Sabtu, 02 April 2011

koes plus bonus fideles

Dear Sahabat Blogger,

"Apalah arti sebuah nama" demikain Shakespeare berseru dan, kita, ada yang setuju tak kurang pula yang tidak setuju dengan itu. Kawan saya yang berasal dari daerah Manggarai diberi nama "Nganggur" karena ketika dia dilahirkan ayahandanya sedang tidak punya pekerjaan selain sebagai petani. Entah mengapa petani tidak dianggap sebagai sebuah pekerjaan. Saya diberi nama "Ludji" oleh almarhum Ayahanda Robert "SGT" Riwu Kaho secara serius dengan maksud untuk mengingatkan bahwa sekali dan seterusnya saya adalah orang Sabu dari suku Namata. Saya tak boleh menjadi orang Australia misalnya biar kata nama babtis saya adalah "michael". Adik saya, Vicktor Riwu Kaho, mula-mula memberi nama "Haga" kepada anak sulungnya. Belakangan dia merasa perlu untuk berjauh-jauh dari Jakarta ke Pulau Sabu hanya untuk melakukan ritual budaya Sabu guna mengganti nama "Haga" menjadi "Lobo". Hebat. So, bagi sebagian orang nama bukanlah sembarangan perkara. Nama harus memiliki makna. Demikian juga judul sebuah buku misalnya. Jangan memberi judul "mangga" ketika isi buku anda mengulas tentang "sapu lidi". Tak cocok itu bukan? Haaalaaahhhh...begitulah adab kita. Budaya kita. Maka untuk sebuah nama bila perlu tumpeng merah putih dibikin dan ..slaman slumun...jadilah baik.

Tapi saya punya 1 pengalaman yang mirip. Tahun dulu semasa duduk di bangku SMP di kota KUpang (SMPN 2) saya pernah dimarahi oleh seorang guru, Ibu Guru. Beliau adalah wali kelas II E kelas dimana saya berada. Ibu Messkah namanya. Saya ditegur gara-gara ada nama "ludji" di absensi kelas. Beliau menghardik saya dan bilang..."kamu jangan pake nama ludji lagi ya sebab itu adalah halaik, pake saja nama babtismu, michael"...halaik adalah kosa kata di Kupang untuk menyebutkan orang-orang yang tidak beragama sesuai dengan peraturan yang berlaku. Walah, saya malu tagal hardikan Ibu Guru dan semenjak itu saya berusaha mengaburkan nama "ludji". Sekali waktu nama "ludji" saya ganti dengan "rudy" (kebetulan waktu itu rudy hartono adalah sebuah nama yang sedang ngetop abiz). Giliran Ayahanda saya yang menghardik. Kebiasaan mengaburkan nama "Ludji" tanpa sadar masih saja berlanjut sampai sekarang. Jikalau saya harus menuliskan nama saya di daftar hadir atau yang sejenisnya. maka pastilah saya akan menulis "L. Michael Riwu Kaho". Jelas sudah bahwa aforisme "what is a name" tertolak oleh budaya di sekitar saya. Tak tahu jikalau anda. Ungkapan itu mungkin tepat untuk orang-orang barat. Orang Belanda menggunakan nama "Van de Kerkhoff" padahal itu artinya "kuburan". Dulu ada pemain sepak bola Belanda yang kembar bernama Rene dan Willie Van de Kerkhoff yang artinya Rene dan Willie dari kuburan...waallaaahhhhh.....

"What is a name", kata Shakespeare. Saya pikir yang dimaksudkan oleh Shakespeare adalah substansi. Mawar tetaplah mawar yang indah biar berganti nama menjadi kapuk. Nama boleh berganti dari "Ludji" menjadi "Michael" tetapi jikalau malas ya tetap saja malas bukan? Lihat saja para teroris yang diburu dan ditangkap oleh Densus 88. Nama aliasnya banyak banget tapi apakah mereka berubah menjadi sesuatu yang lain? Ya tidak juga. Kelakuan mereka ya tetep itu ke itu juga. Jikalau begitu maka kendati nama memang cuma sebuah atribut tanda identitas tetapi sesungguhnya hal yang terpenting adalah nilai intrinsik yang terkandung di dalam substansi. Kata emas menjadi berarti karena nilai karatnya bukan? Lalu judul tulisan di atas ingin mengingatan tentang substansi intrinsik di maksud. Koes Plus adalah nama grup band. Bonus fideles artinya mereka itu baik. Apanya yang baik dari Koes Plus? Lagu baru dapat diciptakan lebih bagus dari lagu Koes Plus dan memang sudah banyak lagu yang secara teknis artistik lebih indah ketimabang lagu-lagu Koes Plus yang umumnya bersifat "3 jurus" itu. Kalau begitu apa?

