Jumat, 23 April 2010

3 bajik 1 cita (part I): doea tahoen soeda dia pergi

Dear Sahabat Blogger,

Tepat hari ini dua tahun lalu, saya dan 9 orang saudara - laki dan perempuan - tiba-tiba menjadi anak-anak Yatim. Bapak Robert "SGT" Riwu Kaho pergi sudah ke "negeri seberang sana". Saya masih ingat betul kenangan 1-2 hari sebelumnya.

Tanggal 20 April 2008 pagi-pagi saya, berdua besama isteri, berangkat ke Gereja untuk beribadah karena hari itu adalah hari minggu. Seusai kebaktian, sambil berjalan menuju mobil, saya berkata pada isteri saya : "saya kepingin membeli mobil baru yang lebih layak pakai, mudah-mudahan dalam tahun ini juga". Isteri saya tampak diam saja tetapi saya lirik ada binar senang di matanya. Lantas, dari gedung Gereja saya singgah sebentar ke "rumah induk". yaitu rumah kediaman bapa Robert dan mama Tien. Setibanya di sana, Ayahanda Robert sedang berbaring di tempat tidur sambil membaca Alkitab. Lalu, seperti umumnya orang Sabu yang bertemu saya melakukan ritual "Ciom Sabu" kepada Ayahanda. Oh ya, sudah pasti ritual itu di sambutnya dengan hangat. Lantas, kami terlibat percakaan yang pada awalnya ringan-ringan-ringan saja tetapi berkembang ke arah yang amat serius. Ayahanda berceritera panjang lebar tentang kisah hidupnya yang pernah amat menderita. Menurut beliau, hidupnya bisa membawa guna bagi banyak orang semata-mata hanya karena TUHAN. Beliau juga kembali memberi catatan panjang tentang hidup dalam ikatan keluarga besar yang memerlukan banyak pengorbanan. Saya ingat betul kata-kata berikut ini:

Dalam hidup berkeluarga jangan lu hitung untung rugi secara material karena kalo lu bekin begitu lu akan liat lebe banyak ruginya. Karena itu yang harus lu lihat adalah kebahagiaan dari hidup dalam keluarga yang rukun,. Tidak ada uang untuk membeli kerukunan.

Kemudian, Ayahanda mulai mengeluarkan beberapa catatan tentang kami ber-10, anak-anaknya. Satu-satu dibahas. Ada kegetiran tertentu. Tetapi ada juga kebahagiaannya. Hampir 2 jam kami berdiskusi, akhirnya saya mohon permisi untuk kembali ke rumah. Di akhir percakapan kami adalah tukar kata seperti ini:

Saya: ini bapa hari mau pi mana, beta siang nanti mau pi berenang di pantai
Ayahanda: eh, bapa ikot pi pantai eeee tapi abis acara paguyuban Bagelen Purworejo
Saya: Bapa, beta ada rencana beli mobil ni, karmana eeeee....
Ayahanda: Eh, sonde usah. Pake bapa punya saja Kalo bapa mati sapa yang urus bapa punya mobil...hemat-hemat .... rasa-rasa kalo mau mengeluarkan uang...hitung baik-baik ....

Akhirnya, saya ke pantai. Lalu, tunggu punya tunggu Ayahanda tidak datang juga bergabung bersama saya di pantai. Sayapun menelepon Ayahanda:

Saya: bapa di mana ni? jadi berenang ko sonde?
Ayahanda: eh, kelar acara paguyuban,sopir minta ijin ada acara. Bapa juga merasa cape' ni...bapa istirahat saja dahulu ya.....

Malam itu, saya membuat 1 buah posting di blog tentang "mother earth" menjelang peringatan hari bumi. Di dalam posting itu, antara lain saya menulis sebagai berikut:

Bumi adalah pemberi hidup. Tempat kita berlindung. Tempat kita berteduh. Tempat kita menimba air. Tempat kita mengambil makanan. Tempat kita berbaring dan dipangku. Bahkan, pada hari ketika nyawa pergi dari badan maka bumilah yang akan memeluk jasad kita. Selamanya.

Hari senin tangal 21 April 2008, saya amat sibuk dengan berbagai urusan pekerjaan dan tidak sempat menengok Ayahanda dan Ibunda.

