
Artikel ini saya tulis di malam natal. Saya di rumah saja. Nyeri di punggung saya sakitnya tidak tertahankan dan ini yang menyebabkan saya memutuskan tidak ikut bersama anak-anak ke Gereja. Saya berpikir, ketimbang kesakitan selama kebaktian lalu kebaktian tidak menjadi berkat tetapi sesuatu yang menyiksa dan menimbulkan gerutuan, lebih baik diam di rumah saja. Mengapa demikian? Biasanya di malam istimewa seperti ini, ada saja liturgi yang dibikin-bikin - yang niat awalnya sih memuji YESUS tetapi nyatanya seringkali berbelok menjadi cara mematut-matut diri sendiri. Narsis. Capek deh - lalu waktunya molor berpanjang-panjang dan membosankan.
Sidang pembaca yang budiman, paragraf di atas memang saya akui terasa agak sinis dan terkesan mencari-cari justifikasi alasan pembenaran tidak ke Gereja, bersekutu bersama seluruh jemaat di malam Natal. Entahlah. Sayapun tak tahu dari mana "sinisme" ini mucul. Dia datang begitu saja. Sama misteriusnya dengan sebab-musabab datangnya nyeri dahsyat di punggung yang menyebabkan saya kesakitan. Entah dari mana rasa nyeri itu datang. Gejala menua? Gejala penyakit tertentu? Bisa saja begitu. Bisa pula tidak. Apapun saya memang sakit, di rumah saja dan tidak ke Gereja. Titik.
Begitu sajakah? Oh, tentu tidak. Saya ingin memulainya dari frasa ini "entah dari mana nyeri itu datang". Ya, benar. Tanpa saya minta nyeri itu datang dan saya serasa lumpuh. Menunduk salah. Berdiri salah. Berbaring tak benar. Semua terasa sakit. Kalau tak tahu dari mana datangnya neri itu lalu bagaimana bisa menghalaunya? Saya menjadi tidak punya pilihan lain kecuali memang harus menerima dan lalu berusaha "menjinakkan" sakit nyeri itu. Nyeri itu terasa amat sepihak. Zonder permisi dia datang menyelonong dan hadir dan menjadi bahagian integral dalam keberadaan saya saat ini.
Demikianlah sebenarnya Natal itu. Begitulah sebenarnya kehadiran Bayi Natal itu. Yesus Kristus. Natal itu datang tanpa diminta manusia. Dia terjadi begitu saja. Karena itu, anda suka atau tidak, DIA hadir. Imanuel. Teolog Eka Darmaputera almarhum menyatakan bahwa "Natal sepenuhnya adalah tindakan sepihak Allah untuk menolong manusia dari kematian yang total." Mengapa manusia perlu ditolong? Kedosaan manusia telah menjebaknya habis-habisan dalam lubang tanpa dasar. Hanya ada kelam. Cuma ada gelap. Mengapa manusia tak mampu menolong dirinya sendiri? Manusia itu terbatas. Dan, karena keterbatasannya itulah dia memerlukan penolong. Manusia bagaikan penumpang kapal Titanic yang karam dan tak mampu lagi menolong dirinya sendiri. Mengapa harus Allah yang menolong? Mengapa bukan yang lain? Jawabnya: mau siapa lagi? Berharap si A yang teman dekat, dia sudah dalam keadaan yang sama sekaratnya. Berseru kepada si B yang rekanan bisnis, eh dia pun sedang megap-megap sekarat. Ketika semua manusia dalam keadaan beyond help alias gak ketulungan ketika itulah kita menjadi tahu bahwa cuma ada 1 pihak, yaitu si DIA yang maha bebas, yang mampu menolong. Mengapa harus DIA yag maha bebas? ya sudah tentu dong. Jika si DIA tidak bebas pastilah si DIA juga sedang terancam tenggelam bukan? Mana mungkin menolong. Maka, hhuuuupppp....secara sepihak DIA melemparkan pelampung. Lantas, DIA berenang menuju kita. Dirangkulnya kita. Diangkatnya kita ke alam kapal besarNYA. Di situ DIA mengobati kita, memulihkan dan bahkan menjamu kita dengan makan yang sehat. Supaya apa saudaraku? Supaya kita bebas dari ancaman maut. Ancaman tenggelam di dasar samudera dosa. Begitulah saudaraku, jelas sudah bahwa NATAL adalah tindakan sepihak ALLAH untuk menolong kita.
