tag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post5351277912128381175..comments2023-10-24T02:30:58.312+08:00Comments on michael: berBinc@ng Tent@ng Apa Saj@: EKORELIGI: Kombinasi ekologi plus agama, atau Apa?mikerkhttp://www.blogger.com/profile/13189501836960579601noreply@blogger.comBlogger45125tag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-81847355795511843002008-07-28T12:55:00.000+08:002008-07-28T12:55:00.000+08:00@CD, Kadeluk, dan bonggo...Trims sdh berbaik hati ...@CD, Kadeluk, dan bonggo...<BR/><BR/>Trims sdh berbaik hati makin memperjelas maksud saya dg diskusi kalian.<BR/><BR/>Jdi, kalo norman bilang perlu peran individu, mk saya tambahkan bhw scr normatif perlu juga peran stakeholders lainnya dlm urusan etika lingkungan yaitu, agama melalui konsep ekoreligi. Ada yg laen manambahkan dlm komentar peran pemerintah, dst. Kesimpulannya, mmg utk urusan tata nilai ini, perlu peran semua stakeholders sesuai porsinya masing-masing.<BR/><BR/>Buat yg blom ngerti, "stakeholders" itu istilah lasim utk merujuk pd "pemangku kepentingan".<BR/><BR/>(Wilmana)Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-342025016117187772008-07-28T12:49:00.000+08:002008-07-28T12:49:00.000+08:00@kadelukWah, beta kira Jenewa itu bagian dr org ba...@kadeluk<BR/><BR/>Wah, beta kira Jenewa itu bagian dr org barat, pelaku moral protestan, sama dg Belanda juga. Tp agak aneh jg, dr mana ente tau Foreign Policy pake ukuran barat? Rasanya ukuran2nya sangat universal sesuai dg kerangka normatif tata negara yg berlaku di mana-mana. Lalu yg diperbandingkan, jg bukan Timur versus Barat, tp ada sekian byk negara dr empat penjuru mata angin?<BR/><BR/>Lho, kok nanya org Jenewa lbh hormat pd nilai moral protestan, ato Calvin? Justru itulah yg beta pertanyakan. Internalisasi nilai moral protestan di Jenewa itu terjadi scr ajaib begitu sj, ato krn faktor sosok Calvin? Yg pasti Calvin punya sikap yg tegas keras dg prinsip2 yg dianutnya, bahkan menjurus kejam wkt itu, terbukti ampuh memaksa masyarakat mempraktekkan nilai2 moral ini hingga mereka dpt merasakan sendiri hasilnya dan dg kesadaran sendiri mempertahankan sistem "ciptaan" Calvin itu, meski Calvin sdh almarhum.<BR/><BR/>Jadi, jelas kan apa yg dibilang bung Wilmana... Internalisasi sistem nilai tdk bisa hanya diserahkan pd individu2. Lbh cocok disimpulkan bhw semua stakeholders hrs ambil peran sesuai proporsinya, di mana pd thp awal perlu seorang Pemimpin yang tegas dan keras berpegang pd prinsip2 nilai moral yg ada utk mengarahkan individu2. Tp individu2 jg hrs punya kemauan kuat utk menerima dan melaksanakan sistem nilai itu. Dst...<BR/><BR/>@bigmike<BR/>Hati2 Boss... Kata "bonggo" itu multitafsir. Bgmn memaknai kata "bonggo", menggambarkan siapa kita dan kesehariannya.<BR/><BR/>-bonggo-Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-51072683108946231782008-07-27T19:04:00.000+08:002008-07-27T19:04:00.000+08:00He he he he...kadeluk...bonggo..kok kedengarannya ...He he he he...kadeluk...bonggo..kok kedengarannya sepeti orang yang doyan kekerasan atawa banalisme nicchh...coba kalo ganti dengan ...seka-seka.....faloit-faloit....fu-fu...<BR/><BR/>jangan-jangan dahulu ketika kecil suka kena ....kosi... dan ...tampeleng....dari kakak yang lebe tua ni...ha ha ha ha...itu kakak model sontoloyo tuh...perlu ditangkap ......ha ha ha....sori...iseng-iseng ke sini setelah edit posting baru...<BR/><BR/>Selamat terus berdiskusimikerkhttps://www.blogger.com/profile/13189501836960579601noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-20710631783676750342008-07-27T16:31:00.000+08:002008-07-27T16:31:00.000+08:00@Bung BonggoHa ha, dari subjektif, lalu naif lalu ...@Bung Bonggo<BR/><BR/>Ha ha, dari subjektif, lalu naif lalu sekarang berhati-hati. Tp okelah.<BR/><BR/>Hal hasil survey majalah Foreign Policy, hakekatnya dia ukuran org barat toh yg bosz sudah cap bermental lintah darat.