Jumat, 15 Mei 2009

politik lupa lupa ingat politik satu dua jurus

Dear Sahabat Blogger,

Hari ini sudah tanggal 15 Mei 2009. Waktu pendaftaran Capres/Wapres Republik Indonesia periode 2009 - 2014 ke KPU Pusat tinggal satu hari lagi. Siapa yang sudah mendaftar sampai detik ketika saya memposting artikel ini? Belum ada!!! Waoooooo....sepi dooooonggggg....semua kita maklum bahwa tidak seperti itu. Di luar urusan mendaftarkan diri maka perkara capres cawapres adalah urusan yang sangat bising, mutakhir, dahsyat, meledak, sensasional, mencekam, mendebarkan, menjengkelkan dan ...... memalukan....lhoo kook bisaaaa?????

Ya sudah barang tentu tiap orang berhak memilih kesannya sendiri akan tetapi ijinkan saya memilih kesan saya sendiri tentang proses pen-capres/cawapres-an. Mari kita lihat, SBY dan partainya adalah pemenang pemilu legislatif dan lalu cukup kuat untuk melaju ke dalam proses pemilu presiden. Lalu, ...brrrrrrrrr ..... ramai sudah laron-laron beterbangan di sekitar SBY dan demokrat. Bukan sekedar terbang berkitar ngider tetapi juga sambil melemparkan nama cawapres pendampingnya. Ada kelompok laron yang berapat dahulu trus nama yang diajukan dimasukan ke dalam amplop. Kelompok laron yang lain mula-mula saling gontok-gontokan dahulu sebelum mengajukan satu nama melalui ketua perkumpulan laron atau melalui keputusan rapat para laron....wwwwuuzzzzzz.....semua sama yakinnya bahwa nama ajuan merekalah yang akan dipilih SBY. Dan ketika SBY memilih cawapres menurut kesukaan dia sendiri,,...wwwuuurrrrchhh,,,,abracadabraaaaaaa....ngamuk ngambek-lah para laron itu. Macam-macam komentar dongkol mereka. Tidak cocok dengan kesepakatan-lah. Tidak memenuhi etika bekerja-sama-lah. Warna cawapres yang dipilih tidak cocok-lah....bla bla bla...blu blu blu....hicks .... hicks....Di Bandung tiba-tiba muncul spanduk yang bertuliskan kata-kata .... lebih baik BudiAnduk (manusia terganteng sedunia itu) ketimbang BoediOno.....ya amploooopppp....Di mana-mana timbul demo tetapi jika dilihat siapa pendemonya...alamaaaaak...dia-dia juga. Nggak jauh dari kelompoknya laron-laron ngambek itu.

Di seberang sana, adalah lagi drama lucu lainnya. Sebelum pemilu, JK dan partainya terlebih dahulu "gondok berat" ke SBY dan partainya karena merasa dilecehkan...."hhooiii., Golkar cuma bakal dapet 2.5% suara".... kata seorang petinggi PD. Sesudah pileg, JK masih berusaha sir-siran ke SBY tapi SBY sudah terlanjur mengatakan...tak sudi lagi daku berdua dengan mu......Lantas, tiba-tiba JK and his gang, yang baru saja diberi talak 3 oleh SBY ngeluruk ke kandang banteng Megawati. Mau ijab katanya. Lebih dari Ijab Kabul kata mister TK si paitua-nya Megawati.. Bukan cuma JK, tiba-tiba kerumunan orang di kandang banteng bertambah banyak. Koalisi besar katanya. Eh, hari ini tanda tangan kesepakatan berkoalisi, besoknya JK-Wiranto melangkah sendiri mbikin koalisi JK-Win. Ada lagi mister Prabowo yang jelas-jelas partainya cuma mendapatkan jatah 26 kursi di DPR RI tetapi ketika mau berkoalisi dengan PDIP .... lhaaaaaaadhalaaahhh....kok minta jatah jadi Capresnya.....opo tumoooonnnn???? Trus, carane piye untuk menekan Megawati??? Gampang, si mister mantan Panglima Kostrad di jamannya Mbah Harto itu mengumpulkan belasan partai "nol koma" yang nggak populer di masyarakat zonder perduli bahwa platforma partai-partai "nol koma" itu saling silang dan saling tunjang ke sana di mari tak keruan dan...woooaaaaa....nih gua punya modal belasan persen....ane capres ya!!!! Julie jadi cawapres aja ya!!!!. Akibat perilaku rekan-rekan koalisi besarnya, yang sontoloyo itu, maitua Megawati jadi pusing 7 keliling. TK ambruk KO dan dilarikan ke rumah sakit. Lalu, amboiiii ... ada kejutan .... lihatlah di sana.....siapa itu yang datang bertamu ke kandang banteng???...ahaaaa...itu adalah mister Hatta Radjasa yang adalah calon wapres yang diajukan mister Amien Rais dari PAN (sambil menyikut KO mister Sutrisno Bachir yang lalu mutung karena rencananya mo ikutan nyalon bareng Prabowo pupus sudah). Apa mau ada koalisi PAN + PDIP? No no no no...rupa-rupanya HR adalah utusan SBY guna mendekati Megawati dan mengajak koalisian PD + PDIP. Luar biasa....saling marah 5 tahun saling tidak berbicara 5 tahun tiba-tiba duduk 1 meja mencari jalan koalisi. Ada apa? Kita tidak mengetahui persis tetapi dengan melihat beberapa fakta terakhir, saya menduga berikut ini adalah agenda kongko-kongko bareng itu:

  1. SBY menawarkan kerja sama bareng PDIP karena SBY enggan mengambil cawapres yang berasal dari partai-partai sejenis PKS, PAN,dan PPP. Entah takut terulangnya pengalaman 5 tahun yang lewat dimana capres dari parpol kerap membuat tekanan-tekanan tertentu dan menjadi ganjalan psikologi bagi SBY sebagai presiden. Entah pula karena warna partai-partai-partai itu yang "terlalu hijau" yang mungkin tidak disukai oleh "another green". Nggak boleh dong hijau makan hijau.
  2. Formulasinya adalah cawapres SBY bukanlah orang partai tetapi seseorang profesional yang dapat diasosiasikan sebagai "orang dekat partai". Orang dekat partai itu adalah Prof. Boediono yang "dekat" dengan PDIP.
  3. Jikalau PDIP setuju maka ada dua jalan: pertama, Kalau bisa PDIP segera menyatakan berkoalisi dengan PD dan SBY. Biar top markotop. Kedua, silakan PDIP maju terus dalam Pilpres entah berpasangan dengan siapa. Tetapi jika kalah (SBY hakul yakin dapat mengalahkan siapa saja capres/cawapres lainnya) dalam pilpres maka hendaknya PDIP ikut mendukung SBY karena toh yang menjadi cawapres adalah Boediono yang orang dekat PDIP itu. Nah melalui kedua jalan ini SBY tidak perlu takut berhadapan dengan sohib-sohib lamanya seperti PKS, PAN, PPP yang mutung. Bagaimana PKB? itu sih sudah bench mark-nya SBY jadi tidak perlu dipersoalkan. Tetapi sebenarnya ada hal lain yang lebih ditakutkan oleh SBY. Apa itu? Inilah kira-kira agenda lain pembicaraan antara HR dan orang-orang di Teuku Umar.
  4. Masyarakat yang salah melakukan pencontrengan dalam pileg kemarin berjumlah 17.488.581 pemilih. Lantas, mereka yang tidak dapat memilih atau Golput berjumlah sekitar 49 juta orang. Jadi total rakyat yang tidak berpartisipasi sekitar 67 juta jiwa. Seandainya Megawati gagal memperoleh deal untuk pen-capresan-an lalu mundur sebagai capres, diduga sekitar 10 juta pemilih PDIP akan memutuskan diri ikut dalam gerbong Golput. Maka, potensi golput menjadi sekitar 80 juta jiwa. Jika total jumlah pemilih adalah 171 juta jiwa maka dapatkah dibayangkan nasib apa yang akan menimpa seorang presiden yang proses pemilihannya hanya diikuti oleh 50% penduduk. Jika terjadi fenomena mega-golput dalam pilpres maka sekalipun SBY terpilih sebagai presiden, dia bukanlah presiden yang legitimate. Tinggal dipicu sedikit kekacauan sosial maka usia kepresidenan SBY mungkin bertahan 1-2 tahun saja. Lalu kita terpaksa membuat pemilihan umum baru. Menurut hemat saya, inilah yang sebenarnya ditakutkan oleh SBY. Maka kedatangan utusan SBY ke Teuku Umar pastilah meminta dengan amat sangat agar Megawati jangan sampai menyatakan tidak berpartisipasi dalam pilpres. Mega boleh maju sendiri atau disiapkan sekenario lain, yaitu mendukung Boediono. Menurut hemat saya, Megawati sendiri sudah tidak begitu pusing lagi urusan pencapresan Semangat berapi-apinya untuk maju dalam pilpres tidak lagi besar karena fakta kekalahan PDIP dalam pileg. Jika saya boleh mengusulkan, memang sebaiknya Megawati mundur saja. Berikan saja dukungan untuk mereka yang terbaik jika itu memang dikehendaki oleh wong cilik, yaitu kelompok orang yang sering diatasnamakan oleh Megawati.

