Sabtu, 02 Mei 2009

doea mei doea riboe sembilan, hari pendidikan nasional: saya maloe ini hari

Dear Sahabat Blogger,

Hari ini adalah hari pendidikan nasional di indonesia. Hari yang penting. Terutama bagi saya yang bekerja dan mengabdi sebagai seorang GURU. Tetapi apa daya. Setelah bekerja 3 hari di Kabupaten Belu, dalam isu Daerah Aliran Sungai (DAS) perbatasan antara negara RI - Timor Leste lalu tiba kembali di Kupang pada pukul 02.00 subuh, badan tak begitu kuat menahan lelah. Dalam keadaan demikian tak ada sama sekali "gagasan besar" di kepala yang bisa diubah menjadi bahan tulisan yang bernas. Jadi, saya memutuskan untuk menuliskan sesuatu tentang HARDIKNAS berdasarkan hal-hal kecil yang saya alami di hari ini. Pengalaman yang sepele dan mungkin tak berarti. Tak apalah yang penting sudah menulis. Dan inilah pengalaman itu.

Sebagai bentuk "peleder" (pura-pura alim dalam bahasa Kupang) karena tidak punya ide besar tentang bagaimana merayakan hari penting sebagai insan pendidikan, pagi ini saya berangkat ke Kampus Universitas Nusa Cendana, Kupang. Sesampainya di sana, orang-orang baru kelar upacara (saya belum punya penjelasan memadai tentang hubungan antara upacara dan semangat pengabdian guru). Para dosen dan pegawai administrasi ramai berpakaian seragam KORPRI yang coraknya aneh dan kurang sedap dipandang mata itu (lagi-lagi saya tak punya alasan bagus untuk menjelaskan hubungan antara seragam KORPRI dengan prestasi mengajar seorang Dosen). Lah, saya sendiri bagaimana? Seperti yang sudah saya jelaskan tadi bahwa, saya memang kurang begitu perduli dengan seremonial upacara. Oleh karena itu saya sengaja datang terlambat. Saya juga bukan seorang penggemar pakaian seragam karena keyakinan bahwa keragaman is beautiful. Oleh karenanya saya datang menggunakan celana jeans dan bersepatu sandal...asyyyyiiiikkkk......Lalu, fakta "menjengkelkan" itu terjadi.

Di kerumunan orang-orang berseragam itu ada 1-2 orang yang bangga memamerkan piagam pengabdian 20 tahun sebagai PNS. Lah, kok yang dihargai adalah ke-PNS-annya bukan faktor ke-GURU-annya? ini hari PNS nasional atau hari pendidikan nasional siiiiiihhhhh????? Lantas, di kerumunan yang lain yang diperbincangkan adalah.....wwwuuueehhh....Rektor Undana, di sambutan apelnya, mengingatkan bahwa musim pemilihan Rektor sudah tiba...dan heeeeiiii....ramai diperbincangkan....si ini bakal bertahan....si anu mao nalon lagi.....si polan mau jadi "kuda hitam" dan....wwwuiiiihhhh.....si "kerutuk" berselera amat sangat terhadap jabatan Rektor Undana....wwweeeellllleeeeehhhhh...... Malas dengan topik itu, setelah melempar 1-2 joke ringan saya berpindah kerumunan lagi....naaahhhh....di kerumunan ini yang ramai diperbincangan adalah hitung-hitungan jumlah hari masuk kantor dalam sebulan lewat dan jumlah bonus yang diterima + gaji bulan Mei 2009.....wwwwuuuuaaaahhh....tak begitu tertarik dengan topik ini sayapun berpindah ke kelompok kerumunan yang lain lagi dan ...asyyyiiiiikkkk......topik di kelompok ini ada topik mutakhir yang tak saya dengar selama beberapa hari berada di hutan-hutan dekat perbatasan RI - RDTL, yaitu kemungkinan kejatuhan pejabat tinggi RI berinisial AA karena diduga terlibat peristiwa pembunuhan....lalu, percakapan melebar dan meluas tentang indahnya, lezatnya dan sekaligus berbahayanya sebuah perselingkuhan......bbrrrrrr......

Saya cuma heran, mengapa tak ada satupun kelompok kerumunan yang memperbincangkan tentang situasi pendidikan nasional kita dewasa ini. Peringkat HDI Indonesia yang ada di bawah klong meja yang salah satu penyebabnya adalah buruknya mutu pendidikan di RI. Mahalnya biaya pendidikan di NKRI sehingga menimbulkan jargon baru....orang miskin dilarang sekolah.....banyaknya guru kontrakan dengan nasib NTT (nelangsa tak tentu).....mutu pendidikan di NTT yang terendah di Indonesia.....situasi Undana yang katanya ber visi-misi go global tetapi listriknyta byar pet sepanjang hari....tak ada satupun kelompok kerumunan orang yang memperbincangkan topik-topik itu......saya kecewa dan memilih untu melangkah menuju ruang adminsitrasi untuk.....menerima gaji.....sambil...berjalan saya disapa seorang sahabat...
(+) ....heeeeiiii....lu kelihatan putih eeee.....sakit dan jarang keluar rumah kan.????....(lalu kami tertawa bersama ...... gggggrrrrrrrrr....dan percakapanpun berlanjut).....
(+) mau tanda tangan ambil gaji dan uang kehadiran kooooo?????....ah. lu baru pulang dengan orang kehutanan kan????? doi su tabal ma masi makararapak ambel gaji lai (uang masih banyak tetapi kok keburu amat ngambil gaji)....jjjuuuuuppppsssss.....langkah saya terhenti...
(@) eh sonde kawan....cuma mau liat jangan-jangan ada surat untuk beta...lama tidak masuk kantor naaaa.....(saya terpaksa berbohong karena ....malu)
Mengapa malu? Ya tentu saja, bukankah tadi ketika bertemu dengan kelompok kerumunan itu saya amat rajin mengkritik topik pembicaraan mereka yang kurang bermutu itu? Lalu, bukankah saya tadinya menertawakan teman-teman yang hanya sibuk mengurus gaji?????....Saya jadi malu karena, ternyata, secara substantif saya sama tak bermutunya dengan mereka. Jika saya menertawakan sikap "pikir diri sendiri" kawan-kawan itu, ternyata saya juga tak kalah egoisnya. Setelah berpura-pura melihat tumpukan surat, sayapun berbalik badan pulang ke rumah. Tak cukup nekat untuk mengantri mengambil gaji bulan baru. Dalam perjalanan pulang saya membatin...apa salah Ki Hajar Dewantoro sehingga insan-insan pendidikan jauh lebih memikirkan urusan pribadi dan pergunjingan tak perlu ketimbang memikirkan nasib bangsanya yang amat tertinggal dalam urusan pendidikan. Lalu, saya menemukan sendiri jawabannya, yaitu yang salah bukan Ki Hajar Dewantoro tetapi pribadi lepas pribadi itu, termasuk saya, yang tak betul-betul menghayati dan mempraktekan CINTA di dalam dunia pendidikan.

CINTA kepada dunia pendidikan seharusnya merupakan afeksi positif dari saya. Dengan begitu maka seharusnya CINTA itu keluar dari saya ldan urus tertuju kepada para subyek penerima nya. Seharusnya CINTA itu Iklhas. Tanpa pamrih. Saya malu karena tentang CINTA saya sudah mengulasnya panjang lebar di dalam blog ini tetapi...ternyata.....saya belum mampu mempraktekannya secara baik. Saya malu karena rasanya belum lama saya memperingati perayaan PASKAH yang mendemonstrasikan bagaimana CINTA seharusnya dikerjakan. Saya malu karena rasanya belum lama saya mengenang SGT yang teramat tulus menjalankan fungsinya sebagai seorang pendidik.