<BR/><BR/>Tentang sosok calvin, beta sonde jawab karena beta kira bung bonggo bisa menjawabnya sendiri. Oke, beta balik tanya dahulu, penduduk kota geveva, hormat pd sosok calvin atau moralitasnya??? Mengapa saat Calvin mati, moralitasnya tetap hidup hingga sekarang??? <BR/><BR/>Tentang 'org kuat' beta lia bung carpe diem juga sudah angkat ini sebagai solusi keindonesiaan. <BR/><BR/>Soal rekrutmen, okelah, mari kita 'wait and see.'<BR/><BR/>-kadeluk-Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-23143204287793434342008-07-27T09:52:00.000+08:002008-07-27T09:52:00.000+08:00Ah, ini kadeluk su kanaa bonggo jd mulai berhati-h...Ah, ini kadeluk su kanaa bonggo jd mulai berhati-hati memulai sesuatu dg bertanya-tanya duluan...<BR/><BR/>Pertama, mungkin kadeluk baru bergabing jd tdk tau bigmike ada posting hasil survey majalah Foreign Policy. Kl mau obyektif yaa yg begitulah... Jgn Indonesia disandingkan dg barat yaa kayak kura2 disuruh balapan dg kancil... Paling tdk kl mau bikin balapan jgn cuma dua perserta, toh?<BR/><BR/>Kedua, ttg sosok... Bro Kadeluk pura2 tdk ulas beta punya pertanyaan ttg sejarah bangkitnya Jenewa melulu krn moral protestan, ato lbh byk krn sosok kepemimpinan Calvin. Ato beta balik pertanyaannya, seandainya bukan sosok Calvin yg memimpin pembaruan wkt itu, tp sosok2 kayak Amin Rais, Mega, ato SBY-JK, apa Bro Kadeluk yakin ada hasil yg positif?<BR/><BR/>Kitong semua jg sepakat bhw problem indonesia adalah ratusan tahun dipimpin oleh org barat dg moral lintah darat. Lalu puluhan tahun dipimpin org sendiri tp jg dg moral lintah darat. Ini menghasilkan manusia Indonesia yg tercabut keluar dr akar nilai2 budayanya sendiri, lalu terbiasa dg moral kuli klas rendahan yg jk mau hidup enak terbiasa utk culas sm bangsa sendiri. Sdh berhasil meramu sistem nilai dlm btk pancasila sj, mmg msh blom cukup. Krn inti masalahnya hrs berjuang utk mengendalikan penyakit culas.<BR/><BR/>Nah, dlm hal ini beta liat Indonesia butuh pemimpin yg tegas dan keras thd prinsip2 moral yg baik serta didukung oleh sistem good governance dlm tata negara. Sekarang, tdk ada lg jabatan kepala negara dan kepala daerah yg lbh dr 2 periode. Tinggal perbaiki sistem rekrutmen utk menyaring ikan kakap di antara ikan hiu. Terutama yg disaring bukan hard competence, tp soft competence (attitude, motive, moral, morale, etc).<BR/><BR/>@Anderias<BR/>Beta setuju dg @kadeluk. Ente gosok gigi dolu br bikin pendapat. Jd, jgn maen tuduh, anggap org lean kafir, pdhl sikap maen tuduh anda ini justru menunjukkan anda lbh kafir dr yg dituduh.<BR/><BR/>-bonggo-Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-9309168861276623512008-07-26T19:02:00.000+08:002008-07-26T19:02:00.000+08:00@AndreasMending lu pi minum 'obat' saja dolo sebel...@Andreas<BR/><BR/>Mending lu pi minum 'obat' saja dolo sebelum 'buka mulut' disini. Sonde lucu bung! Ha ha.<BR/><BR/>@Bung Bonggo<BR/><BR/>'Subjektif' jadi 'naif???' Hi hi. Tapi kanapa naif? <BR/><BR/>Katong tau gelap karena ada terang. Tau kejahatan karena ada kebajikan. Lalu, mengapa mengukur moral dan morale indonesia yg buruk tidak boleh pake ukuran yg baik/bajik, barat??? Okelah, untuk maksud diskusi, tidak boleh karena akan subjektif dan naif. Lalu kita simpulkan moral dan morale kita buruk dari mana??? Waktu lalu @bm pake ukuran barat untuk katakan IndoneSIAL. Subjektif atau Naifkah dia???<BR/><BR/>Mengatasi pemanasan global sesuai proporsi. Okelah. Dari sisi urgensi, mana yg harus diprioritaskan. Individu? Negara?? Gereja???<BR/><BR/>Terakhir. Bung bonggo yakin sosok sekelas calvin, mandela, lincoln akan muncul dan menjadi 'ratu adil' yg mampu menyelesaikan persoalan besar kita??? Apa dasar???<BR/><BR/>-kadeluk-Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-90432892018301043202008-07-26T13:22:00.000+08:002008-07-26T13:22:00.000+08:00@ Wilmana dan All,Alam adalah ciptaan Tuhan dan bu...@ Wilmana dan All,<BR/><BR/>Alam adalah ciptaan Tuhan dan bukan peristiwa evolusi. Kitab kejadian jelas dan terang benderang tentang hal ini. Jadi, jangan tanya lagi ekoreligi atau apa? Pertanyaan ini sama artinya dengan meragukan kuasa Tuhan. Menerima Tuhan harus 100%. Jangan ada keragauan. Sedikit saja ada keraguan, anda akan sama dengan Darwin si Raja Kafir itu (Andreas)Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-13235804570079432282008-07-26T11:02:00.000+08:002008-07-26T11:02:00.000+08:00Wah, adi bonggo dan tuan kadeluk lg baku firuk (bh...Wah, adi bonggo dan tuan kadeluk lg baku firuk (bhs Kupang: adu jotos)rupanya.