Selasa, 25 Agustus 2009

saudaraku sebangsa dan setanah air (bagian II): from africa with love

Saudara-saudara, sebangsa dan setanah air,

Dalam posting sebelumnya, beberapa sahabat di Kupang menanyakan kepada saya...heiii michael...sejak kapan lu belajar jadi doktor sejarah???? ... lu pung gaya macam ke ahli sejarah sa eee ... (bahasa Melayu Kupang yang berpadanan dengan ..."michael, kamu bergaya bagai ahli sejarah). Saya cuma tersenyum simpul tidak mendebat apapun kata-kata sahabat saya itu. karena saya memang bukan seorang ahli sejarah. Hanya sekedar gemar membaca sejarah. Kata orang pandai, "sejarah adalah kaca spion yang dipakai untuk menengok sejenak ke belakang agar selamat sampai tujuan di depan". Jadi, saya cuma seorang penengok cermin sejarah. Tak lebih tak kurang.Dalam kapasitas itu, saya ingin mengajak saudara-saudara sekalian agar berkenan, bersama-sama saya, menjadi penengok kaca spion sejarah. Ini Sejarah. Sejarah adalah cermin hidup yang perlu ditengok sekali sekala agar engkau berbahagia. Mau?

Seharusnya, posting kali ini berisikan perenungan saya terhadap hasil tengokan sejarah yang sudah saya lakukan sebelumnya. Itu sudah saya janjikan kepada anda tetapi saya menundanya sejenak karena ada "gambar" baru yang saya peroleh dari hasil tengokan melalui kaca spion sejarah tersebut. Gambar itu begitu menarik dan terlalu sayang jika saya menyimpannya untuk saya sendiri. Sekarang saya berbagi.

Beberapa hari lalu saya membaca sebuah buku yang berkudul "Mapping Human History" yang ditulis oleh Steven Olson (2002). Beliau adalah seorang peneliti Amerika Serikat yang bekerja pada The National Academy of Science, The White House Office of Science and Technology Policy dan The Institute for Genomic Reserach. Lembaga-lembaga keilmuwan yang sangat berwibawa di Negerinya mister Obama itu. Melalui bukunya ini, Olson ingin memberitahukan kepada khalayak bahwa kendati secara sosi0-kultural dan antropologi umat manusia di muka bumu ini berbeda-beda tetapi sesunguhnya adalah satu pada awalnya. Hal ini merupakan antiteori terhadap teori multi-regional yang percaya bahwa manusia moderen berkembang di beberapa tempat sekaligus di dunia dan menurunkan ras-ras yang berbeda. Merujuk kepada teori Olson, saya teringat kisah di dalam Bible bahwa nenek moyang manusia itu satu yang berawal dari Adam dan Hawa. Sayapun teringat semboyan Negara Indonesia, negaranya sohib ==ANAK NKRI==, Pace Ruben, Mister Proxy73, Mbakyu Elizahayu, Bung Eman, dan sudah barang tentu negeri saya juga, BHINEKA TUNGGAL IKA.

Argumen Olson berangkat dari ribuan hasil penelitian pola-pola persebaran gen, chromosom dan DNA mitokondria berbagai ras di seluruh dunia. Olson mengatakan bahwa "Adam dan Hawa" sebagai representasi penyebutan manusia moderen adalah manusia yang berasal dari kelompok orang yang hidup di semak-semak di bagian Selatan Afrika (saya harap kita tidak usah mendebat pendapat Olson tentang hal ini dengan menggunakan referensi Alkitab dan atau kitab suci lainnya. Kita ikuti saja potret mister Olson). Orang-orang ini disebut sebagai "orang semak" (bushman) yang hidup pada masa di antara 150 - 200 ribu tahun yang lalu (tuir banget ya???). Bagi yang sulit membayangkan oraang-orang semak maka coba ditonton kembali film lawas "God's Must be Crazy". That's they are.

Kemudian, sekitar 100.000 tahun lalu kelompok manusia Afrika ini, melakukan "gerakan" apa yang disebut sebagai "out of Africa". Salah satunya, yang terkonfirmasi melalui beberapa bukti antropologi, adalah kelompok yang meninggalkan tanduk Afrika menggunakan rakit menyeberangi Laut Merah sampai ke Jazirah Arab. Lalu, mengitari Teluk Persia menyusuri garis pantai Iran dan Pakistan, ke selatan berjalan di sepanjang pantai India, kembali ke utara menuju muara-muara sungai Gangga dan akhirnya tiba di Asia Tanggara. Mereka terus bergerak. Sebagian orang berada di Asia Tanggara ini bermigrasi ke arah utara menuju Asia Timur mencapai Jepang. Sebagian bermigrasi ke arah Pulau-Pulau Formosa (sekarang Taiwan). Sebagian lagi meneruskan perjalanan ke timur dan mendarat di daerah yang sekarang disebut sebagai Indonesia. Sebahagiannya lagi meneruskan perjalanan ke arah selatan dan berdasarkan bukti-bukti hasil analisis DNA mitokondria terkini, pada sekitar 65.000 tahun yang lalu kelompok manusia yang berasal dari Afrika mendarat di Australia. Merekalah nenek moyang orang-orang Aborigin. Orang-orang ini belakangan disebut sebagai "orang-orang Melanesia".

