Berkegiatan bersama komunitas masyarakat dan organisasi masyarakat non-pemerintah perduli bencana selama 2 hari terakhir (25-26 Oktober 2011) di Hotel Kristal, Kupang memberikan pengalaman tersendiri. Bukan karena sebelumnya tidak pernah berbicara dalam topik pengurangan resiko bencana seperti itu....bukan.....sudah sering gitu-gitu......tetapi ada hal yang menggelitik terkait 2 pernyataan dalam acara tersebut:
Di mana menariknya? Pertama-tama, tampaknya terjadi 2 tolok ukur atau variabel indikator bencana. Masyarakat desa menanggap bahwa dengan kegagalan panen mereka terancam lapar sementara bapak pejabat berpikir bahwa selama masih ada yang dimakan maka belum terjadi kelaparan. Supaya lebih jernih maka saya ingin memberikan 2 pertanyaan kepada masing-masing tokoh tersebut. Kepada bapak mantan kades Noebesa saya akan bertanya: "mengapa harus merasa terancam jika nyatanya masih ada ubi untuk dimakan?". Kepada bapak pejabat daerah saya akan bertanya: "apakah bapak bisa memastikan ubi yang dimakan oleh bapak gubernur dan rombongan bukan ubi terakhir yang mereka punya?". Saya sendiri, dalam acara itu, lalu memberikan jawaban sebaik-baiknya menurut perspektif ilmiah tentang resiko bencana, kerentanan, kapasitas, adaptasi, mitigasi dan cara menilai suatu ekosistem. Tapi posting saya kali ini bukan tentang jawaban-jawaban saya seperti yang dimaksud tadi. Saya ingin berbicara hal yang lain. Sama sekali tidak ada hubungan dengan percakapan 2 orang di atas? Ada. Sedikit. Sadiiikiiiii sa. Sapo'ong, kata anak Kupang. Bagaimana ini? ya beginilah:
Pak mantan kades sudah berbicara tentang keadaan dahulu dan sekarang yang tetap saja sama. "Ada ancaman tetapi ada tindakan berjaga-jaga". Bapak pejabat daerah juga berbicar
a tetang sesuatu yang menunjuk suatu situasi "ada ancaman tetapi jangan kuatir karena dari dulu sudah biasa begitu". Kedua orang itu telah bericara tentang sesuatu yang sifatnya tetap. Sambil menunggu sesi berikutnya, saya melamunkan satu hal, yaitu hukum kekekalan energi dan entropi sistem. Hukum I dan II thermodinamika. Hukum bak Abang dan adik.
Tentang kekekalan energi, hukum yang mengaturnya dikenal sebagai hukum I thermodinamika. Bunyi hukum tersebut adalah sebagai berikut: "Perubahan energi internal dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan perbedaan antara panas dipasok ke sistem dan jumlah kerja yang dilakukan oleh sistem pada sekitarnya". Ruwet? mungkin tidak tetapi biasanya hukum ini akan dibaca juga sebagai energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan hanya dapat ditransformasikan. Energi dari radiasi matahari diubah menjadi energi biokimia di dalam tubuh tumbuhan yang berfotositesis. Makhluk hidup yang memamakan tumbuhan akan mentransformasikan senergi di tumbuhan menjadi dalam tubuhnya maisng-masing. Energi yang terbuang karena panas misalnya akan ditransformasikan menjadi energi lingkungan. Inilah kekekalan energi. Hukum ini, pada awalnya sangat ditentang oleh gereja di masa pencerahan sebab jika benar demikian maka tidak akan ada kiamat. Dan hal ini bertentangn dengan ajaran gereja. Belakangan, kelompok ateis menggunakan juga hukum ini untuk menolak adanya penciptaan karena energi bersifat kekal maka tidak diperlukan pencipta. Semesta raya dan energinya sudah ada dan akan selalu ada. Waduuuuhhh.......