Koes Plus adalah sebuah grup band fenomenal di Indonesia. Di masa saya masih duduk di bangku SD, memegang buku tulis yang ada gambar Koes Ploes adalah "kewajiban". Lagunya wajib dihafal dan di senandungkan. Grup ini memang amat sangat hebat. Konon merekalah yang menjadi peletak dasar perkembangan musik pop di Indonesia. Di masa mereka, grup band lain seperti Favourites, The Mercy's, D'Loyd dan yang lain-lainnya terasa cuma varians dari Koes Plus. Grup band di masa sekarang dianggap mengerjakan sesuatu yang merupakan pengembangan Koes Plus. Siapa mereka ini? Saya pikir kebanyakan kita tahu bahwa grup ini digawangi oleh bersaudara Koeswoyo, yaitu Koestoni (Tony), Koesroyo (Yok), Koesyono (Yon) + 1 orang pemain drum yang bukan berasal dari klan Koeswoyo, yaitu Murry. Dominasi klan Koeswoyo sangat wajar karena sesungguhnya Koes Ploes adalah terusan dari Koes Bersaudara dimana Koesnomo (Nomo) ada posisi yang ditempati Murry sebagai drummer. Mengapa demikian? Pada mulanya adalah Koes Bersaudara yang eksis terlebih dahulu dengan formasi Toni, Yok, Yon, Nomo dan Koesdjono (John) pada tahun 1960. Lagu-lagu seperti “Bis Sekolah”, Di Dalam Bui, “Telaga Sunyi”, dan “Laguku Sendiri”. Pada masa-masa di antara 1960-1965 gaya bermusik mereka amat dipengaruhi oleh gaya the "everly brothers" (yang kondang dengan lagu antara lain "let it be me") dan "the bee gees".

Pada tahun 1965, 1 Juli, mereka ditangkap oleh KOTI dan mengurung mereka di rumah tahanan Glodok dengan tuduhan bermusik "ngak ngik ngok" yang bukan budaya dhewek. Penahanan tersebut tak lama karena pada tanggal 29 September 1965 tapi ternyata ikut berpengaruh terhadap kisah grup mereka dan sekaligus dunia musik Indonesia. Bertahun-tahun kita memahaminya sebagai bentuk represif dari pemerintah Orla pimpinan Bung Karno. Tapi pada saat wawancara di acara "Kick Andy", Metro TV, mereka membuka rahasia bahwa sebenarnya penangkapan mereka itu hanyalah sebuah sandiwara "operasi rahasia" yang diperintahkan oleh Bung Karno guna mendukung operasi "ganyang malaysia". Jadi mereka sebenarnya berkolaborasi dengan pemerintah. Entahlah mana yang benar tapi yang pasti ada masa mereka terpaksa berhenti bermusik. Pasca kebebasan dari penjara, iklim perpolitikan di Indonesia ternyata kurang mendukung perkembangan dunia kesenian di Indonesia umumnya. Konstruksi politik Indonesia di awal Orba yang dikuasai oleh Soeharto dan Tentara, yang menggantikan Bung Karno dan Orla-nya, menciptakan banalitas yang masif. Penangkapan dan pelenyapan orang-orang yang dideeksi atau dicurigai terkait PKI menciptaan ketakutan kolektif dan suasana saling curiga mencurigai. Banyak ketika pastian dan di masa inilah John keluar dari formasi. Koes Bersaudara.

Sekali waktu, ketika Koes Bersaudara sedang melakukan pertunjukan di daerah Tony mendapat kabar bahwa suasana Jakarta memanas. Terjadi penangkapan besar-besaran. Beberapa teman dari Tony menghilang begitu saja tak tentu rimbanya. Jakarta tidak aman dan Tony diperingatkan oleh teman-temannya bahwa, mungkin. karena kedekatannya dengan rezim Bung Karno maka Koes Bersaudara terancam. Terjadi dilema, kembali ke Jakarta atau tidak? Situasi mencekam seperti itu menyebabkan Nomo memutuskan untuk keluar dari grup. Dia memilih menjadi pedagang besi-besi bekas. Tapi Tony dan adik-adik yang lain menetapkan 1 tekad, harus kembali ke Jakarta dan harus terus bermusik. Tidak ada pilihan lain selain bermusik karena itulah cinta mereka. Tony dan adik-adik memilih untuk setia pada pilihan hidup mereka. Maka kembalilah mereka ke Jakarta meski apapun yang akan terjadi. Balada ini mereka tuangkan dalam lagu "kembali ke Jakarta" dan dimunculkan pada rekaman perdana grup Koes Plus. Lho, mengapa Koes Plus? Ya, Koes Bersaudara dalam formasi Toni, Yon, Yok dan Nomo hanya bertahan sampai 1968. Setelah Nomo keluar masuklah Murry yang bukan Koeswoyo itu. Pada saat rekaman pertama kali. Yok yang kurang sreg dengan adanya orang luar ke dalam formais band memutuskan solider dengan Nomo lalu keluar dari Koes Plus. Akibatnya, posisi sebagai basist kosong dan beberapa pemain tamu mengisi posisi yang ditinggalkan Yok. John Koeswoyo sering masuk formasi untuk tujuan show panggung. Dan pada saat rekaman album perdana Koes Plus, pemain tamu yang masuk formasi adalah Totok A.R. Inilah formasi dalam rekaman perdana Koes Plus, yakni Tony, Yon, Murry dan Totok A.R.

