Selasa, 23 September 2008

Gadjah Mada, Sabu dan Robert yang Berpendapat

Dear sahabat blogger,

4 bulan lalu ketika sedang meluncur di internet tanpa sengaja saya menemukan sebuah arsip mail milik Yahoo groups dengan nama berikut ini: http://www.mail archive.com/referensi@yahoogroups.com/msg01287.html. Isinya adalah percakapan tentang Kerajaan Majapahit dan asal–usul Patih Gadjah Mada. Saya sebenarnya kurang tertarik pada topik ini karena bidang keilmuan saya “agak jauh” dari pokok bahasan yang ada. Saya kutipkan beberapa penggalan percakapan mereka:

...tentang asal muasal Gadjah Mada, berita resmikan berasal dari pedalaman Singosari.....(Risfan Munir)......


Lantas dijawab berikut ini:

Barangkali memang aneh, Gadjah Mada mengarahkan pengembangan Majapahit ke tema penaklukan - luar Jawa - dengan kekuatan angkatan laut. Apakah ini sebuah petunjuk, bahwa Gadjah Mada adalah bagian dari "nenek moyang kita orang pelaut" ? Tegasnya, akan sangat mustahil seorang "Jawa pedalaman" masa itu (meski dengan kewenangan negara) mengerahkan kekuatan dan berorientasi menyeberang lautan ! Artinya, yang paling memungkinkan punya ide kelautan dan seberang lautan penuh kehidupan adalah orang-orang pelaut (punya tradisi hidup melaut) .....(Djarot).....


Gerangan apa percakapan ini? Oh, rupa-rupanya para netter di atas sedang mempercakapkan debat lama, yaitu apakah Gadjah Mada berasal dari pedalaman Jawa atau bukan. Risfan Munir berpendapat bahwa dia berasal dari pedalaman Singosari. Sedangkan Djarot berpkir bahwa tidak mungkin sesorang yang berbudaya pedalaman mengarahkan pergerakan penaklukannya ke arah laut, ke pulau-pulau atau daratan lain. Sampai di sini saya mulai tertarik. Sejurus kemudian perasaan tertarik berubah menjadi TERBELALAK ketika membaca skrip dari sesorang yang ikutan berpendapat, yaitu Ekadj08 dan......wuuihhhhh nama marga saya RIWU KAHO, marga saya, ikut disebut. Begini bunyinya:


.......beberapa bulan lalu saya menemukan sebuah buku `baru' di Kupang berjudul "Orang Sabu dan Budayanya" karya Robert Riwu Kaho, penerbit Jogja Global Media 2005. Sedikit saya ulas beberapa hal sehubungan dengan lontaran Pak Djarot. Kepulauan Sabu (Sawu) terletak di antara Pulau Sumba dan Rote, terdiri dari 3 buah pulau: Pulau Sabu, Raijua, dan Dana. Pulau Sabu-Dana dapat dikatakan pulau paling selatan Indonesia, berhadapan dengan Samudera Indonesia. Jumlah penduduknya saat ini sekitar 65.000 jiwa yang tersebar dalam 3 kecamatan. Pada waktu kepulauan Sabu berada di bawah pengaruh Majapahit, Pulau Dana masih berpenduduk. Konon katanya seorang pangeran dari Majapahit yang beristrikan seorang wanita dari Pulau Raijua pernah bermukim di pulau itu, dan bekas rumahnya masih ada sampai sekarang ini. 3 tahun yang lalu saya bersama Pak Ary Djatmiko sempat sampai ke Nembrala, dan dari situ dapat memandang ke Pulau Dana yang tidak begitu jauh letaknya. Terlihat pulau itu kosong tidak berpenghuni; dan kalau tidak salah Pak Ary merekomendasikan untuk membangun pos TNI-AL untuk menandai titik pangkal kepulauan teritorial Indonesia.


Dalam buku tersebut disebutkan bila orang Sabu pada umumnya menamakan dirinya `Do Hawu'. Pulau Sabu mereka sebut `Rai Hawu'. Do/dou artinya orang atau manusia, dan rai artinya tanah atau negeri. Segala apa yang dipandang sebagai `yang asli' atau berasal dari Sabu selalu dikenakan kata sandang `Hawu'. Sedang yang berasal dari luar atau bukan asli Sabu dikenakan kata sandang ` `jawa`, misalnya terae `jawa (jagung), ki'i `jawa (domba), hi'ji/hi'gi `jawa (kain batik), dan emmu `jawa (rumah berbentuk bukan asli Sabu). Kata sandang hawu sudah dipergunakan sejak generasi ke-8 orang Sabu yang bernama Hawu Miha (Hawu bin Miha). Ketika bangsa Portugis dan Belanda tiba di Sabu, kata Hawu mengalami perubahan dalam pelafalannya menjadi `Savu'; penduduknya disebut Sabos atau Savoenese. Padahal dalam Li Hawu (bahasa Sabu) tidak dikenal kata berhuruf s, f, dan v. Dari informasi turun-temurun disebutkan pada zaman generasi ke-7 ada seorang leluhur orang Sabu bernama Miha Ngara. Beliau mempunyai 5 orang anak yaitu Hawu Miha (cikal-bakal orang Sabu), Huba Miha (orang Sumba), Tie Miha (orang Tie Rote), Ede Miha (orang Ende), dan Jawa Miha (orang Jawa).


Orang Sabu mengetahui kira-kira pada abad pertama Masehi, `Jawa Miha meninggalkan Sabu untuk menetap di Jawa. Di kemudian hari kontak antar keturunan dan keluarga tidak lagi terpelihara. Pengetahuan tentang adanya relasi ini diperoleh melalui syair-syair dan cerita para tetua dan pemangku adat di Sabu. `Migrasi' dari Asia Tenggara diakui telah berlangsung sekitar 500 tahun SM, dan kira-kira 200 tahun SM terjadilagi migrasi dari India Selatan. Migrasi ini juga sampai ke Sabu. Pada gelombang ketiga disebutkan, ketika kaum pendatang yang jumlahnya lebih sedikit (di Pulau Jawa) mulai diperangi oleh penduduk asli, sehingga posisinya terdesak. Untuk itu mereka meminta bantuan kepada kerabatnya yang telah menetap di `timur' untuk membantu mereka. Kala itu yang berkuasa di Sabu adalah Miha Ngara, dan mengutus kedua anaknya Hawu Miha dan Jawa Miha untuk membantu kerabatnya kaum pendatang di Jawa. Keduanya mendarat di pantai selatan Jawa Barat di suatu tempat berbukit karang, lalu diberi nama `Karang Hawu', letaknya kira-kira 1 km dari sebelah barat pantai Pelabuhan Ratu.


Setelah peperangan berhasil dimenangkan, kedua kakak-beradik itu berpamitan untuk kembali ke Sabu. Kerabat di Jawa meminta agar salah seorang dari mereka untuk tinggal menetap di Jawa. Permintaan itu ditampung namun harus dilaporkan dan diputuskan oleh ayahnya di Sabu. Akhirnya diputuskan bila Jawa Miha yang berangkat ke Jawa sedangkan Hawu Miha tetap tinggal di Sabu. Ketika keberangkatan, didirikan sebuah batu peringatan yang diberi nama `Wowadu `Jawa Miha' di Namata. Pada waktu `Jawa Miha berangkat ke Jawa ia diberi bibit beberapa jenis tanaman untuk ditanam di sana yaitu cengkeh, wilahege, jahe, pala, pohon pandan; dengan pesan bahwa sejak saat itu jenis tanaman tersebut tidak boleh ditanam oleh Hawu Miha dan keturunannya di Sabu. Setelah menetap di Jawa, Jawa Miha berganti nama menjadi `Aji Saka'. Dalam perkembangan selanjutnya mereka memperluas wilayahnya mulai dari Jawa Barat sampai ke Jawa Timur.


Pada zaman kerajaan Majapahit, Kepulauan Sabu berada dalam pengaruh Majapahit, dan hubungan lama antara orang Jawa dan orang Sabu kembali mendapat angin segar. Pulau Raijua dan Solor pernah menjadi pangkalan armada kerajaan Majapahit; perahu dan armada Majapahit sering menyambangi tempat ini. Terdapat banyak hikayat yang menghubungkan faktor sejarah ini, seperti di antaranya salah seorang permaisuri raja Majapahit bernama `Benni Kedo' berasal dari Raijua, bahkan memiliki rumah di Pulau Dana. Pulau Raijua disebut `negeri Maja' dan pemimpin masyarakat Raijua disebut `Niki Maja', dst.


Penulis buku menyebutkan keyakinan bila Gajah Mada berasal dari Raijua dengan beberapa alasan. Misalnya nama Gajah Mada bukanlah nama yang lazim disandang orang Jawa, karena orang Jawa akan mengucapkan nama itu Gajah Mendo. Hanya di Sabu dan Raijua saja orang menyandang nama-nama seperti Gaja, Mada, Me'do, Mo'jo, Jaka, Raja, Ratu, Laki, dst. Juga di Nusa Tenggara tidak mengenal nama-nama seperti itu. Warn `merah-putih' yang diagungkan Gajah Mada dan Majapahit adalah warna `gula-kelapa' dan `air ketuban' yang menjadi lambang orang Sabu sejak zaman dahulu kala. Penulis juga mengungkapkan hubungan orang Sabu dengan orang Belu, Thie Rote, Sumba, dan Ambon. Saya pernah ungkapkan asal-usul orang NTT ini yang datang dari 3 penjuru pada threat Panen Lontar.........(ekadj08)


Sahabat blogger, sampai disini saya berhenti karena airmata telah berlinangan menggenangi pelupukmata. Mengapa kesedihan itu menyergap. Ya, karena sumber referensi bagi uraian Ekadj08 adalah ROBERT RIWU KAHO. Siapa dia? Ayahanda saya. Di mana dia? Di Surga bersama YESUS yang dipercainya. Maka bagi saya, tidak penting benar apakah informasi dari Robert Riwu Kaho valid, reliable dan obyektif seperti halnya tuntutan metode ilmiah ketika mengajukan hipotesis. Tidak penting benar. Robert sudah berpendapat, tugas orang lain untuk mematahkan pendapatnya dan atau malah memperkuat pendapatnya. Hal terpenting adalah selama hidup setiap orang, tidak perduli siapapun dia, harus berkarya sebaik-baiknya Mengapa? Ya, tidak lain dan tidak bukan sebab "yang oleh karenanya" – principe d-‘etre - kita layak untuk disebut sebagai manusia yang berprakarsa dan berkarya. Robert Riwu Kaho membuktikan itu. Semasa hidup, dia berkarya. Ketika sudah mati, namanya diperbincangkan orang. Untuk hal-hal yang baik. Saya, sebagai penerus DNA Robert Riwu Kaho, bangga kepadanya. Anda, saya dan kita semua ingin dikenang sebagai apa?


Satu – dua hari ke depan saya pasti tidak menunggui blog karena saya bersama rombongan keluarga besar RIWU KAHO akan menghantar beberapa barang- pribadi milik almarhum ke Pulau Sabu. Ritual ini di sebut Ruket’tu. Mengapa demikian? Dalam budaya Orang Sabu, setiap orang Sabu adalah milik tanah Sabu. Di manapun dia bepergian WAJIB baginya untuk kembali ke kampung halamannya. Robert Riwu Kaho mati di negeri orang. Tugas kamilah sebagai anak dan cucunya untuk menghantar kembali Robert Riwu Kaho guna kembali berdiam dan dipeluk tanah Pertiwi-nya. Tanah Tuak dan Gula. Rai due nga donahu. Tanah Anugerah Tuhan Seru Semesta Alam.


Tabe Tuan Tabe Puan

177 komentar:

Anonim mengatakan...

mantap gua duluan ! mike jangan pasang fotonya nk situ dong!!

(budi)

mikerk mengatakan...

Ha ha ha ha ha ha ha ha, sebagai orang yang lebih paham budaya sabu dan paham juga tentang acara ruketu, tolong diberi komentanya

mikerk mengatakan...

Dear All,

tepat di hari ini, 5 bulan sudah Robert Riwu Kaho pergi meninggalkan saya, mama saya, 1 kakak saya dan 8 orang adik saya. Kepergiannya ketika itu, terlalu menyakitkan hati karena dia pergi begitu saja tanpa permisi apa-apa. Sampai hari ini air mata saya masih terus berlinangan setiap mengenangnya. ...

....saya berhenti untuk menangis dahulu......

mikerk mengatakan...

waowww....sudah agak terkendali....ada yang saya mau beritahu bahwa percakapan tentang Gadjah Mada memang kontroversial. Jadi hendaknya dipahami bahwa apa yang dikatakan oleh Ayahanda almarhum, Robert "SGT" Riwu Kaho, dalam bukunya adalah semacam tesis yang terbuka untuk dikritisi.

Sebagai ilmuwan, saya tahu persis bagaimana cara kerja ilmu pengetahuan, dan oleh karena itu, khusus pada topik ini saya tidak akan melakukan intervensi apa-apa karena saya memang tidak berkeahlian di situ.

Hal terpenting bai saya, dalam kaitan posting ini, adalah kebaganggan bahwa seorang sarjana muda ekonomi mampu menghasilkan tesis seperti itu. Silakan sahabat berdiskui. Saya yakin dari ketinggian di atas sana Robert sedang tersenym dan senang melihat pendapatnya di "ributkan". Tuhan memberkati

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

In makin jelas, dari mana bakat menulis ini datang. TOP.

Isi tulisan sedang saya baca dan memang agak kontroversial (Sulis, Jogjakarta)

Anonim mengatakan...

@bigmike!!

Sudahlah! kepergian SGT itu memang menyakitkan, tapi beta yakin SGT juag tidak ingin anak cucunya terus berkubang dalam kesedihan, itu pasti, sekarang tinggal bagaimana anak cucunya melakukan yang terbaik menurut GBHK (Garis Besar Haluan Keluarga) he!.3x, yang telah diajarkan SGT kepada anak cucunya!
mike soal gajah mada ini memang data yang ada masih sangat-sangt mentah, perlu pengkajian yang lebih dalam, paling2 kita cuma bisa membandingkan denga situs WADU PA'A yang ada di lombok yang ornamen2nya sangat mirip dengan motif salah satu versi tenunan sabu (WADU PA'A adalh situs dimana ditemukan kitab negara kertagama, dan beberapa kalangan meyakini situs tersebut adalah kuburan gajah mada)

saya kira sekarang yang paling penting adalah bagaimana menerapkan prinsip2 yang dianut SGT dan GM yang sebenar mirip2 yaitu kerja keras, tegas, lurus, dan lugas dalam berpikir maupun bertindak, juga selalu memikirkan orang lain, nasionalis dan mengakar kedalam budaya bangsa sendiri, kepada anak cucunya dan kerabatnya ini mungkin prioritas! ko karmana?

mike! bangunlah! hapus air mata itu! lihatlah sekelingmu, banyak saudara, kerabat dan para sobat bloger sedang menatap kamu dan berharap agar kamu bisa selalu melakukan yang terbaik bagi semuanya! oke syalom!!

(Budi)

Anonim mengatakan...

@ bigmike,

saya sih tidak begitu perduli sama apakah Gadjah Mada datang dari Sabu, Jawa atau daerah yang lainnya. Hal terpernting adalah teladan "yang oleh karenanya" dari ayahanda almarhum betul-betul coba diikuti oleh bigmike (John, Oemasi)

Anonim mengatakan...

Budi
situs WADU PA'A yang ada di lombok yang ornamen2nya sangat mirip dengan motif salah satu versi tenunan sabu

Tdk banyak org yg mengusai informasi ini. Selain Pak Budi, mgkn cuma abang big mike yg di Shoutbox Chat pake ID DH1RK. Sayang si Abang tdk doyan maen di ruang komentar ini.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@bigmike

Sedikit koreksi. Nama ritual yg akan bigmike lakukan bbrp hr ke depan itu, bukan "ruketu", tapi "aggu pe 'bale ru kettu". Arti harafiahnya, membawa pulang sejumput rambut (ru kettu: ru= daun dan kettu= kepala)dari almarhum ke rumah beliau di Sabu sana. Sebetulnya yg dibawa pulang itu bukan cuma rambut, tapi juga kuku dan ujung lidah serta beberapa potong pakaian beliau.

Maknanya filosofisnya adalah bhw org Sabu percaya, setelah meninggal, jiwanya akan dikumpulkan bersama para leluhurnya di tempat penantian. Kurang lebih seperti ungkapan dlm Kejadian 25:8 atau Ul 32:50.

Nah, tempat penantian itu lokasinya berada di sebelah barat. Mnrt ketentuan adat, pemberangkatan para jiwa ke wilayah barat itu harus lewat P. Sabu dengan menumpang perahu yg dikemudikan oleh Ama Piga Laga. Jadi, "aggu pe 'bale ru kettu" itu sebetulnya simbol kembalinya jiwa almarhum ke Sabu utk kmdn diupacarakan utk memanggil jemputan (Ama Piga Laga).

Tapi ritual "aggu pe 'bale ru kettu" ini hanya berlaku bg mereka yg lokasi meninggalnya berada di sebelah Timur P. Sabu. Kl meninggalnya di sebelah barat P. Sabu, tdk perlu diupacarakan krn dianggap sdh lgsg berada di t4 penantian itu.

Moga2 bermanfaat.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Koreksi:Tertulis
..., serta beberapa potong pakaian beliau.

Seharusnya:
pakaian yg dipakai saat meninggal serta bbrp potong pakaian lainnya, jk ada.

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Dengan koreksi dari Wilmana, kelihatan betul bahwa ama pung pengetahuan tentang Sabu memang payah ha ha ha ha. Makanya dari pada sedih terus ingat bapatua cepat brangkat pi Sabu. Kenali langsung tanah leluhur.

Apapunn, senang membaca posting ini karena ternyata Pak Robert tidak salah mewariskan nilai-nilai pendidiknya. Berbahagialah dengan Ayahanda seperti itu (A9ust)

Anonim mengatakan...

@BM
Jangan bersedih, kami semua mendukung anda. Buatlah yang terbaik seperti yang sudah dibuat oleh SGT. Be the best my friend. (YR)

Anonim mengatakan...

budi
mike jangan pasang fotonya nk situ dong!!

bigmike to budi
Ha ha ha ha ha ha ha ha, sebagai orang yang lebih paham budaya sabu dan paham juga tentang acara ruketu, tolong diberi komentanya

Beta jadi bertanya-tanya... Apa hubungan @budi dg Kel Besar bigmike? Kok dia tau tampang @nk mirip dg SGT (alm)? Kok bigmike tau dia lbh paham ttg adat-budaya org sabu?

Jgn2 nama Budi tp bkn org jawa, tp org sabu?

Tapi ikut @Yossie ajalah. Pingin kenal, tp di sini tdk penting siapa si budi, tp gagasannya yg perlu. Kapan kasi gagasan, Pak?

-KK Look-

Anonim mengatakan...

@ bigmike,

posting ini menggetarkan rasa kebanggaan kita sebagai orang NTT. Memang pernah ada catatan bahwa Gadjah Mada melakkan perjalanan ke timur. Tapi ke mana? Ini yang belum pasti. Tapi saya sedang berusaha mencari tambahan informasi sebelum berkomentar lebih jauh.

Bigmike, anda memang lihai memainkan jurus. Setelah berfilsafat, yang menurut hemat saya, memang agak berat, posting dibelokkan ke isu yang "panas". Siapa Gadjah Mada sesungguhnya? (Eman, Oebufu)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Urun rembug nih menjelang berbuka puasa.

