Sabtu, 27 Agustus 2011

mudik! udik?

Dear Sahabat Blogger,

Salam, selamat pagi, siang, sore atau malam. Tergantung kapan waktunya anda membaca posting ini. Kali ini saya ingin mengobrol ringan tentang satu fenomena berskala nasional di Indonesia, yaitu mudik. Kata mudik sering tidak berdiri sendiri melainkan selalu didekatkan dengan Lebaran - hari raya besar kaum dan sahabat Muslim pasca Puasa - menjadi mudik lebaran. Konon kata tradisi ini hanya ada di Indonesia. Lalu karena pengaruhnya tidak hanya dirasakan terbatas internal sahabat Muslim melainkan juga seluruh bangsa maka tradisi mudik dianggap juga sebagai budaya bangsa Indonesia. Khas Indonesia. Tapi tahukah anda, apa arti kata mudik itu sendiri? Nah, untuk anda saya kutipkan beberapa persangkaan umum tentang arti kata mudik.

Mudik adalah kegiatan perantau/pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Tradisi mudik hanya ada di Indonesia (www.id.wikipedia.org)

Orang udik itu dulunya adalah sebutan orang betawi untuk pendatang2 yg kebanyakan berasal dari Jawa (sebelah timur jakarta). Biasanya kaum pendatang yg kebanyakan dari Jawa itu selalu pulang ke kampung halamannya saat hari raya, bila ada keperluan penting, atau karena pekerjaannya di jakarta sdh selesai. Dan para pendatang itu menyebut dengan istilah pulang kampung. Jadi itulah yg mungkin menyebabkan ada istilah orang kampung disebut sebagai orang udik. Yaitu karena mereka pergi ke kampung halamannya yg ada di timur (udik). Sampai sekarang istilah Mudik (menuju ke udik) sering dipakai untuk orang2 yg pulang ke kampung halamannya. Dan istilah mudik sekarang tidak terbatas hanya untuk orang yg berasal dari Jawa saja, tapi juga orang2 yg berasal dari daerah lain (Prast, 2008, www.id.answer.yahoo.com)

Mudik artinya hulu kalau di sungai, yaitu daerah disekitar mata air tempat darimana sungai itu berawal. jadi kalau orang mudik bisa diartikan kembali ke tempat darimana dia berasal. Karena banyak orang kota yang asalnya dari desa, maka kalau kembali ke desa disebut mudik (Chiprut, 2008, www.id.answer.yahoo.com)

udik=kampung=desa (Stovena, 2008, www.id.answer.yahoo.com)

Karena memang orang kampung itu Udik2.. mau bukti? udik itukan salah satu artinya NORA. tul ga?... Nah, coba lihat dan perhatikan...kalo ada orang dari kampung datang kekota besar (Jakarta,misalnya)...pasti noranya amat sangat. Bahkan ada juga orang kota yang udik, nah liat aja...(contoh ye..) ABG2 yang dari kota, kalo bawa HP..pasti digantungin dileher. apa itu ga nora (udik)? terkesan pamer...."nih, gw punya HP cuy..." (mending kalo HPnya bagus,nah kalo sudah Jadul banget...?) Udikkkkk.... (Rulland Y, 2008, www.id.answer.yahoo.com)
Begitulah sahabat blogger. Ada yang memahami mudik secara serius, ada yang terkesan di-smart-smart-kan, ada yang terkesan asal-asalan (mungkin agak menghina tuh....he he he). Ramai, seramai aktivitas mudik itu sendiri yang riuh rendah, lintang pukang, tak keruan dan heboh itu. Karena itu, supaya agak lebih "sunyi" maka saya mencoba mencari arti kata mudik di dalam KUBI (kamus umum bahasa Indonesia). Mudik adalah kegiatan meng-udik atau kembali menuju udik. Lalu, apa arti kata udik? Ternyata kata udik bersinonim dengan kata culun, desa, dusun, kampung, kampungan, lugu, pedalaman, dan pelosok. Antonim-nya adalah "kota". Dengan demikian kata "udik" memang agak negatif terutama bagi generasi "haree geneeeee". Lha busyeeeetttt ...... bener dong si Rulland dalam kutipan yang agak negatif tentang "mudik" seperti dikutipkan di atas. Benarkah? Mari kita lihat lagi hasil penelusuran lebih lanjut. Kata "udik" ternyata memiliki 3 arti, yaitu: sebagai bentuk kata benda maka udik bisa berarti hulu sungai. Jadi, mudik artinya kembali ke hulu sungai. Sebagai noun, "udik" juga berarti kampung. Dengan demikian mudik artinya kembali ke kampung. Tetapi sebagai kata sifat, adjectiva, "udik" berarti kurang tahu sopan santun, kaku dan canggung tingkah lakunya, serta bodoh. Nah lu, mudik bisa berarti kembali menjadi tidak sopan atau kembali menjadi bodoh....whaaaa ha ha ha...opo tumon?????

