Minggu, 01 November 2009

cicak dan buaya dan kita semua: belajarlah dari ebony & ivory

Dear Sahabat Blogger,

Satu dua hari belakangan ini, kita di Indonesia disibukkan dengan hingar bingar berita seputar "polisi VS KPK", yang pernah dimetaforaka sebagai "cicak VS buaya". Cicak adalah KPK sedangkan Buaya adalah polisi. Konon, Susno Duadji, seorang petinggi di jajaran kepolisian, pernah mengatakan begitu dan sudah barang tentu cicak bukanlah tandingan sang buaya. Pernah mendengar lagu "cicak di dinding"?. Ah, anda yang pernah kecil pasti kenal betul lagu itu. Hafal liriknya. Dalam kontek barang perkara "cicak VS buaya", liriknya mungkin perlu diubah menjadi begini:

Cicak cicak di dinding
diam-diam menyadap
datang seekor buaya
haaaaaapppp....
cicak pun pingsan

Bagaimana, setujukah? Mungkin anda kurang setuju tetapi maaf dalam dunia nyata di Indonesia hari-hari belakangan ini, itulah kenyataannya. Polisi dengan berbagai dalih akhirnya menangkap Bibit dan Chandra. Dua petinggi KPK yang sebelumnya telah dilucuti kekuasaannya alias di non-aktifkan. Polisi dan juga, Presiden SBY dan juga Deny Indrayana yang jauh hari sebelum diangkat menjadi staf khusus presiden terkenal bermulut tajam terhadap berbagai kisah korupsi tetapi belakangan berubah manis, yakin betul bahwa penahanan itu adalah konsekuensi logis dari pelaksanaan proses hukum. Akan tetapi banyak pihak di luar "dia-dia orang" yang, kendati meyakini kebenaran proses hukum, berpendapat bahwa proses penaanan Bibit dan Chandra amat bertentangan dengan perasaan keadilan masyarakat. Konon para facebooker sejumlah hampir 200.000 orang memilih untuk berada di belakang Bibit dan Chandra yang dianggap sebagai "simbol perlawanan" terhadap upaya kriminalisasi dan pelemahan KPK. Kegeraman sebagian orang semakin meninggi ketika mister Anggodo Wijaya, sang penelepon yang tersadap KPK mendatangi Mabes Polri guna melaporkan KPK karena merasa tercemar nama baiknya. Entahlah, apakah sebelumnya mister Anggodo terkenal memiliki reputasi bernama baik atau tidak.

Begitulah, sahabat blogger terkasih, situasi Indonesia di akhir bulan Oktober dan memasuki bulan November. Panas dan Panas. Mungkin terpengaruh kondisi iklim Indonesia yang amat panas di musim kemarau panjang yang diperkuat oleh munculnya fenomena "EL Nino". Saya tak mau ikut-ikutan latah melakukan analisis siapa benar dan siapa salah. Silakan anda membuka lembar koran dan atau membuka halaman-halaman berita di dunia internet untuk membaca dan menganalisinya sendiri. Simpulkan sendiri dan lalu katakan kepada hati nurani anda, kemana rasa keadilan anda akan berpihak. Saya cuma sekedar heran mengapa polisi dan KPK harus terlibat dalam perseteruan seperti itu. Banyak pihak mengatakan bahwa yang bertengkar adalah oknum dan bukan lembaga. Pernyataan itu benar tetapi pertanyaan saya adalah apakah lembaga jika bukan terdiri atas oknum-oknumnya? Setahu saya polisi dan KPK adalah produk hukum resmi milik semua warga bangsa. Polisi ada untuk menjalankan ketertiban umum dengan motto "to protect and to serve". Bukankah KPK diadakan oleh kita semua agar kesejahteraan umum sebagaimana yang dimaksudkan di dalam Pembukaan UUD 1945 dapat berjalan tanpa "dicuri" oleh penyelenggaranya? Lalu, mengapa keduanya bertentangan? Atau jangan-jangan pemberi metafora "Buaya VS Cicak" terinspirasi oleh proses liar di dalam ekosistem alami, yaitu tingkat memakan (trophic level) rantai makan (food chain) dan jejaring makan (food web).

Di alam, adalah tikus makan padi, ular makan tikus, ular dimakan elang dan seterusnya sampai ke puncak piramida tingkat makan-memakan, yaitu pemangsa terbesar adalah dia yang memakan semua yang berada di level bawahnya. Lawan dihancurkan. Bila perlu cukup dengan sekali kremus-an. Lalu, bagaimana dengan kelangsungan hidup bagi mereka yang berada di tingkat memakan pada level di bawah? Gampang! Makan saja semua yang berada pada level yang berada di bawahnya lagi. Beres. Dengan demikian, tingkat makan memakan di dalam ekosistem alam itu dipahami sebagai upaya bertahan hidup dengan cara saling memangsa menurut ukuran kekuatan tiap-tiap organisme. Yang kuat adalah predator dan yang lemah adalah mangsa (prey). Oh ya, lantas bagaimana dengan mereka yang terlalu lemah untuk bertindak sebagai pemangsa? Mudah lenyapkah? Tidak juga. Supaya tetap survive maka mereka-mereka ini mengembangkan aneka taktif defensif antara lain mekanisme penghindaran (avoidance). Tumbuhan kaktus yang tidak bisa memakan kambing lalu mengembangkan duri untuk melindungi dirinya dari pemangsa. Kembang Mawar yang cantik tetapi lemah itupun memilih jalan serupa kaktus untuk melindungi dirinya. Rumput kecil lemah itupun sebenarnya tak berdaya ditelan si sapi dan si api. Sekali ragut habislah dedaunannya. Benar begitu? Belum tentu. Dengan "amat licik", si rumput menyembunyikan titik tumbuhnya di bawah permukaan tanah sehingga kendati daunnya habis ditelan mangsa tetapi rumput tetap hidup. Bekerja sama dengan semua organ renik pengurai, lalu si rumput diam-diam memperkaya diri di dalam tanah dan ...ccccuurrrrrr....begitu datang guyuran hujan, tumbuhlah dia kembali dan tampil penuh gaya di padang hijau. Begitulah di dalam alam, semua memakan semua dan semua berupaya menipu semua. Dalam konteks ini, buaya memang pemangsa yang lebih tangguh ketimbang cicak tetapi awas....cicak bisa menipu. Ketika datang bahaya, ekorpun diputuskannya dan heeeeiiii...cicakpun lari bersembunyi sembari mengintip peluang untuk memakan nyamuk. Lihatlah, si cicakpun ternyata adalah predator juga bukan?

Jadi bagaimana? Pertama, polisi dan KPK dan kita semua tidak hidup di dalam rimba raya tempat berlangsungnya proses makan memakan secara bebas demi kelangsungan hidup; Kedua, Polisi dan KPK dan kita semua ada dalam keunikan struktur dan fungsi sendiri-sendiri tetapi sekaligus dengan itu kita semua terpanggil oleh suatu keterarahan untuk berbuat baik, yaitu apa yang disebut sebagai panggilan hati nurani; Ketiga, jikalau benar bahwa kita memiliki nurani maka apa yang seharusnya kita lakukan adalah bekerja dalam semua tugas dan fungsi kita masing-masing, sebaik-baiknya, dalam harmoni yang sama agar terpancar kebaikan, kemuliaan dan kasih sayang. Untuk itu kita bisa belajar dari gading Ivory yang di dalam deretan tuts piano berfungsi untuk menghasilkan nada-nada mayor. Lalu berdampingan dengannya adalah potongan bilah kayu Ebony yang bertugas untuk menghasilkan titi nada minor. Di tangan seorang komposer atau artist yang baik maka perpaduan antara Ivory dan Ebony menghasilnya nada-nada merdu yang menyuarakan keindahan, kebaikan dan kasih sayang. Thomas Aquinas mengatakan bahwa "kita satu pada diri sendiri (unum in se)" dan sekaligus "kita juga satu dalam keterarahan tujan yang sama (unum ordinis)". So, belajarlah kawan, untuk hidup berdampingan secara harmonis kendati kita berbeda. Saya mau mengasihi anda justru karena anda berbeda dari saya. Jikalau Ebony dan Ivory bisa, mengapa kita tidak?

116 komentar:

mikerk mengatakan...

Dear Sahabat Blogger,

Selamat hari minggu. Selamat beribadah bagi mereka yang melakukannya dan selamat beristirahat bagi mereka yang memang memerlukannya.

Mohon maaf agak lama baru saya posting kembali tetapi kali murni karena kesibukan yang seabrek-abrek. Selamat membaca. GBU

mikerk mengatakan...

"Ebony & Ivory"

Ebony And Ivory live together in perfect harmony
Side by side on my piano keyboard oh lord why dont we?

We all know that people are the same where ever you go
there is good and bad in everyone
we learn to live we learn to give each other what we need to survive together alive

Ebony and Ivory live together in perfect harmony
side by side on my piano keyboard oh lord why dont we?

Ebony,Ivory living in pefect harmony
Ebony,Ivory oh..

We all know that people are the same where ever you go
there is good and bad in everyone
we learn to live when we learn to give each other what we need to survive
together alive

Eboony and Ivory live together in perfect harmony
side by side on my piano keyboard oh lord why dont we?
side by side on my piano keyboard oh lord why dont we?

poempuisi mengatakan...

Saya tak mampu membuat puisi karena keadilan hampir mati di Indonesia. So help us, GOD

poempuisi mengatakan...

Saya jutipkan berita yang menunjukkan betapa kacaunya kita. Peegak hukum yang tidak mengerti hukum.

"Polisi Tidak Paham Hukum"

Sabtu, 31 Oktober 2009 | 22:49 WIB

MALANG, KOMPAS.com - Penjelasan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri tentang proses hukum dan penahanan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif, Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto menunjukkan ketidakpahaman polisi atas hukum. Yang sebenarnya terjadi, polisi termasuk Kapolri dalam keadaan tertekan, mungkin oleh kekuatan politik di luar dirinya, agar menghalangi kerja KPK.

Demikian penjelasan diantara para pengajar hak asasi manusia (HAM) dan hukum tata negara dari Fakultas Hukum dari tujuh perguruan tinggi yang sedang menyelenggarakan pertemuan di kampus Universitas Brawijaya, Malang, Sabtu (31/10). "Pernyataan yang disampaikan Kapolri bahwa menahan adalah hak, sebagaimana dikutip media cetak keesokan harinya. Padahal yang benar menahan adalah wewenang. Beda hak dan wewenang, karena wewenang melekat dalam jabatan dan hak adalah milik pribadi," kata Herlambang Perdana, dari FH Universitas Airlangga, Surabaya.

Bukan hanya soal ucapan, tindakan hukum yang dilakukan Polri dengan menahan yang disebutkan oleh Kapolri karena alasan Bibit Samad dan Chandra Hamzah dianggap membuat siaran-siaran pers adalah tindakan hukum yang keliru. Sebab, kata Bambang Sugiono, dari FH Universitas Cendrawasih, memberi pernyataan pers adalah ekspresi kebebasan berpendapat yang dilindungi oleh konstitusi.

"Warga negara tetap bebas berpendapat meski berstatus sebagai tersangka, bahkan terpidana. Ini menunjukkan Polri tidak memahami hak tersangka, dan mengacaukan pengertian hak dengan wewenang," kata Uli Parulian Sihombing, dari Indonesian Legal Resource Center, Jakarta.

Para pengajar HAM dari tujuh perguruan tinggi tersebut kemudian membuat pernyataan yang disiarkan untuk pers, yang mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak membiarkan kriminalisasi pimpinan KPK. Sebab pembiaran yang dilakukan presiden sama halnya dengan menjelaskan bahwa presiden tidak mampu memberantas korupsi.

poempuisi mengatakan...

At last,

BM menuggu tulisan anda serasa berada dalam kerinduan untuk membaca "catatan pinggirnya" GM (Goenawan Mohammad). SO, keep on posting bro'. GBU

poempuisi mengatakan...