Mahapatih Gadjah Mada memiliki asal-usul yang misterius. Tak diketahui kapan dan di mana ia lahir. Ia memulai karirnya di Majapahit sebagai bekel. Karena berhasil menyelamatkan Prabu Jayanagara (1309-1328) dan mengatasi Pemberontakan Ra Kuti, ia diangkat sebagai Patih Kahuripan pada 1319. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih Kediri.
Pada tahun 1329, Patih Majapahit yakni Aryo Tadah (Mpu Krewes) ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Ia menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai penggantinya. Patih Gajah Mada sendiri tak langsung menyetujui. Ia ingin membuat jasa dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang saat itu sedang melakukan pemberotakan terhadap Majapahit. Keta & Sadeng pun akhirnya takluk. Patih Gajah Mada diangkat sebagai patih di Majapahit (1334). (Syamsudin)

Anonim mengatakan...

Pada 1364, Gajah Mada menghilang secara misterius dan tidak pernah muncul lagi.
Ada beberapa hipotesa tentang Gajah Mada di periode 1364 dan sesudahnya.
Yang pertama, diperkirakan Gajah Mada mengasingkan diri ke Lampung, dan akhirnya meninggal di Lampung. Saat ini ada pusara yang diyakini sebagai makam Gajah Mada di Lampung.
Yang kedua, ia bergabung dengan Adityawarman yang telah menjadi penguasa Kerajaan Pagaruyung, Kerajaan Dharmasraya, Jambi, dan Palembang. Pada saat tiba di Lampung, ia membuat pusara yang seolah-olah adalah makamnya, supaya tidak dicari oleh Majapahit. Setelah itu ia melanjutkan perjalanannya ke utara dan bergabung dengan Adityawarman.
Yang ketiga, ia memimpin ekspedisi ke seberang lautan hingga ke Madagaskar. Asal muasal pulau tersebut memiliki nama Madagaskar, diperkirakan ada hubungannya dengan Mahapatih Gajah Mada. Penduduk asli pulau itu, etnis Merina dan Betsileo, mirip dengan penduduk asli pulau Jawa.

Jadi, dari uaraian di atas tampaknya kecil kemungkinan Gadjah Mada berasal dari Sumatera atau bahkan lebih ke barat lagi. Hal ini tidka mengurangi rasa hormat saya kepada ayahanda bigmike yang telah melahirkan anak sebaik bigmike (Syamsudin, blogger seumuran ayanda bigmike)

Anonim mengatakan...

All,

Buat saya tdk penting Gajah Mada dari mana, matinya dimana blah, blah. Tidak ada relevansinya sama sekali di abab 21 ini.

Sing penting sekarang adalah bagaimana 'melahirkan' kualitas gajah mada pd manusia Indonesia saat ini. Kalau dahulu kala nusantara punya patih yang maha sakti yg menghurmkan nama nusantara sampai ke afrika, mengapa sekarang nusantara hanya punya koruptor kelas dunia? Ini jelas sebuah kemunduran yg teramat dasyat. Dahulu harum, sekarang 'harom.'

Piye toh iki????

-nk-

Anonim mengatakan...

@KK Look (palsu)

saya tidak bilang @nk mirip SGT tapi Gambar yang di sebelah SGT tu loh!!

kalau saya orang sabu, nama saya bu'di dong!

@Eman

dari mana aja bung! kok baru nongol lagi??

(Budi)

Anonim mengatakan...

@ NK

Kala belajar sejarah tidak berguna lalu apa masih perlu ilmu pengetahuan sejarah? Mengapa sejarah Amerika wajib dipelajari di sekolah-sekolah di USA? Jawabannya ada pada 3 aspek ilmu pengetahuan, yaitu epistemologi, ontologi dan aksiologi. Bigmike pernah mengulas tentang 3 hal itu.

Jadi apa gunanya mengetahui ke mana GM pergi, di mana dia mati? Alsannya da pada, bagaimana memberi arti kepada setiap peristiwa sejarah (aksiologi) (Patrice)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Saya sangat mengapresiasi posting bigmike kali ini. Sesuatu tentang sejarah selalu menarik karena sejarah mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan kegagalan dari para pemimpin kita, sistem berbabgsa dan bernegara, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah.

Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja yang mempengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Kita juga dapat mempelajari latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam, sepanjang zaman.

Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana. Katanya: ......."Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya."......(Patrice)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Ayahanda anda almarhum adalah seorang pemberani. Beliau berani mengajukan hipotesis yang amat berani, yaitu Gadjah Mada berasal dari Sabu. Saya kira hipotesis ini akan sama sahnya dengan hipotesis lainnya bahwa Gadjah Mada adalah orang India, orang jawa, orang batak, orang kamboja, orang Yunan dan lain sebagainya, Persoalannya ada pada pembuktian. Tugas kita yang hiduplah yang mencarikan buktinya.

Saya pribadi masih terus ragu, siapakah sosok Gadjah Mada ini. Apakah dia realitas atau jangan-jangan cuma mitos? Dari sini kita bisa mencari penjelasan-penjelasan (Patrice)

Anonim mengatakan...

@ all,

Numpang memberi komentar. Saya Yun berasal dari Mataram, NTB,

Mari kita menduga siapakah gadjah mada?

Ini sumpahnya yang terkenal,

....Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa.....(kitab Pararaton)

Perhatikan bahwa belia menyebutkan kata dompo, yaitu dompu sekarang ini, Maka hal ini cocok dengan pengakuan beberapa pakar sejarah bahwa GM adalah orang yang berasal dari pulau Sumbawa. Bukti terakhir adalah adanya persinggahan GM di Sumbawa ketika dia diklaim telah meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi (Yunarto)

Anonim mengatakan...

Gadjah Mada? bukannya itu bakmi Gadjah Mada ha ha ha ha ha. Banyak topi posting yang lebih berguna (anonim)

Anonim mengatakan...

@ anonim,

Ente luar biasa. Luar biasa goblok ....wakaekekekakakek..oleee...oleeee...goblok...(Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ Syamsudin,

Gadjah Mada berasal dari arah barat? Terlalu dini kita memastikanya begitu pak.

Gajah Mada sendiri diceritakan amat sedikit dalam Negara Kertagama yang berkaitan dengan sepak terjang GM terkait penyelamatan Jayanegara dan masa-masa menjadi Mahapatih Majapahit. Dari mana GM berasal, di mana lahirnya, siapa orang tuanya tidak ada satupun catatan sejarahnya.

Tapi memang ada yang agak meragukan jika kita ingin memastikan bahwa Gadjah Mada adalah orang Jawa. Sifat-sifat keras dan nyaris tanpa komprominya nggak menggambarkan perilaku njawani. Perang bubat adalah salah satu contoh dari akibat perlaku GM yang zonder njawani itu.

Apakah GM berasal dari Sabu? No body knows but God. OK?! (Proxy73)

Anonim mengatakan...

@proxy73

Tapi memang ada yang agak meragukan jika kita ingin memastikan bahwa Gadjah Mada adalah orang Jawa. Sifat-sifat keras dan nyaris tanpa komprominya nggak menggambarkan perilaku njawani. Perang bubat adalah salah satu contoh dari akibat perlaku GM yang zonder njawani itu.

Memahami watak yg keras, gak mau kompromi, zonder djawan GM harus dilihat dalam konteks sejarahnya. Tentang hal ini saya tdk perlu bertele-tele karena anda cukup cerdas - i hope- untuk pahami ini. Itu pertama. Kedua, dalam konteks kekenian, dimana pendulum budaya jawa sendiri sudah bergerak terlalu ke kiri, apakan anda masih ingin katakan org jawa lembut, suka kompromi??? Saya kok ragu. Silahkan anda kasih data untuk membantah keraguan saya ini!

@patrice

Buat saya anda gemar 'hit and run' jadi sayapun hendak merespon singkat saja. Begini.

Tentang teori canggih-canggih yg sudah anda katakan itu, sebenarnya anda sepakat dgn esensi komentar saya. Dimana? Saya kutip:

Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya."......(Patrice)

Bisa jadi kitalah adalah org2 terkutuk itu. begitu? Silahkan anda sendiri nilai!

-nk-

Anonim mengatakan...

@ sahabat NK,

Ada du hal yang ingin saya bicarakan:

....Buat saya tdk penting Gajah Mada dari mana, matinya dimana blah, blah. Tidak ada relevansinya sama sekali di abab 21 ini.....

itu adalah penggalan komentar NK. Apa maknanya? Silakan saudara mengomentarinya tetapi untuk saya, anda sebenarnya tidak perduli pada sejarah. Lantas, terhadap permalasahan bangsa, anda ingin "melompat" kepada solusi. Nah, kalau anda berurusan dengan masalah-masalah fisik hal melompat itu mungkin saja tetapi berurusan dengaan masalah sosial, tidak segampang yang anda duga. Kata Bung Karno, JAS MERAH (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Lalu, anda mengatakan saya sepikiran dengan anda? Anda keliru. Anda menyukai pendekatan instan. Saya tidak. Oleh karean itu, tidak dapat anda menghiraukan begitu saja siapa, ada apa, kemana Gadjah Mada. Ceritera lengkapnya mungkin dapat berguna bagi kita. Mengetahui sosok GM adalah berusaha mengetahui pola pikirnya. Motage dari beberapa fakta sejarah lalu dikonstruksikan bagi masa depan. Ini yg membedakan kita berdua.

Hal berikut:

Jangan menggunakan ukuranmu untuk menilai orang lan karena ketika ukuran itu dipakaikan kepadamu, engka akan kaget. Begitulah kutipa bebas dari Bible.

Anda sangat cepat memberi cap bahwa saya berperilaku hit and run. Ada 3 keberatan saya:
1. mengunjungi blog bukan pekerjaan rutin saya. Ada banyak pekerjaan lain. mengunjungi blog artinya uang keluar. Bersyukurlah anda yang memiliki dua hal itu secara berkelimpahan. Saya tidak.
2. Blog ini adalah blog perenngan. Ini dideklarasikan sendiri oleh BM. Maka, percakapan panjang tidak terlalu penting. Dengan 1-2 potongan informasi kita sehausnya melakukan refleksi terlebih dahulu. Reaksi tanpa perenungan hanya menunjukkan bahwa kita tidak bisa berpikir jernih. Anda tahu menga anda sring terlibat pertengkaran sengit di blog ini? Coba anda renungkan sebelum menjawab saya.
3. Anda pernah mengikuti percakapan saya bersama mang IHIN, yang sayangnya beliau tidak kembali lagi ke blog. Apakah saya berperilaku hit and run? Apakah, ada "tuduhan-tuduhan cepat" di situ? Cobalah anda renungkan itu sahabatku (Patrice)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

saya terus gelisah dengan asal-asal Gadjah Mada. Ada dari sebuah blog, saya lupa, bahwa GM berasal dari Sangir, Sulut (Patrice)

Anonim mengatakan...

@ Patrice,

Jangan diperdulikan si NK. Orangnya suka berganti nama tetapi kelakuannya sama (13)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Saya beli buku pak Robert di Gramedia. Isinya amat bagus. Tentang Gadjah Mada, mari kita dorong orang lakukan penelitian. Tetapi saya ragu ada orang NTT yang mau bikin penelitian itu karena kebanyakan merasa tidak berguna (13)

Anonim mengatakan...

Membaca Buku Orang Sabu dan Budayanya karya ayahnya bigmike, memang ada beberapa klaim beliau yg bikin penasaran. Selain urusan Gajah Mada, beliau juga menguraikan hubungan org Sabu dg org Jawa. Seolah-olah terkuak sedikit misteri ttg nama pulau Jawa, penguasa Jawa pertama yg menyingkirkan 'gembongnya' penduduk asli pulau jawa, peran para 'tentara bayaran' dr sabu dlm perang Batavia (Sultan Agung), dst.

Dalam percakapan pribadi dg beliau maupun dg para pemangku adat, saya temukan bhw klaim2 beliau itu bukan sekedar dugaan. Rupanya beliau mendasari klaimnya atas syair-syair tua yg seringkali dilantunkan oleh para pemangku adat dalam upacara-upacara tertentu di sabu. Syair2 itu berisi hikayat kehidupan nenek moyang org sabu di india selatan, lalu mereka bermigrasi mengelilingi nusantara, dan armada terakhir yg memilih menetap di P. Sabu. Juga hikayat2 berupa kejadian2 luar biasa terkait perjuangan eksistensi pr migran india itu di Sabu maupun nusantara.

Penggalan2 dlm hikayat itu termasuk hikayat kakak beradik Hawu dan Jawa yg mendarat di bukit Karang Hawu di pelabuhan ratu utk membantu sanak saudara di Jawa yg tertekan oleh penduduk asli yg dipimpin Prabu Dewata Cengkar.

Juga ada hikayat ttg tokoh Ratu Kidul yg sangat misterius dan terlarang utk dituturkan cr sembarangan.

Ada juga hikayat tokoh2 sabu yg merantau dan menjadi orang terkenal di perantauan, termasuk di dalamnya hikayat si Gajah Mada ini. Siapa org tuanya, lahir di mana, karya2nya, dan matinya di mana. Serta barang2 peninggalannya disimpan di mana saja.

Sayangnya hikayat2 ini dituturkan dlm btk li rai (bahasa sabu tinggi semacam kromo inggil) yg saat ini tdk byk lg org yg menguasaianya. Dan jg, sbgmn ciri budaya yg dipengaruhi keyakinan agama misterius, hikayat2 semacam ini tergolong terlarang utk publikasi. Hukumnya adalah sumpah mati bg mereka yg mempublikasikan (terkena sakit berkepanjangan dan meninggal). Ayahnya bigmike termasuk yg 'nekat' mempublikasikan hikayat ini (thn 2006) meski serba sedikit dan terkesan tersamar. Dan, entah ada hub ato tdk, thn 2006 dipublikasikan, 2007 bedah buku di tanjung priok, 2008 beliau meninggal mendadak (stlh dua tahun berkutat dg penyakit darah tinggi dg tensi 200-300).

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@ Wilmana,

Wow, penjelasan anda malah membikin posting ini bernilai magis. Bisa dijelaskan lebih lanjut? (Nana)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Sekali lagi posting yang bagus. Kali ini agak istimewa karena agak keluar dari pakem tema penulisan posting (Nana)

Anonim mengatakan...

@patrice

Wah hari ini saya bernasib mujur karena 'umpan' saya disergap. Bailah, perkenankan saya merespon begini.

Tentang penggalan kalimat yg anda kutip yang mana anda lalu mengambil kesimpulan sendiri, tanpa klarifikasi dgn saya, bahwa saya tdk peduli sejarah, apakah tdk prematur??? Jelas prematur and let me tell why! Kalau saja anda mau membaca keseluruhan komentar saya sebelumnya maka akan lebih jelas premis argumen saya. Tp bs saja anda kurang bs menangkap. Biarlah saya jelaskan begini.

Bahwa riwayat hidup GM -dari mana dia datang dan dmana dimati- hanyalah sepenggal dua penggal dari totalitas sejarah keberadaan GM dibumi nusantara ini. Dari sejarah GM yg kita punyai saat ini sudah cukup membuat kita kagum. GM mampu 'mengharumkan' nama nusantara. Saya percaya ada banyak nilai-nilai luhur dari sang patih yg bs kita ambil demi terus mengharumkan bumi nusantara. Ironisnya, nusantara saat ini dikenal sebagai bangsa gagal, pecundang. Ini jelas kemunduran luar biasa yg saya kaitkan dgn tuturan kata George Santayana, "...mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya." Teramat janggal kalau saya tdk peduli sejarah tp sepakat 1001% dgn kutipan ini.

Jadi... sejarah GM yg sudah kita tahu, nusantara yg sedang terpuruk, maka buat saya debat dari mana GM dan di mana dia mati membuat kita 'missing the big picture.' Kita asyik debat tp lupa nilai2 luhur sang patih yg dpt kita pakai untuk kembali mengarumkan nama nusantara ini. Inilah premis argumen saya. Now, tell where did I go wrong???

Tentang kutipan George Santayana diatas, saya sepakat 101% karena faktanya adalah kita gemar sejarah tp terbukti tdk bs belajar dari padanya. Saya ingat seorang kawan yg mengkritisi demokrasi amerika yg berumur ratusan tahun tp masih memble. Dia ingin katakan kalau Indonesia baru merdeka 60an tahun jadi wajar masih memble. Buat saya ini pemikiran yg lucu yg tdk peduli dgn sejarah dunia ini.

Terakhir, saya pingin ingatkan ini. Anda dkk pernah memakai asas 'praduga bersalah' kpd saya. Memberi cap tertentu kpd saya lalu meminta saya membuktikan terbalik. Terkait 'hit run,' sptnya andalah harus buktikan anda tdk spt yg dikira. Soal diskusi anda dan IHIN, maaf, tdk kena mengena dgn saya.

Soo... we shall see... apakah anda tdk spt yg dikira.

Oh ya, tentang anda tdk berkelimpahan untuk ke warnet dll, saya artikan sebagai urusan pribadi anda. Tdk kena mengena dgn esensi komentar saya.

Hal pertanyaan anda, "tahu menga anda sring terlibat pertengkaran sengit di blog ini?" Buat saya anda sudah kehilangan kredebilitas dan keadilan. Kritikan anda kepada saya lumayan sering dan yg yg terakhir cukup panjang lebar tp hanya sepenggal dua penggal kalimat buat mereka yg reaktif kepada saya. Maaf.

-nk-

Anonim mengatakan...

@wilmana

Membaca komentar sdr, saya jadi teramat bingung. Dari mana asal usul pemikiran org2 dahulu kala bahwa bercerita ttg seorang tokoh sekelas GM bs mendatangkan kesusahan, bahkan petaka???

Mengaitkannya dgn tuturan George Santayana, maka kita menjadi benar-benar sial karena tdk bs mengenal sejarah kita sendiri dan belajar daripadanya.

Mohon pencerahan!

-nk-

Anonim mengatakan...

@ Wilmana dan Nk

TOLONG HATI-HATI DENGAN PERNYATAAN2 ANDA BERDUA! SAYA TIDAK MELARANG, TAPI TOLONG INGAT PARA SAUDARA DAN KERABAT SEKITAR 200 ORANG SEDANG BERSIAP UNUTK MELAKUKAN RITUAL SAKRAL DENGAN MELINTAS LAUTAN GANAS DEMI TUNTUTAN ADAT, BUDAYA, TRADISI!
SAYA MINTA HAL-HAL YANG BERSIFAT "TAU SENDIRILAH" JANGAN SAMPAI TERUNGKAP SECARA LIAR!
TADI MALAM KETIKA SAYA HENDAK POSTING KOMEN SAYA TENTANG GM DAN BUDAYA SABU SAYA MENGALAMI KEANEHAN, KEANEHAN TSB SAYA UTARAKAN KE DH9RK, TAPI AHH SUDAHLAH...
TOLONG HATI2 DAN KALAU BERBICARA TENTANG LELUHUR HARAP CAMPURKAN SEDIKIT RASA HORMAT!

(dh1rk)

Anonim mengatakan...

@Yunarto

sumpah gajah mada yang anda tulis diatas itu sama sekali tidak berarti dia adalah orang dompo, kalau mengikuti logika anda maka bisa juga GM itu datang dari seram,tanjung pura, haru, pahang, bali, sunda palembang,tumasik(singapura). gitu lho! btw salam kenal ya!!