Datanglah kemudian hukum II thermodinamika yang mengatakan bahwa "Panas tidak dapat secara spontan mengalir dari lokasi yang lebih dingin ke lokasi lebih panas". Maksudnya apa nih? Jika anda punya 1 buah benda yang panas dan 1 buah benda yang dingin, misalkan anda punya 1 gelas berisi air panas dan 1 gelas lainnya berisi air dingin. Jika anda campurkan air di gelas-gelas itu maka anda tak lagi memiliki air panas dan air dingin. Air yang panas kehilangan sebagian panasnya karena ditransformasikan ke dalam air yang dingin. Lalu, air yang dingin mendapatkan kenaikan suhu akibat transformasi itu. Mereka bertemu pada satu titik suhu rata-rata yang tidak panas tetapi juga tidak dingin. Hangat (kalau pesan minuman di warung selalu saya bilang ....."teh hangat 1"... wkwkwk). Mengapa demikian? Efek perataan. Apakah suhu hangat air tadi sudah merupakan suhu panas + suhu dingin dibagi 2? Tidak begitu. Ada panas yang hilang karena menguap selama proses pencampuran. Inilah yang, dimaksudkan dengan, kurang lebih, entropi. Bagaimana membayangkan yang dimaksudkan dengan entropi? Jika kedua gelas tadi anda letakkan berjauhan maka kemungkinan hanya sedikit panas yang berpindah dari gelas berair panas ke gelas berair dingin karenan sebagian besar akan diuapkan menuju lingkungan. Akibatnya, hanya sedikit panas yang tersedia di gelas-gelas itu. Maka, dikatakan bahwa sistem panas di gelas-gelas tadi dalam keadaan kacau (entropi) karena tidak lagi panas. Semakin anda menjauhkan gelas-gelas itu (mengisolirnya) maka makin sedikit panas yang tersedia. Dapat dikatakan juga entropi dikedua gelas tadi meningkat menuju maksimal. Implikasi hukum II thermodinamika cukup menyenangkan bagi kaum teistik karena memberikan pintu kemungkinan adanya kiamat (kalo Ki Amat sih banyak di Bogor dan sekitarnya.....ha ha ha).
Bagaimana hubungan di antara hukum I dan II thermodinamika? Menurut info yang saya peroleh, hubungan keduanya baik-baik saja (kemarin keduanya terlihat sedang ngobrol minum kopi bareng dech...wkwkwk...). Jika diperhatikan baik-baik, tetapi salah dalam mengintepretasikannya, kita mungkin akan mengatakan bahwa keduanya saling bertolak belakang. Hukum I mengatakan bahwa energi itu kekal lha mengapa kok adiknya, si hukum II, berani-beraninya memberikan petunjuk bahwa energi bisa hilang....nakal banget kamu itu ya.... Betul begitu? Sebenarnya tidak. Posisinya tetap, yaitu energi itu kekal adanya (hukum I) tetapi preferensinya adalah aliran energi itu menuju 1 arah dan tidak bisa kembola-kembali (irreversible). Sepeda motor anda ketika dijalankan harus diisi energi (bensin) kan? Di dalam mesin motor anda, bensin tadi diubah (dikonversi) menjadi tenaga (kenceng dah jalannya motor anda itu) dan juga .... asap. Nah, dititik ini hukum II thermodinamika berperan, yaitu bahwa tenaga motor dan asap tidak bisa diubah kembali menjadi bensin (saya tantang Deddy Corbuzier untuk mengubahnya secara hitam putih kalo dia bisa....wheeeeaaaa ha ha ha...). Makin kenceng dan makin berasap maka bensin makin cepat habis. Entropi meningkat. Jika tidak ada penambahan energi maka mesin motor anda akan mati. Rencana menjemput pacar kocar-kacir sudah tuh. Entropi maksimal.
