Kamis, 24 April 2014

johnnie dan dollie dan dadu

Dear Sahabat Blogger,

Sekali waktu di tahun 1900, tersebutlah seorang pria yang kurang begitu beruntung, namanya johnnie. Orang ini barusan lulus perguruan tinggi yang test masuknya dilalui berkali-kali. Kurang pintar dia, waktu itu. Setelah tamat, sibuklah dia mencari kerja. Melamar menjadi pengajar di almamaternya, tak diterima dia. demikian juga di beberapa tempat lain. Bersamaan dengan itu, si johnnie punya pacar cantik, namanya dollie (kalo dolly, itu istri saya). Berkasih-kasihanlah si johnnie dan si dollie tapi tak bisa menikah karena orang tua si dollie tak mengijinkan karena si johnnie adalah pengangguran. Tak punya kerja (mengenaskan banget nih).

Tapi peruntungan si johnnie berubah, di awak 1901 datang berita dari kantor hak paten swiss bahwa ada kemungkinan si johnnie jadi pegawai di situ tetapi harus menunggu setahun. Pada saat yang sama mantan dosennnya di universitas di winthertur, swiss mendapat panggilan wajib militer. Dia bisa mengisi jam kulihanya si profesor, rebstein namanya. Dalam kegembiraan itu, si johnnie mengirim surat pada kekasihnya si dollie. Bunyinya begini (saya petik sebagian):

Milan, Senin 15 April 1901

Dollie kekasihku,
Jangan marah padaku karena tidak mengindahkan permintaanmu untuk datang ke Lugano. Sekali lagi aku merasa tertekan menjelang akhir pekan lalu karena semua usahaku mencari pekerjaan tidak mengalami kemajuan sedikitpun. Tetapi tunggu saja, cinta, kita akan melihat sesuatu yang lain dan terkejut. Eh, kemarin aku mendapat surat dari Prof Dr Rebstein di sekolah tinggi teknik di Winterthur, isinya beliau memintaku untuk menggantikannya mengajar mulai 15 mei hingga 15 juli, karena dia harus memenuhipanggilan dinas militer. Kamu bisa membayagkan beta senangnya hatiku walau harus mengajar 30 jam per minggu, bahkan termasuk matakuliah geometri deskriptif. Pada malam sebelumnya, aku mendapat surat dari Marcel yang memberitahu bahwa aku akan mendapat posisi permanen di kantor paten Swiss di Bern! Bukankah itu suatu BERKAH YANG TERLALU BANYAK untuk kuminta sekaligus? Aku hanya berpikir betapa menakjubkan peekerjaan ini bagiku! Aku akan gembira jika saatnya tiba....Dan bagimana kabarmu, gadis kecilku sayang? Cium lembut dari milikmu, johnnie

Bagimana? puitis sekaligus lurus kepada maksud. Mudah-mudahan anda menikmatinya dan saya jamin anda tidak rugi karena si johnnie adalah panggilan kesayangan si dollie kepada kekasih hatinya yang bernama lengkap albert einstein. Ya, si johnnie adalah Einstein. Sedangkan si dollie sendiri bernama lengkap mileva maric, teman kuliahnya. Johnnie dan Dollie akhirnya menikah pada tahun 1903 setelah terlebih dahulu pada tahun 1902 resmi bekerja di kantor hak paten Swiss.

Apakah tentang kisah asmara asyik masyuk 2 si johnnie dan si dollie, tulisan ini? Ya, tetapi itu hanya bagian dari keseluruhan plot yang saya niatkan. Jadi bagaimana? beginilah (begitu dong kurang cocok): Albert Eisntein dapat dikatakan sebagai manusia paling jenius yang pernah lahir sampai saat ini. Teori relativitas umum dan khususnya merubah sama sekali pandangan orang tentang alam semesta. Rumus E = MC kuadrat sangat terkenal dan menjadi pintu masuk bagi dihasilkannya mesin pembunuh paling mengerikan, bom atom. Tetapi sampai akhir hayatnya dia masih belum bisa menerangkan bagaimana hukum-hukum alam secara teratur menjalankan alam semesta ini. Di pihak lain, pakar lain berpendapat bahwa tidak ada keteraturan di alam. Eisteinpun akhirnya berpendapat bahwa Tuhan tak pernah menjalankan dunia ini secara random a.k.a probabilitas. Kalimat mashur dari Einstein untuk ini adalah "Tuhan tak pernah main dadu". Semuanya pasti.