Di hari ini, inilah pengakuan saya, tepat di Hari Pendidikan Nasional 2009: saya merasa sudah menipu Sang Pemberi CINTA yaitu Sang Maha khalik.

Supaya sedikit terhibur hati, perkenankan saya memposting sebuah lagu lama karya Iwan Fals. Selamat berbagi KASIH di HARDIKNAS 2009.


Tabe Tuan Tabe Puan

82 komentar:

mikerk mengatakan...

SELAMAT HARDIKNAS 2009 kepasa semua sahabat yang berkecimpung di dunia pendidikan. Pertama-tama, mendidik dan mengajar adalah soal hati baru yang lainnya.

mikerk mengatakan...

Guru Umar Bakri
Karya : Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981)

Tas hitam dari kulit buaya
Selamat pagi berkata bapak Umar Bakri
Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali

Tas hitam dari kulit buaya
Mari kita pergi memberi pelajaran ilmu pasti
Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu

Laju sepeda kumbang dijalan berlubang
Selalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang

Bapak Umar Bakri kaget apa gerangan?
“Berkelahi pak!” jawab murid seperti jagoan
Bapak Umar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut kalang kabut (Bakri kentut)
cepat pulang

Busyet... standing dan terbang

Umar Bakri Umar Bakri
Pegawai negeri
Umar Bakri Umar Bakri
Empat puluh tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

Umar Bakri Umar Bakri
Banyak ciptakan menteri
Umar Bakri
Profesor dokter insinyurpun jadi
(Bikin otak orang seperti otak Habibie)
Tapi mengapa gaji guru Umar Bakri
Seperti dikebiri

Bakri Bakri
Kasihan amat loe jadi orang
Gawat

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Mendidik dengan hati akan membuahkan anak-anak yang hidup dalam kebenaran. Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik.” (Freire, 2002. Dengan demikian terdapat 2 kata kunci di situ: mendidik dengan hati dan jadilah teladan.

Tulisan bigmike sungguh baik untuk melakukan refleksi diri bagi para pendidik. Sudahkah kalian menggunakan hati? Sudahkan kalian menjadi teladan? (Suryana)

Anonim mengatakan...

Lagu Guru Oemar Bakrie meski tua tapi maknanya tetapi aktuandung al. Saya teringat guru saya di Bandung tahun 190-an, Pak Endun sepeda, demikian kami menyebutnya (Suryana)

Anonim mengatakan...

cobalah memahami dialog berikut ini (saya kutip dari sebuah blog dikdatika):

Penjaga malam :Selamat malam, bu.

Guru: Malam, pak.

Penjaga malam:Kok nggak pulang, bu. Emang mau tidur di sini?

Guru: Iya, pak.

Penjaga malam: Ada acara apa, bu?

Guru: Anu pak, besok kami harus keluar kota pagi-pagi.

Penjaga malam: Wah, pasti dapat uang saku banyak nih!

Guru: Oh, tidak pak. Secukupnya untuk perjalanan besok.

Penjaga malam: Ooo… Tapi kok ibu mau? Hanya untuk perjalanan?

Guru: Iya, pak.

Penjaga malam: Kok ibu mau?

Guru: Iya lah pak, khan menjadi guru adalah pengabdian.

Penjaga malam: Kok, begitu bu? Jadi ibu dibayar dengan pengabdian?

Guru: ….

Penjaga malam: Pengabdian…? Jadi kalau ibu dibayar dengan pengabdian, masak ibu harus beli trasi dengan pengabdian? Beli gula dengan pengabdian? Beli tahu dan sebagainya dengan pengabdian?

Guru: …..

Anonim mengatakan...

sori...(Suryana)

Unknown mengatakan...

@ Bigmike,

Posting sederhana ini mengingatkan kita akan satu hal, yaitu KARAKTER PENGABDIAN...

Sunday, December 14, 2008
Jaman dulu banyak orang yang tidak mau jadi guru, karena menjadi guru pada jaman dulu adalah pengabdian yang sebenarnya. Banyak guru yang hidupnya serba tidak kecukupan, tetapi mereka tetap bertahan dengan profesinya sebagai guru, karena tugas guru dianggap sebagai tugas mulia yang tidak bisa diukur dengan uang.

Guru pada saat itu banyak disegani oleh murid dan masyarakat karena keteladanannya, pengabdiannya, kesederhanaan dan pantang menyerah di tengah keserbatiadaan fasilitas dan kurangnya perhatian masyarakat/pemerintah terhadap profesi ini.

Unknown mengatakan...

Tetapi, jaman sudah berubah. Guru tampaknya sudah menjadi suatu profesi yang menjanjikan, terutama dilihat dari segi penghasilan. Sehingga pada saatnya nanti tidak ada lagi guru yang miskin dan serba kekurangan, karena pemerintah sudah mengalokasikan dana sebesar 21 persen dari APBN untuk peningkatan kualitas pendidikan, termasuk di dalammnya kesejahteraan guru.

Saya pernah membaca tentang guru-guru yang lulus sertifikasi dan sebagai imbasannya guru-guru tersebut akan mendapat penghasilan kurang lebih Rp 5 juta perbulan. Dalam sebuah wawancara dengan salah seorang guru dinyatakan bahwa dengan adanya kenaikan penghasilan dan tunjangan, maka ia akan bisa berkonsentrasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan tidak akan terganggu dengan hal-hal yang sifatnya mencari penghasilan sampingan. Tapi bukankah pengabdian tidak diukur dari besar kecilnya penghasilan? Bukankah pendidikan berkualitas itu bukan harus menunggu hasil sertifikasi dan gaji besar? Semua berpulang pada kita. Maukah kita mengurus anak didik kita dengan dengan tanpa diembeli “menunggu”…menunggu gaji besar dan lulus sertifikasi.

Tapi bisakah gaji yang besar menjadi “jaminan” meningkatnya kualitas pendidikan? Wallahu alam.

Unknown mengatakan...

Saat ini, banyak guru yang mangkir disaat bertugas, sehingga satpol PP harus turun tangan, guru yang dengan seenaknya ‘nempeleng’ anak secara antri, guru yang melakukan pelecehan pada siswa, merokok di depan siswa, jalan-jalan dengan yang bukan mukhrimnya dan masih banya kasus lain…walaupun hal ini tidak bisa digeneralisir.

Ternyata menjadi guru sudah bukan lagi “pengabdian” murni. Pengabdian guru pada saat ini adalah pengabdian bersyarat. Guru sudah menjadi profesi seperti halnya dokter di rumah sakit, yang lebih mendahulukan ‘duit’ ketimbang ‘mengurus’ pasien. Guru sudah jadi barang industri pendidikan. Setuju atau tidak, terserah anda!

Unknown mengatakan...

Komentar saya di ata sama sekali tidak mengurangi rasa hormat saya terhadap Bigmike. Melihat apa yang dikerjakannya melalui blog ini dan blog bahan kuliahnya saya rasa....meski BM agak sentimental menyangkut pengalamannya pada tanggal 2 mei 2009 ....tetapi BM tetaplah seorang pengabdi pendidikan. Justru perenungannya di posting ini semakin mengutakan kesan itu. Salam HARDIKNAS

Anonim mengatakan...