Hari selasa, 22 April 2008, sejak pagi sampai sore saya juga amat sibuk dan tidak sempat menengok atau mengontak Ayahanda dan Ibunda. Akan tetapi sekitar pukul 7 malam, tepat setelah saya selsai melantunkan doa safaat pada Ibadat di Rayon, saya dijemput Norman, anak sulung saya, yang menyampaikan pesan Ibunda agar saya segera pergi ke rumah sakit menegok Ayahanda. Dia baru saja jatuh pingsan di dalam rapat Yayasan Pendidikan milik GMIT dan dirawat di RSU dalam keadaan koma...."waduh TUHAN, gawat nih"....dan benar saja, setibanya saya di rumah sakit, Ayahanda sudah tidak bisa apa-apa lagi.

Tanggal 23 April Malam hari. Setelah 1 hari dirawat tanpa kemajuan apa-apa, akhirnya malam hari itu juga .....TUHAN menjemput Ayahanda kembali ke rumah asalnya, yaitu RUMAH BAPA DI SURGA ..... Saya, dan kami semua, tak lagi punya bapak di muka bumi ini. Kami Yatim. Delapan bulan kemudian, Ibunda "pergi juga menyusul Ayahanda". Kami Yatim Piatu..

Sahabat terkasih, tentang Ayahanda saya tidak ingin mengulang-ulang hal-hal lama yang pernah saya tulis di blog ini tetapi ijinkan saya untuk mengenang bahwa "sebenarnya" apa yang akan saya alami pada tanggal 23 April 2008, yaitu "kepergian" Ayahanda, sudah ada tanda-tanda sebelumnya. Mengapa dia harus berbicara panjang dan lebar tentang kisah hidupnya dan kebahagiaan serta kegetiran di saat-saat akhir hidupnya?. Mengapa dia harus berpesan bahwa di dalam hidup, pengunaan rasio tak kalah penting dibandingan dengan perasaan?. Mengapa dia menyampaian pesan yang amat jelas bahwa ada batas kekuatan manusia dan di batas itu dia perlu beristirahat?. Mengapa saya harus menulis bahwa adalah "mother earth" yang akan memeluk anak-anaknya di dalam dekapanya di akhir setiap kehidupan jasmani?

Di dalam ilmu filsafat dikenal 3 jenis obyek kajian, yaitu apa hakikat kenyataan, bagaimana kita dapat mengetahui kenyataan dan apa yang harus kita lakukan di dalam kenyataan. Lalu untuk apa semua hal itu dikaji? Jawabannya cuma 1, yaitu menemukan kebahagiaan. Sekarang, perhatikanlah 3 episode terakhir pertautan saya dengan Ayahanda almarhum di saat-saat terakhir hidupnya:

  1. Ketika Ayahanda berusaha menguraikan kisah hidupnya, yang terjadi adalah dia berusaha mencari makna atau hakekat dari kenyataan hidupnya.
  2. Ketika Ayahanda berusaha memperingatkan saya agar berhitung dalam pengeluaran, yang terjadi adalah dia sedang berusaha menjelaskan tentang penggunaan akal dan rasa dalam upaya mengetahui kenyataan
  3. Ketika Ayahanda mengabarkan bahwa dia tak bisa ikut berenang dan harus beristirahat, yang terjadi adalah dia sedang mengatakan bahwa hanya dengan mengenali batas-batas diri, kita akan mengetahui apa-apa yang dapat kita lakukan dalam hidup

Pada saat masih aktif sebagai Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di antara tahun 1987 - 1993, Ayahanda pernah menulis sebuah buku yang berjudul "tri bajik eka cita" atau 3 tindakan baik guna 1 tujuan. Tentang buku ini akan saya ulas pada seri kedua tulisan ini. Tetapi apa yang dilakukan di saat terakhir hidupnya ternyata adalah bahwa beliau kembali menulis 1 buah buka, khusus dipersembahkan kepada saya, yang berisi pesan bahwa "pahamilah hidupmu, gunakanlah rasa dan akal dalam menjalni hidupmu serta capailah kesadaran diri supaya dapatlah kita menjadi berarti di dalam hidup". "Dengan semua itu kamu akan berbahagia". Ya, Ayahanda Robert "SGT" Riwu Kaho telah menyelesaikan karya terakhirnya, yaitu 3 bajik 1 cita. Terima kasih Ayahanda Tercinta. Damailah kamu bersama Ibunda di dekat TUHAN.