Nah, apakah sahabat blogger bisa menangkap maksud saya dalam omong kosong di atas. Saya tidak yakin. Sama tidak yakinnya dengan saya terhadap ulasan saya sendiri. Mengapa demikian? Itulah model perpolitikan di Indonesia yang kabur, tidak jelas dan tidak meyakinkan. PKS dan PAN menolak SBY-Boediono karena katanya tidak mewakili aspirasi umat Islam. Lha, apa sih agama SBY dan Boediono? Prabowo ngotot harus jadi capres. Lho, partai Gerindra punya berapa kursi di DPR sih? Hobi main paksanya nggak hilang-hilang juga si mister Prabowo ini. Jika Prabowo terpilih, apakah dia cukup memiliki ingatan yang panjang bahwa itulah masalah terbesar SBY selama 5 tahun ini. Berkuasa tetapi terpaksa harus banyak melakukan konsesi politik di DPR sebagai kompensasi kecilnya jumlah kursi PD di DPR? SBY nyaris tak berdaya ketika partai-partai kompanyonnya di DPR ngotot mengegolakan anek Undang-Undang yang berpotensi merusak kebhinekaan Indonesia. SBY juga tak berdaya sama sekali ketika di daerah ini dan itu terbit perda-perda exklusif. Jikalau nanti terpilih dan Prabowo terpaksa melakukan konsesi politik juga maka apa bedanya Indonesia di masanya dengan masa SBY-JK sekarang ini yang persis seperti kata Megawati: "maju mundur bak tarian poco-poco?".

JK maju sebagai capres tetapi tidak mau mundur sebagai wapres. Setia menalankan sumpah setia katanya tetapi lalu sibuk menyiapkan pantun berbalas dengan sang Presiden sementara rakyat dibuat ternganga denga keributan itu. JK berkolalisi dengan Wiranto sambil lupa bahwa baru sehari bersepakat bersama kawan-kawan lain membentuk koalisi besar. JK-Wiranto berkoalisi sambil lupa bahwa hampir setahun terakhir Golkar dan Hanura saling mencerca. Wiranto, dan juga Prabowo yang saling amat membenci pasca Mei 1998 seolah-olah mengalami amnesia sejarah. Lupa bahwa perseteruan mereka tempo hari membawa serta ribuan jiwa yang melayang sia-sia ditelan Jakarta yang membara. Pemilihan capres/cawapres berjalan begitu saja sambil lupa bahwa kasus DPT yang adalah skandal terbesar pemilu 2009. Proses berkoalisi berjalan sambil tidak ingat bahwa platform antar partai kerap tidak nyambung. Bagaimana mungkin PKS yang pro jalan syariah bisa berdamai dengan PD yang mengatakan bahwa NKRI adalah harga mati. SBY memberi talak kepada JK sambil tidak ingat bahwa 5 tahun lalu mereka berteriak kencang bahwa bersama kita bisa. SBY mengutus HR ke Mega dan lupa bahwa baru 1 bulan lalu dia membalas kritik Mega atas BLT dengan menyindir Mega sebagai pemimpin yang tidak punya hati. Mega mau saja berkoalisi dengan JK sambil lupa bahwa dahulu JK dan SBY sebagai menteri menelikung dia sebagai presiden. TK yang selalu mengatakan ke mana-mana ijab, ijab, ijab sambil lupa menjelaskan apa bentuk konkrit dari ijabnya itu. Koalisi yang pura-pura lupa platform itu bisa saja berjalan tapi di dalamnya akan penuh muslihat, taktik jahat, kawan menebas kawan, sahabat membanting sahabat, jeruk makan jeruk dan aneka ketidak ikhlaasan lainnya. Rakyat jadi sengsara. Persatuan Bangsa ini adalah korban terbesarnya.

Lalu, kata-kata apa yang paling lugas dan pantas untuk menggambarkan situasi politik Indonesia seperti yang digambarkan oleh situasi hari-hari terakhir ini? Menurut saya ada 2 hal, yaitu pertama, politik Indonesia masih bersifat politik lupa-lupa ingat. Lupa platform tetapi ingat kursi besar. Lupa rakyatnya tetapi ingat kekuasaannya. Kedua, politik Indonesia pada dasarnya adalah politik 1-2 jurus semata. Dari luar tampak ribet tetapi sebenarnya cuma sedikit jurusan, yaitu kekuasaan, oportunistik, dan semangat eksklusivisme kelompok. Anda menganalisis seperti apapun hasilnya akan ke situ-situ juga. Lalu saya teringat sebuah lagu Grup Musik Indonesia yang bernama Kuburan (dari luar tampak seram tetapi isinya .... walaaaahhhh itu-itu juga) dengan sebuah lagunya yang berjudul "lupa-lupa ingat" yang di bagian akhirnya berulang-ulang disenandungkan... ce a minor de minor ke ge ke ce lagi....Itulah gambaran politk Indonesia. Lupa-lupa ingat dan jalannya cuma berputar-putar dari situ ke situ lagi. Ya, politik Indonesia adalah politik 1 jurusan asal berkuasa karena lupa diri siapa mereka sebenarnya. Pemerintahan hasil politik lupa ingat 1 jurus ini adalah pemerintahan yang tidak maju-maju. Rakyat makin terdesak. Orang miskin semakin dekat ke kuburan .... Lanjutkan kata SBY... Lebih cepat lebih baik kata JK........mau lebih cepat bung en sus? Pake ajah Mega-Pro......yang lain makin ketinggalan.......weleh weleh weleh......


Tabe Tuab Tabe Puan

116 komentar:

mikerk mengatakan...

Lupa lupa Ingat
by Kuburan

Lupa, Lupa 3x lagi syairnya Lupa,Lupa 3x lagi syairnya Ingat,Ingat 3x cuma ingat kuncinya ingat,aku ingat 2x cuma ingat kuncinya

C A minor D minor Ke G ke C lagi
A minor D minor Ke G ke C lagi 2x Kuburan -

Nah, syairnya memang cuma ini....wueechhhh....

mikerk mengatakan...

Mohon maaf karena saya di sini sudah berlagak sebagai analis politik padahal cuma sekedar lupa bahwa saya tidak ahli politk ....tetapi amat gemas melihat kelakuan politisi kita yang lupa igatan sehingga taunya cuma 1 jurus, yaitu jurusan berkuasa...ha ha ha

Tabe Tuan dan Puan

Anonim mengatakan...

@ Ama Ludji,

Beta Golput saja....bosan melihat tingkah laku politisi kita yang sering lupa ingatan. Dan karena lupa ingatan itulah makanya mereka cuma mampu jalan ke 1 dua jurusan. Itupun hanya berputar-putar. Pokoknya...beta GOLPUT.....ha ha ha (A9ust)

Anonim mengatakan...

Lagunya lucu dan pas betul dengan posting....politisi lupa ingatan...ha ha ha ha thanx....(A9ust)

Anonim mengatakan...

sssiiiipppp daaah...posting baru...baca dulu dech....(Ryan)

Anonim mengatakan...

Masih berharap praktek politik para politisi Indonesia membawa bangsa ini maju? MIMPI Bung!!!! Catat itu (Andre)

Anonim mengatakan...

Politik Gebleg!!
Manusianya sontoloyo!!

bangsa ini rupanya2 mendekati proses balkanisasi!!

Hey Monyet2 yang ada dipanggung politik!, segra turun dan bunuh diri aja lu pade ye!!!

(Suto Sinting)

Anonim mengatakan...

Bung MIke,

Salam dari Malang. Saya alumni SMANSA angkatan 1986. Biasa membaca komentar-komentar Bung Mike di Web Iasmansa. Tajam, Kritis dan sedikit Nakal. Saya sangat senang bisa bertemu di blog pribadi Bung Mike. Isinya luar biasa. Sejajar dengan blog para biang-biang blogger di Indonesia. Hidup SMANSA. Keep on Psoting (Andre)

Anonim mengatakan...

Waduh, salam kenal untuk Bung Suto. Anda marah kepada politisi? Saya malah siap mau menyantet mereka semua. Sudah muak (Andre)

Unknown mengatakan...

Salut untuk Pak Mike atas tulisan ini. Kelihatan semrawut tetapi isinya tajam kendati bebreapa bagian tempak disamarkan pak Mike. Seharusnya Pak Mike bisa lebih lugas mengulas mengapa Angin Rais, T Sembarang dari PKS marah besar karena BOediono yang dipilih SBY. Jawabannya adalah politik aliran di Indonesia betul-betul mengancam persatuan Indonesia. Hati hati. Waspadalah

Unknown mengatakan...

Lagu dari Grup Kuburan memang 100% kaco teta[i pas betul untuk mengiring posting ini. Politk hilang ingatan. Mantap Boss

Anonim mengatakan...

wuaakakakekekekkikikikik....dah baca blon berita mutakhir????? PPP menerima pencalonan Boediono. SO, amanlah posisi P3 di Kabinet ntar ..wkwkwkwk....Bm betul jurusnya cuman itu... c a minor ke c lagi...wkwkwkwkwkwkw.....ga mutu banget....oleeee..oleeee...ga mutu....(Proxy73)

mikerk mengatakan...

Dear Kawan,

Saya baru saja membuat beberapa penyuntingan terutama karena ketikan yang agak kacau. Semoga sekarang lebih nyaman dibaca.

Anonim mengatakan...

@ BM,

SBY jadi berpasangan dengan Boediono. Ada tanggapan? (13)

mikerk mengatakan...

Kebetulan saya hampir off,

Thanx untuk bung Andre. Salam IASMANSA. Bung 13, SBY-Boediono? Megawati yang senang. Kita bagaimana? ya tunggu saja kapan-kapan SBY- Boediono BERBUDI baik mensejahterakan kita dalam kebhinekaan.

