Posting kali ini bersifat MMD, main-main dikiiiiiitttttt...ajah....ha ha ha ha. Why? Sederhana saja: saya lagi enggak mood menuliskan sesuatu yang serius. Terlampau banyak pekerjaan serius yang harus saya tangani dalam minggu-minggu belakangan ini. Ibunda yang sakit dan memerlukan perhatian agak lebih ternyata ikut "menerbangkan" bahan-bahan serius yang akan saya posting. Ya, sudahlah. Karena ada kebutuhan untuk "tidak mengabaikan" sahabat-sahabat blogger maka saya memutuskan untuk menulis sesuatu yang agak serius tetapi tidak serius-serius amat. So what? Serius atau main-main. Sungguhan atau bercanda? Jujur saja, saya menuliskannya secara serius.......Eh, nggak kok, cuma main-main...... Lho, serius atau bercanda?......sak karep-mu lah bro en sis......Pokoknya, saya akan menulis dan dimulai dari kisah berikut ini, yang saya ambil dari sebuah folklore Afrika Barat. Begini:
Alkisah pada suatu hari Tuhan berjalan-jalan di bumi menyamar sebagai seorang gelandangan tua dengan memakai sebuah topi berwarna. Ia memakai topi yang satu sisinya berwarna merah, sisi lain putih, depannya hijau dan di belakangnya hitam. Tuhan mendatangi sekelompok orang disebuah desa yang sedang bekerja dan memutuskan untuk bersenda gurau dengan mereka. Karena pembicaraan sangat menarik, semakin malam semakin banyak orang berdatangan mengerumuni Tuhan dan mendengarkan kisah-kisah menarik dari-NYA. Beberapa hari kemudian orang-orang desa kembali membicarakan orang tua yang mendatangi mereka beberapa hari yang lalu itu.
Alkisah pada suatu hari Tuhan berjalan-jalan di bumi menyamar sebagai seorang gelandangan tua dengan memakai sebuah topi berwarna. Ia memakai topi yang satu sisinya berwarna merah, sisi lain putih, depannya hijau dan di belakangnya hitam. Tuhan mendatangi sekelompok orang disebuah desa yang sedang bekerja dan memutuskan untuk bersenda gurau dengan mereka. Karena pembicaraan sangat menarik, semakin malam semakin banyak orang berdatangan mengerumuni Tuhan dan mendengarkan kisah-kisah menarik dari-NYA.
“Apakah kau melihat orang tua bertopi putih yang bercerita malam itu?” tanya orang pertama.
“Putih???Bukan, warna topinya merah” orang kedua menjawab.
“Jangan begitu...warna topinya putih” kata orang yang pertama “jelas-jelas putih…”
“Bukan....” sanggah orang yang kedua. “Saya melihatnya sendiri dengan kedua mata saya dan topi itu jelas berwarna merah.”
“Kamu pasti buta!” kata orang yang pertama.
“Enak saja....tidak ada masalah dengan mata saya” ujar orang yang kedua dengan suara yang mulai meninggi “pasti kamu yang sedang mabuk!”
“Kalian berdua memang buta!” tiba-tiba orang yang ketiga ikut berbicara “ Orang tua itu
jelas-jelas memakai topi berwarna hijau.”
“
Perseteruan antara mereka soal warna topi Tuhan terus terjadi hingga tanpa disadari kelompok orang didesa itu yang sebelumnya hidup dengan berteman dan rukun berubah menjadi permusuhan. Perseteruan tersebut masih terjadi sampai hari ini, turun temurun kepada anak cucu mereka. Pembenci putih melawan pembenci merah, pembenci hijau melawan pembenci hitam, merah lawan hijau, hitam lawan merah dan seterusnya – masing-masing bersikukuh dengan apa yang mereka lihat, tidak mau dibantah mengenai warna topi yang dipakai oleh Tuhan. Sementara itu, Tuhan sampai saat ini masih sering berjalan-jalan di desa tersebut dan sekitarnya, dalam penyamaran, tapi ironis dan sedihnya, sekarang para pembenci gila tersebut terlalu sibuk mempertahankan argumentasi mereka, sehingga tidak memperhatikan lagi.....