Album perdana itu memuat beberapa lagu seperti Derita (Tonny), Awan Hitam (Tonny), Tiba Tiba Aku Menangis (Tonny), Bergembira (Tonny), Tjintamu Telah Berlalu (Tonny), Dheg Dheg Plas (Tonny), Manis Dan Sajang (Tonny), Hilang Tak Berkesan (Tonny), Kembali Ke Djakarta (Tonny), Biar Berlalu (Yon) dan Lusa Mungkin Kau Datang (Tonny). Perhatikanlah deretan lagu-lagu tersebut. Semuanya indah dan hebat. Beberapa di antaranya bahkan rekam kembali berulang-ulang oleh berbagai penyanyi lainnya. Menjadi legenda. Tapi jangan salah, album perdana itu setelah direkam ternyata pada awalnya ditolak dimana-mana. Bahkan ada toko kaset yang menertawakan lagu seperti "Kelelawar". Lagu aneh kata mereka. Maklumlah ketika itu Koes Plus sedang bertransformasi dari keterpengaruhan "everly brothers" dan " bee gees" menjadi "lebih Indonesia". Akibat tidak lakunya album perdana mereka maka Murry kabur. Totok A.R. keluar. Adalah Tonny yang terus memupuk semangat anggota Koes Plus yang lainnya lalu membujuk Yok dan Murry agar masuk kembali dalam formasi band. Nasib baik memihak mereka dan pada tahun 1970 akhir lagu mereka meledak di mana-mana. Dan kesuksesan mengalir bersama mereka bertahun-tahun sampai meniggalnya Tony pada tahun 1987. Koes Plus pun surut sesuai tuntutan jaman tetapi lagu-lagu mereka abadi sampai hari ini. Inilah Grup tersukses di Indonesia. Apa tolok ukurnya? belum ada Band di Indonesia, bahkan di seluruh dunia, yang mampu merekam hampir 22 album dalam 1 tahun seperti yang dilakukan Koes Plus pada tahun 1974-1975. Tidak ada pula grup band yang mampu merekam lagu dalam genre yang sangat berbeda. Anda mau tahu musik jenis apa yang pernah dimainkan oleh Koes Plus dan semuanya sukses? Pop, Rock n Roll, Rohani Natal, Qasidahan, Pop Jawa, Instrumentalia, Dangdut, Keroncong dan kompulasi the best. Jangankan band dalam negeri bahkan The Beatless, The Rolling Stones ataupun Led Zepplin tak tercatat melakukan itu. Seorang editor wikipedia mengatakan bahwa "Seandainya kelompok ini lahir di Inggris atau AS bukan tidak mungkin akan menggeser popularitas Beatles"

Anda tahu apa rahasia mereka? Filsafat manusia mengajarkan tentang 3 bentuk kebaikan, yaitu kebaikan karena ada gunannya (bonum utile), kebaikan karena menyenangkan (bonum delectabile) dan kebaikan karena memang baik atau kebaikan yang sesungguhnya (bonum honestum). Orang bisa saja berlaku baik kepada kita karena kita punya sesuatu yang dia perlukan atau dia butuhkan dari kita. Kita menerima kebaikan sejauh kita mendatangkan manfaat bagi oarng lain. Ada uang abang sayang tak ada uang abang aku buang. Bisa juga terjadi orang bisa baik kepada kita karena kita menyenangkan hatinya. Suami dan isteri sering memutuskan bercerai karena tidak lagi saling menemukan kesenangan. "Tak ada kecocokan lagi" katanya. Tetapi syukurlah ada kebaikan jenis ketiga dimana orang bisa baik kepada kita karena memang dia orangnya baik. Kita mungkin tidak berguna dan tidak menyenangkan bagi dia tetapi dia memang mau mencintai kita. Bonum begini adalah Bonum milik Allah yang mengasihi kita secara sepihak. Tanpa memperhotungkan dosa dan kedegilan kita, DIA mau memberi CINTA-NYA bagi kita. Bonum seperti ini bersifat Ilahiat. Dan yang asik adalah bahwa bonum ini ditawarkan oleh Sang Pencipta kepada manusia untuk memilikinya juga. Saya tak tahu anda dan saya memilih yang mana tapi Koes Plus jelas memilih bonum honestum. Ketika bermusik ternyata mendatang petaka, ketakutan dan kemiskinan mereka tetap setia pada pilihan hidupnya. Dalam nama apapun grup mereka, ataukah Koes Bersaudara ataukah Koes Plus, adalah Tony dan adik-adik telah mendemonstrasikan makna kesetiaan. Mereka tak bergeming kendati dicekam situasi. Berkarya dan terus berkarya kendati dizalimi, dicemooh dan miskin. Itulah cinta. Itulah kesetiaan. Hal ini nyata sekali dalam lagu mereka "kembali ke djakarta". Apapun boleh terjadi tetapi "di djakarta" tetapi langkah kaki tak akan berhenti untuk selalu kembali "kesana". Tony dan saudara dan kawan mungkin tidak kaya raya karena pilihan ini tetapi mereka telah membuat saya, mungkin anda dan jutaan orang lainnya berbahagia. Sungguh mereka orang baik. Sayapun bermimpi sekali waktu saya bisa juga akan di sapa, entah sebagai "Ludji" atau "Michael" atau "ludji michael:..."eh si Ludji Michael tuh ... orangnya ... bonus fideles lho. Orang baik tuh". Ahaaaaa, alangkah bahagianya.

Tabe Tuan Tabe Puan

53 komentar:

mikerk mengatakan...

dear all, terburu-buru nih dan belum di edit. GBU

mikerk mengatakan...