Apakah Pak Mike kurang mencintai pekerjaannya sebagai Dosen? Saya pikir tidak. Beliau adalah dosen yang sangat cool ketika menjelaskan materi kulaih. Pak Mike mengunakan semua media yang memudahkan mahasiswa mengakses bahan-bahan kuliah termasuk media internet ketika semua dosen lain tidak bikin apa-apa. Bahlan di jaman milenium baru ini masih ada dosen yang hanya membaca bahan kuliah padahal kami sudah punya bukunya. Selamat hardiknas 2009. Salut untuk Pak Mike. GBU (Sonny)

Anonim mengatakan...

Ya, guru jaman sekarang lebih sibuk mengurus perutnya sendiri. Ada guru yang jadi tim sukses lalu minta dipindahkan jadi kepala kantor. Itu guru tak punya harga diri (13)

Anonim mengatakan...

@ Mbak Anna,

Saya kira kita terpaksa harus memilih:

1. guru mengabdi dengan perut kosong,

atau:

2. guru perut kenyang tapi lupa mengabdi,

ada yang ingin menyumbang pendapat? (Eman, CN, TDM)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Kapan-kapan kisah pengalaman ke DAS perbatasan RI - RDTL diposting ya (Eman)

Anonim mengatakan...

@BM,
Aku bangga sama @BM, tanpa malu menceritakan pengalamannya buat kita2. Jangan malu broer, masih banyak pendidik yang lebih tak tau malu, ngajar kagak, tapi giliran terima gaji maunya didahulukan, and kalo petugas pembayar gajinya terlambat membayar bisa jadi masalah besar.
Tapi tidak semua pendidik bermental seperti itu koq hanya segelintir.
Namun apapun saya tetap menaruh hormat untuk semua guru/pendidik, dalam segala keterbatasan yang mereka punyai mereka selalu berusaha untuk keberhasilan anak didiknya.
Khusus buat para guru/pendidik yang mengabdikan diri di daerah2 terpencil, saya berikan apresiasi yang luar biasa buat saudara2ku. Selamat Hadiknas. Jadilah guru/pendidik yang baik buat anak didikmu. Tetap semangat.(YR)

Anonim mengatakan...

@ Dear all,

Berita tentang pendidikan d Indonesia yang mutakhir adalah:

1. Guru demo minta naik gaji;
2. Mahasiswa demo anarkis;
3. Video cabul anak sekolah;
4. Video kekerasan anak sekolah;
5. Sekolah mahal;
6. Dosen jadi pengurus partai, caleg, calon bupati,
7. masih banyak lainnya.

APA NGGA MALU???? (PM)

Anonim mengatakan...

eh asik juga ya mas Iwan ma lagunya....thanx for posting (PM)

Anonim mengatakan...

iya nih list dari mbak PM bikin qt gregetan. Makanya bangsa ini ain bodoh aja dari waktuke waktu (Larry)

sastavyana blog's mengatakan...

@ Bigmike,

Wah, happy membaca bigmike lumayan sehat bahkan bisa bepergian ke hutan perbatasan (eh, nanti dibagi dong pengalamannya tuh....).

Lebih senang lagi membaca posting baru dari BM.Seperti biasa, ringan-ringan but wwwoooowwww....what a deep topics. OK, be tuft my man

sastavyana blog's mengatakan...

Gw pengen ikutan berpendapat tentang karut marutnya pendidikan di Indonesia.

Membaca buku "orang miskin dilaang sekolah" hati kita miris banget. Ada ironis yang luar biasa, yaitu ketika pendidikan dirasakan mahal tetapi mutunya rendah. Kebayang bahwa kita ke PIM trus beli sepatu bermerek eh, baru selangkah dipakai...copot. Ironis

sastavyana blog's mengatakan...

Apakah pendidikan murah adalah solusi? mengapa pendidikan dapat terus lebih mahal tetapi kelihatannya tidak lebih bermutu?

Memang banyak orang merasa bahwa mereka mengerti masalah-masalahnya dan menyebutkan solusinya, misalnya:

1. Sekolah dan kampus harus menurunkan biayanya - Bagaimana mungkin? Sebetulnya pendidikan di negara ini sudah relatif murah, apa lagi dibanding negara lain, dan kita perlu meningkatkan mutu lebih dari yang sekarang.

2. Mengganti sistem - Mengganti sistem 1000 kali juga tidak efektif karena bukan salah sistemnya, sistem adalah kambing hitam (scapegoat).

3. Memakai Sistem Agama - Kalau begitu mengapa kebanyakan orang yang ingin pendidikan yang lebih bermutu memilih negara seperti Malaysia dan Singapura bahkan negara barat ? Hal ini sekaligus ironi, tujuan pendidikan itu apa sih? Kok tujuan pendidikan = tujuan ke mesjid, gereja, pura danlan sebagainya?

4. Meningkatkan kemampuan Guru - Dengan kesejahteran yang sangat rendah, dan suasana yang tidak memberi semangat, kemajuannya sangat terbatas.

5. Meningkatkan kesejahteraan dosen dan guru. Kok banyak profesor dan doktor yang pendapatannya relatif mapan jadi tahanan koruptor sih?

sastavyana blog's mengatakan...

So what? ada ngga sahabat blogger yang ngerti pendidikan yang menjawab kebingungan saya dan masih banyak lagi orang?

Unknown mengatakan...

"Orang Miskin dilarang Sekolah" buku ini ditulis oleh Eko Prasetyo. Dalam buku ini dikisahkan betapa sulit nya orang tua mencari sekolah yang cocok dan sesuai dengan biaya yang ada.

Memang hal ini sangat menyakitkan, dimana ada kemauan tetapi tidak ada jalan. Tidak sedikit orang tua murid harus mencari jalan dengan memeras keringat demi pentingnya Pendidikan,akan tetapi bagaimana dengan anggaran Pendidikan yang dijanjikan oleh Pemerintah sebesar 20% sampai detik ini belum ter-realisasi bagaimana dengan nasib Pendidikan sekarang ini, ya begini lah ( orang-orang miskin ) sangat susah sekali untuk masuk sekolah.

Unknown mengatakan...

Memang orang miskin dilahirkan bukan karena cita-cita dan kemauan mereka sendiri tetapi keadaan (sistem), bayangkan saja sekian banyak murid-murid di Pedesaan dibandingkan murid-murid di Perkotaan jauh sekali perbandingan baik dari segi pengetahuan maupun kemampuan mereka. akan tetapi sangat disayangkan semangat dari mereka hanyalah sia-sia belaka karena terbentur oleh biaya.

Bagaimana jalan keluarnya?

Unknown mengatakan...

Pertama, Perhatian Pemerintah (Pusat dan Pemerintah daerah) menjadi kunci utama. Karena berbagai bentuk perhatian dan sosialisasi pada masyarakat sangat terbantu jika,antara Rakyat dan Pemerintah bersama-sama untuk sejalan memperhatikan serta merta. Kedua, Pengawasan dan pendataan mengenai KK miskin disesuaikan dengan alokasi biaya bantuan, karena sangat riskan sekali seperti dana BOS seperti sekarang ini terkadang tidak jelas pemanfaatannya. Ketiga, Perlu adanya ketersediaan sekolah-sekolah gratis secara merata untuk kalangan bawah, tentunya dengan fasilitas yang layak paling tidak.

