak kering rerumputan
Perjalan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia ku tanya "Mengapa?"
Bapak ibunya telah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut ku khabarkan semuanya
Kepada karang, kepada ombak, kepada matahari
Tetapi semua diam, tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit

Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang

mikerk mengatakan...

sumbr gambar: www.panoramio.com, google earth, www.kompas.com

HASTu W mengatakan...

yeah, beginilah bedanya dosen ma tukang tilpun.
kalo dosen yg penting BACALAH & BELAJARLAH biar bisa lulus dg IPK setinggi-tingginya, lah kalo saia sih yg penting PRAKTEKNYA bro, biar bisa masang tilpun secepet-cepetnya n sebanyak-banyaknya.
hehe...

Slamat soree...

mikerk mengatakan...

ha ha ha ha....mas HASTU....menurut how-nya, gimana mau masang telepon kalo nggak belajar dan baca dulu...ntar yang dipasang bukan teleponn malah KELEPON kan? Bisa KEJEPIT pelanggan ntar ...KEna JEwer PersIs di Telinga hua ha ha ha ha ha....Tabe Sore Tuan

HASTu W mengatakan...

@Budi Sutho
ya gini nih, klo orang2 kek kang Budi Sutho udah terlalu pada sibuuuuk... so dah luammaaa.... ga sempet kesana bikin Nyi Mas Melati kuangeeeen....

But koz bikoz mrk ga nyadar2 juga klo gi dikangenin, ya marahlah Nyi Mas Melati ...

Jangan lupa sajennya yaa... biar ga ada tumbal2 manusia lagi. Maunya enaknya aja mancing, tapi kok ga mau ngasih sajen so far.

Unknown mengatakan...

Hallo met sore,

Wah, gw ketagian ke sini nih...ketemu lagi ya....

Emang ini masalah kita....bencana berulang-ulang tapi kita ga mau enggan membaca dan belajar supaya ga berulang....nah setelaha situ gintung baru PU buru mengecek 129 situ yang ada di jawa barat...ga tau gimana kondisi di NTT...abang gw yang pernah ke NTT pernih ceritera bahwa NTT gersangnya banget-banget...gimana kondisi situnya? kita ga tau karena emang ga pernah dipantau....

Memalukna dan menyedihkan...

Turut berduka cita dech...

Unknown mengatakan...

Nih gw kutip berita barusan ajah di detinews.com.....orang berdagang di lokasi bencana....

Pedagang Jajanan Ramai-ramai Mengadu Untung di Situ Gintung

Jakarta - Keramaian di Situ Gintung juga menerbitkan peluang bagi pedagang jajanan. Mereka berbondong-bondong menggelar dagangan untuk memperoleh tambahan rejeki. Namun untung yang diraup kali ini mulai turun.

Pembatasan akses masuk bagi warga menuju lokasi bencana Situ Gintung, Tangerang Selatan, yang menjadi penyebabnya. Belasan pedagang jajanan yang membawa dagangan ke sana mengaku mengalami penurunan omset yang drastis bila dibandingkan akhir pekan lalu.

"Saya baru dapat Rp 30 ribu, kemarin jam segini sudah dapat Rp 70 ribu," keluh Udi, seorang penjaja ice cream keliling.

"Kemarin di sini ramai, tapi sekarang nggak. Saya baru dapat Rp 50 ribu, mudah-mudahan nanti sore ramai. Biasanya bisa dapat Rp 150 ribu," harap Kadir, seorang penjual susu murni.

Udi dan Kadir adalah dua dari belasan pedangan asongan yang beroperasi di dekat titik jebolnya tanggul Situ Gintung. Mereka berkeliling menjajakan dagangannya kepada anggota tim SAR yang sedang beristirahat dan warga yang menonton berlangsungnya evakuasi.

Ramainya warga yang datang menonton evakuasi dan banyaknya tim evakuasi, menarik minat mereka ini menjajal peruntungan. Dua pemuda yang sehari-hari berjualan di sekitar terminal Lebak Bulus mengaku sudah mengalihkan sementara 'daerah operasi' ke Situ Gintung.

Yenni yang menjajan es cendol tidak seberuntung Udi dan Kadir. Baru pagi tadi wanita muda ini mengadu untung di Situ Gintung dan ternyata peruntungannya kurang memuaskan. Namun rupanya dia tidak terlalu kecewa.

"Mungkin belum rejeki saya. Tapi yang penting penasaran saya hilang karena sudah lihat lokasi. Semoga nanti sore lebih ramai," harapnya.

Tiga orang ini termasuk beruntung bisa berkeliling menjajakan dagangan di tengah kesibukan tim SAR dan penonton yang ingin tahu. Ada belasan lagi pedagang jajanan yang dilarang masuk lokasi karena dikhawatirkan mengganggu proses evakuasi seperti pejual bakso, siomay, mie ayam dan sate padang.

mo blang apa kita sekarang?????

mikerk mengatakan...

Howdy mbak Anna,

Selamat sore, salam kenal dan terima kasih udah ke sini dan ngasi komen. Saya pribadi juga bingung apakah berdagang dan menonton bencana adalah tindakan etis? BTW, nice to read u mam. Tabe Puan

mikerk mengatakan...

Oh iya mas Budhi,,,tuh ada "tuduhan" dari mas HASTU bahwa mancing ke situ gintung ngga pake menyan jadinya begitulah....ha ha ha ha ha

Sekarang off dulu..

HASTu W mengatakan...

@BM
hah?? mo masang telepon kok keliru kelepon
hhhhh.... yucyuuu skalee.....

mo balik dolo y
hhh.....

Unknown mengatakan...

@ Bigmike,

Nah gitu dong...postingnya bahan yang fresh dong. Kita2 jadi semangat membacanya. ha ha ha ha. Lagian materi posting kali ini asik banget dibaca....doea tanda mata.....membaca dan belajar....i love u dech...

Unknown mengatakan...

Saya kira masalah kita adalah manajemen bencana yang masih rada ngawur....dah dihajar bencana parah semenak 2004 tsunami aceh trus gemap jogja lumpur lapindo...kita masih terus beginiiiii saja....bangsa yg ngga mau belajar kali ya?????

Trus yg juga memalukan dan memuakkan adalah politisi kita yang masih tega tebar pesona di lokasi bencana....what's going on bangsaku ni?????????

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Wah posting yang bagus. Asik dibaca dan mengejutkan.

Saya tertarik mengulas tentang perilaku sikap semua gue yang diidap bangsa kita ini.

Dalam psikologi perkembangan anak-anak dikenal istilah Negativistic & Tantrum yaitu sikap anak-anak yang amat negatif, semau gue, tidak mau diatur, keras kepala, di sisi lain suka merajuk, mudah mengamuk dan emosional. Tetapi ciri ini adalah ciri khas perkembangan anak-anak di antara usia 2 - 5 tahun.

Ketika sifat ini diidap oleh rata-rata amanusia Indonesia dewasa maka apakah kita akan menyebutkan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang kekanak-kanakan dan tidak berkembang mental psikologinya? Sayapun ak tahu (Wied)

Anonim mengatakan...

Oh ya, apapun gremetan kita tapi rasanya kita tetap harus menundukan kepala tanda ikut berduka cita (Wied)

Anonim mengatakan...

Selamat sore Pak Mike,

Senang membaca posting baru dari pak Mike. Sudah bali dari Jakarta? Saya mau tanya pak, apa itu upstream dan downstream? Dalam kuliah di Fapet Pak tidak pernah menguraikan istilah-istilah ini (Sonny)

Anonim mengatakan...

dear all,

cobalah simak berita yang gw kutip dari inilah.com. Dibaca dan nggak usah ditafsir macam2 dech...

Politik
30/03/2009 - 10:44
SBY=Bencana, Bukan Mistik Tapi Fakta
(Raden Trimutia Hatta)

INILAH.COM, Jakarta - Entah berhubungan atau tidak, sejak SBY terpilih sebagai Presiden RI, ada saja bencana yang menimpa Indonesia. Di awal pemerintahan terjadi tsunami di Aceh, di akhir pemerintahan ada tsunami kecil di Situ Gintung.

Banyaknya bencana di masa pemerintahan SBY sempat menjadi bisik-bisik klenik. SBY dikatakan banyak paranormal tidak bersahabat dengan alam, sehingga Indonesia kerap ditimpa bencana. Mulai dari tsunami, gempa, banjir, dan bencana alam lainnya.

"Tidak usah nebak-nebak. Terlepas itu mistik atau klenik, yang pasti faktanya kalau SBY yang memimpin akan selalu ada bencana yang menimpa negeri ini," kata Permadi yang dikenal sebagai paranormal Jawa kepada INILAH.COM di Jakarta, Senin (30/3).

Anonim mengatakan...

Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra ini mengatakan, berdasarkan buku berjudul 'Bencana Bersama SBY' yang ditulis budayawan Betawi Ridwan Saidi, ada ratusan bencana yang menimpa Indonesia sepanjang kepemimpinan SBY.

"Enggak usah diterawang, itu sudah jelas sebagai bukti bahwa sepanjang pemerintahan SBY bencana datang," ujarnya.

Bencana yang terjadi sepanjang kepemimpinan SBY diawali dengan terjadinya kecelakaan tabrakan beruntun di tol Jagorawi November 2004 lalu. Dalam insiden itu tercatat sebanyak 6 mobil bertabrakan yang menewaskan 6 orang dan 10 orang luka-luka. Kemudian terjadi juga gempa yang menimbulkan tsunami di Aceh, hilangnya pesawat AdamAir, gempa Yogyakarta, hingga jebolnya tanggul Situ Gintung di akhir-akhir kepemimpinan SBY.

"Kalau orang Jawa melihat itu sebagai sebuah pertanda yang kurang baik. Tanpa perlu saya jelaskan kurang baiknya seperti apa sudah dibuktikan oleh bencana-bencana yang datang selama lima tahun kepemimpinan SBY," imbuhnya. [mut/ana]

yeach...anda masi maoe presiden ni? gw poetoeskan tidak (Taufik07)

Anonim mengatakan...

@ Taufik07,

Taufik Kiemas ya???? wkwkwkwkwk....yg bener ajah bosz....

Nih gw jg ngutip dari inilah.com


Politik
30/03/2009 - 09:06
Ki Joko Bodo: SBY Tak Akan Lanjut!
Firmansyah Abde

NILAH.COM, Jakarta – Sejumlah bencana besar seringkali terjadi, bahkan secara beruntun di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini, dinilai paranormal Ki Joko Bodo sebagai tanda bahwa alam tak merestuinya. Ia bahkan meyakini, SBY tidak akan menjabat lagi untuk periode 2009-2014.

"Sebenarnya, cuaca bisa dikaitkan dengan kondisi alam saat dia memerintah. Misalnya bencana, cuaca yang tidak bersahabat saat orang terkait datang kesuatu tempat atau acara. Namun, banyak orang yang tidak mempercayai sisi mistik itu,'' kata Ki Joko Bodo, saat berbincang dengan INILAH.COM, di Jakarta, Senin (30/3).

Apabila diartikan dengan kekuatan mistik, kata Ki Joko, antara alam dengan pemimpinnya akan saling mempengaruhi. Misalnya saja, kenapa saat SBY memerintah, Indonesia terus dilanda musibah.

Anonim mengatakan...

Di antaranya, tsunami di Aceh, gempa bumi dan gunung meletus di berbagai tempat, dan yang terakhir adalah tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung. "Walaupun saya bilang ya. Bahwa memang ada hubungannya antara alam dengan pemimpin. Bahwa SBY itu tak lekang oleh bencana. Makanya saya bilang, SBY tak akan lanjut memimpin dua kali," ujarnya.