"kembali ke jakarta"
by koes plus

Di sana rumahku
Dalam kabut biru
Hatiku sedih
Di hari minggu
Di sana kasihku
Berdiri menunggu
Di batas waktu
Yang telah tertentu

Reff.
Ke jakarta aku kan kembali
Walaupun apa yang kan terjadi

Kembali ke reff.

Pernah kualami
Hidupku sendiri
Temanku pergi
Dan menjauhi
Lama kumenanti
Ku harus mencari
Atau ku tiada
Dikenal lagi

Kembali ke reff.

mikerk mengatakan...

"di dalam bui"

by Koes Bersaudara

waktu ku didalam bui
kubersedih dan bernyanyi
dimalam sunyi
ibu dan ayah menanti
berdoa setiap hari
aku kembali

tutupkanlah semua pintu
matikanlah semua lampu
kamar kurungku
hatiku tetap tenang
karena ada sinar terang
dari Tuhanku

walaupun hidupku
dikurung selalu
tetapi aku...
tetap milikmu
Tuhanku...

mikerk mengatakan...

Kelelawar

by Koes Plus

Kelelawar sayapnya hitam
Terbang rendah Ditengah malam
Pagi-pagi mereka pulang
Dibawa dahan bergantungan

Hitam...
Hitam...
Hitam...

Repeat *

Ha...ha...yeah...

Anonim mengatakan...

@ Pak Mike,

Syalom, selamat hari Minggu. Tuhan Yesus memberkati (Yes)

Anonim mengatakan...

Posting ini adalah sebuah renungan. Saya pikir BM ingin merenungkan tentang KASIH. Karakter KASIH yng tidak menuntu balas. Kasih yang demikian disebut "Kasih Agape" yang tidak pernah menjadi pudar karena waktu, usia, sakit-penyakit, kesukaran maupun tantangan.

Jika kita memilikinya maka Kasih tidak pernah berhenti berharap, tidak pernah memilih yang buruk sebagai penyelesaian masalah. Kasih agape selalu menjaga eratnya dan indahnya persahabatan.

(Yes, BTN)

Anonim mengatakan...

Kasih adalah bagian dari iman dan pengharapan, namun kasih berbeda dari keduanya. Sebab iman dan pengharapan akan berakhir setelah kita berjumpa muka dengan muka dengan TUHAN di sorga, tetapi di dalam sorga kita tetap hidup di dalam kasih. Seperti firman-Nya katakan: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.”(1 Kor 13:13)

(Yes, BTN)

Anonim mengatakan...

@ Pak Mike,

Thanx BM, susdah lama tidak memuat posting renungan. ali ini dengan cara yang indah BM mengingatan lagi tentang kasih. Sebuah renungan yang pas untuk peringatan masa-masa sengsara Tuhan Yesus. Syalom. JBU (Yes)

Anonim mengatakan...

Oh oya, saya juga penggemar berat Koes Plus. Saya koleksi semua CD yang ada. Lagunya enak-enak dan merdu. Kapan-Kapan, Kolam Susu, Kembali ke jakarta dan kembali adalah lagu wajib bagi saya. Mantap Pak Mike (Yes)

mikerk mengatakan...

Dear Pak Yes,

Thanx sudah berkunjung dan berkomentar. Jesus loves u en fam. Selamat hari minggu

mikerk mengatakan...

@ Dear All,

Saya baru saja membuat beberapa suntingan yang perlu. Selamat membaca. GBU

shaugnessy mengatakan...

iya dech BM emang orang baik.....stuju gw tuh asal maleznya dikurangin yee......wkwkwkwk.....

shaugnessy mengatakan...

Koes Plus emang kaga ade matinye. Koleksi PH, kaset babe gw yang diarsipka baek-baek udah gw denger semuanya. Kehebatan KP adalah berhasil entransformasikan citra musik bule menjadi sangat Indonesia. Otak jenisu ada sama si Tonny tuh...buktinya, setelah dia meninggal, KP kehilangan "marwahnya", hilang rohnya dan pelan-pelan memudar. Two thumbs up u Koes Plus. KP emang bonus fideles

shaugnessy mengatakan...

Mendahului Iwan Falsz dll...lagu yang dibikin Tonny setelah keluar penjara ....kalo ga salah judulnya "poor clown" yang mengkritik habis rezim ORLA. Jadi Tonny dan adik-adik sudah menggelorakan semangat rebellion itu. Hebat ga tuh????!!!!!

shaugnessy mengatakan...

Coba dech disimak lirik lagu "poor clown"

Ou my poor clown
No crown for clown
To hold the same to show your game
You may all for your money brings
It’s all for nothing till you die

Ou my ou my
Before you’re damned to the dump
Do your thing and move your hands
To hide your rotten aftershave
Until your kingdom comes to where

Ou my poor clown
Why don’t you know your war has gone
Even the time you gotta go
It night for you so do some damage
Don’t count the time for you to rest

Yeah my poor clown
No crown for a clown
The sun is right now gone to west
Until you watch the street of light
Who agree the right thing is not so price

DAHSYAT...COBA BM NGEPOSTING LAGU INI TRUS BERI KOMEN.ASIK PASTNYA....

Anonim mengatakan...

Saya sepakat dengan Proxy73 ....BM memang orang baik. Tetap baik ya Bigmike tetaplah menulis (Sherly, Oebufu)

Anonim mengatakan...

Lagu Koes Plus yang paling berkesan adalah "Ayah"....