Unknown mengatakan...

Memang untuk sekolah sangat membutuhkan biaya mahal, akan tetapi alangkah berharganya apabila sekolah murah untuk semua tanpa terkeculi. Pendidikan sekarang dan yang akan datang merupakan masa depan suatu bangsa, artinya pendidikan sangat berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Semoga saja dunia Pendidikan kita dapat terlaksana dan tercapai sesuai dengan harapan semua.

Anonim mengatakan...

PENDIDIKAN DI NTT RUSAK RUSAKAN (13)

Anonim mengatakan...

Teman 13, JANGAN EMOSI. Kita tahu NTT ini negeri miskin. Oleh karena itu memang hidup harus prihatin. Jika sudah begitu keadaannya dan kita cuma bisa saling menyalahkan, mau jadi apa pendidikan kita? Teman sendiri sebagai sarjana FKIP apa yang sudah dibuat?. Kalau pendidikan NTT dikatakan rusak, apa teman kira teman bebas kesalahan? (Julius)

Anonim mengatakan...

Hmmmmhhh...my bos dah sembuh dan keluyuran ke DAS perbatasan RI - RDTL yachhh??????? gw tunggu reportasenya boszzz.....BTW, tetap sehat ya ....(Proxy73)

Anonim mengatakan...

Untuk temen NTT, gw ngasi PR nichh....4 dari 9 pembunuh nasarudin is orang Flores NTT dan 3 di antaranya cuma berpendidikan SMA, trus kerja sebagai SATPAM (sumber detik,com dan data primer kerna GW skarng masih on location nich)...apa korelasinya? ada ngga.....jawab dech kebanding beratem ndiri.....wkwkwkwkwk...(Proxy73)

Unknown mengatakan...

wuuuiiii Mister Proxy: iya juga ya...tadi jg gw ngutip berita detik.com dan hmmm....tapi apa kurangnya pendidikan tersangka AA yang S2 hukum itu sih ya????....wkwkwkwk....

Unknown mengatakan...

Nih GW kutipkan berita dari detik.com:

4 dari 9 Tersangka Orang Flores, Mayoritas Satpam
Sembilan tersangka kasus pembunuhan Direktur PT PRB Nasrudin Zulkarnaen sudah ditangkap polisi. Dari 9 orang itu, 4 orang dari Flores. Tiga dari empat orang itu berprofesi sebagai satpam.

Anonim mengatakan...

Seneng banget banget bigmike sembuh dan ceria lagi. Bahkan udah bisa masuk hutan lagi......hmmhhh,,,basanya kalo udah hobi sakit ga berasa.....

BTW, keep on posting my man....i'm always waiting the knew idea from u in every new posting.....//Pritha//

Anonim mengatakan...

kalo semua guru, dosen, siswa, mahasiswa mao kayak lelakon laskar pelangi, pendidikan di Indonesia bakal enggak susah ..percaya dech...konciannya suma 1...komitmen pengabdian //Pritha//

ghentenxyuTAM mengatakan...

iya nih, sama saja dengan teman lain, saya ucapkan selamat sembuh untuk bigmike. Bahkan keluuran ke hutan segala...ngaak takut monyet???? ..wkwkwkwk....kata orang kesehatan adalah sesuatu yang tidak terbeli ketika sakit...so, jagalah kesehatan bung

ghentenxyuTAM mengatakan...

Tentang pendidikan, saya sedang menyiapkan bahan kmentar yang mudah-mudahan cukup matang untuk diungkapkan. Tapi cobalah diresapi kisah nyata yang terjadi desember 2008 berikut ini:

Sukabumi - Entah setan apa yang sedang merasuki jiwa Tuber Romson. Guru SMP I Bojonglopang, Sukabumi, ini tega menusuk Rian (13), muridnya sendiri hingga luka parah
Tuber Romson, guru SMP I Bojonglompang, Jampang Tengah, Sukabumi, Jawa Barat, menghujamkan tujuh tusukan ke tubuh muridnya, Rian Herdiyana (13). Aksinya baru berhenti setelah sebilah bambu mendarat di tangannya.

Bambu itu dipukulkan Nanang (41), penjaga sekolah, ke tangan Tuber karena tidak tega melihat Rian ditusuk oleh pisau Aceh jenis badik secara mem**** buta oleh guru olahraga itu.

Pisau itu dibeli Tuber pada Kamis 13 Desember dari pedagang yang menjajakannya di sekolah.

Rian yang bertubuh kurus dan kecil ditusuk di halaman sekolahnya saat sedang berlangsung acara class meeting pukul 09.00 WIB, Selasa (18/12/2007).

Rian kemudian dilarikan ke Puskesman Jampang Tengah untuk pertolongan pertama. Namun karena tidak sanggup menangani luka yang diderita murid kelas II itu, petugas merujuknya ke Rumah Sakit Syamsudin, Sukabumi.

Sementara Tuber diamankan pihak sekolah. Namun saat akan dibawa ke Polsek Jampang Tengah, warga menghujaninya dengan pukulan. Dengan kawalan ketat aparat Tuber dibawa ke RS Sekarwangi, Cibadak.

say something bro en sist.....

Anonim mengatakan...

kalo menurut gw, pengabdian itu jadi pisau bermata dua. yang gw liat nasib guru di negara masih menyedihkan. guru-guru yang di kota-kota besar aja pada teriak minta "pengabdian" mereka dihargai sepantasnya, apalagi guru-guru yang di kampung-kampung yang rela gak dibayar, ataupun kalau dibayar cuma pakai beras, gula atau hasil bumi penduduk sekitar. miris sekali. dan kemudian orang yang melihat kagum bahwa inilah pengorbanan sang guru karena pengabdian.
hei..... jangan karena pengabdian kemudian nasib guru diombang-ambing gak jelas, gak diperhatikan seperti itu. beda antara pengabdian, cinta dan hak yang seharusnya diterima guru. bener apa kata kang suryana, memangnya guru mau makan pakai pengabdian??

tapi bagaimanapun, kita semua lahir dari guru, entah guru yang punya cinta atau tidak, pengabdian atau tidak. tolonglah diperhatikan nasib guru. Karena sejarah membuktikan Jepang bisa maju seperti saat ini karena mereka menetapkan asas pendidikan dalam membangun negara ini. itu saja.

(kawan lama)

Anonim mengatakan...

eh, bagi yang pandai-pandai di blog ni, cobain deh dianalisis berita ini:

"Guru Boikot Mengajar, Murid SD AL Azhar Jadi Korban" (www.detik.com - selasa, 5 april 2009)

Bandung - Kisruh internal yayasan pengelola SD Al Azhar 24 Bandung hingga kini belum mencapai titik temu. Murid pun menjadi korban. Sebab, seluruh guru melakukan aksi boikot mengajar sejak hari ini hingga batas waktu yang belum diketahui.

Pantauan detikbandung di SD Al Azhar 24, Jalan Kartini No 10, Selasa (5/5/2009), hanya murid kelas 6 saja yang masuk. Sedangkan murid kelas 1 hingga 5 tidak masuk.

"Para gurunya melakukan boikot, entah hingga kapan. Saya juga tidak tahu alasannya apa," ujar Rina Ridayani, Anggota pengurus Yayasan Lembaga Pendidikan Masyarakat Bandung (LPMB), yayasan lama yang mendapat hak waralaba dari Yayasan Pesantren Islam Al Azhar (YPIA). (PM)

Anonim mengatakan...