<BR/><BR/>Silahkan sj hanya jgn ada yg mau jd ika kobo (bhs kupang: ikan kembung) spt Pak Agus, lalu lupa esensi (ini istilah khas @bm)diskusi, tp asik jual-beli kata2 fiti orang. Oya "fiti" itu bhs kupang artinya santet utk nyakitin sasarannya.<BR/><BR/>(Wilmana)Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-68484812554218290052008-07-26T10:56:00.000+08:002008-07-26T10:56:00.000+08:00Ah.. Gara2 buru2 ada urusan keluarga, jd lupa kasi...Ah.. Gara2 buru2 ada urusan keluarga, jd lupa kasi ID. Yg di atas itu komen dr -bonggo-Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-16644212768688754102008-07-26T10:52:00.000+08:002008-07-26T10:52:00.000+08:00Ah, si kadeluk coba2 bela gurunya si CD yg doyan O...Ah, si kadeluk coba2 bela gurunya si CD yg doyan OOT.<BR/><BR/>OK, kl ente nolak beta bilang Bro CD itu subyektif. Beta ganti, NAIF. Knp? Krn CD menilai moral dan morale Indonesia pake ukuran Barat. Di samping laen padang laen belalang, toh barat jg tdk bebas nilai thd kondisi kekinian org Indonesia yg "diisap" abis pake moral lintah ala devide et impera. Ini persis org yg ngotot ngukur suhu tubuh pake penggaris, bkn termometer.<BR/><BR/>Ttg mengatasi global warming, kan sdh dijelaskan Bung Wilmana dg kutipan berikut: "Sy setuju dg @Jimi bhw ini soal proporsi". Jd jelas toh, semua pihak (individu, negara, agama, dll) punya akuntabilitasnya msg2 sesuai proporsinya. <BR/><BR/>Mo belajar dr Jenewa, baik jg. Tp sekali lg hrs obyektif. Mnrt Ama, keberhasilan jenewa itu sekedar moral protestan, ato justru lbh dominan faktor sosok Calvin-nya? <BR/><BR/>Nah, Indonesia msh menunggu org2 spt Calvin ato Abe Lincoln, ato Nelson Mandela, ato sejenisnya. Bisa melalui proses seleksi alam, ato bs jg lbh aktif lewat sistem rekrutmen yg berbasis kompetensi (soft & hard competences) yg pernah diusulkan Bung Wilmana di sini.Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-11642904053278023072008-07-25T19:14:00.000+08:002008-07-25T19:14:00.000+08:00Woooi bung bonggo, Kalau ngomong jangan asal gitu ...Woooi bung bonggo, <BR/><BR/>Kalau ngomong jangan asal gitu dong. Beta lihat bung Carpe Diem ('cd') sonde sedang menilai moral dan morale manusia indonesia secara subjektif, apalagi memakai ukuran barat. Bung bonggo ngawur nih. Lagi mabok ko??? <BR/><BR/>Yang beta tangkap, bung cd sedang bicara realitas katong, org indonesia, yg morale nya sudah rata deng tanah, akibat terkikisnya kebajikan. Kondisi ini benar-benar memprihatinkan. Epek morale yg rendah ini sudah sampai mempengaruhi katong pung nalar. Pemanasan global kok solusinya dimulai dari individu? Utopis bung, utopis. Emangnya ini masalah banjir dikampung yg solusinya jauh lebih simple. Jangan buang sampah sembarangan misalnya. Lalu, gemar bicara ayat suci tanpa tau lagi kepraktisannya. Parah, parah.<BR/><BR/>Yang beta salut, bung cd ada angkat contoh kasus 'kebangkitan' kota genewa.<BR/><BR/>Jadi karmana bung bonggo, apa katong bisa mulai perbaikan Indonesia belajar dari kota geneva??? <BR/><BR/>-kadeluk-Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-44305827439148985762008-07-25T14:55:00.000+08:002008-07-25T14:55:00.000+08:00Wooii Bung Carpe, pulang karja langsung bikin pend...Wooii Bung Carpe, pulang karja langsung bikin pendapat, makanya rada subyektif...<BR/><BR/>Mmg tdk salah bikin moral or morale comparative org Indonesia VS eropa. Tp membandingkan scr serta merta antara satu tatanan sosial yg disebut "maju" dg tatanan sosial yg disebut "berkembang", justru bs merusak keadilan. <BR/><BR/>Bro Carpe jgn pura2 lupa bhw proses nation building org eropa jg perlu wkt utk bs mjd spt skrg ini. Bro Carpe jg lupa bhw gejala global warming ini adalah buah moral dan morale negara2 maju. Afrika berubah dr negara hijau mjd hitam dan gersang penuh kebiadaban, toh tdk lepas dr sedotan lintah2 eropa selama ratusan tahun. Moral dan morale bak kuli kelas rendahan dr org indonesia saat ini, jg buah dari sikap moral penjajah eropa juga kan?