Ayah

Ayah ...

Betapa kau berpesan

Betapa kau doa kan


Ayah

Betapa pengalaman

Dahulu dan sekarang


Ayah

Rambutmu t'lah memutih

Cermin suka dan sedih


Ayah ...

Ceritakan kembali

Riwayat yang indah waktu dahulu


Ayah ...

Ku takkan bosan mendengar

Riwayat waktu kau muda perkasa


Ayah ...

Kau dapat,merindukan

Kau dapat mengenangkan


Ayah ...

Waktu terus berlalu

Sampai ke anak cucu


Setiap menyanyi lagu ini saya teringat Ayahanda saya yang sekarang sudah damai di Surga (Sherly)

Unknown mengatakan...

@ Dear Bigmike,

Setuju nih sama bonus fidelesnya. Saya pikir, memang setiap kita harus berusaha mendapatkan "bonus fideles" sehingga amanlah dunia kita. Amanlah Indonesia. Amanlah PSSI....wkwkwkwkwk....si Nurdin akhirnya KO juga sama FIFA....

Unknown mengatakan...

Saya setuju 200% bahwa Koes Plus memang panutan dalam sejarah musik Indonesia. Kendati sejak awal sangat dipengaruhi genre musik di barat tapi Koes Plus merubahnya menjadi "rasa Indonesia". Lagu "manis dan sayang", "derita", dan serial Nusantara adalah khas Indonesia. Belum lagi album keroncong, album qasidahan dll. Koes Plus juga harus dicatat sifat pluralism nya. Album Natal ok wasidahan juga Ok. Mereka sendiri menganut agama yang berbeda-beda tetapi tetap rukun Hebat

Unknown mengatakan...

Untuk menambah informasi sejarah Koes Plus, berikut saya kutipkan sejarah tentang Tonny Koeswoyo dari situs denysak.multiply.com. Denny Sakri adalah wartawan dan pengamat musik....

23 Tahun Silam Tonny Koeswoyo Berpulang

23 tahun silam tepatnya 27 Maret 1987, Koestono Koeswojo atau lebih dikenal dengan Tonny Koeswojo telah menghembuskan nafas terakhir karena kanker usus yang diidapnya.Rasanya tak berlebihan jika saya menyebut pria tampan dan simpatik ini sebagai sumber inspirasi bagi band-band yang tumbuh kembang di Indonesia sejak paruh dasawarsa 60-an bahkan mungkin hingga saat sekarang ini.Popularitas Koes Bersaudara hingga Koes Plus yang fenomenal adalah bukti nyata yang tak terbantahkan.

Unknown mengatakan...

Bagi saya Tonny Koeswoyo tak hanya seorang pemusik yang terampil bermain gitar,main keyboard,bikin lagu dan menyanyi sekalipun,tapi Tonny pun seorang visioner.Dia bagai John Lennon di belahan dunia sana meski tak seradikal Lennon tapi Tonny memiliki konsep kesenian yang jelas.Dia adalah seniman sejati.Dia betul betul menggantgungkan hidup pada musik dan musik.Sesuatu yang bagi adiknya sendiri Nomo Koeswoyo dianggap sesuatu yang berada diambang ketidak warasan."Bagaimana bisa musik menghidupi ?" mungkin itu yang terbersit dibenak Nomo saat meninggalkan Koes Bersaudara pada akhir dekade 60-an.
Tapi hingga ajal menjemput Tonny ternyata telah membuktikan bahwa musik adalah bagian dari kehidupan itu sendiri.Dan Tonny pun meninggal dunia dan dikenang khalayak sebagai sosok pemusik.

Unknown mengatakan...

Tony lahir di Tuban ,Jawa Timur pada 19 Januari 1936, sebagai putera keempat dari sembilan bersauadara anak pasangan Koeswoyo dengan Atmini. Lima diantaranya lalu bergabung dalam band Koes Bersaudara yaitu Koesjono (John),Koestono (Tony), Koesnomo (Nomo), Koesyono (Yon), dan Koesroyo (Yok).

Titisan darah musik menurun dari Koeswojo sang ayah yang terampil memetik gitar dan main musik Hawaiianl. Tony sendiri disaat berusia empat tahun bisa berjam-jam menabuh ember dan baskom dengan pemukul lidi-lidi yang ujungnya ditancapkan bunga jambu yang masih kuncup.

Unknown mengatakan...

Saat memasuki akil balik , Tony tak mau lagi menabuh ember. Intuisi i musiknya kian menderu.Tony lalu a minta dibelikan gitar, biola, dan buku-buku musik. Koeswoyo memenuhi permintaan itu untuk mengalihkan kegiatan anak-anaknya supaya jangan ikut-ikutan tren berkelahi maupun jadi crossboy.

Tony rajin mengikuti berbagai kegiatan kesenian mahasiswa seperti GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), dan berpartisipasi sebagai pemusik. Ia juga suka hadir di pesta-pesta dan ikut memainkan lagu-lagu yang sedang digandrungi anak-anak muda waktu itu.

Secara otodidak, Tony belajar memetik gitar, ukulele, piano, termasuk meniup suling.Kabarnya Tony pun mahir meniup saaxophone.

Unknown mengatakan...