Menurutnya kemarin sebenarnya sudah ada kesepakatan, jika kegiatan belajar mengajar kembali normal. "Tapi komitmen itu dilanggar oleh para guru," kata dia.

Rina mengaku dirinya sudah mencoba mengontak semua guru-guru, namun semua tak bisa dihubungi. "Ada yang enggak aktif, ada juga yang direject," kata Rina.

Menurutnya hanya guru kelas 6 saja yang memaksa masuk, mengingat ujian akhir nasional akan dilangsungkan sebentar lagi.

Kisruh intrenal atas hak pengelolaan SD Al Azhar 24 ini berawal dari tindakan Yayasan LPMB yang menyegel sekolah sejak Sabtu (2/5/2009), sehingga para murid telantar. Yayasan LPMB mendesak agar YPIA memperpanjang kontrak kerjasama di antara mereka.

Anonim mengatakan...

Menurut Ketua Yayasan Al Muslih, Qadar Faisal, selaku pengelola SD Al Azhar baru, izin waralaba yang dimiliki Yayasan LPMB sudah berakhir sejak 2007 silam. Yayasan LPMB telah mengelola 8 tahun sekolah tersebut atas kewenangan hak waralaba dari Yayasan Pesantren Islam Al Azhar (YPIA) pada tahun 2002.

Maka dari itu, untuk selamatkan sekolah, Qadar beserta orangtua siswa SD Al Azhar mengadukan permasalahan tersebut ke YPIA yang kemudian merekomendasikan untuk membentuk Yayasan Al Muslih pada tahun 2009.

Mumet dech,,,,,,(PM)

Anonim mengatakan...

NTT --> miskin --> bodoh --> kuli --> preman --> ?????? apa tidak ada kata yang lebih enak????? ...hikss....hickssss.....wwwaaaaaa...
aaaaaaaa.....(Savunesse)

Anonim mengatakan...

@ A'a Tana,

Bapa Robert adalah salah stau teladan guru yang berjuang dengan komitmen [engabdian yang tinggi. Setelah membaca kembali buku riwayat hidup Bapa Robert saya baru sadar...hidup tidak ditenutkan kau jadi apa tetapi kau buat apa....

Saya mohon maaf karna pernah menyindir A'a Tana padalah kemungkinan besar A'a Tana sedang mengikuti jejak Guru A'a Tana sendiri yaitu Mone Ama Robert Riwu Kaho sang Guru Tua (Savunesse)

Anonim mengatakan...

@ Bung Savunesse,

pertama, saya setuju sama bung bahwa teladan Pak Robert adalah ...bukan jadi apa tetapi berbuat apa....saya lihat itulah yang dikerjakan oleh BM. Blog ini adalah contohnya. Saya pribadi bertemu Pak Mike yang kakinya sedang diperban dan bengkak, tapi saya herna kok mau-maunya masuk hutan diperbatasan? Saya pikir itulah teladan dari ayahandanya.

kedua, bacalah kutipan saya dari makalah Prof. Alo Liliweri tentang hubungan antara budaya NTT dan kemiskinan

Anonim mengatakan...

Prof Dr Alo Liliweri (Undana), dalam panel besama Vincent Repu (Unwira) mengatakan bahwa kemiskinan di NTT berakar pada sifat orang NTT yang tidak suka pekerjaan kasar, terutama kalau tinggal di NTT.

Tapi kalau keluar dari NTT, banyak yang sukses sebagai pekerja kasar. Ini mungkin suatu alasan mengapa banyak TKI yang berasal dari NTT. Walaupun terbukti bahwa tidak semua TKI bernasib baik. Sebut saja Nirmala Bonat sebagai contoh.

Alasan lain tentang akar kemiskinan NTT adalah kesukaan bergotong royong NTT yang sangat menonjol. Sayangnya sifat gotong royong ini dalam konteks saling membantu untuk berpesta.

Juga kurangnya jiwa enterprise masyarakat NTT dan PNS oreinted yang sangat kuat, pola sukuisme dan kehidupan terkotak-kotak akibat perbedaan budaya, agama, adat dan pulau-pulau.

Mudah-mudahan dapat membantu bung Savunesse dalam merenung (Eman)

Anonim mengatakan...

heiii ada bung Eman, Thanx. Akan saya baca baik-baik (Savunesse)

Anonim mengatakan...

Ama Savunesse, selamat siang. Thanks atas apresiasinya (Eman)

Unknown mengatakan...

Hei Pace mikerk bigmike, ko sudah semb ka? kam harus jaga jesehatan. Tubuhmu adalah Rumah Allah. Wajib ko jaga. Ok? Kaonak (Rubenmawen)

Unknown mengatakan...

Nah saudara-saudara ku yang di bagian lain NKRI,

Pendidikan di Papua barada dalam kondisi darurat dan memprihatinkan. Karena pada umumnya sekolah yang ada di pedalaman atau pegunungan hanya diasuh dua orang guru. Sebagian besar guru yang ditempatkan di daerah pegunungan tidak betah dan meninggalkan sekolah tempat mereka mengajar, karena tingkat kesejahteraan sangat minim.

Dalam situasi darurat itu, kadang-kadang pemuda-pemuda pengangguran berijazah SMU/K/A menjadi tenaga guru sukarela, mengajar murid-murid yang terlantar akibat ditinggal guru yang umumnya berasal dari luar Papua.

kondisi darurat ini sangat disesalkan, karena pemerintah pusat, khususnya Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) dan pemerintah daerah Provinsi Papua maupun kabupaten/kota yang ada ini seperti tutup mata dan tidak memperhatikan nasib guru di pedalaman Papua. Para guru itu tidak betah mengajar di pedalaman, karena memang tingkat kesejahteraan sangat rendah.

"Mereka ambil gaji saja di ibukota kabupaten, biayanya sangat mahal karena masalah transportasi. Ongkos mengambil gaji itu, jauh melebihi gaji mereka. Belum lagi mau ketemu dengan keluarganya di kota, jadi pengeluarannya bisa 1.000 kali lipat dari apa yang diterima.

Unknown mengatakan...

Orang dari luar Papua, paling lama dua minggu bertahan di pedalaman. Kalau sudah tiga minggu itu sudah lama. "Bagaimana bisa bertahan di pedalaman, kalau kebutuhan biaya hidup jauh lebih besar dari gajinya. Karena itu seharusnya Pemda atau pemerintah pusat harus memberikan subsidi bagi guru berupa subsidi transportasi dan beras, agar mereka bisa hidup layak dan betah mengabdi di daerah pedalaman Papua yang Ganas.

Masalahnya justru ada di sini, ketika Papua diminta setia kepada NKRI, saudara-saudara dari bagian lain NKRI tidak mau berkorban bagi kita di Papua. Jangan salahkan jika banyak orang Papua merasa bahwa Merdeka mungkin solusinya.

Saya ketuk pintu hati saudara-saudara dari luar Papua. Ayo bantu kami di Papua dengan mau menjadi Guru. Tuhan akan memberkati kamu yang tulus hati.

Unknown mengatakan...

Nah, sudah habis urusan serius, sa mau kasi 1 ceritra dari Papua. Harap Pace Mikerk tertawa yang keras yaaaa....