Beberapa hari lalu, saya diminta untuk menjadi MC dalam acara syukuran seorang senior saya yang dikukuhkan sebagai Professor di kampus saya, Undana, Kupang. Dalam acara ibadat syukuran adalah sang Pendeta menyebutkan bahwa "menjadi Professor adalah panggilan". Saya setuju dengan si Pendeta. Lalu kalimat itu saya gunakan sebagai bahan omongan MC. Saya bilang begini, "tahulah saya bahwa mengapa ada begitu banyak dosen tetapi amat sedikit yang berhasil menjadi Professor". Saya menyambung bahwa "jawaban atas pertanyaan itu adalah keterpanggilan atau keterpilihan". Menjadi Professor adalah panggilan. Adalah tawaran. Demikianlah pula, Allah memanggil. Allah menawawkan kesempatan. Allah memilih. "Bukan kamu yang memilih AKU tetapi AKULAH yang memilih kamu" (Yoh. 15:16). Jelas sekali bahwa tindakan memanggil atau memilih adalah tindakan sepihak ALLAH. DIA berdaulat untuk melakukan itu. Apakah DIA sewenang-wenang dan pilih kasih dalam memanggil? TIDAK.
Dalam lanjutan ulasan saya sebagai MC, saya mengatakan begini "semua dosen, termasuk saya, dipanggil. Semua dosen di -call oleh ALLAH agar menjadi Professor tetapi sayang sekali sebagian besar memilih untuk membiarkan panggilan itu menjadi hanya sebuah miscall. Tidak jarang malah kita me-reject panggilan Allah itu". "Mengapa orang tidak menjawab panggilan ALLAH? Karena mereka tahu konsekuensi menjawab adalah bertindak dan bekerja". "Banyak yang malas bertindak dan bekerja". Saya ingat betul, atas ucapan saya itu, para hadirin bertepuk riuh rendah. Saya bangga karena menurut hemat saya benarlah apa yang saya ucapkan tetapi sekaligus dengan itu saya menjadi malu karena saya termasuk yang membiarkan panggilan Allah hanya lewat begitu saja. Panggilan ALLAH sudah saya biarkan cuma sekedar sebuah miscall.
Dear Sahabat, kisah saya sebagai MC membantu memperjelas makna sebenarnya dari peristiwa Natal, yaitu bahwa NATAL adalah ketika ALLAH bertindak secara sepihak untuk menolong manusia. Mengapa begitu? "Karena begitu besar KASIH ALLAH akan isi dunia ini (Yoh 3:16)". Ya karena KASIH. Apakah karena sepihak maka ALLAH lalu dapat kita menafsirkannya sebagai Allah telah bertindak sewenang-wenang? So pasti nyanda begitu jo. Perhatikan kelanjutan Yoh 3:16 "supaya barang siapa yang percaya". Nah, lihatlah. Penyelamatan atau panggilan atau keterpilihan itu hanya akan terjadi jika yang dipanggil untuk diselamatkan mau bertindak aktif dengan menyatakan percaya. Dalam Matius 9:6, yaitu ketika YESUS menyembuhkan orang yang sakit lumpuh, YESUS berkata begini "bangunlah, angkat tikarmu dan pulanglah ke rumah". Lalu itulah yang dikerjakan si lumpuh, yaitu bangun, merapikan tikar dan diangkat lalu berjalanlah pulang dia ke rumah. Sembuhlah dia. Anda lihat, apakah YESUS memaksa? TIDAK. Dengan menggunakan nalar saya coba membayangankan apa yang terjadi dengan si lumpuh seandainya, setelah menerima ucapan YESUS, dia tetap saja tidur malas-malasan, tak mau mengangkat tikar dan lebih memilih tinggal di tempat. Tak mau pulang. Apakah dia akan sembuh. Saya rasa koq ya tidak. Jadi, ALLAH sebenarnya memberikan pilihan "jika mau percaya selamat, jika tidak ya reffffoot bung". "Jika mau bangun dan merapikan tikar ya jalanlah, jika mau tidur terus malas-malasan ya sontoloyo amat dikau". Ah, ternyata Allah memberikan kita kebebasan untuk berkehendak. Singkat kata, DIA memanggil dan kita bebas memilih untuk menjawab ya atau tidak. Bekerja atau tidur terus. Dengan bekerja anda selamat. Dengan berdiam diri anda menuju lembah kelam. Is that clear my friends?.