.Ketika duduk di bangku SMA, Tony memibentuk band di sekolahnya, Gita Remaja. Lalu bersama pelukis komik Jan Mintaraga- yang sempat ikut Kus Bersaudara-dan Sophan Sophiaan,Tony malah mendirikan band Teenage’s Voice dan Teruna Ria.

Tony menjadi bintang pesta karena begitu mahir membawakan lagu-lagu Barat yang sedang populer waktu itu. Namun, Tony tetap berusaha memenuhi harapan bapaknya untuk meneruskan sekolah hingga sampai ke bangku kuliah Sastra Inggris, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta.Walaupun semangat bermusik tak padam jua.





Dengan memakai nama Kus Bros, sekitar tahun 1958 mereka malang-melintang dalam berbagai acara ulang tahun atau pesta pernikahan hingga sunatan. Honor bagi mereka saat itu urusan yang kesekian.Yang penting bisa tampil di depan publik dan menyantap makanan enak.

Keempat saudaranya mulai dari yangt tertua Jon, Nomo, Yon, dan Yok menganggap pikiran Tony tak warasa. Namun Tony pantang mundur, bahkan Tony nekad keluar dari di Perkebunan Negara tempatnya bekerja agar memilikii banyak waktu untuk menulis lagu.

Unknown mengatakan...

Kus Brothers sebagai band sudah sering tampil di berbagai pesta, dan Soejoso Karsono atau kerap dipanggil Mas Yos san g pemilik label Irama juga telah mendengar tentang Kus Brothers. Mas Yos dan supervisor musik Irama Jack Lemmmers atau Jack Lesmana lalu menerima Kus Brothers sebagai grup rekaman yang mereka kontrak pada tahun 1962.

Tony bermain gitar melodi, bersama Jon (bas), Nomo (drum), Jan Mintaraga (gitar) mengiringi duet vokal Yon dan Yok. Baru tiga lagu Jan Mintaraga mengundurkan diri, lebih memilih melanjutkan sekolahnya di Akademi Seni Rupa Indonesia di Yogyakarta dan kemudian menjadi komikus. Sementara Jon dijadikan gitaris, dan bas dimainkan Yok.

Mas Yos menyarankan Kus Brothers yang sekarang anggotanya empat orang itu diganti namanya menjadi Kus Bersaudara. Dengan nama baru inilah album pertama Tony dan adik-adiknya diterbitkan tahun 1963.
"Kalau seandainya dalam penyajian musik saya Saudara menemukan pengaruh-pengaruh dari penyanyi Barat terkenal Kalin Twin dan Everly Brothers, atau barangkali asosiasi Saudara dalam mendengar musik kami tertuju ke arah mereka, itu tidak kami sangkal dan salahkan karena memang mereka-lah yang mengilhami kami hingga terbentuk orkes kami ini," ituy kalimat panjang yang ditulis Tonny sebagai liner notes pada cover vinyl atau iringan hitam (PH) pertama Kus Bersaudara yang diedarkan Irama Record.

Unknown mengatakan...

Waktu itu usia Tony 26 tahun, Nomo (23), Yon (19), dan Yok (17). Jadi tidak heran lagu-lagu mereka berisikan lirik-lirik tentang harapan, cinta, kebahagiaan, dan kesepian.

Selain itu, yang perlu dicatat, 12 lagu Kus Bersaudara itu adalah ciptaan Tony. Demikian juga dalam beberapa PH single seperti yang berkode IME-121 berisikan empat lagu: Dara Berpita, Untuk Ibu, Di Pantai Bali dan sebuah lagu karya Pak Dal, Bintang Kecil. PH single lainnya yang berkode IMC-1868 hanya berisikan dua lagu, Kuduslah Cintaku dan Harapanku.

Walaupun sudah memiliki lagu-lagu sendiri dalam bentuk rekaman, Kus Bersaudara masih dibayar dengan honor yang seadanya kalau menyanyi di panggung. Lagu-lagu Tony boleh saja populer, tetapi kehidupan ekonomi keluarga Koeswoyo tidak banyak berubah.

Yang berubah justru Kus Bersaudara menjadi Koes Bersaudara. Demikian juga musik dan vokal Yon dan Yok, dari gaya Kalin Twin dan Everly Brothers ke The Beatles. Bahkan, mereka sampai merasa perlu berjas tanpa leher seperti yang dikenakan oleh John Lennon dan kawan- kawan.

Unknown mengatakan...

Ditahun 1965 Koes Bersaudara menjadi grup musik sohor tanah air dan nyaris tanpa saingan.Tapi Koes Bersaudara masih merasa perlu manggung secara berkala di gedung bioskop sebagai selingan pemutaran film atau di International Airport Restaurant Kemayoran dua kali seminggu. Penonton nyang berjuber selalu merequest lagu-lagu The Beatles.

Padahal, pemerintah memberlakukan Panpres Nomor 11 Tahun 1965 yang melarang musik "ngak- ngik-ngok" yang berasal dari Inggris dan Amerika Serikat. tetapi, Tony sulit mengelak permintaan penggemarnya.

Bersama Dara Puspita dan Quarta Nada, Koes Bersaudara tanggal 25 Juni 1965 diundang ke sebuah pesta. Ketiga band itu membawakan lagu-lagu Barat secara bergantian.

