

Satu dua waktu terakhir ini adalah waktu-waktu yang sangat melelahkan. Kerja ini dan itu. Bepergian ke sana, ke situ dan ke sini. Tak cukup waktu untuk mengistirahatkan pikiran guna bersenang-senang kendati sempat bepergian ke Tuamese yang indah. Bahkan 3 kali kembola-kembali ke Bali dalam tempo 2 minggu. Dua kali menginap persis di tepi pantai Sanur dan 1 kali menginap di Hotel Mercure tepat di tepian pantai Kuta. Dua pantai yang legendaris dan banyak orang. Ada yang putih nyaris tak berbaju. Ada pula yang kuning, hitam dan coklat. Tumpah ruah orang mencari kesenangan. Dan saya harus sibuk terus bekerja demi serupiah dua. Tidak banyak tetapi perlu untuk menghidupkan nyala kompor di dapur. ..... ooooo laaaa laaaa.... saya merasa teralienasi di tengah kebahagiaan banyak orang.
Di tengah kepungan kelelahan tiba-tiba ..."bbbuuummmm" ... Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton di Jakarta meledak. Tepatnya diledakan. Waaaaooooo....kegilaan itu masih ada tak mau pergi juga. Apakah ada kebaikkan yang ditegakan atas dasar ketidakbaikkan? Bolehkah kebahagiaan didirikan di atas genangan darah dan air mata sesama? Situasi kesedihan itu ternyata dibikin lebih runyam oleh adanya perdebatan yang sungguh tidak perlu. Perdebatan kusir di kalangan para "dewa-dewa" timbul akibat pernyataan SBY dan komapanyon-nya yang, .... alaamaaaakkk. ... ternyata tidak punya cukup roti sebagaimana yang pernah dibuat oleh Aristoteles (bukan tidak ada tetapi mungkin tidak cukup banyak untuk dibagikan). Betap tidak, di tengah tuntutan untuk bersatu, malahan SBY melakukan pemilahan anak bangsa hanya atas dasar info yang sungguh masih mentah. Jelas-jelas dalam pidatonya dikatakan bahwa ada yang ingin menduduki KPU, ada yang ingin berdemo, ada yang ingin menggalkan pelantikan dirinya ebagai Presiden. Howcome my Presidente????? Ledakan bom adalah fakta. Info tentang ketidak terimaan atas hasil pilpres mungikin juga fakta tetapi apa hubungannya? Memaklumkan sesuatu yang masih sumir di tengah keterkejutan dan kesedihan bangsa adalah sungguh keterlaluan. Apalagi ternyata data-data yang dijadikan dasar adalah data-data usang dan data-data yang masih harus diuji. Berkatalah Andi Malarangeng..."heeiiii semua harus dibuka dan diuji" ... "mengapa harus dilarang ini dan itu????". Baiklah pak Andi tetapi jika begitu logika berpikirnya maka mengapa jenis kemungkinan dibatasi hanya yang berkaitan dengan pilpres? Mengapa tidak semua kemungkinan dibuka di atas meja?
Dan tiba-tiba horor berganti menjadi humor ketika SBY berpesan....."hei ada yang memelintir ucapan saya"...."periksa baik-baik pidato saya"...dan saya memeriksanya, persis seperti kata SBY, yaitu kata demi kata.....Seumpama kata: pada bagian tertentu SBY betul dan tepat sekali ketika kutipan itu berbunyi "2 x 2 = 4". Anehnya beliau melupakan atau sengaja melupakan bahwa di bagian lain pidatonya ada yang berbunyi "2 x 2 = 16".....Enggan bertanggung jawab? Entahlah. Satu hal yang pasti adalah beliau dan CS-nya masih harus bekerja keras untuk memperbesar roti-roti Aristoteles. Tak ada kebaikan di balik kesombongan. Tak mungkin ada kebersamaan di balik pengucilan. Tidak ada keteladanan di balik ketergesaan dan kekurang hati-hatian.