SBY-Boediono juga menyebabkan abang saya mister Budi akan senang karena slogannya adalah BERBUDI ha ha ha ha...GBU

Anonim mengatakan...

mending denger grup kuburan ketimbang menonton lawakan para politisi indonesia

Anonim mengatakan...

sori....(letti)

Unknown mengatakan...

weleeeeehhhhhh....hoooi BM...gw nambahin ya....orang miskin mao dekat ke kuburan?

SBY Berbudi: lanjutkan
JK-Win: lebih cepat lebih baik
Mega-prabowo: supaya cepat naik MEGA-PRO ajah (motor gw tuh...)...wkwkwkwkwkwk....

Anonim mengatakan...

Biarkan manusia2 rakus pade berebut kekuasaan..gue GOLPUT bung dari dulu..malas melihat sepak terjang para politikus kita...bagi mereka kekuasaan adalah harga mati. Nasib rakyat semakin terpuruk...kaciaaaaaaaaaaaan. Indonesiakoe. Woi anak NKRI gimana tanggapan kamu melihat fenomena panggung politik NKRI(Adek)

mikerk mengatakan...

ha ha ha mister tuak satu, komen situ amat bagus dan ijinkan saya menggunakannya di dalam posting ya....ha ha ha

mikerk mengatakan...

Adek, selamat pagi....kabar baik?????

Anonim mengatakan...

Wuwwwwwlwh....wueeeeeeeleeehhh...
...wwwueeleeeekkkk...setelah 21 dari 29 partai yang sebelumnya deal ma Prabowo ngacir nyari jadi laron trsu nyari makan di Sabuga, Bandung akire Prabowo nyerah juga....jadi cawapres ga pa2 lah.....BM betoooolllll....politik kita is politik lupa ingatan dan cuma punya jrus 2-3 macam......giiiiihhhh nemenin kuburan di kuburan aja dech...wkwkwkwkwkw.....permisiiii..mo nyari makan dulu...wkwkwkwk...(Proxy73)

Anonim mengatakan...

eh, ntar dulu.....kalo e kuburan jg lupa narik d'masiv nyang nyari makan niru-niru yeeeee.....mendingan kuburan yg biar kate 1-2 jurus tapi asli......wkwkwkwkwkwkw....(Proxy73)

Anonim mengatakan...

Dear All,

Mula-mula saya pendukung PKS tapi melihat perkembangan belakangan GW jadi OGAH. PKS hanya sekedar partai oportunis.

Demikian disampaikan analis politik Charta Politika, Burhanuddin Muhtadi, kepada INILAH.COM di Jakarta, Sabtu (21/3).

Ada 2 alasan mengapa PKS 2 amat oportunis. Pertama dari sisi ideologi, PKS tidak begitu cocok dengan PDIP yang mengusung Ketua Umumnya Megawati Seokarnoputri sebagai capres. "Unsur ideologi tidak ingin capres perempuan.

Karena Mega sulit dijual di internal kader PKS. Mereka mencari aman untuk menjual capres. Survei internal PKS menemukan Partai Demokrat yang memenangkan pemilu dan SBY kemungkinan terpilih sebagai capres. Jadi mereka ingin dapat kue politik,"

Pertimbangan lainnya, ada pada tingakatan elit. Untuk elit PKS tidak ada permasalahan sama sekali dengan sosok Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Tersebut. Karena para elit PKS menyadari bahwa SBY memiliki elektabilitas yang tinggi. "Elit PKS begitu oportunis dan sangat pragmatis. Karena yang penting power shring sama atau tidak,"

So, saya patah arang ke PKS. Golput mungkin lebih baik (Nana)

Anonim mengatakan...

@ BM,

Pemilihan lagu ma tema posting apik bener. Politik Indonesia emang politik amnesia dan pragmatis 1-2 jurus just power sharing alias bagi-bagi kekuasaan...wwwwuuuueeeccchhh...(Nana)

Unknown mengatakan...

Saya membaca sebua artikel di web dan menemukan deskripsi alasan orang memilih menjadi GOLPUT.

Pertama, golput karena apatis atau karena kekecewaan dengan politik yang ada.

Golongan masyarakat yang golput apatis ini didominasi oleh mereka yang sudah tidak percaya lagi terhadap sistem dan penguasanya. Mereka sudah apatis terhadap janji-janji partai, propaganda partai, maupun ketidakcocokan plat form dari sekian banyak partai yang ada. Tetapi golongan yang apatis ini juga tidak melakukan perbuatan apapun untuk mengubah keadaan yang ada.

Kedua, golput karena masalah teknis.

Golput ini disebabkan oleh masalah teknis pemilu itu sendiri. Misalnya mereka yang tidak terdaftar dalam DPS (Daftar Pemilih Sementara) ataupun DPT (Daftar Pemilih Tetap). Penyebabnya bisa dikarenakan kesalahan KPU dalam pendataan, pemerintah setempat ataupun orang yang bersangkutan. Atau bisa saja mereka sudah terdaftar, tetapi dalam hari H nya ada keperluan yang tidak bisa ditinggalkan, sehingga mereka tidak bisa hadir di Tempat Pemungutan Suara.

Unknown mengatakan...

Ketiga, golput karena alasan ekonomis.

Orang-orang yang melakukan golput karena alasan ini, biasanya mereka yang karena mata pencahariannya tidak bisa meninggalkan aktivitasnya untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Golongan ini didominasi oleh para pedagang kecil, karyawan dengan upah harian dan buruh.

Keempat, golput karena individualis.

Mereka yang tidak memilih karena merasa tidak ada manfaat secara langsung baginya. Pemilu seolah merepotkan dan mengganggu kesenangan dalam menjalani hidupnya. Mereka tidak peduli dengan proses pemilu karena cukup enjoy dan senang dengan aktifitas pribadinya masing–masing. Misalnya, main game, chatting, internetan, facebook-an, dll.

Unknown mengatakan...

Kelima, golput karena alasan ideologis (sadar politik)

Tipe ini banyak ditemukan pada masyarakat yang secara ideologis sudah tidak cocok dengan ideologi Negara. Misalnya masayarakat yang amat pro syariah agama tertentu. Mereka memandang bahwa demokrasi adalah sistem sekuler yang bertentangan dengan agama, misalnya agama Islam. Dianggapnya Pemilu saat ini berjalan di atas sistem sekuler di mana caleg dipilih untuk membuat hukum yang akan diberlakukan di masyarakat. Padahal dalam Islam membuat hukum adalah hak syariat.

Keikutsertaan mereka dalam pemilu (pada sistem demokrasi) hanya akan melanggenggkan sistem sekuler tersebut. Mereka berjuang ekstraparlemen dimana parpol melakukan fungsi edukasi dan agregasi secara langsung di tengah-tengah masyarakat, membimbing dan mengajak masyarakat berjuang secara langsung untuk mengganti tatanan yang rusak dengan tatanan baru yang lebih baik.

Nah, sahabat blogger yang berkomentar ing jadi golput ada pad tipe yang mana? silakan cek dafatar di atas. Atau tambahkan sendiri jika mau. Bye

Anonim mengatakan...

Pantas yah Srimulat udah gak manggung lagi di Televisi sekarang. soalnya udah kalah lucu sama politisi-politisi di televisi. hari ini mau gabung, eh besok udah ribut, eh gak taunya akur lagi. weleh weleh. Huehehehehe.. kalau saya sih ketawa saja sekarang, kan nantinya ujung-ujungnya selama 5 tahun ke depan "nangis" juga soalnya nasib bangsa gak berubah-ubah.

Kan udah biasa, menjelang pemilu banyak sekali orang baek, kalau udah terpilih gak tau tuh kemana tuh orang. Hidup Srimulat... Eh... hidup "dagelan" politik Indonesia

(norman)

Anonim mengatakan...

Woooaaaa topik panas nih....ikutan komen aaaaaahhhh....

Anda mau tahu siapa yang paling lucu dari Tukul Arwana? Menurut saya adalah para politisi yang sedang berebut tiket kursi kepresidenan. Lihatlah, hari ini berkerumun di sini besok pindah membuat kerumunan sendiri.

Sudah begitu, semua mereka menyatakan siap membuat Indonesia yang lebih baik tetapi lupa rekam jejak mereka sendiri yang korup, kejam, khianat dan bermuka banyak bagai Rahwana.

Mengapa mereka tak pernah jujur berkata : Ya. Ya, saya pernah korupsi, ya ya ya saya pernah memicu konflik, ya ya ya ya saya pernah menjual aset negara, ya ya ya dalam hati saya berniat mendirikan negara yang berideologi di luar Pancasila, ya ya ya ya saya pernah berselingkuh untuk mendaatkan isteri ke dua ketiga dan seterusnya....tidak ada satupun yang jujur...

Andai kata ada politisi atau tokoh yang pernah berkata seperti itu, saya akan pilih dia, terlepas apapun suku dan agamanya. Kenapa? Karena dialah orang yang paling berani di dunia, yaitu mengatakan kejujuran dan tidak pernah menggunakan “Kosmetik” kemunafikan.

Apakah ada orang seperti itu? di antara 3 pasang capres/cawapres yang ada saya tidak melihat satupun (Bondan)

Anonim mengatakan...

Salam kenal, saya Bondan from Jogjakarta. Dari penelusuran tag saya menemukan blog ini. Isinya bagus bagus. Keep on posting (Bondan)

Anonim mengatakan...