Terima Kasih TUHAN karena di satu masa ENGKAU pernah mengirimkan seseorang yang begitu hebat guna bertindak sebagai Ayahanda bagi saya. Amin.

Tabe Tuan Tabe Puan

50 komentar:

mikerk mengatakan...

Dear All,

Posting ini belum sempat di edit. Saya harus kembali bekerja. Selamat mebaca. GBU

mikerk mengatakan...

Sahabat terkasih,

saya telah membuat beberapa editing. Semoga dibaca dengan lebih nyaman. GBU

Anonim mengatakan...

Banyak hal yang dikatakan opa pada saya semasa opa hidup. Tapi, dari sekian banyak petuah, nasihat-nasihat itu mungkin hanya bisa dihitung dengan jari yang telah dan mampu saya wujudkan. Terutama mengenai pentingnya persaudaraan yang bagi saya mudah dikatakan, tapi sulit diwujudkan. Opa mungkin bukan orang yang sempurna, tapi sungguh beruntung pernah ada (dan akan selalu ada) opa Robert Riwu Kaho dalam hidup saya. Karya dan pencapaian dalam hidupnya bagai pisau bermata dua, sebagai pendorong dan juga sebagai beban untuk saya. Tapi, saya akan belajar untuk mampu paling tidak mendekati sosok opa.

Tuhan memberkati.

(nrk)

Anonim mengatakan...

@ Pak Mike dan keluarga,

Tentang Pak Robert, saya hanya bisa ANGKAT TOPI TANDA HORMAT. Yakinlah bahwa dia sudah aman dekat TUHAN-nya. Syalom (Yes, BTN)

Anonim mengatakan...

@ Dear all,

Dalam perspektif Iman Kriten, tri bajik eka cita adalah BERSEKUTU, BERSAKSI DAN MELAYANI guna mencapai BERKAT (Yes)

Anonim mengatakan...

Kalo sudah mengulas dari sisi filsafat...4 jempol deh bt BM. Mantap Bro. Terima kasih buat postingnya, aq dapat banyak pembelajaran dari blog ini. Tuhan memberkati BM.We love u brother (Adek)

Anonim mengatakan...

didikan dan pengajarannya selalu mengarahkan pada hal yang telah disampaikan BM yakni hakekat, penjelasan dan batasan hidup. salah satu point terpentingnya adalah tentang hakekat Persaudaraan dan kekeluargaan berdasarkan dua hal yg sangat SGT pegang dalam hidupnya, yakni dasar Iman prcayanya dan berdasarkan Adat budayanya. jikalau semua itu dijalani dengan iklas, tanpa memikirkan untung rugi dan dengan cinta kasih, maka indahlah hakekat, penjelasan dan batasan hidup itu.
dalam hal di atas kepada semua basodara baik itu 10 bersaudara dan bersama para pasangannya perlu utk berjuang dan mengingat-ingat akan pesan SGT ini. sehingga sebenarnya meski tak tersurat tetapi amat sangat jelas tersirat apa yang perlu dilakukan terhadap semua hal yang ditinggalkan SGT dan Mama Tien tercinta....

DTN=

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Posting yang mengharukan....

Anonim mengatakan...

aduh maaf ya...(Sherly)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Posting yang mencerahkan. Saya be;ajar lagi tentang obyek-obyek kajian filsafat. BM memberikan contoh simpel untk memahaminya. Thanx (Ryan)

Anonim mengatakan...

@ Adek,

4 jempol? kejengkang dong ...wkwkwkwkw....tapi emang tulisan BM selalu bagus makanya kadang jadi agak dongkol kelamaan nunggu posting baru (Ryan)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Pagi ini kami di Kupang menjadi malu membaca berita di koran. Diveritakan bahwa hasil UNAS tingkat SMTA/SMK propinsi NTT yang lulus hanya 52%. Artinya ada 48% yang tidak lulus.

Dalam keadaan begini kita merindukan tokoh pendidikan seperti almarhum Pak Robert yang punya karya monumental bagi dunia pendidikan di NTT. Pak Robert memang punya konsep dan mampu dijalankan. Pengelola pendidikan yang sekarang = NOL besar alias KABOAK (13)

Anonim mengatakan...