<BR/><BR/>Begini, mnrt beta Bro Carpe silahkan sj bikin catatan refleksi moral org indonesia, tp yg obyektif-lah. Jangan banding2kan scr subyektif, apalagi bikin teori budaya unggul dan budaya cemen. Tidak ada itu... Lebih elegan lg jk Bro Carpe bs kasi solusi yg bs dianggap layak... Gimana?<BR/><BR/>-bonggo-Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-73840156715950928462008-07-25T12:22:00.000+08:002008-07-25T12:22:00.000+08:00Ada ralat dlm paragraph ini: Dari sejarah diatas k...Ada ralat dlm paragraph ini: <BR/><BR/>Dari sejarah diatas kita belajar, wacana peduli lingkungan dll akan bermakna dan memberi 'buah' pd masyarakat yg <B>bermoral</B> dan ber-'morale' sehat. Dus, walau 'kecewa' dgn diskusi disini, saya tdk kaget.<BR/><BR/>-Carpe Diem-Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-44796731855306947872008-07-25T12:03:00.000+08:002008-07-25T12:03:00.000+08:00-Buat Mas Wilmana dan 'all'Sesuai janji, saya kemb...-Buat Mas Wilmana dan 'all'<BR/><BR/>Sesuai janji, saya kembali lagi untuk mengangkat bbrp isu yg saya anggap penting.<BR/><BR/>Tulisan mas wilmana merupakan kelanjutan dari tulisan mas Norman, saling melengkapi. Mas Norman bicara hal kepraktisan sedang anda mencoba 'menggali' sistim nilainya. Yang TERAMAT MENGECEWAKAN adalah KEGAMANGAN (ketidaktahuan?) MENYAMBUNG 2 hal ini, sitim nilai dan sikap. Ambil contoh mayoritas komentar ini: <BR/><BR/><I>"Yah, mulailah dari diri sendiri dulu."</I><BR/><BR/>Atau yang ini yang teramat membingungkan bg saya:<BR/><BR/><I>Kasih yang kuat tetapi lemah lembut akan menyelesaikan banyak hal. Termasuk masalah lingkungan hidup (Patrice).</I><BR/><BR/>Apa maksudnya???<BR/><BR/>Menghadapi persoalan yg membutuhkan KEJELASAN sistim nilai dan sikap, maka saya ingin menyorot 2 hal ini: MORAL dan MORALE.<BR/><BR/>Keterpurukan MORAL yg berlangsung sangat lama, hingga detik ini, telah meluluhlantahkan SOCIAL MORALE manusia Indonesia. MORALE kita yg sudah pd 'titik nadir' ini membuat kita menjadi MASA BODOH, FRUSTASI/TDK TAHU HARUS BUAT APA LAGI atau spt sinyalamen saya itu, 'NYANDU' PD KITAP SUCI, memahaminya secara hurufiah walau tdk 'makes sense.' Kasih yg lemah lembut tapi kuat dpt mengurangi efek pemanasan global. WHAAAAAAAAAT???<BR/><BR/>Mas Wilmana, dalam MORALE yg spt ini, apapun sistem nilai, kepraktisan yg anda tawarkan, bukan lagi BISA JADI utopis. DIA ADALAH UTOPIA!!! Bagaimana memperbaikan kehancuran social morale ini???<BR/><BR/>John Calvin, pd abad 16, berhasil menyelamatkan 'social fabric' kota Geneva. Kehancuran MORALE penduduk kota akibat perpecahan dibangun melalui ECCLESIASTICAL ORDIANANCES. <B>Perbuatan immoral dihukum sedang kebajikan didorong dan dijunjung tinggi.</B> <BR/><BR/>Dari sejarah diatas kita belajar, wacana peduli lingkungan dll akan bermakna dan memberi 'buah' pd masyarakat yg be-'morale' sehat. Dus, walau 'kecewa' dgn diskusi disini, saya tdk kaget.<BR/><BR/>Terakhir, saya tertarik dgn statement mas wilmana ini:<BR/><BR/><I>Inilah yg membuat agama kristen di eropa dan amerika ditinggalkan oleh byk penganutnya yg memilih kembali ke etika. Mereka memilih mempraktekkan nilai2 kebajikan agama tdk lewat jalur formal agama. Krn itu jgn kaget byk kaum humanis tdk beragama tp justru sikapnya lbh kristiani ato spt kata @CD, "lbh islami" dr org2 FPI misalnya.</I><BR/><BR/>Mas wilmana betul, tp jangan lupa, etika yg dipakai oleh kaum ateis di amerika dan eropa hakitatnya adalah ETIKA KEKRISTENAN. Saya baru-baru ini nonton wawancara Richard Hawkins katakan walau dia atheis tp CULTURALLY (berbudaya) seorang Kristen.<BR/><BR/>Saya jadi ingat pesan mas NK, bahwa tdk semua budaya berjenis unggul. Mas wilmana dan saya bisa jadi ateis di Amerika dan Eropa tetapi sangat peduli sesama dan lingkungan. Bagaimana di Indonesia???