

Ke Kanan? Ogah Ah, ...atttuuuuttttt....
Jadi? (ppssstttt....tidur ajaaahhh yuuuukkkk....)
Sahabat blogger yang terhormat,
Saya senang. Amat senang karena hari ini, untuk pertama kali, hadir sudah seorang penulis tamu. Sesuatu yang sudah lama saya rindukan karena, pertama-tama, blog ini pada dasarnya adalah milik kita juga. Saya hanyalah salah seorang pemegang saham. Dan Anda, para sahabat sekalian, adalah pemilik saham yang lainnya. Kedua, saya paham betul bahwa antara ide dan mengekspresikan ide adalah 2 hal yang berbeda kendati keduanya berhubungan erat. Soal ide, jangan anda kuatir. Saya punya banyak. Segudang. Tetapi untuk mengubah ide tersebut menjadi tulisan yang dapat dibaca orang lain maka harus ada prasyarat lain seperti waktu, kondisi kesehatan, kesibukan dan seterusnya-dan seterusnya. Nah, perkara-perkara itulah yang terkadang membatasi saya untuk bisa secara lancar mem-posting artikel ke dalam blog kesayangan kita bersama ini. Oleh karena itu, saya menyambut dengan gembira dan tangan terbuka kehadiran penulis-penulis tamu untuk menghiasi lembar blog bigmike-savannaland. Hari ini, harapan lama itu terwujud sudah.
Siapa penulis tamu kali ini? Dia bukan orang lain. Sahabat anda juga. Dia merupakan salah satu pengunjung paling setia Cafe Permenungan kita ini. Anda bisa menemukan dia hampir di setiap posting saya. Khususnya pada kolom komentar. Ah, anda tidak salah kalau menduga dia adalah salah satu di antara Wilmana atau NK (nyong kupang). Tetapi itu baru 50% benar. Anda baru benar 100% jika menebak NK sebagai penulisnya. Sayangnya, yang bersangkutan tidak ingin namanya disebut secara lugas. Katanya: biarkan saya dikenal sebagaimana apa adanya. OK Broer. But, let’s I say it: NK sekarang bermukim di Brisbane, Australia setelah baru saja melanglang buana ke Amerika Serikat hampir 3 tahun lamanya. Perjumpaannya dengan budaya Barat adalah perjumpaan yang intensif. Dia memang tinggal tidak di Indonesia setamatnya dari SMA 1 Kupang. Lalu, mari kita simak baik-baik apa yang mau dikatakan oleh NK kali ini. INI DIA
Ini akhir pekan, tidak ada kegiatan yang berarti. Untuk itu, saya ingin meluangkan waktu di sini menulis tentang beberapa pokok pikiran yang saya harapkan bisa didiskusikan, bahkan perdebatkan. Dalam pokok pikiran saya ini saya hendak mengkaitkan 2 hal sekaligus, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan moralitas 'kiri-kanan' dengan perubahan 'lahan persemaian' yang dapat menjadi tempat bertumbuhnya nilai-nilai baru positif. Pokok pikiran ini sangat revelan dengan tema wacana hidup berkebangsaan di blog ini.
Karena saya tidak paham artian terminologi kiri-kanan dalam konteks ke-Indonesiaan, maka saya memakai model Amerika sebagai sample yang mana dari-padanya saya berharap kita bisa belajar. Begini.
'Lahan persemaian' Amerika memiliki 2 unsur moralitas, moralitas kiri dan kanan. Kiri kita sebut liberal sedangkan kanan, konservatif. Konservatisme ala Amerika berbeda dengan konservatisme di Inggris. Seperti yg saya sampaikan dalam komentar sebelumnya, konservatisme Inggris adalah paham yg berkiblat pada nilai-nilai lama, yaitu tahta dan altar, monarki dan gereja. Konservatisme Amerika pada dasarnya merupakan bentuk revolusi dari konservatisme ala Inggris. Imigran Inggris di tanah yang baru -New England- muak dengan nilai-nilai lama mereka dan merindukan kebebasan.
Tradisi moralitas kiri-kanan Amerika dari mulanya sangat kuat dan gaungnya hingga sekarang masih terdengar. Saat ini rakyat Amerika sedang bersiap-siap memasuki masa kampanye pemilihan Presiden yang baru. Dus, perdebatan sengit 2 moralitas ini, kiri dan kanan, begitu terasa. Partai Republik berbasis nilai-nilai kanan, konservatif, sedang bertarung melawan Partai Demokrat yang berbasis nilai-nilai kiri, liberal.