Dengan demikian, jelas konstruksi masalah NATAL ini. NATAL adalah kado atau hadiah dari ALLAH yang diberikan tanpa anda memintanya. Kado itu adalah pelampung penyelamat yang bernama YESUS KRISTUS. Kado itu ditawarkan kepada siapa saja. Saya, anda, dia, kita dan mereka. Semuanya saja. Masalahnya, ada yang percaya dan ada yang tidak. Ada yang mau menerima dan yang lainnya emoh. Ada yang setelah menerima lalu mau bangun dan bertindak. Ada yang menerima kado lalu diam saja tak berbuat apa-apa. Lha, jikalau begitu refoooottttt dong Bung dan Zoes. Bagaimana jika anda mengeraskan hati lalu tidak mau bertindak apa-apa yang berakibat maut? Jikalau Allah itu Pencipta yang Maha Tahu maka mengapa Allah harus membentuk hati yang keras dan kepala yang membatu dan karena itu menolak atau menyia-nyiakan kado pelampung keselamatan? Apakah ALLAH tak mampu berbuat apa-apa bagi si keras hati berkepala batu? Lha kalo begitu caranya maka benar dong anekdot di kalangan kaum atheis bahwa "ALLAH begitu berkuasanya sehingga diciptakannya batu yang amat berat sehingga ALLAH sendiri tak bisa mengangkat batu itu" .... wuuueeeeeee.....Ya, gawat dong...Ribet juga ya NATAL itu? Ah, nggak gitu-gitu amat sih Bung en Zoes, emangnya Allah itu cuma sekedar buruh pembuat jalan raya yang kerja ngangket batu.....ga gitu kaleeeee......
Kebenarannya adalah: ALLAH itu baik. Dia tidak menciptakan hati yang membatu. Kitalah yang membatukan hati. Di dalam Alkitab dikatakan bahwa "pada akhirnya yang tinggal adalah Iman, Harap dan Kasih dan yang terbesar di antaranya adalah KASIH". Ehm, dahsyatnya ALLAH ya di situ itu. Sudah repot-repot memanggil...eeehhh... yang dipanggil diam saja menuju binasa.....tapi heeeiii lihatlah...ALLAH melompat menceburkan diri ke dalam air laut yang mengamuk lalu memeluk kita, merengkuh kita dan menyelamatkan kita. Dibawa-NYA kita ke kapal induk-NYA yang besar, diberinya kita obat dan makanan sampai kita sehat. KASIHNYA amat menyelamatkan. Dan lalu, ehm...jangan marah ya...."wahai si kepala batu, sini Gue jewer lu dikit deh biar nyaho", ...... "laen kali jangan kepala batu lah yauw. OK?"
Eh omong, omong bagaimana dengan sakit nyeri saya. Apakah lalu saya tetap tidak pergi ke Gereja. Jawabnya adalah ia. Saya masih sakit dan tetap tidak bisa ke gereja...lagian....hhhmmm.. malas ah ke Gereja, pendetanya suka aneh-aneh sih ...wkwkwkwkwk..(ketahuan juga bawa saya memang tergolong si keras kepala ya...). Dear All, NATAL adalah Kado atau Hadiah atau Gift yang diberikan ALLAh bagi kita tanpa kita memintanya. Nyeri punggungpun mungkin merupakan "kado" dari Tuhan. Peringatan dari ALLAH secara sepihak, dan karena itu saya tak tahu kenapa harus sakit. Dengan begitu saya wajib berwaspada. Sebuah warning dari YESUS, hei jangan lupus (lupa usia). Kali ini panggilan YESUS tidak saya biarkan lagi hanya tinggal sebuah miscall. Sekarang saya mau ke apotik mencari obat. Tabe!!!!!