Sedikit kritik untuk beberapa pujian bagi Grup Kuburan...Grup ini nggak orisinal. Cuma niru-niru KISS + banyolan. Kalo kayak gini sih Srimulta udah duluan. JElang pentas, nyanyi dulu dimirip-miripin grup terkenal + banyolan. Ah, musik Indonesia sami mawon = politik Indonesia. Suka hilang ingatan + jurus niru-niru (Bondan)

poempuisi mengatakan...

Thanx BM, udah ngeluarin posting baru. Gw yang rekues nich...

Urusan pulitik emang bikin pening kepala. Nah Gw kutipn 1 berita dari kompas untuk direnungkan betapa politisi kita amat oportunistik....

poempuisi mengatakan...

PKS Inkonsisten

JAKARTA, KOMPAS.com — Sesaat setelah nama Boediono terungkap ke publik sebagai pasangan calon wakil presiden yang akan mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono sejumlah partai mitra koalisi Partai Demokrat bersuara keras. Salah satu partai yang paling vokal menyatakan keberatannya adalah Partai Keadilan Sejahtera.

Wacana yang dimunculkan ke publik oleh sejumlah fungsionaris partai adalah kemungkinan partai berbasis islam ini meninggalkan koalisinya dengan Demokrat. Namun, toh kegeraman PKS sirna saat bertemu SBY sebelum acara deklarasi pasangan SBY Berbudi di Bandung, Jumat (15/5) malam. PKS kembali merapat ke Demokrat.

poempuisi mengatakan...

Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia, Burhanudin Muhtadi, melihat hal tersebut sebagai inkosistensi PKS. "Hanya gertak sambal, selama ini PKS yang paling kencang menolak keputusan tersebut," ujarnya dalam diskusi yang bertajuk Koalisi Capres-Cawapres, Jakarta, Sabtu (16/5). Menurutnya, PKS harus bisa menjelaskan kepada publik, mengapa dalam 1 x 24 jam bisa berubah.

Muhtadi berpendapat, PKS hanya mementingkan pembagian kekuasaan. Saat kesepakatan jatah kekuasaan didapat, PKS akan melupakan kekecewaan yang ada.

Hal yang senada juga disampaikan oleh Anton Lesiangi, Ketua DPP Partai Golkar. Di matanya, PKS menjual diri pada Partai Demokrat. "Elite politik adalah pemain politik, dan tidak berdasar pada kepentingan rakyat. Rakyat hanya dijadikan tameng," kata dia.

Naaaaahhhh benerkan???? bikin pusing...gw kirim puisi aja dech...

poempuisi mengatakan...

Ijinkan Aku Menangis
(Elegi Untuk Bapak Indonesia)

Bapak

kini kau pergi jauh
hingga tanganku tak mampu memelukmu
hingga kakiku tak mampu mengejarmu
hingga mataku tak mampu menatapmu
hingga teriak panggilku tak mampu kau dengar

ijinkan aku menangis ya
biarlah airmata ini jadi samudra
mengantarku berenang mencarimu

"tapi surga itu ada dilangit?"

Anonim mengatakan...

@ ALL,

KALIAN CUMA BISA MENGERITIK. NANTI KALAU KALIAN JADI POLITISI KELAKUAN KALIAN SEMUA SAMA SAJA. JANGAN SAMAKAN INDONESIA DENGAN NEGARA YANG SUDAH MATANG BERDEMOKRASI. USIA DEMOKRASI DI INDONESIA BARU 10 TAHUN. TIDAK WAJAR DAN BODOH MEMINTA ANAK 10 TAHUN BERLARI DAN JUARA OLIMPIADE.

== ANAK NKRI ==

Anonim mengatakan...

@ Poempuisi,

KAMU URUS SAJA PUISI-PUISI MU JANGAN CAMPURI DENGAN POLITIK. BIKIN KACAU SAJA.

== ANAK NKRI ==

poempuisi mengatakan...

OK OK OK OK anak nkri, nih gw kasi 1 puisi special for u

"Orang pemarah dicintai binatang"

Anjing!
Monyet!
Babi!
Kampret!

Kambing!

Bajing… an…!

Kasihan para hewan itu
Jika amarah di ambang pintu

Namanya disebut-sebut selalu

Anonim mengatakan...

huaaa ha ha ha ha ha...anak nkri....gimana puisinya poempuisi...asik ga choooiiii??????...wkwkwkwk...(Proxy73)

Anonim mengatakan...

Dear All,

Memang agak menjengkelkan proses politik capres/cawapres kita tetapi saya sebetulnya bisa memahami jalan pikir beberapa orang, sperti anak nkri, yang menuntut kita semua dapat menruh empati kepada berlangsungnya proses politik demokrasi di Indonesia yang baru seumur jagung ini. Saya coba segikit mengulas premis teoritisnya (wied)

Anonim mengatakan...

Beberapa manuver dan gerak partai belakangan ini sangat menguras energi rakyat yang menyimaknya. Apa sih yang dicari para partai itu. Hakikat sebuah politik adalah "pengaruh" atau influence yang inti dari itu adalah power atau kekuasaan. Jadi wajar yang dicari adalah kekuasaan.

Hanya saja kekuasaan itu tidak liar. Ada koridornya. Di Indonesia itu disebut koridor bernegara dan berbangsa serta bertanah air. Di berbagai tempat namanya "national interest".

Jadi tidak ada partai yang tujuannya tidak itu. Itulah yang membuatnya beda dengan yayasan, ormas, atau organisasi warga lainnya.

Anonim mengatakan...

Kalau disetujui bahwa klasifikasi, elit itu adalah yang pertama yang bertipe "lion" dan yang kedua bertipe "fox" atau serigala. Bisa dikatakan bahwa mereka-mereka atau elit di partai itu adalah "lion" nya. Karena mereka bertarung di depan umum, fair, transparan dan lain sebagainya.

Di luar mereka sebenarnya masih ada tipe serigala. Yakni mereka yang berada "diluar jalur" politik yang disediakan.

Anonim mengatakan...

Jadi, kalau partai politik dengan para elit "singa" mereka melakukan atraksi politik. Itu memang kodratnya. Memang begitulah nasluri politik. Mungkin juga memang begitulah bentuk demokrasi sesungguhnya. Singa yang kalah atau yang menang tidak perlu dilecehkan. Dan singa-singa itu tidak perlu dihina disuruh menjadi "kambing" saja. Kalau anda siap dan bersedia menjadi singa atau politisi, maka bertarunglah dengan fair sesuai koridor di atas. Tak perlu memaksa singa agar berubah menjadi lembu atau kambing (hitam: Scape goat).

Karena kalau sudah Singa diharapkan berubah menjadi "kambing", maka tinggalkan dia menjadi santapan empuk kaum serigala. Dalam politik semua orang bebas memilih. Menjadi Singa, atau Serigala atau jadi Kambing saja.

Anonim mengatakan...

Jikalau memang demikian keadaannya maka apa sesungguhnya yang terasa menjengkelkan dalam proses politik capres/cawapres kita sekarang ini? Saya pikir inti posting BM sudah betul, yaitu para singa itu terlalu vulgar dalam beratraksi sehingga kehilangan the art of politics. Bukankah politic ada the art to find out possibilities?

Jadi, politisi Indonesia menghilangkan unsur the art sehingga yang tampak adalah manusia amnesia dan satu dua jurus kayak lagnya band kuburan itu. Itu saja pendapat saya (Wied)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Saya irindu renungan BM menjelang hari minggu. Swear!!!! Kapan episode "pengkhianat" dilanjutkan????? Selamat berhari minggu besok Mas BM (Wied, JG)

Anonim mengatakan...

.......
ada yg tdk berani bermimpi,apalagi berharap..
lamunan tentang kekecewaanpun sdh lebih dulu datang..
Apabila Jalan Sejarah dihiasi kemunafikan..
Pesona "Politik" akan hilang harum dan semaraknya..
.......
Aku juga tdk berani bermimpi,apalagi berharap..
Tapi aku akan tetap mencontreng..treng..treng..!! treng...!!yg aku suka...

mari...beri kesempatan Sejarah ini lewat...untuk pembelajaran yg lebih baik bagi anak cucu kita nanti.
suatu Negara belajar Berdemokrasi tdk ada yg Instan ,jd hrs bersabar duuoong... sebab dr berjuta kepala kan ada yg bodo juga seperti saiia misalnya... he.heeee...

Trims.GBU

Anonim mengatakan...

Dunia ini panggung sandiwara
ceritranya mudah berubah ...demikian kata God Bless...ga salah kan tuh????....//Pritha//

Anonim mengatakan...

Soal jiplak-jiplakan, emang kita jagonya. Yg terakhir drup d'massive meniru begitu banyak lagu dari grup luar...duuuhhhhhh....bener deh hilang ingatan dan cuman punya 1-2 jurus..tipu-tipu en palgiat....

1. Intro lagu Diam Tanpa Kata (D’Massive) sangat mirip dengan Awakening milik SWITCHFOOT.

2. Reff dari single Dan Kamu mirip dengan Head Over Wheels SWITCHFOOT.

3. Single Luka Ku mirip dengan Drive (Incubus).

4. Cinta Ini Membunuhku mirip dnegan I Don’t Love You (My Chemical Romance)

5. Sebelah Mata mirip The Take Over, The Break’s Over (Fall Out Boy)

6. Dilemma mirp Soldier’s Poem (Muse)

7. Tak Pernah Rela mirip Is It Any Wonder (Keane).

8. Cinta Sampai Disini mirip Intro The Sun (Lifehouse).

//Pritha//

Anonim mengatakan...