Walaupun masih masih terkait kondisi alam, Ki Joko membatasi masalah cuaca yang menurutnya tidak berhubungan dengan pengaruh atas politik. Ia kemudian membandingkan cuaca yang terjadi saat SBY dan JK berkampanye bagi partainya masing-masing di tempat yang sama dengan waktu berbeda.

"Jadi jelas kalau cuaca, jangan dikaitkan dengan mistik yang dimiliki salah satu pemimpin. Melainkan siapakah pihak yang memiliki kantong tebal untuk mengarahkan hujan. Hanya sedeikit kaitannya dengan pemimpin," tutupnya. [fir/nuz]

Nah, percaya yg ginian????? hareeee geneeeeee....wkwkwkwk...(Nana)

Anonim mengatakan...

mungkin agak ngawur dan kalo dibaca tuan anak knri akan marah dia....apa sebab bangsa kita seperti ini?.....coz kita bangsa koeli...(bm pernah ngeposting ini)...lho apa hubungannya?

Pledoi Soekarno Indonesia Menggugat mencoba menjelaskan bahwa memang imperialisme Belanda membutuhkan bangsa Indonesia yang bodoh agar bisa diperlakukan sebagai kuli yang percaya bahwa hanya bangsa kulit putih yang mampu berbuat benar.

Dalam perjalanannya, bangsa Indonesia seolah terjebak pada situasi self fulfilling prophecy, ramalan atau kutukan yang menjadi kenyataan. Menurut Hatta, seperti dikutip menantunya, Sri-Edi Swasono, stigma sebagai bangsa kuli yang inferior seolah dipercaya memang sudah suratan takdir oleh bangsa Indonesia sendiri dan hal ini dinilai Hatta sebagai ”kerusakan sosial” akibat penindasan VOC, cultuurstelsel, dan kebengisan dalam pelaksanaan Agrarische Wet 1870.

Anonim mengatakan...

ada 3 hal di situ:

1. bangsa kul adalah bangsa bodoh. Indonesia bodoh? saya pikir tidak tetapi coba lihat tujuan sistem pendidikan di Indonesia sesuai UU sisdiknas:...pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang tinggi iman dan taqwa. Lho kok bukan tinggi iptek? Di situlah bodohnya kita. Dipikirnya dengan sembahyang lalu...wuuzzz....wuzzz...kita jadi pandai. Urusan di situ gintung memperlihatkan betapa bodohnya kita.

2. bangsa kuli adalah bangsa yang inferior. Nah, bendungan dari jaman belanda kok nggak ditengok-tengok. Dipikirnya karena yag membuat itu belnda lalu aman sampai kiamat? tapi itulah ciri bangsa yang inferior. Bangsa kuli.

3. Mengalami kerusakan sosial. Manusia menonton bencana, pedagang mengambil kesempatan....dan untung saja si dukun ponari nggak diajak ke situ gintung untuk mengobat orang pengungsi di sana. Kepekaan sosial kita memang parah. Parah. Tapi itulah ciri bangsa kuli.

Kali ini saya menantang anak nkri untuk mengulas komentar saya (Ghentenx, SYDN)

Anonim mengatakan...

@ BM, lagunya diganti yang lainnya. Berita kepada kawan dari cah jogja tuh sudah terlalu biasa (Ghentenx)

Anonim mengatakan...

woiiii kang mas Ghentenx,

emosi ni yeeeee....ha ha ha ha ha....iya juga tuh...mana akan nkri...kasi tanggapan tuh...

tapi nih kang w kutipin berita si plewak ulfa dongkol ke parpol yang kampanye terselubung di lokasi bencana....memalukan...

Ulfa: Jangan Kampanye Tersulubung di Situ Gintung

Jakarta Komedian Ulfa Dwiyanti mendatangi kawasan Situ Gintung untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Dalam kunjungannya Ulfa sempat mengungkapkan rasa kesalnya pada sejumlah partai yang melakukan kampanye terselubung pada korban bencana.

"Partai-partai itu sudah nggak penting lah. Nggak perlu kampanye terselubung gitu. Yang penting itu kan sekarang kemanusiaannya," tukas Ulfa saat ditemui di Masjid At-Taqwa, Situ Gintung, Cirendeu, Tangerang, Selasa (31/3/2009).

Anonim mengatakan...

Sebagai bentuk kepeduliannya, Ulfa pun memberikan bantuan berupa uang yang jumlahnya dirahasiakan. Ia memilih memberikan uang karena menurutnya bantuan makanan sudah pasti berlimpah.

"Ini kan lokasinya di tengah kota. Indomie juga sudah banyak banget. Yang penting itu justru mereka butuh kompor dan gasnya," kata mantan presenter 'Sahur Kita' itu.

Setelah memberikan bantuan, Ulfa melihat-lihat lokasi Situ Gintung yang kini telah berubah 180 derajat. Sebenarnya ia berniat datang sejak beberapa waktu lalu. Namun setelah melihat di berbagai pemberitaan banyak juga masyarakat datang, ia pun memundurkan rencananya.

Usai melihat sendiri bagaimana keadaan Situ Gintung, Ulfa pun terkenang masa saat ia merayakan salah satu ulang tahunnya di tempat tersebut. "Aku sempat duduk di samping danaunya," jelas Ulfa.

Menurut Ulfa tragedi Situ Gintung ini merupakan petunjuk dari Tuhan karena tempat wisata tersebut sudah disalahgunakan untuk hal yang negatif. "Soalnya setahu saya Situ Gintung sudah jadi tempat wisata 'yang lain.' Ini kan berarti petunjuk dari Allah," tandasnya.

Anonim mengatakan...

nah perjatikan "sindiran" teh ulfa tuh....

.....menurut Ulfa tragedi Situ Gintung ini merupakan petunjuk dari Tuhan karena tempat wisata tersebut sudah disalahgunakan untuk hal yang negatif. "Soalnya setahu saya Situ Gintung sudah jadi tempat wisata 'yang lain.' Ini kan berarti petunjuk dari Allah," tandasnya....

hayoooo siapa nyang tau wisata apa tuh????? wkwkwkwkwkwk....(Ryan)

Anonim mengatakan...

eeeelah ada mas ryan toh...gak ke pengadilan mutilasi he he he he..sorry just kidding.....

hmhmmmm...parpol memang kelakuannya memuakkan...ha ha ha ha...

trus wisata apa??? ah mas ryan jangan kura kura dalam perahu gitu dong....ha ha ha ha....(Ghentenx)

Anonim mengatakan...

wwooiiiii kang mas......wisatanya adalah wisata ....wwwwwrrrrrrr.....wkkwkwkwkwkwk....(Ryan)

Anonim mengatakan...

setuju ma BM...jadikan situ gintung daerah onservasi...relokasi penduduk...apapun juga alasannya...(PM)

poempuisi mengatakan...

"Turut Berduka"

Lagi-lagi terhenyak..
Hanya dalam sekejap
Air yang semula sangat bersahabat, menggulung segalanya
Aku tak ingin membahas kenapa..
Sudah terlalu banyak air mata hingga mengering
Juga tangis lirih hingga yang tak lagi bisa bersuara
Larut dalam kesedihan, kehilangan, keputusasaan
Aku hanya ekspresikan sebagian rasa yang berkecamuk
Masih dalam suasana keprihatinan dan duka yang dalam

poempuisi mengatakan...

Makna sebuah titipan
by rendra

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,


kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

Anonim mengatakan...

2 tanda mata itu adalah:
1. ketidak perdulian pemerintah;
2. kebodohan masyarakat di sekitar situ gintung yang merusak areal waduk

(13)

Anonim mengatakan...

Ghentenx,

1) Indonesia adalah bangsa kuli, inferior dan rusak sosial.
2) Ghentenx org indonesia.
3) Ghentex adalah kuli, inferior dan rusak sosial.

saran saya, sesama kuli jangan saling mendahuluilah.

(anonim)

Anonim mengatakan...

@ anonim,

Eh, saya tuinggu anak NKRI malah yg dateng anonim. Nggak apa-apa lah. Tapi anak nkri kayaknya lebih gentle deh....yg ini mau komen kok pake nama anonim....1 lagi ditambah tuh sifat bangsa...pengecut...contohnya ya si anonim itu ...wkwkwkwkwk...

lalu, mau diskusi bawa-bawa hukum asosiatif matematika....masalah sosial pake logika sosial dong...dasar katrok.....

Tapi tak apalah, kalo ikut silogisme anonim, saya termasuk inferior dst...dst...ya tak apalah...resiko...tapi konsekuensinya...anonim juga dong????...wkwkwkwkwk...contoh inferiornya si anonim ya, pake nama anonim itulah.....wkwkwkwk...

tapi, sapa tau anonim cerdasnya cukup...coba ulas argumen saya yang saya refers to Bung Karno, Sri Edie.....sapa tau anonim pandai...sapa tau...wkwkwkwk....(Ghentenx)

Anonim mengatakan...

hoooiiii anak nkri...kemana dikau sobaaaaaaaatttt????? (Ghentenx, SYDN)

mikerk mengatakan...

Howdy, selamat malam sahabat blogger,

hampir tidur, sempatkan diri mengintip blog. Wah, terima kasih banyak kepada sahabat blogger yang telah menyempatkan diri mengintip blog dan memberi komentar. Thanx. GBU

mikerk mengatakan...

oh ya kemarin, saya lupa memberitahukan bahwa salah satu sumber referensi saya adalah http://bataviase.wordpress.com. (maaf ya.....terlewat). Dari situ ini saya mendapat informasi bahwa dahulu situ gintung adalah daerah persawahan yang dikonversi menjadi situ dengan tujuan pengendalian banjir.

Nah, kutipan lengkapnya saya sertakan berikut ini

mikerk mengatakan...

Ketika Jan Pieterszoon Coen pada 1619 mengambil alih Jayakarta, istana Pangeran Jayakarta dan mesjidnya dirubuhkan lalu dibangun Batavia.
Desainnya dibuat oleh Simon Stevin, perancang kota-kota dan kanal Belanda. Kini banyak yang tertimbun, tersisa Kanal Ancol, Kalibesar, Mukervaart, Kali Item, Sentiong dan Krukut yang dibangun pada 1647.
Dulu Batavia dan kanalnya dipuja puji di Eropa dengan berbagai julukan: Kota Surga Abadi; Kota Paling Nikmat di Hindia; Sang Ratu Timur.
Banjir besar tercatat pada tahun-tahun 1671, 1699, 1711, 1714, dan 1854
1728 – 1778 dibangun sistem drainase dengan pintu air (kini sudah hilang) dan bendungan (Katulampa dan Empang) untuk mengendalikan air ke Batavia melalui kanal Kali Baru Timur dan Barat.
Namun ketika populasi meningkat, kanal menjadi sumber polusi dan malaria, Batavia pun mulai tak nyaman, dan mendapat julukan baru: Kuburan Belanda. Daendels merintis exodus ke Weltevreden (Departemen Keuangan, Lapangan Banteng) pada 1809. Kastil Batavia dan tembok kota dihancurkan untuk bahan bangunan istana baru. Daerah Kota pun bebas dihuni Indo, Cina, dan Mardijkers (budak-budak merdeka).
1845 dibangun kanal di Grogol, Kali Karang, Ciliwung dan Gunung Sahari. Beberapa area persawahan diubah menjadi situ, seperti Situ Gintung di Ciputat.
Untuk penggelontoran air di musim kemarau, dibangun Banjir Kanal Barat dan Pintu Air Manggarai pada 1918 – 1922. [dari berbagai sumber]

mikerk mengatakan...