@patrice

he.he.he. kesal ya ama si nk?
ya memang begitulah orangnya!
sejak kecil hobinya berdebat kusir, dia berguru sama PET WADU!
SGT aja sering kewalahan sama anak ini, satu2nya cara membuat dia diam hanya dengan "TUNJUK HIDUNG", pasti manjur!!

(budi)

Anonim mengatakan...

@nk

Namanya juga misterius, maka apa yg anda tanyakan tdk bisa saya jawab, krn saya juga msh 'gelap' mengenai hal ini. Mungkin yg bisa saya sampaikan adalah apa yg dinukilkan oleh Bung dh1rk di atas, ini adaah bagian dari rasa hormat kita thd para leluhur dan kekuasaan ilahi yg melingkupi mereka.

Kang Nana,
Sulit bg saya utk menjelaskan lbh jauh krn anda liat, Bung dh1rk sdh menginformasikan bhw sdh ada limit yg hrs saya taati. Mohon maaf, kawan.

@dhirk,
Moga2 warning anda belum terlambat. Tks

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Bung Will,

Beta stuju deng si nk itu. Ini kan bukan hal yg rahasia klo kitong pingin tanya bu punya wawasan. Kitong kan sonde tanya info ttg leluhur bu dorang itu. Ko karmana?

=Papa Lelex=

Anonim mengatakan...

selamat soreee.....

maap ya sodara2ku, ku lama gak maen kecini, bukannya sibok tp 'mang lagi males baca2 n males mikir aj. but waktu baca judul ini, weh rada2 kebuka mataku tuk baca2 sikit. Emang, sama misteriusnya dg jalangkung, datang tak diundang, pulang tak diantar.

Maaf ya kalo beda dikit, mnr keyakinan sy sih GM itu dr daerah filipina. Soalnya sy taunya disana ada nama kuliner yg mirip2 apa yg pernah disumpahin by GM: Palapa. Kata2 yg diucapin pun kok mirip2 amat dg tagalog.
Meskipun bhs Jawa banyak kesamaannya dg tagalog, tp sy belom pernah denger apaan tuh artinya Palapa di bhs Jawa. Ataukah sodara2 disini ada yg mau kasih tau apa artinya Palapa di sumpah GM ini?

Oh, omong2 soal tampang. Apa sodara2 percaya tampangnya GM itu kayak gicyu? Tau dr mana tuh tukang patungnya ato pelukis/penggambarnya kalo tampangnya GM kayak gicyu?

Hmm... baiklah sodare2, aku kasih tau aja ye byar pd ga penasaran. Tampang yg spt di patung itu yg di pasang disini tak lain tak bukan adalah tampangnya milik Muhammad Yamin (MY). Taukan... Bpk Sejarah Indonesia, beliau lah yg pertama kali menulis buku ttg Gajahmada. Beliau ada penggigih konsep Bhinneka Tunggal Eka. Beliau jua lah yg pertama kali nggali pertapaan GM. Pokoknya nie ye... MY ini ngefans abis ama GM. Yah drpd repot2 ditanyain sana-sini, kayak siapa sih tampang GM, maka digambarlah tampangnya sendiri.

~JM

Anonim mengatakan...

@Papalele (istilah kupang utk PKL)

OK, baiklah. Begini... Jaman dulu, kalo org bikin perjanjian tdk sekedar angkat tangan, pegang kitab suci trus ucap sumpah. Tapi ada upacara macam2 termasuk korban darah utk mengikat perjanjian itu. Dlm kitab suci kristen, kan byk cth2 kehidupan keagamaan org yahudi yg spt itu. Ketika Tuhan berkenan membuka tingkap keterbatasan pengenalan mereka akan diri-Nya, mengangkat mereka mjd umat-Nya, kan ada sumpah antara Tuhan dg para Bapa leluhur yaitu Abraham, Ishak, Yakub (plus Ismail?). Kl klausul itu menyangkut nyawa, yaa wajar kan kl ada punishment thd yg melanggar. Nah, saya melihat apa yg tjd di sabu ada dlm konteks ini.

Skrg apa yg mjd latar pemikiran. Mnrt saya simple sj. Kl suatu pengetahuan itu oleh sang Komunikator dianggap rahasia, mk perjanjiannya si Komunikan hrs jg rahasia ini. Kalo dua2nya sepakat bhw disclosure dr info itu sifatnya terbatas tdk utk konsumsi publik, mk wajar sj kl ada punishment. Bhw knp itu dianggap rahasia, nah ini tdk ada jwbn pasti krn yg tau cuma para Pihak yg bikin perjanjian. Kl cuma bikin dugaan, ya bisa saja, tp relatif sifatnya.

Nah, sy menduga ada perjanjian "rahasia" antara para leluhur dg Tuhan ttg kategori info yg bersifat rahasia dan konsumsi publik. Wkt itu hal2 spt ini dianggap rahasia, meski skrg malah jd pertanyaan knp kok rahasia? Ato bs jd ada perjanjian rahasia antara di antara para leluhur, terutama antara mereka yg memilih tetap tinggal di sabu dg mereka yg ditugskan merantau. Dahulu kala, wkt sabu msh blom sesak dg manusia spt sekarang, sebagian besar yg merantau krn ditugaskan, bkn krn suka2 sendiri. Sblm berangkat, ada upacara perjanjian dan sumpah adat di antara yg pergi dan tinggal. Ini lumrah saja krn di mana-mana jg spt itu polanya.

Demikian, moga2 memuaskan. Kalopun tdk, mhn maaf sj, sya ini kan bkn alat pemuas anda2, kan?

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Jimi
Tampang yg spt di patung itu yg di pasang disini tak lain tak bukan adalah tampangnya milik Muhammad Yamin (MY).

Hmm berarti @KK Look benar, @budi entah drmn dia bikin tesis tampang itu adalah tampang @nk. Msh untung @nk rupanya takut dg @budi jd hanya berani ribut dg @Patrice. Ato jgn2 yg salah @Jimi krn kata orang, diam berarti mengakui.

Apakah diamnya @nk artinya begitu?

Anonim mengatakan...

Wooii Pa Budi... Ente bisa sanggah keterangan Bapa Jimi, ko sone?

=Papa Lelex=

Anonim mengatakan...

@ Patrice,

Dulu anda nolongin si NK waktu nyaris KO ama si Eman. Nah, sekarang gantian ente digigit ..wakkekekkakakak.....Orang itu nggak punya empati ke orang laen he he he he....(Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ NK,

minta data orang jawa? brani bayar berapa cing????? ha ha ha ha ha bac buku yamin, kontowijoyo, umar khayam atau surf sendiri ke internet....wakekekakakak...gratissss boss.....oleeeee....oleeeee...gratissss...(Proxy73)

Anonim mengatakan...

Wah Kanjeng Mas dh1rk 'turun gunung' kali ini. Figur dh1rk s/d dh6rk teramat saya segani kalau sudah ada tanda keluar 'tanduk.' Baiklah, saya berhenti berdiskusi ttg GM walau harus menahan diri sekuat tenaga karna sebenarnya masih banyak yg ingin saya tanyakan ttg sosok patih mandraguna ini.

-nk-

Anonim mengatakan...

@ Woooiii NK,

Pak Budi bukan ngelarang ente ngebahasin GM. Cuma bahas pake sedikit rasa hormat. Giccuuuu boss....he he he he (Proxy73(

Anonim mengatakan...

@proxy73

Ha ha ha... soal tolong menolong itu khan hanya analisa anda sendiri. Saya hargai apa saja opini anda walau saya pun punya hak katakan opini anda ngawur, ha ha ha...

Tentang buku... saya sudah duga jawaban anda paling top nyuruh saya baca buku. Lain kali anda ganti nama aja menjadi @buku. Mungkin nanti bisa lebih mutu diskusinya.

Ha ha ha, ollleeeeeeee...ollleeeeeee.

-nk-

Anonim mengatakan...

Wooiii proxy, lu su kayak iblis penggoda pencobaan sa... Moga2 usi Patrice dan Bapa nk sonde tergoda oleh setang alas macang lu.... Abis menggoga, katawa macang buntiana, wakakwkakewkukekk...

=Papa Lelex=

Anonim mengatakan...

@ wwoiiiii NK,

ente itu sok pintar padahal aslinya goblok ...wakakekkekekakakak...bahasa indonesia si Patrice ma budi aja ente kagak ngerti....maksud ane spy ente baca buku aja ente kagak ngerti...wakakakekekekaakak.....

Ok boss, gw pake @ buku....gimana kalo ente pake @ goblok. Itu lebih cocok lebanding pake papalex, kadeluk, kd look en so on en so on....ha ha ha ha ha (Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ BM dan NK,

saya cabut kata-kata di atas. Asli, gw cuma becandaan. Abis suntuk juga nih....Peace maaaaaannnn.....(Proxy73)

Anonim mengatakan...

ha ha ha....

*katawa taguling-guling*

Woooi @papa lex, you make my day today. Beta katawa sampe air mata keluar. Lega banget rasa ini sebahis letih bekerja seharian mencari rejeki.

Ha ha ha... Oh S@#T I can't stop, ha ha ha...

-nk-

Anonim mengatakan...

@ Papa pilex ae NK,

gw cabut lagi kata-kata gw di atas. Gw usulin ente pake nama @ bunglon karean kesringan ganti warna en nama he he he he...waakekekkkikkik,,,,(Proxy73)

Anonim mengatakan...

@proxy73

ha ha ha... anda ketahuan marah sama saya, ha ha ha... org bijak bilang (Elizabeth Kenny):

'he who angers you, conquers you.'

you too make my day, ha ha ha. Thanks.

Tp percayalah, saya tahu anda tdk bermaksud katakan saya goblok, tp you are welcome to say opini saya goblok ngawur blah blah asal kasih tahu dimana gobloknya.

Ollleeeeeeeee...ollleeeeee...

-nk-

Anonim mengatakan...

Ha ha ha.... Memang bagitu suu Boss.. Si Proxy tu kalo dikilik-kilik agitu suda... Loss kontrol dan molai maki goblok, tolol, dll. Tp ente musti hati2... Di sini hanya sadiki org yg suka pake kata "goblok". Tau, too...

=Papa Lelex=

Anonim mengatakan...

@proxy73

Ini bulan suci... demi Auloh, saya bukan @papa lex. Tebakan anda kali ini meleset.

Oke maaaameeeeeeen...

Ollleeeeeee...ollleeeeeee...

Udah aahh, mau mandi dulu trus makan malam. Mau enggak? Bini gue bikin soto makasar neh.

-nk-

Anonim mengatakan...

Eh, becandaan cukup. GW mau serieus nich..

Bung JIMI, nih hasil penelusuran gw,

Bunyi Sumpah Palapa
Naskah Nusantara yang diucapkan GM yermuat dalam Serat Pararaton meskipun sebenarnya secara langsung nggak ada secara tekstual termuat....nih gw bersumpah..ngga begitu... Kata sumpah itu sendiri secara tradisional dan konvensional para ahli
Jawa Kuna menyebutnya sebagai Sumpah Palapa.

Bunyi
selengkapnya teks Sumpah Palapa menurut Pararaton edisi
Brandes (1897 : 36) adalah sebagai berikut :

.....Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada : “Lamun huwus
kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring
Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring pahang, dompo, ring bali, sunda, palembang, tumasik, samana isun amukti palapa.....

Nah sekarang kita lihat bagaimana Brandesmenerjemahkan kata palapa...nich....

.....Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru) melepaskan puasa, jika (berhasil) mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah baru saya melepaskan puasa (saya).....

Maka ada 2 pilihan:
1. Palapa adalah nama buah tumbuhan tertentu sepeti yang secara konvensional diakui.
2. Palapa adalah arti dalam pengertian puasa atau tirakat...

Apa begitu? Yoooo, kita cari lagi rame-rame (Proxy73)

Anonim mengatakan...

Bapa ibu yg msh penasaran utk mengetahui lbh jauh ttg Sabu, silahkan akses Buku Ikats of Savu, disertasi Genevieve Duggan yg dibukukan. Cukup komprehensif.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Woiii, para bunglon

weekekakakakek....apalah arti sebuah ucapan....apa artinya sebuah kata...goblok ..pintar....sinting...mabuk...kan kita yang bikin...neeeehhhh....gw kasi tau...kali ini ente goblok...laen kali gw nyang goblog...trus nk, trus kd look, trus wilmana, trus...siapa aja deh.....oleeee...oleeeee.......bunglon..ha ha ha ha (Proxy73)

Anonim mengatakan...

Nah gw becandaan lagi tu. En seblon kelewatan...gw permisi dulu cing en cong....byeeeee...(Proxy73)

Anonim mengatakan...

@proxy73
terimakasih atas kebaikan hatinya repot2 mencarikan palapa stuff.

1. Buah apaan tuh?
2. Atas dasar apa? Apa akar katanya?

Ok dee yaa... sy musti siap2 MaBuk (Makan saat Buka) Bersama.
Kalo ada pembaca yg ITB 84, silahkan langsung meluncur dot kom ke gren melia, kuningan jkt. Gratis tis kok.

~JM

Anonim mengatakan...

@proxy73

Kita semua esensinya bunglon disini tdk terkecuali saya dan anda walau sebenarnya siapa saya sudah bukan rahasia lagi karena @bm sdh memakai haknya memanggil saya adik. Soal nama yg lainpun kalian pandai menebak walau sering meleset. What am I getting at? Esensi bung, esensi!

Tp saya senang anda berani menarik kata anda sendiri. Salut! Kita semua patut belajar dari anda.

Terakhir, walau sering bertutur ngawur, kali ini anda amat bijak. Perkenankan saya mengutip kembali tuturan bijak anda itu:

..apalah arti sebuah ucapan....apa artinya sebuah kata...goblok ..pintar....sinting...mabuk...kan kita yang bikin...

Saya catat ini baik-baik walau ini bukan orisil 'karya' anda disini karena @wilmana-lah yg pertama kali mengajar hal ini buat kita semua.

Salam damai.

-nk-

Anonim mengatakan...

Mas Proxy,

Palapa itu adalah sesuatu yg tdk akan dinikmati oleh sang Gajah Mada (ini sapaan saya utk menghormati beliau sesuai permintaan @dh1rk). Dlm masyarakat sabu, makanan sehari-hari adalah gula merah yg dimasak dr nira lontar. Jk ada tamu, mk ada makanan olahan yg terbuat dari gula, kacang hijau, dan kelapa, yg disebut "WO PEREGGU". Org jawa taunya cuma gula dicampur kelapa alias gula-kelapa. Warna makanan ini memang merah-putih spt warna bendera majapahit dulu ato bendera kita skrg.

Saya menduga, Sang Gajah Mada membawa kebiasaan org sabu yg sangat doyan makan Wo Perreggu ini, terutama ketika dlm perjalanan yg jauh. Bicara ttg puasa, mk biasanya yg dipuasakan itu adalah sesuatu yg mjd kegemaran. Misalnya, @Jimi berpuasa tdk ngurusi musik.

Jadi, dugaan saya berikutnya, yg dipuasakan oleh sang GM adalah Wo Perreggu ini. Dia bersumpah tdk akan makan makanan ini sebelum ikhtiarnya tercapai.

Scr filosofis, sy punya dugaan juga. Wo Perreggu bg org sabu adalah simbol kesenangan dan kenikmatan. Krn P Sabu adalah pulau yg tandus gersang, hampir tdk ada makanan yg nikmatnya melebihi Wo Perreggu, krn makanan lain bgt sederhananya. Krn itu, sumpah sang GM pun di mata saya adalah sumpah utk tdk menikmati kesenangan duniawi sblm cita-citanya tercapai.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@wilmana

Maaf, saya 'harus' langgar janji saya sendiri sebelumnya.

Dalam konteks waktu/masanya, mengapa Sang Patih bersumpah untuk menguasai nusantara???

Sejarah mengajarkan bahwa dari jaman kekaisaran Romawi dahulu, penguasaan wilayah baru selalu dgn alasan membawa 'damai' + selalu ingin penduduk taklukan 'beradab.'

Apa opini sdr ttg motif sumpah palapa??? Apa sama dgn motif penakluk dunia lainnya?

Semoga pertanyaan saya ini masih dalam batasan rasa hormat sesuai pesan Kanjeng Mas.

-nk-

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Saya berusaha mempelajari Gadjah Mada tapi, harus saya akui, gagal total dalam artian kembali kepengetahuan awal. Saya membeli buku serial Gadjah Mada karangan Langit Kresna Hariadi tapi isinya kok malah terlalu banyak fiksi. Apa yang saya cari adalah petunjuk bahwa Gadjah Mada berasal dari Timur. Dari Wilmana dan Budi ada sedikit petunjuk tapi sebaiknya harus dicari sumber pendukung.

Aniway, posting ini sangat menantang dan harus saya akui bahwa Pak Robert memang hebat dan berani. Tidak salah juga karena dari beliau lahir anak seperti Bigmike (Eman, CN, Oebufu)

Anonim mengatakan...

@ Wilmana,

Saya merasa anda lebih banyak tahu tentang Sabu kebanding pemilik blog (sorry Bigmike, aniway you're still the best blogger ha ha ha ha ha) (Eman, CN, Oebufu)

Anonim mengatakan...

nk
Dalam konteks waktu/masanya, mengapa Sang Patih bersumpah untuk menguasai nusantara???

Wah yg saya tau, krn Sang GM punya visi yg skrg disebut, WAWASAN NUSANTARA. Memandang untaian pulau-pulau yg terletak pd 95 derajat - 141 derajat bujur timur serta 6 derajat LU - 11 derajat LS adalah satu kesatuan yg utuh scr sosiologis dan krn itu perlu disatukan scr politis.

Itu saja.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@ pak Budi,

Thanx for your kind attention. Saya enggak kemana-mana. Tiap hari saya ngeliat blog. Tapi ada 2 hal saya tidak berkomentar:
1. saya coba seti dengan janji karena di psoting sebelumnya sudah terlalu banyak bicara.
2. Malu sama bigmike, karena dengan semua berkat yang saya punya kok barus "segini" yang bisa saya bikin. Kalau BM mau, saya bersedia membiayai pencetakan posting blog ini sebagai buku. Lagi pula, posting kemaren memang agak berat. Untung Bigmike yang menulis. Louis Leahy pernah menulis principe d'etre dan saya bingung sampai hari ini, dia mau ngomong apa? ha ha ha (Eman, CN, Oebufu)

Sekarang saya berkomentar karena

Anonim mengatakan...

Aduh terpotong.....saya berkomentar karena isi posting sangat menantang an saya kenal pak Robert almarhum, ayahandanya bigmke, waktu saya sedikit-sedikit membantu di PDKB almarhum. Saya mengagumi beliau dan heran, sekarang saya mengagumi putranya, bigmike ha ha ha ha (Eman, Oebufu)

Anonim mengatakan...

