


Tentang negeri Aceh, saya memiliki 2 memori. Pertama, opa/kakek/ba'i (bahasa lokal NTT) di masa lalu, jadul-jaman dahulu, pernah berlatih pencak silat aliran Aceh dari sesorang yang beliau sebutkan sebagai raja Aceh yang dibuang oleh Belanda ke Atambua tempat di mana opa bekerja sebagai pegawai PU-nya Belooonda (lafanya pak Raden-Unyil). Entah bagaimana kedua orang jadul ini lalu berteman. Seingat saya, ketika tinggal di Atambua di antara tahun 1968-1971, saya pernah melihat gerombolan tanaman pisang yang tumbuh di halaman rumah kami yang diceriterakan oleh opa dan oma bahwa anakan pertamanya ditanam oleh sang raja Aceh. Kami menyebutnya sebagai pisang Aceh. Persoalan apakah yang dimaksudkan itu adalah raja Aceh atau kerabat raja atau pegawai pegawai raja atau sekedar orang Aceh....wallahualam....saya tidak pernah menelusinya lebih jauh. Pokoknya, kata Aceh tidak asing di telinga saya sejak kecil. Kedua, Aceh selalu mengingatkan saya akan adanya negeri yang selalu melawan. Siapa saja dilawan. Dahulu Belanda. Jaman sekarang…kita tahu sendirilah….Lalu ketika, otonomi yang sangat ..amat sangat….luas diperoleh…saya mendapat kabar baru lagi bahwa ada daerah di Aceh yang kepingin menjadi propinsi sendiri terpisah dari propinsi NAD. Saya tidak ingin mencampuri substansi perlawanan tetapi neaveau-nya itu loh….Jadi, apa kesan yang paling mendalam bagi saya pra-keberangkatan ke Aceh? Jawabnya adalah: akrab tetapi mengkhawatirkan. Dua kesan ini selalu ada ada secara bersisian dalam benak saya. Jika cuma akrab maka pak Agus Fordas NTT adalah sahabat akrab tetapi dia bukanlah kenangan tentang Aceh. Jika mengkhawatirkan maka comelan isteri sungguh mencemaskan tetapi itupun bukan kenangan tentang Aceh. Selalu harus ada 2 hal bagi saya untuk membayangkan Aceh. Akrab tetapi mencemaskan. So, it takes two to foreshadow Aceh.
Pada tanggal 11 Maret, ada kabar dari Mas Ridha Hakim, kami memanggil juga mas Edo, dari WWF Nusra, Mataram yang meminta saya untuk mencari kemungkinan bagi berangkatnya salah satu pimpinan Propinsi atau Kabupaten atau DPRD dari NTT guna untuk berbicara sebagai narasumber di salah satu forum di Aceh dengan topik pengelolaan daerah aliran sungai terpadu. Setelah saya melakukan pengecekan ke beberapa calon
Sahabat, supaya artikel ini tidak terlalu panjang maka saya cukupkan dahulu hari ini. Besok saya sambung lagi. Janji. Janji……JAAAANNNNJJJJJIIIII…….
Keterangan gambar:
- Tuan Ridho Hakim, WWF Nusra, Mataram
- DAS Benenain-Noelmina (sumber foto: Bayu Adrian Victorino, Kupang, 2007)
- Bradd Pitt jika kebanyakan cholesterol...wakakakakakk....hahahahaha....
3 komentar:
Pak Mike, tadi siang kitong rame-rame abis kuliah padang rumput ada baca pak pung blogger di Undana. Itu Judul tulisan pung sexy lai.....romantis buaaaggeetttssss....tuliss terus pak eee....
auwiii...boz..
be bisa iko tulis ko ?
Featuring yang menghibur tapi berisi. Mantap
Posting Komentar