Oh ya, BM saya usul: posting kelanjutannaya sebaiknya tepat pada tanggal 2 mei Hardiknas. Bagaimana? (Julius)

Anonim mengatakan...

Ryan
4 jempol, nambah jempol kaki biar genap...hehehehe...aku juga setuju sama Ryan, kadang dongkol nunggu posting barunya yang kelamaan tapi kita juga harus memahami kesibukan BM. Aku bangga sama sobat kita BM, walau sibuk tapi masih sempat2nya nulis buat kita. Tuhan memberkatimu BM. Kami semua mengasihimu(Adek)

Unknown mengatakan...

@ Bigmike,

Saya termasuk penggemar berat tulisan-tulisan BM. Dan posting yang sederhana ini jadi memikat karena diolah dengan keterampilan msnulis yang luar biasa. Saya ingn membandingkan dengan tulisan-tulisan GM-Tempo. memikat. Salut

Unknown mengatakan...

@ Adek dan Ryan,

Salam kenal ya....

Unknown mengatakan...

Apa yang ada di kepala kita kadang-kadang belum tentu akan diterima oleh diri kita sendiri bahkan orang lai, realita atau kenyataan kadang-kadang akan sangat menyakitkan begitu kita merasakannya. Tapi kenyataan sebenarnya adalah suatu pengejawantahan dari apa yang telah kita lakukan baik perkataan, fikiran, tingkah laku dan lain sebagainya pepatah lama bilang “siapa yang menanam dia yang menuai”, pepatah itu bukan hanya sekedar slogan belaka dan relevansinya masih berlaku hingga sekarang dan mungkin akan berlaku sampai yang akan datang karena pepatah tersebut bisa dikatakan falsafah hidup.

Unknown mengatakan...

Kenyataan boleh dibilang adalah bukti atau hasil dari apa yang keluar dari diri kita sendiri yang jelas kenyataan tidak selalu takdir tapi takdir pastilah sebuah kenyataan, baik atau tidak, terima atau tidak diterima harus kita menjalaninya. Rahasia yang terbongkar adalah kenyataan yang sangat menyakitkan, apapun bentuknya kenyataan adalah diri kita sendiri (baik fisik maupun non fisik).

Unknown mengatakan...

Refleksi dari sebuah kenyataan adalah pelajaran untuk kita, bila kenyataan itu baik maka seyogyanya kita teruskan bahkan kita tingkatkan jika kenyataan itu buruk menandakan kita untuk instrospeksi diri atau mawas diri pada yang terjadi pada diri kita masing-masing. Kesimpulan dari pernyataan dari kata kenyataan adalah bahwa kenyataan adalah diri kita sendiri sehingga sejauh mana diri kita memandang sebuah kenyataan untuk menemukan jati diri kita masing-masing.

Unknown mengatakan...

Menarik untuk menunggu serial 3 bajik 1 cita berikutnya dari BM.

Anonim mengatakan...

@ Dear Bigmike dan 13,

Soal penggurunan, hutan dan lingungan NTT sudah bikin malu kami yang dirantau Hari ini soal pendidikan NTT yang
"raroso rata net"....apa kata dunia????? ...ha ha ha ha...13..apa jawabmu???? (Anak NTT di rantau)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Artikel yang bagus. Kita tunggu kelanjutannya (Bahren)

Anonim mengatakan...

ketika itu kami ingat dengan 3 bajik 1 cita, bapak robert benar2 berusaha mewujudkannya sbab keadaan hari ini pada dunia pendidikan kita nyaris sama dgn kondisi ketika pak robert memulai pekerjaannya sebagai seorang admnistratur dan perencana pendidikan di NTT. semuanya pihak dibuat bekerja sangat keras sebab beliau tidak segan2 utk turun ke lapangan dan mencek setiap program 3 bajik 1 cita itu bisa berjalan. pada mulanya banyak skolah2 di NTT yg merangkak tapi dalam tempo yg tidak terlalu lama (kurang lebih 5 tahun), kualitas dan disusul kuantitas pendidikan dasar dan menengah di NTT mulai menunjukan hasil yang dicita citakan.
Pak Mike, memiliki Gen pak Robert dan sama2 berada di dunia pendidikan kami mengharapkan pak Mike jg bisa melanjutkan 3 bajik 1 cita itu pada masa skarang ini bagi terpuruknya dunia pendidikan. saya stuju kalo momentum HARDIKNAS ini coba utk diangkat, diulas dan diskusikan kembali.
kami, merindukan pak robert melalui pak mike

Anonim mengatakan...