So, Belanda dahulu kala membangun dengan perencanaan yang baik. Sekarang kok malah semakin amburadul. Jikalau sahabat menanyakan kepada saya, kota mana yang saya enggan untuk tinggal menetap...tak ragu lagi akan saya jawab...JAKARTA....macet, semrawut, ..pokoknya enggak nyaman. Siapa yang salah? Cobalah sahabat yang paham tolong dibahas dari aspek good governance.

Anonim mengatakan...

@gentenx
lalu, mau diskusi bawa-bawa hukum asosiatif matematika....masalah sosial pake logika sosial dong...dasar katrok.....

ha ha ha dasar mas genthenx, masa model jenis hubungan yang dibangun yang disampaikan anonim sama juga yang dikenal pada masalah sosial. adoh adoh mas genthenx hati2 atuh, nanti senjata bisa makan tuannya.

mikerk mengatakan...

oh ya, saya menambahkan 1 buah lagu dari ebiet g ade. Nuansanya kena dan biar pas: doea tanda mata...

berikut liriknya:

"rembulan menangis"

Rembulan menangis
di serambi malam ho..
Intan buah hatimu dicabik tangan-tangan serigala
Bintang-bintang muram,
beku dalam luka ho..
Untukmu saudaraku kami semua turut berduka
Lolong burung malam di rimba ho
melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
duka kami remuk di dada
Doa kami bersama-sama untukmu, untukmu
Angin pun menjerit
badai bergemuruh ho..
Semuanya marah
hanya iblis terbahak, bersorak
Lolong burung malam di rimba ho
melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
duka kami remuk di dada
Doa kami bersama-sama untukmu
Lolong burung malam di rimba ho
melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
duka kami remuk di dada
Doa kami bersama-sama untukmu
untukmu, untukmu, untukmu, untukmu

Anonim mengatakan...

weladhalaaaaaaahhhh BM, ngikutin saran saya ya soal lagu....ya lah "rembulan menangis" bisa ditafsir juga ke penderitaan di situ gintung...siiiiipppp....ueeaaannnn thueeenaaaannn....(Ghentenx)

Anonim mengatakan...

Trus, ealaaaaaahh, ada komen dari....who are you....kok endak pake nama? ...walaaaaahhh...katrok meneeeeeh....udah komen aja tantanagn saya untuk mister anonim....iso mbaca toh mas ora kanggo nama????? wkwkwkwkwk...(Ghentenx)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Waduh dua lagu itu sangat pas dengan nuansa tulisan. Syair dan harmoni dari ebiet memang hebat. Thanx sudah memuta doea tanda mata sekaligus (Eman, CN, TDM)

Anonim mengatakan...

Saya tertarik untuk memberikan komentar hubungan antara konsep good governance dengan tragedi situ gintung:

Aktor-aktor di dalam pelaksanaan GG adalah pemerintah yang dipilih rakyat lalu mengatur rakyat dan negara, masyarakat yang melakukan interaksi sesama mereka dan swasta/pasar sebagai investor. Apa yang terjadi di situ gintung adalah:

1. pemerintah yang abai. Bagi saya, sikap masa bodoh pemerintah selama 76 tahun umur situ gintung = kekerasan terhadap warganya sendiri. Pemerintah tidak berpersan sebagaimana mestinya.

2. masyarakat yang seenaknya sendiri mengokupasi lahan penyangga situ gintung. Saya heran adan sorang da'i terkenal yang amat bangga berceritera bahwa ada masjid yang tidak roboh diterjang air bah. Apakah si jefri al buharie itu tida malu bahwa masjid itu didirikan melanggar aturan?.

3. Swasta. Saya sekeluarga pernah berwisata ke situ gintng pada tahun 2007. Ada tempat pemancingan yang tidak jelas bagaimana pengaturannya. Di bagian barat waduk ada beberapa rumah yang kami diberitahu bahwa di sana tersedia bisnis "ehek-ehek". Bagimana ini? Sasta yang hanya mau ambil untung dan melanggar aturan.

Oleh karena itu, usul saya relokasi semua pemukiman dan biarkan situ gintung sebagai daerah konservasi air untuk mengendalikan banjir bagi kawasan jakarta selatan.

(Eman, CN, TDM)

angin-angkasa mengatakan...

@ Bigmike,

Lagu "rembulan menangis" kek nya lebih mengetarkan deh.....thanx

angin-angkasa mengatakan...

ini kata UU N0. 7/2004 tentang Sumber Daya Air:

BAB I pasal 1 butir 7

Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air

pertanyaan: pemerintah memantau, mengevaluasi enggak? Masyarakat tau bahwa Situ Gintung tergolong daerah konservasi SDA nggak? maka kacaulah semua.....

BTW, kami berduka

angin-angkasa mengatakan...

@ Mas Ghentenx,

Ojo nesu, ojo galak....wkwkwkwkwkwk....

Unknown mengatakan...

Dear all,

Apakah bangsa kita bangsa koeli? Saya tidak bisa memastikan dan memang kata-kata Bung karno dan Srie Edi Swasono harus di analisis secara tajam dan kritis.

Tapi manurut saya, bangsa kita tergolong bangsa yang mudah lupa, abai, malas belajar sehingga gagal membaca tanda-tanda alam. Baynagkan, bangunan peninggalan belanda 76 tahun tidak diperiksa. Padahal rentetan bencana yang terjadi terus menerus seharusnya membuat kita lebih waspada.

Lalu, kesalaan ada di mana? SAya setuju dengan tawaran bigmike untuk memeriksa konsep good governance.

Unknown mengatakan...

“ governance” sebenarnya sudah dikenal dalam literatur
administrasi dan ilmu politik hampir 120 tahun, sejak Woodrow Wilson, yang kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat ke 27,
memperkenalkan bidang studi tersebut kira-kira 125 tahun yang lalu.

Tetapi selama itu governance hanya digunakan dalam literatur politik
dengan pengetian yang sempit. Wacana tentang “governance” diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai tatapemerintahan,
penyelenggaraan pemerintahan atau pengelolaan pemerintahan atau tata kepamongan.

Konsep GG baru marak sekitar 15 tahun belakangan, terutama setelah berbagai lembaga pembiayaan
internasional menetapkan “ good governance” sebagai persyaratan
utama untuk setiap program bantuan mereka.

Unknown mengatakan...

Oleh para teoritisi dan
praktisi administrasi negara Indonesia, istilah “ good governance” telah
diterjemahkan dalam berbagai istilah, misalnya, penyelenggaraan
pemerintahan yang amanah (Bintoro Tjokroamidjojo), tata-pemerintahan
yang baik (UNDP), pengelolaan pemerintahan yang baik dan
bertanggunjawab (LAN), dan ada juga yang mengartikan secara sempit
sebagai pemerintahan yang bersih (clean government).

Unknown mengatakan...

Governance mengandung makna bagaimana cara suatu bangsa
mendistribusikan kekuasaan dan mengelola sumberdaya dan berbagai
masalah yang dihadapi masyarakat.

Dengan kata lain, dalam konsep
governance terkandung unsur demokratis, adil, transparan, rule of law, partisipatiof dan kemitraan.

Mungkin difinisi yang dirumuskan IIAS adalah yang paling tepat mengcapture makna tersebut yakni “the process whereby elements in society wield power and authority, and influence and enact policies and decisions concerning public life, economic and social development.”

Terjemahan dalam bahasa kita,
adalah proses dimana berbagai unsur dalam masyarakat menggalang
kekuatan dan otoritas, dan mempengaruhi dan mengesahkan kebijakan dan keputusan tentang kehidupan publik, serta pembangunan ekonomi
dan sosial.

Unknown mengatakan...

Ada tiga pilar pokok yang mendukung kemampuan suatu bangsa dalam melaksanakan good governance, yakni: pemerintah (the state), civil society (masyarakat adab, masyarakat madani, masyarakat sipil), dan
pasar atau dunia usaha.

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab baru tercapai bila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi dan administrasi ketiga unsur tersebut memiliki jaringan dan interaksi yang setara dan sinerjik. Interaksi dan kemitraan seperti itu
biasanya baru dapat berkembang subur bila ada kepercayaan (trust),
transparansi, partisipasi, serta tata aturan yang jelas dan pasti, Good governance yang sehat juga akan berkembang sehat dibawah
kepemimpinan yang berwibawa dan memiliki visi yang jelas.

Unknown mengatakan...

Nah, silakan kita berdebat dalam konteks teoritis seperti itu. Apakah dalam tragedi situ gintung terlihat adanya implementasi konsep GG yang baik.

Menurut saya kok ya tidak. Artinya, 3 pilar GG itu, di Indonesia, belum berjalan secara sinergik. Dampaknya? ya amburadul.

Unknown mengatakan...

oh ya bigmike, thanx atas doea tanda mata lagu dari ebiet. Pas betul, kena di hati dan keren.

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Daerah rawan longsor harus dijadikan areal konservasi, sehingga bebas dari kegiatan pertanian, pembangunan perumahan dan infrastruktur.

Apabila lahan digunakan untuk perumahan maka bahaya longsor akan meningkat, sehingga dapat mengancam keselamatan penduduk di daerah tersebut dan di sekitarnya. Penerapan teknik pengendalian longsor diarahkan ke daerah rawan longsor apakah itu lahan pertanian, dengan tetap mempertahankan kondisi vegetasi permanen, seperti cagar alam, kawasan konservasi, dan hutan lindung.

Anonim mengatakan...

Pengendalian longsor dapat direncanakan dan diimplementasikan melalui pendekatan mekanis (sipil teknis) dan vegetatif atau kombinasi keduanya. Pada kondisi yang sangat parah, pendekatan mekanis seringkali bersifat mutlak jika pendekatan vegetatif saja tidak cukup memadai untuk menanggulangi longsor.

Anonim mengatakan...

ha ha ha mas gentengx, ngga usah kebakaran jenggot, kalo ngga ada kumis, kalo ngga ada juga bulu hidong dahhhh xi xi xi....
emang perlu kasih nama, emang gentengx tu nama yahh??? atao sejenis makanan ringan????
ha ha ha katrok, katrok...mas gentekx eh ribet gentenx...

-----

Anonim mengatakan...

Bagaimana tanggung jawab pemerintah? saya kira pengabaian pemeliharaan tanggul adalah pelanggaran hukum. Lakukan class ection dan perkarakan pemerintah sebagai bentuk pembelajaran (Sulis)

Anonim mengatakan...

ghentenx,

saya itu tadi hanya merumuskan
logika argumen mu. kalau salah,
silahkan tunjukan dimana salahnya!
kalau benar tp dirimu tidak
menyukai kesimpulannya, silahkan
periksa kembali preposisi mu.

reaksi mu yg spt anak kecil
membuat saya ingin tertawa.
kenapa? karena premis konter
argumen mu adalah berargumen ttg
masalah sosial tidak perlu pakai
logika. lebih jauh konter argumen
dirimu itu menimbulkan
banyak pertanyaan lain. misalkan,
jangan-jangan benar,
anda tipe kuli, inferior, rusak
moral dan pecundang hanya hanya
bisa menghina-hina bangsanya
sendiri???

tp kesempatan memperbaiki diri
masih terbuka. saran saya jangan
reaktif! sampaikan argumen mu dgn
kalem dan logis. santai sajalah,
tdk spt anak kecil yg ngambek
saat ketahuan bodohnya.

atau, ketimbang berdebat dgn saya,
ulas saja komentar wildan yg
walau kritis tp santun.