Begitulah sahabat, ternyata kata udik dan mudik, yang dalam dalam praktek kontemporer dewasa ini dimaknai sebagai budaya bangsa yang menunjukkan semangat guyub tinuyub itu, ternyata bisa bermakna sebaliknya. Dalam pengertian yang positif, mudik adalah budaya baik bangsa, yaitu ketika menjelang hari-hari baik orang-orang pulang kampung atau menuju "hulu" (asal muasal) mereka. Tali temali kasih sayang keluarga-keluarga yang terputus karena waktu dan jarak bisa bertautan kembali. Lama berpisah, tak terlihat muka lalu eeeallaaaa, nongol lagi dieee....ssiiipppp.....Silahturahmi terbangun kembali. Semua kembali menjadi satu (kecuali Bang toyibby yang sudah 3 lebaran gak mau pulang-pulang...wkwkwk..).

Tetapi ...heeiiii, perhatikanlah bahwa budaya mudik bisa juga bermakna sebaliknya, yaitu mudik hanya menunjukkan bahwa sebagai bangsa kita sangat gemar kembali dan kembali lagi pada ketidaksopanan dan kebodohan. Kita amat gemar berlarat-larat dengan kedegilan kita. Capek-capek belajar sampai menjadi insinyur, master dan doktor toh suka kembali menjadi bodoh dan tidak sopan. Capek-capek meniti karier mulai dari sekedar aktivis atau pedagang kecil lalu menjadi petinggi negeri alias pejabat eaaaalllaaaa koq ya ujung-ujungnya kembali menjadi maling nan bodoh dan tak sopan. Itulah kita. Begitulah wajah kita. Anda marah dengan hal ini? Boleh dan silakan saja tetapi lihatlah apa yang dilakukan oleh mister Gayus dan belakangan mister Nazarudin + kompatriotnya. Memalukan. Lihatlah berbalas "surat cinta" di antara penyamun dan presiden-nya. Sungguh tak sopan mereka tuh. Lihat pula bagaimana wacana penghapusan badan anggaran DPR tagal dugaan korupsinya. Sembarangan. Lihatlah si Profesor yang banyak menulis buku lhaaaa, tau-tau hasil jiplakan doang. Bikin mual perut saja. Udik banget. Lalu, lihatlah betapa tidak tahu malunya pejabat di Kementrian Nakertrans RI yang kok ya tega-teganya di hari baek, bulan baek begini, bulan puasa, masiiiiiihhhh juga nekad korupsi menerima suap dan tertangkap tangan oleh KPK...Sontoloyo.....dasar udik. Masih mau lagi? Nih gue kasikan deh. Coba liat tayangan investigasi di beberapa stasiun televisi yang menunjukkan betapa teganya kita..uuupppp kali ini bukan oleh para penggede tapi hhmmmm betapa hampir semua panganan jajajan yang kita makan, hampir pasti bercampur boraks, pewarna kimia buatan dan aneka racun lainnya hanya agar supaya awet dan atau enak dilihat. Jangan anda kaget jika sekali waktu anda makan di warung kaki lima di jakarta yang anda makan adalah daging bekas yang di daur ulang. Kita benar-benar menjadi bangsa pemakan bangkai...woooowwww jorok, tega, sadis dan ueeediiiiikkkkk banget .....sekali udik tetap udik...wkwkwkwkwk.....