Oh iya, 1 hal lagi: lagu ebony and ivory luar bisa bagusnya tetapi memilihnya dan memasukan ke dalam posting adalah khas BM. Luar biasa.

mikerk mengatakan...

@ Mas Poempuis,

Tahnx atas kunjungan dan komentarnya. GBU. Berikut saya mengutip puisi dari Taufiq Ismali khusus untuk anda. Dibaca ya

"Malu Aku Jadi Orang Indonesia"

Bagian I

Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini

mikerk mengatakan...

Bagian II,

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-dera
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road,Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Ulyses dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

mikerk mengatakan...

Bagian III,

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomorsatu,

Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang susah dicari tandingan,

Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupudan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,

Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan peuyeum dipotong birokrasi lebih separuh masukkantung jas safari,

Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal, anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati, agar orangtua mereka bersenang hati,

Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,

Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak putus dilarang-larang,

Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusatbelanja modal raksasa,

Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,

Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli, kabarnya dengan sepotong SK suatu hari akan masuk Bursa EfekJakarta secara resmi,

Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan, limabelas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,

Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja, fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,

Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror penonton antarkota cuma
karena sebagian sangat kecil bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor pertandingan yang disetujui bersama,

Di negeriku rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antar bangsa, lagi pula PialaDunia itu cuma urusan negara-negara kecil karena Cina,India, Rusia dan kita tak turut serta, sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,

Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, HaurKoneng, Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan yang merupakan dusta terang-terangan di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai saksi terang-terangan,

Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelam
ditumpukan jerami selepas menuai padi.

mikerk mengatakan...

Bagian IV,

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road,Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Ulysses dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

poempuisi mengatakan...

wohaaaa ha ha haaaa..thanx ada BM yang bisa nanggepin secara lngung komen gw...thanx bosz....gw juga lagi malu jadi org indonesia nih..eh...ntar si anak nkri marah ga ya???? ...ha ha ha ha ha....waspadalah...wasdapdalah....

Anonim mengatakan...

Oh, selamat memposting kembali. Kami memang rindu tulisan mu bro.

Pertama, saya menghargai sekali kutipan atas Thomas Aquinas, seorang filsuf barat yan besar sekaligus teolog katolik yang besar. Hal ini menandakan luasnya cakrawala berpikir BM. Saya menunggu kapan-kapan BM mengraikan lebih jauh tentang unum in se)dan unum ordinis-nya Aquinas.

Anonim mengatakan...

Saya menganjurkan kita semua mengikuti seruan Teten Masduki dari ICW agar mulia besok sampai 1 minggu ke depan kita memakai pita hitam sebagai tanda perkabungan atas matinya upaya pemberantasan korupsi di Indonesia karena ketidak profesionalannya para penegak hukum itu sendiri. Saya juga stuju dengan puisinya Taufik Ismail yang malu sebagai orang Indonesia (Julius)

Anonim mengatakan...

Lagu ebony dan Ivory amat bagus

shaugnessy mengatakan...

Nih GW kasih puisi yang top markotop yang ditulis seior di Tempo, mas Tulus Widjanarko.

"SAJAK KAUM CICAK"

SAJAK KAUM CICAK

Kami tahu tanganmu mencengkeram gari
karena kalian adalah bandit sejati

Kami tahu saku kalian tak pernah kering
karena kalian sekumpulan para maling

Kami mahfum kalian memilih menjadi bebal
sebab melulu sadar pangkat kalian hanyalah sekadar begundal

Kami tahu kalian berusaha terlihat kuat menendang-nendang
demikianlah takdir para pecundang

Kami mengerti otak kalian seperti robot
meski demikian kalian sungguh-sungguh gemar berkomplot

Kami sangat terang kenapa kalian begitu menyedihkan
karena kalian memang hanyalah gerombolan budak
yang meringkuk jeri di mantel sendiri

Kami tahu kenapa kalian gemetar ketakutan
dan tanganmu menggapai-gapai sangsi ke udara

karena kalian tahu
Kami tidak takut kepadamu
Kami tidak takut kepadamu
dan akan melawan tak henti-henti

kami tahu
kalian gemetar,
Kami sangat tahu
kalian sungguh gemetar!

shaugnessy mengatakan...

@ BM,

Tengkyu, postingnya agak laen kendati qt tetep tau kemana arahnya. Kutipan dari Aquinias emang tepat. Gw akui deh BM emang kompeten ngebahas filsafat. Ebony and Ivory-nya kuereeeeeennnn......sa'ik dan ne'ak....wkwkwkwkwkwk....

shaugnessy mengatakan...

oh iya,,,,jangan lupa....balck ribbon for a week ahead bro

Anonim mengatakan...

hhhmmmm nikmaaatttt...baca dulu ahhhh....(13)

Unknown mengatakan...

@ Selamat pagi Bigmike,

Thanx dah posting kembali. Tema posting ini, menurut hemat saya, adalah pencarian harmoni di dalam hidup.

Paul McCartney dan Stevie Wonder mengungkapkan begini...Ebony and Ivory live together in perfect harmony. Side by side on my piano, keybord, oh Lord, why don’t we?....

Jikalau merujuk kepada tema lagu mereka maka sebenarnya yang dimaksudkan mereka adalah tentang harmoni di antara ras-ras manusia yang ada. Tetapi justru di sinilah keunikan BM. Selalu bisa menggunakan apa saja untuk di patut-patutkan ke dalam kerangka pikirnya. Ini pula kenikmatan membaca tulisan BM. Akibatnya, jika yang bersangkutan lama tidak membuat posting baru, seperti juga kata sahabat lain, kami menjadi rindu. Ataukah panjangnya tenggang waktu antar posting akhir-akhir ini dimasudkan agar kami menjadi rindu?

Unknown mengatakan...

Saya tertarik untuk kembali ke tema posting, cobalah perhatikan perbedaan-perbedaan yang ada di antara 2 PM dan SW.

Paul Mc Cartney, warga negara Inggris, berkulit putih, sedangkan Stevie Wonder, warga negara Amerika Serikat keturunan negro, berkulit hitam. Yang satu tuna netra, yang lain tiada cacat pada matanya. Namun demikian, Semua perbedaan itu tidak menghalangi mereka dalam menciptakan dan menyanyikan lagu tersebut.

Perbedaan tidak menjadi alasan untuk bersikap membedakan, bahkan mendorong mereka bersatu dalam karya. Sebagai musisi, mereka paham benar keberadaan bilah-bilah kayu eboni hitam dan gading putih yang berpadu sempurna menjadi tanda titi nada. Pertanyaan besarnya, sekaligus ungkapan keheranan, mengapa manusia tidak?

Unknown mengatakan...

Lantas, dalam tema besar tentang harmoni itulah, saya ingin mengatakan bahwa harmoni adalah satu-satunya cara bagi manusia untuk hidup di dalam perbedaan. Perbedaan? Ya, karena itulah fakta hidup di dalam dunia ini.

Pepatah mengatakan ikan dilaut, asam digunung bertemu dalam belanga, semuanya untuk manusia. Rasa yang berbeda diramu dalam satu masakan oleh orang yang bijak dalam mengharmonikan rasa akan menjadi hidangan yang sedap.
Dalam harmoni tidak berarti harus sama. Pada makanan misalnya, tidak perlu bumbu sama dengan bahan pokoknya, tetapi bumbu kendati sedikit sangat diperlukan dalam masakan. Bayangkan dalam suatu hidangan tidak ada garam, kendati kebutuhan terhadap garam tersebut tidak sebanya ikan atau daging. Hidangan tanpa garam akan jadi hambar dan tidak mengairahkan untuk disantap. Kendati garam kaum minoritas tetap dibutuhkan.

Unknown mengatakan...

Dalam kehidupan sosial juga demikian. Status sosial dan profesi manusia berbeda-beda. Tidak ada profesi yang satu lebih hina dari yang lain. Bayangkan kalau tidak ada petani yang bermandikan lumpur dan keringat untuk menghasilkan pangan para orang kaya, konglomerat, pejabat tinggi, pakar sekalipun tidak akan makan dan akhirnya mati.
Bagaimana dengan tukang angkat, apakah semua orang bisa mengangkat barang sendirian. Tentu saja tidak. Bayangkan tidak ada petugas kebersihan yang bersedia mengumpulkan sampah yang berserakan dan diproduksi oleh semua rumah tangga. Satu minggu saja kalau itu terjadi di Jakarta, Jakarta akan kotor dan bau busuk menyengat dimana-mana, tikus dan lalat berkeliaran sampai kamar tidur dan ruang makan. Hidup menjadi tidak nyaman.

Apa pun profesi tukang sampah yang sering dilecehkan, sangat dibutuhkan dalam hidup. Kalau mau hidup harmoni dan bahagia jangan lecehkan apapun profesinya.

Unknown mengatakan...

Ada kaya ada miskin, yang kaya suka melecehkan yang miskin, coba dibayangkan semua orang sama kayanya, atau sama miskinnya, maka akan terjadi hidup sangat individual. Orang miskin punya kelebihan seperti tenaga dan mau mengerjakan pekerjaan apa saja. Yang kaya punya kelebihan ada uang yang bisa membelanjakan uangnya untuk apa saja, mereka saling membutuhkan dan bisa menciptakan keharmonisan. Kelebihan di masing-masing pihak menjadi ladang amal bagi yang lainnya.

Imajinasi kita layangkan apabila setiap manusia tiba-tiba punya kepandaian dan kepintaran yang sama, baik sama-sama pintar atau sama sama bodoh, sama-sama tahu, sama-sama bisa. Maka tida ada guru, dosen, pembimbing, instruktur, peneliti, penulis. Tidak ada pula lembaga penelitian, pendidikan, komunikasi informasi. Apa pula jadinya dunia dan kehidupan ini, pasti tidak enak. Orang bodoh dibutuhkan orang pandai untuk diajarnya, sebaliknya orang bodoh membutuh-kan orang pandai untuk mengajar atau membimbingnya. Ada harmoni dalam kehidupan.
Orang tidak pernah sakit, atau orang sakit-sakitan saja. Orang tidak pernah sakit profesi dokter, perawat, apaoteker, dukun tidak dibutuhkan, klinik pengobatan, rumah sakit, apotek, laboratorium kesehatan, industri obat, pedagang obat, fakultas kedoteran, farmasi bubar jalan. Terjadi pengangguran, orang sakit saja memberi kehidupa pada yang lain.

Unknown mengatakan...

Rambut sama hitam, pendapat berbeda-beda, sesuatu yang harus diterima dalam kehidupan dan akan selalu ada. Perbedaan itu timbul karena beda ilmu pengetahuan, pengalaman, ideologi, tujuan hidup, kepentingan dan lingkungan.

Perbedaan itu diperlukan untuk saling mengisi kekurangan, maka perbedaan itu menjadi hikma. Tetapi perbedaan itu tidak disikapi dengan baik perbedaan itu akan menjadi petaka.

Kuncinya mau mendengar, memahami perbedaan, mementing orang banyak dari diri sendiri, cari titik temu dari perbedaan dengan kepala dingin, mengemukakan kebaikan bersama dan mau mengalah untuk kebaikan bersama dan adanya keikhlasan. Itulah cara untuk menemukan harmoni.

Unknown mengatakan...

Akhirnya, thanx untuk BM yang sudah memilih lagu "ebony and ivory" sebagai tema posting. Lagu ini keren dan mencerahkan.

Anonim mengatakan...

OK BM, KITA LAWAN KESEWENANG-WENANGAN...PAKAI PITA HITAM DI LENGAN KIRI (PaceNoge)

Anonim mengatakan...

@ Mbak Eliz,

Komen yang amat bagus. Salut untuk anda. Salam dari Papua (PaceNoge)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Betulkah semua orang memiliki keterarahan hati yang sama? Jikalau betul, mengapa di antara SBY, kapolri, kejakgung, KPK, tokoh masayarakat, tokoh agama dan masyarakat itu sendiri seolah-olah berjalan sendiri-sendiri?