@ all,

ini adalah hasil transkrip dari kitab negara kertagama:

Di dalam negarakertagama mpu prapanca menulis :

Pupuh LXX
3. Sekembalinya dari Simping, segera masuk ke pura
Terpaku mendengar Adimenteri Gajah Mada gering (sakit)
Pernah mencurahkan tenaga untuk keluhuran Jawa
Di pulau Bali serta kota Sadeng memusnahkan musuh

Pupuh LXXI
1. Tahun Saka tiga angin utama (1253) beliau mulai memikul tanggung jawab
Tahun rasa (1286) beliau mangkat; Baginda gundah, terharu, bahkan
Sang dibyacita Gajah Mada cinta kepada sesama tanpa pandang bulu
Insaf bahwa hidup ini tidak baka, karenanya beramal tiap hari
2. Baginda segera bermusyawarah dengan kedua rama serta ibunda,
Kedua adik dan kedua ipar tentang calon pengganti Ki patih Mada
Yang layak akan diangkat hanya calon yang sungguh mengenal tabiat rakyat
Lama timbang-menimbang, tetapi seribu sayang tidak ada yang memuaskan
3. Baginda berpegang teguh, Adimenteri Gajah Mada tak akan diganti
Bila karenanya timbul keberatan, beliau sendiri bertanggung jawab
Memilih enam menteri yang menyampaikan urusan negara ke istana
Mengetahui segala perkara, sanggup tunduk kepada pimpinan Baginda


Dikatakan tahun saka 1286 (1364M) Gajah Mada wafat, Prabu Hayam wuruk kebingungan untuk memilih penggantinya, akhirnya ditetapkan Gajah Mada tidak akan diganti dan mengutus 6 orang mentri untuk melaksanakan tugas-tugas Mahapatih. Baru setelah 3 tahun kosong, jabatan Mahapatih diberikan kepada Gajah Enggon.

Apa yang dapat kita simpulkan? Gadjah Mada tidak menghilang tetapi wafat secara wajar di tanah Jawa. Jadi, Gadjah Mada adalah asli orang Jawa (Sulis, JG)

Anonim mengatakan...

Eman
Dari Wilmana dan Budi ada sedikit petunjuk tapi sebaiknya harus dicari sumber pendukung.

Kl kita trace back, petunjuk saya jg sumbernya tdk jauh dr ayahanda (alm) bigmike. Sumber ayahanda (alm) bigmike dr syair2 kuno di sabu. Nah, scr antropologis, syair2 tsb maupun tutur tinular di kalangan masyarakat adat sabu, tergolong info yg valid. Dan, saya setuju dg anda, tinggal dicari syair ato tutur tinular pendukung.

Nah, saya temukan atau pendukung dlm salah satu serat Ronggowarsito kl tdk salah Serat Centini yg menyebutkan Prabu Aji Saka adalah org jawa yg leluhurnya berasal dr India. Sang Aji Saka ini org jawa tdk tau nama aslinya, tp nama aslinya termasuk yg sering diungkap dlm lantunan syair2 kuno di sabu. Siapa itu, sy punya limit utk ini. Paling tdk ada benang biru antara klaim org sabu dlm syair2nya dg keterangan Ronggowarsoti.

Hal lain adalah, org Flores Timur jg scr falsafah sangat dekat dg tokoh adikodrati di laut selatan. Dan setahu saya, syair2 kuno org lamalera ada benang birunya dg syair2 kuno org sabu ttg tokoh yg sama. Org jawa pun dmkn, meski tdk sedalam pengertian org lamalera dan org sabu.

Wah, ini tentu mkn bikin penasaran Pak Eman yg org lembata. Tp silahkan cari2 sendiri. Nanti sy ditegur @dh1rk, lagi.

Oya, salam buat @Sherly, Pak.

(Wilmana)

mikerk mengatakan...

Dear all,

Terima kasih atas semua komentar yang sudah diberikan karena posting ini secara khusus saya persembahkan untuk Ayahanda Robert "SGT" Riwu Kaho almarhum tepat di bulan ke-5 sejak kepergiannya.

Meski demikian, harap jangan ada perasaan sungkan untuk mengkritisi tesis beliau yang ada di posting ini. Sebagai ilmuwan saya tahu dan kenal betul cara bekerja ilmu pengetahuan. Tidak ada kebenaran mutlak karena kebenaran adalah kebenaran relatif, yaitu dia benar sampai ditemukannya kebenaran metodologis baru yang diakui bersama.

Bagi saya, Gadjah Mada adalah orang Sabu atau bukan, tidaklah menjadi semangat utama dalam menulis posting ini. Hal terpenting adalah betapa SGT memberi teladan tentang kemauan dan tekad keras untuk menggapai cita-citanya. Dia belajar menggunakan komputer justru ketika pensiun sebagai PNS. Setelah itu, paling kurang sudah empat buah buku yang ditulis dan diterbitkannya. Nah, saya sendiri, baru bisa berwacana tentang menulis buku tetapi sampai detik ini belum juga terealisasi. Penerbit sudah bersedia tetapi sayalah yang selalu tidak cukup waktu untuk membuat naskah yang kuat ha ha ha. Begitulah. Saya memang selangkah di belakang SGT.

Tabe Tuan Tabe Puan

Anonim mengatakan...

@ Wilmana,

memang ada ujar-ujaran lamaholot yang menunjukkan kesamaan dengan orang Sabu. Bahkan di daerah Kedang, anda bisa menemukan orang dengan marga Bunga, Riwu,Riwu Bunga, Rihi, Rihi Bunga dan lain sebagainya. Mirip sekali dengan yang ada di Sabu. Dan, ada ujar-ujaran yang saya juga tidak boleh menuliskannya ke publik.

Oh, iya supaya jangan terjadi salah sangka, saya sesungguhnya tidak mengetahui siapa Sherly. Ada memang saya duga pengunjung warnet yang ketika itu membuka blogmike. Tapi apakah itu Sherly, saya tidak bisa pastikan (Eman, CN, Oebufu)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike & all,

Berikut ini saya copy paste apa yang tertulis di dalam bukunya M. Yamin yaitu SAPTA PARWA yang ditulisnya berdasarkan skrip Negara Kartagama.

Alkisah di aliran sungai brantas yang mengalir deras menuju arah selatan dataran malang dan di kaki gunung kawi -arjuna yang indah permai,patut diduga disanalah seorang pemimpin dari keturunan rakyat jelata telah lahir.dengan asal usul tak jelas dan tak diketahui bapa ibunya.akar sejarah yang dilupakan oleh para penulis jaman dulu.barangkali ini selaras dengan nasib dia yang juga hilang tak berbekas setelah perang bubat.dia lahir tanpa bergantung garis keturunan (Eman)

Anonim mengatakan...

............lanjut..............

menurut cerita gajah mada lahir di tanah bali sebagaimana yang diceritakan dalam kitab usana bali dan suatu ketika berpindah ke tanah mojopahit,alkisah gajahmada tidak mempunyai ayah ibu dikarenakan dia lahir dikarenakan dia lahir dari pancaran dari dalam buah kelapa sebagaimana penjelmaan sang hyang narayana di muka bumi ini.

jikalau benar gajah mada lahir di bali berarti dia juga sama asal muasalnya dengan prabu airlangga yang hidup 990-1042m.dia juga juga mendirikan kerajaan setelah darmawangsa pralaya dibunuh oleh pasukan wara wuri dalam suatu pesta pada tahun 1007M (Eman)

Anonim mengatakan...

.........masih lanjut.........

balik lagi ke cerita atas,di sekitar malang singasari sejak dahulu patut diduga bahwa disinilah gajah mada lahir,ditengah jaman yang kacau dimana waktu itu raja kartanegara terbunuh dan awal lahirnya kerajaan baru.tahun 1330 diperkirakan dia lahir,ditandai dengan pembakaran istana dan pembunuhan bangswan singosari oleh pasukan jayakatuang yang letak istananya (singosari)di utara.

menurut catatan sejarah gajah mada mempunyai nama lain empu mada,jaya mada atau dwirada mada.menurut agamanya dia bernama lembu muksa sebagaimana penjelmaan dewa wisnu.dan perlu dicatat bahwa nama gajah mada juga berarti gajah yang tangkas dan perkasa (Eman)

Anonim mengatakan...

...............bagian akhir.......

lebih dari 40 tahun gajah mada mengabdi kepada kerajaan mojopahit dan rajanya,sebagaimana diceritakan dalam garis besar kitab pararaton.tahun 1328 dia membantu membangun kerajaan majapahit dan tahun 1364 diceritakan dia wafat tanpa diketahui keberadaannya.menurut cerita dia menenggelamkan diri di lautan indonesia dan sebagaian lagi bercerita dia wafat di tanah majapahit (Eman)

Anonim mengatakan...

@ All,

Dari ceritera yang saya copy itu terlihat bahwa M. Yamin menduga Gadjah Mada berasal dari Bali. Bagi saya, paling kurang GM berasal dari Timur. Apakah pasti dari Bali? Saya tidak bisa memastikan.

Satu hal lagi yang masih misteri, apakah GM wafat karena menenggelamkan diri di lautan Indonesia atau wafat di Majapahit. Jikalau benar wafat di lautan Indonesia maka yang disebut lautan Indonesia dalah Lautan Hindia yang berbatasan dengan laut Sabu. Apakah ini peluang bahwa GM berasal dari Sabu dan dalam perjalan pulang ke Sabu, kapalnya karam? (Eman, Oebufu)

Anonim mengatakan...

kisah gajah mada ada banyak versi!
salah satu nya ya negara kertamagama itu, tapi ada juga versi lainnya mis kidung sundayana dll, soal meninggalnya GM dalam negarakertagama itu saja masih polemik diantara para pakar!!
nah itu sedikit info!!

@bigmike

tolong bilang dh11 ko jemput dh1 deng dh3 besok kamis 25/09 pake lion air

(budi)

Anonim mengatakan...

@ My Bigmike,

Kali ini postingnya kontroversial. Agak mengejutkan. Gadjah Mada orang Sabu? Bisa ia bisa pula tidak. Terganting siapa mendapat bukti apa dan bagaimana cara membuktikan validitas bukti.

Bagi gw, ada yang harus diperhatiin dalam pidato Rendra ketika menerima gelar DR HC dari UGM, begini,

...Negara kita adalah negara satu-satunya di dunia yang memiliki laut. Negara-negara lain hanya mempunyai pantai. Tetapi negara kita mempunyai Laut Natuna, Laut Jawa, Laut Sulawesi, Laut Flores, Laut Banda, Laut Aru, Laut Arafuru, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Halmahera, Laut Timor dan Laut Sawu. Namun toh ketatanegaraan kita tetap saja ketatanegaraan negara daratan. Inikah mental petani?......

Mental pedalaman inilah yang membuat kita gagal memanfaatkan potensi lautan yang luar biasa. Orang Jepang, Thailand dan Taiwan kaya karena lautan kita.

Di sinilah kehebatan GM. Mental bahari yang dipunyainya membuat Majapahit sangat disegani. GW pikir, inlah pelajaran dari sejarah GM dan Majapahit //Pritha//

Anonim mengatakan...

@all
sori, sy belum sepakat ttg asal muasal sang GM. Skali lagi sori, dg sgl hormat, sy blom percaya ada orang yg secanggih GM adalah bumi putra asli jawa ataupun daerah2 di nusantara pada taon2 segitu. Sy blom yakin kalo sang GM adalah satrio piningit ato semacam rasul yg tiba2 diutus Tuhan dari langit ke majapahit. Saya percaya sang GM adalah manusia biasa yg memilki pengetahuan dan kebijaksanaan yg tinggi yg bawaan peradaban asal muasalnya yg memang sudah jauh lebih canggih drpd majapahit dan nusantara. Kurang lebihnya mirip kisah2 wali songo begitulah. sy barusan pulang dan dah ngantuk tp penasaran jd sy langsung buka blog ini. jadi sori kalo gak bisa kasih rincian dasar2 alesannya skr.

@Wilmana
Trims atas pencerahannya


Di banyak negara, konon asalnya dr meksiko, kata palapa dipake utk atap rumbai2 daun kelapa. Tapi yg ini rasanya kok nggak ada relevansinya dg konten sumpah palapa.

Scr umum di filipina kalo orang nyebut palapa adalah pohon kelapa itu sendiri, scr spesifik ya makanan spt yg pernah sy singgung diatas yg ciri2nya mirip Wo Perreggu.
Hanya saja, kala dilihat dari segi pengucapan, makanan dr filipina lah yg lebih mendekati yg dimaksudkan oleh GM.
Bagaimanapun petunjuk kesamaan/kemiripan ciri ini sungguh mencengangkan. Apakah ada petunjuk keterkaitan antara orang Sabu/Savu dg filipina?
Mohon pencerahan.
Terimakasih.

~JM

Anonim mengatakan...

hmm... kalo sy amat2in fotonya BM rasanya kok mirip dg tipikal orang filipina yaa...
jangan-jangan... ??

~JM

mikerk mengatakan...

Dear bung JIMI,

Kali ini bung JIMI benar-benar mabuk kerja (MAJA) ha ha ha ha ha. Piye mas, tetep nggak mudik?

mikerk mengatakan...

Dear all,

Tentang Sabu, saya akui secara jujur bahwa pengetahuan saya tentangnya nyaris nihil. Saya belum pernah ke sana, meskipun dengan "bantuan" mr google earth saya bisa berkunjung ke Sabu tiap hari. Maka, saya biarkan tuan-tuan RK kecil lainnya yng pernah ke sana untuk menjelaskan ini dan itu tentang Sabu

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Selamat pagi. Posting kali ini memang kontroversial. Makin didalami makin membingungkan. Informasi yang terakhir yang dapat saya telusuri malah mengatakan bahwa GM adalah orang yang berasal dari India. Apa betul? (Syamsudin)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Saya ngeblog dari kantor. GM adalah salah satu tokoh kesayangan saya. So, berikut ini sumbangan komentar dari saya yang saya kumpulkan dari beberapa sumber, Wikipedia dan lain-lain (Suryana)

Anonim mengatakan...

Kerajaan Majapahit bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena ia salah satu kerajaan Hindu yang terbesar di Indonesia.

Sumber-sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah yang menjelaskan tentang kerajaan Majapahit sebagian besar berupa kitab sastra yaitu seperti:

1.
Kitab Pararaton, selain menceritakan tentang raja-raja Singosari juga menjelaskan tentang raja-raja Majapahit.
2.
Kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca pada tahun 1365 menjelaskan tentang keadaan kota Majapahit, daerah Jajahannya dan perjalanan Hayam Wuruk mengelilingi daerah kekuasaannya.
3. Kitab Sundayana menjelaskan tentang perang Bubat.
4. Kitab Usaha Jawa menjelaskan tentang penaklukan pulau Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar.....

Anonim mengatakan...

......>

Di samping sumber sejarah di atas, sumber sejarah peninggalan Majapahit juga berupa seni bangunan seperti candi, pintu gerbang atau gapura, pemandian atau pertirtaan. Sedangkan sumber dari luar negeri diperoleh dari berita-berita Cina yaitu seperti berita yang ditulis pada masa dinasti Ming (1368- 1643) dan berita dari Ma-Huan dalam bukunya Ying Yai menceritakan tentang keadaan masyarakat dan kota Majapahit tahun 1418 serta berita dari Portugis tahun 1518. Dari sumber-sumber tersebut di atas, dapat diketahui pemerintahan raja-raja Majapahit, kehidupan sosial, ekonomi, serta peninggalan budaya-budaya Majapahit. Untuk itu silahkan simak dengan baik uraian materi berikut ini.

Berdirinya kerajaan Majapahit adalah usaha dan perjuangan Raden Wijaya dibantu pengikutnya. ia mampu memanfaatkan kedatangan tentara Cina Mongol (Kubilai Khan) yang datang ke Pulau Jawa untuk menghukum Kertanegara. Kedatangan pasukan Kubilai Khan, dimanfaatkan untuk menyerang Jayakatwang di Kadiri, sehingga kekalahan Kertanegara dapat terbalaskan karena Jayakatwang akhirnya meninggal di Ujung Galuh. Sedangkan pasukan Kubilai Khan melalui tipu muslihat Raden Wijaya dapat diusir dari pulau Jawa tahun 1293......

Anonim mengatakan...

.........>

Setelah berhasil mengusir pasukan Kubilai Khan, maka tahun 1293 Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang kuat, maka Raden Wijaya melakukan berbagai tindakan yaitu seperti membangun Majapahit sebagai pusat pemerintahan, mengawini keempat putri Kertanegara dan membalas jasa dengan memberikan kekuasaan kepada para sahabat dan pengikutnya.

Sebagai contoh: Ranggalawa diangkat menjadi Adipati Tuban; Sora menjadi penguasa di Daka (Kediri) sendangkan Nambi menjabat sebagai patih hamangkubhumi (perdana menteri) di istana.

Anonim mengatakan...

......>

Sebagai contoh: Ranggalawa diangkat menjadi Adipati Tuban; Sora menjadi penguasa di Daka (Kediri) sendangkan Nambi menjabat sebagai patih hamangkubhumi (perdana menteri) di istana.

Walaupun demikian diantara para pengikutnya ada yang tidak puas dan akhirnya menjadi benih pemberontakan di Majapahit. Ketegangan ini dimanfaatkan oleh Mahapati yang berambisi menjadi patih hamangkubhumi. Ialah biang keladi dari kerusakan-kerusakan. Pada masa Kertarajasa masih berkuasa pemerintahan sudah dimulai oleh Ranggalawa 1295 M. Ia wafat dalam pertempuran melawan pasukan kecajuan(???). Karena fitnah dari Mahapati akhirnya Sora tewas dalam pertempuran melawan pasukan pemerintah tahun 1298-1300. Adapun Nambi beserta keluarganya dibinasakan setelah memberontak tahun 1316.

Anonim mengatakan...

Pemberontakan juga muncul pada masa pemerintahan Jayanegara (Kala Geret), karena Jayanegara adalah raja yang lemah. Diantara pemberontakan tersebut yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti tahun 1319 tetapi akhirnya dapat dipadamkan oleh pasukan Bhayangkari yang dipimpin Gajah Mada. Atas jasanya Gajah Mada menjadi patih Kahuripan tahun 1319 dan selanjutnya tahun 1321 diangkat menjadi patih Daha.

Pemberontakan terhadap Majapahit tetap muncul, pada masa pemerintahan Tribuana Tungga Dewi yaitu seperti pemberontakan Sadeng dan Keta di daerah Besuki tahun 1331. Dan pemberontakan tersebut juga berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada. Atas jasa tersebut maka Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih Majapahit tahun 1333.

Pada saat pengangkatan tersebut, Gajah Mada mengucapkan suatu sumpah, yang sudah kita ketahui bersama, yaitu AMUKTI PALAPA

Anonim mengatakan...

.......>

Dengan adanya Sumpah Amukti Palapa, maka Gajah Mada bercita-cita mempersatukan wilayah Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Sehingga untuk mewujudkan sumpah tersebut, pasukan Majapahit yang dipimpin Gajah Mada dan dibantu oleh Adityawarman melakukan politik ekspansi/penyerangan keberbagai daerah dan berhasil. Atas jasanya Adityawarman diangkat menjadi Raja Melayu tahun 1347 untuk menanamkan pengaruh Majapahit di Sumatera.

Pada tahun 1350, Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk. Ia bergelar Rajasanegara dan dalam menjalankan pemerintahan yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Adityawarman dan Mpu Nala sehingga pada masa tersebut Majapahit mencapai puncak kebesarannya, karena daerah kekuasaannya hampir meliputi seluruh Nusantara dan Majapahit berkembang sebagai kerajaan maritim sekaligus kerajaan agraris.

Anonim mengatakan...

.......>

Gajah Mada berhasil mewujudkan sumpahnya. Wilayah kekuasaan Majapahit hampir meliputi seluruh wilayah nusantara, bahkan Semenanjung Malaya juga berhasil dikuasai Majapahit.

Memang benar apa yang dicita-citakan oleh Gaja Mada melalui sumpahnya dapat terlaksana kecuali kerajaan Pajajaran (Sunda) yang belum dikuasainya.