Lalu apakah tentang entropi ini adalah maksud posting ini? Tidak persis begitu. Yang ingin saya katakan adalah berikut ini. Perhatikan baik-baik ya sobat.....kesan bahwa hukum I dan II thermodinamika saling bertentangan sebenarnya karena disebabkan kesalahan dalam memberikan intepretasi. Hukum I thermodinamika sering disebut sebagai energi itu kekal, tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Padalah yang dimaksudkan sebenarnya adalah sekali energi itu diciptakan maka, menurut pengamatan, energi aktual itu konstan. Mengapa dikatakan demikian? karena ilmu pengetahuan selalu harus bertumpu pada pengamatan sedangkan pengamatan belum sama sekali membuktikan kata "tidak dapat" dan atau sebaliknya, "dapat". Dengan demikian sejatinya tidak ada kekekalan dalam pengertian akan selalu ada selama-lamanya (itu sebabnya ilmuwan memprediksikan bahwa mungkin sekitar 8 - 10 milyar tahun lagi matahari akan kehabisan energinya dan pada saat itu tamatlah galaksi bima sakti kita). Kalau begitu konstruksi permasalahannya maka hukum II thermodinamika, si adik, terhubung dengan hukum I, si abang. Energi potensial yang konstan itu akan dikonversi menjadi aneka rupa energi kinetik tetapi di dalam proses konversinya selalu akan terbentuk energi yang tidak bisa dimanfaatkan lagi. Karena itu pemakaian energi akan menyebabkan kekurangan energi dalam bentuk yang bisa dipakai dan anda akan mengalami "kekacauan sistem" kecuali anda menciptakan energi baru. Anda, saya dan kita semua selalu membutuhkan penciptaan energi.
Jika konstruksi tadi dapat diterima maka pertanyaannya adalah siapakah pencipta energi? Teistik maupun ateistik bisa berdebat tetapi 1 hal yang disepakati adalah selalu diperlukan energi yang konstan. Dan selama ini diakui bahwa tidak ada 1 pun mesin yang bisa bekerja secara konstan dan efisien KECUALI adanya sesuatu yang MISTERI yang berfungsi sebagai PENGADA (the first uncaused cause - Bertrand Russel). Dalam perspektif kaum teistik, kita akan menyapa Sang Maha Pengada itu sebagai TUHAN yang tidak memerlukan pengada lainnya. Saya membaca kesaksian di dalam Alkitab bahwa:
Happy Sunday. God bless you all,
Tabe Tuan Tabe Puan
.... "bencana selalu ada, kita harus waspada, seperti kami di Noebesa tahun ini kurang sekali panen karena terlalu kering. Dahulu waktu bencana banjir bah di jaman Perjanjian Lama, untung ada Nabi Noh yang bikin kapal besar. Itu bukti bahwa pengurangan resiko bencana sudah ada dari dulu" .... (mantan kepala desa Noebesa, TTS yang desanya terancam longsor) ...
... "ada berita orang di Noebesa mati karena kelaparan, tapi waktu pak Gubernur dan kami berkunjung ke sana ternyata biar masyarakat mengalami kekeringan tetapi mereka masih bisa kasi kita makan ubi yang mereka simpan" ... (pejabat badan penanggulangan bencana daerah, NTT) ...
Di mana menariknya? Pertama-tama, tampaknya terjadi 2 tolok ukur atau variabel indikator bencana. Masyarakat desa menanggap bahwa dengan kegagalan panen mereka terancam lapar sementara bapak pejabat berpikir bahwa selama masih ada yang dimakan maka belum terjadi kelaparan. Supaya lebih jernih maka saya ingin memberikan 2 pertanyaan kepada masing-masing tokoh tersebut. Kepada bapak mantan kades Noebesa saya akan bertanya: "mengapa harus merasa terancam jika nyatanya masih ada ubi untuk dimakan?". Kepada bapak pejabat daerah saya akan bertanya: "apakah bapak bisa memastikan ubi yang dimakan oleh bapak gubernur dan rombongan bukan ubi terakhir yang mereka punya?". Saya sendiri, dalam acara itu, lalu memberikan jawaban sebaik-baiknya menurut perspektif ilmiah tentang resiko bencana, kerentanan, kapasitas, adaptasi, mitigasi dan cara menilai suatu ekosistem. Tapi posting saya kali ini bukan tentang jawaban-jawaban saya seperti yang dimaksud tadi. Saya ingin berbicara hal yang lain. Sama sekali tidak ada hubungan dengan percakapan 2 orang di atas? Ada. Sedikit. Sadiiikiiiii sa. Sapo'ong, kata anak Kupang. Bagaimana ini? ya beginilah:
Pak mantan kades sudah berbicara tentang keadaan dahulu dan sekarang yang tetap saja sama. "Ada ancaman tetapi ada tindakan berjaga-jaga". Bapak pejabat daerah juga berbicar
Tentang kekekalan energi, hukum yang mengaturnya dikenal sebagai hukum I thermodinamika. Bunyi hukum tersebut adalah sebagai berikut: "Perubahan energi internal dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan perbedaan antara panas dipasok ke sistem dan jumlah kerja yang dilakukan oleh sistem pada sekitarnya". Ruwet? mungkin tidak tetapi biasanya hukum ini akan dibaca juga sebagai energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan hanya dapat ditransformasikan. Energi dari radiasi matahari diubah menjadi energi biokimia di dalam tubuh tumbuhan yang berfotositesis. Makhluk hidup yang memamakan tumbuhan akan mentransformasikan senergi di tumbuhan menjadi dalam tubuhnya maisng-masing. Energi yang terbuang karena panas misalnya akan ditransformasikan menjadi energi lingkungan. Inilah kekekalan energi. Hukum ini, pada awalnya sangat ditentang oleh gereja di masa pencerahan sebab jika benar demikian maka tidak akan ada kiamat. Dan hal ini bertentangn dengan ajaran gereja. Belakangan, kelompok ateis menggunakan juga hukum ini untuk menolak adanya penciptaan karena energi bersifat kekal maka tidak diperlukan pencipta. Semesta raya dan energinya sudah ada dan akan selalu ada. Waduuuuhhh.......
Datanglah kemudian hukum II thermodinamika yang mengatakan bahwa "Panas tidak dapat secara spontan mengalir dari lokasi yang lebih dingin ke lokasi lebih panas". Maksudnya apa nih? Jika anda punya 1 buah benda yang panas dan 1 buah benda yang dingin, misalkan anda punya 1 gelas berisi air panas dan 1 gelas lainnya berisi air dingin. Jika anda campurkan air di gelas-gelas itu maka anda tak lagi memiliki air panas dan air dingin. Air yang panas kehilangan sebagian panasnya karena ditransformasikan ke dalam air yang dingin. Lalu, air yang dingin mendapatkan kenaikan suhu akibat transformasi itu. Mereka bertemu pada satu titik suhu rata-rata yang tidak panas tetapi juga tidak dingin. Hangat (kalau pesan minuman di warung selalu saya bilang ....."teh hangat 1"... wkwkwk). Mengapa demikian? Efek perataan. Apakah suhu hangat air tadi sudah merupakan suhu panas + suhu dingin dibagi 2? Tidak begitu. Ada panas yang hilang karena menguap selama proses pencampuran. Inilah yang, dimaksudkan dengan, kurang lebih, entropi. Bagaimana membayangkan yang dimaksudkan dengan entropi? Jika kedua gelas tadi anda letakkan berjauhan maka kemungkinan hanya sedikit panas yang berpindah dari gelas berair panas ke gelas berair dingin karenan sebagian besar akan diuapkan menuju lingkungan. Akibatnya, hanya sedikit panas yang tersedia di gelas-gelas itu. Maka, dikatakan bahwa sistem panas di gelas-gelas tadi dalam keadaan kacau (entropi) karena tidak lagi panas. Semakin anda menjauhkan gelas-gelas itu (mengisolirnya) maka makin sedikit panas yang tersedia. Dapat dikatakan juga entropi dikedua gelas tadi meningkat menuju maksimal. Implikasi hukum II thermodinamika cukup menyenangkan bagi kaum teistik karena memberikan pintu kemungkinan adanya kiamat (kalo Ki Amat sih banyak di Bogor dan sekitarnya.....ha ha ha).