Puisi Poempuisi lucu bangeeeeeetttsss...ha ha ha ha...tapi ga usa terprovokasi deh ma anak nkri...udah dari sononya....ha ha ha ha //Pritha//

angin-angkasa mengatakan...

ha ha ha ha...jika emang bener politik indonesia cuman 1-2 jurus tapi membingungkan maka itu ga jauh dari gejala iklim munson melewati indonesia yang cuma 2: munson asia dan munson australia.

Yang stau membawa hujan yang laennya membawa kekeirngan. Dampaknya yang luar biasa, bisa gagal panen, gagal tanamn, kebakaran hutan dan seterusnya. Akire, cuma TUHAN yang tau.

Nah, politik indonesia kayaknay emang cuma TUHAN yang tau...wkwkwkwk....aya aya wae

angin-angkasa mengatakan...

wkwkwkkkwkww...w ktawa dulu ni....puisi poempuisi tuk anak nkri w namain "puisi dongkol:...wkwkwkwkwk....

Unknown mengatakan...

wuaaaa aha ha ha ha...usulan gw kepake tuh...mega-pro...tapi sekarang rubah maning,,,mega-pro rakyat....SBY berbudi jendi sby berboedi...brubah trus kayak kituran....ga jelas....ha ha ha

Unknown mengatakan...

Posting yang bernas dan khas BM. Menarik untuk diberi komentar.

Saya mulai justru dari kesimpulan, yaitu substansi tulisan BM adalah fenomena pragmatisme dalam politik di Indonesia yang amat kental.

Menjelang pemilu presiden 8 Juli 2009, panggung politik Indonesia diramaikan gegap-gempita koalisi parpol. Kita semua berharap koalisi ini bisa menghasilkan bangunan pemerintah yang kuat, kokoh dan efektif dalam mencapai cita-cita bangsa.
Terkait hal ini Eko Prasojo, Guru Besar Fisip UI dalam opininya di Kompas hari ini (Senin, 27/4) menelisik fenomena koalisi antarparpol . Menurutnya, kolasi tersebut tak boleh hanya didasarkan hitung-hitungan kepentingan politik jangka pendek. Idealnya, koalisi parpol dibangun berdasarkan kesamaan platform ideologi.

Unknown mengatakan...

Namun, tampaknya sulit membangun koalisi berbasis platform ideologi, karena hampir semua parpol di Indonesia tidak memiliki kejelasan ideologi. Hal ini terlihat dari corak koalisi dalam pemilihan langsung kepala daerah, di mana koalisi lebih didasarkan pada kepentingan untuk memenangi pemilihan. Tidak bisa dihindarkan, koalisi semacam itu hanya merupakan strategi berbagi kekuasaan daripada memperjuangkan kepentingan masyarakat.
Sejumlah pakar dan pengamat politik menyampaikan pandangannnya mengenai fenomena koalisi pragmatis.Pemerhati politik dari Universitas Indonesia Arbi Sanit, menilai koalisi yang sedang digagas sejumlah parpol guna menghadapi pemilu presiden tidak dibangun dari persamaan nilai atau cita-cita perjuangan partai.
Senada dengan Arbi, Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latif, dan Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari memandang koalisi lebih didasarkan pada kepentingan yang amat pragmatis yaitu menjadi pemenang. Pemerintahan tetap akan disibukkan oleh pembagian kekuasaan dibandingkan melaksanakan program kerja.

Unknown mengatakan...

Pernyataan ini mengemuka saat peta koalisi menghadapi pilpres mulai. Partai Demokrat bergabung dengan 23 partai lainnya dalam koalisi SBY Berboedi. Partai-partai di antaranaya adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), PAN, PPP dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sedangkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sudah jelas berkoalisi dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) + 7 partai kecil lainnya (BM menggunakan istilah partai nol koma)dalam koalisi Mega-Pro Rakyat. Golkar dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) membentuk koalisi bersama dalam jargon JK-Win.

Menurut Arbi Sanit dari UI, sekilas, koalisi yang dibangun Mega Pro dan JK Win punya kesamaan latar belakang, yaitu nasionalis sekuler. Namun, sebenarnya ada perbedaan latar belakang, prinsip, dan nilai di antara mereka. Koalisi itu lebih disatukan kepentingan, yaitu kegagalan pada Pemilu 2004 dan perasaan sakit hati karena merasa dicurangi pada pemilu. Khusus Golkar, perasaan sakit hati itu berlipat ganda karan JK merasa telah dijadikan bumper oleh SBY tetapi malah ditalak 3.

Hal serupa terlihat dalam koalisi yang dibangun Demokrat dengan PKS dan PKB. "Jika dilihat secara ideologi, cukup aneh PKS bisa bersama PKB. PKS penganut jalan syariah formal Sedangkan PKB menganut jalan kultural. Dalam perilaku eksklusif, dua hal itu bagaikan minyak dan air. Dan partai-partai Islam itu sudah exclussif dari sononya. Fakta exclusif ini sekaligus menjelaskan penolakan awal partai islam terhadap boediono.

Unknown mengatakan...

Singkat kata, semua koalisi yang ada sebenarnya dibangun atas dasar Pragmatisme belaka. Hal ini makin sulit dipungkiri dari mudahnya perubahan sikap dalam waktu sekejap. Mula-mula suka lalu tidak suka trus seuka lagi. Inilah fenomena yang disebut oleh BM sebagai politk lupa ingatan dan jurus 1-2.

Kuatnya pertimbangan memenangi kekuasaan dalam pembangunan koalisi juga terlihat dari tiadanya pembahasan program di antara mereka yang berkoalisi. Pragmatisme dalam membangun koalisi ini juga ikut dipicu oleh banyaknya partai dan tiadanya pihak yang dapat memenangi pemilu dengan mutlak.

Unknown mengatakan...

Peneliti The Indonesia Institute, Cecep Effendi mempertanyakan manfaat koalisi model itu, terutama kejelasan program yang betul-betul dibuat untuk kepentingan rakyat. Menurut Cecep, harus ditunggu apakah program yang ditawarkan sebuah parpol menjelang pemilu legislatif lalu masih bisa tecermin dalam koalisi. Pasalnya, setiap parpol dalam kampanye pemilu legislatif lalu telanjur menawarkan program yang bisa jadi berseberangan dengan calon mitra koalisinya. Bisa jadi ada visi-misi penting dari sebuah parpol yang akhirnya tidak tersepakati saat berkoalisi.
Sementara itu, Sekretaris Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat Masykurudin Hafidz menilai, aspirasi rakyat direduksi dengan hanya dijadikan modal dalam tawar-menawar kekuasaan. Seharusnya paparan rancangan program kebijakan sebagai sarana negosiasi mendahului proses tawar-menawar tersebut.

Unknown mengatakan...

Masyarakat pemilih yang telah memberikan suara dalam pemilu legislatif mesti sejak awal mengetahui rencana program sebagai landasan proses koalisi. Langkah itu merupakan wujud pendidikan politik rakyat yang dilakukan partai politik serta menjadi catatan janji yang bakal ditagih nanti.
Dengan kata lain, menurut Qodari, koalisi parpol idealnya memang didasari kesamaan ideologi atau platform politik. Hanya saja, saat ini koalisi lebih didasari pada upaya memenuhi syarat pencalonan serta kalkulasi untuk menang dalam pilpres.
Tampaknya, ketidakkonsistenan dalam penggunaan sistem presidensial membuat pemerintahan lima tahun ke depan tidak akan banyak berubah dibandingkan sekarang. Kabinet akan dibentuk berdasarkan perhitungan pembagian kekuasaan dan bukan keahlian. Pengisian kabinet pemerintahan hendaknya tidak hanya didasarkan pertimbangan politis, tetapi juga kapabilitas, kompetensi, komitmen, dan pengalaman seseorang.

Unknown mengatakan...

Bisa saja syarat-syarat itu berasal dari kalangan parpol yang tergabung dalam koalisi, tetapi apabila diperlukan dan hanya bisa ditemukan di luar parpol, tidak ditutup kemungkinan untuk mengambil kalangan profesional di luar partner koalisi.

Sejatinya pertimbangan profesionalisme ini penting agar koalisi pemerintahan tidak hanya menjadi ajang politisasi pemerintahan, tetapi merupakan upaya untuk mewujudkan tujuan-tujuan bernegara.
Semoga setiap keputusan koalasi yang dilakukan parpol senantiasa menjunjung tingga tujuan luhur berbangsa dan bernegara, bukan kepentingan individu maupun kelompoknya masing masing.

Begitulah komentar saya yang agak panjang lebar. Semoga bermanfaat.

Unknown mengatakan...

@ BM, Saya menikmati betul kebiasaan BM belakangan. Semua posting selalu ditutup dengan lagu-lagu yang mendukung substansi posting. Bagus. Bagus sekali. Kalau boleh usul, gunakan saja lagu yang bukan hasil plagiat. Bikin malu saja. Thanx.

Anonim mengatakan...

politing linglung maksudnya? ha ha ha...

Anonim mengatakan...

politik linglung maksudnya? ha ha ha ha (Savunesse)

mikerk mengatakan...

Dear sahabat blogger,

Pertama, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada sahabat-sahabat yang sudah sudi berkunjung ke blog memberikan kementar. Semua komentar dan masukan anda amat beguna sebagai bahan belajar. Sayapun banyak belajar dari komentar-komentar sahabat sekalian. Thanx. GBU.