(anonim)

Anonim mengatakan...

saya setuju dengan gagasan class action kepada pemerintah akibat pengabaian dan pembiaran. Bahkan, seperti kebanyakn kasus-kasus di jakarta, meski pemukiman itu nggak punya ijin, sertifika dan lain-lain, pemda serng mengutip pajak dan retribusi lain dari masayakat. Akibatnya ketika tanah diklaim, masayarakat gantian meminta ganti rugi yang nggak masuk akal (Elizahayu)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Tembang rembulan menagis dari ebiet menggetarkan. Keren deh...(Elizahayu)

Anonim mengatakan...

DUh Blog ini makin banyak hantunya!!

Ada Suaranya tak kelihatan wujudnya!!

Hijjj selemm!!

(Budhi)

Anonim mengatakan...

Ada adagium yang menyatakan “the society get a leader it deserves”. apakah memang “layak” bangsa indonesia mendapatkan pemimpin-pemimpin seperti sekarang ini? jawaban ada pada kita sendiri. Negeri ini memiliki semua syarat untuk menjadi bangsa yang besar, makmur dan sejahtera tetapi ibarat diterowongan yang panjang dan gelap, saat ini kita belum melihat sinar cahaya diujung terowongan.
Namun demikian kita tidak boleh pesimis,semoga satu saat nanti negeri ini akan mendapatkan pemimpin-pimimpin yang bertindak adil, visioner, arif, bijaksana, berintegritas, merakyat, cerdas, punya hati dan berkomitmen pada lingkungan hidup. Agar kejadian2 seperti Situ Gintung tidak terulang lagi.
Saya sungguh prihatin melihat kondisi negeri ini, belum selesai situ gintung, sambung lagi banjir bandang di Sumbar....oh negerikoe, kenapa selalu dilanda musibah???
BM..lagunya pas banget(YR)

Anonim mengatakan...

@ YR,

Ulasan anda bagus tetapi pertanyaannya adalah sampai kapan kita harus tetap menunggu datangnya seorang pemimpin yang adil, visioner dst.....apa kita harus seperti adegan terkenal...menunggu godot? (Suryana)

Anonim mengatakan...

mas budi... mas budi.....
enangnya mas budhi keliatan wujudnya??? atau jangan2 mas budhi....
katrok ......tenan.

------

Anonim mengatakan...

Kami bersama Komite Nasional Kebijakan Governance (badan pemerintah di bawah Menko Prekonomian) sedang menggumuli pedoman pelaksanaan public governance.

KNKG menggunakan istilah "Tata Kelola" utk kata "governance". Artinya inilah padanan kata yg resmi oleh unsur pemerintah yg berwenang. Tata Kelola ini berlaku utk semua komponen negara. Kalo pelaku tata kelola adalah Pemerintah, mk disebut Public Governance. Kalo pelakunya dr dunia usaha (private sector), disebut corporate governance.

Tata Kelola ini ada yg baik tapi ada juga yg buruk. Naah, "tata kelola yg baik" itu disebut juga, Good (public/corporate) Governance.

mikerk mengatakan...

Howdy sahabat blogger, selamat sore.

Komen semakin menarik dan semarak. ada sedikit high tension tapi ..itu normal saja....tersukan saja diskusinya....

Lalu komen dari mas Wildan, Bung Eman, dan adik Wilmana tentang good governance. Wah terima kasih karena beberapa merupakan input baru bagi saya. SAya juga belajar dari komen-komen yang masuk.

Ada juga komen dari Mas Bayoe....saya sependapat dengan anda bahwa memang daerah situ gintung layak dikelola sebagai daerah konservasi air. UU No. 7/2004 ttg SDA juga bilang begitu. Klop. Tapi saya juga gembira karena berita yang saya kutip dari KB antara memberikan indkasi bahwa pemerintah akan mempertahankan daerah situ gintung sebagai kawasan konservasi air.

Thanx. GBU

mikerk mengatakan...

oh ya sebelum terlewat, untuk YR, wah saya senang dengan kutipannya tentang pemimpin

....“the society get a leader it deserves”....

Mantap. Thanx. GBU

Anonim mengatakan...

@ nggak pake nama,

wkwkwkwkwkkw....wokelah jika saya kebakaran jenggot maka situ kebakaran kolor ha ha ha ha ha....
knapa saya bilang begitu? ya karena situ yang nggak pake permisi langsung menjawab tantangan saya ke anak nkri....situ keto'e tersinggung dibilang sebagai bangsa kuli...reaksi kebakaran kolormu adalah....pake hukum asosiatif matematika untuk bilang bahwa saya kuli juga......so siapa yang kebakarn jenggot dan bereaksi seperti anak kecil???? ya nggak jauh lah...si tanpa nama itu ...wkwkwkwkwkwk

tapi sudahlah ngga apa-apa. Sekarang saya mau bilang bahwa konco diskusiku yg tanpa nama ini sebanarnya adalah manusia bodoh, buta dan tidak punya argumen. Marah?????? eeeitttssss...nanti saya buktikan satu-satu....nah matur mas....liat di komen berikutnya supaya nggak kedawen
(Ghentenx, SYDN)

Anonim mengatakan...

ya mari saya buktikan satu-satu statement saya:

1. situ mengatakan begini.....atao sejenis makanan ringan????....situ pernah punya pengalaman bahwa makanan ringan bisa menulis komen di blog? krupuk bisa nulis? tempe bisa nulis? semuanya ora iso maasssss....kalo begitu maka yang berpikir bahwa makanan ringan bisa nulis is bo.....dooohhhhh.....hiya tooohhhhh????? wkwkwkwkwkwk....oo nesu mas...iku faktane kok....

2. Situ nulis begini....saya itu tadi hanya merumuskan
logika argumen mu. kalau salah,
silahkan tunjukan dimana salahnya!
kalau benar tp dirimu tidak
menyukai kesimpulannya, silahkan
periksa kembali preposisi mu.....

kok ribet amat sih maassss.....situkan cuma mau bliang bahwa saya marah dan menolak dibilang sebagai kuli sesuai hukum asosiasi yang situ berikan....ya toh?????

nah coba liat lagi komen balik dari saya...kan saya bilang bahwa ...ya kalo silogisme mu benar..saya tergolong kuli ya ndak apa...resiko....dicek lagi deh....

jadi, saya sejak awal sudah tahu resikonya bahwa dengan bilang bangsaku ini bangsa kuli ya...saya juga kuli...ya ndak apa-apa...

masak situ nggak bisa baca komen ku tuh....tapi kalo nggak kebaca apa namanya???? bu.....taaaaaa.....wkwkwkwk....ojo nesu maaaasssssss....

....saya pindah komen lagiiiii supaya nggak kepanjangan.....

Anonim mengatakan...

3. situ bilang begini lagi....misalkan,
jangan-jangan benar,
anda tipe kuli, inferior, rusak
moral dan pecundang hanya hanya
bisa menghina-hina bangsanya
sendiri???....

ah, soal mengaku kuli saya sudah tahu resikonya cuman situ saja yang buta...nggak melihat....tapi bukan di situ point saya....point saya adalah sejak awal kepala anda pada dasarnya sudah nggak punya argmen...cuma sekedar tersinggung dibilang kuli....

lantas situ menduga bahwa saya menghina bangsa saya sendiri.....wkwkwkwk....mari saya tantang sampeyan untuk membuktikan bahwa:

a. ketika bung karno bilang bangsa indonesia adalah bangsa kuli maka si Bung Besar itu sedang menghina bangsa sendiri..

b. ketika prof. DR. sri edi swasono mengatakan bahwa bangsa kita berperilaku bagaikan bangsa kuli maka dia sedang menghina bangsa sendiri

c. ketika barack obama berpidato mengecam perilaku konsumtifnya orang amerika maka dia sedang menghina bangsanya sendiri....

ah sampeyan memang pada dasarnya enggak punya argumen...jadinya ya begitu itu...

jadi jelas sudah yang kebakaran kolor itu is sampeyan bukan saya...sudah sok-sokan menjawab tantangan yang nggak tertuju kepada situ eh...kok malah marah????? aneeehhhhhh....

Anonim mengatakan...

nah sebagai penutup:

saya ajukan kembali aakan saya ke situ...supaya jangan terlihat seperti anak kecil.....cobalah sampeyan memberikan argumen antiteori anda terhadap statement saya bahwa perilaku kita di tragedi situ gintung adalah gambaran kata bapak-bapak bangsa kita bahwa....kita adalah bangsa kuli....

(Ghentenx)

Anonim mengatakan...

hek hek hek mas ghentenx tenan kebakaran jenggot de el el termasuk bulu kuetekkkss.....ampe lupa dirimu mas makanan ringan. knapa justru anda sedang menjawab sendiri silogisme sosial yang sering digunakan yaitu itu... salah satu ee asosiatif itu mas wekekek...keks
ngga usah tensi n tegang yo mass sante wae....
he he he lagian anda sendiri sok yakin aku kebakaran kolor....percaya dirimu klewatan mas. apa terlalu budrek sampe2 bisa nebak2 aku kebakaran kolor....
wong nebak aku aja salah kok bisa tau kebakaran kolor ku.. wis wis katrok mas...

-----

Anonim mengatakan...

@Suryana,

Sampai kapan kita harus menunggu datangnya seorang pemimpin yang adil, visioner dst...saya juga tak tau kapan saatnya....hanya waktu yang akan menjawab...berharap khan boleh...yang pasti kita semua punya pengharapan yang sama agar suatu saat negeri ini dipimpin oleh pemimpin yang dapat membawa perubahan. (YR)

Anonim mengatakan...

@ ....

Omongan anda menunjukkan anda nyaris enggak punya otak.

Saya curiga, anda hanya seorang provokator yang sama sekali bukan si anonim. Hoiii Indonesia udah kebanyakan oranas" tapi macam situ. Ambon, Poso adalah korban manusia macam situ. Sadarlah.

Percakapan saya dan anonim meski "keras" tapi ada gagasan. Kuli atau bukan kuli. Nah situ yg pake tanda .... hanya mengipas-ngipas. Sama sekali nggak punya gagasan. Subhanalah, Sadarlah. Nggak baik untuk blog nggak baik untuk Indonesia.

@ Bigmike, sebagai admin telusuri pake IP adress tolong dilacak manusia provokator itu. Nggak sehat tuh kebiasaan begitu. Tafsiran saya, di blog BM boleh bertengkar asal jangan memaki. Tapi nggak boleh muncuk secara anonim dan mengadu domba orang (Ghentenx)

Anonim mengatakan...

@ YR,

Situ betul. sesudah situ gintung ni hari banjri bandang di tanah datar sumbar. Tobat. Apa salah Indonesia ya Allah???? (Ghentenx)

Anonim mengatakan...

@ Mas Ghentenx,

Kita tafakur saja dahulu lalu bacalah Surat Al-Fath ayat 1-5, Artinya :

1. Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata
2. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang Telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus,
3. Dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang Kuat (banyak)

Semoga Allah bermurah hati menolong Bangsa Kita (Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Ente adalah anak NKRI yang sebenarnya, yaitu nasionalis, rasional, pandai, rendah hati dan menghargai keragaman.

Oleh karena itu di atas saya nggak ragu numpang do'a. Sesuatu yg bahkan enggak saya lakukan di blog saya. Tadi kita ngeliput di tanah datar. Wow, batu kayu lumpur, rumah dan entah apalagi disapu habis oleh banjir. Saya merasa kecil di depan Yang Maha Kuasa. Saya gentar. Saya teringat posting BM tentang Aceh.