Bagaimana hubungan di antara hukum I dan II thermodinamika? Menurut info yang saya peroleh, hubungan keduanya baik-baik saja (kemarin keduanya terlihat sedang ngobrol minum kopi bareng dech...wkwkwk...). Jika diperhatikan baik-baik, tetapi salah dalam mengintepretasikannya, kita mungkin akan mengatakan bahwa keduanya saling bertolak belakang. Hukum I mengatakan bahwa energi itu kekal lha mengapa kok adiknya, si hukum II, berani-beraninya memberikan petunjuk bahwa energi bisa hilang....nakal banget kamu itu ya.... Betul begitu? Sebenarnya tidak. Posisinya tetap, yaitu energi itu kekal adanya (hukum I) tetapi preferensinya adalah aliran energi itu menuju 1 arah dan tidak bisa kembola-kembali (irreversible). Sepeda motor anda ketika dijalankan harus diisi energi (bensin) kan? Di dalam mesin motor anda, bensin tadi diubah (dikonversi) menjadi tenaga (kenceng dah jalannya motor anda itu) dan juga .... asap. Nah, dititik ini hukum II thermodinamika berperan, yaitu bahwa tenaga motor dan asap tidak bisa diubah kembali menjadi bensin (saya tantang Deddy Corbuzier untuk mengubahnya secara hitam putih kalo dia bisa....wheeeeaaaa ha ha ha...). Makin kenceng dan makin berasap maka bensin makin cepat habis. Entropi meningkat. Jika tidak ada penambahan energi maka mesin motor anda akan mati. Rencana menjemput pacar kocar-kacir sudah tuh. Entropi maksimal.
Lalu apakah tentang entropi ini adalah maksud posting ini? Tidak persis begitu. Yang ingin saya katakan adalah berikut ini. Perhatikan baik-baik ya sobat.....kesan bahwa hukum I dan II thermodinamika saling bertentangan sebenarnya karena disebabkan kesalahan dalam memberikan intepretasi. Hukum I thermodinamika sering disebut sebagai energi itu kekal, tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Padalah yang dimaksudkan sebenarnya adalah sekali energi itu diciptakan maka, menurut pengamatan, energi aktual itu konstan. Mengapa dikatakan demikian? karena ilmu pengetahuan selalu harus bertumpu pada pengamatan sedangkan pengamatan belum sama sekali membuktikan kata "tidak dapat" dan atau sebaliknya, "dapat". Dengan demikian sejatinya tidak ada kekekalan dalam pengertian akan selalu ada selama-lamanya (itu sebabnya ilmuwan memprediksikan bahwa mungkin sekitar 8 - 10 milyar tahun lagi matahari akan kehabisan energinya dan pada saat itu tamatlah galaksi bima sakti kita). Kalau begitu konstruksi permasalahannya maka hukum II thermodinamika, si adik, terhubung dengan hukum I, si abang. Energi potensial yang konstan itu akan dikonversi menjadi aneka rupa energi kinetik tetapi di dalam proses konversinya selalu akan terbentuk energi yang tidak bisa dimanfaatkan lagi. Karena itu pemakaian energi akan menyebabkan kekurangan energi dalam bentuk yang bisa dipakai dan anda akan mengalami "kekacauan sistem" kecuali anda menciptakan energi baru. Anda, saya dan kita semua selalu membutuhkan penciptaan energi.
Jika konstruksi tadi dapat diterima maka pertanyaannya adalah siapakah pencipta energi? Teistik maupun ateistik bisa berdebat tetapi 1 hal yang disepakati adalah selalu diperlukan energi yang konstan. Dan selama ini diakui bahwa tidak ada 1 pun mesin yang bisa bekerja secara konstan dan efisien KECUALI adanya sesuatu yang MISTERI yang berfungsi sebagai PENGADA (the first uncaused cause - Bertrand Russel). Dalam perspektif kaum teistik, kita akan menyapa Sang Maha Pengada itu sebagai TUHAN yang tidak memerlukan pengada lainnya. Saya membaca kesaksian di dalam Alkitab bahwa:
Even before the mountains came into existence, 1 or you brought the world into being, you were the eternal God (Psalm 90:2 - Nett Bible)
Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah (Mazmur 90:2 - Alkitab, TB, LAI, 1974)
Sadèrèngipun redi-redi katitahaken, inggih sadèrèngipun Paduka ngawontenaken bumi lan alam jembar, wiwit kelanggengan dumugi kelanggengan, Paduka jumeneng Allah (Mazmur 90:2, Injil Bahasa Jawa, 1994)
Happy Sunday. God bless you all,
Tabe Tuan Tabe Puan