@ Anak NTT di rantau,

Kamu tidak tahu malu. Apa sumbanganmu untu negri NTT tercinta kok bisa cuma menghina? oba saya mau lihat apa solusimu. Jnagn cua marah (13)

Anonim mengatakan...

@ Bigmkie,

Coba ditelusuri IPA dari oang yang mengatasnamakan "anak ntt di rantau". Itu murni provokator dan koemnya dihapus saja. Hanya bikin emosi saja.

Saya dukung usul anonim di atas, bahwa jilid2 dari 3 bajik 1 cita ditulis tepat di saat hardiknas (13)

Anonim mengatakan...

Sosok pak Robert bagi saya memang tidak tergantikan. Saya tidak terlalu mengenal beliau secara pribadi, tetapi saya mengenal karya-karya beliau, baik dalam dunia pendidikan, bergereja, kesehatan, dsb. Berita yang sedang hangat saat ini yaitu NTT terpuruk pada nomer urut terbelakang dalam dunia pendidikan membuat kami merindukan sosok pak Robert yang bagi saya tak tergantikan hingga saat ini. Kalau saya tidak salah di tangan beliau, kita, NTT, pernah harum di mata pendidikan nasional karena (kalau saya tidak salah ingat) kita pernah menduduki urutan 10 besar nasional dalam dunia pendidikan. Setelah era beliau??? maaf saya harus sepakat dengan istilah teman @anak rantau NTT, kita "raroso rata net".

Apa yang harus kita buat?? tak lain, tak bukan kita harus ubah sistem pendidikan saat ini. Ada yang salah dengan sistem pendidikan di NTT. Contoh kecil saja, sekolah-sekolah swasta mampu mencatatkan kelulusan mencapai 100%, sedangkan sekolah negeri?? ah jangan kura-kura dalam perahu, jangan pura-pura tidak tahu jawabnya. itu baru kita berbicara mutu pendidikan sekolah di kota Kupang, bagaimana dengan yang ada di pelosok-pelosok?? sudah jamak kita mendengar sekolah-sekolah dengan tingkat kelulusan 0%. ya..... NOL PERSEN. sampai kapan kami harus menunggu sosok se-kapabilitas pak Robert?

Ijinkan saya bersenandung "malu aku malu, pada semut......EeEehh bukan semut maksudnya pada mutu pendidikan NTT tercinta ku.

Tabe tuan, tabe puan

(pembela blog ini)

Anonim mengatakan...

Memang benar, mutu pendidikan di NTT tidak karuan karena Dinas Pendidikan dikerja secara "nyambi" dengan jabatan PLT Bupati Sabu-Raijua.

Akibatnya, Sabu tidak karuan, pendidikan NTT hancur-hancuran. Salah siapa? Kadis? TIDAK. Orang seperti Kadis dan jajarannaya mmang sudah tidak kapabel sejak dahulu. Maka, yang salah adalah Gubernurnya yang tidak becus mengurus pendidikan. Leburaya adalah sarjana pendidikan, mantan gur tetapi matanya lebih silau pada kekuasaan. Saya kira kita harus bilang CUKUP untuk Leburaya dan "kabinet" KKN-nya. OK (Anak NTT yang tidak merantau kemana-mana)

Anonim mengatakan...

kamu hebat bro (13)

Unknown mengatakan...

@ Anak-anak NTT,

Kalian suka banget ribut sendiri. Ketimbang ribut ya sonoh ngurusin pendidikan lebih baik legi...yyyuuuuukkk....

Unknown mengatakan...

Gw ga asal ngomong...ni gw kutip dari kompas.com


.... 18.333 atau 52,08 dari 35.201 peserta UN Sekolah Menengah Atas (SMA) di NTT harus ikut UN ulang tanggal 10-15 Mei 2010. Hasil UN 2010 mengantar NTT sebagai propinsi terburuk dalam pencapaian hasil UN tahun ini. Lebih parah lagi, dari 263 sekolah penyelenggara UN, terdapat 17 sekolah yang hasil UN nol persen....