"Kisah Obed dan Pelajaran bernyanyi"

Pas pelajaran Kesenian di kelas 3 SD. Bu Guru ajak anak murid-murid nyanyi-nyanyi.Semua serius nyanyi, tapi Si Obed neh, anak nakal dan tukang protes.

Bu Guru :”anak-anak, kita menyanyi lagu Bintang Kecil, satu..dua..tiga…”. “Bintang Kecil di langit yang biru..”

Obed langsung berdiri:” Sa protes Bu Guruu..”

Ibu Guru: “Kenapa Obed?”

Obed:” kalo Bintang Kecil kan ada di malam hari, trus kalo malam, memangnya langit warna biru kaa?”

Bu Guru tra bisa jawab, akhirnya dong ganti lagu:” Kita menyanyi lagu lain saja..lagu Ibu Kita Kartini.. satu..dua..tigaa..”

Dong rame-rame nyanyi:” Ibu Kita Kartini putri sejati, putri Indonesia harum namanya.”

Obed berdiri lagi dan protes:” Sa protes Bu Guru, Nama yang benar ibu kita itu siapa, Kartini kaa atau Harum?”

Ibu Guru pusing:” ya sudah ganti lagu saja..anak-anak kita menyanyi lagu menanam jagung..satu..dua..tigaa..”

Dorang nyanyi semua”…cangkul-cangkul, cangkul yang dalam, menanam jagung di kebun kita…”

lagi-lagi Obed protes:”Bu Guru, ini lagu tra benar ni..”

Bu Guru:”kenapa lagi Obed?”

Obed:” kalo cuma mo tanam jagung, kan tra perlu cangkul dalam-dalam, apa kitorang mo bikin sumur kaa?”

Bu Guru stres dan frustasi dengan lagak Obed:” ah sudah..sudah .. tong ganti pelajaran kesenian dengan matematika saja!”

Obed: " tra asik lagi"

Ayo Pace tertawa lah......Syalom

mikerk mengatakan...

Selamat sore sahabat semuanya,

Terima kasih karena sudah mengunjungi blog dan memberikan komentar. GBU.

Terima kasih pula karena telah memberikan doa bagi kesembuhan saya. Kesehatan saya belu sepenuhnya sembuh tetapi lebih baik saya bergerak dan bekerja agar sakit penyakit bisa dilupakan. Sudah barang tentu saya bekerja sambil mengukur diri. Ketika letih, saya memilih untuk beristirahat saja.

Apapu juga, memiliki sahabta seperti anda sekalian, meski hanya di dunia maya, adalah berkat dari Tuhan untuk saya. Thanx, GBU

mikerk mengatakan...

Khusus untuk Pace Ruben dari Papua, saya selalu terhibur dengan anekdot/mop kiriman Pace. Selalu mampu membuat saya tertawa terbahak-bahan. Swear. Luar biasa. Saya berharap Pace berkenan mengunjungi blog secara rutin dan terus berbagi mop Papua yang dahsyat itu. GBU. Shalom

mikerk mengatakan...

oh ya sebelum off, saya berharap kita semua mendukung taman nasional komodo agar dapat terpilih sebagai salah satu di antara 7 keajaiban dunia yang baru pada kategori hutan/taman nasional

mikerk mengatakan...

upssss sorry :

....kategori E adalah FOREST, NATIONAL PARKS NATURE RESERVES....

Komodo adalah spesies terakhir dari dragon/naga/dinosaurus terakhir yang masih ada di dunia.

Ayo dukung ya broer dan sus. GBU

Anonim mengatakan...

ha ha ha ...pace ruben....jangan bosan ke blog in yaaaaaaa.....pace slalu membawa cerita segar dan bikin ketawa ngakak (Jennie)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Selamat bekerja lagi. Jaga kesehatan. GBU

Anonim mengatakan...

tetapi untuk Pace Ruben, kami di NTT juga sebenarnya tidak kalah sengsaranya dengan Papua. Mungkin lebih sengsara lagi. Menurut data dari dinas PPO NTT jumlah guru (SD-SLTA) di NTT saat ini berjumlah 50.521 guru yang tersebar di 20 kabupaten/kota. Walau begitu, kata Kasim, NTT masih kekurangan guru dan membutuhkan lagi sekitar 15.967 guru.

Anonim mengatakan...

Jadi sitauasinya adalah Guru-guru di NTT saat ini lebih banyak berada di Kota. Sementara di daerah-daerah pedalaman atau desa terpencil terjadi kekurangan guru, padahal rombongan belajarnya mungkin besar.

Untuk menutup kekurangan guru ini, sekolah mengangkat saja guru yang digaji oleh masyarakat atau komite sekolah. Karena untuk memenuhi kebutuhan, sekolah daerah terpencil lebih banyak mengangkat guru yang tidak layak mengajar. Ada guru SMA yang hanya tamatan SMA atau guru yang tak layak untuk mengajar mata pelajaran tertentu tapi dipaksakan mengajar mata pelajaran yang bukan kompetensinya.

Apa akibatnya? mudah ditebak: mutu pendidikan NTT buruk (Jennie)

Anonim mengatakan...

@savunnese n @eman
haaa ama savunnese kurang percaya diri saajaa, coba liat pernyataan orang termasuk pak alo, bahwa tidak semua orang NTT rusak-rusakan salah satu etnis yang memiliki etos kerja yang baik adalah etnis ama toooo...
hanya memang yaitu kurang percaya diri untuk membenahi diri agar lebih maju lagi... betuulll ama??
gooo ama....!!!

*click

Anonim mengatakan...

woooiiii....su jennie....kok mengutip kasim kepala LPMP sih...orang-orang pengelola pendidikan PNS itu pengabdiannya demi proyek makanya kalo ngomong sering ngawur. Selengkapnya kata-kata kasim adalah NTT kekurangan 15 ribuan guru tapi kekurangan 12 ribuan guru. Trus, dia menyalahkan mutu guru-guru bantu yang mengajar sukarela itu. Coba tanya si kasim, berapa dia bisa angkat guru baru? Guru kiriman dari jakarta malah guru yang tidak diperlukan di NTT. Kerja 1-2 tahun trus kabur balik ke jawa. Keluhan pace ruben betul itu. NTT juga merasa dianaktirikan oleh pemerintha pusat soal pendidikan. Meski harus diakui bahwa pemda ntt sendiri tidak becus urus pendidikan (Karolus)

Anonim mengatakan...

selamat pagi, saya mahasiswa fkip undana, mengenal blog ini dari kawan-kawan fapet. Senang betul melihat ada dosen undana yang begini maju pemikirannya. Tapi mana yang lain??????? kok cuma ribut pilih rektor dan cari duit tambahan saja. Akibatnya, sering meninggalkan tugas (Karolus)

Anonim mengatakan...

ini juga nih, katanya undana mau go global tapi kita pakai internet di puskom mahalnya minta ampun. Bagaimana kami mau pintar mengakses ilmu pengetahuan kalau kantong kami diperas habis???? (Karolus)

Anonim mengatakan...

@ Karolus,

Semenjak saya masih kuliah sampai sudah jadi dosen yang berubah di undana cuma orang-orang, gedung-gedung baru. Budaya kerja tidak berubah. Ganti rektor ganti ganti kebijakan. Renstra-renops cuma hiasan lemari. Tidak dijadikan rujukan (John, Oemasi)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Ente memang tidak punya potongan jadi pemimpin di Undana karena otak dan mulut ente terlalu lurus dan kadang-kadang kurang taktis. Omong apa saja semaunya padahal tau toh???? sama bos-bos kita harus sedikit munafik. Iya kan? tapi kalo lu sampe bersikap munafik maka ingat bae-bae ini: beta orang pertama yang akan angkat batu lempar lu pung kepala. Tetaplah kritis tetapi tulus.

