

Ya sudah barang tentu tiap orang berhak memilih kesannya sendiri akan tetapi ijinkan saya memilih kesan saya sendiri tentang proses pen-capres/cawapres-an. Mari kita lihat, SBY dan partainya adalah pemenang pemilu legislatif dan lalu cukup kuat untuk melaju ke dalam proses pemilu presiden. Lalu, ...brrrrrrrrr ..... ramai sudah laron-laron beterbangan di sekitar SBY dan demokrat. Bukan sekedar terbang berkitar ngider tetapi juga sambil melemparkan nama cawapres pendampingnya. Ada kelompok laron yang berapat dahulu trus nama yang diajukan dimasukan ke dalam amplop. Kelompok laron yang lain mula-mula saling gontok-gontokan dahulu sebelum mengajukan satu nama melalui ketua perkumpulan laron atau melalui keputusan rapat para laron....wwwwuuzzzzzz.....semua sama yakinnya bahwa nama ajuan merekalah yang akan dipilih SBY. Dan ketika SBY memilih cawapres menurut kesukaan dia sendiri,,...wwwuuurrrrchhh,,,,abracadabraaaaaaa....ngamuk ngambek-lah para laron itu. Macam-macam komentar dongkol mereka. Tidak cocok dengan kesepakatan-lah. Tidak memenuhi etika bekerja-sama-lah. Warna cawapres yang dipilih tidak cocok-lah....bla bla bla...blu blu blu....hicks .... hicks....Di Bandung tiba-tiba muncul spanduk yang bertuliskan kata-kata .... lebih baik BudiAnduk (manusia terganteng sedunia itu) ketimbang BoediOno.....ya amploooopppp....Di mana-mana timbul demo tetapi jika dilihat siapa pendemonya...alamaaaaak...dia-dia juga. Nggak jauh dari kelompoknya laron-laron ngambek itu.
Di seberang sana, adalah lagi drama lucu lainnya. Sebelum pemilu, JK dan partainya terlebih dahulu "gondok berat" ke SBY dan partainya karena merasa dilecehkan...."hhooiii., Golkar cuma bakal dapet 2.5% suara".... kata seorang petinggi PD. Sesudah pileg, JK masih berusaha sir-siran ke SBY tapi SBY sudah terlanjur mengatakan...tak sudi lagi daku berdua dengan mu......Lantas, tiba-tiba JK and his gang, yang baru saja diberi talak 3 oleh SBY ngeluruk ke kandang banteng Megawati. Mau ijab katanya. Lebih dari Ijab Kabul kata mister TK si paitua-nya Megawati.. Bukan cuma JK, tiba-tiba kerumunan orang di kandang banteng bertambah banyak. Koalisi besar katanya. Eh, hari ini tanda tangan kesepakatan berkoalisi, besoknya JK-Wiranto melangkah sendiri mbikin koalisi JK-Win. Ada lagi mister Prabowo yang jelas-jelas partainya cuma mendapatkan jatah 26 kursi di DPR RI tetapi ketika mau berkoalisi dengan PDIP .... lhaaaaaaadhalaaahhh....kok minta jatah jadi Capresnya.....opo tumoooonnnn???? Trus, carane piye untuk menekan Megawati??? Gampang, si mister mantan Panglima Kostrad di jamannya Mbah Harto itu mengumpulkan belasan partai "nol koma" yang nggak populer di masyarakat zonder perduli bahwa platforma partai-partai "nol koma" itu saling silang dan saling tunjang ke sana di mari tak keruan dan...woooaaaaa....nih gua punya modal belasan persen....ane capres ya!!!! Julie jadi cawapres aja ya!!!!. Akibat perilaku rekan-rekan koalisi besarnya, yang sontoloyo itu, maitua Megawati jadi pusing 7 keliling. TK ambruk KO dan dilarikan ke rumah sakit. Lalu, amboiiii ... ada kejutan .... lihatlah di sana.....siapa itu yang datang bertamu ke kandang banteng???...ahaaaa...itu adalah mister Hatta Radjasa yang adalah calon wapres yang diajukan mister Amien Rais dari PAN (sambil menyikut KO mister Sutrisno Bachir yang lalu mutung karena rencananya mo ikutan nyalon bareng Prabowo pupus sudah). Apa mau ada koalisi PAN + PDIP? No no no no...rupa-rupanya HR adalah utusan SBY guna mendekati Megawati dan mengajak koalisian PD + PDIP. Luar biasa....saling marah 5 tahun saling tidak berbicara 5 tahun tiba-tiba duduk 1 meja mencari jalan koalisi. Ada apa? Kita tidak mengetahui persis tetapi dengan melihat beberapa fakta terakhir, saya menduga berikut ini adalah agenda kongko-kongko bareng itu:
- SBY menawarkan kerja sama bareng PDIP karena SBY enggan mengambil cawapres yang berasal dari partai-partai sejenis PKS, PAN,dan PPP. Entah takut terulangnya pengalaman 5 tahun yang lewat dimana capres dari parpol kerap membuat tekanan-tekanan tertentu dan menjadi ganjalan psikologi bagi SBY sebagai presiden. Entah pula karena warna partai-partai-partai itu yang "terlalu hijau" yang mungkin tidak disukai oleh "another green". Nggak boleh dong hijau makan hijau.