Mau ribut terus ato kerja keras...wkwkwkwkwk...

Unknown mengatakan...

@ Bigmike,

GW seneng baca posting-posting BM karena ringan dan mudah dicerna. Pengertian-pengertina filsafat suka bikin pusing sih. COntohnya yang ini:

....Filsafat menurut istilah umum adalah ilmu pengetahuan yang rasional, sedangkan menurut pendapat yang tidak umum filsafat adalah ilmu yang oleh orang-orang kuno disebut sebagai filsafat tinggi, filsafat utama, ilmu tertinggi, ilmu istimewa, atau ilmu Ilahiyah....

Lho, lalu filsafat itu makanan opooooo????....wkwkwkwkw....

Anonim mengatakan...

Ha ha ha ha Mister Tuak1, kamu benar ketika menggambarkan perilaku orang NTT. Hobi bertengkar. Hal terbaru, sudah pendidikannya konyol, KPUD Flotim bikin lawakan baru yang tidak kalah konyolnya. Makanya tidak heran NTT terus saja jadi propinsi terburuk di Indonesia (13)

Unknown mengatakan...

Pace Noge Berburu Nyamuk

Tidak seperti biasa Pace Noge betah berada di rumah. Pas sore pace lagi duduk di dapur, lalu dia po maitu datang ke dapur untuk menemui pace yang sedang sibuk deng obat nyamuknya.

Mace tanya " pace lagi bikin apa ka...?"

"Berburu nyamuk," jawab Noge.

"Udah ada yang tertangkap?" tanya Mace

" Ya.. sudah toh, 3 nyamuk jantan dan 2 nyamuk betina," jawab pace Noge bersemangat.

Lalu dia po mace bingung dan bertanya, "Ko.. pace tau e nyamuk jantan atau betina?"

"Ada tiga nyamuk di atas bungkus rokok, dan dua nyamuk di atas pesawat telepon!"

Unknown mengatakan...

Shalom Pace mikerk,

Terlalu lama sa tidak muncul do blog. Sibuk cari makan ha ha ha ha ha.....sa tidak perduli kalo pace mara dan saya yakin pace mike tidak marah....

Oke, sekarang saya akan rajin ke blog lagi....

Anonim mengatakan...

ha ha ha ha...mister pace ruben datang lagi..asyiiikkk....kembali rajin ya bro' (13)

Anonim mengatakan...

Seingat saya sewaktu Pak Robert menjadi Kepala Kanwil Depdikbud saya masih jadi siswa SMP Negeri 2 Kupag dan setahu saya pendidikan di NTT khususnya di Kota Kupang pada saat itu mengalami “masa emas”. Sekolah kami – seperti juga sekolah Negeri lainnya di kota ini tak pernah mengalamii gagal ujian separah saat ini.
Pemimpin seperti Pak Robert merupakan sosok pemimpin yang dibutuhkan kita. Sementara manusia sekarang lebih mementingkan jabatan, materi, penghormatan dan hal-hal lahiriah yang berlebihan tanpa melihat apakah kepemimpinan kita telah memberi dampak atau pengaruh positif untuk masyarakat atau tidak, Pak Robert menunjukkan cara kepemimpinan dengan memakai prinsip “melayani”.

Anonim mengatakan...

Lalu saya berpikir bahwa betul sekali kepemimpinan adalah tindakan, dan seorang Pemimpin dikenal melalui tindakan kepemimpinan yang diperlihatkannya. Cara kepemimpinan Kristen seperti yang telah saya lihat dari Pak Robert, berbeda dari bentuk kepemimpinan yang lain dalam hal motivasinya, yaitu alasan dari tindakan- tindakannya. Sahabat, para Pakar Kristen mengatakan bahwa Kepemimpinan Kristen ialah kepemimpinan yang dimotivasi oleh kasih dan disediakan khusus untuk melayani. Itu merupakan kepemimpinan yang telah diserahkan kepada kekuasaan Kristus dan teladan-Nya. Para pemimpin Kristen yang terbaik memperlihatkan sifat-sifat yang penuh dengan dedikasi tanpa pamrih, keberanian, ketegasan, belas kasihan, dan kepandaian persuasif yang menjadi ciri pemimpin agung. Pemimpin Kristen sejati telah menemukan bahwa kepemimpinan dimulai dari handuk dan baskom ( seperti cara Yesus melayani-mencuci kaki murid-muridnya dalam perjamuan terakhir sebelum Paskah ) dalam peran sebagai seorang “pelayan”

Anonim mengatakan...