Lalu, kalimat inilah yang meletakkan Einstein dalam persoalan lain, yaitu apakah Eistein percaya adanya Tuhan? Einstein satu kali pernah menulis begini:
 "Aku tidak dapat membayangkan suatu Allah personal yang langsung mempengaruhi tindakan-tindakan orang per orangan, atau secara langsung duduk mengadili semua ciptaan yang telah dibuatnya sendiri".
 Lain waktu, Einstein menulis begini 
"Agama masa depan akan berupa suatu agama kosmik. Agama ini harus melampaui Allah personal dan menghindari dogma dan teologi. Mencakup baik yang natural maupun yang spiritual, agama ini harus didasarkan pada suatu perasaan keagamaan yang muncul dari pengalaman bahwa segala sesuatu yang alamiah dan yang spiritual ada dalam suatu kesatuan yang bermakna.
Lha, bagaimana ini? saya harus bilang begini, dalam dunia moderen, Teologi yang pernah sangat berjaya akhirnya turun takhta dan akhirnya diabaikan. Griffin menuliskan 2 sebab utama, yaitu 1) Tuhan, nilai trasenden dan jiwa manusia sama sekali tak cocok lagi dengan verifikasi ilmiah, dan 2) Teologia adalah cara manusia memperoleh selamat dan di zama moderen keselamatan adalah produk teknologi dan pasar. Filsafat ilmu menabrak habis baik filsafat fundamentalisme maupun filsafat apolgetik. Lalu, bagaimana? Habiskah Tuhan seperti kata Nietzsche "got is tot", tuhan sudah mati? Mengikuti pikiran Albert Einstein, pintu bagi kehadiran Tuhan masih ada tetapi bukan tuhan personal seperti yang diajarkan agama samawi melainkan Tuhan kosmik. Dalam suatu kesempatan menonton konser musik, Einstein yang terpesona denga suguhan musik itu mengatakan bahwa "aku merasa kehadiran Tuhan di dalam musik indah itu". Kisah hidup Eisntein menunjukan bahwa hidupnya mirip dengan keyakinan deterministiknya, yaitu bukan probabilitas. Lalu, lihatlah Einstein percaya bahwa pekerjaan yang diperolehnya adalah berkah. Dari siapa? Pemeluk agama samawi akan bilang ya dari Allah. Dari Yahwe. Tetapi mungkin yang dimaksudkan Einstein adalah sesuatu yang misteri kosmik dan mungkin itu Allah (atau sesuatu yang lain). Einstein merasakan adanya cinta yang tak bisa diukur secara positif itu tetapi dia bilang di lain waktu "tidak ada yang ilahi dalam moralitas".Ada berkah tetapi tidak dari ilahi. Dari mana? hanya 1 jawabannya, yaitu kemungkinan. Mungkin dari si ini atau dari si itu atau dari si fulan. Determinsitik tetapi random. Mungkin ini yang menyebabkan sampai akhir hayatnya orang pintar ini tak menemukan jawaban pasti (penerusnya, Stephen Hawking menggagas Teori Segala tetapi masih tinggal kemungkinan). Tuhan ingin diusir tetapi yang diusir itu tersenyum melambai-lambai.

Di saat itulah saya melihat bahwa Einstein memasuki dunia paradoks manusia, yaitu ada 2 kebenaran tetapi seolah tak berhubungan. Tak ada bukti Tuhan yang terukur karena jiwa tereduksi tetapi jiwa yang tereduksi itu memanggil-manggil yang misterius itu. Nietzsche sendiri meramal bahwa "tuhan yang kita bunuh itu terus memanggil dalam jiwa manusia". Saya sering mengalami hal seperti ini, di Alkitab bilang begini tetapi dalam kajian keilmuan seharusnya begitu. Buah semangka berdaun sirih aku begini engkau begitu. Paradoks itu. Paradoks? Apa lagi ini? lain waktu kita ngobrol. Sekarang cukuplah kesian...eh, sekian...dagh dagh johnnie dagh dagh dollie....God Bless You!!!