Hormat saya (Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ Proxy73,

Saking grogi, tuh Al Fatihah cuman 1-3 ha ha ha ha...nggak apa-apa. Terima kasih ajakan dan doanya. Ya kita tafakur. Tentang BM, situ betul. Itulah ciri khas orang Jogja mas ha ha ha ha...(Ghentenx)

Anonim mengatakan...

@ Mas Ghentenx,

ha ha ha ha ha...iya ya....Al Fath 1-3 doang maksud gw. Soal BM,...wachhh...jangan jogja sentris dong ntar Sultannya gagal jadi wapres ha ha ha ha ha

Anonim mengatakan...

eh ane tuh (Proxy73)

Anonim mengatakan...

ghentenx

saya anggap pokok soal sudah selesai;
yaitu dirimu mengakui saya sekedar
merumuskan logika argumenmu sendiri.
sayangnya malu-malu katakan dirimu
kuli, inferior, rusak sosial dan
pecundang tp tanpa malu meminta
@bigmike menghapus komentar saya.

dikau bertanya, "apa salah indonesia
Auloh?" hhmmm... mudah sekali untuk
menebak. (anonim)

Anonim mengatakan...

@ anonim,

Situ tidak menjawab tantangan saya. Situ tidak mampu membuktikan bahwa Bukg Karno, Bung Hatta, Edi Swasono dan saya yang mengutip mereka adalah salah. Situ cuma sekedar "nggak suka" bangsa ini disebut bangsa kuli. Harap dicatat itu. Situ tidak punya argumen apa-apa.

Maka, jikalau situ mengganggap selesai, dan memang harus selesai karena saya sudah kehilangan minat, maka posisinya jelas, ...situ nggak mampu menolak teori bahwa kelakuaan bangsa kita, yang terlihat dari nggak mampunya menjalankan konsep good governance, salah satu sebabnya merupakan expressi dari jiwa kuli.

Seanadainya situ mampu, nanti akan kita buktikan bersama bahwa sifat kuli ini merupakan akibat exploitasi yang amat dahsyat dari mereka yang sekarang mengangungkan diri sebagai bangsa pengusung HAM. Mereka menjajah bangsa kita dan membentuk mental kuli bangsa ini.

Itu sebabnya Bung Karno dan Bung Hatta marah dan lalu membuka luka bangsanya sendiri guna mencoba mancari cara how to heal. Dus mereka sama sekali tidak menghina bangsanya sendiri. Usaha mereka, sayangnya dihancurkan oleh Soeharto. Bangsa yang seharusnya bisa memiliki jati diri baru ternyata jatuh lagi ke dalam perhambaan kepada barat lewat utang-urangnya di IMF, dst dst.

Ketika krisis 1997 datang...Indonesia jatuh dalam krisis multidimensi...sampai hari ini belum mampu menemukan jalan keluar yang pas. Elite sibuk dengan urusannya sendiri persis sinyo-sinyo belanda dahulu sementara rakyat berinteraski seolah tak ada aturan tak ada pemimpin. Itulah nasib bangsa kuli.

Akan tetapi begitu dibilang kuli langsung marah. itulah mental inferior yang kompensasinya cuma bisa marah tanpa argumen. Anonim salah satu contohnya itu.

Untuk saya, diskusi dengan anda sudah selesai. Sebab jika diteruskan maka hanya akan memunculkan provokator-provokator pengadu domba. Lalu bermunculan kata-kata yang tidak perlu. Situ mengolok, saya balas mengolok substansi enggak disentuh sama sekali.

Kelakuan begini merusak blog yg dimiliki oleh orang yang sangat saya hormati karena kesantunan dan kerendahan hatinya ini. Enough is enough. Mudah-mudahan saudara anonim mau mengerti ini.

Case closed.

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Thanx atas kesempatannya berdiskusi. Semoga tidak mengganggu mas Bosz. Nah, saya sekarang arep turu sambil dongkol karena argentina kalah 1-6 dari bolivia....maradona katrok thueenan...ha ha ha ha ha.....(Ghentenx, SYDN)

mikerk mengatakan...

@ Mas Ghentenx,

Saya di sini kebetulan sedang mencari bahan untuk presentasi sambil menengok blog. Thanx atas apresiasinya terhadap saya. Dan saya setuju bahwa sebaiknya diskusi dalam topi ini dihentikan. Dahulu saya memposting bangsa koeli malah menghaslkan diskusi yang enggak karuan. Inilah kekurang kita bersama dan memang harus kita perbaiki bersama. tetapi di sini memang ada baiknya kita hentikan dahulu. Silakan berdebat untuk hal-hal lain.

mikerk mengatakan...

@ Anonim dan .....

Saya himbau diskusi dengan sahabat ghentenx dihentikan. Secara obyektif harus saya katakan bahwa substansi diskusi tidak disentuh dan hanya beputra-putar di soal berolok-olok. Dalam posting yang sudah lewat saya ada mengatakan bahwa saya heran dengan bangsa yang amat suka berolok-olok tetapi ketika diolok balik lalu marah.

Karena menghindarkan olok berbalas olokan dan hal itu bertentangan dengan misi saya tentang kebaikan maka saya nyatakan diskusi ditutup.

Setiap komen baru yang sifat berolok-olok pada topik yang sama, entah dari sahabat ghentenx atau anda berdua, akan saya hapus.

Diskusikan hal -hal lain. Harap mengerti. GBU. Tabe

Anonim mengatakan...

@ Mas Bigmike,

Selamat pagi. Saya minta maaf. Nuwun sewu mas. Saya legowo atas keputusan mas BM. Matur nuwun yaa....GBU (Ghentenx)

mikerk mengatakan...

@ Mas Ghentenx,

Yoooo sami-sami mas. Saya off dahulu

Anonim mengatakan...

@ Sulis. Wildan dan Wilmana,

Data terbaru yang kita baca dari kasus situ gintung adalah ternyata ada biaya perawatan dari PU lewat balai besarnya terhadap situ gintung tahun 2008. Sayangnya, biaya itu bukan untuk konservasi malahane dibikin trck untuk joging bukan merawat badan waduk/situ itu sendiri.

Ternyata pemerintah nggak berniat membuat situ gintung sebagai daerah konservasi tetapi daerah wisata. Pemerintah malah mengerjakan pekerjaan pihak swasta.

Oleh karena itu, saya kuatir dengan isitlah corporate governance. Mungkin bung Wilmana bisa menjelaskan lebih lanjut.

Lalu, apakah benar masyarakat bisa melakukan class action kepada pemerintah atas kelakuannya itu. Mungkin Bung Wildan bisa menjlaskan. Monggo....
(Ghentenx)

Unknown mengatakan...

biarpun sekarang gw brada di Salatiga tapi situ gintung adalah tempat bermain gw sejak kecil. Dari rumah gw di fatmawati ke SG kehitung ga jauh sih....

pemadangan SG emang ciamik tapi emang bangunan di bagian sempadan rada-rada semrawut. Banyak penduduk bar di situ yg beberapa ga jelas asal-usulnya. Udah git ngebangunnya ga jelas aturannya. Asal ada duit aja dech...

BTW, sedih banget denger berita. Dan naluri gw ngajak gw negnok ke sana tapi ga bisa karena lagi semsteran he he he But untungnya di situ coz gw jd malu krn kalo jadi ngeliat, gw bakal jadi penonton bencana...gw doain dari jauh aja dech dan teman-temen asal jakarta ada ngumpul sumbangan sosial. Mudah-mudahan meringankan.

Unknown mengatakan...

Nih kutipan berita yg nnjukan bahwa pemerinath erawat Sg secara ngawur.

Perawatan Tanggul Situ Gintung Pakai Data Usang (Liputan6.com)

Tangerang: Situ Gintung, nama itu kini menjadi cerita duka. Bendungan yang dibangun zaman Belanda ini akhirnya ambrol. Data dari Departemen Pekerjaan Umum menyebutkan, jebolnya tanggul karena perawatan yang dilakukan selama ini menggunakan data curah hujan normal yang sudah usang. Yaitu mengacu data hidrologi pada 1910 sampai 1960. Tentu data tersebut tidak sesuai lagi dengan perubahan iklim saat ini.

Unknown mengatakan...

@ Bigmike,

agak lama ga kesini....semesteran berat banget he he he he..dosen-dosen napa suka ngasi tugas aneh-aneh yaaaa????? bisa ga dijawab BM yg juga dosen ...wkwkwkwkwkwk....
Tapi lagu rembulan menangis tuh keren abiz.....ebiet emang top

Anonim mengatakan...

Mau tahu kuncinya???? selamatkan hutan....tapi sapa yang perduli????? parpol kampanye kebanyakan ngomong koalisi doang...nggak 1 pun yg peduli lingkungan...tunggu saja nanti kalo bandang menerjang markas-markas dia orang...te nyaho kata urang bandung (Binxars)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

seingat saya lagu rembulan menangis diciptakan ebiet ketika satu keluarga di bamb apus dibantai oleh seorang laki-laki pemarah asal ntt. Kalo nggak salah ingat. Tapi nuansa lagu ini cocok juga karena serigala yang merenggut kehidupan manusia itu bisa ditafsir sebagai air bah akibat jebolnya situ gintung (kalo ginting orang batak he he he he). Tapi lebih tepat jika dikatakan bahwa serigala itu adalah perilaku manusia yang abai dan seenaknya sendiri terhadap alam.

BTW, lagu itu memang keren (Binxars)

Unknown mengatakan...

@ Proxy73,

Gw kaget, elo bisa waras...gw terharu nih...hicks...hicks....wkwkwkwk...selamat bertugas bro....

Unknown mengatakan...

Diakui atau tidak, musibah Situ Gintung menguak lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah.

So, gw setuju dg wildan, gugatan kelompok (class action) pun terbuka untuk diajukan oleh korban musibah Situ Gintung. Kesal juga ma pernyataan Direktur Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum Iwan Nusyirwan yang terkesan tetap menyalahkan warga korban musibah Situ Gintung.

Menurut Gw,jebolnya tanggul Situ Gintung itu bukan bencana, terlepas dari adanya peningkatan curah hujan. Ini murni kesalahan manusia dhi pemerintah. Mengapa izin perumahan bisa keluar, kalau di sana memang berbahaya.

Lagian, kesaksian warga menunjukkan bahwa tahin 2008 udah dilaporin bahwa ada tanda-tanda retakan. tapi napa yg dibenahin malah track untuk jogging? napa lokasi outbond malah dibangun di sana? manknye situ gintung lokasi pelatnas sea games...walah kacau dech....so class action aja dech...

Unknown mengatakan...

@ Bigmike,

Jumat Agung en Paskah udah deket. Nyiapin posting yang dahsyat seperti KASIH ITU KUAT ya boszzzz.....Shalom!!!!

Anonim mengatakan...

@bigmike

saya memang sudah tidak minat
teruskan karena... olok-olok itu.
diposting sebelumnya saya sudah
keluhkan hal ini. sahabat anda yg
sudah lama disini msh belum paham
betul misi blog anda.

dlm koridor aturanmu saya harap
sahabat mau menegur teman-teman yg
bertutur kata kasar ttg bangsa ku
ini. silahkan mereka maki-maki
perilaku manusia indonesia tp
jangan olok-olok pancasila dan ibu
pertiwi/bangsa indonesia. dia butuh
perhatian dan dukungan kita semua,
bukan olok-olok.

terima kasih saya sampaikan.
(anonim)

Anonim mengatakan...

Mas Genteng (ini bukan bahan atap rumah, kan? ^_^),

Menurut teori pembangunan daerah, ada banyak pemangku kepentingan (stakeholders yg terlibat di dalam proses pembangunan. Ada pemerintah, ada pihak wasta, ada masyarakat, dan banyak lagi.