Inilah sudah yang telah dituliskan Pak Robert dalam sejarah kehidupannya dalam tugas dan panggilannya. Suatu teladan Iman dalam karya dan karsa untuk generasi penerusnya. Melalui apa yang kita lihat dan pelajari dari kehidupan, kepemimpinan dan pelayanan dari Pak Robert, ada baiknya kita mulai bertanya pada diri kita, apakah kita ini seorang pemimpin ? dan bagaimankah kita memimpin ?

Anonim mengatakan...

Lalu tahun 2006, ketika mengerjakan tugas mata kuliah Sastra Hikmat yang menjelaskan tentang bagaimana Allah dapat bekerja menyatakan kasih dan kuasaNya kepada manusia lewat budaya dan adat istiadat yang mungkin tak “nampak” bagi mata manusia maju dan modern seperti kita saat ini-saya memakai salah satu referensi terbaik mengenai budaya saya-suku Sabu dari buku Pak Robert Riwu Kaho,“Orang Sabu dan Budayanya”. Dari buku ini saya sangat “tertolong” untuk memahami budaya saya lebih dalam lagi dengan memandangnya dari kacamata theologis. Saya “menemukan” makna Allah dalam budaya saya. Saya berterimakasih kepada Pak Robert bukan hanya karena dia pemimpin yang hebat semasa saya sekolah dulu, tapi lebih dari itu sebentuk karya nyatanya telah membantu dan menolong saya memahami dan memaknai hakekat Tuhan didalam budaya saya sendiri-budaya orang Sabu.

“Orang sabu saat ini sedang menjalani suatu proses kelunturan identitas yang memprihatinkan, dimana yang seharusnya Sabu harus mengambil sikap mempertahankan, tetapi sekaligus mengembangkan budaya tradisional yang mengandung unsur-unsur positif sambil membuka diri dan menyerap secara kritis, selektif, kreatif terhadap unsur-unsur modernitas yang berguna bagi penguatan identitas orang Sabu dalam era globalisasi”(Robert Riwu Kaho dalam bukunya : Orang Sabu dan Budayanya).

Anonim mengatakan...

Sudah seharusnya kita bercermin dari kehidupan,karya dan pelayanan Pak Robert untuk Tuhan dan sesamanya ! salam.

Anonim mengatakan...

@ Saudara anonim,

Bapak Robert Riwu Kaho almarhum adalah okoh fenomenal bagi kami orang Sabu. Dia selalu meyakinkan kami untuk mau memelihara dan melestarikan nilai-nilai dasar budaya Sabu. Tetapi ketika berbicara tentang nilai0nilai iman, Bapak Robert menegaskan bahwa dilihat dari apapun juga "iman Kristen" harus jadi panduan hidup. Baynagkan, orang yang mencintai budaya Sabu yang penuh aaroma mistis itu adalah seorang ANAK TUHAN yang taat sampai mati (Bapak Robert meniggal ketika sedang rapat GMIT)

Kami kehilangan panutan seperti itu. Teguh berprinsip tetapi rendah hati dalam iman.

Komentar saudara sangat menyejukakkan kami. Terima kasih (Savunesse)

Anonim mengatakan...

@ A'a Makati,

Kami amat kehilangan tokoh Sabu seperti Bapak Robert. Seandainya dia masih hidup pasti kami akan memperjuangkan sampai jadi Bapak Robert menjadi BUPATI SABU. Tapi TUHAN berkehendak lain. Kami bisa menerima itu.

Anonim mengatakan...

Mula-mula kami mau A'a tana siap diri untuk kami calonkan tetapi A'a Tana menolak. Kami jengkel sekali. Tetapi membaca beberapa tulisan A'a Tana di koran dan melihat alangsung A'a bicara tenang hutan lingkungan dan DAS, kami bangga dengan pilihan A'a untuk tetap menjadi ilmuwan. Kami dukung 100%. Jadilah Ilmuwan keturunan Sabu yang cerdas, hebat dan tetap jadi Anak Tuhan yang redah hati (Savunesse)

Anonim mengatakan...