Mengapa ada perbedaan penafsiran di antara orang-orang yang membaca kitab suci yang sama? Mengapa ada perang? dan banyak mengapa yang lainnya? Mengapa?
Inilah pertanyaan khas di kalangan orang yang mempertanyakan keterarahan nurani. Nurani kita ada berapa? dan seterusnya....(Taufik Hidayat)

Anonim mengatakan...

Tapi untuk lagu ebony and ivory,....2 jempol untuk anda. Mantap (TqH)

Unknown mengatakan...

@ Dear All,

Bacalah berita berikut ini,

"Sering Ubah Pasal untuk Bibit dan Chandra, Polisi Main Poco-poco:

akarta - Kritik pedas terus mengalir terkait penahanan 2 pimpinan KPK nonaktif, Chandra M Hamzah dan Bibit S Rianto. Polisi dinilai sedang melakukan poco-poco terkait pasal yang dikenakan kepada Bibit dan Chandra.

"Polisi sedang main poco-poco, ganti-ganti pasal mulu," cetus Direktur LIMA, Ray Rangkuti.

Ray mengatakan itu saat berorasi bersama puluhan masyarakat Komite Penyelamat Komisi Pemberantasan Korupsi di Gedung KPK, Jl HR Rasuna Said, Jaksel, Senin (2/11/2009).

Ray yang tampak emosional mempertanyakan alasan polisi dalam mempidanakan Bibit dan Chandra. "Pencekalan itu wewenang KPK dan diatur dalam UU, jadi apa yang disalahkan," pekik Ray yang disambut gemuruh oleh massa.

Unknown mengatakan...

Massa yang tiba sejak pukul 11.00 WIB menjanjikan akan menjaga KPK dari gangguan koruptor. Mereka juga akan berada di barisan paling depan seandainya polisi berniat menyita rekaman penyadapan KPK.

"Tempat ini terlarang untuk mereka, tidak untuk polisi, tidak untuk kejaksaan tidak juga untuk presiden," pekik orator yang lain.

Massa membawa spanduk yang bertulisankan 'Polisi, Jaksa dan SBY Dilarang Masuk'. Beberapa di antara mereka membawa poster 'Tangkap Anggodo dan Anggoro' dan 'SBY Lama-lama Kaya Soeharto'.

Unknown mengatakan...

Lagu "ebony and ivory" keren tapi mungin ada baiknya jika didengerin SBY biar agak kurang somse-nya. Trus, di mana Adnan Buyung yang bersandiwara bersuara keras ketika diwawancarai Saur Hutabarat di Metro TV kamis malam minggu kemaren? DI mana Deni Indrayana? Ah, ternyata Indonesia kaya kaum oportunis juga ya????....wkwkwkwkwk...

Unknown mengatakan...

@ BM,

Nih gw hadiahin puisi terbaru dari Adhi Massardi, jubir Gus Dur, ag dibacakan di depan gedung KPK, pagi tadi, Senin 02-November-2009. Mencekam


"Negeri Para Bedebah"

Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala

Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah

Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan

Pf. untuk sahabat Poempuisi

Unknown mengatakan...

Nah, kalo yang ini bukan bedebah tetapi pecundang nan bodoh. Baca yuuukkkssss....

"Ketua MPR Enggan Komentar Soal Usulan Tim Independen"


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua MPR Taufik Kiemas enggan mengomentari usulan yang muncul dalam pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan empat tokoh dalam menyikapi perkembangan kasus Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah. Dalam pertemuan itu diusulkan untuk membentuk tim pencari fakta yang independen.

"Saya enggak mau jawab. Biar DPR gih," tutur Taufik yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Deperppu) PDI-P ini di Gedung DPR, Senin (2/11).

Ia hanya berujar singkat mengenai kemungkinan terbentuknya tim independen ini tanpa merincinya lebih lanjut. "Kalau ada tim independen bagus," gumamnya singkat.

Menanggapi terus bergulirnya kasus Chandra dan Bibit, Taufik juga enggan berkomentar banyak. "Nanti pasti ada jalan keluarnya," kata Taufik.

mikerk mengatakan...

Dear sahabat blogger,

Saya membuat beberapa penyuntingan agar supaya tulisan lebih mudah diikuti. Terima kasih bagi yang sudah berkunjung dan berkomentar. GBU bro' and sist'

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Anda berhak atas jeda memposting. Karena itu saya berterima kasih anda kembali membuat posting baru yang kembali mengajak kita pembaca untuk merenung.

Kali ini BM mengajak kita untuk merenungkan tentang harmonisasi dalam hidup. Hidup memang ditakdirkan berbeda dan oleh karena itu supaya kita damai di dalamnya maka harmoni adala jembatannya. Thanx a lot bro (Eman, TDM)

Anonim mengatakan...

Hari ini Metro TV terus menerus memutar kembali saat-saat Adhi Massardi membacakan puisi negeri para bedebah. Luar biasa saya kira. Dahsyat dan mencekam pikiran. DAn hendaknya bagi mereka yang masih memiliki naruni yang bersih sama-sama kita lawan kesewenang-wenangan ini. Hidup KPK. Berjuanglah Bibit dan Chandra. Doa kami menyertaimu (Eman)

Anonim mengatakan...

Mau bukti kesewenang-wenangan? Baca kutipan dari Kompas beriut ini,

"Bambang Widjojanto: Polisi Ngawur!"

Senin, 2 November 2009 | 18:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Bambang Widjojanto sebagai penasihat hukum Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah mengatakan, isi surat perintah penahanan terhadap Bibit-Chandra tidak sinkron dengan keterangan Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Irjen Dikdik Mulyana.

Pada surat perintah penahanan yang diterima Bibit bernomor polisi SP.Han/04/X/2009/Pidkor & WCC, dan surat perintah penahanan Chandra bernomor polisi SP-Han/03//2009/Pidkor & WCC, tertulis keduanya ditahan karena telah melakukan tindak pidana penyalahgunaan wewenang. Namun, Dikdik, ketika menyampaikan alasan penahanan tersebut, menyatakan, Bibit dan Chandra melakukan upaya pembentukan opini publik melalui media massa dengan mengadakan jumpa pers.

Anonim mengatakan...

"Ini menunjukkan polisi sebenarnya hanya mencari-cari alasan," ujar Bambang kepada para wartawan, Senin (2/11) di Gedung KPK, Jakarta. "Penangkapan ini inkonstitusional karena jumpa pers adalah salah satu bentuk ekspresi kebebasan berpendapat. Kebebasan ini dilindungi UUD 1945. Seharusnya polisi turut melindungi kebebasan berpendapat. Ini adalah ekspresi arogansi kepolisian," tambah Bambang.
Bambang juga mengkritisi pernyataan Mabes Polri yang mengatakan bahwa mereka memiliki hak menawan Bibit-Chandra. "Ngawur itu. Tidak ada hak. Hak adalah sesuatu yang melekat pada individu, bukan jabatan. Kewenangan kepolisian untuk menahan memang ada. Namun, kewenangan itu muncul karena ada tugas pokok," imbuh Bambang.

Anonim mengatakan...

@ Pak Mike,

Lagu ebony and ivory pung enak laiiiii....(Larry)

Anonim mengatakan...

"Koruptor"

Matamu berbinar-binar
Senyummu tersungging lebar
Jantungmu jadi gemetar
Melihat setumpuk dinar
akal sehat musnah buyar
Tapi ….hatimu tak mengerti
Payahnya hidup anak negeri
Membanting tulang setiap hari
Demi mengais sesuap nasi
Bangga ……?
Kau banggakan yang kau dapati
Kau cukup duduk di kursi
Uang rakyat kau poroti
Ingat!
Saat masa punya nyali
Kau dilempar ke terali
Memar lebam kau dipukuli
Tamatlah riwayatmu maling berdasi.

(13)

Anonim mengatakan...

AYYYYOOOOOO KITA LAWAN PARA KORUPTOR DAN PARA BEDEBAH DI NEGERI TERCINTA INI (13)

Unknown mengatakan...

Dear All,

Saya ingin mengisi rung yang disediakan oleh BM dala postingnya kali ini yaitu tentang berlakunay hukum rimba di dalam kasus buaya VS cicak yang amat memprihatinkan ini.

Meski secara formal Indonesia menganut paham negara hukum, substansi hukum
yang berlaku di negeri ini tidak lebih baik dari hukum yang berlaku di rimba
belantara.

Unknown mengatakan...

Praktik hukum rimba laksana orang membelah bambu. Yang di bawah diinjak,
yang di atas diangkat. Praktik semacam ini terlihat dalam dua fenomena
kontradiktif yang kini menjadi isu. Penyelamatan Bank Century versus
kriminalisasi kemiskinan dalam bentuk penangkapan para pengemis dan pemberi
sedekah.

Meski banyak pihak menilai Bank Century tak pantas diselamatkan karena
dirampok pemiliknya sendiri, tetap saja pemerintah mengucurkan dana sebagai
langkah penyelamatan. Alasannya, penyelamatan Bank Century hanya memerlukan
Rp 683 miliar. Namun, jika bank itu dibiarkan mati, pemerintah harus
mengeluarkan biaya Rp 5 triliun lebih.

Padahal, total dana yang dikucurkan membengkak, dari Rp 630 miliar menjadi
Rp 6,7 triliun. Sementara kerugian Bank Century mencapai Rp 9,15 triliun. Ada indikasi kuat penyelamatan konglomerat dalam kasus ini.

Unknown mengatakan...

Pembelaan terhadap kepentingan konglomerat deposan Bank Century bertolak
belakang dengan kebijakan menghukum pengemis dan pemberi sedekah atas nama
Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Di satu sisi,
penyelamatan kepentingan konglomerat, di sisi lain kriminalisasi orang
miskin, bukan berita baru di negeri ini. Kita masih ingat saat kelompok
usaha Bakrie ambruk tahun 2008, pemerintah mengalokasikan dana rekapitulasi
saham sebesar Rp 262,73 triliun. Pada saat yang sama, pemerintah menghapus kebijakan upah minimum regional (UMR) yang menjadi hak dasar buruh melalui surat keputusan bersama (SKB) empat menteri.

Unknown mengatakan...

Dalam kasus BLBI 2000-2002, subsidi yang dikeluarkan pemerintah untuk para
konglomerat mencapai Rp 332 triliun. Pada saat yang sama, dengan alasan
mengurangi beban anggaran, pemerintah mencabut subsidi untuk rakyat kecil
yang total berjumlah sekitar Rp 30,8 triliun.

Itu semua mencerminkan kebijakan yang berbasis prinsip hukum rimba. Dalam sistem hukum rimba, keadilan hanya berlaku bagi konglomerat, sementara
penegakan hukum hanya ditujukan untuk orang-orang melarat. Tak heran jika para pengemis dikejar-kejar, tetapi konglomerat hitam yang utang dan korupsinya membuat kian banyak orang jadi pengemis justru mendapat tempat
terhormat.

Unknown mengatakan...

So, masih herankah kita akan epiode Cicak VS Buaya? Rasanya tidak. Korupsi tampaknya sudah menjadi mentalitas bangsa kita. Jika benar demikian maka sulit diberantas. Lalu upaya kita mungkin cuma ini....so help us God....

Unknown mengatakan...

@ BM,

Thanx atas posting dan lagunya. Keren abis dach!!!!!

Unknown mengatakan...

@ Bung Larry,

Ia, saya tambahkan berita dari sumber yang sama yaa

Bambang Widjojanto: Soal Surat Saja Polri Tak Profesional

Bambang Widjojanto, penasihat hukum dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (nonaktif), Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, mempertanyakan adanya surat perintah penahanan atas Bibit yang berbeda antara yang diterima Bibit dan yang diterima keluarganya.