Demikianlah, wahai sahabatku, waktu belakangan ini adalah waktu-waktu yang melelahkan secara fisik dan juga pikiran. Demikian buruk-kah hari-hari ini? Ya tidak juga. Seperti yang saya yakini bahwa setiap terbit matahari selalu ada kuantum energi yang dipancarkan. Dan
di setiap kuantum energi itu selalu ada peluang untuk menjadi ini dan itu. Ada peluang bagi ketidakbaikkan tetapi selalu ada peluang untuk kebaikan. Maka, jangan kalah dengan kepicikan dan kesombongan. Lakukanlah sesuatu yang jauh lebih baik dari itu, yaitu nyalakan cinta kasihmu. Lalu, biarkan cinta itu bergelora dan bergerak bagai berkas gelombang energi kuantum dalam radiasi sinar surya. Biarkan pula cinta kasih itu bergerak seperti arus sungai yang mengalir jernih dan menghidupkan. Hidup saya, dan pasti anda semua, adalah saksi dari kuatnya gelombang cinta kasih itu. Tepat hari begini di 46 tahun yang lampau SGT dan kekasihnya menghadirka
n saya dalam aliran kasih mereka berdua. Hari ini saya ada di sini untuk juga berusaha menyebarkan cinta kasih semacam itu. Ada banyak cinta kasih yang sudah saya peroleh dari SGT, ayahanda saya, dan kekasih hatinya, Ibunda saya. Itu adalah kekayaan saya. Dan tugas saya adalah membagikan kekayaan itu. Tak selalu berhasil memang tetapi jangan kalah karena kegagalan. Gagal adalah fakta tetapi bangkit kembali dan berjuang adalah juga fakta lainnya. Maka, Mengalirlah Cinta. Mengalirlah Kasih. Hanyutkan kesedihan dan kegundahan. Mengalirlah penuhi hati. Mengalirlah genangi jiwa. Tuhan Memberkati!!!
Di tengah kepungan kelelahan tiba-tiba ..."bbbuuummmm" ... Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton di Jakarta meledak. Tepatnya diledakan. Waaaaooooo....kegilaan itu masih ada tak mau pergi juga. Apakah ada kebaikkan yang ditegakan atas dasar ketidakbaikkan? Bolehkah kebahagiaan didirikan di atas genangan darah dan air mata sesama? Situasi kesedihan itu ternyata dibikin lebih runyam oleh adanya perdebatan yang sungguh tidak perlu. Perdebatan kusir di kalangan para "dewa-dewa" timbul akibat pernyataan SBY dan komapanyon-nya yang, .... alaamaaaakkk. ... ternyata tidak punya cukup roti sebagaimana yang pernah dibuat oleh Aristoteles (bukan tidak ada tetapi mungkin tidak cukup banyak untuk dibagikan). Betap tidak, di tengah tuntutan untuk bersatu, malahan SBY melakukan pemilahan anak bangsa hanya atas dasar info yang sungguh masih mentah. Jelas-jelas dalam pidatonya dikatakan bahwa ada yang ingin menduduki KPU, ada yang ingin berdemo, ada yang ingin menggalkan pelantikan dirinya ebagai Presiden. Howcome my Presidente????? Ledakan bom adalah fakta. Info tentang ketidak terimaan atas hasil pilpres mungikin juga fakta tetapi apa hubungannya? Memaklumkan sesuatu yang masih sumir di tengah keterkejutan dan kesedihan bangsa adalah sungguh keterlaluan. Apalagi ternyata data-data yang dijadikan dasar adalah data-data usang dan data-data yang masih harus diuji. Berkatalah Andi Malarangeng..."heeiiii semua harus dibuka dan diuji" ... "mengapa harus dilarang ini dan itu????". Baiklah pak Andi tetapi jika begitu logika berpikirnya maka mengapa jenis kemungkinan dibatasi hanya yang berkaitan dengan pilpres? Mengapa tidak semua kemungkinan dibuka di atas meja?
Dan tiba-tiba horor berganti menjadi humor ketika SBY berpesan....."hei ada yang memelintir ucapan saya"...."periksa baik-baik pidato saya"...dan saya memeriksanya, persis seperti kata SBY, yaitu kata demi kata.....Seumpama kata: pada bagian tertentu SBY betul dan tepat sekali ketika kutipan itu berbunyi "2 x 2 = 4". Anehnya beliau melupakan atau sengaja melupakan bahwa di bagian lain pidatonya ada yang berbunyi "2 x 2 = 16".....Enggan bertanggung jawab? Entahlah. Satu hal yang pasti adalah beliau dan CS-nya masih harus bekerja keras untuk memperbesar roti-roti Aristoteles. Tak ada kebaikan di balik kesombongan. Tak mungkin ada kebersamaan di balik pengucilan. Tidak ada keteladanan di balik ketergesaan dan kekurang hati-hatian.
Demikianlah, wahai sahabatku, waktu belakangan ini adalah waktu-waktu yang melelahkan secara fisik dan juga pikiran. Demikian buruk-kah hari-hari ini? Ya tidak juga. Seperti yang saya yakini bahwa setiap terbit matahari selalu ada kuantum energi yang dipancarkan. Dan