Ya, saya setuju dengan @ Savuness, tulisan BM dan terutama hasil penelitiannya di Sumba tentang proses penggurunan telah menggetarkan hati banyak orang. Saya dengan, beberapa pihak di Sumba memberi gelar Umbu Gurun kepada BM karena menyadarkan mereka untuk mengelola lingkungan Sumba secara lebih baik.

BM adalah penerus BM yang tidak usah jadi politisi. Jadilah Guru untuk memberi terang banyak orang. Jadilah penerus Pak Robert almarhum (Julius)

Anonim mengatakan...

Mutu pendidikan di NTT yang hancur lebur adalah tanggung jawab kita semua. Dahulu kita beruntung ada Pak Robert Riwu Kaho. Semasa beliau Kakanwil, pendidikan NTT No 10 terbaik se Indonesia. Tapi apakah kita harus menunggu orang lagka seperti itu? (Julius)

Anonim mengatakan...

@ Pak Mike,

kami tunggu 3 bajik 1 cita lanjutan terutama NTT kembali malu karena lulusan SMTP "kakorek" lagi di Indonesia. NTT no 33 dari 33 propinsi. MALUUUUUUU....(13)

Anonim mengatakan...

slamat pagi dan slamat hari minggu
mmbaca tulisan ini, saya jadi teringat akan diskusi yang juga telah terjadi beberapa waktu lalu dalam posting BM terdahulu.
usulan saya jelas pada waktu itu, bahwa manajemen pengelolaan pendidikan di daerah khususnya di NTT yang "belum mampu" ada baiknya segera diserhkan kembali kepada pemerintah pusat dalam hal ini dibawah pegawasan dan kontrol kementrian PPO.
terbukti bahwa pemerintah daerah NTT baik provnsi dan kota /Kabupaten belum mampu mengelola pendidikan utk mempertahankan kualitas dan kuantitas kelulusan skolah2 di NTT.
sudah hampir 5 tahun terakhir ini pendidikan kita selalu menjuarai peringkat akhir dari sekian provins. sungguh memprihatinkan.
saya sendiri teringat, dikala orang tua yang sangat kita hormati yakni ayahanda BM sendiri dalam seminar Nasional pendidikan di aula komodo bersama anggota DPR dr komisi tentang pendidikan mengajukan usulan dan pertimbangan bahwa pengelolaan pendidikan di daerah khususnya di NTT belum saatnya untuk dikelola secara desentraisasi. alasan jelas bahwa sangat dikhawatirkan kemampuan pemimpin daerah yg bukan orang pendidikan yang paham pendidikan. dan terbukti bahwa kemampuan manejerial pendidikan sangat lemah, bernagai kebijakan dalam pendidikan dibuat berdasarkan keputusan yg sangat politis dan suyektif akibatnya skarang kita memanen hasil yang memaulkan dari dunia pendidikan dasar dan menengah kita.
slamat merenungkan.

due hawu+

Anonim mengatakan...

@ due hawu,

100% saya setuju dengan anda. MUngkin lebih baik sektor pendidikan tidak didesentralisasikan. Logikanya adalah tidak mungkin orang bodoh mengajar orang bodoh. Jeruk mengajar jeruk. Kasihan sekali nasib NTT (13)

Anonim mengatakan...

@ Bung 13,

Anda amat suka marah kepada saya tetapi lihatlah komen anda sendiri. Masalah ternyata bukan pada kami-kami yang di luar tetapi kalian sendiri yang di dalam. OK? (Anak NTT di rantau)

Anonim mengatakan...

Pada tahun 1975 NTT mengirim guru ke Malaysia dan Kalimantan sebagai tenaga pendidik dan mereka berhasil. Guru-guru tua di Papua banyak yang berasal dari Flores.

Memasuki era 1990 dari 27 Provinsi NTT masih berada di urutan ke-8, namun dalam perkembangan terakhir makin merosot dimana dari 33 Provinsi NTT menempati urutan ke-33. Salah kami yang merantau? BUKALAH MATA HATI KITA SEMUA. APA MUNGKIN KITA MINTA PAK ROBERT HIDUP LAGI DAN MEMIMPIN PENDIDIKAN DI NTT