Tapi sudahlah, kita ambil baiknya saja karena ini memang sekarang adalah hari baik bulan baik. Mudik adalah kebaikan. Karena itu, bagi semua sahabat yang mudik menuju kampung, tempat asal-usul mereka, saya ucapkan SELAMAT MUDIK. Jangan sampe tidak sopan dan bodoh di jalanan yaaaa ...... Semoga selamat, sehat dan sejahtera merayakan hari raya Lebaran di tempat tujuan, yaitu di Udik. Eh, omong-omong sebagai praktisi pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), ternyata sungguh memalukan bahwa baru hari ini saya tahu bahwa kata "udik" adalah sinonim kata "hulu". Kalau benar begitu maka daerah tangkapan air di hulu DAS adalah udik. So, pengelolaan DAS adalah urusan hilir dan udik duuunnkkk. Saya juga baru sadar apa sebabnya kosa kata Indonesia untuk menunjukan akivitas pergerakan lalu-lalang, yang terkadang bersifat tidak keruan, adalah hilir mudik. Pantas saja kalau pas saya sedang pusing memikirkan DAS yang rusak tak keruan, isteri saya suka berteriak....."woooiiii, jangan cuma hilir-mudik dong, mengganggu saja lu" ...... adddooohhhhhh, ternyata udik bener saya nih.....ghuuooblooogggg tenan......whaa ha ha ha ..... dasar udik ....


Tabe Tuan Tabe Puan

Minggu, 07 Agustus 2011

1 gubug 1 tikar 1 periuk: INDONESIA MERDEKA (perjalanan imajiner bersama Bung Karno)

Saudaraku sebangsa dan setanah air,

Siang itu suhu udara Kota Kupang terasa panas. Amat sangat panas. Dan juga berangin. Maklum, cuaca bulan Agustus di daerah tropika kering seperti di NTT. Tanggal 17 Agustus 2011 tinggal beberapa hari lagi ke depan. Di simpang jalan para penjual bendera merah putih kecil mulai bersliweran ...."bendera ko om?"... "bendera ko tante?"..."beli 1 dapat dua bos". "Indonesia merdeka ni"......luar biasa, nasionalisme dan naluri saudagar bercampur baur jadi satu...luar biasa....dan saya beli satu bendera kecil itu, ....5000 rupiah .... dan huuuppp...saya tempelkan di kaca mobil. Hanya dengan modal kecil, saya merayakan HUT Indonesia ke-66. Hanya lima ribu untuk sebuah bendera plastik Keciiiiillll.....cukupkah????? Saya kaget ketika mendengar sebuah suara menyapa saya (Heeii siapa ini? Bung Karno kah?). Ya, Bung Karno (BK) ada dan duduk di bagian kiri jok depan mobil. Sambil tersenyum beliau berkata...."bung mike, cukuplah itu".....

Lalu, sambil menemani perjalanan saya ke kampus, BK berceritera tentang untuk apa Indonesia Merdeka. Beliau mengutip sebuah pidatonya di depan sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai pada tanggal 1 Juni 1945 (ahaaa... ketika saya bilang..."eh bung, itukan pidato anda yang kami kenang sebagai pidato kelahiran Pancasila?"....kata BK, " bung mike benar") berbunyi begini:

Cobalah pikirkan hal ini dengan memperbandingkannya dengan manusia. Manusia pun demikian, saudara-saudara! Ibaratnya, kemerdekaan saya bandingkan dengan perkawinan. Ada yang berani kawin, lekas berani kawin, ada yang takut kawin. Ada yang berkata Ah, saya belum berani kawin, tunggu dulu gaji f500. Kalau saya sudah mempunyai rumah gedung, sudah ada permadani, sudah ada lampu listrik, sudah mempunyai tempat tidur yang mentul-mentul, sudah mempunyai meja kursi, yang selengkap-lengkapnya, sudah mempunyai sendok garpu perak satu set, sudah mempunyai ini dan itu, bahkan sudah mempunyai kinder-uitzet, barulah saya berani kawin.

Ada orang lain yang berkata: saya sudah berani kawin kalau saya sudah mempunyai meja satu, kursi empat, yaitu “meja makan”, lantas satu sitje, lantas satu tempat tidur. Ada orang yang lebih berani lagi dari itu, yaitu saudara-saudara Marhaen! Kalau dia sudah mempunyai gubug saja dengan satu tikar, dengan satu periuk: dia kawin.