<BR/><BR/>-Carpe Diem-Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-23320517855433107932008-07-24T19:42:00.000+08:002008-07-24T19:42:00.000+08:00@wilmanaSaya punya bbrp catatan tp berhubung urusa...@wilmana<BR/><BR/>Saya punya bbrp catatan tp berhubung urusan cari makan begitu melelahkan, malan ini saya ingin tidur. Besok siang, Insya Allah, saya akan muncul.<BR/><BR/>Salam - Carpe DiemAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-16764200748931273202008-07-24T17:33:00.000+08:002008-07-24T17:33:00.000+08:00Okay sy ada wkt utk serius merespon bbrp pertanyaa...Okay sy ada wkt utk serius merespon bbrp pertanyaan berikut:<BR/><BR/>Apa sj tips utk realisasi ekoreligi? -> @Jimi<BR/><BR/>Dapatkah mengandalkan individu? Bgmn agama mengendalikan individu? Serahkan pd Allah atau perlu upaya manusia? -> @Patrice<BR/><BR/>Persoalan missing link hukum agama vs aksi nyata yg tdk selaras -> @CD<BR/><BR/>Apa korelasi perilaku beragama vs kepedulian -> @Ghentenx<BR/>---------<BR/><BR/>Sy pingin mengelompokkan pertanyaan2 di atas kpd dua kelompok persoalan yaitu, (a) masalah AKUNTABILITAS penanganan diserahkan pd individu atau negara lewat peraturan; dan (b) masalah ALIGNMENT antara peraturan (agama) dg aksi nyata umat.<BR/><BR/>Pertama, akuntabilitas. Saya setuju bahwa pada dasarnya masalah lingkungan adalah masalah bagi setiap pribadi. Karena itu alangkah idealnya jk setiap pribadi memiliki kesadaran lingkungan dan atas inisiatif pribadi membiasakan perilaku yg etis thd lingkungan di sekitarnya. Bagaimana mempromosikan kesadaran etika lingkungan spt ini, konsep ekoreligi bisa menjadi salah satu pendekatan. Knp? Krn nilai2 kebajikan agama (virtue ethics) adalah salah satu sumber etika. Perspektif virtue ethics ini rasanya perlu diajukan mengingat Indonesia adalah negara yg pluralistik dlm hal agama. Di samping itu, faktanya etika memiliki sejarah yg jauh lbh tua drpd agama dan nilai2nya selalu bersifat universal melampaui batas kotak2 bernama agama.<BR/><BR/>Lalu, apakah pendekatan regulasi tdk efektif? Nanti dulu. Sy setuju dg @Jimi bhw ini soal proporsi. Ambil contoh, ada aksi2 eksploitasi alam yg dilakukan oleh kelompok masyarakat yg terorganisasi, misalnya oleh organisasi bisnis. Maka, terhadap yg ini, jelas langkah2 proteksi lingkungan merupakan porsi negara lewat berbagai regulasinya, tentu. Kita dpt menemukan satu bbrp pasal dlm UU No 40/2007 ttg Perseroan Terbatas yg mewajibkan perusahaan utk menjalankan program corporate social responsibility, berikut ancaman sanksi bg yg membandel.<BR/><BR/>Kedua, ketidakselarasan antara nilai agama dg aksi nyata umat di lapangan. Sy setuju dg bigmike, problem agama2 adalah penyakit menjebak diri pada ritual2 formal dan melupakan proses internalisasi nilai-nilai kebajikan agama agar umat tau bgmn itu dpt dipraktekkan. Dlm konteks ini, bg sy peran agama adalah peran fasilitator bg Umat sbg pelaku. Agama menyampaikan nilai2 kebajikan dan melakukan proses internalisasi melalui berbagai moment pembinaan, di mana ritual2 formal hanyalah salah satu pendekatan dlm pembinaan itu. Krn itu, agama mjd gagal jk sibuk pamer ritual beribadah tp mengabaikan internalisasi nilai2 kebajikannya. Indikator kegagalan agama ini mudah sj diukur. Yaa ketidak selarasan itu.<BR/><BR/>Inilah yg membuat agama kristen di eropa dan amerika ditinggalkan oleh byk penganutnya yg memilih kembali ke etika. Mereka memilih mempraktekkan nilai2 kebajikan agama tdk lewat jalur formal agama. Krn itu jgn kaget byk kaum humanis tdk beragama tp justru sikapnya lbh kristiani ato spt kata @CD, "lbh islami" dr org2 FPI misalnya.<BR/><BR/>Lalu, bgmn agar nilai2 kebajikan agama dpt selaras dg perilaku umatnya? Yaa... infrastuktur agama hrs lbh fokus kpd proses internalisasi dr rukun iman-nya, bkn sekedar pamer ritual2 dan artefak fisik bagai buah apel. Mengkilap kulitnya, tp dibalik kulit itu hanya ada kebusukan. Byk fakta menunjukkan bhw agama mmg cenderung mudah dijdkan alat oleh pihak2 tertentu utk menggantungkan hidup, ato memperkaya diri, ato menggapai kekuasaan.