Pada surat perintah penahanan bernomor polisi SP-Han/03//2009/Pidkor & WCC yang diterima Chandra disebutkan, dia akan ditahan di Rumah Tahanan Negara di Bareskrim Mabes Polri di Jalan Trunojoyo No 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, selama 20 hari terhitung tanggal 29 Oktober-17 November 2009. Sedangkan pada surat perintah penahanan yang diterima keluarga, tertulis bahwa Chandra ditempatkan di Rutan Markas Brimob di Kelapa Dua, Cimanggis, Depok.

"Ini menunjukkan betapa tidak profesionalnya polisi. Urusan rutan saja tidak profesional," kata Bambang, Senin (2/11) di Gedung KPK, Jakarta.

Unknown mengatakan...

Sementara itu, lanjut Bambang, surat perintah penyidikan terhadap Bibit bertanggal 15 September 2009. Namun, pada hari itu pula Bibit ditetapkan sebagai tersangka. "Jadi, bukti permulaan macam apa yang dipakai sebagai dasar sebagai penetapan tersangka? Ini artinya tidak ada bukti permulaan," ujarnya.

"Jadi, dari dua kajian sederhana ini saja, kita bisa pastikan polisi tidak profesional. Di mana letak profesionalitas polisi?" tambah Bambang.

Sebelumnya, Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Irjen Dikdik Mulyana mengatakan, dalam menetapkan keduanya sebagai tahanan, pihaknya telah bekerja secara profesional.

KESIMPULANNYA? MEMALUKAN!!!!!

Unknown mengatakan...

@ Bigmike and all,

Sebuah iklan pernah berkata demikian....manjadi hidup lebih hidup....

Apa itu menjadi hidup? Kaum atheis menyatakan, kita hidup di dunia karena memang sebuah kewajaran dan tidak perlu diperdebatkan asal dan tujuannya, kemudian mati menjadi bangkai dan hilang.

Kaum ‘beragama’ yang moderat kadang mendengungkan muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga hahahaha. Kaum ‘beragama’ yang ortodok dogmatis mengumandangkan, hidup adalah pelayanan dan bertaqwa kepadaNya dan mahluk-mahlukNya dengan kaidah sesuai dengan aturan baku dari agamanya masing-masing. Jadi, dipihak manakah kalian ?. Saya lebih suka menjadi taqwa kepadaNya, muda kaya-raya, baik hati kepada sesama, tua masih kaya raya dan mati masuk surga. Enak bukan? Tetapi ada yang menarik di situ, yaitu ternyata tiap orang bisa mendefenisikan tujuan hidup dalam versi masing-masing yang BERBEDA.

Unknown mengatakan...

Dulu, ketika roh nyawa ditiupkan ke raga, kita tidak bisa memilih ataupun protes kepada Tuhan.

Kita tidak bisa memilih akan lahir melalui rahim ibu yang mapan sebagai tuan tanah, bapak juragan dari ratusan perusahaan. Kita tidak bisa memilih untuk lahir di Bali, Jawa, Jakarta ataupun Los Angeles, USA sono. Bahkan juga kita tidak bisa memilih lahir sebagai Islam, Kristen, Hindu, Budha ataupun menjadi atheis.

Unknown mengatakan...

Ketika terlahir didunia, menjadi anak, berusia remaja, dan beranjak dewasa, apakah yang ditemukan di dunia ini ?. Aduh … rambut keriting, kulit sawo tua, wajah jerawatan, orang tua miskin, berada di lingkar sodara yang suka sirik, punya pacar selalu direbut orang, lingkungan sosial yang pemilih, hidup dalam jeratan hutang, korupsi dimana-mana, penindasan antar suku dan agama, marginalisasi oleh negara dan seterusnya...dst...dst...dst....dst....lagi-lagi setiap orang dapat memiliki pengalaman hidup yang BERBEDA....

Unknown mengatakan...

Bagaimana menyikapi perbedaan?

Jika kita mau menanamkan jernih memendang hidup dan memiliki keikhlasan dalam hati, niscaya hidup kedepan adalah perbedaan bak pelangi, indah dimata, sejuk di jiwa, dan sehat dalam raga.

Hidup di dunia hanyalah sekali saja, jadi buat apa mempersulit diri. Hidup ini ibarat seseorang berjalan memanggul beban berat dalam punggung. Ada waktunya kita berjalan dengan beban tersebut dan ada kalanya kita melepaskan beban itu untuk istirahat. Beban adalah tanggung jawab kita, berjalan adalah perjalanan kita untuk suatu tujuan. Kita harus faham seberapa berat beban itu agar mampu dibawa, agar perjalanan menjadi nyaman.

Kita semua mempunyai tujuan dalam perjalanan itu. Kitapun tidak sendirian dalam perjalanan itu. Ada yang suka berkelompok, suka sendirian, memakai baju yang beda-beda, berat beban yang beda bahkan menyukai jalur yang beda-beda pula.

Unknown mengatakan...

Lalu, apakah perjalanan itu akan ternodai dengan jegal menjegal, caci maki, saling melempar beban, terdiam sambil meratapi beban, mencuri bekal perjalanan orang lain, dan lain sebagainya yang berakhir menjadi kesengsaraan, perjalanan terganggu, dan bahkan perjalanan menjadi macet/gagal.

Alangkah indahnya jika kita ikhlas berjalan bersama, saling melempar senyum, melawak, ngocol, tertawa riang, saling bantu dari kelelahan membawa beban, dan pada akhirnya sampai ditujuan.

Apa yang dapat disimpulkan?

1. Perbedaan dalam hidup adalah sebuah fakta.
2. Menyikpai perbedaan dalam hidup dengan melakukan HARMONISASI adalah kebutuhan dan keniscayaan.

Bagimana bro and sista??????

Unknown mengatakan...

Lagu Eboby and Ivory-nya sangat menginspirasi....dahsyat!!!!!

Puisi Negeri kaum bedebah emang mencekam. Bikin miris!!!! Tanya si Proxy73, dia ada di situ....

Unknown mengatakan...

"Resital tentang Cicak dan Buaya"

Setelah tembang..tentang Cicak dan Buaya..

Dilantunkan, oleh seorang petinggi polisi di negeri ini

Yang katanya seorang petinggi -penegak hukum..

Binatang melata - Cicak dan Buaya;

Menjadi binatang yang amat popular di negeri ini

Foto dan gambar, pelukis, sinema tentang cicak dan buaya

Laku.Keras…..

Cicak??

Binatang yang akrab dengan manusia;

Melata didinding-dinding setiap rumah

Dengan celotehnya.. ck,..ck.ck,…ck……….

Memangsa serangga, laron, lalat, semut dan nyamuk…

Cicak gemar makan nyamuk, dan lalat

Serangga penyebab malaria, demam berdarah,

Penyebar muntaber, disentri dan kolera

Penyebab kesengsaraan dan matinya berjuta-juta manusia

Manusia terutama wanita paling..paling menjerit..

Idiiih.. geli….!!

Dan ada manusia yang percaya

Kejatuhan cicak… akan membawa sial????

BUAYA??????

Binatang yang menakutkan dan menyeramkan bagi manusia..hi..hi..

Hidup tanpa suara, di sungai, dirawa-rawa, danau, dan laut

Diam-diam bila lapar .. bisa menerkam dan memangsa..

Ibu-ibu dan wanita yang sedan mencuci disungai

Anak-anak yan tidak berdosa..yang sedang mandi sungai..

Pencari kepiting yang sedang mencari nafkah..

Pokoknya.. serem deh

Tapi bagi crocodile hunter ….

Kulit Buaya adalah komoditi yang membawa keberuntungan…

Tapi tetap saja mengerikan, menyeramkan..

Tapi pada tembang petinggi polisi dinegeri ini

Dia mengisyaratkan suatu idiom..

Sosial – matematikal, bahwa..

Polisi=Buaya????

Polisi= menakutkan, menyeramkan, pemangsa, penerkam???

Lha katanya..di republik ini..

Polisi= Pelindung dan pengayom masyarakat???

Apakah lambang Polisi mau diganti dengan gambar “BUAYA“???

Wah kalo benar,

Patut ducapkan selamat kepada produsen garmen;

La Coste dan Crocodile..

Produk mereka pasti laku keras..

Congratulation!!!

Kata Bapak Presiden., Bapak Wakil Presiden

Ibu dan Bapak Menteri

Negeri ini mengejar pertumbuhan yang katanya 7%

Mendorong tercipnya Investasi yang aman dan kondusif

Biar pengangguran berkurang,

Biar ekonomi tumbuh ???

Tapi kalau polisi= buaya (ini kata petinggi polisi lho..! bukan saya)

Dan simbol polisi ganti gambar buaya,

Apa ada investor yang mau datang..?

Yang ada ..investornya ngumpet duluan…!!

Hai Bapa-Bapak Polisi yang terhormat

Apakah kalian setuju dan membenarkan ,

kata petinggi kalian, bahwa

POLISI=BUAYA

????????????????

Unknown mengatakan...

@ Bigmike,

Dari uraian BM terlihat jelas bahwa baik cicak maupun buaya adalah binatang carnivora.

Buaya jelas predator sejak jaman purba. Apa saja yang ada disekitarnya disergap dan dibunuh. Tanpa ampun. Seekor cicak didinding tega nian memangsa nyamuk, laron, dan lalat yang mengganggu manusia;

Sementara buaya tega hati memangsa ayam mati, bangkai anjing, termasuk kaki koruptorpun dilahap.

Nah sekarang tergantung bosnya cicak dan buaya. Bagaimana sikap seorang presiden, apakah memelihara cicak yang gampang putus ekor atau memelihara buaya yang juga siap menyergap kakinya?

Semoga SBY bukanlah Suka Bingung Ya...

Anonim mengatakan...

Pak Mike mengajarkan bahwa alam adalah karnuia dari pencipta. Oleh karena itu saya tidak membenci buaya karena buaya juga ciptaan.

Tetapi buaya yang gila dan tidak tahu diri memang harus ditangkap dan dimasukan ke dalam kandang. Betul tidak pak Mike he he he (Sony)

Anonim mengatakan...

Ey ia, lagu Ebony and Ivory bagus sekali. Asyik pak. Tengkyu (Sony)

shaugnessy mengatakan...

For my best friend Erick,

Setelah melalui 2 tahun istirahat kuliah dan total 8 tahun kuliah akhirnya julie selesai juga kuliahnya yaaaa.....ketika temen mu malah udah s2....wkwkwkwkwkwk....tapi hal itu pantas disukuri karena selama masa itu julie sudah benyak berkorban bagi dunia aktivis. Entah sekecil debupun julie dah berkontribusi bagi demokrasi di Indonesia. Gw tunggu kapan s2-nya sebagaimana yang kita rencanakan dahulu lalu...mulailah mikir diri endiri bro...

Gw ungkapin ini di blog ini karena ternyata BM melalui posting rumput yang bersykur sudah merubah sikap julie.

Sekali lag selamat for julie, GBU

PF, ngomong-ngmong, komen julie di atas malah mirip khotbah alim ulama padahal sapa bilang julie itu alim????? ....wkwkwkwkwkwkwk....

shaugnessy mengatakan...

Nih brita kocak,

Telah dibuka .... CibuayaBank! Modal awalnya, kurang dari Rp 800 miliar. Namun dalam waktu singkat sudah melonjak menjadi Rp 6,7 triliun!

Itulah guyonan bernama kritik terkait drama Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah. Adalah blogger Blontank Poer yang menuliskan keprihatinan tersebut di blognya.

Blontank berpendapat, persoalan Bibit-Chandra tak bakal meluas seandainya pokok soalnya dituntaskan segera. "Bail out Bank Century mau tak mau telah dicurigai sebagai inti persoalan silang sengkarut gegeran KPK dengan polisi. Banyak ahli keuangan dan perbankan, bahkan menyebut kasus ini sebagai skandal keuangan ‘terhebat’ di negeri ini, sepanjang abad ini," tulis pria yang malang melintang di bidang seni, LSM dan jurnalistik ini.