Kitorang tunggu tulisan terbuka tentang pemilahan rektor undana macam ke tahun 2005 dalam jdul pimpinan dan gulma. Banyak orang tunggu tapi lu tapeluk masok keluar hutan. Dasar orang utan ha ha ha ha (John, Oemasi)

Anonim mengatakan...

ha ha ha ha Pace Ruben rupanya ketagihan membawa virus tertawa (T3rT4wA) di blog ini ha ha ha ha ....komen trus ya pace kalo ngga kita bakar batu deeeehhhh......

BTW, GW PUAAAASSSSSSS banget banget .....Barcelona VS MU di Roma...pemenangnya is...Sriwijaya FC....wkwkwkwkwkkwkw.....klub yang kurang pendidikan tuh...masak udah 25 gol ketelen.....wkwkwkwkwk...(Proxy73)

Anonim mengatakan...

@karolus

beta ju lulusan Undana, tapi beta agak sedih katanya Undana mau "go global" tapi masih terbatas banyak sekali. salah satunya seperti kaka karolus pung keluhan. entah itu cuma sekedar slogan 'pemanis bibir' atau apa?
bahkan yang menyedihkan sedikit sekali ada dosen undana yang mau (dan mungkin bisa) untuk mempublikasikan bahan2 kuliah, hasil2 penelitian, dsb sehingga mendorong mahasiswa juga tertarik untuk membuka internet search materi2 yang berhubungan dengan tugas, penelitian, dsb. padahal dosen dan para peneliti undana tidak kalah dengan kawan2 dari tanah jawa.
kalau menurut beta, pendidikan sekarang su maju. materi kuliah sonde sekedar didapatkan dari saat kuliah atau baca buku di perpustakaan kampus. Tapi itu memang juga harus didukung Undana sebagai institusi.

(norman)

Anonim mengatakan...

Refelksi yang amat baik untuk menggambarkan situasi pendiikan di Indonesia dewasa ini. Di jogja, banyak perguruan tinggi swasta atau SM swasta yang ditutup. Apakah animo masyarakat yang berkurang? tidak demiian. Masalahnya, terjadi seleksi alamiah yaitu SM atau PT yang bermutu rendah akan ditinggalkan. Pertanyaannya adalah di situ, mengapa orang nekad mendirikan SM atau PT dengan mutu buruk? jawabnya 1: uang (Wied)

Anonim mengatakan...

@ Bigmike,

Bersyukurlah dalam segala hal. GBU (Wied)

Anonim mengatakan...

Ok betul sekali masi Wied. Komersialisasi pendidikan di Indonesia mendapat tempat yang semakin leluasa bersamaan ditetapkannya UU BHP. Mau kemana negeri ini (Erick)

Anonim mengatakan...

Wooiiii BM, Jesus Loves U Bro (Erick)

HASTu W mengatakan...

kalo karyawan mah... mo guru kek, mo pelayan toko kek... dimana-mana yg dipikirin gajian bro

mangkanya jadilah guru yang bukan karyawan....





*ngabuuuurrrr..........*

Anonim mengatakan...

@ Mas Hastu,

Itulah bedanya guru dan karyawan biasa. Menurut UU guru/dosen disebut sebagai karyawan khusus. Itu sebabnya gaji mereka memang sedikit lebih tinggi kebanding karyawan biasa. Oleh karena itu, guru/dosen diharapkan memiliki etika pengabdian yang lebih baik. Dan sebagai dosen saya akui, jiwa pengabdian inilah yang agak meluntur akhir-akhir ini.

Oleh karena itu, saya pahami betul keresahan sahabat saya mister benar mabuk (bm)...dan sayalah yang menggodanya ketika bm ingin melangkah ke dalam ruang penerimaan gaji.....ha ha ha ha ha (A9ust)

Anonim mengatakan...

ha ha ha ha...terbuka sudah kedok penjahat pengganggu bm, yaitu tuan kumis ha ha ha ha.....eh, bm bekin artikel baru lah....OK???? (John)

Anonim mengatakan...

Halo, saya Untung Lelono, seorang guru swasta di Jogja. Saya sudah lama menjadi pembaca blog ini. Blog ini tergolong luar biasa postingannya. Materinya tergolong "kelas atas". Komentarnya juga dahsyat-dahsyat bahkan kadang-kadang medeni alias bikin takut. Tetapi pada posting ini saya bernikan diri memberikan komentar karena menyangkut profesi saya. Harap dingatt, guru dan dosen adalah profesi, bukan karyawan biasa.

Komentar saya sigkat saja, pendidikan adalah kewajiban negara dan sebaliknya adalah hak rakyat. Begitu kata Preambule UUD 1945. Tetapi apa yang terjadi sekarang adalah negara ingin lepas tangan meski dengan dalih yang macam-macam menutupi kedoknya itu, UU BHP adalah cntoh paling telanjang. Swasta yang ingin membant pemerintah malah digencet dengan berbagai kebijakan yang mematahkan semangat. Perlkaun berbeda antara aktor pendidikan negari dan swasta adalah contoh.

Menutupi itu, UU BHP diadakan, tetapi ternyata malah embikin swasta akan gulung tikar karena negeri akan menyapu habis semua sekolah atau PT swasta. Pendiri-pendiri sekolah atau PTS disingkirkan dengan mewajibkan institusi wali amanah, yaitu suatu institusi yang menyamakan begitu saja pemilik sekolah/PT dengan pelaksananya. Anda bisa membayangkn, antara pemilik mobil dan sopir dianggam modalnya sama? ini mematikan inisiatip masayarakat. Slakan nilai sendiri dimana "kebusukan" pendidikan di Indonesia berada.

Anonim mengatakan...

@ Mas Untung,

Selamat datang. Jangan ragu berkomentar karena biar kata kadang-kadang panas tetapi hal itu normal. Tidak percaya? buka saja situ youtube, anda akan melihat kata-kata makian bertebaran bebas di situ...f*** y** semacam itu lah.

Tapi saya ingin tanya ke mas Untung, bukankan UU BHP malah menjadi alat demokratisasi dunia pendidikan. Jangan karena punya modal lalu seenaknya sendiri mengurus sekolah atau PT, iya kan? Gimana tuh mas???? (Eman, CN, TDM)

mikerk mengatakan...

Howdy, selamat siang sobat blogger. Terima kaish bagi yang sudah sudi berkungjung dan berkomentar. GBU

Anonim mengatakan...

@A9us
terimakasih telah menerangkan maksud sy.

Itulah sebabnya sy langsung ngabur, karena sy pun ga Begitulah sulitnya konsisten terhadap prioritas ketika jiwa musti memilih mana yang akan lebih diprioritaskan dari sekian banyak kebutuhan2 jiwa raga..... apakah mau sbg pengabdian terhadap tanah air/masyarakat/keluarga, karyawan khusus/biasa/honorer, profesi yang profesional/amatiran/semi-pro, dst. dst.



(hastu)

Anonim mengatakan...

kliru ngetik, maksudnya:

...... karena sy pun ga begitu yakin mampu konsisten tuk memprioritaskannya. Begitulah.....

