Minggu, 30 Desember 2012

takut en damai (selamat natal selamat tahoen baroe)

Dear Sahabat Blogger,

Satu hari menjelang berakhirnya si 2012 akhirnya terbitnya juga semangat untuk melakukan posting baru. Bukan karena apa bukan karena sesiapa tetapi kesibukan yang luar biasa menyebabkan celah waktu yang seharusnya bisa dipakai untuk memposting sesuatu malah teralihkan untuk istirahat dan atau aktivitas lain menjelang akhir tahun anggaran dan atau menjelang Natal dan Tahun Baru. Lalu tentang dua hal ikhwal terakhir inilah, Natal dan tahun Baru, saya memposting. Saya ingin mempercakapkan sesuatu dan hal itu adalah ini: 

Di tengah kesibukan yang luar biasa, tepatnya di saat menunggu keberangkatan menuju Kupang  dari Bandara Soekarno-Hatta, saya tercenung. Untuk apa semua capai lelah ini? Mengapa di saat sanak-saudara di Kupang tengah menyiapkan hati untuk merayakan Natal, saya masih harus antri check-in di sini (Bandara Soetta). Sesuatu yang hampir menjadi rutin setiap minggu sekali dalam 2 3 bulan terakhir? Saya menyimpulkan sendiri bahwa saya ada di sini karena takut. Lha koq takut? Ada geranga apa dengan takut? Mengapa takut?  Berdasarkan defenisi, takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Pakar psikologi juga menjelaskan bahwa manusia senantiasa akan selalu takut terhadap hal yang tidak diketahuinya. Dengan begitu, takut adalah salah satu dari emosi dasar manusia, selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan. Jelaslah, bahwasanya saya takut adalah normal. Manusiawi saja. Sepanjang saya manusia normal maka takut dan lain sebagainya pasti akan timbul entah dimana dan dalam waktu apa. Maka, berhati-hatilah bagi anda yang suka sok jago lalu bilang...."weeeeiiiii saya ini tidak punya rasa takut"....hhhmmmmmmm, awaslah, jangan-jang anda bukan orang tetapi alien....ckckckckck......

Kembali kepada situasi saya, apa yang membuat saya takut? Jujur saja adalah ini: saya takut tidak punya cukup uang untuk mengurusi keluarga saya. Lalu dengan itu saya menerima tawaran kerja dari mana mana, utara-selatan, barat-timur, barat daya, timur tak berlaut, dari segala penjuru mata angin lalu....wwwhhaaaszzzzz....wwwhheesszzzzz....whhiissszzzzz....whuszzzzz....terbanglah saya kesana kemari. Bekerja. Pidato ..... abla abla abla bla bla bleeehhh...lalu ...sreseetttttt, tanda tangan, honorpun penuh di kantung kanan dan kiri.  Karena saya takut tidak bisa eksis sebagai ilmuwan maka ...teliti sana sini, presentasi sini sana dan lalu ...sreeeessseeetttttttt ...... tanda tangan lagi, uang lagi. Cukup? tidak. Masih saja takut lalu hidup gampang sakit, gampang tersinggung, mudah ngambek dan berasa tak punya apa-apa di antara banyak apa-apa. Iya benarlah sudah, saya kehilangan damai sejahtera. Itulah situasi akhir saya. Semua agenda terpenuhi, sibuk, eksis, punya uang tetapi saya seperti kehilangan diri sendiri.

Damai adalah situasi aman tenteram (noun), menenangkan (verba) dan atau tenteram, tenang dan tidak ada permusuhan (adjektiva). Damai adalah afeksi positif. Lalu, apa itu sejahtera? adalah ini: aman, sentausa, makmur dan selamat (adjective) dan atau hal dalam keadaan selamat, aman, atau sejahtera (noun). Sejahterapun ternyata afeksi positif. Perhatikanlah sekarang, tagal takut (afeksi negatif) maka hasilnya adalah tidak damai dan tidak sejahtera (afeksi negatif). Sebenarnya salahkan saya menjadi takut? Jika merujuk pada teori psikologi seperti yang saya kutip di atas maka sebenarnya tidak ada salah-salah amat. Menurut teori eko-fisiologi, setiap makhluk hidup memiliki mekanisme internal dalam menghadapi cekaman (stress).  Ketika stresor itu datang maka makhluk hidup akan bereaksi dalam 3 cara, yaitu menghindar (avoidance), merubah diri (ameliorasi) dan beradaptasi total (total adaptation). Jangan berjalan di gelap jika anda takut kegelapan (avoidance), karena tubuh anda tidak bisa mengeluarkan sinar pakailah senter ketika melewati kegelapan dengan resiko tangan anda repot memegang senter (ameliorasi) dan akhirnya tetaplah bernafas dan bergerak kendati gelap (adaptasi total). Kata kuncinya adalah menyesuaikan dan itu berarti dinamis atau berubah. Kata yang disukai banyak orang terutama memasuki tahun baru atau ulang tahun. Berubah. Di kandang domba mengembiklah. Di kandang macan mengaumlah dikau. Dansalah dengan gangnam style jangan menari cerana kalau tidak ingin terlihat kampungan. Pakailah CU (celana umpan - kata anak kupang untuk celana yang sangat pendek dan ketat sehingga ketika adipakai rasanya seluruh paha dan pangkal paha bisa dilihat banyak orang) karena hal itu moderen. Baik? Oh ya sudah barang tentu baik tetapi (nah kembali ada tetapinya), teori Darwin mengatakan bahwa yang makhluk bio yang bertahan eksis adalah yang paling sesuai. Sesuaikanlah dirimu begitu rupa bila perlu kau tidak tampak seperti dirimu sendiri. Jangan cuma mengembik tetapi jika memang supaya selamat jadilah kau kambing maka jadilah begitu. Tagal itu,  konon begitulah logika Darwin, manusia adalah monyet yang berubah. Monyet hilang menjadi manusia. Lha, kalau manusia ketakutan dan secara perlahan berubah, lalu menjadi apa dia? Di titik inilah ketercenungan saya di bandara Soetta itu bermakna. Setelah semua yang saya peroleh, apakah semua masih akan berlanjut di masa depan? Apakah saya masih adalah saya seperti biasanya? jangan-jangan saya adalah alien hasil mutasi gen dari yang bermasalalukan dosen, suami, bapak, ketua forum DAS NTT dan.....ahaaa, jangan-jangan......begitu banyak jangan-jangan-nya lalu kembalilah saya pada siklus ketakutan.......