- Formulasinya adalah cawapres SBY bukanlah orang partai tetapi seseorang profesional yang dapat diasosiasikan sebagai "orang dekat partai". Orang dekat partai itu adalah Prof. Boediono yang "dekat" dengan PDIP.
- Jikalau PDIP setuju maka ada dua jalan: pertama, Kalau bisa PDIP segera menyatakan berkoalisi dengan PD dan SBY. Biar top markotop. Kedua, silakan PDIP maju terus dalam Pilpres entah berpasangan dengan siapa. Tetapi jika kalah (SBY hakul yakin dapat mengalahkan siapa saja capres/cawapres lainnya) dalam pilpres maka hendaknya PDIP ikut mendukung SBY karena toh yang menjadi cawapres adalah Boediono yang orang dekat PDIP itu. Nah melalui kedua jalan ini SBY tidak perlu takut berhadapan dengan sohib-sohib lamanya seperti PKS, PAN, PPP yang mutung. Bagaimana PKB? itu sih sudah bench mark-nya SBY jadi tidak perlu dipersoalkan. Tetapi sebenarnya ada hal lain yang lebih ditakutkan oleh SBY. Apa itu? Inilah kira-kira agenda lain pembicaraan antara HR dan orang-orang di Teuku Umar.
- Masyarakat yang salah melakukan pencontrengan dalam pileg kemarin berjumlah 17.488.581 pemilih. Lantas, mereka yang tidak dapat memilih atau Golput berjumlah sekitar 49 juta orang. Jadi total rakyat yang tidak berpartisipasi sekitar 67 juta jiwa. Seandainya Megawati gagal memperoleh deal untuk pen-capresan-an lalu mundur sebagai capres, diduga sekitar 10 juta pemilih PDIP akan memutuskan diri ikut dalam gerbong Golput. Maka, potensi golput menjadi sekitar 80 juta jiwa. Jika total jumlah pemilih adalah 171 juta jiwa maka dapatkah dibayangkan nasib apa yang akan menimpa seorang presiden yang proses pemilihannya hanya diikuti oleh 50% penduduk. Jika terjadi fenomena mega-golput dalam pilpres maka sekalipun SBY terpilih sebagai presiden, dia bukanlah presiden yang legitimate. Tinggal dipicu sedikit kekacauan sosial maka usia kepresidenan SBY mungkin bertahan 1-2 tahun saja. Lalu kita terpaksa membuat pemilihan umum baru. Menurut hemat saya, inilah yang sebenarnya ditakutkan oleh SBY. Maka kedatangan utusan SBY ke Teuku Umar pastilah meminta dengan amat sangat agar Megawati jangan sampai menyatakan tidak berpartisipasi dalam pilpres. Mega boleh maju sendiri atau disiapkan sekenario lain, yaitu mendukung Boediono. Menurut hemat saya, Megawati sendiri sudah tidak begitu pusing lagi urusan pencapresan Semangat berapi-apinya untuk maju dalam pilpres tidak lagi besar karena fakta kekalahan PDIP dalam pileg. Jika saya boleh mengusulkan, memang sebaiknya Megawati mundur saja. Berikan saja dukungan untuk mereka yang terbaik jika itu memang dikehendaki oleh wong cilik, yaitu kelompok orang yang sering diatasnamakan oleh Megawati.
Nah, apakah sahabat blogger bisa menangkap maksud saya dalam omong kosong di atas. Saya tidak yakin. Sama tidak yakinnya dengan saya terhadap ulasan saya sendiri. Mengapa demikian? Itulah model perpolitikan di Indonesia yang kabur, tidak jelas dan tidak meyakinkan. PKS dan PAN menolak SBY-Boediono karena katanya tidak mewakili aspirasi umat Islam. Lha, apa sih agama SBY dan Boediono? Prabowo ngotot harus jadi capres. Lho, partai Gerindra punya berapa kursi di DPR sih? Hobi main paksanya nggak hilang-hilang juga si mister Prabowo ini. Jika Prabowo terpilih, apakah dia cukup memiliki ingatan yang panjang bahwa itulah masalah terbesar SBY selama 5 tahun ini. Berkuasa tetapi terpaksa harus banyak melakukan konsesi politik di DPR sebagai kompensasi kecilnya jumlah kursi PD di DPR? SBY nyaris tak berdaya ketika partai-partai kompanyonnya di DPR ngotot mengegolakan anek Undang-Undang yang berpotensi merusak kebhinekaan Indonesia. SBY juga tak berdaya sama sekali ketika di daerah ini dan itu terbit perda-perda exklusif. Jikalau nanti terpilih dan Prabowo terpaksa melakukan konsesi politik juga maka apa bedanya Indonesia di masanya dengan masa SBY-JK sekarang ini yang persis seperti kata Megawati: "maju mundur bak tarian poco-poco?".