Jadi kalo bicara good public governance, maka langkah paling awal adalah menata balance of authority dr semua stakeholders yg terlibat dlm pembangunan daerah. Siapa berperan sbg apa dan bgmn memainkan perannya dg baik. Dan, kita tau bhw di negeri kita ini, pemerintah kita cenderung bergaya penjajah yg mau mengambil alih semua peran. Stakeholder lainnya dijadikan semacam "anak bawang" dlm proses pembangunan.

Langkah kedua adalah tegakkan control system. Semua stakeholder hrs mengendalikan dirinya sebatas perannya dan tdk perlu overlapping. Siapa yg keliru memainkan perannya, mk perlu diluruskan, ditegur, bl perlu dihukum. Persoalan kita di Indonesia, Pemerintah-lah yg paling byk keliru memainkan perannya. Padahal fungsi pengendalian/pengawasan paling byk ada di pundak pemerintah. Kata org, ikan busuk memang selalu mulai dr kepala. Dg control system yg baik, mk semua stakeholders mau ga mau hrs berbenah diri memperbaiki tata kelola masing-masing. Pemerintah memperbaiki government governance menuju clean government, swasta memperbaiki corporate governance, NGO juga memperbaiki diri, dan ujung2nya masyarakat juga lbh patuh pd norma dan hukum yg berlaku.

Mas genteng, dr dua aspek besar governance ini sj, sdh ketauan amburadulnya kita punya praktek tata kelola. Yakinlah, jika dikupas lbh rinci, ini kayak kita belah ikan busuk, sampe tulang2nya pun sdh ada lendir bakterinya yg baunya minta ampyun.

Jadi, kasus dana APBD utk Situ Gintung yg malah dipake utk membangun fasilitas pariwisata itu, Mas kategorikan sbg penyimpangan peran pemerintah, saya setuju aja.

Mengenai corporate governance, ini istilah yg digunakan utk menunjuk pd aktifitas tata kelola perusahaan. Operasi perusahaan sehari-hari, itulah yg disebut dg istilah corporate governance. Di dalamnya ada berbagai sistem manajemen yg dijalankan sesuai fungsi2 yg ada dlm perusahaan misalnya fungsi keuangan, pemasaran, produksi, SDM, dsb.

Jadi, kasus penyalahgunaan peran pemerintah yg dikatakan Mas genteng di atas, sebetulny belum menyentuh ke sisi corporate governance.

Wah, panjang juga komentar sy kali ini. Moga2 bisa dimengerti. Kalo nggak, ya apa boleh buat. Mgkn Mas genteng ato sy ini mmg benar2 ber otak kuli. He he he....

mikerk mengatakan...

@ Anonim,

Terima kasih atas himbauan saudara kepada saya dan akan saya perhatikan betul-betul. Semua yang ada di sini adalah sahabat saya meskipun hanya sekitar 10% yang saya kenal betul muka dengan muka. Yang lain adalah sahabay dunia maya, termasuk anonim meski dengan analisis IPA/INXP saya tahu posisi sahabat-sahabat sekalian.

Tapi khusus debat saudara dan Ghentenx, saya harus obyektif. Coba lihat kembali asal-usul diskusi yang "berkembang meliar" ini.

Ghentenx mengungkapkan kedongkolannya lalu mengutip Soekarno, Hatta, dan Prof. Edi lalu menganalisis ciri-ciri bangsa kuli berdasarkan pengamatannya pada kasus situ gintung. Meski saya bisa berbeda pendapat tetapi SAYA TIDAK MENANGKAP NUANSA BEROLOK-OLOK DI SITU (baca kembali komen ghentenx dengan kepala dingin). Lalu, dia menantang anak nkri.

Andalah yang memberi komen dengan hukum asosiatif lalu...gluerrrrr....semuanya terjadi.... ha ha ha ha

Coba diperiksa kembali komen anda itu yaaaa...

....Ghentenx,

1) Indonesia adalah bangsa kuli, inferior dan rusak sosial.
2) Ghentenx org indonesia.
3) Ghentex adalah kuli, inferior dan rusak sosial.

saran saya, sesama kuli jangan saling mendahuluilah......

(sahabat anonim: cobalah anda jawab siapa yang memulai olok-olok personal????)

Saya menduga anda tidak setuju dengan analisis dan komen ghentenx TETAPI SEHARUSNYA ANDA TIDAK STOP DI HUKUM ASOSIATIF ITU lalu meminta sesama kuli jangan saling mendahului. SEHARUSNYA ANDA MASUKLAH KE POINT-POINTNYA LALU BUATLAH ARGUMEN TANDINGAN.

(Perhatikan juga bahwa dengan mengatakan ...sesama bangsa kuli....logikanya adalah anda setuju dengan ghentenx sebab sama sekali anda tidak mengemukakan satupun argumen untuk menolak 3 butir ciri bangsa kuli yang diajukannya)

Sepanjang pengamatan saya, anda tidak melakukannya dan hanya berputar-putar di persoalan hukum asosiatif. Seandainya saja anda masuk dengan ini: ...heeeeii ghentenx....dengan alasan a, b dan c, teori bangsa kuli tidak benar dan harus ditolak. Jika itu anda lakukan maka saya duga diskusi akan berjalan menarik. Tetapi sayang, yang terjadi hanyalah berbalas olok mengolok. Dan saya tidak suka itu.

Saya tidak sedang membela siapa-siapa TETAPI SAYA HARUS OBYEKTIF MENGATAKAN KEBENARAN. Sebagai ilmuwan, itu tugas saya. Sudah barang tentu yang saya maksud adalah kebenaran proses dan bukan substansinya. Soal apakah substansi bangsa kuli dari ghentenx dapat diterima atau tidak saya tidak mencampurinya. Diskusilah tempatnya. Tetapi sayang diskusi itu sudah "tidak nyambung" maka tidak ada pilihan lain" SAYA HENTIKAN.

Tips saya untuk semua sahabat: Perbiasakan mengajukan statement dan argumen tandingan jika tidak setuju pada pernyataan dan statemen tertentu. Jangan hanya sekedar tidak suka.

Jika itupun tidak bisa dilakukan maka sahabat semuanya dapat mengatakan tidak suka atau tidak setuju tetapi HARAP JANGAN DIIKUTI DENGAN MELAKUKAN OLOK-OLOK PERSONAL karena mudah mendatangkan ketidakbaikan. Saya kurang nyaman dengan itu dan...maaf....saya akan menghapusnya....

Semoga semua sahabat memaklumi sikap saya. GBU. Tabe

mikerk mengatakan...

@ Wilmana,

1. Komentar anda amat bagus dan mmerupakan salah satu contoh cara memberi komentar yang baik. Sedikit bergurau tetapi tidak berolok-olok.

2. Pertimbangkan untuk pindah dari rumah yg sekarang karena sanitasi dan sirkulasi udara sangat kurang memenuhi persyaratan. Akibatnya, Hanggar dan Bayaz + bapa mamanya sakitnya bergantian. Beta ke situ hanya 2-3 jam, pulang batuk tidak karuan.

Anonim mengatakan...

Biarpun Tidak berwujud tapi "PUNYA NAMA"

Daripada!

Tidak Berwujud "JUGA TIDAK PUNYA NAMA"

Mirip Kentut! he! he!

Biasanya yang begini ini kalo dikenali trus dia "Nangis"!!! Wwuakekekkkkkk!!

(Budhi)

mikerk mengatakan...

@ Mas Budhi,

penelusuran saya terhadap IPA menghasilkan informasi bahwa ada 2 anonim. Yang satu pakai nama # anonim yang lainnya pakai tanda #.... nah yang berolok-olok ke mas Budhi adalah yang .....ha ha ha ha...

Saya menghimbau sahabat sekalian, berdiskusilah dan jangan berolok-olok personal. Apalagi menggunakan identitas yang sangat sumir seperti .... ++++ atau **** ha ha ha ha ... meski pada dasarnya kita semua anonim (nama saya yg benar toh bukan bigmike he he he he...)

Juga sah-sah saja kita masuk ke dalam diskusi yang sudah ada tetapi jangan melakukan tindakan mengadu domba. Saya kira hal itu kurang bermartabat.

Baiklah sahabat, saya off dahulu. Tabe Puan en Tuan

Anonim mengatakan...

he he he he Tuan Bigmike sebaga admin sudah bertindak. Bisa tegas juga pak Bosz. Dulu komen saya termasuk yang dihapus ha ha ha h...(Julius)

Anonim mengatakan...

@ All,

Tidak jalannya konsep good governance apakah ad hubungnya dengan sejarah Indonesia yang memang pada dasarnya tidak mengenal budaya demokrasi. Di semua etnik slalu ada kelompom elit yang disebut sebagai toga tomas atau tokoh adat dan tokoh masyarakat. Nah kelompok ini selalu memiliki Privilege tertentu. Dalam beberapa situasi, hal ini memarjinalkan kelompok masyarakat lainnya. Ini dugaan saya. Ada yang bisa membuat pencerahan?

Anonim mengatakan...

aduh sori, (Julius)

Unknown mengatakan...

@ Bung Julius,

Saya kok pesimis jga nich..apa pernah ada sistem demokrasi di Indoneoa pra Indonesaa kontemporer.

1. Istilah ini sebenarnya memang asing untuk Indonesia. Demokrasi berasal Yunani itu (DEMOS dan KRATOS artinya RAKYAT DAN PEMERINTAHAN) mensyaratkan adanya penghargaan terhadap persamaan, kebebasan dan peraturan. Nah, elitisme adat tradisional kita menghambat sekaligus prinsip dasar demokrasi itu tadi.

2. Politik yang juga berasal dari bahasa Yunani (POLISTEIA, Polis - kota,negara kota - dan Teia - urusan). Nah demokrasi merupakan salah satu bentuk pelaksanaan budaya politik. Nah budaya demokrasi sendiri memiliki 3 klasifikasi, yaitu
* Budaya Politik Parokial
* Budaya Politik Kaula (subyek)
* Budaya Politik partisipan

Parokial kita memang ia. Aturan adat orang jawa ya untuk orang jawa. Aturan orang papua yang untuk papua tapi elitisme tradisional menghambat sekaligus subyek dan partisipasi.

Jadi, entahlah, biasanya para budayawan lebih tauh tetapi menurut hemat saya kita memang baru belajar demokrasi. Itupun wajah demokrasi kita aneka rupa. Parlementer, presidensial, terpimpin, demokrasi pancasila dan...taktahu lagi sekarang ini demokrasi apa?

Saya sama skeptisnya dengan saudara.

Unknown mengatakan...

Akibat ketidak jelasan "aturan politik" iu tampak dalam kasus situ gintung. Semua gamang dan semuanya "tiarap". Siapa yang bertanggung jawab? sampai hari ini kita tak tahu.