Ketika Koes Bersaudara yang tampil terakhir baru saja mulai membawakan nomor The Beatles, I Saw Her Standing There, lemparan batu-batu menyasar ke atap rumah itu diikuti teriakan "Ganyang Nekolim! Ganyang Manikebu! Ganyang Ngak-ngik- ngok!"

Pertunjukan pun terhenti. Koes Bersaudara dipaksa minta maaf dan Tony memenuhi permintaan itu serta dipaksa berjanji tak akan memainkan lagu ngak-ngik-ngok lagi. Setelah nama-nama personel dari band penghibur itu dicatat oleh pengunjuk rasa, semua bubar.

Unknown mengatakan...

Tony, Nomo, Yon, dan Yok pulang dengan perasaan lega. Tetapi, empat hari kemudian, tepatnya tanggal 29 Juni 1965, mereka ditangkap dan dijebloskan ke Penjara Glodok. Perintah penangkapan berjudul Surat Perintah Penahanan Sementara Nomor 22/023/K/ SPPS/1965 yang dikeluarkan Kejaksaan Negeri Istimewa Jakarta dan ditandatangani L Aroen SH.

Kurang 100 hari keempat bersaudara itu mendekam di Penjara Glodok, yang sekarang telah menjadi pusat perdagangan Glodok yang antara lain menjajakan dengan bebas lagu-lagu Tony yang diproduksi para pembajak. Mereka dibebaskan 27 September 1965.

Pengalaman selama 100 hari itulah yang antara lain dituangkan ke dalam dua album Koes Bersaudara, Jadikan Aku DombaMu dan To The So Called The Guilties yang diterbitkan Dimita Moulding Company dengan label Mesra.

Unknown mengatakan...

Kedua album itu berisi 20 lagu Tony dan satu ciptaan Yon: Untuk Ayah Ibu, Lonceng Yang Kecil, Rasa Hatiku (Yon), Jadikan Aku DombaMu, Aku Berjanji, Balada Kamar 15, Bidadari, Bilakah Kamu Tetap Di Sini, Mengapa Hari Telah Gelap, Untukmu, Bunga Rindu, Lagu Sendiri, Voorman, Hari Ini, Three Little Words, To The So Called The Guilties, Apa Saja, Di Dalam Bui Poor Clown, dan Bintang Mars. Tony mengakui terus terang, musik dalam album-album ini banyak dipengaruhi The Beatles.

Hingga era Koes Plus, lirik lagu Tony dinilai sejumlah kritikus tidak mengalami kemajuan, kecuali beberapa saja seperti Nusantara. Namun, dalam penyusunan nada dan aransemen, Tony diakui banyak kalangan.

Mereka bahkan menjadi "pelumas" roda industri musik Indonesia sampai saat ini. Jarang ada pencipta lagu yang bukan hanya menciptakan lagu pop berbahasa Indonesia, namun juga dalam bahasa Jawa, keroncong, kasidahan, Natal, anak-anak, pop Melayu dan bosanova. Koeswoyo Senior yang tadinya menentang, ikut menciptakan lagu dan mendorong Tony memopulerkan keroncong bagi anak-anak muda generasinya.

Unknown mengatakan...

Perubahan politik dari Orde Lama ke Orde Baru membuka kesempatan lebih luas bagi Koes Bersaudara untuk berkembang sehingga mereka mendapat panggilan pentas di mana-mana. Tony dan adik-adiknya tampil sebagai lambang kebebasan atas penindasan dan kesewenang-wenangan politik.

Bulan Agustus 1966, Koes Bersaudara melakukan pertunjukan keliling Jawa dan Bali. Hasilnya, keluarga Koeswoyo bisa pindah rumah yang lebih luas, Jalan Sungai Pawan 21 Blok C, masih di Kebayoran. Tetapi, setelah itu kehidupan anggota grup ini tetap dalam kesulitan. Nomo, misalnya, meninggalkan posisinya sebagai penabuh drum dan memilih berusaha di luar bidang musik untuk menghidupi keluarganya.

Unknown mengatakan...

Posisinya kemudian diisi Kasmuri ,yang saat itu masih tergabung dalam Patas Band bersama Maxi Mamiri,Edmond Rumapar dan Wempy Tanasale . Muncullah Koes Plus pada tahun 1969 lewat debut album Dheg Dheg Plas yang dirilis Dick Tamimi bersama label Dimita/Mesra.Tapi Koes Plus sebetulnya mulai dikenal dan dielu-elukan khalayak setelah tampil membawakan lagu Derita serta Manis Dan Sayang dalam acara Jambore Band di Istora Senayan November 1970.



Tony, Nomo, Yon, dan Yok memang berkumpul untuk menyelesaikan sejumlah lagu dalam album rekaman Kembali. Tetapi, usaha itu ternyata tidak mampu mengembalikan kejayaan Koes Bersaudara. Tony pun terus melangkah bersama Yon, Yok, dan Murry mengibarkan bendera Koes Plus hingga akhir hayatnya.

Tony meninggal dunia pada 27 Maret 1987 setelah dirawat selama dua bulan karena kanker usus. Tony berpulang meninggalkan dua istri, Astrid Tobing dan Karen, serta lima anak. Sebelum meninggal Tony b bersama Koes Bersaudara sempat merilis album "Dia Permata Hatiku" dan tampil bersama Chicha dan Sari Koeswoyo di acara Selekta Pop Artis Safari TVRI.

poempuisi mengatakan...