Tabe Tuan Tabe Puan

Selasa, 08 April 2014

memilih itu bebas

Dear Sahabat Blogger,

"JADI, benarkah Allah yang bertanggung jawab atas penderitaan dan kesakitan manusia? Jelaslah bahwa Allah sendiri melakukan pilihan. Dan Ia mengambil keputusan, termasuk segala risikonya, yaitu menciptakan alam dengan "hukum kodrat" yang pasti, sekaligus menciptakan manusia dengan "kehendak bebas".

Kayu misalnya diciptakan oleh Allah keras dan padat. Ini "hukum kodrat"nya. Manusia tidak bisa mengubah "kodrat" ini. Tapi "kehendak bebas" manusia, memberinya pilihan untuk memanfaatkan kayu yang keras itu untuk membangun rumah atau untuk melukai sesamanya.

Tentu saja Allah bisa-mengetahui maksud jahat manusia-lalu mengubah kayu yang keras itu menjadi seperti spons. O, bisa! Tapi ini sengaja tidak dilakukan-Nya. Pertama, karena Ia menghormati "hukum kodrat" yang Ia tetapkan sendiri. Dan kedua, karena Ia juga mau menghormati "kehendak bebas" manusia, yang risikonya memang adalah bebas melakukan kebaikan tapi bebas pula melakukan kejahatan"

(Dunia Tanpa Kesakitan?, Dr. Eka Darmaputera)

posting kali ini dibuka dengan kutipan dari renungan Dr. Eka Darmaputera alm. yang intinya ingin mengatakan bahwa manusia itu memiliki kebebasan yang justru berasal dari Allah. Silakan menggunakannya karena dengan begitu manusia boleh menggunakannya dalam menghadapi "hukum kodrati" yang alamiah dan pasti itu. Catatan pentingnya adalah jika benar kebebasan itu berasal dari Allah maka tak pelak lagi kebebasan bersifat ilahiat. Luar biasa kan? 

Tulisan ini dibikin pada tanggal 8 april 2014. Sehari menjelang pemilihan umum bagi anggota legislatif baik yang berada di DPR RI, DPRD I, DPRD II dan DPD. Adagium lama yang terkenal dalam kaitannya dengan pemilu adalah "suara rakyat adalah suara Tuhan". Kebanyakan orang setuju dengan adagimum ini tetapi tak semuanya. Misalnya, kebanyakan orang Kristen ketika membaca kisah penyaliban Yesus Kristus pasti menolak adagium ini. Bagaimana mungkin suara Tuhan jika orang banyak memilih menyalibkan Yesus yang tak bersalah itu sembari membebaskan barabas yang jelas-jelas penjahat. Tak mungkin itu suara Tuhan kan? Mutlak begitu? belum tentu karena ada pula orang Kristen yang berpandangan lain, yaitu memang sudah harus begitu supaya "genap" grand design Allah bagi dunia. Bukankah jikalau Yesus tak mati di Salib, gagal pula skenario yang bahkan sudah disebut sejak Perjanjian Lama. Lalu, dari mana untuk teks yang pasti, orang-orang masih saja berdebat membela pandangannya masing-masing? jawabnya ini: karena manusia tanpa kecuali memiliki "kehendak bebas". Itu asazi. Hegel sang filsif jerman mengatakan sejarah dunia adalah sejarah mencari kebebasan. Sartre mengatakan bahwa manusia "dikutuk" untuk menjadi bebas kendati dia sendiri takut untuk bebas.

Itu pegangan pertama bagi saya bahwa pemilu adalah wahana yang di dalamnya ada kebebasan saya seberapapun besar kewajiban saya. Saya bebas untuk mencoblos atau tidak. Saya bebas memilih si anu dan si inu sembari tidak memilih si polan dan si fulan. Tetapi ada hal kedua yang jadi pegangan saya yang justru berasal dari pandangan tentang kebebasan itu sendiri. Saya mulai dari pertanyaan, apa itu kebebasan? Saya mengutip beberapa filsuf dan pendapatnya tentang bebas:

  • Aristoteles: tujuan hidup manusia adalah mencapai eudaimonia, atau kepenuhan diri . atau kebahagiaan sejati. Jika orang sudah mendapatkannya, maka ia tidak akan menginginkan apapun lagi. Hidupnya sudah penuh dengan sendirinya. kebebasan adalah upaya untuk bahagia. Bagaimana caranya? Aristoteles bilang: dengan menajamkan akal budinya. Dengan begitu kebebasan bukanlah sesuatu yang netral, melainkan mengarah pada penajaman akal budi manusia guna mengembangkan keutamaan-keutamaan dirinya, seperti sikap berani, adil, jujur, siap berkorban, dan lain sebagainya. Kebebasan bukanlah tujuan pada dirinya sendiri.
  • Agustinus berpendapat bahwa kebebasan bukanlah perilaku ataupun tindakan, melainkan kehendak. Kebebasan paling murni adalah kehendak bebas. Manusia memang ciptaan Tuhan. Namun manusia memiliki status istimewa, karena ia memiliki kehendak bebas di dalam dirinya. Tuhan pun tidak bisa ikut campur mempengaruhi kehendak bebas manusia. Tuhan bisa memerintah namun manusia bisa menolak, karena ia memiliki kehendak bebas. Kejahatan lahir bukan karena Tuhan menciptakannya, tetapi karena manusia bisa memilih yang jahat dan yang baik di dalam hidupnya. Dengan kehendak bebasnya manusia bisa memutuskan, apakah ia akan menjadi orang yang baik, atau tidak. 
  • Immanuel Kant kebebasan adalah otonomi moral, yaitu kemampuan orang untuk menentukan dirinya sendiri. Dengan akal budinya orang bisa secara rasional menentukan, apa yang baik dan apa yang jahat. (Kant, Critique of Practical Reason) Ada beberapa kriteria etika yang dirumuskannya. Pertama, dengan kebebasannya orang bisa menentukan, apakah suatu tindakan bisa dijadikan hukum universal atau tidak. Kedua, juga dengan kebebasannya, orang bisa menentukan, apakah tindakannya menjadikan orang sebagai tujuan pada dirinya sendiri, atau semata alat bagi kepentingannya. Bagi Kant manusia memiliki martabat yang tinggi. Ia tidak bisa dijadikan alat untuk kepentingan apapun. Dan yang ketiga, manusia memiliki kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri. Dengan kebebasannya ia bisa memilih, apakah akan mengikuti kewajiban moralnya, atau tidak. 

Apa yang bisa kita simpulkan dari pernyataan para raksasa filsafat di atas? Kebebasan itu sejatinya adalah kehendak untuk mewujudkan keutamaan diri agar dapat mengikuti kewajiban moralnya. Itulah kebebasan jika saya bersetuju bahwa kebebasan adalah kehendak untuk mengikuti teladan sang pemberinya, Tuhan. Saya dapat saja memilih jalan sebaliknya, yaitu tak perlu memilik budi yang utama sembari mengacuhkan kewajiban moral. Itu juga kebebasan tetapi pasti tidak sesuai dengan teladan pemberi. Dasar apa saya bilang begitu? Meminjam wacana dalam kajian filsafat tubuh, jiwa dan roh maka saya mendapatkan konstruksinya. Begini:

Dalam setiap manusia hidup terdapat 3 bagian besar komponen, yaitu tubuh, jiwa dan roh. Tubuh adalah materi biofisik-kimiawi kita yang dengannya kita mampu menyentuh, membaui, mendengar, melihat dan merasa. Jiwa adalah immaterial tempat kita berkehendak (afeksi), beremosi, berlogika, berimaginasi, beralasan dan lain sebagainya. lalu, roh adalah spirit immortal yang konon merupakan tempat dimana Sang Maha Ada meniupkan dan membisikan kebaikan bagi kita. Dengan demikian, kebebasan adalah bisikan Ilahi yang dimengerti roh saya dan hal ini menggerakan jiwa kehendak saya yang lalu menuntun tubuh saya bertindak memilih kebebasan. Maka, saat saya berada di dalam ruang memilih, saat itulah seluruh akal budi saya akan saya tajamkan untuk memilih sebaik-baiknya berdasarkan referensi  yang tepat. Saya tak bakal memilih atas dasar "serangan fajar", keterpaksaan primordialisme, intimidasi pimpinan kantor, eksploitasi kemiskinan dan ketidak berdayaan dan atau kedekatan perkawanan semata. Itulah penindasan terhadap kebebasan saya. Dan jika itu saya lakukan maka sebenarnya saya tidak memilih secara bebas. Saya tidak akan begitu. Itulah pegangan saya yang kedua: memilih secara bebas, yaitu dengan ketajaman akal budi.

Memilih adalah kebebasan dan itu top merkotop, sip merkuzips....


Bee Gees - One [HD] 3D

 
Selamat Memilih Puan dan Tuan