Kedua, Thanx juga bagi sahabat-sahabat yang hanya berkunjung dan membaca saja dan tidak berkomentar. Tetapi, ini yang saya ingin sampaikan kepada sahabat sekalian,...saya terkejut karena ternyata ada juga sahabat blogger yang ingin berkomentar tetapi TAKUT...BNAYAK IKAN PIRANHA kata mereka....koemn-komen bali sering bikin merah kuping......ada-ada saja....memangnya blog ada di hutan belantara????? ha ha ha ha....aya aya waeee....

Tetapi saya juga sebenarnya cuma pura-pura terkejut karena sebenarnya saya tahu sekali akan fenomena ini. Banyak sahabat yang memberi komentar langsung ke e-mail. Biasanya saya akan bertanya..apakah komen sahabat ingin saya posting di kolom komen? Jika berkenan maka akan saya moderasi...

Biasanya jawaban sahabat-sahabat itu adalah: ...ngga usah biar BM tahu sendiri sajalah....yooo weeeiissss...Ada lagi sebagian yang setelah saya beri "dorongan" lalu muncul juga secara langsung ke komen....mantap deeeehhh...

Nah, salah satu sahabat yang tergolong ke dalam golongan ke dua adalah yang berikut ini....hhhmmmhhh....saya mengenalnya sebagai IBU JULIANA ..seorang Pendeta yang berdomisili di Kupang....

Sebenarnya beliau bukan orang baru dalam blog ini karena beberapa kali sudah berkoemntar secara langsung tetapi kali ini...berhubung topiknya "agak panas" beliau menjadi lebih berhati-hati...

Siapa beliau sebenarnya? Sedikit saja ya saya kuak identitasnya...dan memang hanya itu yang saya tahu...he he he he... beliau adalah seorang wanita yang smart dan cukup paham tentang politik praktis....

Nah, berikut ini adalah komentarnya yang bagus....dan nanti akan anda lihat sendiri ...ada bagian komentarnya yang tampak seperti "the black comedy" yang menyindir kita semua....mengagumkan...

OK, sekarang saya posting komen beliau secara berseri supaya jangan terlalu panjang...

mikerk mengatakan...

@ Pak Mike,

Saya ingin beri koment in you blog tapi rasanya rada grogi, kalau ditanggapi oleh tema-teman cyber yang lain yang ( menurut saya ) kalo mengomentari tentang yang namanya Politik dan Politikusnya, sangat membuat merah kuping.

Kalau membaca komentar rekan-rekan di blognya Pak Mike, saya pribadi sangat merasa "takut" akhirnya jadi parno kalo mau posting koment langsung in your blog. So... saya kasi koment lewat email sa...boleh ya..Pak Doktor (HA HA HA HA BELIAU MENYAPA SAYA DENGAN SEBUTAN INI - MIKERK)

Menurut apa yang saya lihat dan alami, bahwa Poltik Indonesia ini belum dapat memberikan pembelajaran politik yang baik dan benar sesuai dengan hakekatnya, bagi masyarakat. Politik Indonesia masih tetap hanya mengenai Power, Kepentingan Golongan tertentu yang doyan mengatasnamakan kepentingan rakyat.

(Julie)

mikerk mengatakan...

Walau Hakikat Politik yang dikenal dalam Ilmu Politik bilang bahwa Politik....adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional,
Bahwa Politik juga adalah .......
usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dan menurut bapak-bapak Guru Politik kita yang selalu bilang bahwa dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain : kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik, namun kenyataannya, apa yang terjadi seperti yang saya rasakan dan lihat sangat-sangat "berbelok"

(Julie)

mikerk mengatakan...

Jadi didalam pembelajaran saya, didalam perenungan saya, melalui apa yang saya lihat, alami dan rasakan ( karena saya bisa jujur disini ) kalau boleh saya bilang bahwa sampai saat ini Politik Indonesia baru bisa menjadikan orang/politikus berubah menjadi plin-plan,kompromi, manipulatif, de ...el..el. ( walaupun mungkin tidak semuanya bisa dimetamorfosis jadi seperti itu ). Rasa-rasanya yang namanya idealisme tidak akan diberi ruang apalagi "kursi" di kekuasaan Politik, Legitimasi Politik, Sistem Politik, Perilaku Politik, Partisipasi Politik, Proses Politik dan ...Partai Politik untuk saat ini. ( Suatu pelajaran berharga bagi jiwa )
Itu dulu Pak Doktor koment dari beta....ini bukan curhat tapi...apalagi kalau bukan curhat. But eniwei, senang rasanya bisa kasi koment lagi untuk artikel Pak Mike tentang politik setelah banyak kesibukan poltik telah berlalu. Karena akhirnya bisa jadi diri sendiri dalam berkoment.
Akhirnya saya hanya mungkin bisa kasi sebuah arti Politik, seperti dibawah ini....... ( dibaca ya ...Pak ! )....(IYA IBU AKAN SAYA BACA BAIK-BAIK...DEMIKIAN SAHABAT LAINNYA.....)

(Julie)

mikerk mengatakan...

Dan inilah KISAh dai Ibu Julie yang dibagikan kepada kita...

Seorang murid sekolah dasar mendapat pekerjaan rumah dari gurunya untuk menjelaskan arti kata POLITIK. Karena belum memahaminya, ia kemudian bertanya pada ayahnya.
Sang Ayah yang menginginkan si anak dapat berpikir secara kreatif kemudian memberikan penjelasan, "Baiklah nak, ayah akan mencoba menjelaskan dengan perumpamaan,
misalkan Ayahmu adalah orang yang bekerja untuk menghidupi keluarga, jadi kita sebut ayah adalah investor.
Ibumu adalah pengatur keuangan, jadi kita menyebutnya pemerintah.
Kami disini memperhatikan kebutuhan-kebutuhanmu, jadi kita menyebut engkau rakyat.
Pembantu, kita masukkan dia ke dalam kelas pekerja,
dan adikmu yang masih balita, kita menyebutnya masa depan.
Sekarang pikirkan hal itu dan lihat apakah penjelasan ayah ini bisa kau pahami?"

(Julie)

mikerk mengatakan...

Si anak kemudian pergi ke tempat tidur sambil memikirkan apa yang dikatakan ayahnya.

Pada tengah malam, anak itu terbangun karena mendengar adik bayinya menangis. Ia melihat adik bayinya mengompol. Lalu ia menuju kamar tidur orang tuanya dan mendapatkan ibunya sedang tidur nyenyak.

Karena tidak ingin membangunkan ibunya, maka ia pergi ke kamar pembantu. Karena pintu terkunci, maka ia kemudian mengintip melalui lubang kunci dan melihat ayahnya berada di tempat tidur bersama pembantunya.

Akhirnya ia menyerah dan kembali ke tempat tidur, sambil berkata dalam hati bahwa ia sudah mengerti arti POLITIK.

Pagi harinya, sebelum berangkat ke sekolah ia mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya dan menulis pada buku tugasnya :

.....“Politik adalah hal dimana para Investor meniduri kelas Pekerja, sedangkan Pemerintah tertidur lelap, Rakyat diabaikan dan Masa Depan berada dalam kondisi yang menyedihkan."....

Ok Pak Mike, Thanks karna sudah bersedia terima email ini, God Bless You and jangan stop posting ya....!

Salam, Julie.

mikerk mengatakan...

Nah, Ibu Julie dan sahabat blogger...

Itulah keseluruhan koem Ibu Julie.....komentar saya adalah ini.......jjwnrh$%$%))jKK@@*^5%an....HA HA HA HA HA HA....saya menertawakan nasib si anak urid yang mungkin akan kena bentak dari gurunya yang ...mungkin saja galak mirip ikan piranha ha ha ha ha....

Tabe

Anonim mengatakan...

@ Dear All,

Saya memusatkan pikiran pada fenomena oportunistiknya para politisi kita. Saya berangkan dari apa yang terjadi pada hasil pileg di NTT. Pagi ini kita membaca berita di PK dan TE bahwa SELURUH ANGGOTA LEGISLTIF TERPILIH UNTUK DPRD DI NTT TIDAK MEMENUHI BPP. Bagi saya hal ini memberi petunjuk akar masalah oportunisnya para politisi.

Mereka tahu bahwa sekarang mereka terpilih tetapi mereka juga tahu bahwa keterpilihan mereka sangat sumir. Akibatnya mereka berpikir bahwa hanya diri mereka sendiri bagi keterpilihan mereka. Bukan karena masyarakat. Bukan pula partai karena ketika berjuang uang dan tenaga mereka sendirilah yang dikeluarkan. Mereka merasa bebas menjalankan agenda apa saja terlepas dari keinginan konstituen dan partai. Maka, hari in peluangnya ada di barat beramai-ramailah mereka berangkat ke batar. Besok peluang berada di timur ramai-ramai pergi ke timur.

Singkat kata, itulah akar masalah perilaku lupa ingatan itu. Dan itu pula yang menjelaskan mengapa hanya 1-2 jurus yang diketahui oleh mereka, yaitu keingingan diri sendiri (Eman, TDM)

Anonim mengatakan...

@ Ibu Julie,

Kuat dugaan saya, berdasarkan deskripsi BM, ibu Julie adalah pemilik blog Julie dari Kupang itu. Dulu saya juga ikutan mengintip isi blog ibu Julie karena semua orang bebas mengintip blog itu.

Tetapi sayang, sejak selesai proses pemilu legislatif, ibu membatasi akses ke blog itu. Ada apa? kecewakah? semoga bukan karena itu. Gagal sekarang bukan berarti kiamatkan?

Kisah ibu sangat menarik, menggelitik dan mengundang senyum pahit. Tetapi saya ingin mengetahui pendapat ibu, apa pesan moral dari kisah itu? (Eman, TDM)

Anonim mengatakan...