<BR/><BR/>Kembali ke laptop.. Lalu, apakah konsep ekoreligi hanya sekedar khotbah2 lepas tnp ada kejelasan aksi2 nyata cinta bumi dari kaum utopia? <BR/><BR/>Bisa jadi. Krn agama toh cuma memfasilitasi mereka yg mau selamat. Tp, bisa jg tdk sekedar utopis jk agama bs menjamin realisasi nilai2 bajiknya. Bukan cuma menjamin, tp mjd teladan dg menyediakan wadah bg aksi2 pro-lingkungan yg nyata.<BR/><BR/>(Wilmana)Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-43443059447813336382008-07-24T15:15:00.000+08:002008-07-24T15:15:00.000+08:00Nah akhirnya, saya punya kesempatan sedikit utk me...Nah akhirnya, saya punya kesempatan sedikit utk merespon berbagai pertanyaan di sela-sela jeda wkt nunggu klien yg mau bertandang ke kantor. Tentu maksudnya utk membahas bbrp hal terkait advis sy bbrp hr lalu.<BR/><BR/>Krn tdk byk wkt, mk sy ingin mengutip komentar dr seseorang tekait isu yg sy tulis, tp sy ambil dr blog lain. Sekaligus sbg penghargaan kpd yg bersangkutan krn hari ini beliau berulang tahun. Happy birthdya, Bung.<BR/><BR/>----------------<BR/>ekoreligi adalah salah satu varian etika lingkungan. Sebenarnya, paling tua malahan karena hubungan awal manusia dengan alam digagas sebagai suatu kesatuan. Monyet, pohon dan manusia sama harganya dan semuanya dikendalikan oleh sesuatu kuasa yang tidak kelihatan. Sesuatu yang trasendens dan adikodrati. Hampir semua kearifan lokal asal muasalnya ya dari gagasan ekoreligi ini. <BR/><BR/>Ekoreligi terlupakan ketika etika lingkungan didominasi oleh etika dan falsafah antrposentris. Gagasan yg berpusat pada manusia. Bersamaan dengan semangat postmo, setelah salah satu dampak modernisasi adalah kerusakan lingkungan, orang mencoba berpaling lagi pada etika lama itu, ekoreligi. Ekoreligi mendapat sebutan baru, yaitu ekologi dalam. <BR/><BR/>Sayangnya, ekologi dalam, yang salah satunya variannya berisikan ekoreligi, harus berhadapan dengan perubahan pola-pola pikir tradisional yang mulai dipengaruhi oleh arus Cartesian yang teramat kuat. Akibatnya, ekoreligi, sama juga dengan mama kandungnya, yaitu religi, terjebak dalam ritual-ritual formal dan miskin internalisasi nilai-nilai luhur religi. <BR/><BR/>Mesjid penuh, Gereja penuh. Tapi hutan diubah menjadi pabrik, pelabuhan dan lain sebagainya. Anggota DPR dari partai religi malah korupsi pengubahan lahan. Pendeta GPIB menjual aset gereja dan membiarkan lingkungan lamanya di bangun dengan bangunan penebar freon dan komponen gas rumah kaca. Menyedihkan. <BR/><BR/>(Bahan-bahan seperti ini sudah saya bahas setebal 247 halaman sebagai karya ilmiah pra-disertasi pada matakuliah filsafat ilmu ketika menyelesaikan pendidikan S3 di PPS UGM, Jogjakarta) <BR/><BR/>(mikerk)<BR/>-------------------<BR/><BR/>Dmknlah, moga2 bisa menjawab rasa penasaran kita lewat berbagai pertanyaan yg diajukan, termasuk sejak posting norman. Msh ada bbrp hal yg ingin sy ulas, tp mungkin nanti setelah klien sy pulang.<BR/><BR/>(Wilmana)Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-80459099093655720632008-07-24T12:32:00.000+08:002008-07-24T12:32:00.000+08:00hei kawan wilmana, setuju gw atas pendapat anda (d...hei kawan wilmana, setuju gw atas pendapat anda (degha, jkta)Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-19741347878284149212008-07-23T23:12:00.000+08:002008-07-23T23:12:00.000+08:00Lagu ke dua yang ibgin saya ktip adalah lagu denga...Lagu ke dua yang ibgin saya ktip adalah lagu dengan Judul Pencinta Alam yang dinyanyikan oleh Rita Ruby Hartland. Lagu ini menggambarkan moralitas paradox kita antara nilan dan fakta. Mimpinya mencintai alam. Faktanya kita merusak alam. Mimpi kita adlah bersahabat dan menebar kasih tetapi faktanya kita melempar kata hardikan dan caci maki. Oiiihhh....apakah anda heran bahwa di gereja, di Mesjid kita tanpa ragu meneriakkan asma Allah tetapi hanya berhitung menit dan jam kita tanpa malu, kemungkinan malah bangga, berubah menjadi monster kejam yang merusak. Termasuk merusak alam kita sendiri. <BR/><BR/>Lagu inipun saya kutip dari Posting sahabat kita MR JIMI di jiwamusik.wordpress.com.