"Sekadar ingin mengenang istilah Cicak vs Kadal yang membuat Pak Kapolri gak enak ati itu, maka malam ini saya mengumumkan pembukaan bank pribadi saya, yang saya namai CibuayaBank. Modal awalnya, kurang dari Rp 800 milyar. Namun, karena keunikan namanya (dan pemiliknya, tentu), maka dalam sekejap modal CibuayaBank sudah melonjak menjadi Rp 6,7 trilyun," ujar pecinta fotografi ini.

"Ada yang pingin kecipratan rejeki CibuayaBank? Bukalah rekening segera. Saya akan mengobral bonus, terutama bagi nasabah-nasabah prudential. Yang penting digunakan untuk modal usaha. Sedang bentuk usahanya bebas: usaha jadi senator, mau jadi demang, atau usaha jadi raja sekalipun, akan dilayani dengan sebaik-baiknya. Percayalah...," sindir Blontank.


....wkwkwkwkwkwkw....kirain...

shaugnessy mengatakan...

Nih brita kocak,

Telah dibuka .... CibuayaBank! Modal awalnya, kurang dari Rp 800 miliar. Namun dalam waktu singkat sudah melonjak menjadi Rp 6,7 triliun!

Itulah guyonan bernama kritik terkait drama Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah. Adalah blogger Blontank Poer yang menuliskan keprihatinan tersebut di blognya.

Blontank berpendapat, persoalan Bibit-Chandra tak bakal meluas seandainya pokok soalnya dituntaskan segera. "Bail out Bank Century mau tak mau telah dicurigai sebagai inti persoalan silang sengkarut gegeran KPK dengan polisi. Banyak ahli keuangan dan perbankan, bahkan menyebut kasus ini sebagai skandal keuangan ‘terhebat’ di negeri ini, sepanjang abad ini," tulis pria yang malang melintang di bidang seni, LSM dan jurnalistik ini.

"Sekadar ingin mengenang istilah Cicak vs Kadal yang membuat Pak Kapolri gak enak ati itu, maka malam ini saya mengumumkan pembukaan bank pribadi saya, yang saya namai CibuayaBank. Modal awalnya, kurang dari Rp 800 milyar. Namun, karena keunikan namanya (dan pemiliknya, tentu), maka dalam sekejap modal CibuayaBank sudah melonjak menjadi Rp 6,7 trilyun," ujar pecinta fotografi ini.

"Ada yang pingin kecipratan rejeki CibuayaBank? Bukalah rekening segera. Saya akan mengobral bonus, terutama bagi nasabah-nasabah prudential. Yang penting digunakan untuk modal usaha. Sedang bentuk usahanya bebas: usaha jadi senator, mau jadi demang, atau usaha jadi raja sekalipun, akan dilayani dengan sebaik-baiknya. Percayalah...," sindir Blontank.


....wkwkwkwkwkwkw....kirain...

Anonim mengatakan...

@ Poempuisi,

Anda keliru menebak kali ini. Makanya jangan suka berburuk sangka terlebih dahulu. Ga baik. OK.

Kali saya akui bahwa penegakan hukum di negeri tercinta dalam ancaman. Tetapi ingat bahwa yang bersalah pastilah orang dan bukan negara tercinta NKRI.

==ANAK NKRI==

Anonim mengatakan...

@ BM,

Posting anda bagus, netral dan inspiring. Saya suka. Lagu Ebony dan Ivory memang tepi di sini dan ingatlah persitiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah tekad bangsa kita untuk berlaku seperti Ebony & Ivory. Bhineka Tunggal Ika. Kita berbeda tetapi satu tujuan.

==ANAK NKRI==

Anonim mengatakan...

kalau di alam bahwa binatang cicak dan buaya, mereka berada pada masing2 habitat di ekosistemnya dengan fungsinya masing yg berbeda dan kecil kemungkinan berinteraksi secara langsung dalam proses aliran dan jaringan makanan.
tapi cicak (kpk) dan buaya (polisi)pada ekosistem "lainnya" terjadi tumpangtindih dan persaingan dalam makanannya. mungkin karena cicak yang kecil biasanya memangsa yg kecil-kecil saja, tetapi cicak yang satu ini biar kecil tapi juga hoby memangsa yang besar2 sehingga buaya merasa terancam ngga kebagian makanan lagi..
akibatnya... yah berantem....
anehh anehhh....

bony.

Anonim mengatakan...

Coba simak fakta aneh ini:

1. Bibit-Chandra bebas,
2. Polisi mmeriksa aggodo,
3, anggodo dilepas karena tak ada bukti kata polisil
4, Anggodo menuntuk KPK karena penyadapan.

Ada apa ini?????

Betul-betul republik dagelan!!!!! (Sulis)

Anonim mengatakan...

@ BM,

Thanx for this posting. Mencerahkan dan meneduhkan. Thanx atas lagu E&I. UUeeeeennaaaa tueeenannnn...(Sulis)

Anonim mengatakan...

Iya, bener, republik dagelan. Susno ga di behentian tapi mengundurkan diri. Ritonga juga demikian. Anggodo katanya udah dilepas tap ketka tim 8 ngancam mundur, eh kok dikatakan masih berada di mabes polri. Walah, kalah lucu ni opera van java (Ryan)

Anonim mengatakan...

"Pemerintah dan Polri Lembek, Anies Ogah Jadi Bagian"

AKARTA, KOMPAS.com — Anggota Tim Delapan, Anies Baswedan, mengaku sangat kecewa dengan keputusan Polri untuk melepas Anggodo Widjojo karena alasan tak cukup bukti. Tambah kecewa ketika kabar penonaktifan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji tak kunjung terdengar. Ini berarti rekomendasi Tim Delapan yang hanya berhak memberikan rekomendasi tidak diindahkan.

Anies mengatakan, tim sudah berupaya memiliki sikap tegas dalam mengatasi polemik upaya pelemahan KPK, di mana Anggodo Widjojo mengambil peran besar dan memalukan institusi penegak hukum. Namun, Polri dan Menko Polhukam terkesan memble terhadap adik buronan KPK, Anggoro Widjojo, ini.

Anonim mengatakan...

Kami sudah punya sikap tegas akan melawan orang yang mempermainkan hukum. Di sini pemerintah dan Polri harus punya sikap yang sama. Kalau di sini mereka lembek, kami enggak mau jadi bagian itu," tutur Anies ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (5/11).

Maka, bukan hal yang mengherankan, lanjutnya, jika dia dan kedua rekannya, Komaruddin Hidayat dan Hikmahanto Juwana, mengajukan pilihan mengundurkan diri. Polri yang harusnya kooperatif dalam mendukung upaya pemulihan hukum di Indonesia justru terkesan kooperatif dengan orang yang telah mengobrak-abrik tatanan hukum di Indonesia.

"Kalau menindak tegas orang ini saja tidak bisa, apalagi kita mau memperbaiki tatanan hukum?" tandas Rektor Universitas Paramadina ini.

Lha, kalok tokoh yang bersih seperti ini pada mundur lalu mau jadi apa? (Ryan)

Anonim mengatakan...

"Kronologi Misteri Keberadaan Anggodo"

Simpang siur keberadaan Anggodo Widjojo menjadi isu utama pada Kamis pagi. Kabar pembebasannya -- yang kemudian disangkal Kapolri -- membuat anggota Tim 8 meradang.

Berikut kronologi misteri keberadaan Anggodo:

Selasa 3 November
22.00 WIB Anggodo dibawa penyidik ke Mabes Polri untuk diperiksa setelah wawancara live berjam-jam di Studio TVOne di Pulogadung.

23.00 WIB Berdasarkan keterangan polisi, Anggodo mulai diperiksa penyidik.

Rabu 4 November
14.00 WIB Kadiv Humas Mabes Polri menyatakan penyidik belum menemukan alat bukti untuk menjadikan Anggodo tersangka.

18.00 WIB Ketua Tim 8 Adnan Buyung mengatakan, berdasarkan keterangan Kapolri, jika sampai pukul 20.00 WIB penyidik tak menemukan bukti, Anggodo akan dibebaskan. Buyung mengecam rencana pembebasan Anggodo

21.00 WIB Pengacara Anggodo, Bonaran Situmeang mengatakan pemeriksaan terhadap Anggodo sudah selesai dan diperbolehkan pulang. Sejumlah wartawan menyaksikan Anggodo keluar dari pintu belakang dan pergi meninggalkan Bareskrim dengan mobil Toyota Avanza warna hitam. Pejabat Mabes Polri yang dihubungi untuk dikonfirmasi tidak merespons.

Kamis 5 November
07.00 WIB Anggota Tim 8 Prof Hikmahanto Juwana menyatakan akan mundur dari Tim 8 karena kecewa Anggodo dilepaskan. Hal ini diamini oleh anggota Tim 8 lainnya.

08.15 WIB Sekretaris Tim 8 Denny Indrayana menyatakan Anggodo masih berada di Bareskrim Mabes Polri. Dia juga menyatakan, sudah keluarnya Anggodo itu hanya rumor.

09.30 WIB Pengacara Anggodo, Bonaran Situmeang, tetap konsisten menyatakan Anggodo sudah dilepas.

09.50 WIB Kapolri BHD menyatakan Anggodo masih diperiksa di Bareskrim Mabes Polri dan tidak pernah keluar selama diperiksa.

10.00 WIB Bonaran Situmeang meralat pernyataannya dan menyebutkan kliennya masih di Mabes Polri.

10.15 WIB Direktur Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri Kombes Pol Raja Erizman menyatakan Anggodo memang sempat keluar dari Mabes Polri pada 4 November malam. Alasannya untuk melengkapi barang bukti. Saat ini Anggodo masih di Mabes Polri.

10.24 WIB Anggota Tim 8 Todung Mulya Lubis menyatakan, timnya akan mengecek keberadaan Anggodo.

10.56 WIB Ketua Tim 8 Adnan Buyung Nasution memastikan Tim 8 masih utuh.

Unknown mengatakan...

@ Bigmike,

Adalah seorang pemuda yang baru mendapatkan pekerjaan untuk pertama kalinya. Ia belum tahu seluk-beluk dunia pekerjaan dan trik-trik yang dimainkan di dalamnya. Tak lama kemudian, ia pun terjerat pengaruh rekan-rekan kerjanya lalu menempuh jalan pintas untuk mendapatkan tambahan uang (gelap) dari pekerjaannya itu. Hal ini tentu merupakan suatu perbuatan yang sangat mempengaruhi perkembangan bisnis dalam perusahaan tersebut. Hingga pada akhrinya perbuatan tersebut diketahui oleh atasanya. Dan tidak heran kalau tindakannya itu diketahui atasannya sehingga ia bersama dengan beberapa rekannya itu dikeluarkan dari pekerjaanya. Disadarinya bahwa pelanggaran itu memang bukan datang dari dirinya sendiri, tetapi karena pengaruh dari rekan sekerjanya. Itu bukanlah yang diinginkannya, tetapi semuanya telah terjadi.

Apa yang terjadi pada pemuda ini?

Unknown mengatakan...

Di dalam hidup ini kita seringkali tidak bisa memilah, mana masalah yang harus diprioritaskan dan mana yang boleh diurus belakangan. Apalagi jika hubungan tersebut menyangkut masalah pribadi dengan kebenaran. Dalam kehidupan umat manusia dewasa ini masih banyak kekacauan yang dapat menegaskan hal tersebut. Yang lebih dominan adalah perasaan tidak enak terhadap sesama atau teman kerja jika tidak bekerja sama dalam hal yang buruk. Penyebutan Buaya dan dan cicak sebagai entitas yang berbeda datang dari tarikan ini, yaitu semangat korps. Lantas, suara korp dianggap sebagai suara kebenaran.

Inilah realitas kehidupan manusia pada zaman ini, di mana mereka telah salah menerapkan rasa solidaritas. Mereka menggunakan solidaritas sebagai salah satu sarana untuk menjatuhkan orang lain dan juga menghancurkan dirinya sendiri.