JK maju sebagai capres tetapi tidak mau mundur sebagai wapres. Setia menalankan sumpah setia katanya tetapi lalu sibuk menyiapkan pantun berbalas dengan sang Presiden sementara rakyat dibuat ternganga denga keributan itu. JK berkolalisi dengan Wiranto sambil lupa bahwa baru sehari bersepakat bersama kawan-kawan lain membentuk koalisi besar. JK-Wiranto berkoalisi sambil lupa bahwa hampir setahun terakhir Golkar dan Hanura saling mencerca. Wiranto, dan juga Prabowo yang saling amat membenci pasca Mei 1998 seolah-olah mengalami amnesia sejarah. Lupa bahwa perseteruan mereka tempo hari membawa serta ribuan jiwa yang melayang sia-sia ditelan Jakarta yang membara. Pemilihan capres/cawapres berjalan begitu saja sambil lupa bahwa kasus DPT yang adalah skandal terbesar pemilu 2009. Proses berkoalisi berjalan sambil tidak ingat bahwa platform antar partai kerap tidak nyambung. Bagaimana mungkin PKS yang pro jalan syariah bisa berdamai dengan PD yang mengatakan bahwa NKRI adalah harga mati. SBY memberi talak kepada JK sambil tidak ingat bahwa 5 tahun lalu mereka berteriak kencang bahwa bersama kita bisa. SBY mengutus HR ke Mega dan lupa bahwa baru 1 bulan lalu dia membalas kritik Mega atas BLT dengan menyindir Mega sebagai pemimpin yang tidak punya hati. Mega mau saja berkoalisi dengan JK sambil lupa bahwa dahulu JK dan SBY sebagai menteri menelikung dia sebagai presiden. TK yang selalu mengatakan ke mana-mana ijab, ijab, ijab sambil lupa menjelaskan apa bentuk konkrit dari ijabnya itu. Koalisi yang pura-pura lupa platform itu bisa saja berjalan tapi di dalamnya akan penuh muslihat, taktik jahat, kawan menebas kawan, sahabat membanting sahabat, jeruk makan jeruk dan aneka ketidak ikhlaasan lainnya. Rakyat jadi sengsara. Persatuan Bangsa ini adalah korban terbesarnya.
Lalu, kata-kata apa yang paling lugas dan pantas untuk menggambarkan situasi politik Indonesia seperti yang digambarkan oleh situasi hari-hari terakhir ini? Menurut saya ada 2 hal, yaitu pertama, politik Indonesia masih bersifat politik lupa-lupa ingat. Lupa platform tetapi ingat kursi besar. Lupa rakyatnya tetapi ingat kekuasaannya. Kedua, politik Indonesia pada dasarnya adalah politik 1-2 jurus semata. Dari luar tampak ribet tetapi sebenarnya cuma sedikit jurusan, yaitu kekuasaan, oportunistik, dan semangat eksklusivisme kelompok. Anda menganalisis seperti apapun hasilnya akan ke situ-situ juga. Lalu saya teringat sebuah lagu Grup Musik Indonesia yang bernama Kuburan (dari luar tampak seram tetapi isinya .... walaaaahhhh itu-itu juga) dengan sebuah lagunya yang berjudul "lupa-lupa ingat" yang di bagian akhirnya berulang-ulang disenandungkan... ce a minor de minor ke ge ke ce lagi....Itulah gambaran politk Indonesia. Lupa-lupa ingat dan jalannya cuma berputar-putar dari situ ke situ lagi. Ya, politik Indonesia adalah politik 1 jurusan asal berkuasa karena lupa diri siapa mereka sebenarnya. Pemerintahan hasil politik lupa ingat 1 jurus ini adalah pemerintahan yang tidak maju-maju. Rakyat makin terdesak. Orang miskin semakin dekat ke kuburan .... Lanjutkan kata SBY... Lebih cepat lebih baik kata JK........mau lebih cepat bung en sus? Pake ajah Mega-Pro......yang lain makin ketinggalan.......weleh weleh weleh......
Tabe Tuab Tabe Puan