SELAMAT NATAL TUAN SELAMAT NATAL PUAN
Sidang pembaca yang budiman, paragraf di atas memang saya akui terasa agak sinis dan terkesan mencari-cari justifikasi alasan pembenaran tidak ke Gereja, bersekutu bersama seluruh jemaat di malam Natal. Entahlah. Sayapun tak tahu dari mana "sinisme" ini mucul. Dia datang begitu saja. Sama misteriusnya dengan sebab-musabab datangnya nyeri dahsyat di punggung yang menyebabkan saya kesakitan. Entah dari mana rasa nyeri itu datang. Gejala menua? Gejala penyakit tertentu? Bisa saja begitu. Bisa pula tidak. Apapun saya memang sakit, di rumah saja dan tidak ke Gereja. Titik.
Begitu sajakah? Oh, tentu tidak. Saya ingin memulainya dari frasa ini "entah dari mana nyeri itu datang". Ya, benar. Tanpa saya minta nyeri itu datang dan saya serasa lumpuh. Menunduk salah. Berdiri salah. Berbaring tak benar. Semua terasa sakit. Kalau tak tahu dari mana datangnya neri itu lalu bagaimana bisa menghalaunya? Saya menjadi tidak punya pilihan lain kecuali memang harus menerima dan lalu berusaha "menjinakkan" sakit nyeri itu. Nyeri itu terasa amat sepihak. Zonder permisi dia datang menyelonong dan hadir dan menjadi bahagian integral dalam keberadaan saya saat ini.
Demikianlah sebenarnya Natal itu. Begitulah sebenarnya kehadiran Bayi Natal itu. Yesus Kristus. Natal itu datang tanpa diminta manusia. Dia terjadi begitu saja. Karena itu, anda suka atau tidak, DIA hadir. Imanuel. Teolog Eka Darmaputera almarhum menyatakan bahwa "Natal sepenuhnya adalah tindakan sepihak Allah untuk menolong manusia dari kematian yang total." Mengapa manusia perlu ditolong? Kedosaan manusia telah menjebaknya habis-habisan dalam lubang tanpa dasar. Hanya ada kelam. Cuma ada gelap. Mengapa manusia tak mampu menolong dirinya sendiri? Manusia itu terbatas. Dan, karena keterbatasannya itulah dia memerlukan penolong. Manusia bagaikan penumpang kapal Titanic yang karam dan tak mampu lagi menolong dirinya sendiri. Mengapa harus Allah yang menolong? Mengapa bukan yang lain? Jawabnya: mau siapa lagi? Berharap si A yang teman dekat, dia sudah dalam keadaan yang sama sekaratnya. Berseru kepada si B yang rekanan bisnis, eh dia pun sedang megap-megap sekarat. Ketika semua manusia dalam keadaan beyond help alias gak ketulungan ketika itulah kita menjadi tahu bahwa cuma ada 1 pihak, yaitu si DIA yang maha bebas, yang mampu menolong. Mengapa harus DIA yag maha bebas? ya sudah tentu dong. Jika si DIA tidak bebas pastilah si DIA juga sedang terancam tenggelam bukan? Mana mungkin menolong. Maka, hhuuuupppp....secara sepihak DIA melemparkan pelampung. Lantas, DIA berenang menuju kita. Dirangkulnya kita. Diangkatnya kita ke alam kapal besarNYA. Di situ DIA mengobati kita, memulihkan dan bahkan menjamu kita dengan makan yang sehat. Supaya apa saudaraku? Supaya kita bebas dari ancaman maut. Ancaman tenggelam di dasar samudera dosa. Begitulah saudaraku, jelas sudah bahwa NATAL adalah tindakan sepihak ALLAH untuk menolong kita.