Dalam sejarahnya, moralitas kanan adalah yang paling tua. Nilai-nilai kanan/konservatif yang menekankan pada security negara dari ancaman dalam maupun luar negeri pada gilirannya 'melahirkan' paham kiri/liberal yg memberi penakanan sangat kuat pada kebebasan individu. Yang kiri berkata kepada yg kanan, 'elu boleh-boleh aja mengawasi setiap warga negara tetapi tidak boleh menganggu kebebasan individu kami.' Luar biasa! Inilah nilai-nilai klasik konservatisme dan liberalisme ala Amerika. Dan dari sini kita bisa tahu bahwa kiri dan kanan tidak berarti pertarungan antara si 'jahat' dan si 'baik' seperti yang saya tangkap dalam konteks kiri-kanan ke-Indonesiaan. Yang kanan katanya konservatif -saya tidak tahu nilai-nilainya- sedang yg kiri revolutif cenderung tanpa arah.
Dalam kaitannya dengan 'lahan persemaian,' lahan Amerika jelas unggul karena dari jaman ke jaman, perbaikan negara berdasar pada debat 2 moralitas ini. Rakyat Amerika diberi kebebasan memilih salah satu -atas dasar keunggulan- dari 2 moralitas ini. Mengatur hidup orang banyak, maka perdebatan kita tidak bisa tidak adalah perdebatan moralitas. Bagaimana dengan 'lahan' ke-Indonesiaan? Apakah kami beri 'pupuk' moralitas atau pupuk keculasan seperti yang disampaikan salah satu sahabat blogger disini? Jawabnya adalah dari 'buah-buahnya' kami tahu bahwa bukan pupuk moralitas melainkan pupuk culas, dengki, angkuh dll.....dlsb.......
Pertanyaan amat penting, bagaimana menyiapkan lahan persemaian yang bermoral sehingga benih-benih Indonesia Baru yg dicita-citakan itu bertumbuh? Dalam sistem demokrasi, kami, rakyatlah, yang berkuasa. Rakyat harus mulai menuntut debat-debat publik menjadi debat moral bukan debat kosong. Kebijakan publik haruslah berdasar pada moralitas yg jelas. Moralitas apa dan yang bagaimana? Karena tidak jelas apakah ada moralitas kiri-kanan ala Amerika, maka mungkin moralitasnya adalah, misalkan saja, Islam dan Nasionalisme. Apapun, sebuah kebejakan publik HARUS dipertanggungjawabkan, bermoral demi kepentingan rakyat atau tidak bermoral.
Terakhir, mari kita lihat salah satu debat moral yg paling sengit dalam debat publik Amerika. Silahkan nanti sdr/sdri menilainya sendiri. Ini juga bisa menjadi semacam tes, apakah sdr/sdri berada di paham kiri atau kanan. Salah satu debat yg paling sengit di Amerika adalah soal pajak. Buat orang-orang berpaham kanan, pajak haruslah kecil. Dengan pajak yang kecil, bisnis akan tumbuh pesat karena ada banyak tabungan yang dapat dipakai untuk memperlebar usaha yang gilirannya akan memberi lapangan kerja luas bagi rakyat. Bagi orang-orang kiri, pajak harus tinggi karena dalam negara harus menanggung beban derita org-org miskin dan orang-orang yang kurang beruntung lainnya. Analoginya begini.
Skenario 1: Bayangkan anda sedang berjalan sambil makan pisang goreng. Lalu datanglah seorang pengemis dan meminta pisang goreng anda. Anda beri dengan sukarela.
Skenario ke-2: Datanglah si pengemis itu dan memaksa anda untuk memberi pisang goreng anda. Dengan terpaksa anda berikan juga pisang goreng anda.
Dari dua skenario ini, jelas anda memberi pisang goreng anda kepada si pengemis, tetapi menurut anda, manakah yg sebut kebaikan (virtue) itu? Bagi orang konservatif, kebaikan (virtue) yg dipaksa adalah bukan kebaikan namanya. Demikian juga dengan hal pajak. Kalau penghasilan seseorang dipajak tinggi oleh negara, maka org tersebut, hakekatnya, dipaksa untuk berbagi, dus kebijakan pajak tinggi oleh orang kiri dianggap tidak bermoral oleh orang kanan. Apa moralitas anda ???
Tarakhir... nasionalisme 'right or wrong my country' ala 'anak NKRI' masuk ke dalam moralitas kanan walau ia adalah bagian ektrim dari paham kanan itu.
Selamat berdebat.
-nyong kupang-
Brisbane, Sabtu, 31 Mei, 2008
Keterangan:
Artikel ini telah melewati proses editing untuk perbaikan tanda baca, kelangkapan kata dan kesalahan pengetikan. Tidak ada pengubahan substansi apapun-Bigmike. Judul tulisan dan insert gambar dilakukan oleh Bigmike. Sumber gambar: google search
atuuuttt = takut