Demikianlah ceritera itu yang sebenarnya ingin berkisah tentang pluralisme dan persepsi kita terhadapnya. Itu betul. Tetapi bukan tentang itu saya ingin berkisah. Point saya ada pada kata bersenda gurau (lihat kata yang dicetak tebal berwarna). Ya, Tuhan, dalam ceritera di atas, ternyata bisa bercanda. Apakah Tuhan bercanda?
Persepsi kita tentang Tuhan pada umumnya adalah tegas, serius dan tidak mau ber-dua-rius. Tuhan itu maha adil. Tuhan itu bisa marah dan murka. Tuhan itu bisa cemburu. Tuhan itu...Tuhan itu....Tuhan itu......semuanya serius. Apalagi, menurut Thomas Aquinas, hukum Tuhan bersifat Lex Divina. Tidak bisa diprotes. Woowww....kesan keren, mentereng dan JA'IM erat melekat dengan persepsi kita tentang TUHAN. Kagak boleh dibecandain. DOsa lu. Kuwalat ente ntar. Betul begitu? Mei yes mei be no.
Begawan Fisika, Einstein pernah berujar begini...“Tuhan tidak bermain dadu dengan alam!” ....untuk membela pandangannya tentang alam universal yang dapat diperkirakan dan ditentukan (deterministic theory). Sebaliknya, bermula dari Werner Heisenberg, lalu mempengaruhi Niels Bohr dan, akhirnya, Stphen Hawking percaya bahwa Alam universal adalah ketidak pastian (chaos theory). Jika Eisntein berpandangan bahwa begitu seriusnya Tuhan maka Hawking sebaliknya. Kata Hawking.... "Tuhan tidak hanya bermain dadu. Ia bahkan melemparnya ke tempat yang tidak kita ketahui.”.....Ya, Tuhan suka bercanda. Meskipun bukan murid dari Heisenberg dan Hawking, Didik Ninik Thowok, pesohor ahli menari itu dalam sebuah kesaksian dalam sebuah blog (sori lupa nama blognya) mengatakan begini...."saya percaya, kesuksesan dan kebahagiaan saya adalah jawaban Tuhan atas semua doa-doa saya. Sekarang tidak ada lagi yag bisa menghina saya karena menarikan tarian perempuan. Ya, Tuhan selalu menguji saya sampai batas waktu terakhir. Sampai-sampai, setiap kali saya berdoa, saya tidak tahu apakah saya harus menangis atau tertawa. Memang, TUHAN ITU SUKA BERCANDA".....Nah lo......
Kembali ke laptop. Tuhan itu serius atau suka bercanda sih? Karena saya tidak sepandai Einstein dan atau Hawking maka saya hanya ingin mengatakan begini, .....karena saya diciptakan Tuhan segambar dengan-Nya dan karena saya suka bercanda (meski bisa juga serius), maka saya percaya bahwa Tuhan kadang-kadang suka bercanda.....Anda tidak percaya? cobalah nikmati gambar-gambar berikut ini yang memperlihatkan bahwa DIA memang kadang-kadang bercanda dengan kita.






Belum percaya? Saya beri 1 argumen sesuai dengan referensi yang saya punya.....Dia, yang bersemayam di Sorga, tertawa.........(Mazmur 2:4). You see??????? So, jangan telalu serius dalam hidup. Santailah sedikit. Tertawa dan bercanda-lah. Hidup sudah terlampau berat dengan aneka problematikanya. Resesi ekonomi di ambang pintu. JK nggak mau nurunin harga BBM. Terlampau marah, apa gunanya? Maka,......sekali lagi.......bercandalah barang satu atau dua dikit. Saya amat serius tentang hal ini. Selamat berhari Minggu. Tuhan Memberkati.