<BR/><BR/>Pencinta Alam<BR/>(Rita Ruby Hartland)<BR/><BR/>Pendaki gunung sahabat alam sejati<BR/>Jaketmu penuh lambang, lambang kegagahn<BR/>Memproklamirkan dirimu pencinta alam<BR/>sementara maknanya belum kau miliki<BR/><BR/>[Reff:]<BR/>Ketika aku daki dari gunung ke gunung<BR/>disana kutemui kejanggalan makna<BR/>Banyak pepohonan merintih kepedihan<BR/>dikuliti pisaumu yang tak pernah diam<BR/><BR/>Batu-batu cadas merintih kesakitan<BR/>ditikam belatimu yang pernah takayal<BR/>hanya untuk mengumunkan pada khalayak<BR/>bahwa disana ada kibar benderamu<BR/><BR/>Oh.. alam korban ke-aku-an<BR/>Oh.. alam korban keangkuhan<BR/>maafkan mereka yang tak mau mengerti<BR/>arti kehidupan<BR/><BR/>(Dapatkan anda menyangkal kebenaran subsatansi lagu ini? Esensi bung. Esensi)mikerkhttps://www.blogger.com/profile/13189501836960579601noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-71341467430093319372008-07-23T23:05:00.000+08:002008-07-23T23:05:00.000+08:00Dear sahabat bloggers,Percakapan di dalam psoting ...Dear sahabat bloggers,<BR/><BR/>Percakapan di dalam psoting ini saya kira hampir mendekati klmaksnya. Kecuali beberapa catatan yang tampaknya masih harus dilakukan oleh Kang IHIN, Carpe Diem, Norman, Wilmana dan lain-lain. Saya pikir, hal ini wajar karena sesungguhnya percakapan di psoting ini hanya merupakan kelanjutan dari posting sebelumnya. Saya tidka berpretensi untuk memberikan penilaian apapun terhadap seluruh komentar yang ada kecuali satu hal, semua sungguh-sungguh berada dalam semangat yang sama, yaitu semangat persaudaraan. <BR/><BR/>Oleh karena kesimpulan di atas maka, saya ingin membuat sedikit catatan untuk kita renugkan bersama. Perenungan ini saya ambil dari syair lagu yang dahulu (jadul) pernah sangat ngetop. Di antara tahun 1978-1979 sampai awal tahun 1980-an. Pertama adalah lagu Mogi Darusman, yaitu Rayap-Rayap. Lagu ini sungguh fenomenal pada jamannya terutama karena perintah untuk mecekalnya oleh mbah Harto almarhum dan kaki-tangannya. Lagu ini berceritera tentang Kerakusan suatu kekuasaan. Saya tida pernah ragu tentang potensi Kasih yang dimiimi oleh setiap orang tetapi saya juga menyaksikan di sekitar 45 tahun umum hidup saya, yaitu betapa orang-orang baik bertumbangan justru ketika masuk ke dalam sistem. Maka preposisi saya tetap jelas. Mula-mula kita memerlukan orang baik tetapi pada saat yang bersamaan kita memerlukan sistem yang tidak kalah baiknya. <BR/><BR/>LKutipan sayair lagu ini tidak terlepas dari jasa baik sahabatt kita bersama, yaitu MR JIMI yang rajin mengumpulkan lagu-lagu yang bahkan sudah menghilang lama. Untuk itu. saya mengucapkan terima kasih yang termata banyak kepada saudara MR JIMI (www.Jiwamusik.wordpress.com). Sahabta sekalian, nimatilah syair lagu jadul ini tetapi relevansinya masih sangat kuat sampai hari ini.<BR/><BR/>Rayap-Rayap<BR/>(Mogi Darusman/Teguh Esha)<BR/><BR/>Kau tahu rayap-rayap<BR/>makin banyak dimana-mana<BR/>dibalik baju resmi<BR/>merongrong tiang negara<BR/><BR/>Kau tahu babi-babi<BR/>makin gemuk di negeri kita<BR/>mereka dengan tenang<BR/>memakan kota dan desa<BR/><BR/>Rayap-rayap yang ganas merayap<BR/>berjas dasi dalam kantor<BR/>makan minum darah rakyat<BR/><BR/>Menggemuk para rayap dalam bumi yang kian rapuh<BR/>Resahnya ibu rakyat terbantai tanpa aduh<BR/>Merayap para babi di lautan, sawah dan hutan<BR/>Menggencet anak rakyat, meremas jantung mereka<BR/><BR/>[Reff:]<BR/>Rayap-rayap yang ganas merayap<BR/>berjas dasi dalam kantor<BR/>makan minum darah rakyat<BR/><BR/>Babi babi yang gemuk sekali<BR/>dengan tentram berkembang biak<BR/>tak ada yang peduli<BR/><BR/><BR/>(Ya, begitulah sahabat: Rayap dan babi dapat berkembang biak ketika moralitas dan sistem tidak perduli. Liaze Faire. Mereka, anda dan saya membiarkan kejahatan terus berlangsung di depan mata kita. Sementara kita diam. Berpangku Tanagan)mikerkhttps://www.blogger.com/profile/13189501836960579601noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-5912023161272395682008-07-23T19:40:00.000+08:002008-07-23T19:40:00.000+08:00Ahh... Akhirnya msh sempat juga mampir di sini nen...Ahh... Akhirnya msh sempat juga mampir di sini nengok para sahabat... Tapi sekali lg maaf, sy hrs segera off-line lg krn ada jadwal kuliah utk gelar profesi jam 19.00 - 22.00 WIB.