@ BM,

Persipura sudah juara LSI 2009. Sudah sesuai dengan ko punya prediksi. Kita tunggu ko punya prediksi lain yaitu Boaz jadi pemain terbaik. Kalo terbukti, sa mo bilang ko cocok jadi tukang ramal ha ha ha ha (PaceNoge)

Anonim mengatakan...

@ Julie,

Saya setuju pendapat Eman. Coba ko kasi pesan moral. Kan Ibu Julie pendeta. Biar kita bisa belajar. GBU (PaceNoge-Jayapura)

Anonim mengatakan...

Ikutlah barisan Mega-Pro...

Yang untung PT AHM, pemegang brand Hinda Mega-Pro...

Anonim mengatakan...

Maksudnya, "Honda Mega Pro"

Anonim mengatakan...

@ Ibu Julie,

Ceritra tentang demokrasi menurut kesanyang ditangkap si anak sungguh menarik. Sangat menarik Tetapi akan lebih menarik jika ada catatan dari ibu Julie tentang moralitas di balik ceritera itu (Julius)

Anonim mengatakan...

@ Bung Eman,

Ulasan saudara sangat menarik tetapi menurut saya masih ada yang kurang yaitu aspek masyarakatnya. Pertanyaan tervesar adalah apa motivasi masyarakat memilih seorang pileg. Jikalau yang dipilihnya adalah saudaranya padahal saudaranya itu tidak "berkelas" maka seumpama pepatah tangan memotong bahu memikul. Jikalau yang dipilihnya adalah seorang pemberi uang maka hak apa dia menuntut si pemberi uang setelah si pemberi uang berkuasa? Bukankah hubungan mereka hanya terbatas pada transaksi uang 50 atau 100 ribu itu?

Maka, menurut hemat saya, politis oportunis adalah produk masayaakat yang oportunis juga. Menjadi menarik untuk diulas mengapa masyarakat pemilih bersisfat sangat oportunis? Secara hipotetis saya memberi jawaban: not well educated dan poverty.

Bagaimana Karaeng? (Julius)

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

@ Dear All,

Waduh, membaca posting BM selalu ada yang bisa kita pake sebagai aforisme. Kali ini adalah politik lupa-lupa ingat dan politik 2 jurus. Inilha kekuatan posting BM. Nakal tetapi tetap tajam.

Nah ada yang udah lama pengen saya kemukakan, yaitu pragmatisme politisi kita. Tapi nanti dulu, sebelumnya saya juga pengen acungin jempol untuk ibu Julie atas komentarnya. Good comment. Tapi emang akan lebih menarik jika diberi sedikit ulasan tambahan tentang moral di balik kisah pada bagian akhir komentar ibu. We will waiting for you mam....

Unknown mengatakan...

Sori ya, saya yang menghapus komen saya sendiri karena salah ketik yang mengganggu...maklum udah capeeeeek....i hate monday beneran deeehhhh.......

Unknown mengatakan...

@ Dear All,

Tahap krusial setiap bangsa untuk menemukan bentuk demokrasi yang dianggap paling tepat adalah saat sebuah bangsa membangun mekanisme politik, yang meliputi gaya dan tingkah laku politik yang dianggap paling sesuai dan andal bagi kehidupan bangsa itu.

Pengalaman bangsa Indonesia yang telah berganti berbagai model demokrasi, sejak demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, demokrasi perwakilan, demokrasi pancasila hingga demokrasi model era reformasi, mencerminkan belum bertemunya mekanisme politik yang diinginkan dengan kondisi faktual masyarakat.

Unknown mengatakan...

mas Eman dan mas Julius telah sangat baik mencoba memunculkan wacana itu dalam komentar mereka, yaitu masih terjadinya pernedaan antara mekanisme politik dan kondisi faktual masyarakat.

Akibatnya adalah rendahnya kadar saling percaya antar politisi dan konstituen (masyarakat). Rendahnya kadar kepercayaan dan penghargaan terhadap antara institusi politik, pelaku politk dan masyarakat di negeri ini kian mengkhawatirkan karena bisa jadi merupakan cerminan dari melunturnya rasa keterikatan (komitmen) terhadap nilai ideologi dan konstitusi bangsa ini.

Tanpa nilai ideoligis bangsa dan konstitusi, sulit dibayangkan mau dibawa ke mana masa depan bangsa dan negeri ini.

Unknown mengatakan...

Menguatnya politik aliran sebagian masyarakat, perpecahan internal parpol hingga tarik ulur perubahan kelima UUD 1945, pada satu sisi menggambarkan sisi dinamis dan cairnya mekanisme politik saat ini. Namun, hal itu boleh jadi juga menyiratkan kian longgarnya ikatan rasa kebersamaan di antara sesama anak bangsa.

Longgarnya ikatan kebersamaan inilah yang menjadi bibit pragmatisme politik kita. Tanpa memperdulikan perjanjian, perikatan, kesepakatan, platform atau apapun namanya itu, begitu ada tawaran kekuasaan yang menggiurkan maka hancurlah semua sendi-sendi kebersamaan.

Politisi semakin gemar memanipulasi proses-proses demokrasi dan wadah demokrasi demi keuntungan diri sendiri dan golongannya sendiri. Manipulasi elite ini justru semakin menimbulkan kecemasan publik. Di mata publik, nyaris mustahil menemukan sosok politikus yang dinilai bersih dari berbagai "noda" politik saat ini. Baik elite politik yang duduk di lembaga eksekutif maupun legislatif dinilai sama buruknya oleh publik. Baik dinilai dari aspek kelembagaan politik, perilaku politisi, maupun keberpihakan kepada rakyat, sama-sama menunjukkan hasil negatif.

Unknown mengatakan...

Jadi, pragmatisme ternyata berakar dari longgarnya ikatan kebersamaan sebagai warga bangsa. Dalam pengalaman ketika DI USA misalnya, semua masyarakat memang sepintas terlihat individualis akan basan dirasakan terntetapi sebenarnya mereka terikat dalam satu perikatan besar yang disebut sebaga "the american dream" (TAD).

Ketika filsofi TAD terancam oleh perilaku facis maka rakyat amerika tidak segan untuk rela berkorban bagi pembiyaan perang WW II. Ketika 911, rakyat amerika bersatu. Dan jangan salah, rakyat amerika juga tidak hebatnya melakukan self correction demi TAD. Nixon jatuh karena menodai filosofi TAD. Clinton malu besar karena mengkhianati TAD. George W Bush di benci karena menyalahi filosofi TAD,

Unknown mengatakan...

Nah, di Indonesia, ketika kata pancasila semakin jarang diucapkan malah ada segolongan masyarakat yang bersuka cita. Ketika orang-orang berpawai menawarkan ideologi lain di luar pancasila eh..dibiarkan begitu saja demi alasan demokratis tetapi lupa esensi demokrasi ya itu menjaaga ideologi dan aturan main.

Pembiaran semacam itulah yang menyebabkan Bangsa Indonesia kehilangan semangat bersama. Kehilanagan semangat bersama menimbulkan jiwa pragmatis. Jiwa pragmatis menimbulkan sikap oportunis. Sikap oportunis menimbulkan perilak selingkuh, khianat, ga setia, Semua itu menimbulkan fenomen politik "lupa-lupa ingat" dan hanya mampu menciptakan model "politik 1-2 jurus".

Kepanjangan ya????? ha ha ha ha

Unknown mengatakan...

Terakhir, saya nggak nyaman dengan perkembangan musik Indonesia akhir-akhir ini. Terlalu banyak plagiarisme. D'massive, Changcutters, Raja, dan grup kemalayu-melayuan adalah contoh.

Tetapi, apakah ini adalah gejala sesaaat? Saya ga begitu setuju. Hal ini adalah gejala berulang. Ebiet dahulu melakukan plagiarisme terhadap notes lagu paul anka. Ebiet juga mencaplok begitu saja syair dari puisinya khalil gibran. Rhoma Irama memplagiat lagu India dan masih banyak lagi. Apakah kita kurang kreatif?

Anonim mengatakan...

@ Alice,

Untuk sikapmu terhadap Ideologi Bangsa, saya angkat 2 jempol.

==ANAK NKRI==

Anonim mengatakan...

@ Mbak Elizahayu (alice),

Saya tertegun membaca komentar mbak Alice. Iya ya, kita memang mulai melupakan Pancasila dan masabodoh begitu saja pada lalu lalang orang yang menawarkan ideologi lain. Komentar yang sungguh amat berbobot. Salut untuk anda(John, Oemasi)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Rasa-rasanya ama cocok juga jadi politisi. Analisis ama kadang-kadang aneh-aneh tapi kok kita yang membacanya tetapa menikmati????? Itu tanda cocok ha ha ha ha tapi sebaiknya tetap jadi dosen saja yaaaa.....(John)

Anonim mengatakan...

Gimana yaaaaa????? politisi Indonesia kalo banyak duit pengennya nambah isteri muda sih...kegatelan...he he he he (PM)

Anonim mengatakan...

Wah, komentar dari mbak Alice bagus banget. Pancasila seharusnya menjadi TAd-nya bangsa Indonesia. Sayang sekali terbaikan. Bahkan sengaja diabaikan. Jujur saja, tanpa Pancasila, bangsa ini akan bernasib seperti negara-negara ex Uni Soviet dan negara-negara balkan. Seingat saya Amien Rais permah menawarkan betuk federal bagi Indonesia. Melihat kuatnya politik aliran, mungkin lebih baik sepreti itu (Binxars)

Anonim mengatakan...