Dalam rangka menguasai kerajaan Pajajaran tersebut, Gajah Mada melakukan Politik perkawinan yang berakibat terjadinya peristiwa Bubat tahun 1357. Konon, perang bubat inilah yang menjadi sumber ketidak sukaan orang sunda terhadap orang jawa. Dan banyak penafsir sejarah mengatakan bahwa perilaku tidak sabaran GM menunjukkan bahwa dia bukan orang Jawa yang paham betul unggah-ungguhnya orang jawa

Anonim mengatakan...

@ BM,

Saya berhenti di situ karena ceritra selanjutnya adalah kisah kejatuhan Majapahit yang menurut kitab Candrasangkala tertulis "hilang sirna kertaning bhumi". Keruntuhan total Majapahit itu tercatat pada tahun 1478 Masehi. Satu abad lebih sesudah Gadjah Mada wafat. Tidak ada catatan jelas di mana GM waat.

Maka:
1, asal-usul GM tetap tidak jelas;
2. di mana GM wafat juga tidak jelas.
3, Hal terpenting adalah berapa lama Indonesia akan bertahan sebagai negara kesatuan. Majapahit berdiri 1293 dan hilang ke dalam bumi tahun 1478. Hampir 2 abad lamanya. Kejatuhannya dimulai dari adanya perselisihan antara elit lalu peberontakan wilayah. NKR Indonesia baru berumur 63 tahun. Sekarang, antar elit berselisih secara kejam dan beberapa daerah mulai mengancam keutuhan NKRI. Aceh selangkah lagi out dari NKRI. Papua tidak lama lagi. Bali mengancam. Riau mengancam. Sulut mengancam pisah jika RUU APP disahkan menjadi UU. Siapa lagi? Akankahn NKRI "hilang sirna kertaning bhumi?"

Anonim mengatakan...

Siapa yang berani menjawab pertanyaan saya itu? (Suryana)

Anonim mengatakan...

@ A'a Makati,

Tulisan ini hebat. Beri rasa bangga pada kami anak Sabu. Papa Robert memang hebat. Mngkin tidak banyak tokoh seperti papa Robert lagi. Sekarang kita harus lebih bekerja keras supaya Sabu-Raijua, negeri asal Gadjah Mada bisa lebih makmur dan jaya.

Ini sekedar catatan tentang Sabu supaya A'a tana ingat baik-baik karena kami dengar A'a dan rombingan keluarga besar akan acara ruketu ke Sabu,

(Savunesse)

Anonim mengatakan...

dulu orang
Sabu makanan pokoknya adalah minum tuak dan gula tetapi
kini budaya iris tuak (sadap nirah lontar) mulai bergesar
dan ditinggalkan oleh para petani sadap nira lontar dan
beralih ke arah laut untuk membudidayakan rumput laut. tetapi saat ini rumput laut sedang mengalami krisis penyakit
yang menyerang ribuan hektare rumput laut di pulau Sabu. Sejak awal tahun 2005 sebagian
besar petani rumput laut seperti di Sabu Timur, Sabu Liae,
Hawu Mehara dan Raijua mengalami gagal panen. Dari budaya
sadap lontar yang sudah bergeser ke Budidaya Rumput Laut
yang diserang penyakit dan ribuan hektare lahan sawah,
Ladang/kebun palawija dan holtikultura hancur dilanda
kekeringan membuat para petani menjadi stress.

Anonim mengatakan...

Sekitar 4539 hektare (Ha) lahan sawah milik petani
didaratan sabu yang tersebar di empat kecamatan yang ada
di pulau Sabu yakni Kecamatan Sabu Barat 3.452 Ha
merupakan luas lahan sawah yang tersebar di daratan sabu,
Kecamatan Sabu Timur 772 Ha, Kecamatan Sabu Liae 201 Ha
dan Kecamatan Hawu Mehara 114 Ha mengalami gagal panen

Kecamatan Sabu Timur melipui 16 Desa dan 2 Kelurahan
mengalami gagal panen, untuk petani sawah tidak ada panen
kerena tidak menanam di sawah tadah hujan.Luas lahan
palawija 2,549 Ha dan holtikultura 46 Ha yang sudah di
tanam oleh parah petani mengalami gagal panen

Kecamatan Sabu Liae, lahan sawah yang seluas 201 Ha,
lahan palawija dan holtikutura 5,506 mengalami gagal
panen dan desa paling parah adalah Desa Dainao (Desa
pemekaran dari i Desa Raerobo) semua tanaman palawija mati
kekeringan

Total Lahan palawija dan holtikultura di Sabu seluas
1.447 Ha, yang mati kering belum cukup umur seluas 175
Ha sementara yang masih bertahan hidup dsekitar 1.622 Ha,
diperkirakan akan mengalami gagal panen

Banyak sumber air yang kering dan semua sumur warga
masyarakat sudah berkurang debit airnya bahkan banyak
sumur gali yang kering.

Kecamatan Sabu Barat yang meliputi 17 Desa dan 1
Kelurahan semua tanaman jagung, sorgum, kacang hijau dan
kacang tanah milik para petani sebagian besar kering dan
mati karena terbakar panas matahari.

Anonim mengatakan...

Sebagai solusi, kami berharap A'a tanah yang ahli Kehutanan, pertanian dan peternakan serta tahu perencanaan bisa menyarankan agar orang Sabu mau kembali ke budaya pokok, yaitu menanam tuak dan menyadap nira. Diversifikasinya adalah usaha garam dan rumput laut. Perlu dipikirkan pengembangan pariwisata.

Kendala terbesar adalah, amat banyak norma adat atau pemali yang membuat pengembangan ekonomi Sabu terhambat. Ketika kami masih kecil, ada kabar bahwa di Sabu terdapat potensi tambang minyak tetapi waktu digali semua menghilang. Ini tantangannya. A'a yang pandai-pandai sekaligus turunan Mone Ama pikirkan (Savunesse)

Anonim mengatakan...

A.a Tana,

tentang Gadjah Mada, saya kami punya pendapat bahwa menurut Legenda menuturkan, nenek moyang orang Sabu datang dari
seberang yang disebut Bou dakka ti dara dahi, agati kolo rai ahhu rai panr hu
ude kolo robo. Artinya, orang yang datang dari laut, dari tempat jauh sekali,
lalu bermukim dipulau Sabu....

Perjalanan dari jauh adalah melintas laut maka tidak heran orientasi Gadjah Mada adalah ke laut. Ada kabar bahwa Gadjah Mada wafat karena tenggelam di laut Hindia maka kami yakin dia wafat karena kapalnya tenggelam di batas laut hindia - sabu yang terkenal ganas pada saat GM mau pulang kembali ke rai due nga donahu. Rai Hawu. Petu wia'do a'a tana 9Savunesse)

Anonim mengatakan...

sori A'a tanah, salah ketik. Saya perbaiki

Dou dakka ti dara dahi, agati kolo rai ahhu rai pana hu
ude kolo robo (Savunesse)

Anonim mengatakan...

wheeew.... blom terjawab juga yaa. Sy sih masih percaya keywordsnya "palapa".

gimana kalo voting aja neh?

~JM

Anonim mengatakan...

wakakekakakakikikikkkk.....MR JIMI ngajak voting untuk bukti sejarah. Asvi Warman dari LIPI bisa pingsan neeeeee.....hhhuaaaaaa haaaaaa....oleeeee....oleeee...voting. Woooooiiii MR JIMI, blog ente emang asik. Kalo lagi suntuk, blog ente tuh pelariannya. Bagus ntuk ngabuburit. TOP DAH (Proxy73)

Anonim mengatakan...

Neee lageeeee neeeeeee......soal bigmike orang Filipino...wakakekekek....emang dari dulu gw kagak yakin bm orang ntt....doski kan manusia Pitecntrophus jogjacensis kayak MR JIMI makanya sama-sama maboookkkk.....ha ha ha ha (Proxy73)

Anonim mengatakan...

@Proxy73
ough!.. sori, but jangan2 ada yg salah tafsir yaa...

maksud sy voting tsb bukannya dalam hal bukti sejarah, tp dlm hal cara ato pendekatan mana dulu yg kita tempuh pertama tuk cari bukti sejarah tsb.

misalnya neh sy pk keywords palapa, yg lain pk literatur kraton, lainnya dr berdasarkan tutur tinular, dst dst. ya kalo dr awal aja langkahnya udah masing2 dan beda2 gineee....
wow uwo jangan-jangan kau...

~JM

Anonim mengatakan...

Jimi
@Wilmana
Trims atas pencerahannya

Scr umum di filipina kalo orang nyebut palapa adalah pohon kelapa itu sendiri, scr spesifik ya makanan spt yg pernah sy singgung diatas yg ciri2nya mirip Wo Perreggu.


Mnrt tutur tinular, jalur perjalanan laut leluhur org Sabu memang masuk nusantara dari utara yaitu kepulauan filipina, lalu menyinggahi kepulauan maluku (satu sdr perempuan, Siri Mau, di pinang oleh penguasa di sini. Nama ini diabadikan mjd salah satu nama gunung di P. Ambon). Kmdn rombongan terpecah, ada yg melintas ke Jawa tepatnya mendarat P. Madura sebelum memasuki P. Jawa. Ada yg terus ke selatan mendarat di flores timur dan Belu Selatan (P. Timor). Dari Belu selatan, rombongan pecah mjd 3 bagian. Ada yg tetap di Timor (Belu Mau), ada yg mendarat di P. Rote Barat Daya (Ti Mau), dan rombongan terakhir menetap di P. Sabu (Sabu Mau).

Menurut ayahanda (alm) bigmike, meski terpisah-pisah, namun scr batin mereka tetap saling berhubungan shg jk ada yg mengalami kesulitan, yg lain mendapat wangsit utk hs segera mengirimkan bala bantuan. Krn itu jaman dulu, byk tokoh dr sabu yg diutus keluar sabu utk tugas2 spt ini. Mereka yg di sabu sendiri, tergolong aman dr gangguan politis krn letaknya ditengah2 lautan sawu yg dalam dan ganas, serta daerahnya kering tandus shg tdk menarik minat pihak lain mengganggu ke sana.

Persoalan di sabu selalu berkaitan dlm gangguan alam. Misalnya, spt cerita @savunese ttg rumput laut, minyak bumi, bahkan sjk 10-15 tahun, hewan di sabu jauh berkurang krn masalah penyakit. Dulu, masalah ini mudah di atasi dg melakukan upacara adat bersama oleh para Mone Ama dr 5 kawasan di P Sabu-Raijua. Tapi skrg, peran Mone Ama sdh tdk nampak krn terganti oleh Pendeta, Pastor, dan Ustad. Apakah doa Pendeta, pastor, dan Ustad tdk mempan? Sypun tdk tahu...

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

@Wilmana
Trims atas pencerahannya lagi

Saat ini sy lebih cenderung ke dugaan Pak Wilmana ini ttg apa yg dipuasakan oleh sang GM. Yg jelas rasanya bukan nama buah deh, spt yg sy inget dr pelajaran SD dulu kala.

Back to asal muasal sang GM, saya belom begitu yakin kenapa sang GM menyebut kata Palapa, bukanya kata atau bunyi yg mirip2 dg Wo Perreggu?

~JM

Anonim mengatakan...

Jimi
Back to asal muasal sang GM, saya belom begitu yakin kenapa sang GM menyebut kata Palapa, bukanya kata atau bunyi yg mirip2 dg Wo Perreggu?

@Jimi, jgn panggil sy "Pak", malu saya. Umur sy jauh lbh muda dr bigmike yg sepantaran anda.

Ttg nama Palapa, ini yg namanya masuk kandang singa musti mengaum. Sy pikir, wajar kalo sang Gajah Mada tdk menyebut, Wo Pere'gu (maaf rupanya ini sebutan yg tepat), tapi memilih menggunakan nama lain dr jenis makanan yg sama yg kemungkinan besar saat itu sdg populer di Jawa. Sypun tdk klaim bhw makanan itu adalah Wo Pere'gu, krn bs sj makanan sejenis yg beredar di Jawa yg saat itu dikenal dg nama Palapa. Bs jadi juga makanan ini asalnya dr filipina sana yg jd trend saat itu.

Seperti Lemang di batak ternyata sejenis dg nasi jaha di manado. Jadi, tdk aneh kalo ada org batak yg doyan lemang, trus wkt dinas ke manado ngakunya doyan nasi jaha.

Tapi itu cuma dugaan berdasarkan alur cerita yg ada, kan?

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Wooii Bung Will,

Beta kira lu pung penjelasan su batul suda. Kl si batak di manado nekat pi cari lemang, pasti bikin para toar dan lumimut dorang bingung. Jadi amannya, si batak musti bilang, dia suka makan nasi jaha.

=mama lex=

Anonim mengatakan...

Selamat sore. Saya baru gabung. Tertarik ikut berkomentar.

Di Toraja ada jg makanan spt lemang dan nasi jaha yg dimasak dlm bambu yg dibakar/panggang. Namanya PAPIONG.

=Yon Palinggi=

Anonim mengatakan...

Woooi Pak Will,

Beta akui pak will pung pengetahuan ttg GM. Sayang pak will sudah bilang sebelumnya, ada informasi yg tidak boleh disebutkan disini. Mungkin memang ada baiknya GM ttp menjadi misteri. Bukankah tokoh-tokoh besar penuh misteris?

Bagitu saaa oo, terima kasih pak will su kas katong ilmu banyak.

=papa lex=

Anonim mengatakan...

@mamalek dan @Yon

Trims atas celutukannya. Mmg sampe skrg makanan yg sejenis Wo Pere'gu di sebut gula-kelapa. Mgkn dulunya lbh dikenal dg nama Palapa.

Gimana, @Jim?

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

Ah papa,

Biar pi dorang ngabuburit sambil ngobrol yg bae ttg leluhur. Bapa dh1rk bilang, yg penting dorang tetap hormat. B lia Bapa Will tu juga cuma menduga-duga saaa... Jadi bkn kas bocor rahasia...

=mama lex=

Anonim mengatakan...

@ yulie-yulie semua,

wooowwwww, Gadjah Mada emang kontroversial. Ada data dari blog temen yang malah berusaha mendiskreditkan MR GM....hheeeiiii....kalo diperhatiin jangan-jangan MR JIMI kita is turunan GM. Coba GM dilafalkan gaya bule, kan jadinya JIMI ...wakakakakekekek,,,,,(Proxy73).

Nih, gw kutipkan GM dalam pandangan orang Sunda

Anonim mengatakan...

........ini awal............

Mahapatih Gajah Mada adalah sosok yang kontroversial. Hampir di seluruh kota/kabupaten di Indonesia mengabadikan tokoh ini sebagai nama jalan utama di wilayahnya.

Namun pernahkah kita perhatikan bahwa di wilayah Provinsi Jawa Barat tidak ada satu kotapun yang menggunakan nama Gajah Mada?

Ternyata hal ini terkait dengan polemik kesejarahan sosial di masyarakat Sunda yang terkait langsung dengan kebesaran nama Kerajaan Sunda.

Bagi masyarakat Sunda, Mahapatih Gajah Mada adalah tokoh antagonis yang sangat dibenci karena mengadu domba antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit. Sejarah kultural kebencian ini tercatat dalam Kidung Sunda/Kidung Sundayana.

Kidung Sunda/Kidung Sundayana ditulis oleh para mpu di Majapahit atas perintah Prabu Hayam Wuruk. Secara ilmiah Kidung Sunda atau Kidung Sundayana lebih tepat dikelompokkan sebagai karya sastra.

Anonim mengatakan...

..............lanjut cing .........

Namun sebagai informasi mengenai terjadinya skandal/tragedi Bubat yang Kidung Sunda cukup dramatis menceritakan tentang kejadian tersebut. Bahkan orang Sunda yang terkenal halus tutur bahasanya dalam Kidung Sunda tercatat dialog yang sangat kasar antara para petinggi Kerajaan Sunda dengan Mahapatih Gajah Mada.

Pada akhirnya terjadilah pertempuran yang tidak seimbang antara pasukan Kerajaan Majapahit yang dipimpin Mahapatih Gajah Mada dan rombongan pengiring calon pengantin Kerajaan Sunda. Dalam catatan Kidung Sunda seluruh rombongan dari Kerajaan Sunda gugur, termasuk puteri Dyah Pitaloka.

Ada banyak versi dan penafsiran mengenai skandal Bubat tersebut (saya lebih cocok menggunakan kata skandal daripada perang karena lebih bersifat perkelahian spontan dan pembantaian daripada adu strategi militer).

Salah satunya adalah upaya untuk mendiskreditkan Mahapatih Gajah Mada. Seperti diketahui bahwa Gajah Mada bukanlah keturunan bangsawan di lingkungan kerajaan di Jawa. Kariernya dimulai sebakai bekel (kira-kira setara dengan pangkat Prajurit Dua TNI).

Anonim mengatakan...

..............lanjut cing .........
Kariernya mulai cemerlang saat menyelamatkan Prabu Jayanegara (Raja Kahuripan) pada saat pemberontakan Ra Kuti. Sehingga dianggkat menjadi Patih Kahuripan.

Jabatan ini dapat disetarakan dengan Perdana Menteri atau Kepala Pemerintahan. Selama itu jabatan tertinggi adalah Patih yang lebih bersifat seperti Sekretaris Negara atau Menteri Koordinator.

Sehingga sangat wajar jika diangkatnya Gajah Mada sebagai Mahapatih (rakryan patih) oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi menimbulkan kecemburuan dan menciptakan intrik di lingkungan Kerajaan Majapahit.

Pada saat Gajah Mada mengikrarkan Sumpah Palapa pun banyak pihak yang menyangsikan kemampuannya mewujudkan hal tersebut. Bahkan sebagian elit Majapahit menganggapnya sebagai upaya penjilatan kepada Ratu Majapahit saat itu.

Hal tersebut dapat dipahami karena sebagai pemimpin dan kepala negara Ratu Tribhuwanatunggadewi pada saat itu sedang mengalami krisis kepemimpinan yang sangat parah sepanjang sejarah para Raja Majapahit.

Pada saat itu banyak wilayah di Majapahit yang melakukan pemberontakan separatis terutama gerakan Keta dan Sadeng. Patih Gajah Mada pun berhasil menumpas pemberontakan tersebut sehingga diangkat menjadi Mahapatih oleh Ratu Majapahit.

Anonim mengatakan...

Ternyata Gajah Mada berhasil mewujudkan sumpahnya dengan menguasai Bedahulu (Bali), Lombok (1343), Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Tamiang, Samudra Pasai, negeri-negeri lain di Swarnadwipa (Sumatra), Pulau Bintan, Tumasik (Singapura), Semenanjung Malaya, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga (Tanjunglingga), Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kandangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Solok, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.

.............teruuuuusssss........

Di jaman pemerintahan Prabu Hayam
Wuruk (1350-1389) yang
menggantikan Tribhuwanatunggadewi, Patih Gajah Mada terus mengembangkan penaklukan ke wilayah timur seperti Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwuk, Makassar, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo.

Anonim mengatakan...

.......ddi bagian ini ada asal mula kebencian orang Sunda ma GM ...

Jika melihat catatan penguasaan Majapahit di atas maka dapat dilihat bahwa Sunda tidak pernah menjadi wilayah Nusantara. Sekalipun Gajah Mada menyebutkan Kerajaan Sunda sebagai salah satu target yang harus dikuasai pada saat mengikrarkan Sumpah Palapa.

Adapun terjemahan dari bunyi Sumpah Palapa adalah sebagai berikut:
Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa.