Anonim mengatakan...

bigmike,

baiklah saya bs mengerti teguran anda.
saya mohon maaf sedalam-dalamnya.

agar anda dan semua tahu, saya memang
tidak suka dengan bahasa bangsa kuli
hanya karena yg bersangkutan dongkol.
bukan itu saja, bangsa ini disebut
juga inferior, rusak sosial dan
pecundang. buat saya ini personal
apalagi kalau saya yg
disuruh untuk berargumen sebaliknya.
pertanyaan saya, apakah keberadaan
kami dan perasaan kami tdk penting
untuk ditimbang-timbang oleh
ghentenx dalam menyampaikan
kedongkolannya? bukankah masih ada
banyak cara lain dalam penyampaian
kritik tanpa kehilangan substansi??

buat saya ini hal kepatutan. ghentenx
yg merasa kemungkinan komentarnya
ngawur, tahu akan ada rekasi keras tp
memaksa menyampaikan kedongkolannya,
apakah patut???

kalau saya tahu anda tidak suka ini
dan itu tp memaksa diri mengusik
perasaan anda, apa patut? terlepas
dari seberapa pandai kita (termasuk
anda) dalam proses berdiskusi, ada
hal-hal tertentu yg kami anggap
personal yg kalau diusik pasti
hasilnya tidak baik dan merusak persa-
habatan.

tentang pertanyaan anda itu, saya tdk
ingin berdebat lagi karena hampir
pasti saya akan sampaikan alasan
substantifnya. anda katakan anda tidak
mau mencampurinya dan saya hargai itu.

semoga anda mau mengerti mengapa
saya bereaksi dgn cara saya.

(anonim)

mikerk mengatakan...

@ anonim,

APAPUN ALASAN ANDA, HANYA ADA SATU CARA YAITU .....DISKUSI.....BUKAN MARAH DAN MEMANCING OLOK-OLOK.

SIAPA YANG TAHU BAHWA KATA KULI ITU PERSONAL BAGI ANDA? SI ANU TIDAK SUKA KATA X LANTAS SI POLAN TIDAK SUKA KATA Y ….. LAH KALAU SEMUA PEMBACA MENGANGGAP KATA TERTENTU ADALAH PERSONAL DAN TIDAK BOLEH DITULIS YA BLOG INI DITUTUP DONG.

APA YANG BOLEH SAYA TULIS LAGI KALAU TIAP KATA ADA BATASANNYA. LALU MEMBERI BATASAN = MELARANG ..... AH...LAMA-LAMA SAYA INGAT ORDE BARU YG TIDAK DEMOKRATIS ITU. SOEHARTO TIDAK SUKA SATU KATA MAKA KATA ITU MENJADI HARAM DIUCAPKAN. SI PENGUCAP DIHAJAR. APA ANONIM MAU KITA KEMBALI KE MASA ITU?

SARAN SAYA ADALAH ....JIKALAU TIDAK TAHAN MEMBACA SATU KATA TERTENTU YA SUDAH TIDAK USAH DIBACA. BERES-KAN? TIDAK USAH MEMAKSAKAN DIRI UNTUK MEMBACA KALAU NANTINYA MARAH. ANALOGINYA ADALAH TIDAK SUKA 1 JENIS FILM YA JANGAN MELARANG MEMUTAR FILM TERSEBUT. ITU MELANGGAR HAK ORANG LAIN UNTUK YANG MENYUKAI FILM ITU? SO, TIDAK ADA YANG BISA DIKOREKSI SELAIN SIKAP ANDA ITU SENDIRI.

CATATAN SAYA INI UNTUK SEMUA. BUKAN CUMA UNTUK ANONIM. MAU DEMOKRASI SIAPLAH BERDEMOKRASI. SALAH SATU ALAT VITAL BAGI DEMOKRASI ADALAH....DISKUSI...BUKAN MARAH...

HARAP MEMAKLUMI SIKAP SAYA INI KARENA BLOG INI DIBIKIN UNTUK SEMUA ORANG BUKAN HANYA UNTUK ORANG-ORANG TERTENTU. BAHKAN TIDAK UNTUK KESENANGAN SAYA SENDIRI. BLOG INI DENGAN SUSAH PAYAH SAYA PERTAHANKAN UNTUK KEBAIKAN BERSAMA ....SESUAI MISI.

JIKALAU SAYA SALAH, MOHON DIMAAFKAN

GBU

TABE

Anonim mengatakan...

Ada percakapan lucu:

G: Mnrt BK, BH, dll., bangsa indonesia bangsa kuli. Saya setuju.

A: G juga bangsa Indonesia, jadi pasti Kuli. Saya org Indon tp bukan Kuli.

G: Sialan lu A. Kamu yg kuli. Aku cm ngutip kata2 org lain. Kamu itu .... (sensorr).

(lalu A & G mulai saling balas olok-mengolok)

G: Woi Admin, si A brengsek tuh. Tolong ditegur biar sopan.

Kesimpulan saya, baik G maupun A dua2nya ngawur. Sebaiknya bertobat krn Kerajaan Surga su dekaat. Saya tida telat lagi ke sekolah.... ^_^

mikerk mengatakan...

@ Wilmana,

Ada yang 2 yang terluput.

Pertama, ..si A tidak mempunyai argumen tandingan...hanya sekedar tidak suka kata kuli...

Luput yang kedua, kata kuli, menurut catatan, tidak diarahkan khusus oleh si G kepada si A. Kata itu adalah kata umum dan netral. Bahkan sebenarnya, menurut catatan si Admin, kata itu diarahkan kepada si N. Nah, jikalau si A tidak suka dengan kata itu dapatkah kita mengusulkan ke penyusun kamus bahasa indonesia supaya kata itu dihilangkan dan tidak boleh dipakai?

Dua hal itu harus clear betul sebab jika tidak maka ada kesan saya, si Admin, adalah "suruhan" si G....bekerja karena teriakan si G.....TIDAK....Saya adalah saya yang tidak bisa seenaknya diatur-atur oleh siapapun juga...

Saya adalah admin yang HARUS MENJAGA PROSES DISKUSI YG TERTIB...di blog dengan pendapat yang banyak seperti ini hanya ada satu alat agar semua hal bisa tertib.....yaitu ....TERTIB DISKUSI...(tugsa admin untuk mengatur diskusi agar tertib).... ada pernyataan...bikin pernyataan tandingan.....setelah diskusi berjalan dan ada yang dirasakan kurang nyaman maka sampaikanlah ke kawan diskusi

...ehhhh...jangan "menyentuh yang itu" nggak enak .....

lalu sepakatlah...bila perlu bersepakat untuk tidak sepakat....Apapun, diskusikan dahulu. Jangan belum-belum sudah marah. Begitulah diskusi yang demokratis....Bukankah kita mau berdemokrasi? bukankah kita ingin kebaikan?????

Thanx sudah membantu "memotret" tetapi potret yang tidak lengkap akan mendatangkan bias.

Tabe

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Gw di Padang nih....wah capeeekkk....sama-saja di mana-mana. Di sii juga semua saling salah-salahan. Yang jelas emang hutannya udah rusak ya banjir ya longsor itu resiko. Good governance yg ngga jalan biang kerok deh...bener-bener doea tanda mata ...ha ha ha ha
(Proxy73)

Anonim mengatakan...

bigmike,

saya dgn besar hati menerima teguran
anda. teguran mu itu berlaku buat saya,
ghentenx dan kita semua. kalu saya
salah merumuskan logika argumen
seseorang, tentu yg bersangkutan
juga jangan cepat-cepat marah dan
olok-olok. tp spt anjuran anda, "eh
anda keliru, maksud saya begini...
anda patut meminta maaf."

tp saya ingin katakan bahwa saya
bereaksi spt itu dengan tujuan pingin
buktikan bahwa persoalan bangsa kami
adalah banyak maling teriak maling,
kuli teriak kuli.

tentang perasaan, saya akui anda benar
tp didunia kami perasaan menjadi
ukuran penting. sebenar apapun
anda, anda tetap harus jaga perasaan.
ini realitas dan mungkin ini sebab
demokrasi kami tersendat-sendat bahkan
mogok.

terakhir saya berharap anda konsisten
menegakan aturan anda sendiri disini.

(anonim)

Anonim mengatakan...

@ All,

Tindakan BM sudah di track yang benar. Tegakan sopan santun diskusi. Saya dukung (Eman, CN, TDM)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Satu sikap terpuji hari ini ditunjukan oleh bupati Kupang: Drs. Ayu Titu Eki, MPd, PhD yang berani menghentikan penambangan mangan di kawasan hutan. Hutan di NTT yang sedikit akan semakin dirusak oleh adanya penambnagan seperti itu. Keberanian itu ternyata datang dari kampung jauh. DKI belajarlah etika pemerintahan itu dari Ayub. Mudah-mudahan konsisten janan hanya karrena baru menjabat.

Pelajarannya adalah: beliau adalah dosen Undana. Bagaimana jikalau bigmike jadi bupati atau gubernur. Lingkungan NTT bakal aman. Persoalannya BM tidak tertarik ha ha ha ha (Eman, CN, TDM)

Unknown mengatakan...

@ Ama Ludji,

ha ha ha ha sibuk togor orang batasibu ko? jangan lupa besok presentasi boss.....

@ Eman

Pak Ayub memang baik tapi statementnya tentang ibu kota kabupaten kupang seperti terlalu buru-buru. Itulah ciri dosen kadnag-kdang yang dipikirkan adalah logika-logika semata. Tidak pake cek aturan ha ha ha..

Jadi bagaimana dengan ama Ludji atau Bigmike,..ini ilmuwan yang luruss kadang-kadang terlalu lurus ...kurang taktis...apakah cocok jadi birokrat? saya tidak tahu ha ha ha ha

Unknown mengatakan...

Eh, lagu rembulan menangis lebe enak (A9ust)

Anonim mengatakan...

Hmmmhhh...gw sedih dengan kejadian bencana ayang terus menerus di Indonesia tapi gw jg bangga BM bisa menegakkan aturan blog. that's my big mike //Pritha//

Anonim mengatakan...

Ada alur berpikir ttg sebab-akibat yg menarik di simak di sini.

Bencana disebabkan oleh buruknya governance.

Governance buruk karena para stakeholders pembangunan tidak menjalankan perannya dengan baik.

Para stakeholders ngawur krn bermental kuli.

Mental kuli bangsa ini adalah kreasi belanda.

Belanda berkreasi krn apa? mengapa?

Ada yg bisa lanjutkan?

Kalo tidak perlu dilanjutkan, lalu maunya apa?

Anonim mengatakan...

bigmike
Thanx sudah membantu "memotret" tetapi potret yang tidak lengkap akan mendatangkan bias.

Trims atas tegurannya. Beta mmg sekedar ambil bagian yg jadi pemicu keributan yaitu masalah baku olok itu. Krn kalo dorang tidak baku olok di sini, mgkn masalah argumentasi jeblok ato pendapat yg asbun pun, tdk bakal ada keributan.

Bhw "protret" di atas ada kaitannya dg admin, faktanya mmg si G yg ngadu ke admin spy difasilitas dan diarahkan. Dan, mnrt saya admin sdh OK dl menertibkan mereka2 yg menyeleweng itu.

Tp kalo dianggap beking bias, mohon maaf yak. Ini penting drpd keburu ditanggapi pake HURUF BESAR SEMUA.

(^_^)

Anonim mengatakan...

pertama-tama permohonan maaf kepada mas BM, sebab telah meresahkan hati sang pemilik blok dengan aksi2 ekstrem hingga terjadi saling olok antara kami.
saya tiada bermaksud menciptakan suasana kacau dan tak beretik ini. suasana ini tlah terjadi setelah mengikuti apa yang tlah terjadi diantara G dan A meski tanpa kehadiran saya.
teruntuk mas gentenx, saya juga ndak bermaksud seperti yang anda tuduhkan sebagai provokator sebab saya adalah ----- bukan anonim. tapi ndak apa2 kalo saya dianggap ndak bner yah wis saya nrimo mas.
buat mas anonim, saya juga mohon maaf sebab dikira saya = anda dan dianggap memanas2i anda dan gentenx. tapi mohon di catat saya bukanlah pendukung anda.
ijinkanlah saya tetap sebagai oknum dengan inisial ----
salam hormat kepda smuanya

(-----)

Anonim mengatakan...