Unknown mengatakan...

Santo Yakobus dalam suratnya mengatakan “kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu” ( Yak.4:2-3 ).

Unknown mengatakan...

Jadi, di mana suara kebenaran dapat ditemukan. Menurut Thomas Aquinas, tempatnya adalah suara hari.

Di situlah tempat Allah berbicara, manusia bertemu dengan Allahnya dan manusia bertemu dengan dirinya sendiri. Di situlah tempat hukum yang utama yaitu cintakasih. Suara hati adalah tempat hukum cintakasih. Ada yang mengatakan bahwa suara hati bisa keliru. Memang demikian namun yang keliru bukan ajarannya melainkan cara mengungkapkannya atau pelaksanaan keputusannya. Ajakan suara hati itu selalu benar, yang keliru adalah langkah-langkahnya. Seorang manusia yang jelas bersalah, bisa menganggap dirinya benar dan berhasil meyakinkan banyak orang dengan pernyataanya yang dibuat logis namun tidak bisa lari dari tuntutan suara hatinya. Kemana pun ia pergi suara hati akan terus mengejarnya dengan perasaan bersalah seperti yang dialami oleh pemuda di atas tadi.

Unknown mengatakan...

Jadi, cara supaya kita bisa hidup harmonis di dalam perbedaan cuma 1 yaitu ikutilah suara hati. Dia bersih dan selalu menarik kita kepada kebaikan.

BM, thanx postingnya. Mengajak berpikir dan thanx pula atas posting lagunya. Asik dan membawa kengan ketika muda ha ha ha ha ha

Anonim mengatakan...

veru good posting also very good blog. Keep on posting (Yeyen)

Unknown mengatakan...

Uuhuuuuuiiiii bertambah lagi 1 aktor di republik dagelan kita, yaitu komisi 3 dpr.....mo ganti 1000 x kek tetep ajah dewan pelawak ...wkwkwkwk....

Unknown mengatakan...

"Komisi III DPR Ingkari Suara Publik"

Rapat Kerja (Raker) Komisi III DPR dengan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD), dinilai tak berjalan sesuai harapan. Forum itu menunjukkan Wakil rakyat mengingkari suara publik.

Pengamat Politik Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Joko Prihatmoko mengatakan, pada awalnya, raker itu ingin mengungkap kejelasan kasus Bibit dan Chandra serta isi rekaman. Tapi yang terjadi justru, DPR hanya klarifikasi dan akhirnya cenderung membela Polri.

"Publik kan tidak berharap wakil rakyat dukung ini-itu, tapi cuma ingin jelas duduk perkaranya," kata Joko kepada detikcom, Jumat (6/11/2009).

Penulis sejumlah buku bertema politik kepartaian, pemilu, dan hukum ini menilai, anggota DPR masih terkungkung partai. Arah pertanyaannya, sebisa mungkin diatur tidak menyerempet kepentingan partai.

"Ya, mungkin saja ada orang parpol yang terlibat dalam permainan itu," ungkapnya.

Joko melihat daya represif anggota DPR, benar-benar tidak ada. Mereka hanya mencari aman, tak berani galak kepada Polri, dan tak menelusuri lebih jauh masalah-masalah krusial yang up to date.

"Lebih baik berharap pada gerakan oposisi sipil," pungkas dosen Fisipol ini.

Unknown mengatakan...

Trus lihat lagi dagelan lawan yang lebih lucu kebanding opera van java nih..

"Mahasiswa Pro-Polisi Demo Istana, Minta Tim 8 Dibubarkan"

Sekitar 50 mahasiswa yang berpihak pada kepolisian berdemo di depan Istana Negara. Mereka meminta Tim Pencari Fakta (TPF) alias Tim 8 dibubarkan karena seperti tim pengacara bagi Bibit-Chandra.

"Kami mendukung langkah kepolisian dan meminta Presiden membubarkan TPF," kata koordinator aksi, Soleh Hadi, dalam orasi didepan Istana Negara, Jakarta, Jumat (6/11/2009).

Dalam aksinya, pendemo yang mengatasnamakan Gerakan Mahasiswa Nusantara membawa berbagai poster dukungan. Antara lain berbunyi "Bubarkan TPF", "Mendukung Polri Tegakkan Hukum", dan "TPF Bukan Pengacara Chandra-Hamzah".

"Kami berpendapat, intervensi TPF terhadap proses hukum menjadi preseden buruk bagi sejarah hukum di Indonesia," imbuhnya.

Usai berorasi sekitar 45 menit, pendemo membubarkan diri dengan tertib. Sementara puluhan polisi yang berjaga terlihat santai membuat pagar betis. Uniknya, selama berdemo, polisi membiarkan pendemo menggunakan toa (alat pengeras suara) --- sesuatu yang dilarang bila berdemo di depan Istana.

Anonim mengatakan...

Iya ya, makin lama perkembangan cicak lawan buaya makin ga asik. Pelokisnye ngeles trusssss...(PM)

Anonim mengatakan...

@ BM,

Kembali posting dan kembali bagus. Lagunya juga asik banget jadul tapi tetep berkesan (PM)

Anonim mengatakan...

Sangat menggelitik ketika Bigmike mengatakan bahwa "mencinta justru karena perbedaan". Kelazimannya adalah perbedaan membawa kebencian. Anang dan KD bercerai karena sudh tidak bisa disatuan lagi perbedaan-perbedaan yang ada. SO, perbedaan menyebabka perpisahan. Bagaimana BM bisa sampai pada kesimpulannya? Mari saya mengajak kita menyimak kutipan berikut ini

Anonim mengatakan...

Cinta adalah sebuah penerimaan tanpa sebuah tuntutan, bukan sebuah keegoisan untuk setiap ketidakberdayaan, tapi dia adalah penopang untuk setiap harapan. Cinta adalah keindahan yang murni tanpa kepalsuan, yang memberi imajinasi hidup dalam keselarasan realita dan impian. Cinta yang indah bukanlah ungkapan napsu yang berjalan dalam ketidaksabaran dan pemuasan diri. Cinta yang indah tidak merusak dan tidak menyebabkan tangisan kesedihan. Di dalam cinta ada senyum ada kelembutan ada kedamaian dan ada kenyataan yang membahagiakan sebab didalamnya ada kenyataan dan tujuan. Cinta adalah kepastian, tiada keragu-raguan, tiada yang membingungkan. Cinta adalah sebuah pondasi kebahagiaan sebab didalamnya ada penghargaan dan penghormatan. Cinta adalah keindahan yang tanpa batas, sebab didalamnya ada kasih yang melindungi dan selalu ingin melindungi, membentang melampaui setiap keterbatasan yang fana.” (Clementine Ivanna, 2008)

Indah bukan dan bukankah BM benar? (Wurry)

Anonim mengatakan...

Salut untuk Bung Wury atas komentarnya (Eman)

Anonim mengatakan...

Apa yang terjadi di Raker Komisi III DPR RI sungguh mengejutkan. Benny Harman dan Ruhut S adalah kader demokrat yang kelihatannya perlu menskenariokan sesuatu. Kita tidak menuduh tetapi patut diwaspadai Cara-cara yang mencoba "melawan rakyat" (Eman)

Anonim mengatakan...

Percayalah, kasus cicak vs buaya seharusnya bermura pada bank century. Oleh karena hampir pasti penyelesaiaiannya hanya akan mengorban beberapa pihak yan tidak terlalu penting sedangkan dinosaurusnya akan tetap aman (Ryan)

Unknown mengatakan...

@ Ryan,

Stuju banget ma dugaa loe. Nih kutipan dari analisis Tomagola, sosiolog dari UI

Unknown mengatakan...

Sosiolog Universitas Indonesia Thamrin Tamagola menyatakan jika presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan kasus Bank Century dan Masaro, maka kedua kasus tersebut akan terus bergulir menjadi Masaro Century Gate, yang bisa menumbangkan SBY dari pangku kekuasaannya secara tragis.

"Kalau ini tidak ditangani secara sangat cekatan dan bijak oleh SBY, ini bisa menjadi sesuatu yang saya sebut sebagai Masaro Century Gate," kata Thamrin Tamagola, Jakarta, Sabtu (7/11).

Gate menurut Thamrin memiliki tujuh ciri, yakni melibatkan petinggi negara yaitu presiden, melibatkan orang dalam istana, dan selalu terbongkar dari peristiwa yang sepele.

"Misalnya polisi menangkap orang yamg masuk ke dalam gedung Water Gate di Amerika. Kalau di sini kan tukang pijatnya Gus Dur jadi Bulog Gate, kalau kemarin tuh Rani, itu kan peristiwa-peristiwa sepele," paparnya.

Ciri lain gate, yakni saat kasus tersebut terbongkar, maka semua yang terlibat di dalamnya akan tergopoh-gopoh melakukan komunikasi intensif untuk membangun suatu rekayasa. Rekayasa tersebut sewaktu-waktu berubah karena panik.

Selain itu, gate memiliki ciri adanya rekaman yang membuktikan kasus tersebut, di mana tidak ada keraguan di dalamnya.

Unknown mengatakan...

Gate selalu disandingkan dengan pers mempunyai peranan yang sangat penting di dalam dinamika kasus tersebut. "Baik yang terjadi saat water gate maupun Bulog gate, maupun yang sekarang kalau jadi bergulir. Jadi, pers sangat penting peranannya, karena itu ada di ranah publik, opini publik," jelasnya.

Terakhir, jika gate tersebut terus bergulir tanpa ada penyelesaian, maka presiden yang bersangkutan bisa tumbang secara tragis. "Amit amit cabang bayi, jangan sampai terjadi adalah presiden yang bersangkutan harus turun secara tragis. Richard Nickson turun dengan segala kemaluannya, waktu dia turun pesawat dia tertunduk. Lihat Abdurrahman Wahid, walaupun dia menggagah-gagahkan diri, tapi tetap saja dia malu. Amit-amit jangan sampai terjadi sama SBY," tuturnya.

Kasus PT Masaro sendiri merupakah rangkaian kasus panjang yang melibatkan buronan Anggoro Widjojo dan berujung pada penahanan dua pimpinan non aktif Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah. Penahanan terhadap Bibit dan Chandra memancing kemarahan publik, karena dianggap alasan penahanan tidak jelas.

Unknown mengatakan...

Bahkan, kasus tersebut makin melebar saat terkuak dugaan rekayasa terhadap kasus mereka, seperti rekaman yang diperdengarkan di Mahkamah Konsitusi (MK). Dalam rekaman itu diketahui adik Anggoro, Anggodo menjadi tokoh sentral yang diduga melakukan rekayasa dengan melibatkan petinggi Polri, Kejaksaan Agung, KPK, LPSK, sejumlah orang, bahkan nama RI-1 ikut disebut. Akibatnya, masyarakat merasa cemas akan penegakkan hukum di Indonesia.

Meski demikian, Thamrin tidak yakin jika SBY terlibat kasus Bank Century dan ikut merekayasa kasus Bibit dan Chandra. "Saya enggak yakin dia (SBY) merekayasa. kalau dia melakukan kecerobohan, iya," kata Thamrin.

Terkait kasus Bank Century, seharusnya Wapres Boediono yang saat itu menjabat Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan Sri Mulyani, diperiksa soal alasan mengucurkan dana "bailt out" Rp 6,7 triliun yang melebihi usulan DPR yakni hanya Rp 1,2 triliun. Apalagi undang-undang untuk pengambil alihan Bank Century oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah salah. "Jadi, Boediono dan Sri Mulyani yang harus dikejar kalau kasus Century terbongkar. Mau tidak mau, suka tidak suka Century akan dibongkar," cetusnya.

Unknown mengatakan...

Harus Copot Kapolri dan Jaksa Agung
Thamrin mengusulkan SBY merombak sistem dan pergantian jabatan di tubuh Polri, Kejaksaan Agung, dan DPR sebagai proses jangka panjang untuk mengembalikan kepercayaan publik soal penegakkan hukum. "Lembaga warisan orde baru itu, harus turun mesin. Pergantian sistem dan orang-orangnya yang ada di situ," ujarnya.