Begitulah saudara ku sebangsa dan setanah air, Indonesia - yaitu saudara, saya, mereka, kita semua - mencapai kemerdekaannya. Kata BK, untuk merdeka yang diperlukan adalah tekad untuk merdeka. Lalu apa itu merdeka? BK memberikan jawaban telak, yaitu "political independence". Ya, kita hanya perlu untuk bertekad lalu mewujudnyatakan bebas untuk mengurusi diri sendiri di rumah kita, Indonesia, dengan pilar adanya bumi, adanya rakyat, adanya pemerintahan dan adanya pengakuan bahwa kita memang sudah merdeka. That's all about declaration of independence. Dan itulah yang dilakukan oleh BK dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia pada hari 17 bulan Agustus tahun 1945 Masehi. Hanya dengan modal tekad, mesin ketika tua untuk mengetik naskah proklamasi, dan bendera rajutan tangan seadanya kitapun merdeka. Dimulailah suatu proyek mega raksasa bersama seluruh nation yang ada di bekas daerah jajahan Belanda yang dinamakan Indonesia. Adalah kumpulan bangsa-bangsa Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian, Bali, Timor dengan modal apa adanya berani mengataan merdeka. Lalu dalam merdeka itulah, seperti kata BK, "kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia Merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi". BK juga memberikan perumpamaan lain yang sejalan dengan perkawinan tentang kemerdekaan. Menurut BK, kemerdekaan adalah jembatan ya sebuah jembatan emas menuju Indonesia yang jaya (ketika mobil melaju meilntasi jembatan Liliba, Kupang, BK menjawil lengan saya..."bung mike, seperti jembatan inilah kemerdekaan itu, tetapi lebih lagi karena terbuat dari emas)". Kosntruksi berpikirnya adalah jika perkawinan terjadi di antara 2 orang yang berbeda maka sesungguhnya perkawinan adalah juga seperti jembatan antara 2 orang. Itulah merdeka menurut BK. Lalu, di sinilah persoalan kita bermula.

Proyek bersama membentuk Indonesia, yang dianalogikan oleh BK sebagai suatu lembaga perkawinan atau jembatan, bukanlah proses pasti akan berhasil. Bukanlah barang yang kekal. Indonesia ada karena ada parapihak yang bersepakat. untuk ini dan itu dengan modal masing yang digabungkan. Indonesia ada karena semua nation sepakat menggabungkan modal mereka. sebagai saham. Semuanya saja memiliki modal. Tidak ada yang zonder punya apa-apa. Ada yang bermodal besar ada pula yang kecil. Si Panjul punya 1 gubug adalah pemilik proyek. Tetapi si Sartinem juga adalah juga pemilik proyek kendati cuma membawa 1 tikar dan 1 periuk (BK kembali mensiuti saya..."sssstttttt bung mike, dalam pidato saya nama mereka itu adalah Samiun dan Sarinem lho......", saya jawab...:lho Bung, katanya suka lihat kemerdekaan, nah boleh dong saya merdeka menggunakan nama?...BK tertawa dan bilang...."sontoloyo, dasar koppig"...). Melalui merdeka mereka sekarang dapat berkarya. Bersama-sama memperbaiki gubug, mengisi periuk mereka dengan makanan lalu tidur berpelukan penuh kasih di atas tikar yang 1 itu. Mereka bebas menjalankan rumah tangga mereka. Siapa tahu karena kerajinan dan kekompakan mereka lalu 1 gubug itu diubah menjadi gedung megah, tikar berganti tempat tidur mental mentul, dan alat memasak mereka berubah menjadi kitchen set yang lengkap dan megah. Bisa saja begitu jika perkawinan itu berhasil, yaitu ketika semua bekerjasama dan bermitra secara inklusif nan adil. Tidak saling mengklaim sebagai yang terpenting. Setara. Sebaliknya, perkawinan ini akan gagal manakala Panjul tidak mengijinkan Sartinem berteduh di dalam gubug, cukup di emperan saja. Sartinem membalas dengan tidak mengijinkan Panjul tidur di tikar dan makan dari hasil tanakan nasi dari periuk. Cukup sebulan dua, rumah tangga Panjul dan Sartinem pasti bubar. Jembatan dirusak karena ada yang merasa sebagai penguasa besar di situ, yang lain tidak boleh lewat. Apa point penting kebehasilan proyek Indonesia?Kesetaraan sebagai pemilik proyek. Tak boleh ada pihak yang merasa lebih istimewa dari yang lainnya lalu memonopoli kemerdekaan. Jangan karena merasa besar di NKRI lalu anda boleh merampas kemerdekaan pihak yang lebih kecil. Jangan ada penjajahan anak negeri oleh anak negeri yang lainnya. Jangan memperlakukan anak negeri yang satu berbeda dari anak negeri yang lainnya. Jangan ada monopoli kebenaran. Bandingkanlah dengan kondisi Indonesia kontemporer. Sebagian masyarakat merasa memiliki hak eksklusf untuk men-sweeping warga lain yang berbeda cara pandangnya. Ketika si A mencuri 2 buah kakao di kebun tetangga, cepat sekali dia di proses dan masuk bui sekian bulan lamanya. Sementara ketika si B yang membobol bank atau mencuri uang proyek untuk membiayai hasrat politik dibiarkan bebas menebar sms melalu HP mewah dari negeri antah berantah.