Beberapa hari lalu, saya diminta untuk menjadi MC dalam acara syukuran seorang senior saya yang dikukuhkan sebagai Professor di kampus saya, Undana, Kupang. Dalam acara ibadat syukuran adalah sang Pendeta menyebutkan bahwa "menjadi Professor adalah panggilan". Saya setuju dengan si Pendeta. Lalu kalimat itu saya gunakan sebagai bahan omongan MC. Saya bilang begini, "tahulah saya bahwa mengapa ada begitu banyak dosen tetapi amat sedikit yang berhasil menjadi Professor". Saya menyambung bahwa "jawaban atas pertanyaan itu adalah keterpanggilan atau keterpilihan". Menjadi Professor adalah panggilan. Adalah tawaran. Demikianlah pula, Allah memanggil. Allah menawawkan kesempatan. Allah memilih. "Bukan kamu yang memilih AKU tetapi AKULAH yang memilih kamu" (Yoh. 15:16). Jelas sekali bahwa tindakan memanggil atau memilih adalah tindakan sepihak ALLAH. DIA berdaulat untuk melakukan itu. Apakah DIA sewenang-wenang dan pilih kasih dalam memanggil? TIDAK.
Dalam lanjutan ulasan saya sebagai MC, saya mengatakan begini "semua dosen, termasuk saya, dipanggil. Semua dosen di -call oleh ALLAH agar menjadi Professor tetapi sayang sekali sebagian besar memilih untuk membiarkan panggilan itu menjadi hanya sebuah miscall. Tidak jarang malah kita me-reject panggilan Allah itu". "Mengapa orang tidak menjawab panggilan ALLAH? Karena mereka tahu konsekuensi menjawab adalah bertindak dan bekerja". "Banyak yang malas bertindak dan bekerja". Saya ingat betul, atas ucapan saya itu, para hadirin bertepuk riuh rendah. Saya bangga karena menurut hemat saya benarlah apa yang saya ucapkan tetapi sekaligus dengan itu saya menjadi malu karena saya termasuk yang membiarkan panggilan Allah hanya lewat begitu saja. Panggilan ALLAH sudah saya biarkan cuma sekedar sebuah miscall.
Dear Sahabat, kisah saya sebagai MC membantu memperjelas makna sebenarnya dari peristiwa Natal, yaitu bahwa NATAL adalah ketika ALLAH bertindak secara sepihak untuk menolong manusia. Mengapa begitu? "Karena begitu besar KASIH ALLAH akan isi dunia ini (Yoh 3:16)". Ya karena KASIH. Apakah karena sepihak maka ALLAH lalu dapat kita menafsirkannya sebagai Allah telah bertindak sewenang-wenang? So pasti nyanda begitu jo. Perhatikan kelanjutan Yoh 3:16 "supaya barang siapa yang percaya". Nah, lihatlah. Penyelamatan atau panggilan atau keterpilihan itu hanya akan terjadi jika yang dipanggil untuk diselamatkan mau bertindak aktif dengan menyatakan percaya. Dalam Matius 9:6, yaitu ketika YESUS menyembuhkan orang yang sakit lumpuh, YESUS berkata begini "bangunlah, angkat tikarmu dan pulanglah ke rumah". Lalu itulah yang dikerjakan si lumpuh, yaitu bangun, merapikan tikar dan diangkat lalu berjalanlah pulang dia ke rumah. Sembuhlah dia. Anda lihat, apakah YESUS memaksa? TIDAK. Dengan menggunakan nalar saya coba membayangankan apa yang terjadi dengan si lumpuh seandainya, setelah menerima ucapan YESUS, dia tetap saja tidur malas-malasan, tak mau mengangkat tikar dan lebih memilih tinggal di tempat. Tak mau pulang. Apakah dia akan sembuh. Saya rasa koq ya tidak. Jadi, ALLAH sebenarnya memberikan pilihan "jika mau percaya selamat, jika tidak ya reffffoot bung". "Jika mau bangun dan merapikan tikar ya jalanlah, jika mau tidur terus malas-malasan ya sontoloyo amat dikau". Ah, ternyata Allah memberikan kita kebebasan untuk berkehendak. Singkat kata, DIA memanggil dan kita bebas memilih untuk menjawab ya atau tidak. Bekerja atau tidur terus. Dengan bekerja anda selamat. Dengan berdiam diri anda menuju lembah kelam. Is that clear my friends?.