Namun, untuk langkah awal, seharusnya SBY mengganti Kepala Polri Bambang Hendarso Danuri dan Jaksa Agung Hendarman Supandji. " Untuk mengembalikan kepercayaan publik, tindakan yang paling bagus kalau dia (SBY) mengganti dua pimpinan ini, Polri dan Kejaksaan Agung. SBY harus ganti," kata Thamrin.

SBY juga harus berhati-hati memilih pengganti dua pucuk pimpinan lembaga penegak hukum itu. Penggantinya harus punya rekam jejak yang bersih dari korupsi, kredibel, dan profesional.

Yang penting, lanjut Thamrin, biarkan kasus Bibit dan Chandra bergulir di pengadilan. Jika Kapolri dan Kejaksaan Agung yakin punya bukti yang kuat, maka bisa dilihat kebenarannya di pengadilan.

Unknown mengatakan...

Selain puisi negeri para bedebah yang heboh dan dahsyat itu, ada pula puisi dari Alvin Lie, yaitu buaya mabok duren. Nih,

"Buaya Mabuk Duren"

Duren si raja buah
Harum aroma
Nikmat rasanya
Kebanggaan Indonesia

Duren kini lain lagi
Muncul di Mahkamah Konstitusi
Ini duren atau upeti
Bikin buaya lupa diri

Buaya mabok duren
Suara rakyat tak didengar
Buaya mabok duren
Tak jelas mana salah mana benar

Buaya mabok duren
Lukai rasa keadilan
Buaya mabok duren
Bikin rakyat naik pitam

Duren oh Duren
Buaya kok mabok duren

poempuisi mengatakan...

Ah. Alvin Lie kagak nyeni....kalo yang brikut ga begitu nyeni tapi gigit banget....Efendi Ghazali....brani nyebutin RI 1 Chooooiiii....

'Republik Mimpi Buruk'

Wahai anak-anak di Republik Mimpi Buruk
Malam ini nikmatilah mimpi sebagai Kapolri
Karena Kapolri bisa mengelabui Komisi III

Komisi III ramai-ramai menguji Kapolri
Tapi disandera dengan cium pipi kanan cium pipi kiri
Ini membuat penonton menjadi geli

Wahai anak-anak Republik Mimpi Buruk
Jangan mimpi jadi Superman, tapi mimpilah jadi 'Super-Anggodo'
Karena Superman tidak bisa mengatur polisi
Tapi 'Super-Anggodo' bisa mengatur polisi dan Kejaksaan RI.

'Super-Anggodo juga didukung oleh orang nomor satu di negeri ini
Lucunya Presiden kita tidak sakit hati karena tidak lapor ke polisi
Karena katanya belum ada bukti

Wahai anak-anak Republik Mimpi Buruk
Kita hanya ingin menyelamatkan KPK, Kejaksaan dan Polri
Tidak ingin kita melenyapkan mereka semua
Negeri ini masih butuh mereka
Tapi harus dibersihkan dari orang-orang kotor


dibacain di di bundaran HI pagi ini, GW ada di situ choiii... seruuuu...

Anonim mengatakan...

@ Dear All,

Pemerintahan ini semakin hari semakin terpuruk sistemnya. Politiknya cuma politik pembungkaman dan pencitraan. Nuansa ORBA lamat-lamat tercium juga.

Polisi, Kejaksaan dan KPK yan seharusnya kita sayang-sayangi malah dibentur-benturkan dan yang tertawa puas adalah KORUPTOR.

Mungkin Adhi Massardi benar bahwa negeri kita adalah negeri para bedebah. Jangan-janan tanpa sadar sayapun adalah salah seorang bebdeha karena hanya mampu menonton dan enggan berbuat apa-apa.Kasihan negeri ini. Kasihan rakyatnya (Andri)

Anonim mengatakan...

Gerakan massa di sekitar Bundaran HI sebaiknya jangan dianggap enteng oleh pemerintah. Saya ingat peristiwa 1998 ketika semua saluran resmi dirasakan mampet maka parlemen alanan beraksi dan jatuhlah Soeharto.

SBY sebaiknya sadara bahwa mumpun masih ada KPK dan MK yang bisa menjadi saluran suara nurani rakyat. Jika KPK dan MK dikerdilakan pastilah reformasi jilid II atau bahkan revolusi. Sadarlah sadarlah (Andri)

Anonim mengatakan...

Yang juga mengecewakan adalah figur favorit saya. Amien Rais. Setelah sukses menggolkan anan emasnya Hatta Radjasa menjadi tokoh peniting di dalam lingkar utama SBY sambil menendang Soetrisno Bachir, AR malah ters menyuarakan dukungan bagi mereka yang berseberangan dengan rakyat.

AR mungkin lupa bahwa dalam bingkai hukum positif, apa yang dilakukan dia pada tahun 1998 adalah = dengan yang dilakukan para facebookers dll seperti saat ini. Makanya jangan mengukur tim 8 dengan legalitas formal ttek bengek. Keliru. Bapak AR, anda perlahan-lahan "mulai tersesat"(Andri)

Anonim mengatakan...

Pernyataan AR yang "miring"

"Amien Rais Pertanyakan Kewenangan Tim 8"


Anggota Dewan Pembina Muhammadiyah Amien Rais mempertanyakan fungsi kerja Tim 8 yang dibentuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut dia, kewenangan Tim 8 harus diperjelas agar tidak menabrak rambu-rambu.

Amien menegaskan pembentukan Tim 8 yang diketuai Adnan Buyung Nasution ini sebenarnya tidak perlu. Terlebih lagi tim tersebut mulai mewacanakan pencopotan Kapolri untuk meredakan ketegangan.

"Apa kewenangan tim itu untuk mencopot Kapolri," kata Amien Rais di depan ribuan anggota Muhammadiyah dalam tabligh akbar di Gedung Bagawanta Bari, Kabupaten Kediri, Minggu (8/11).

Sebagai tim pencari fakta, tim tersebut, menurut Amien, hanya bekerja mengumpulkan informasi untuk disampaikan kepada Presiden. Selanjutnya, seluruh mekanisme penyelesaiannya wajib diserahkan kepada lembaga hukum formal yang ada.

Namun demikian, Amien meminta masyarakat memberi kesempatan kepada Tim 8 untuk bekerja sesuai keinginan Yudhoyono. Dia juga mengaku tidak ingin mencampuri kinerja Tim 8 yang dianggapnya tidak memiliki dasar legitimasi hukum yang jelas. "Kita lihat saja nanti, biarkan mereka bekerja dulu,". (Andri)

Anonim mengatakan...

@ Bung Bigmike,

Saya menyampaikan salam hangat dari ayahanda Syam - bloggertua. Beliau kurang sehat tetapi tetap setia membaca posting BM dan semua perkembangan negri kita yang mutakhir. Mohon dukungan doa bagi kesembuhan ayahanda saya, sahabat tua anda Bung (Andri)

shaugnessy mengatakan...

@ Bung Andri,

1. Sebagai sahabat lama di blog ini tolong sampiakan salam hangat kami kepada pak Syam - blogger tua - sahabat senior kami. Doa kami untuk beliau semoga kembali sehat dan berinteraksi bersama kami.

2. KOmentar anda singkat tetapi bagus. Dan sekaligus membuat peta permasalahan Cicak VS Buaya (CB) memperoleh dimensi lain. Saya kuatir lama-lama kasus ini akan berkembang memnjadi buah simalakama bagi SBY. Diteruskan dia jatuh tidak diteruskan namanya hancur berantakan. Pertanyaannya adalah, di mana posisi AR? Dalam sebuah berita AR menuding adanya "penjahat" yang berada di balik kasus CB. Apakah yang dimaksudkan adalah para koruptor? Kalau benar begitu maka AR benar tetapi jika dilihat konteks lebih lanjut statemen AR akan kelihatan bahwa penjahat dimaksud kemungkinan bukna para koruptor. APakah AR menjaid bagian dari gerakan kontra isu? Hanya Tuhan yang tahu saat ini.

shaugnessy mengatakan...

Cobalah kita memperhatikan berita berikut ini:

"Amien Ingatkan Bahaya People Power Pada Perselisihan KPK-Polri"

Penyelesaian kasus pertikaian antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Polisi yang terkesan berlarut-larut mengundang keprihatinan mantan Ketua MPR Amien Rais. Dia mengingatkan aksi massa besar-besaran atau "people power" bisa muncul sebagai dampak dari perselisihan tersebut.

Hal tersebut disampaikan Amin Rais saat menghadiri tabligh akbar dalam rangka seabad ormas Muhammadiyah di Gedung Bagawanta Bhari, Desa Sukorejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Minggu (8/11/2009). Menurutnya, people power bisa saja muncul sebagai bentuk ketidakpuasan masyarakat atas penyelesaian perselisihan tersebut.

"Satu hal yang saya ingatkan jangan sampai peselisihan ini menimbulkan trial by the press (penghakiman melalui media), karena kasihan proses hukumnya. Dan satu lagi, kalau sampai hal itu terjadi saya khawatir rakyat tak terkendali dan akan menjadikan bakar-bakaran ban terjadi lagi, saling lempar batu seperti tahun 98 terulang lagi," papar Amien.

shaugnessy mengatakan...

Amien mengaku telah melihat sejumlah indikasi mengenai gejala people power itu. Di antaranya munculnya sejumlah pihak yang sebenarnya penjahat negara, namun dengan kekuatan yang dimilikinya seakan bertindak sebagai pahlawan.

"Sudah jelas terlihat siapa yang berlagak sebagai penegak hukum, tapi sebenarnya dia adalah mafioso yang menenggelamkan kebenaran dan keadilan," urai Amien.

Terkait dalang dari kisruh antara KPK dan Polri, meski enggan menyebut nama, Amin menduga adalah pihak yang menginginkan Indonesia kembali tenggelam di tengah upayanya bangkit ke arah yang lebih baik.

Ditanya mengenai keterlibatan kepentingan asing dalam perselisihan antara KPK dan Polri, Amin juga membenarkan kemungkinannya. Hal tersebut diindikasikan melalui terpecahnya konsentrasi Indonesia akibat menangani permasalahan tersebut.

shaugnessy mengatakan...

"Anda juga mengetahui pastinya, akibat permasalahan ini kepercayaan investasi pasti akan menurun. Konsentrasi negara untuk menjadi produktif juga berkurang, yang ujungnya akan menjadikan negara kita yang mulai bangkit ini akan kembali tenggelam," tutur mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.

Lelaki yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai Amanat nasional (PAN) tersebut meminta perselisihan antara KPK dan Polri dapat diselesaikan secara transparan. Pihak yang salah diberikan hukuman setimpal dengan tidak melihat kedudukan sebelumnya, sementara pihak yang benar dapat diberikan kebebasannya kembali.

shaugnessy mengatakan...

Perhatikan bahwa AR mempersalahkan pers. AR mngkin lupa bahwa pada 1998 dia dalam posisi yang sama, yaitu menggunakan pers untuk melakukan trailling kepada Soeharto.

QUO VADIS AR??????

shaugnessy mengatakan...

Cobalah dibandingan dengan pernyataan Usman Hamid (kontras),

ksi massa pendukung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang digelar di Bundaran Hotel Indonesia pagi tadi, dinilai berpotensi menggulingkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari jabatannya.

Menurut Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Usman Hamid, jika saat ini diadakan poling terhadap SBY maka posisi SBY sudah menurun.

Protes terhadap kasus ini, bukan hanya datang dari lembaga swadaya masyarakat tapi juga dari individu-individu di masyarakat.

"Saya kira ini merupakan suatu eksperimentasi gerakan sosial yang besar, yang bisa berakhir pada penggulingan Presiden kalau Presiden tidak berhasil menyelesaikan masalah ini," ujar Usman di Bundaran HI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (8/11/2009).