Singkat kata, ketika Indonesia berubah menjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan kesepakatan awal maka jangan heran jika jembatan emas kemerdekaan itu tidak lebih dari jembatan kayu dari bahan kapuk randu yang rapuh. Ketika satu pihak merasa lebih berkuasa dari yang lainnya, lebih superior di dalam republik ini atau merasa memiliki hak paling istimewa di Indonesia maka percayalah selalu ada pihak yang akan berpikir bahwa ... "ok, baiklah kalau begitu maumu maka marilah kita berpisah baik-baik. Tidak baik-baik juga apa boleh buat". Timor Timur, yang berdasarkan fakta sejarahnya memang bukan bagian eks Belanda, memilih untuk bercerai. Aceh memilih jalan perkawinan dengan 2 kesetiaan. Irian, dan belakangan disebut Papua, merasa jika bercerai mereka akan lebih bahagia. Ben Anderson pada tahun 1999 memberikan catatan bahwa Orde Baru pernah memangsa pihak-pihak yang bersepakat dalam proyek indonesia menurut ukuran yang dibuatnya sendiri. Orde baru menganak emaskan pihak-pihak tertentu dan membuat yang lainnya cuma sekedar tas plastik kresek. Hasilnya adalah kekacauan. Sesuatu yang terus saja terjadi dalam versi yang berbeda di masa reformasi sekarang ini dan kareanya kekacauan terus saja terjadi. Lagunya sama, aransemen berbeda. Mengapa demikian? Jelas dan tegas: Indonesia belum mampu menempatkan para pemegang saham proyek besar bersama ini dalam kedudukan yang setara. Demkorasi terpimpin hanya menghasilkan pertengkaran 3 pilar, yaitu BK, TNI dan PKI dengan meninggalkan korban jiwa yang amat besar akibat perseteruan itu (saya mendengar BK batuk-batuk...uhuuk uhuuukkk). Demokrasi Pancasila ala Soeharto hanya menghasilkan berkuasanya sistem Jawa sentrisme dengan pilar militer, Golkar dan saudagar yang rajin bertandang ke Istana. Demokrasi di masa reformasi hanya menghasilkan tukang pesolek yang egois di cetrum politik nasional dan raja-raja kecil narsis di daerah. Pancasila terjepit dan keselip entah kemana. Ada yang hanya bisa menghafalkannya tapi tak mampu melaksanakannya. Ada yang sudah tidak menghafal tidak pula menampakan semangat pancasila. Ada pula yang bersliweran di jalan raya membaya spanduk yang yang berisikan niat mereka untuk menggantikan pancasila dengan ideologi lain tetapi tidak diapa-apakan oleh pihak yang berwajib.

Parameter BK tentang keberhasilan kemerdekaan sangat jelas, yaitu Indonesia yang gagah, kuat, sehat, dan kekal abadi. Tiliklah diri dan dan lingkungan di sekitar kiri dan kanan anda lalu jawablah secara jujur sudahkah impian BK tentang Indonesia yang merdeka itu tercapai? Bendera merah putih kecil yang menempel di kaca depan mobil yang saya kendarai berbisik: .."bung mike, Indonesia memang merdeka tetapi sebagian besar rakyat kelimpungan hidupnya dan tidak gagah. Rumah Indonesia tidak begitu kuat karena tikus-tikus koruptor memakan tiang induknya. Bangsa Indoensia tidak terlalu sehat karena biaya kesehatan amat mahal. Jika rakyat berkeluh kesah maka ...gampaaaaang....di-Pritha-kan saja. Beres. Alam Indonesia amat permai tetapi tidak lagi lestari karena hutannya digunduli oleh maling-maling kayu' Lahannya berlubang dan rusak digali penambang zonder tau malu. Ketika saya melirik ke samping kiri untuk meminta pendapat BK, saya melihat beliau sedang tertunduk sambil menitikkan air mata. Katanya lirih dan nyaris tidak terdengar ..."bung mike, bukan Indonesia yang macam begini yang saya perjuangkan kemerdekaannya".....

"Indonesia Pusaka"(Broery)


MERDEKA TUAN MERDEKA PUAN