Dengan demikian, jelas konstruksi masalah NATAL ini. NATAL adalah kado atau hadiah dari ALLAH yang diberikan tanpa anda memintanya. Kado itu adalah pelampung penyelamat yang bernama YESUS KRISTUS. Kado itu ditawarkan kepada siapa saja. Saya, anda, dia, kita dan mereka. Semuanya saja. Masalahnya, ada yang percaya dan ada yang tidak. Ada yang mau menerima dan yang lainnya emoh. Ada yang setelah menerima lalu mau bangun dan bertindak. Ada yang menerima kado lalu diam saja tak berbuat apa-apa. Lha, jikalau begitu refoooottttt dong Bung dan Zoes. Bagaimana jika anda mengeraskan hati lalu tidak mau bertindak apa-apa yang berakibat maut? Jikalau Allah itu Pencipta yang Maha Tahu maka mengapa Allah harus membentuk hati yang keras dan kepala yang membatu dan karena itu menolak atau menyia-nyiakan kado pelampung keselamatan? Apakah ALLAH tak mampu berbuat apa-apa bagi si keras hati berkepala batu? Lha kalo begitu caranya maka benar dong anekdot di kalangan kaum atheis bahwa "ALLAH begitu berkuasanya sehingga diciptakannya batu yang amat berat sehingga ALLAH sendiri tak bisa mengangkat batu itu" .... wuuueeeeeee.....Ya, gawat dong...Ribet juga ya NATAL itu? Ah, nggak gitu-gitu amat sih Bung en Zoes, emangnya Allah itu cuma sekedar buruh pembuat jalan raya yang kerja ngangket batu.....ga gitu kaleeeee......
Kebenarannya adalah: ALLAH itu baik. Dia tidak menciptakan hati yang membatu. Kitalah yang membatukan hati. Di dalam Alkitab dikatakan bahwa "pada akhirnya yang tinggal adalah Iman, Harap dan Kasih dan yang terbesar di antaranya adalah KASIH". Ehm, dahsyatnya ALLAH ya di situ itu. Sudah repot-repot memanggil...eeehhh... yang dipanggil diam saja menuju binasa.....tapi heeeiii lihatlah...ALLAH melompat menceburkan diri ke dalam air laut yang mengamuk lalu memeluk kita, merengkuh kita dan menyelamatkan kita. Dibawa-NYA kita ke kapal induk-NYA yang besar, diberinya kita obat dan makanan sampai kita sehat. KASIHNYA amat menyelamatkan. Dan lalu, ehm...jangan marah ya...."wahai si kepala batu, sini Gue jewer lu dikit deh biar nyaho", ...... "laen kali jangan kepala batu lah yauw. OK?"
Eh omong, omong bagaimana dengan sakit nyeri saya. Apakah lalu saya tetap tidak pergi ke Gereja. Jawabnya adalah ia. Saya masih sakit dan tetap tidak bisa ke gereja...lagian....hhhmmm.. malas ah ke Gereja, pendetanya suka aneh-aneh sih ...wkwkwkwkwk..(ketahuan juga bawa saya memang tergolong si keras kepala ya...). Dear All, NATAL adalah Kado atau Hadiah atau Gift yang diberikan ALLAh bagi kita tanpa kita memintanya. Nyeri punggungpun mungkin merupakan "kado" dari Tuhan. Peringatan dari ALLAH secara sepihak, dan karena itu saya tak tahu kenapa harus sakit. Dengan begitu saya wajib berwaspada. Sebuah warning dari YESUS, hei jangan lupus (lupa usia). Kali ini panggilan YESUS tidak saya biarkan lagi hanya tinggal sebuah miscall. Sekarang saya mau ke apotik mencari obat. Tabe!!!!!
The Greatest Gift Of All (kenny rogers & dolly parton)
SELAMAT NATAL TUAN SELAMAT NATAL PUAN