Hingga sangat wajar jika kemudian Gajah Mada begitu bernafsu ingin menjadikan Puteri Dyah Pitaloka sebagai persembahan tanda takluk Kerajaan Sunda kepada Kerajaan Majapahit. Gajah Mada menganggap kedatangan rombongan pengantar calon pengantin yang dipimpin oleh Raja Sunda langsung tersebut sebagai kesempatan untuk menaklukkan Kerajaan Sunda.

Maka Gajah Mada pun kemudian melarang Prabu Hayam Wuruk untuk menjemput rombongan calon pengantinnya ke Desa Bubat. Dengan membawa pasukan yang besar dengan tujuan untuk mengintimidasi Raja Sunda berangkatlah Gajah Mada ke Bubat hingga terjadilah skandal pembantaian tersebut.

Anonim mengatakan...

....nah ini konciannya yang secara jelas amat anti GM........

Secara pribadi saya sendiri kurang setuju dengan pengangkatan Gajah Mada menjadi Pahlawan Nasional. Bagaimanapun konsep Nusantara yang diadopsi dalam sistem kenegaraan dan kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara kesejarahan sedikit-banyak mencederai perasaan kebanggaan identitas kesukuan beberapa saudara sebangsa kita di banyak wilayah.

NKRI bukanlah kelanjutan dari kejayaan kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa. NKRI tidak sekedar Jakarta dan Pulau Jawa saja. NKRI adalah komitmen para pendahulu kita yang menginginkan berdirinya Indonesia sebagai tanah air, bangsa dan bahasa sebagaimana terucap dalam Sumpah Pemuda.

Maka sudah selayaknya pemakaian konsep-konsep dan penamaan sistem kebangsaan dan kenegaraan di NKRI ditinjau ulang.

Pernahkah kita bertanya mengenai konsep Nusantara?

Nusantara merupakan konsep imperialisme kerajaan-kerajaan di Jawa. Pada saat itu terdapat sistem kewilayahan yang membagi tiga kategori teritorial untuk daerah di kerajaan-kerajaan Jawa.

Tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut:

* Negara Agung
Adalah wilayah khusus ibukota tempat berdiamnya sang raja dalam menjalankan roda pemerintahan dan kenegaraan sehari-hari. Wilayah yang disebut negara agung adalah pusat pemerintahan sebuah kerajaan Jawa.
* Mancanegara
Adalah wilayah-wilayah sekitar negara agung yang mendapat pengaruh langsung dari kerajaan Jawa seperti Madura, Sunda dan Bali.
* Nusantara
Adalah wilayah atau kerajaan-kerajaan yang tidak mendapat pengaruh langsung dari kerajaan Jawa tetapi masih merupakan daerah kekuasaan dimana para rajanya harus memberikan upeti kepada raja Jawa.

Maka dapat kita lihat bahwa polemik mengenai status Gajah Mada sebagai pahlawan nasional mungkin harus kita kaji ulang. Mungkin lebih tepat jika Gajah Mada kita hormati sebagai tokoh yang berperan dalam sejarah panjang perjalanan suku Jawa di Indonesia.

Sedangkan posisinya sebagai pahlawan nasional dapat dipertimbangkan karena jelas sekali bahwa Gajah Mada bukanlah tokoh kemerdekaan tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia.

Anonim mengatakan...

@ kang Suryana,

Gw sengaja copykan tulisan di atas untuk menjawab tantangan si akang. Berapa lama NKRI bertahan? Ya, seandainya semua beban sejarah nggak berubah menjadi sentimen tribalisme, Indonesia aman. Sebaliknya, kalo beban sejarah dijadikan alasan kebencian antar etik, golongan, agama dan ..ape aje dech....umur NKRI kagak bakalan panjang.

Gw tantang balik, berapa lama encing dan encong tetep nyimpen dendam sejarah? ...oleeeee....oleeeee...dendam nich yeee...wakakekekekkikik...(Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ Proxy73,

Dendam seperti itu memang mengancam keutuhan NKRI. Kita sudahi saja dan maju bersama demi NKRi yang jaya. Perlahan-lahan saya mulai kagum sama anda (Syamsudin, blogger tua)

Anonim mengatakan...

@Wilmana N Nk

kami telah tiba di kupang tadi malam jaam 23, perjalanan tidak nyaman karena pesawat terus bergetar sepanjang perjalanan, aneh, menurut @mike tiba2 telah terjadi palung tekanan rendah disekitar sabu yang mengkibatkan angin kencang diperairan sabu dan kupang semenjak 3 hari ini, beta minta adik dorang banyak berdoa untuk acara ini agar jangan sampai ada kejadian yang fatal, apalagi bunda tidak dapat pesawat kesabu, dan dipastikan bunda ikut naik fery degan kondiri kesehatan yang pas-pasan (tensi 130/10),
tolong ya!

(DH1RK)

Anonim mengatakan...

@ DH1RK,

Kupang memang berangin 3 hari belakangan tapi Tuhan akan memberkati perjalanan anda, bigmike dan ibunda ke Sabu. Kebaikan akan diperhitungkan Tuhan. Percayalah (Eman, CN, Kupang)

Anonim mengatakan...

@ All,

Saya punya tambahan info tentang GM tapi sedang menapisnya. Siang saya kasi komentar (Eman)

Anonim mengatakan...

Tantangan:

Berapa lama NKRI dpt bertahan?

Jawab:

Jangan ada dendam sejarah! Kalau ada, jgn jadi sentimen tribalisme, golongan blah blah.


Dimana solusinya??? Jangan ada dendam, apa artinya dalam realitas kehidupan NKRI? Lupakan sejarah? Kalau mau lupakan, bagaimana caranya?

Beta kira katong harus sadar ini. Harapan adalah harapan. Dia bukan strategi. Dia bukan solusi. Dia tdk praktis. Tp... mungkin hanya harapan yg kita punya. Begitu? Di negeri yg bernama NKRI, kami gemar spanduk. Ratusan bahkan ribuah, mungkin jutaan spanduk. Di jalan. Di pohon. Di mana-mana yg berisi seruan, harapan, doa blah blah tp tdk dalam realitas? Mengapa begitu? Mungkin hanya Tuhan yg tahu!

=mama lex=

Anonim mengatakan...

Kata Bible, yang tertinggal pada akhirnya adalah Iman, Harap dan Kasih. Jika dengan Iman, dan harap lalu kita berusaha menebarkan Kasih, seperti motto Bigmike, anda percaya semua harapan tentang NKRI bisa tercapai? Jika anda tidak percaya maka lupakan gagasan Bible itu. Jika anda percaya, maka mulailah dari hal terkecil, yaitu mulalah dari diri anda sendiri (Djami, Seatl.)

Anonim mengatakan...

Salam kenal ooo pak djami. Orang kupang ju ko? Dari nama spt nya anda org sabu ju neeeh. Semoga beta keliru.

Trimss ooo su kasi ayat tp beta mau tanya lai dolo.

"Mulai dari diri sendiri!" Apa artinya??? Kalau urusan jatuh bangunnya nkri mulai dari diri sendiri, beta rasa katong sonde ada harapan. Analoginya mau angkat mobil sendiri. Sampe ayam kaluar tanduk ju sonde bisa. Hanya bisa kalu banyak org mau angkat. Harus ada upaya kolektif. Beta rasa ini esensi diskusi.

Kolektifitas akan tercipta jika kita semua merasa bagian dari jatuh bangunnya Indonesia. Kalu boleh usul, ungkapan 'mulai dari disini sendiri' adalah dgn menjawab pertanyaan2 sederhana ini. "Apa itu Indonesia??? Apa artinya menjadi bagian dari Indonesia? Mengapa Indonesia pantas saya bela, dgn darah sekalipun?

Saya agak kurang berani jawab pertanyaan yg terakhir karena liat FPI bawa parang ama teriak Allahu Akbar saja saya sudah takut.

Jadi silahkan. Kalau memang mau mulai diri sendiri, jawab saja dulu pertanyaan2 diatas. Silahkan pak djami, beta tunggu anda pung jawaban.

-nk-

Anonim mengatakan...

Woooi bung nk...

Kalu beta ni, Indonesia tuh kupang. Kalau son ada kupang, son ada indonesia. Ini jujur saaa.

=papa lex=

Anonim mengatakan...

@ Eman,

Hoih, kita menunggu info dari Eman tapi kok nggak nongol. Nah, gw jadinya baca juga buku Gadjah Mada karangan Langit Kresna Hariadi, Eman nggak tertarik tapi gw rasa ada yang bisa dipelajari juga.

Buku ke-5 adalah Madakaripura Hamukti Moksa, buku terakhir yang menceritakan perjalanan GM dan kerajaan Majapahit. Akibat polahnya yang membiarkan terjadinya perang Bubat, GM di pecat dari jabatan Mahapatih dan GM pun pergi kesebuah wilayah dan menjadi rakyat biasa.

Di buku ini dikisahkan bahwa GM tidak mengalami Syndrome of Power, tidak mencak mencak gak mau di pecat, tidak ngumpulin orang orang yang dibayar buat mendemo raja, tidak bikin pernyataan pernyataan yang membuat panas suhu politik walaupun GM juga memiliki massa pengikut juga memiliki rantai komando ke sejumlah pasukan, GM merasa bahwa dirinya hanya seorang abdi pemerintah yang bekerja untuk Majapahit dan jika Majapahit tidak lagi membutuhkannya ya sudah.

Begitu ringan GM untuk lengser dari damper kepatihan yang membuat dirinya begitu berkuasa, tidak tampak ada mabuk kekuasaan dalam dirinya. Begitulah seharusnya jadi pejabat. Kekuasaan yang terpusat pada satu titik kekuatan itu tidak baik, jika kekuatan yang menjadi tumpuan kekuasaan ini tidak ada atau melemah maka lemahlah kekuasaan tadi, ini yang di alami Majapahit sepeninggal GM, sehingga GM pun di panggil kembali untuk membantu Majapahit memulihkan kekuasaannya. Konon, GM nggak mau kembali ke kerajaan dan tetap inggal sampai saatnya moksa (Proxy73)

Anonim mengatakan...

@ All,

Permisi bagi ceritera:

Gajah Mada atau dengan gelar kerennya Mahamantrimukya Amangkubumi Mahapatih Gajah Mada adalah seseorang yang punya andil paling besar terhadap kekuasaan sebuah kerajaan di masa lampau yang luas wilayah kekuasaannya hampir sama dengan Nusantara saat ini (dari Sabang sampai Merauke) bahkan meliputi Singapura (Tumasek) dan Malaysia. Sebuah kerajaan yang dengan harga diri dan keberaniannya pada masa lalu pernah mempermalukan seorang utusan dari bangsa Tar tar yang kala itu sangat berambisi untuk meluaskan kekuasaannya hingga ke bumi pertiwi.

Kerajaan apakah itu? Ialah Majapahit. Sebuah kerajaan yang rajanya berasal dari trah penguasa sekaligus pendiri kerajaan Singosari, yaitu Ken Arok (Binxar)

Anonim mengatakan...

Jadi, sebenarnya, apa sih istimewanya seorang Gajah Mada? Gajah Mada awalnya hanyalah seorang prajurit biasa yang tidak memiliki kedudukan istimewa di Majapahit. Ia mulai dikenal saat berpangkat bekel dan menjadi pimpinan dari sebuah pasukan elit kerajaan bernama Bhayangkara. Pada masa itu, Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Prabu Sri Jayanegara sedang mengalami kudeta akibat makar yang dilakukan oleh para Dharmaputra Winehsuka yang dipelopori oleh seseorang bernama Ra Kuti.

Gajah Mada yang kala itu belum dikenal oleh siapa pun mampu menunjukkan bakti dan kesetiaannya kepada negara dengan melindungi Sang Prabu dari kejaran pasukan yang dipimpin oleh Ra Kuti. Bersama pasukan Bhayangkara yang dipimpinnya, akhirnya ia berhasil menggullingkan kembali Ra Kuti yang pada masa itu sempat menguasai Istana Kerajaan dan bahkan membunuhnya. Karena jasa dan pengabdiannya itu, Prabu Sri Jayanegara kemudian menaikkan pangkatnya dari yang semula hanya seorang Bekel menjadi seorang Patih di Kahuripan kemudian di Daha (Binxar)

Anonim mengatakan...

Kisah terus berlanjut hingga akhirnya Sang Prabu meninggal karena diracun oleh seorang tabib kerajaan yang diam-diam menyimpan sakit hati akibat cintanya pada salah seorang sekar kedaton adik dari Sang Prabu ditampik. Selama setahun, untuk meredam gejolak, Gajah Mada menyarankan agar kekuasaan dipegang terlebih dahulu oleh Ibu Suri Rajapadni sebelum akhirnya diwariskan kepada kedua putrinya secara bersamaan, ialah Prabu Putri Sri Gitarja Tribuanatunggadewi Jayawisnuwardhani dan Prabu Putri Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa.
Karena prestasi dan pengabdiannya, pada masa kepemimpinan kedua Prabu Putri tersebut akhirnya ia ditunjuk untuk menggantikan mahapatih sebelumnya, yaitu Mahapatih Arya Tadah. Saat ditunjuk itulah, Gajah Mada kemudian menyatakan sumpah Hamukti Palapa nya (Binxar)

Anonim mengatakan...

Sejak itu, kehidupan Gajah Mada jauh dari gebyar duniawi demi satu cita-citanya, menyatukan seluruh Nusantara di bawah panji Kerajaan Majapahit.

“Dengan kebebasan yang aku miliki, aku bisa berada di mana pun dalam waktu lama tanpa harus terganggu oleh keinginan pulang. Lebih dari itu, aku berharap apa yang kulakukan itu akan menyempurnakan pilihan akhir hidupku dalam semangat hamukti moksa. Biarlah orang mengenangku hanya sebagai Gajah Mada yang tanpa asal-usul, tak diketahui siapa orang tuanya, tak diketahui di mana kuburnya, dan tak diketahui anak turunnya. Biarlah Gajah Mada hilang lenyap, moksa tidak diketahui jejak telapak kakinya, murca berubah bentuk menjadi udara.”

Begitulah, Gadjah Mada sendirilah tidak menghendaki dirinya dikenal asal-usulnya. Dia hanya mau mengabdi. Ada sisa satu pertanyaan, apakah Gadjah Mada orang Batak karena wajahnya mirip orang Batak? (Binxar)

Anonim mengatakan...

@ MR JIMI,

Syahdan, Gajah Mada melamun di suatu siang. Beliau membayangkan negeri Majapahit sebagai sebuah kekaisaran adi daya. Cita-citanya ini kemudian diikrarkan sebagai Sumpah Hamukti Palapa pada pentahbisannya sebagai Perdana Menteri. Dalam pidatonya di hadapan Ratu Tribhuwanatunggadewi dan para tamu undangan yang terhormat, Gajah Mada menyatakan bahwa Gajah Mada sang Maha Patih tidak akan makan palapa selama ia belum menyatukan Nusantara.

Hadirin langsung geger. Kok berani-beraninya dia bikin sumpah yang nggak sebanding. Ya..begitulah, Gajah Mada memang dikenal doyan makan palapa (rebung). Namun ia bersedia mempertaruhkan kesenangan makan bahan kuliner nan murah ini, demi kebesaran Majapahit. Selanjutnya adalah sejarah.

So, my point to mr Jimi, palapa is not coconut but rebung. Rebung adalah kuliner orang jawa. Kesimpulannya, GM adalah orang Jawa (Sulis)

Anonim mengatakan...

@ Sulis,

Jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa GM adalah orang Jawa. Bahkan seandainya pala artinya rebung. Sekiranya, GM makan nasi apakah, GM orang china, jepang, kamboja, sumatera sekaligus karena bangsa dan suku-suku bangsa itu mengkonsumsi nasi dari paddy field? No, sir.

Salah satu bukti adalah skrip yang saya kutipkan pada rangkaian komentar berikut ini.

Anonim mengatakan...

............awal...........
Gajah bukan hewan khas Jawa

Seperti kita kita ketahui bersama, jaman dahulu nama orang identik atau disimbolkan dengan nama-nama hewan . Raja Majapahit yang terkenal, H(ayam) Wuruk sendiri mempunyai arti ayam jantan. Beberapa nama hewan yang biasa dipakai antara lain : Mahesa(Sapi), Lembu, Kebo, Banyak (Angsa) dll.

Menurut Nagarakretagama, Mahesa Cempaka memiliki anak Dyah Lembu Tal yang diberi gelar Dyah Singhamurti dan kemudian menurunkan Raden Wijaya.

Ronggolawe, adalah putera Ario Banyak Wide alias Ario Wiraraja bupati Sumenep yang membantu Raden Wijaya saat dikejar-kejar tentara JayaKatwang.

Mahesa Anabrang, atau juga disebut dengan nama Kebo Anabrang dan Lembu Anabrang, adalah seorang mantan senapati Singasari (Ketua Ekspedisi Pamalayu) yang membunuh Ranggalawe, pada saat Ranggalawe memberontak pada Majapahit.

Dara Petak (harafiah berarti “Merpati Putih”) adalah istri kelima dari Raden Wijaya, merupakan putri dari Raja Shri Tribhuana Raja Mauliwarmadhewa dari Kerajaan Dharmasraya. Dari perkawinannya dengan Raden Wijaya, Dara Petak melahirkan seorang putra yaitu Kalagemet atau Sri Jayanegara yang menjadi penerus tahta ayahnya di Majapahit.

Anonim mengatakan...

..............lanjutan...........

Diantara nama-nama yang menghiasi perjalanan sejarah Majapahit, bahkan kerajaaan sebelumnya ataupun sesudahnya nama-nama seperti itulah yang populer dipakai oleh golongan bangsawan maupun rakyat biasa. Karena hewan-hewan itu ada di lingkungan mereka. Kecuali untuk nama hewan gajah, kita hanya mendapati satu nama, yaitu Gajah Mada. Berangkat dari sinilah saya berani mengatakan kalau Gajah Mada bukan orang Jawa.

Anonim mengatakan...

.............lanjut............

Gajah Mada berasal dari Sumatra?

Satu-satunya pulau di Indonesia yang ada gajahnya adalah Sumatra. Yang pusat koservasinya ada di Way Kambas, Jambi. Dan kalau dilihat dari catatan sejarah, ada benang merah yang dapat ditarik.

Seperti tulisan saya diatas, Dara Petak berasal dari Kerajaan Dharmasraya. Kerajaan ini lokasinya ada di Sumatra, seperti kutipan dibawah yang saya ambil dari Wikipedia.

Kerajaan Dharmasraya atau Kerajaan Melayu Jambi adalah kerajaan yang terletak di Sumatra, berdiri sekitar abad ke-11 Masehi. Lokasinya terletak di selatan Sawahlunto, Sumatera Barat sekarang, dan di utara Jambi.

Anonim mengatakan...

..........lanjut.............

Hubungan antara Mahesa (Kebo) Anabrang,Dara Petak, Dara Jingga,Adityawarman dan Jayanegara.

Diduga kuat Mahesa Anabrang ini adalah orang yang sama dengan tokoh yang dikenal sebagai Adwaya Brahman atau Adwayawarman, ayah dari Adityawarman yang disebutkan dalam Prasasti Kuburajo I di Kuburajo, Limo Kaum, dekat Batusangkar, Sumatera Barat. Menurut pembacaan Prof. H. Kern yang diterbitkan tahun 1917, tertulis bahwa batu prasasti itu “dikeluarkan oleh Adityawarman, yang merupakan putra dari Adwayawarman dari keluarga Indra. Dinyatakan juga bahwa Adityawarman menjadi raja di Kanakamedini (Swarnadwipa)“.