"Summum Bonum"

by robert browning

All the breath and the bloom of the year in the bag of one bee:
All the wonder and wealth of the mine in the heart of one gem:
In the core of one pearl all the shade and the shine of the sea:
Breath and bloom, shade and shine, wonder, wealth, and--how far above them--
Truth, that's brighter than gem,
Trust, that's purer than pearl,--
Brightest truth, purest trust in the universe--all were for me
In the kiss of one girl

poempuisi mengatakan...

Jakarta

kulihat jakarta dari sisa kaki langit
bersama gelap malam yang tak berbintang.

jakarta adalah dua sungai sejajar
lelehan darah dan kilau emas
terangkum dalam dekapan perjalanan.

poempuisi mengatakan...

@ Bigmike,

HIDUP KOES PLUS HIDUP KEBAIKAN VIVA BIGMIKE.....

Anonim mengatakan...

Posting yang bagus. Saya juga penggemar Koes Plus. Salam kenal (Bing, Kera Ngalam)

Anonim mengatakan...

@ Biggmike,


Halaik adalah agama asli orang Rote yang percaya tentang adanya kuasa gaib tertinggi, yaitu Mane Tua Lain atau Lama Tuak.

Konsep orang Belandalah yang membikin agama asli disebut sebagai keprcayaan kafir. Saya pikir itulah dilema agam-agama modere. Sistem kepercayaan di Sabu juga tergerus karena orang-orang barat. Saya punya bukunya Pak Robert Riwu Kaho almarhum yang banyak mengulas tentang hal ini.

(John)

Anonim mengatakan...

Saya baru tau sekjarahnya mengapa Ama menulis nama selalu L. Michael Riwu Kaho...ha ha ha ha....untung Ama punya blog kuliah namanya makati24.blogspt.com yang sangat bernuansa Sabu....awas jangan lupa asal-usul. OK?! (John)

Anonim mengatakan...

SAya juga suka Koes Plus terutama Kolam Susu, Kapan-kapan dan Kujemu....mantaaaapapppp....(John)

Anonim mengatakan...

blog keren....salam kenal (Karen)

Anonim mengatakan...

Koes Plus lebih hebat dari Beatles? ga pa2 kan....so what gitu loh ...(Karen)

mikerk mengatakan...

@ Dear All, tengkyu bagi sahabat yang sudah berkunjung dan berkomentar. GBU

mikerk mengatakan...

Apakah saya orang baik? sebenarnya sulit untuk mendefenisikan "orang baik itu". Diperlukan kriteria dan indikator yang clear tentang itu.Tapi sebenarnya manusia terlahir baik. Nuraninya slalu menyuarakan hal-hal yang baik. Ketika tindak-tanduk kita mengikuti suara hati yang gbaik itu maka jadilah kita orang baik. Kalau begitu apakah syaa orang baik? TAK TAHU. Andalah yang menilai. Yang syaa tahu adalah bahwa saya berusaha berpikir dan bekerja mengikuti suara hati. Begitulah Tuan dan Puan

Unknown mengatakan...

@ Dear Bigmike n all,

Kebaikan dan kesetiaan adalah dua sisi yang berbeda dari mata uang yang sama. Dalam Ams. 20:6, dikatakan, Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya? Maknanya, kebaikan hanya akan ada aartinya jika bersamaan dengan kebaikan. Begitupula sebaiknya. Saya pikir inilah tema posting BM kali ini. Saya suka. Banget. (Elizahayu)

Unknown mengatakan...

Ketika kuliah di US, beberapa teman ikut nimbrung denger lagu-lagu KP yang saya putar. Almost 100% menyatakan bahwa it's a beautiful sound. Saya suka Koes Plus sejak SD dan masih terus sampe sekarang. Emang benar mereka adalah peletak dasar grup musik pop di Indonesia. Viva Koes Plus

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

"Why DO You Love Me" adalah tembang tercantik milik Koes Plus. Katanya pernah top ten di Australia ya? GW suka nih...(Ryan)

Anonim mengatakan...

Pak Mike adalah blogger terbaik dari Kupang. Koes Plus Band terbaik di Indonesia. Bonum fideles sudah (Sonny)

Anonim mengatakan...

Satu kali waktu bincang-bincang dengan mahasiswa, ada kawan yang tanya : kalo ada peluang jadi pejabat, apakah Pak Mike mau ambil kesempatan? Pak Mike bilang: talenta saya adalah guru.....Bonus fideles lagi Pak...(Sonny)

Anonim mengatakan...

blog yang amat bagus dengan posting-posting yang asik. Salam kenal (Ditya-Semarang)

Anonim mengatakan...

Koes Plus hebat. Bigmike juga asik menulis artikel (Jack)

Anonim mengatakan...

BM harusnya menyanyi "ke sabu aku kan kembali" ha ha ha ha (A9ust)

Anonim mengatakan...

Ama Ludji orang baik? Beta setuju...cumaaaaaa....agak malas....ha ha ha ha....(A9ust)

Anonim mengatakan...

Gus, Janganlah kelemhan kawan sendiri diomong-omong...iya kan...suda tau angalai tu pemalas masih juga dikasitau ....ha ha ha....tapi sebenarnya tidak kok....Angalai bukan pemalas cuma suka seenaknya....(John)

Anonim mengatakan...

salam kenal (Joy)