Usman menyarankan agar Presiden mengambil tindakan terhadap Jaksa Agung Hendarman Supandji dan Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri.

"Itu harus diikuti pergantian seluruh jabatan di Kejagung dan Polri. Harus separuh jajaran di Kejagung diganti dengan orang yang bersih, yang kredibilitasnya tidak diragukan," imbuhnya.

Selanjutnya, Presiden juga harus mendorong KPK untuk melakukan penyelidikan secara independen terhadap kasus PT Masaro Radiokom dan Bank Century.

"Tim verifikasi ini nanti membersihkan aparatur kejaksaan dan kepolisian agar penyelidikan KPK dapat berlansung lancar," pungkasnya.

Lagi-lagi : quo vadis AR....oleeee...oleeeee....Angin Rais...

Unknown mengatakan...

@ Pace mikerk,

Syalom, slamat pagi. Maaf, saya baru buka lagi internet dan baca-baca. Ah, pace satu dari kupang sudah bikin posting baru. Mantap.

Siapa yang tidak mengakui bahwa warna pelangi itu sangat indah? (yang tidak mengaaku mo aya kasi doa suaya cepat bertobat ha ha ha ha). Kesatuan dari warna-warna yang berbeda itu menghasilkan pemandangan indah yang menakjubkan.

Siapa yang tidak mengakui bahwa perpaduan pelbagai alat musik mendatangkan alunan musik yang merdu harmonis serta menyenangkan jiwa?

Perbedaan rasa yang dimiliki lidah kita memberi suatu kenikmatan dalam merasakan apa yang masuk ke mulut kita. Perbedaan antara siang yang terang oleh cahaya sinar matahari dan malam yang sejuk oleh terangnya rembulan menjadikan kita hidup teratur untuk mengikuti ritme alam semesta yang selalu berubah dan mendatangkan perbedaan dalam kehidupan semua makhluk hidup yang menjalaninya.

Nah jikalau sudah begitu maka perbedaan tidak usah dirisaukan melainkan diberi ucapan sukur. Betul tidak?

Unknown mengatakan...

Lagu Ebony dan Ivory sangat bagus. Mantap. Nah sebagai hadiah balas, sa mo kasi pac mikerk 1 cerita dari Papua. Ini tentang cicak ...(mau dimakan buaya ka? ha ha ha ha ha).

" 2 pace bicara cicak"

Ada pace 2 , dong dari kampung trus lagi jalan-jalan di Jayapura. Pas dorang dua lewat di depan tempat photo copy,.....trus pace yang satu de balik lihat tulisan " photo copy " trus dia baca

Pace 1 : " photo copy " ( huruf C tetap di baca C )

Pace 2 : " ah....teman ko bodoh skali.....bukan baca begitu, baca begini ; photo copy " ( huruf C dibaca K )

Pace 1 : " oh..begitu ka....berarti kalau cicak nanti kitong baca ...KIKAK,...

Pace 2: ......#@*!!????

ha....ha...ha...h..!!!


Nah, Pace mikerk, ko ketawa sudah...

Syalom!!!!!

Unknown mengatakan...

@ Pace Ruben, ko memang gokil abiez,

For All,

COba baca berita dari mister Habibie,

Habibie: Rekaman Itu Jelas, Kenapa Mereka Masih Bebas?

Mantan Presiden BJ Habibie merasa puas atas apa yang telah dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap kasus dugaan kriminalisasi KPK, dan menyatakan tindakan SBY adalah sebagai wajar.

"Apa yang dilakukan Presiden sudah wajar, tidak menunjuk si A dan si B, tapi membuat tim (Tim 8) lalu mempersilakan, caranya sudah ok," kata Habibie di sela temu kangen antara BJ Habibie dan tokoh-tokoh pers dalam rangka menyambut HUT ke-10 The Habibie Center di Jakarta, Senin (9/11).

Habibie juga menekankan, apa yang dilakukan Presiden ada dalam koridor yang sehat dengan mempersilakan berjalan apa yang diinginkan rakyat.

"Saya hanya menggeleng-gelengkan kepala. Rekaman di MK (Mahkamah Konstitusi) itu sudah jelas diperdengarkan, masih beri alasan. Saya tidak mengerti kok orang itu bebas-bebas saja," kata dia.

Menurut dia, saat ini yang penting adalah bagaimana yang telah diupayakan Presiden itu berjalan konsisten dan bahwa orang atau pejabat yang benar tidak usah takut.

"Presiden jelas bisa melakukan intervensi terhadap kasus tersebut, tetapi intervensi itu dilakukan bila tidak ada jalan lain lagi," ujar mantan Menristek pada zaman Presiden Soeharto yang datang bersama istrinya, Ainun, itu.

"Presiden memonitor apakah sudah melewati standar dan melanggar UU yang patut," kata BJ Habibie sambil menambahkan, tim yang dibentuk sekurangnya bisa mengamankan jangan terjadi apa-apa.

Ditanya soal adanya penilaian bahwa Presiden lambat bertindak, dia menolak menjawab. Menurut Habibie, wartawan bisa menilai sendiri masing-masing tugas-tugas kepolisian dan kejaksaan.

Pada kesempatan itu, hadir Chairman The Habibie Center Muladi, yang mantan Menteri Kehakiman dan Perundang-undangan, mantan Mendiknas Malik Fajar, serta para tokoh pers, seperti Asro Kamal Rokan (Antara), Muh Assegaf, Aristides Katoppo, Alwi Shahab, Saur Hutabarat, Ikhwanul Kiram, dan Atmakusumah.

Unknown mengatakan...

Nah sodare-sodare, bandingin sama yang ini,

"Tim Delapan: Bukti Polri untuk Chandra-Bibit Tak Kuat"

Seusai menyerahkan laporan perkembangan (temporary report) penyusunan rekomendasi Tim Delapan kepada Menko Polhukam Djoko Suyanto, Senin (9/11) sore, Tim Delapan menggelar keterangan pers di Kantor Wantimpres.

Berdasarkan verifikasi data dan fakta yang dilakukan selama delapan hari ini, Tim melihat bukti-bukti yang diajukan Polri dalam kasus dugaan pemerasan, penyuapan, dan penyalahgunaan wewenang terhadap Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah tak kuat.

"Berdasarkan verifikasi fakta dan proses hukum yang telah dilakukan dan gelar perkara dalam tindak penyalahgunaan wewenang, Tim Delapan menyimpulkan, fakta dan proses hukum yang dimiliki Polri tidak cukup untuk menjadi bukti tindak pidana korupsi, penyuapan maupun pemerasan dalam kasus Bibit dan Chandra," tutur Buyung.

Buyung mengatakan, jikalau Polri bersikeras ada tindak pidana, tim melihat bukti yang dimiliki Polri terputus pada aliran dana dari Anggodo ke Ary Muladi. Aliran dana selanjutnya yang disebut-sebut dialirkan melalui Yulianto ataupun kepada para pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak bisa ditunjukkan buktinya oleh Polri.

"Andaikata kasus ini dipaksakan untuk diajukan ke pengadilan dengan dakwaan pemerasan, penyuapan, maupun penyalahgunaan wewenang, kasus itu pun lemah karena menggunakan pasal karet," lanjut Buyung.

Menurut Buyung, tindakan Bibit dan Chandra yang mencabut cekal Anggoro Widjojo dan Djoko S Tjandra adalah tindakan lazim yang dilakukan oleh pimpinan KPK sebelumnya.

Anonim mengatakan...

Kapan kemelut Polisi vs KPK akan berakhir??? Bosan juga tiap hari dengar berita itu2 saja. Di sisi lain,semua pada ribut, si Anggodo lagi tidur nyenyak di istananya...aneh benar hukum di negeri tercinta.(Adek)

shaugnessy mengatakan...

Eh, it is time for new posting lah bosz....ochheeee????? (Proxy73)

shaugnessy mengatakan...

Kristiadi: Anggota DPR Masih seperti Anak TK

Kericuhan yang terjadi dalam rapat dengar pendapat antara Komisi III dengan sejumlah kalangan masyarakat sipil macam lembaga swadaya masyarakat (LSM), kalangan akademisi, mahasiswa, dan para pegiat anti korupsi Selasa malam kemarin kembali memicu kecaman terhadap lembaga legislatif.

Peneliti senior Center for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi menilai pernyataan mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid beberapa tahun lalu, yang menyebut anggota DPR punya sifat seperti sekumpulan murid Taman Kanak-Kanak (TK), tampaknya masih sangat relevan sampai sekarang. Hal itu disampaikan Kristiadi, Rabu (11/11), usai berbicara dalam diskusi terbatas di Departemen Pertahanan.

Dia memperingatkan para anggota legislatif agar ingat kalau mereka tidak lebih dari sekadar wakil rakyat, yang seharusnya peka dan menuruti kemauan dan perasaan rakyat akan keadilan. "Saya masih ingat omongan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) itu dan sepertinya masih relevan sampai sekarang. Buat saya, yang namanya anggota DPR itu seharusnya berkualitas dalam arti mengerti aspirasi, dinamika, dan suasana batin masyarakat," ujar Kristiadi.

Sebagai wakil rakyat, anggota legislatif diminta punya dan memperlihatkan empati pada rasa keadilan masyarakat. Kristiadi bahkan menilai sebagian besar dari anggota Komisi III kemarin tampak masih belum punya kualitas macam itu, yang menjadikan mereka belum pantas menjadi anggota DPR. "Kok, ya bisa enggak nyambung itu antara rakyat dengan wakilnya. Fenomena kemarin menunjukkan mindset dan paradigma para anggota legislatif itu masih jauh dari yang kita harapkan. Sangat disayangkan sekali," ujar Kristiadi.

shaugnessy mengatakan...

Lebih lanjut tambah Kristiadi, jika kondisi seperti itu terus terulang dan terjadi, dirinya mengaku sangat pesimistis anggota DPR periode 2009-2014 ini tidak akan menghasilkan apa-apa yang berarti bagi rakyat Indonesia. Apalagi jika partai politik juga tidak ambil peduli. Jika seperti itu, rakyat menurut Kristiadi harus secara tegas mendesak parpol memperbaiki kualitas orang-orang mereka di legislatif. Perbaikan kualitas dalam konteks menjadikan para anggota legislatif sebagai orang-orang yang bersedia menomorsatukan dan bersedia menyerahkan dirinya bagi kepentingan rakyat.

"Perkara mereka kurang jago berdebat atau berbicara, hal itu bisa dipelajari dan diperbaiki. Namun harus dipastikan mereka punya attitude yang mendahulukan kepentingan rakyat banyak, yang mereka wakili. Anggota DPR sekarang harus segera bertobat dan belajar dari pengalaman kemarin," ujar Kristiadi.

Kristiadi juga meminta masyarakat dalam lima tahun mendatang mempersiapkan diri untuk menjadi lebih kritis dalam memilih calon wakil mereka di legislatif. Selain itu perlu juga dilakukan perbaikan aturan perundang-undangan, terutama terkait parpol dan dari mana saja mereka mendapat aliran dana untuk membiayai parpol. Dengan cara itu diharapkan masyarakat bisa memastikan tidak lagi terjadi parpol, politisi, dan anggota legislatif hanya mendahulukan kepentingan orang atau pihak tertentu, yang telah membiayai mereka.

shaugnessy mengatakan...

Kesimpulannya????? Iiiiiihhhh......tttaaaatthuuuttsss....wkwkwkwk....

mikerk mengatakan...

Howdy sahabat blogger terkasih, selamek basuo kembali. Hampir 2 minggu saya tidak mengunjungi blog sama sekali. Biasaaaaa....sibuk nggolek mangan (bukan mangan tambang lho tapi makan...he he he). Thanx bagi yang sudah berkunjung dan berkomentar. I LOve you all ...fuuuuullllll....

Nanti malam saya akan membikin posting baru...harap bersabar....