Dan, pas sudah, datanglah berita Natal....."hoooooiiiiiiiii jangan kamu takut, sebab bagimu sudah ada Damai Sejahtera yang tinggal bersamamu"......wow, saya tersentak girang dan sambil begitu saya koprol 5 kali. Saya sungguh memerlukan kepastian itu terutama karena, kendati cuma persepsi manusia, tahun 2013 menjelang. Satu masa baru akan datang. Apakah di tahun yang baru ini saya akan cukup punya uang? Apakah akan punya kesempatan eksis? Apakah saya masih akan menjadi sekertaris lemlit? Apakah, apakah, dan apakah......Ada banyak ketidak pastian. Ada jutaan kecemasan. lalu, ada milyaran ketakutan. Ampun deh, saya tak mau ketakutan secara kontinyu lalu kehilangan damai sejahtera dan lalu ..... menjadi alien. So help me God. Jawabnya ya itu tadi di atas..."jangan takut, karena damai sejahtera sudah tinggal bersamamu"....ahaaaaaaa......tapi bagaimana saya memahami dan belajar tentang rasa takut itu? Saya belajar dari orang kecil berikut ini:

Adalah seorang yang bernama Dessy. Seorang pekerja di sektor informal. Pembantu rumah tangga, kata mudahnya. Asisten kata kerennya. Orangnya baik, rata-rata. Kendalanya cuma 1, yaitu soal kepandaian. Nah untuk yang satu ini saya punya banyak persoalan. Si Dessy, ampun-ampun, di suruh bikin A dia kerjakan B. Diminta tolong membuatkan teh, memang dia bikin tehnya tetapi lalu diminumnya sendiri. Pernah sekali waktu saya panggil dia, .."Dessy...kau tolong ke apotik ya, eh kau tau apotik tidak?". Dessy menjawab dengan tegas: .."tau bapak, itu yang di depan rumah tempat jual ikan tu"...wkwkwkwkwkw, kacau sekali......Isteri saya suka kehilangan kesabaran dan lalu bersuara keras. Saya cuma kasi ingat dia bahwa .."weits, kalo dia pintar-pintar amat maka yang jadi boss adalah si Dessy, kita berdua adalah pembantunya". Manjur, biasanya isteri saya lalu tertawa. Lain kali kalau saya yang hilang sabar, isteri saya mengingatkan kembali apa kata saya itu. Tapi sungguh mati, ada yang asik dari nona Dessy kita ini, yaitu dicomelin seperti apapun dia tenang-tenang saja. Seolah tidak ada apa-apa lalu ...... kucluk, kucluk, kueeecccllluuukkkk...terus bekerja. Entah beres entah tidak. Saban kali ditegur dia diam dan kelihatan cemas tetapi itu cuma semenit dua. Sejurus kemudian dia sudah tertawa kembali. Melanjutkan bekerja, ramah kembali dan..."bapa, mau angkat tas pigi oto ko???", tanya Dessy sambil senyam senyum. Lalu, lihatlah kamar saya makin hari makin lebih bersih dan rapih ditata oleh Dessy...wooooooiiiiiiiii, Tuhan eeeee........menurut saya inilah orang yang punya takut tetapi lebih banyak rasa damai dan rasa sejahteranya. Entah di masa depan tetapi, sungguh mantri nama dokter, per hari ini Dessy-lah petunjuk dari Allah bagi saya tentang bagaimana hidup yang lebih memperbanyak rasa damai sejahtera ketimbang melebih-lebihkan rasa takut. Saya dipaksa belajar dari hidup orang-orang kecil seperti Dessy: punya sedikit ketakutan, punya banyak damai sejahtera dan perlahan dia berubah bukan dalam hal fisik melainkan dia mau sedikit belajar dari kesalahan. Berubahlah karena pembaruan budi-mu.....

Dan, begitulah sobat blogger, apa yang saya mau bilang bahwa dalam waktu-waktu menjelang akhir 2012 ini saya punya banyak peristiwa membahagiakan: kesibukan sebagai orang yang sedikit paham tentang Pengelolaan DAS, terbitnya buku karya saya, Otep berulang tahun, Dolly berulang tahun, Hari Natal dan persiapan Tahun Baru. Akan tetapi di balik semua hal gemilang itu selalu muncul rasa takut: apakah semua itu akan begitu di tahun depan? saya tak tahu. Semua masih gelap tetapi saya mau takut sedikit saja. Damai sejahtera lebih banyak. Saya kepingin perubahan karena budi pekerti yang dibarui. Itu saya. Bagaimana anda, sahabat blogger ku? SELAMAT NATAL bagi yang merayakan dan SELAMAT TAHUN BARU bagi semuanya. Tuhan Memberkati....

The Times They Are A-Changin' - Bob Dylan


Tabe Tuan Tabe Puan