Dara Jingga adalah putri dari Tribuanaraja Mauliawarmadewa, raja Kerajaan Dharmasraya dan juga merupakan kakak kandung dari Dara Petak. Dara Jingga memiliki sebutan sira alaki dewa — dia yang dinikahi orang yang bergelar dewa — dinikahi oleh Adwaya Brahman, pemimpin Ekspedisi Pamalayu.

Anonim mengatakan...

..................lanjut...........

Nama tokoh ini juga ditemukan pada prasasti yang tertulis di alas arca Amoghapasa, yang ditemukan di Padang Roco, dekat Sei Langsat, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Menurut pembacaan R. Pitono, tertulis bahwa arca itu adalah hadiah perkawinan Kertanagara kepada seorang bangsawan Sumatera, dan “bersama dengan keempat belas pengiringnya dan saptaratna, dibawa dari Bhumi Jawa ke Swarnnabhumi” dan bahwa “Rakyan Mahamantri Dyah Adwayabrahma” adalah salah seorang pengawal arca tersebut.

Setelah berhasil melaksanakan tugasnya, Mahesa Anabrang membawa Dara Jingga beserta keluarganya dan Dara Petak kembali ke Pulau Jawa untuk menemui Kertanegara, raja yang mengutusnya. Setelah sampai di Jawa, ia mendapatkan bahwa Sang Kertanegara telah tewas dan Kerajaan Singasari telah musnah oleh Jayakatwang, raja Kadiri.

Anonim mengatakan...

.......bagian akhir kutipan........

Oleh karena itu, Dara Petak, adik Dara Jingga kemudian dipersembahkan kepada Raden Wijaya, yang kemudian memberikan keturunan Raden Kalagemet atau Sri Jayanegara, raja Majapahit ke-2. Dengan kata lain, raja Majapahit ke-2 adalah keponakan Mahesa Anabrang dan sepupu Adityawarman, pendiri Kerajaan Pagaruyung.

Berdasarkan catatan-catatan diatas, saya berkesimpulan, saat Mahesa Anabrang membawa Dara Jingga dan Dara Petak dari Sumatra ke Jawa, Gajah Mada termasuk dalam rombongan tersebut yang bertugas untuk mengawal keselamatan putri raja mereka sekaligus sebagai duta dari Kerajaan Darmasraya. Atau malah Gajah Mada ditugaskan secara khusus untuk menjadi pengawal pribadi Dara Petak. Yang akhirnya tinggal dan menetap di Majapahit mengikuti tuannya yang menjadi permaisuri raja Majapahit.

Anonim mengatakan...

@ Bigmike and all,

Demikian skrip yang sya kutip dari widjaya.wordpress.

Jelas bahwa jika penafsiran dilakukan sepotong-sepotong dan tidak menyeluruh, maka resikonya adalah kesimpulan yang kuarng akurat. Meskipun saya mengutip widjaya, tidak berarti bahwa saya setuju. Saya mengutip dengan tujuan menunjukkan kepada Sulis bahwa jika mengandalkan kata palapa saja maka orang lain bisa menafsir dengan cara yang lain untuk kata yang lain.

Saya sendiri tidak bisa sepenuhnya setuju kepada widjaya karena apakah betul gadjah tidak ada di jawa. Penemuan gua liang bua oleh tim peneliti Australia, selain menunjukkan adanya manusia mini dari flores (hobit), juga membukaitkan bahwa gadjah hidup sezaman denagn para hobit itu. Gadjah-gadjah itu di duga berasal ari Jawa, Jadi, tidak bisa dikatakan bahwa di Jawa tidak ada gadjah. Lantas bagaimana dengan Gadjah Enggon yg ganti Gadjah Mada? Apakah dia orang Sumateraa juga?

Memang asal-usul GM menarik dan menggemaskan karena untuk setiap data selalu ada data pembandingnya. Gadjah Mada memang misterius. Saya akan terus mencari skrip-skrip lain (Eman, CN, Oebufu)

Anonim mengatakan...

@BM

terlepas dari benar tidaknya sejarah GM, bagi saya itu cuma hipotesis yang masih perlu dibuktikan akan tetapi hal seperti ini baik dalam artian membuktikan bahwa Indonesia ini kaya akan keragaman budaya jadi dengan adanya perbedaan pendapat seharusnya diterima sebagai suatu kekayaan budaya jadi bukan sebagai perbedaan yang akan memecah NKRI.

Salut untuk ayah (RIP) anda yang berani menyampaikan pendapat menurut versinya.

(DTDPTD)

Anonim mengatakan...

@ NK,

Bagaimana cara memulai dari diri sendiri? Yesus dahulu memulai dari dirinya di padang gurun selama 40 hari 40 malam. Lantas, dia menebar kebaikannya pada 12 orang. Menurut catatan sejarah, jumlah real pengikut Yesus setelah 3 tahun pekerjaannya tida ada angka pasti tetapi diperkirakan sekitar 15.000 orang. Lalu, 2000 tahun kemudian mereka yang mengaku mengikuti Yesus berjumlah 2 milyar orang. Itu yang saya maksudkan dengan mulai kebaikan dari diri sendiri.

Saya adalah kawan kelasnya Uli di SD. Uli adalah adiknya pemlik blog. Sekarang beta ada jadi kuli di orang pung negeri (Djami)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Sekedar sumbangan artikel tentang Majaphit dan Gadjah Mada. Seandainya dia orang Sabu wah senang sekali karena dari referesi yang beta baca, GM disebut sebagai

.... Gajah Mada is still one of the gratest heros in indonesia and regarded and am unifier of Indonesia. Till his death in 1364 he was able to expand the influence of the kingdom Majapahit beyond the borders of todays Indonesia....(Djami)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Beta kutip sedikit artikel dari www.indonesia-portal.co.uk...

In 1350 the son of Tribhuwana Wijayatungga, named Hayam Wuruk (also called Rajasanagara) was the new king of Majapahit. He was born in 1334.

During his reign, as well as his mothers leadership, Gaja had a great influence to all decisions. Gajah Mada was prime minister and also commander-in-chief.

Gajah Mada is still one of the gratest heros in indonesia and regarded and am unifier of Indonesia. Till his death in 1364 he was able to expand the influence of the kingdom Majapahit beyond the borders of todays Indonesia.

....The influence about the area, which was called Dwipantara was reaching from Sumatra, Borneo, Sulawesi and parts of Malaysia to the Philippines and Timor (at which the last one is not for sure)....

Inilha bukti bahwa kombinasi Hayam Wuruk + Gadjah Mada sangat berhasil dalam membangun Nusantara (Djami)

Anonim mengatakan...

Tribhuwana Wijayatungga Dewi (her former name was Sri Gitarja) followed her brother Jayanegara on the throne. She ruled till 1350.

In 1331 she appointed Gajah Mada to prime minister, he followed Mpu Naga in this position, after he successful defeated the Sadeng rebels in the area of Besuki. It is said, that Gajah Mada swore, that he would not eat any spiced meals till the whole area of Java would be part of Majapahit.

Nah, di artikel ini dikatakan bahwa Gadjah Mada bersumpah untuk tidak memakan sesuatu yang sifatnya makanan berbumbu. Apa ini yang dimaksudkan sebagai palapa? kelapa? Kalau ini benar maka waktu dul di kupang saya di Oepura pernah makan makanan dari sagu yang namanya wo pereggu. Kalau begitu, bisa jadi Gadjah Mada berasal dari Sabu.

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Satu lagi informasi yang saya kutip dari Britanica Concise Encyclopedia

Gajah Mada


(died 1364) Prime minister of the Majapahit empire and a national hero in Indonesia. Born a commoner, Gajah Mada rose to power on his intelligence, courage, and loyalty to King Jayanagara (r. 1309 – 28), whom he restored to power after an insurrection. His feelings for the king changed when the latter took possession of his wife, and he subsequently had the king killed. During the reigns of Jayanagara's daughter Tribhuvana and grandson Hayam Wuruk (r. 1350 – 89), Gajah Mada was the most powerful figure in Majapahit, conquering territories that may have included the entire Indonesian archipelago and part of Malaysia. A law book that had great significance in Javanese history was compiled under his instructions, and the principal poet of the era, Prapancha (fl. 14th century), eulogized Gajah Mada (his patron) in Nagarakrtagama, the epic of Majapahit.


Lagi-lagi, di artikel ini asal usul GM tetap misteri.

Lebih gelap lagi waktu saya tackle on some question about GM.

The question is: What does mada mean in gadja mada in javanese language?

Then, the answer is:

Mada is not a current Javanese word. It could be derived from Sanskrit, a language used during the Islam came to Indonesia or from old native Javanese. It may also has no particular meaning other than just a person's name in Javanese middle-age period.

Nah, bisa-bisa bapa Robert Almarhum benar bahwa kata-kata itu berasal dari kalangan Sabu ha ha ha. Lama-lama veta yakin bahwa GM orang Sabu yang mungkin lama berkelana tinggal di Jawa. Orang Sabu kan sifatnya suka pesiar ke mana-mana he he he (Djami)

Anonim mengatakan...

@djami

Bae, beta ju ada jadi kuli di negeri org. Semasa kuli jang saling baolok, hi hi hi...

Soal bung pung komentar beta mangarti tp be lia bung son bantah beta pung premis dgn analogi angka oto itu. Kalau mau mulai dari diri sendiri, artinya bung ajak org laen toh. Syukur2 dong mau sepakat dgn bung untuk angka oto rame2.

Eeeh bagitu saaa eee. Beta pingin diskusi GM berlanjut dan tdk perlu 'diganggu' dgn diskusi OOT. Katong katumu saaa lai di lain posting.

-nk-

Anonim mengatakan...

@wilmana

@Jimi, jgn panggil sy "Pak", malu saya. Umur sy jauh lbh muda dr bigmike
ugh, sori. wheew... berarti kecerdasan n kebijaksanaan anda jauh diatas rata2 dunk.

Sy belom pernah denger (jd belom tentu salah jugak) kaitan palapa dg makanan di literatur jawa, dan sy pernah cari di kamus2 bhs Indonesia dan jawa karangan bu Sri Sukesi Adiwimarta Pujosewoyo gak ada keterkaitannya itu. Duh, kedua kamus itu lagi ga di kamarku, mungkin diatas, males ngambilnya ah.

so far kesimpulan sy, mungkin premature conclution, adalah sang GM n orang2 Sabu adalah satu trah. Bisa jadi, asal muasal trah ini dari filipina.

~JM

Anonim mengatakan...

anyway, salud abis ama Ayahanda BM, almarhum Robert "SGT" Riwu Kaho. Dan BM juga dunk, yg menginspirasikan hal ini ke kita2.

Sungguh menakjubkan, dr mana beliau yg tinggal jauh dr sentra2 pendidikan kok bisa2nya dapat info kayak gitu yaa...

~JM

Anonim mengatakan...

(masih terbengong-bengon...)

saya curiga, jangan2 ayahanda BM adalah narasumber Prof. Muh. Yamin.
Eh, ini cuman kecurigaan (bukan dugaan) saya aja lho

~JM

Anonim mengatakan...

Jimi
ugh, sori. wheew... berarti kecerdasan n kebijaksanaan anda jauh diatas rata2 dunk.

He he he... Trima kasih banyak. Semoga tdk sekedar bercanda, apalagi sarkasme...

Mengenai kemungkinan sang gajah mada berasal dr sabu-raijua, saya juga begitu. Krn syair2 kuno yg dilantunkan dlm upacara2 adat tertentu di sabu oleh para pemangku adat adalah data antropologi yg valid. Mmg utk mengubahnya mjd tesis bersama, hrs ada data pembanding. Sayangnya, data pembanding inilah yg msh kurang. Lbh tepat lg blom ada antropologist yg melakukannya scr ilmiah. Hal lain adalah, adat org sabu yg menganut agama misterius yg mengharamkan info2 spt ini dipublikasikan, tentu bakal menyulitkan para peneliti.

Dr. Geneveive Duggan saja, yg sy dengar (moga2 salah) terpaksa 'menyogok' para nara sumbernya dg materi termasuk alkohol utk bs mengorek keterangan.

Anonim mengatakan...

Ups, yg di atas dr saya, Wilmana

Anonim mengatakan...

Mengamati diskusi tentang Sang Patih GM, saya punya pikiran yg sepertinya terlupakan teman-teman disini.

Saya dahulu di cap macam-macam lantaran tdk tahu budaya, bahkan katanya anti budaya Indonesia. Dengan gagah perkasa, bbrp teman disini menyerukan perlawanan thd sikap saya ini. Tp 'hilangnya' perlahan-lahan syair tua --khususnya syair tua agama misterius sabu yg diceritakan @wilmana-- adalah akibat langsung aturan pemerintah NKRI sendiri.

Yang saya tahu --correct me if I am wrong-- syair-syair tua agama misterius di pulau sabu diturunkan hanya kepada mereka yg menganut agama misterius tsb. Persoalannya adalah generasi muda diwajibkan sekolah oleh pemerintah dan mereka harus beragama sesuai agama negara; pilih satu dari 5 agama besar yg ada. Jadinya budaya, tradisi, adat istiadat yg berumur ratusan tahun tsb akan putus karena anak-anak dari pemangku adat sabu sekarang hampir seluruhnya sudah beragama Kristen.

Kalau nanti hilang syair-syair tua tsb, siapa yg paling bertanggungjawab? Mengapa pemerintah hanya mengakui 5 agama besar? Siapa yg anti budaya/agama asli penduduk sabu dan di daerah lain di nusantara?? Akankah teman-teman menyerukan perlawanan kebijakan pemerintah yg 'merusak' budaya asli sabu???

Melihat kondisi ini, saya menjadi sedih, teramat sedih.

-nk-

Anonim mengatakan...

@ NK,

Kepada adik NK, kalau tidak mengetahui secara persis persoalannya, sebaiknya tidak usah banyak omong. Jadilah penyimak yang baik dahulu. Rasa dahulu gula itu manis. Rasakan dahul garam itu asin. Rasakan dahulu empedu itu pahit. Baru ngomong. Jika tidak begitu, adik akan mudah keliru dala menyimpulkan. Dan, harap jangan mengatakan saya sok melarang. (Bunga Imanuel Riwu Kaho - diketik di rumah bigmike Naikkoten I)

Anonim mengatakan...

@dh3rk

Kalau saya boleh menduga, Kanjeng Mas keberatan agama asli org sabu saya sebut sebagai agama misterius. Saya mohon maaf tp terminologi ini saya sengaja pinjam dari terminologi yg pakai oleh @wilmana dari awal diskusi yg sekarang sudah lebih dari 150 komentar.

Begitu saja klarifikasi dari saya. Sekali lagi mohon maaf.

@wilmana

Atas nama KM yg dimaksud, sdr harap jgn juga meyebut agama sabu sebagai agama misterius.

-nk-

Anonim mengatakan...

nk
Kalau saya boleh menduga, Kanjeng Mas keberatan agama asli org sabu saya sebut sebagai agama misterius.

Saya tdk menangkap kesan spt itu dlm "teguran" @BIR di atas thd anda. Kelihatannya, upaya anda menyimpulkan bhw pemerintah beranggung jawab atas hilangnya syair2 kuno di sabu, ini yg bermasalah.

Org sabu berbondong-bondong masuk kristen, terjadi justru jauh sebelum NKRI diproklamirkan Sukarno-Hatta. Sikap org kristen Sabu yg 'anti' thd nilai2 adat sabu yg berbasis agama sabu, jg akibat penginjilan jaman kumpeni yg berbasis nilai2 pietisme yg puritan shg gampang sekali memberi label kafir dan tahayul kpd perilaku adat-budaya org sabu. Krn itu, sy setuju dg 'teguran' BIR. Jadi, jauh sblm pemerintah mengakui 5 agama dlm UUD '45, org sabu mmg sdh diajarkan oleh pendeta2, pastor, dan ustad di sana, bhw adat-budaya sabu tmsk agama sabu itu kafir.

M'nai agama misterius, mnrt Prof Wismoady Wahono, PhD, adalah agama2 yg menutup informasi ttg sistem keagamaannya kpd dunia luar. Agama Yahudi dulunya jg bersifat tertutup thd dunia luar. Informasi ttg ritual2 keagamaannya dan seluk-beluknya hanya dikuasai para Imam dan dituturkan turun-temurun. Br berubah mjd lbh terbuka, pada jaman Raja Daud dan Salomo, terutama stlh mereka kembali dr pembuangan di babel. Krn itu penyelidikan thd kitab suci yahudi diketahui bhw br mulai ditulis pada jaman raja daud dan salomo. Nah, agama sabu yg serba rahasia ini, mnrt saya mmg tergolong dlm kategori agama misterius. Yg hrs kita ingat adalah, agama misterius bkn berarti tdk percaya Tuhan. Persoalannya hanya pd ketertutupan saja, shg info ttg seluk-beluknya mmg penuh misteri alias serba tdk terungkap dg gamblang.

Moga2 bisa dipahami.

(Wilmana)

mikerk mengatakan...

Dear all,

Terima Kasih sudah berkomentar di posting yang secara sengaja saya "hadiahkan" untuk ayahanda saya, SGT, almarhum. Tuhan memberkati anda sekalian

Anonim mengatakan...

@wilmana

Sepertinya pujian @JM kpd sdr sebelumnya agak prematur. Saya pingin tunjuk kelemahan argumen sdr berikut:

1) Kalau org sabu berbondong-bondong menjadi Kristen jauh sebelum Indonesia merdeka, maka bs dipastikan pemangku adat sabu sudah habis. Fakta, pemangku adat beragama sabu asli masih ada disana.

2) Mayoritas generasi penerus pemangku adat sabu menjadi Kristen setelah Indonesia merdeka. Aturan negara yg mengharuskan mereka menganut salah satu agama yg diakui negara menjadi faktor besar hilangnya generasi penerus budaya dan agama asli sabu.

3) Argumen etika penginjilan yg mengkafirkan agama asli sabu bs saja menjadi salah satu faktor tp hanya karena kaum wahabi-misalkan- gemar mengkafirkan kekristenan tdk lantas semua org Kristen menjadi wahabi. Dus, aturan negara yg mengharuskan warga negara menganut agama yg diakui negara menjadi faktor besar dan lebih masuk akal atas hilangnya generasi penerus tua-tua adat/pemimpin agama sabu disana.

Secara umum, budaya/tradisi/adat istiadat didaerah hilang karena sistem pemerintah nasional yg memakai model jawa. Di Timor, Maluku, Papua dan sabu tdk mengenal camat, lurah, kepala desa dll. Akibat gaya pemerintahan jawa yg dipaksakan didaerah, maka peran 'penguasa' daerah hilang. Tua-tua adat didaerah kehilangan kekuasaan/wewenangnya yg berakibatkan rusaknya sitem nilai masyarakat setempat, tdk terkecuali di sabu.

-nk-

Anonim mengatakan...

nk
1) Kalau org sabu berbondong-bondong menjadi Kristen jauh sebelum Indonesia merdeka, maka bs dipastikan pemangku adat sabu sudah habis. Fakta, pemangku adat beragama sabu asli masih ada disana..

Ah, fakta spt itu tdk membuktikan bhw org sabu mjd kristen stlh Indonesia merdeka. Krn "berbondong-bondong" bkn berarti 100% semua org sabu jd kristen semua. Jadi, kalo sekarang msh ada org sabu penganut agama sabu, yaa wajar sj toh? Ama baca dulu bukunya SGT (alm), di sana data2nya cukup lengkap.