Tabe Puan Tabe Tuan
Demikianlah ceritera itu yang sebenarnya ingin berkisah tentang pluralisme dan persepsi kita terhadapnya. Itu betul. Tetapi bukan tentang itu saya ingin berkisah. Point saya ada pada kata bersenda gurau (lihat kata yang dicetak tebal berwarna). Ya, Tuhan, dalam ceritera di atas, ternyata bisa bercanda. Apakah Tuhan bercanda?
Persepsi kita tentang Tuhan pada umumnya adalah tegas, serius dan tidak mau ber-dua-rius. Tuhan itu maha adil. Tuhan itu bisa marah dan murka. Tuhan itu bisa cemburu. Tuhan itu...Tuhan itu....Tuhan itu......semuanya serius. Apalagi, menurut Thomas Aquinas, hukum Tuhan bersifat Lex Divina. Tidak bisa diprotes. Woowww....kesan keren, mentereng dan JA'IM erat melekat dengan persepsi kita tentang TUHAN. Kagak boleh dibecandain. DOsa lu. Kuwalat ente ntar. Betul begitu? Mei yes mei be no.
Begawan Fisika, Einstein pernah berujar begini...“Tuhan tidak bermain dadu dengan alam!” ....untuk membela pandangannya tentang alam universal yang dapat diperkirakan dan ditentukan (deterministic theory). Sebaliknya, bermula dari Werner Heisenberg, lalu mempengaruhi Niels Bohr dan, akhirnya, Stphen Hawking percaya bahwa Alam universal adalah ketidak pastian (chaos theory). Jika Eisntein berpandangan bahwa begitu seriusnya Tuhan maka Hawking sebaliknya. Kata Hawking.... "Tuhan tidak hanya bermain dadu. Ia bahkan melemparnya ke tempat yang tidak kita ketahui.”.....Ya, Tuhan suka bercanda. Meskipun bukan murid dari Heisenberg dan Hawking, Didik Ninik Thowok, pesohor ahli menari itu dalam sebuah kesaksian dalam sebuah blog (sori lupa nama blognya) mengatakan begini...."saya percaya, kesuksesan dan kebahagiaan saya adalah jawaban Tuhan atas semua doa-doa saya. Sekarang tidak ada lagi yag bisa menghina saya karena menarikan tarian perempuan. Ya, Tuhan selalu menguji saya sampai batas waktu terakhir. Sampai-sampai, setiap kali saya berdoa, saya tidak tahu apakah saya harus menangis atau tertawa. Memang, TUHAN ITU SUKA BERCANDA".....Nah lo......
Kembali ke laptop. Tuhan itu serius atau suka bercanda sih? Karena saya tidak sepandai Einstein dan atau Hawking maka saya hanya ingin mengatakan begini, .....karena saya diciptakan Tuhan segambar dengan-Nya dan karena saya suka bercanda (meski bisa juga serius), maka saya percaya bahwa Tuhan kadang-kadang suka bercanda.....Anda tidak percaya? cobalah nikmati gambar-gambar berikut ini yang memperlihatkan bahwa DIA memang kadang-kadang bercanda dengan kita.






Belum percaya? Saya beri 1 argumen sesuai dengan referensi yang saya punya.....Dia, yang bersemayam di Sorga, tertawa.........(Mazmur 2:4). You see??????? So, jangan telalu serius dalam hidup. Santailah sedikit. Tertawa dan bercanda-lah. Hidup sudah terlampau berat dengan aneka problematikanya. Resesi ekonomi di ambang pintu. JK nggak mau nurunin harga BBM. Terlampau marah, apa gunanya? Maka,......sekali lagi.......bercandalah barang satu atau dua dikit. Saya amat serius tentang hal ini. Selamat berhari Minggu. Tuhan Memberkati.
Tabe Puan Tabe Tuan