(hastu)

mikerk mengatakan...

yaaaacccccc.....Mister Hastu: orang jelek kayak mister A9ust ditanggepin ...... mo ketularan jelek?????? ha ha ha ha ha....mister A9ust tuh is racuuuuuuuunnnnnn duniaaaaa...ha ha ha ha ha

Anonim mengatakan...

ha ha ha ha ha botaaaaaaaaaakkkk....bontaaaaaaaaakkk....
ha ha ha....woooiiii posting baru suda ....(A9ust)

Anonim mengatakan...

@All
Kukirim puisi ini utk direnungkan

Puisi By Mario Teguh : Siapakah Aku?

Engkau datang kepada ku dengan pertanyaan

Siapakah aku?

Dalam diam ku,
aku tahu engkau bertanya-tanya melihat senyumku,
tetapi seharusnya engkau merasa damai bila engkau mengerti seberapa
besarnya kasihku kepadamu.

Sadarkah engkau bahwa aku bukanlah diri yang hidup cukup lama di dalam
dirimu itu,
untuk ku mengenal dan mengetahui tentang mu
yang memantaskan ku untuk menjawab pertanyaanmu itu?

Dengarkanlah ini dengan mendamaikan dirimu sendiri.

Aku tidak tahu engkau siapa,
tetapi ini yang bisa ku katakan kepadamu,
bahwa

Pertanyaanmu mengenai siapakah engkau
adalah ungkapan keletihanmu dengan pribadi yang belum membanggakan bagimu
itu.

Adikku yang terkasih,

ketahuilah bahwa

Kita semua tumbuh dari ketiadaan,
menuju ke kemuliaan.

Kita tumbuh dari ketiadaan wujud, ketiadaan nama, dan dari ketiadaan
kehadiran.

Maka marilah kita mulai dari wujud mu.

Identitas dasar dari dirimu ada dalam wujudmu.

Yang kau mengerti sebagai wujudmu itu sering kau sederhanakan hanya
sebagai bentuk, ukuran, berat, dan warnanya saja;

tetapi sebenarnya,

dirimu lebih ada, lebih bernama, dan lebih hadir dari yang bisa kau mengerti.

Aku tak ingin membingungkanmu,
tetapi dengarlah pengandaian ini:

Seandainya engkau bisa melihat jiwa-jiwa suci yang ditugaskan untuk
menjaga dan membimbingmu untuk menjadikanmu sebagaimana seharusnya engkau
menjadi,
engkau tidak akan berlaku seperti yang tidak sedang disaksikan itu.

Yakinilah itu,
dan engkau akan berlaku dalam sebaik-baiknya kelakuan.

Dengannya,
engkau akan tumbuh, bergerak menuju diri mulia mu
yang selama ini tersuramkan oleh perilaku hati, perilaku pikiran, dan
perilaku badanmu yang membuat jiwa-jiwa suci pendampingmu itu malu.

Tetapi,
untuk sekarang cukupkanlah kesadaran mengenai pendampingmu itu sebagai
pengetahuanmu saja,
dan

Berlakulah dengan kesadaran bahwa engkau sedang dalam pengawasan.

Ya, engkau selalu dalam pengawasan.

Tetapi, mengapakah aku memberitahumu mengenai hal ini?

Bukankah engkau yang sering mengatakan kepadaku
bahwa Tuhan Maha Mengetahui?
bahwa Tuhan Maha Menyaksikan?
dan bahwa Tuhan mengetahui dan menyaksikan semua yang kita lakukan?

Tetapi,

mengapakah sering tanpa ragu engkau hadirkan dirimu dalam seburuk-buruknya
perilaku dalam penyaksian Tuhan?

Apakah engkau akan melakukan banyak hal yang kau lakukan dalam penyaksian
Tuhan itu,
di depan tetangga mu, yang bahkan tidak kau hormati itu?

Lalu,
apakah yang terjadi dengan rasa hormatmu kepada Tuhan?


Sahabatku yang baik,

Bila engkau menghormati Tuhan,
tidak mungkin engkau berlaku yang menjadikanmu tidak menghormati dirimu
sendiri.

Maka wajar bila engkau bertanya kepadaku,

Siapakah aku?

karena engkau terbingungkan oleh diri yang melakukan yang diketahuinya
tidak pantas baginya untuk melakukan.

Bila engkau sudah menerima ini,
kita bisa sekarang naik ke anak tangga pengertian berikutnya.

… anak tangga pengertian berikutnya …

Apakah engkau melihat keindahan dari selarik kata-kata itu?

… anak tangga pengertian …


Ya …

Kita naik dalam kehidupan ini,
dalam derajat yang bertingkat-tingkat,
dan
derajat-derajat itu kau capai
melalui tingkat-tingkat dari pengertianmu.

Semakin engkau mengerti, semakin engkau berderajat,
karena engkau tidak mungkin berlaku yang bertentangan dengan yang kau
mengerti.

Maka ketahuilah ini,

Siapapun yang berlaku bertentangan dengan yang dimengertinya, adalah orang
yang belum benar-benar mengerti.

Sekarang,
sudahkah engkau mengerti mengapa aku selalu tersenyum kepadamu?

Aku tersenyum,
karena aku melihat dirimu dari tempat yang memungkinkan ku melihat
kenaikan derajatmu bila engkau percaya.

Aku tersenyum,
karena aku melihat kebaikan dalam dirimu yang sedang kau biarkan kalah di
bawah kepentinganmu yang tidak penting.

Aku tersenyum,
karena aku melihat bagaimana engkau tersiksa karena kekesalan mu terhadap
dirimu sendiri yang sering berlaku palsu.

Lebar senyumku,
karena mendengar mu berjanji tidak akan berlaku sombong, tetapi
mengatakannya dengan kalimat-kalimat seseorang yang angkuh.

Lucu senyumku,
karena mendengar kesediaanmu untuk memaafkan orang lain dengan kesungguhan
untuk memastikan bahwa mereka tahu hanya engkau yang benar.

Haru senyumku,
karena melihat upayamu untuk mendapatkan kasih sayang dengan cara-cara
yang mengusir kasih sayang.

Dan semua kesabaran dalam senyumku itu ada,
karena aku sedang menanti saat dimana engkau berlaku tegas untuk menjadi
pribadi yang baru.

Ya …,
aku mendengar keraguanmu itu …

Engkau dan aku tahu bahwa pribadi yang baru itu tidak pernah bebas untuk
menjadi betul-betul baru, karena akan selalu ada sisa-sisa dari
kenyamananmu dalam cara-cara yang lama itu yang mencoba memasuki
ruang-ruang indah dari pembaruan dirimu.

Tetapi ini yang harus kau mengerti,
bahwa

Pribadi apapun yang mengupayakan perbaikan
adalah sudah baru.

Siapapun yang menginginkan dirinya menjadi baik, sudah menjadi orang baik.

Kebaruan mu bukan datang karena engkau telah meninggalkan semua diri lama mu.

Kebaruanmu dimulai dari niatmu untuk menjadi pribadi baru.

dan

Kesungguhanmu dinilai dari yang betul-betul engkau lakukan.

MARIO TEGUH
The Year Of My True Identity
Tahun Identitas Asli Saya (Adek)

Anonim mengatakan...

So, ssiapakah jati diri Mas Adek sesungguhnya? bikin penasaran. Sekali-sekali berkomentar tapi selalu teduh dan menarik. TOP (A9ust)