2) Mayoritas generasi penerus pemangku adat sabu menjadi Kristen setelah Indonesia merdeka. Aturan negara yg mengharuskan mereka menganut salah satu agama yg diakui negara menjadi faktor besar hilangnya generasi penerus budaya dan agama asli sabu.

Ini sy setuju. Tapi substansi persoalan sdh timbul sejak para penginjil sukses membuka sekolah2 di sabu dan yg mau bersekolah "diwajibkan" msk kristen. Sejak itu jumlah pemeluk agama sabu merosot tajam. Ketika Indonesia merdeka, problem ini berlanjut semakin menjadi-jadi, apalagi situasi ini dimanfaatkan betul oleh org kristen utk mengkristenkan sabu. Hal lain adalah adanya "benturan" dogma agama kristen dg agama sabu yg tdk saling mengakui, terutama dr agama kristen yg merasa diri superior.

Krn itu mnrt saya, kita tdk bisa hanya melemparkan kesalahan pd negara. Apalagi sejak Gus Dur mjd Presiden, agama2 asli alias aliran kepercayaan sdh mendapat pengakuan yg lumayan. Makanya skrg ini, Taoisme, Kongfusianisme, Kejawen, Saksi Yahova, dll., bebas2 sj beracara. Penganut tao dan konghucu mau rayakan imlek berhari-hari, juga OK2 saja. KTP-nya jg boleh tdk mencantumkan 5 agama yg diakui UUD '45.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

nk
3) Argumen etika penginjilan yg mengkafirkan agama asli sabu bs saja menjadi salah satu faktor tp hanya karena kaum wahabi-misalkan- gemar mengkafirkan kekristenan tdk lantas semua org Kristen menjadi wahabi. Dus, aturan negara yg mengharuskan warga negara menganut agama yg diakui negara menjadi faktor besar dan lebih masuk akal atas hilangnya generasi penerus tua-tua adat/pemimpin agama sabu disana.

Saya sih tdk keberatan dg logika anda. Tp sy bg pribadi terlalu naif kl kita melacak sejarah merosotnya jumlah penganut agama sabu yg konversi mjd kristen, hanya stop pd tahun 1945 ke 2008. Pdhl faktanya kemerosotan itu sdh tjd jauh sblm Indonesia merdeka.

Anda musti pelajari juga sejarah gereja di P. Sabu tulisan Pdt. Dr F.D. Wellem. Jadi anda ngerti spt apa pola penginjilan ala kaum pietisme yg membuat org kristen indonesia saat ini tercabut keluar dr akar kebudayaannya sendiri dan merasa lbh hebat bs tampil dg budaya barat. Sampe sekarang, di batak sana, org2 kristen batak yg beribadah dg memasukkan unsur2 budaya batak msh dicap sinkretis. Malah ada pendeta yg memberi label antikris pd sikap2 ibadah yg spt ini.

Anonim mengatakan...

lanjut lg:

nk
Secara umum, budaya/tradisi/adat istiadat didaerah hilang karena sistem pemerintah nasional yg memakai model jawa.

Bhw negara dlm hal ini pemerintah punya andil, sy setuju krn UU Pemerintahan Daerah produk Orba mmg begitu. Tapi, spt sdh sy sebutkan di atas bhw terlalu naif jk anda menelusuri persoalan ini hanya dari 1945 sampe 2008. Pdhl fenomena masyarakat adat meninggalkan nilai adat-budaya dan beralih ke budaya egaliter barat sdh tjd jauh sblm 1945.

SGT (alm) wkt lahir namanya cuma Robo bin Riwu dan agamanya adalah agama sabu. Tp begitu masuk SD, wajib msk kristen dan harus ada nama barat, mk oleh gurunya diberi nama Robert. Lalu tdk cukup dg itu sj, beliau jg harus punya marga spt adat org belanda. Maka dibuatlah marga Riwu Kaho. Mau yg fakta lain lagi?

Sistem pemerintahan di sabu sjk jmn nenek moyang dipimpin oleh Dewan Adat yg disebut Mone Ama. Mereka jg sekaligus bertindak sbg Pemimpin Agama. Tp sejak kedatangan belanda, Mone Ama disingkirkan dan belanda menunjuk satu org di wilayah Seba sbg Raja Sabu dan pemimpin di lima wilayah lainnya yg dulunya setara, cuma dikasi kedudukan bawahan raja Sabu. Akibatnya timbul perang berkepanjangan di Sabu krn yg lain tdk mau tunduk mjd bawahan.

Krn, itu sy anjurkan buatlah penilaian yg komprehensif spy kesimpulan anda jgn terkesan sekedar menyalahkan pemerintah dg perangkat hukumnya.

Anonim mengatakan...

Ups, yg di atas itu dr saya, Wilmana.

Anonim mengatakan...

@bung wilmana

Sdr sudah mirip burung cucakrawa yg kalau di'kilik' sedikit beryanyi 'merdu' dan panjang, hi hi. Terima kasih buat 'nyanyian'nya.

Bicara soal substansi, buat beta substansinya adalah masyarakat adat dan agama aslinya harus punya kedudukan yg sama tingginya dgn agama-agama besar lainnya di Indonesia.

Jelas, dilihat dari periode waktu, ada periode dijajah dan merdeka. Etika penginjilan Kristen versi belanda yg mengkafirkan agama asli org sabu jelas salah. Tp etika tsb tdk lepas dari konteks penjajahan itu sendiri yg teramat tdk etis. Soalnya adalah ketika merdeka, penguasa yg adalah anak-anak bangsa itu sendiri berlaku sebagai penjajah dgn aturan negara yg merusak budaya dan agama aslinya sendiri. Belanda tdk punya kepentingan untuk memelihara budaya/agama asli msyarakat tp lalu, setelah merdeka, kami sendiri ikutan tdk peduli. Ini yg saya persoalkan.

Hal lain yg sdr sudah sampaikan beta dapat mengerti tp buat beta etika penginjilan yg keliru dijaman belanda tdk cukup kuat merusak rantai generasi penerus agama asli sabu. Dugaan kuat saya adalah rantai generasi itu putus selama 30an tahun jaman orba.

Saya sudah baca bukunya SGT yg dimaksud tp itu sudah lama sekali. Saya akan cari dan membacanya lagi.

BTW, sdr mempersoalkan etika penginjilan nya khan, bukan kekristenan itu sendiri???

-nk-

Anonim mengatakan...

nk
Bicara soal substansi, buat beta substansinya adalah masyarakat adat dan agama aslinya harus punya kedudukan yg sama tingginya dgn agama-agama besar lainnya di Indonesia.

Ini sdh diakomodir negara. Dalam prakteknya anda bisa cek sendiri di lapangan. Jd yg substansi skrg adalah bgmn mengembalikan yg 'hilang' dr wibawa adat dan agama asli, termasuk para Pemeluknya.

Belanda tdk punya kepentingan untuk memelihara budaya/agama asli msyarakat tp lalu, setelah merdeka, kami sendiri ikutan tdk peduli. Ini yg saya persoalkan.

Betul, belanda tdk punya kepentingan. Krn itu seenaknya dia merusak tatanan adat dan agama suku, dan lalu mewariskan itu pd Penguasa pengganti yg adalah org indonesia sendiri. Perilaku Penguasa kita kan cenderung msh meniru gaya belanda. Perangkat hukum seperti KUHP KUHPer, dll., pun msh menggunakan warisan belanda.

BTW, sdr mempersoalkan etika penginjilan nya khan, bukan kekristenan itu sendiri???

Betul sekali. Etika penginjilan yg berbasis nilai2 pietisme dan nilai puritan gereja2 barat. Portugis pertama kali dtg, lgsg cap agama sabu sbg Gentios (inggris: gentile), lalu dilafalkan oleh org sabu: 'Jingitiu.

Mnrt sy, akar permasalahan dr dulu hingga skrg ada di sini, bkn perangkat peraturan. Selama gereja menganggap nilai adat dan agama suku adalah KAFIR, mk pemerintah mau ubah aturan-pun percuma saja. Di lapangan bakal tetap ada 'benturan' antara penginjilan vs nilai agama suku/adat.

Buktinya, di era reformasi ini sikap pemerintah sdh berubah, toh di lapangan, gereja msh memperlakukan agama suku dan nilai adat sbg bagian dr kekafiran, takhayul, dan sejenisnya.

(Wilmana)

Anonim mengatakan...

masalah penginjilan kristen yang terlalu memandang agama suku sebagai kafir atau mengkafirkan segala sesuatu yang dianggap bukan kristen (kalau tidak kebarat-baratan) itu merupakan tindakan yang arogan.
tapi ada hal senada juga yang sekarang sering terjadi yakni menganggap segala yang di indonesia salah (negaranya, peraturannya, masyarakatnya dll...) kalau tidak sesuai dengan pola pikir barat itu juga sering dicap salah ... saya pikir ini perlu perlu juga untuk dipertimbangkan... apakag semua yang ada di indonesia ini salah...

Anonim mengatakan...

woooi @anomim

Walau sonde sebut nama, beta kira lu orgnya itu-itu juga, hi hi.

Soal ini beta perna bilang ke bung @wil, bahwa indonesia parlu teologi baru, yg bebas dari teologi barat yg sudah berakar urat dalam teologi indonesia sampe pd gaya penginjilan yg mengkafirkan agama suku. Sama dengan gaya FPI minus kekerasan. Tp bung @wil sonde setuju. Teologi yg ada sudah cukup.

Tentang kasi salah indonesia menurut kacamata barat, beta kira lu hiper sensitif. Untuk ukur indonesia, tara usa pake standar barat. Kalau lu pake standar pancasila saaa, yg adalah, katanya, nilai-nilai yg digali dibumi nusantara, maka indonesia jelas GAGAL. Tentang hal ini beta ju parna bilang dengan bung @wil, bahwa antara idialisme pancasila dan realitas indonesia yg benar-benar terpuruk, maka kesimpulan beta pancasila adalah utopis. Dia jemgkel waktu beta bilang begitu.

Jadi beta saran... lu tara usa sensitif. Tara usa pake standar barat. Lu pake standar agama asli org sabu saa Indonesia gagal. Beta parna dengar tua2 adat org sabu bilang bagini, 'katong pung ana dong, dulu sonde jahat. Sakarang ganti nama jadi daud, lukas, matius dll... na ko dong jadi jahat samua.'

Jadi sagala standar, Indonesia jao dibelakang.

-nyong kupang-

Anonim mengatakan...

wooiiii nk

apa yang bung @wil bilang bahwa teologi yang ada itu sudah cukup beta rasa itu benar, cuma tinggal orang mengerti dengan baik dan mau menerapkannya dengan benar contohnya opini yang ada di koran suara pembaharuan yang ditulis pdt andar ismael tentang pertemuan iman dan budaya judul opini "nasi kuning buat dewi sri" itu juga hasil penelitian yang sudah cukup lama dari dewan gereja dunia dan sudah terekomendasi oleh dgd.
isinya kira2 begini:
Dewi sri dapat diterima sebagai suatu hubungan kosmis bagi org kristen jawiwetan namun kekuatan itu tetap berada dibawah kuasa YK sebagai yang utama. Hal tersebut merupakan refleksi dari pengakuan gereja mula-mula seperti dapat dilihat dalam Kolose 1:15-18
15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,
16 karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
17 Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.
18 Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.

Pancasila sebagai utopis itu terlalu kasar tapi Pancasila selain merupakan simpulan dari seluruh nilai luhur yang ada dalam bangsa indonesia juga Pancasila memuat tentang cita-cita bangsa Indonesia (masyarakat adil dan makmur)...
Untuk mencapai cita-cita tentu perlu proses, dan dalam proses tentu ada pasang naik dan pasang turun. Seseorang yang masih dalam perjalan dari tk1 ke penfui tapi baru sampai di walikota tentu belum bisa disebut bahwa dia tidak sampai ke penfui.
Pertanyaan: apakah di barat yang mengagungkan demokrasi sudah mencapai demokrasi yang ideal? atau barat yang mengagungkan keadilan (HAM) sudah mencapai keadilan yang ideal? Apakah Anti Ras sudah dapat dihilangkan... (amerika dengan negro dan india bahkan sekarang arab, australia dengan aborijin) saya pikir belum tapi semua masih dalam proses...

Anonim mengatakan...

Wooooi @anonim

Wah rupanya lu masih bertahan dengan status 'tanpa nama.' Baiklah, beta sonde peduli siapa lu tp gagasan lu menarik untuk dipertanyakan.

Pertama, dan ini pokok diskusi katong dua, beta lia lu su sonde bantah bahwa kritik terhadap indonesia sonde perlu pake standar barat karena pake nilai-nilai luhur pancasila sendiri jelas Indonesia terpuruk. Jadi si tukang kritik sonde parlu lu cap melulu pake standar barat.

Kedua, tentang teologi, beta terima lu pung opini walau beta tetap beropini bahwa teologi ala barat yg beking katong suka cap budaya dan agama asli nusantara kafir perlu ada perubahan. Perlu ada pembaharuan. Perlu ada pembebasan, paling tdk ada pembebasan pola pikir dan gaya penginjilan.

Ketiga, kalau premis argumen lu bahwa hidup ini ada naik turunnya maka lu harus paham dulu bahwa dalam realitas hidup tdk ada jaminan bahwa sesuatu yg turun akan naik kembali. Semuanya tergantung. Tergantung apa? Beta tara usu bertele-tele ttg hal ini karena lu pasti mengerti. Tp beta titip pelajaran sejarah ini untuk lu renung2 batul ko sonde yg beta omong. Peradaban Romawi dulu jaya raya. Sekarang apa? Mati! Peradaban islam bisa sampai kuasai eropa, sekarang apa?

Lanjut... analogi indonesia sedang berjalan dari dari tk1 ke penfui adalah proses maju linear. Dus, tdk cocok dgn argumen dasar lu sendiri, hidup ini naik turun atau ambil kata maju mundur. Apa iya Indonesia, dari tk1 mau ke penfui, sudah sampe di walikota? Atau dari tk1 ke penfui, Indonesia sakarang ada di baun yg artinya bukan maju ke tujuan tp mundur jauh ke baun. Contoh yg paling gampang sa. Kalau kemajuan sebuah masyarakat diliat dari lampu listrik jalan, maka tahun 80an kupang lebih terang. Lampu2 jalan manyala tp baru-baru beta pulang, kota kupang gelap. Apa iya kita sedang jalan maju sampe ke walikota? Lu jawab sendiri sa.

Tentang barat yg lu sindir agung2kan demokrasi tp toh masih jauh dari sempurna, beta setuju 1001%. Tp bukankah hukum alam (baca: hukum Tuhan) bilang begitu, di dunia ini tdk ada yg sempurna? Tp disini pula letak bedanya antara timur dan barat. Di barat hukum Tuhan ini dimaknai sebagai cambuk untuk terus-menerus berusaha menjadi lebih baik. Hari ini ke bulan, besok ke planet mars, besok lagi ke pluto. Dus, kemajuan itu gak ada limit nya. Oohh Maha Agung Hukum Tuhan itu kan!

-nyong kupang-

mikerk mengatakan...

@ NK dan anonim.

Kalau boleh, diskusi ini dipindahkan ke posting terbaru. Topik ini lebih cocok di sana. DI posting ini harap memfokuskan diri kepada thesis SGT tentang Gadjah Mada. Kalau punya pendapat tentang hal itu, silakan teruskan di sini. Jika tidak, ya lihatlah saran di atas. OK?!

mikerk mengatakan...

Oh iya, sebagai moderator dan admin beta sudah copy dua buah komentar diskusi terakhir ini kep psoting terbaru. Silakan dilanjutkan di sana dan sesuaikan dengan tema besar topik.

Anonim mengatakan...

halo boss...analisa tanah su jadi ko ?

Florentinus Salassaga mengatakan...

GAJAH MADA TERNYATA ORANG DAYAK

Soal nama Gajah Mada menurut masyarakat Dayak di Kalbar perlu diketahui bahwa Gajah Mada bukan orang Jawa, ia adalah asli orang Dayak yang berasal dari Kalimantan Barat, asal usul kampungnya yaitu di Kecamatan Toba (Tobag), Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat (saat ini).

Banyak masyarakat Dayak percaya bahwa Gajah Mada adalah orang Dayak, hal itu berkaitan dengan kisah tutur tinular masyarakat Dayak Tobag, Mali, Simpang dan Dayak Krio yang menyatakan Gajah Mada adalah orang Dayak. Ada sedikit perubahan nama dari Gajah Mada pada Dayak Krio menjadi Jaga Mada bukan Gajah Mada namun Dayak lainnya menyebutnya dengan Gajah Mada.

Sebutan itu sudah ada sejak lama dan Gajah Mada dianggap salah satu Demung Adat yang hilang. Ada kemungkinan ia diutus Raja-Raja di Kalimantan. Ia berasal dari sebuah kampung di wilayah Kecamatan Toba (saat ini). Hal itu dibuktikan dengan ritual memandikan perlengkapan peninggalan Gajah Mada setiap tahunnya. Gajah Mada dianggap menghilang dan tidak pernah kembali ke Kalimantan Barat.

Kisah yang memperkuat bahwa ia memang asli Dayak dan berasal dari Kalbar yaitu ia adalah seorang Demung Adat dibawah kekuasaan Raja-Raja di Kalimantan. Ia seorang Demung dari 10 kampung yang ada, namun setelah dia menghilang entah kemana, kampung tersebut kehilangan satu Demung Adatnya sehingga Demung Adat di wilayah itu tinggal 9 orang saja lagi.

Kisah ini sampai sekarang masih dituturkan oleh kelompok masyarakat Dayak ditempat asalnya Gajah Mada. Bukti-bukti tersebut sangat kuat dan bisa dibuktikan sebab Kerajaan tertua letaknya bukan di Jawa tetapi justeru di Kalimantan sehingga unsur Hindu lebih mempengaruhi setiap sikap dan tata cara hidup dan Hindu pun lebih dulu ada di Kalimantan bukan di Jawa. Alasan ini sangat masuk akal bahwa pengaruh Hindu di Jawa sangat dipengaruhi oleh kerajaan Kutai di Kalimantan dan kemungkinan Gajah Mada adalah orang kuat yang diutus kerajaan Kutai untuk menjajah nusantara termasuk Jawa.

Dalam kisah Patih Gumantar Dayak Kanayatn (Dayak Ahe) Kalimantan Barat bahwa Patih Gajah Mada adalah saudaranya Patih Gumantar, mereka ada 7 bersaudara. (Baca Buku, Mencermati Dayak Kanyatan)

Satu lagi soal nama Patih Gajah Mada bahwa gelar Patih itu sendiri hanya ada di Kalimantan khususnya Kalbar dan satu-satunya patih di Jawa adalah Gajah Mada itu sendiri, tidak ada patih lain dan itu membuktikan bahwa gelar “Patih” berasal dari silsilah kerajaan di Kalimantan bukan dari Jawa

frits mengatakan...

Tulisan Alm Robert Riwu Kaho sangat bagus membuka tabir tentang asalnya Patih Gajah Mada... ini menjadi tantagan bagi saudara yang ber DNA RK yg sama dan bagi DO HAWU juga. Jadi kalau bisa coba kita gali sejarah ini, karena bukan sejarah modern tapi kuno yg belum negenal tulisan, butuh waktu, tenaga dan dana...takutnya juga dipolitisir bahaya juga...

Anonim mengatakan...

[url=http://cialisonlinehere.com/#ayyzd]buy generic cialis[/url] - buy cheap cialis , http://cialisonlinehere.com/#gqufv buy cheap cialis