Menurut teori psikoanalisa, ekpressi manusia merupakan sinergi dari tiga pilar kepribadian, id, ego dan super ego, dimensi hewani, dimensi akal dan dimensi moral.

Politisi yang berkepribadian hewan maka ia bersaing seperti hewan, serakah, tak sabar dan sadis. Politisi yang mengedepankan akal maka berpolitik secara cerdas, ia bisa bermain cantik dan mampu melakukan rekayasa politik,meski belum tentu bermoral.

Sedangkan type politisi yang bermoral, ia hanya bersaing
secara fair,berpegang teguh kepada prinsip-prinsip moral, mengacu
kepada cita-cita politik yang dituju dan tabah menderita ketika harus melalui tahapan-tahapan yang berat, dan tidak mau melakukan praktek dagang sapi (Binxars)

Anonim mengatakan...

@ BM,

Yang cocok bukan politik lupa lupa ingat tapi politisi sangat ingat, yaitu ingat senang-senang doang. Nah, lagu yang tepat adalah...di sini senang di sana senang di mana-mana hati ku senang....ha ha ha ha HORAS (Binxars)

Unknown mengatakan...

Politisi lupa ingatan - politisi bodoh - politis miskin nurani.....kasihaaaaaaannnn....

Unknown mengatakan...

Eh, BM, ko suda datang ke blog persipura dan kasi ucapan selamat. Terima kasih. Persipura memang hebat dan Boaz bisa jadi pemain legendaris. Ko punya kesebelasan di Kupang trada nama ka? ha ha ha ha...OK. JBU

Unknown mengatakan...

Seperti biasaaaaaaa, untuk menghibur politisi bodoh saya kasi 1 ceritera dari Papua,

Seorang bapak dari Kabupaten Wamena, menulis surat ke anaknya yang ada di penjara karena dituduh terlibat OPM.

Bunyinya begini,..... "Noge, ko pu bapa ni sudah tua, sekarang sedang musim tanam jagung, dan ko di tahan di penjara pula, siapa yang mau bantu ko pu bapak cangkul di kebun?"

Eh, seminggu kemudia Pace Noge membalas surat itu, katanya......"bapa, Demi Tuhan, jangan cangkul kebun itu, sa ada tanam senjata di sana,"

Rupanya surat itu disensor pihak rumah tahanan, maka keesokan harinya, datang satu pleton tentara dari Kota Jayapura.

Tanpa banyak bicara mereka segera ke kebun singkong dan sibuk mencangkul tanah di kebun tersebut.

Setelah mereka pergi, kembali si bapak tulis surat ke anaknya. "Noge, setelah bapak terima suratmu, datang satu pleton tentara mencari senjata di kebun jagung kita, namun trada hasil. Apa yang harus bapa buat sekarang?"

Pace Noge, kembali membalas surat dia pu bapa. ..... "Sekarang bapa mulai tanam jagung suda, kan tentara cangkul habis kebun itu dan jangan lupa bapa bilang terimakasih sama mereka."

Pihak rumah tahanan yang menyensor surat ini langsung pingsan.

BM ko tertawa suda.....

Unknown mengatakan...

@ Dear Bigmike,

Many people will say good people don’t go into politics. The trick to this statement is whether you mean merely good, or good in general. Does good include people who go out of their way to fight for something they believe in? Does good include people willing to accept hardship, willing to do more than simply avoid being obviously and outrageously bad?

If you separate this type of person out from good, and include them in a different class, I’d agree. Merely good people don’t go into politics, or at least don’t stay very long. You might call people with such character great, but I think most people in this group wouldn’t think of it this way. They probably see the difference between themselves and others, but they wouldn’t describe it as great, because they know there is no unachievable difference between what they are, and others are. Their actions and effects may be vastly different, but there is no great journey required to go from merely good to what they are. It’s more of a simple choice than anything else.

Unknown mengatakan...

Another question is can people who are merely good at politics succeed while maintaining that character? Perhaps beyond simply having a quality of character above average, a person must be a great politician. I use the word great here because in this case there is a difference that is not something you can simply choose. Going from good to great as a politician takes a great deal of time, thought, and practice. It may even be that some people simply do not have the natural abilities necessary to accomplish this feat. But it seems to me politicians, in today’s society, if they wish to be successful, without compromising in ways they’ll regret; they must be more than merely skilled at politics.

It may seem I’m suggesting political skill is the more valuable quality, but I’m not. While it may be far more difficult to acquire political skills, they are something others can help with, something that can be learned through hard work. A skilled teacher can convert most motivated students, from good to great. Being more than merely good in character however is not something that can be taught. It’s a choice that can occur only from within. It’s possible for others to prod one along or to jolt a person in a way that forces a change, but I don’t know that there is any equation, any reliable mechanism for progress. Either it works, or it doesn’t. Many of the hardships known for “building character” are as likely to produce a saint as a monster.

Unknown mengatakan...

Another question is can people who are merely good at politics succeed while maintaining that character? Perhaps beyond simply having a quality of character above average, a person must be a great politician. I use the word great here because in this case there is a difference that is not something you can simply choose. Going from good to great as a politician takes a great deal of time, thought, and practice. It may even be that some people simply do not have the natural abilities necessary to accomplish this feat. But it seems to me politicians, in today’s society, if they wish to be successful, without compromising in ways they’ll regret; they must be more than merely skilled at politics.

It may seem I’m suggesting political skill is the more valuable quality, but I’m not. While it may be far more difficult to acquire political skills, they are something others can help with, something that can be learned through hard work. A skilled teacher can convert most motivated students, from good to great. Being more than merely good in character however is not something that can be taught. It’s a choice that can occur only from within. It’s possible for others to prod one along or to jolt a person in a way that forces a change, but I don’t know that there is any equation, any reliable mechanism for progress. Either it works, or it doesn’t. Many of the hardships known for “building character” are as likely to produce a saint as a monster.

(Esther Julian-Smith)

Unknown mengatakan...

My Lovely Bigmike,

Nice blog with very briliant posting. Can you guess who am I?

sussy kelly mengatakan...

Pak Eman, blog saya tutup karena sesuai dengan tujuan pembuatannya waktu itu adalah sebagai salah satu sarana pengenalan diri ke publik. Jadi setelah masa kampanye berlalu, sudah sepantutnya ditutup. Dan untuk Bung Pace and Pak Julius, pesan morilnya di http:\\www.sussykelly.wordpress.com
GBU all.

Anonim mengatakan...

Komentar dalm bahasa Inggris ni bikin pusing saja....nanti yang mengerti cuma Pak Mike. Penggemar atau kawan lama ni???? (Sonny)

Anonim mengatakan...

Saya cuma mahasiswa orang kecil yan tidak begitu mengerti politik tapi dari hasil penetapan KPU, bakal anggota dprd terpilih di kota kupang banyak yang bekas atau masih orang-orang dengan reputasi yang kurang jelas. Ada yang tukang berkelahi, tukang pukul isteri, tukang pindah partai tetapi masalahnya mereka banyak uang. Saya cuma bingung, mau jadi apa wakil rakyat dengan tipe begitu? Kupang akan makin hancur bukan makin penuh KASIH sesuai mottonya (Sonny)

Anonim mengatakan...

@ Sonny,

Bersabarlah. Kalau tidak salah anda adalah mahasiswanya pak Michael. Nah, belajarlah baik-baik dengan tekun. Jangan membiasakan diri untuk menyontek karena menyontek = mencuri. Asah nalurimu untuk sensitif terhadap sesama dan masyarakat. Buktikan dirimu sukses. Nah, pada pemilu berikut majulah sebagai caleg. Kita pilih anda supaya preman-preman itu bisa digantikan oleh politisi yang jujur, bersih, bernurani dan memiliki ilmu yang tinggi. Setuju? (Julius)

Anonim mengatakan...

Sonny,
Saya juga pusing tuh baca komen dalam bahasa inggris, maklum bahasa inggrisku hancur yang saya tau hanya yes no doang, mungkin itu penggermar berat atau kawan lama Pak mike...lihat aja wajah Pak dosenmu waktu muda handsome abis, jangan heran kalo banyak penggemarnya...hehehhee....(Adek)

Anonim mengatakan...

Dear all,

Kayaknya kita perlu meminta BM ngeposting tentang politik dan moralitas nih....(PM)

Anonim mengatakan...

SELAMAT HARI RAYA UNTUK BM YA (PM)

Anonim mengatakan...

Bro BM, we want U posting...a new (Proxy73)

Anonim mengatakan...

# 2 moment terlewat, kenaikan, kebangkitan nasional, ...so kita perlu new posting (A9ust)

Anonim mengatakan...

BM, sibuk ya, kalo sibuk ngajar nggak masalah, tapi kalo sibuk lain bisa diprotes ama mahasiswanya.
Posting baru dong BM udah pada nunggu nih ada apa di episode yang berikutnya. Jadi ketagihan ama tulisan2 BM.(YR)

Anonim mengatakan...

BM mohon posting baru doooonkkkk

Anonim mengatakan...

BM, mana posting barunya...jangan kelamaan dong (Adek)

Anonim mengatakan...

@ BM, sakit?????? Barcelona udah juara nich.....posting baru duuunnnkkkk!!!!!+++++ (Proxy73)

Anonim mengatakan...

SALAM DARI BANDUNG,

Excellent blog. Nice. Keep on posting (Iyip)

jabon mengatakan...

biasa,, petani jabon mampir lagim nich...
salam...