@ Wilmana,

gw ajukan usul untuk pertanyaannya:

Belanda berkreasi karena:

1. sejarah eropa jaman dahulu = sejarah dunia = sejarah indonesia jaman dahulu yang penuh dengan kisah aneksasi wilayah, ekpansi wilayah. contoh: imperium romawi, penyerbuan oleh orang-orang mongol, tentara islam yang menyerang eropa, penyerbuan majapahit ke mana-mana dan seterusnya.

2. bangsa-bangsa barat menemukan cara keluar dari "masa gelap" itu, yaitu masa pencerahan. Lalu berubah dan melakukan evolusi perilaku. Tindakan strategisnya adalah: pendidikan. Itu juga yang dilakuin jepang pada restorasi meiji dan korea ketika bercita-cita mengejar jepang.

3. pendidikan di indonesia ga pernah diseriusi. Ganti menteri ganti kebijakan. Jadi, jalan di tempat. Mental tidak berubah. Di sini gw liat point Ghentenx bagus banget. Menurut UU sisdiknas bangsa ini yang mau dimajukan adalah imtaq bukan IPTEK. Indonesia terus tidak tercerahkan. Ini akibat politik aliran.

ha ha ha...di atas itu adalah diskusi bareng BM lewat e-mail wkt gw nyelesein ...yah begitu dechhh...wkwkwkwkwk...(Proxy73)

Anonim mengatakan...

woooiiii bm, posting baru dong??? udah kelamaan ni but...jangan yg daur ulang ya....wkwkwkwkwkw....(Proxy73)

Anonim mengatakan...

he he he he....i swear, mana bisa saya menyuruh BM. Nggak masuk akal. Woiii BM, you are great (Ghentenx)

Anonim mengatakan...

tapi saya mendukung mas proxy...bm up date posting dong...(ghentenx)

Unknown mengatakan...

rasanya besok ato minggu nih posting baru. Siapin posting khusus Paskah ya boszzz....gw nikmatin banget posting Paskah taon kmaren....Shalom

Anonim mengatakan...

wilmana,

begitulah substansi alur pikiran yg
pingin dikembangkan disini yg saya
tentang. premis alur pikiran itu
adalah "kita tidak salah, org lain
yang salah atas keterpurukan kita."

lula da silva ketika masih menjadi
rakyat menyalahkan pemerintah atas
keterpurukan bangsanya. saat dia
menjadi aktivis buruh, dia msh
konsisten menyalahkan pemerintahnya.
begitu juga ketika dia menjadi
pemimpin oposisi. tp saat dia menjadi
presiden brasil, dia menyalahkan org
kulit putih bermata biru atas
keterpurukan bangsanya.

sama spt anda, bisa jadi nanti org
kulit putih salahin tuhan karena
ciptakan mereka serba kekurangan
(tidak sempurna). tuhan salahkan siapa
lagi? dirinya sendiri?

kalau takut akhirnya salahkan tuhan,
lalu apa? substansi argumen saya yg
terpotong karena olok-olok adalah,
"hey lu! sebelum marah nyalahin si a,
b, c, lihatlah dirimu sendiri!"

tp bagi yg merasa berhak menyalahkan
orang lain, silahkan salahin org lain!
silahkan salahin tuhan! dstnya...

(anonim)

Anonim mengatakan...

tentang bangsa kuli yg disampaikan bk,
saya kira haruslah kita simak dlm
konteksnya sejarahnya. bk ingin bangsa
ini sadar dan bangkit menjadi org
bebas merdeka. dan tahun 1945, kami
nyatakan diri bebas merderka.

bagaimana dgn ghentenx yg katakan
bangsa kita kuli bin inferior, bin
rusak sosial, bin pecundang? jawaban
iya atau tidak dari saya sama
absurdnya. mengapa? karena saya tidak
kenal dia. bukan saja tidak kenal,
tahu dia saja tidak. saya tidak tahu
motif nya selain dia dongkol disini.
tp saya bisa menilai premis argumen
nya. premisnya adalah kekulian kami
(termasuk dia) adalah akibat
penjajahan serta eksploitasi bangsa
lain. absurd.

tahun 1945 kami menyatakan diri
sebagai org bebas. kami bebas menjadi
lebih baik atau tetap menjadi kuli.
kekulian kami saat ini adalah akibat
pilihan bebas kami. terus menyalahkan
org lain sama dengan menyalahkan
kebebasan itu sendiri.

2000an tahun yg lalu ada manusia
bernama yesus. lahir sebagai rakyat
jelata ditengah penindasan bangsa
romawi yg bengis; super bengis. apakah
mental dia terbentuk jadi kuli? tidak!
kenapa? karena dia bebas memilih
menentukan nasibnya sendiri. lebih
dari itu, dia mengajarkan org-org
disekelilingnya untuk menjadi
org2 bebas ditengah kesulitan hidup.
apa jadinya? tebak sendiri!

masih banyak hero (pahlawan) saya
yg punya kualitas spt ini. luar biasa.

(anonim)

Anonim mengatakan...

ghentenx

mudah-mudahan dirimu sama spt saya, sudah
belajar dari teguran bigmike. sekarang
saya bicara substantif. silahkan bantah
argumen saya jika ada; tanpa olok-olok
tentunnya. atau silahkan buktikan bahwa kami bukan org bebas dan akibatnya msh menjadi bangsa yg tertindas!

(anonim)

Anonim mengatakan...

Soal bencana situ gintung membuktikan betapa parahnya pemerintah kita dalam memprediksikan sesuatu. waduk/dam/bendungan atau apapun yang dijadikan sebagai reservoir air pasti punya umur bangunan. entah 10,20,25 tahun atau lebih yang apabila diperhatikan tentu dapat menjadi early warning system. Hal itu yang luput diperhatikan belum lagi ditambah dengan masalah management DAS yang amburadul.. umur bangunan waduk situ gintung yang "tua" (makanya konstruksi waduk rusak) + missmanagement DAS (khususnya di daerah sempadan sungai)+ perilaku masyarakat yang merusak = bencana situ gintung.

kalau memang pemerintah tak bisa memprediksikan bencana, Apa lebih baik pemerintah kita menyewa si peramal Mama Lauren saja yah supaya bisa memprediksikan bencana-bencana yang akan datang?? atau bahkan pemerintah membuat suatu dinas Ramal-Meramal saja dan yan jadi anggota Mama Lauren, Ki Joko Bodo, dll??? HiHiHiHi

(Norman)

Anonim mengatakan...

@ Anonim,

Saya tidak akam melayani saudara jika itu dikaitkan dna soal rupa bangsa tertindas. Mengapa?

BM sudah mangatakan bahwa topik itu ditutup. Saya cuma belajar follow the rules. Anda yang masih juga ingin mengutak-utik soal itu ....ah itu pilihan bebas anda tetapi harap menghormati pilihan bebas saya, yaitu...saya sama sekali tidak punya keingingan untuk berdiskusi dengan anda dalam topik yang sama. Malu ditegur pemegang rules a.k.a. admin a.k.a. bigmike.

Silakan saja sahabat lain jika ada yang ingin menanggapi anonim.

Saya hanya ingin menunggu anak nkri. Wassalam (Ghentenx)

Unknown mengatakan...

ssssssttttttt......ngga usah ribut lagi pada topik ini....BM dah bri directoin en...Proxy73 si sableng dah "menutup secara cantik".... ocheeeeeee??????

Unknown mengatakan...

hallloooooouuuuuuu BM, mana posting barunya???????

Anonim mengatakan...

@anonim

Saya juga cuma mau memperjelas point anda. Kebetulan krn bukan sy yg jadi sasaran "tembak" anda, jd bisa liat itu. Kalo sy yg jadi sasaran kritik, mgkn saya akan segera terkecoh dg gaya bahasa sarkasme anda, lalu jengkel dan balas dg kata2 yg senada ato malah lbh kejam lagi.

Mgkn ada baiknya tdk pake kata2 sarkastis, tapi mungkin baik juga utk tdk terkecoh dg itu.

Salam dame

Anonim mengatakan...

ghentenx

yg saya tahu bigmike menutup proses
diskusi yg dianggapnya olok-olok, bukan
substansi diskusi. sayang anda tidak
mau melanjutkan lagi diskusi ini.
tp itu hak dirimu.

wilmana

tentang bhs sarkasme saya akui sebagai
reaksi ketidaksukaan saya atas bhs
yg saya anggap vulgar oleh ghentenx.
terima kasih atas sarannya.
saya terima dengan baik.

(anonim)

Anonim mengatakan...

ha ha ha ha...anonim masih belum juga menangkap esensi teguran BM...bacalagilah bro....nih saya kutip 2 kalimat BM...

1. ...Saya himbau diskusi dengan sahabat ghentenx dihentikan. ...

2.....Karena menghindarkan olok berbalas olokan dan hal itu bertentangan dengan misi saya tentang kebaikan maka saya nyatakan diskusi ditutup.....

BM sudah menyatakan disksui ditutup dan tidak usah lagi memnacing-mancing dengan menyebut-nyebut saya mengatakan bahwasa yang vulgar karena standard etis tidak ditentukan oleh anda. Anda itu siapa sehingga merasa punya hak membuat kategori satu kata itu vulgar dan enggaknya...

Nah, supaya terhormat maka...untuk sementara ga usah menyebut nama saya si Ghentenx. Anda bakal terobsesi. Percayalah

Anonim mengatakan...

sayang sekali...
sebenarnya dirimu dan saya bisa
membuktikan pada bm bahwa kami bisa
berdiskusi tanpa olok-olok.

(anonim)

Anonim mengatakan...

Sorry bung, tidak ada olok-olok di dalam komen terakhir saya....yang pasti anda tidak bisa membantah pernyataan saya bahwa ...bm memang sudah menutup topik kuli. Masih mau malu? silakan dilanjutkan bung...saya tidak. Wassalam

Anonim mengatakan...

membantah pernyataanmu itu gampang sekali; lihat saja lagi premis 2 kalimat bigmike yg anda kutip itu!!! tp sudahlah, sepertinya anda memang sudah tidak mau lagi berdiskusi dgn saya. tidak apa-apa. saya taruh hormat saja atas putusan dirimu itu.

(anonim)

Anonim mengatakan...

@ Anonim,

akhirnya anda sadari juga urgensi seruan BM, meski anda masih juga berusaha memainkan premis-premis. Buktinya adalah ...lihatlah ercakapan kita di sini hanya kita berdua. Malu nggak?

Ayo, naik ke atas. Ada posting baru di sana dan saya siap berdiskusi dengan anda pada topik itu.

Sekarang saya off dahulu. Nanti saya cek lagi. Anda masih di posting ini atau di posting baru (Ghentenx)

Anonim mengatakan...

anda akhirnya memakai ukuran "hanya kita berdua" agar merasa malu. teguran bigmike saya terima dgn wajar kok. kalau nanti hanya kita berdua yg berdiskusi, asal santun, ndak jadi masalah dan saya yakin bigmike tidak keberatan. yg saya tawarkan adalah berdiskusi dengan semangat baru. topik lama/baru bukan soal, tp proses diskusi (tidak saling olok-olok dan memakai bahasa sarkasme) yg diinginkan pemilik blog ini.

tp sekali lagi saya taruh hormat atas keinginan anda untuk tidak berdiskusi lagi.

sampai jumpa dilain topik.

(anonim)

mikerk mengatakan...

@ Anonim dan Ghentenx,

Saya tegaskan: untuk anda berdua topik ini saya tutup. Pergi ke posting lain, dengan topik lain, lalu berdebat di sana. Secara baik dan tidak berolok-olok. OK????