<BR/><BR/>Jadi, sambil mengucapkan terima kasih atas kesediaan para sahabat utk mampir dan berkomentar, sy musti pamit dulu. Adik bonggo, sebaiknya jgn cari perkara baru... @CD sy br tau pra Voltaire, cs, sdh ada kelompok humanis. <BR/><BR/>Eh, Sampe jumpa yaa...<BR/><BR/>(Wilmana)Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-85403641232266575362008-07-23T18:28:00.000+08:002008-07-23T18:28:00.000+08:00@ Carpe Diem,Ahaaaaa, blog ini kembali menyenangka...@ Carpe Diem,<BR/><BR/>Ahaaaaa, blog ini kembali menyenangkan karena setelah jeweran terakhir dari BM semuanya berusaha berdiskusi secara bernas sehingga masalah tidak berlarian meliar kemana-mana. Kata bigmike: diskusi jangan menjadi tempat menyebar kebencian dan dendam. Anda lulus dalam hal itu. Jawaban anda terhadap Mang IHIN bagus dan jernih.<BR/><BR/>@ Mang IHIN<BR/><BR/>Saya enggak tahu anda orang baru atau lama. Tetapi kami di sini, sudah sepakat untuk berdiskusi tanpa menuduh. Meski anda berusaha menghindar tetapi bau-bau tuduhan ada di dalam komentar anda. Tetapi baiklah, kita semua berproses.<BR/><BR/>@ Esther,<BR/><BR/>Saya pernah beribadat di GKI Ressud. Suasananya meneduhkan. Mungkin karena itu, ulasan teologia lingkungan anda amat baik. Mungkin bisa mereferensi juga kepada tulisan PDT. Robert Borong.<BR/><BR/>Nah, saya sendir di mana posisinya? Saya sepakat dengan Bigmike. Kasih yang kuat tetapi lemah lembut akan menyelesaikan banyak hal. Termasuk masalah lingkungan hidup (Patrice)Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-33803976903101390012008-07-23T18:16:00.000+08:002008-07-23T18:16:00.000+08:00-Buat Mas Scholihin-IHIN,TERIMA KASIH atas respon ...-Buat Mas Scholihin-IHIN,<BR/><BR/>TERIMA KASIH atas respon baliknya. Baiklah, mari kita simak ini:<BR/><BR/>1) Moralitas agama dan perilaku kita TIDAK SELARAS.<BR/><BR/>2) Agar mampu mengahadapi sekaligus menjawab persoalan rumit ribet saat ini, MENYELARASKAN 2 hal ini menjadi TERAMAT PENTING.<BR/><BR/>Kedua poin SUBSTANTIF diatas anda SETUJU, tp lalu anda cap saya memberi SOLUSI KEKAFIRAN atas bahasa kiasan yg saya pakai, agama bak candu saat kita gagal menyelaraskan moralitan keyakinan dan sikap kita. Saya bisa mengerti SENSITIFITAS anda walau saya teramat bingung dimana solusi kekafirasn saya itu. Ilmu tafsir anda sedikit ngawur.<BR/><BR/>Tapi baiklah, saya ingin bertanya lagi. Dari tahun ke tahun, BERHASIL atau GAGALKAH kita menyelaraskan moralitas agama dan sikap??? Kalau anda dpt menjawab ini, saya akan mengajukan pertanyaan follow up. Semoga anda tidak melarikan diri. JANGAN LUPA juga menjawab bbrp pertanyaan saya sebelumnya!!!<BR/><BR/>-Buat Mas Bonggo<BR/><BR/>Saya seorang humanis tetapi bukan humanisme yg lahir pd masa 'pencerahan' abad 17 & 18 oleh pemikir spt Voltaire, Jean-Jacques Rousseau, Denis Diderot David Hume dkk yg amat populer sampai saat ini. Saya adalah penganut paham humanisme oleh filsuf tua yg mengajar saya ini: <BR/><BR/>"Thou shalt love thy neighbor as thyself" <BR/><BR/>-Carpe Diem-Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-22164359404472448172008-07-23T18:12:00.000+08:002008-07-23T18:12:00.000+08:00All,Rasanya postingan yang inipun masih kalah mutu...All,<BR/><BR/>Rasanya postingan yang inipun masih kalah mutu ama posting mother earthnya my bigmike. Posting lagi dooooonggggggg....//Pritha//Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6333469863014757675.post-51893248277631703752008-07-23T17:20:00.000+08:002008-07-23T17:20:00.000+08:00@ EstherTerima kasih banyak ya karean kutipan ayat...@ Esther<BR/><BR/>Terima kasih banyak ya karean kutipan ayat-ayat Alkitabnya bagus sekali. Tuhan memberkati saudari.<BR/><BR/>Pak Mike, sorri agak lama baru muncul lagi di blog. Saya baru kembali liburan di Kefa. Sekarang suda di Jogja lagi dan masih harus berjuang 1 tahun lagi. Doakan cepat selesai (Peter, Jogja)Anonymousnoreply@blogger.com