Fakta DNA dan antropologis lainnya juga menunjukkan bahwa terdapat gelombang migrasi kedua dari kelompok "out of africa" menuju Asia. Pada sekitar 40.000 tahun yang lalu. sekelompok orang yang berdiam di Asia Barat, yang tadinya telah ditinggal pergi oleh mereka yang telah mencapai Australia, bermigrasi menuju Asia Timur. Sebelum mereka mencapai Asia Timur, mereka membentuk kelompok-kelompok di Asia Tengah. Di belakang hari sebagian dari mereka bergerak menuju Siberia dan sebagian lainnya terus berpindah ke arah Timur. Di sana mereka bertemu dengan kelompok orang yang berasal dari Australia lalu bercampur baur. Kelompok hasil pembauran ini kemudian bergerak kembali ke barat menuju Asia Tengah, terutama di daerah yang sekarang dikenal sebagai Tiongkok. Dan seperti yang telah dikemukakan pada tulisan terdahulu, kelompok yang belakangan disebut sebagai ras Mongoloid dan ras Austronesia, adalah kelompok orang yang bermigrasi menuju Asia Tenggara dan terus ke Indonesia sekarang ini dalam dua gelombang migrasi. Di Nusantara bagian Barat, mereka mendominasi dan memaksa orang-orang yang disebut sebagai ras Melanesia untuk berpindah ke arah lebih timur Nusantara. Dan, sejarah Indonesiapun dimulai.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Membaca uraian Olson, saya tertegun. Jika Olson benar, dan sampai sekarang teori ini belum terbantahkan, maka pertanyaannya adalah siapakah yang disebut sebagai orang Indonesia asli yang paling berhak mengklaim diri sebagai pemilik Indonesia?

Dilihat dari urut-urutan kedatangan maka seharusnya yang berhak mengklaim diri sebagai orang Indonesia adalah kawan-kawan yang disebut sebagai keturunan ras Melanesia. Mengapa demikian? Ya, karena merekalah yang eksis di Nusantara Pasca punahnya kelompok Homo erectus yang pernah hidup di Jawa yang terjadi sebelum kedatangan manusia moderen (Homo sapiens sapiens) dari Afrika itu. Jika begitu maka, mengapa orang Papua harus merasa sebagai "orang menumpang" di Indonesia dan oleh karena itu merasa perlu untuk memisahkan diri dari Indonesia? Bukankah merekalah sebenarnya yang pertama kali berada di Nusantara ini? Tetapi nanti dulu, jika ditarik lebih ke belakang lagi maka bukankah orang yang belakangan disebut sebagai ras Melanesia, sebenarnya adalah orang yang berasal dari Jazirah Arab. Tetapi, itupun masih nanti dulu, karena bukankah mereka yang berada di Jazirah Arab itu adalah orang yang berasal dari Savana Afrika Selatan - bushman? Bahkan jika orang-orang Austronesia yang berhasil menekan orang Melanesia berpindah ke timur maka merekapun adalah orang yang dahulunya berasal dari Jazirah Arab dan dahulunya lagi berasal dari Savana Afrika Timur-Selatan. Jika semua hal betul begitu maka tak pelak lagi seharusnya Indonesia dapat diklaim sebagai wilayah hasil temuan orang -orang Afrika dan Indonesia adalah milik orang Afrika. Orang Asli Indonesia ternyata adalah orang Afrika. Dari sana kita berasal. From Africa we are come from. From Africa with love. Anda mungkin tidak suka dengan kesimpulan ini tetapi logika dan hasil temuan ilmiah dari data-data DNA mitokondria yang diolah oleh Olson membuktikan itu.

Pada akhirnya, hal yang paling membuat saya tertegun adalah kesimpulan akhir dari Olson, yaitu sebenarnya yang dikatakan sebagai perbedaan ras adalah tidak ada. karena kata ras itu sendiri tidaklah signifikan. Semua kita berasal dari asal-usul DNA mitokondria yang sama yang hidup pada sekitar 200.000 tahun yang lalu di Savana Afrika bagian Selatan. Adalah perubahan tertentu yang dialami oleh gen-gen mitokondria - mutasi - dan pengalam dalam perjalanan orang-orang yang bermigrasi keluar dari Afrika itulah yang membuat kita berbeda-beda sekarang ini. Saya ingin mengutip secara literalis apa yang dikatakan oleh Olson di bagian akhir tulisannya untuk kita renungkan bersama.

Jika seseorang masuk ke sebuah ruangan yang berisikan orang-orang Palestina dan Israel dari Timur Tengah, atau orang-orang Serbia dan Albania dari Balkan, atau orang-orang Katolik dan Protestan dari Irlandia, atau orang-orang Muslim dan Hindu dari India Utara, atau orang-orang Dayak dan Madura dari Indonesia, kemudian memberi mereka pakaian yang sama dan memotong rambut mereka dengan model yang sama, dan melarang mereka untuk berbicara atau menunjukkan isyarat tertentu, maka Anda tidak dapat menentukan asal-usul kelompok mereka - setidaknya sampai anda mengamati mereka secara saksama. Pihak-pihak yang saling yang terlibat dalam konflik-konflik keras ini mempunyai etnisitas yang berbeda tetapi sebenarnya mereka sebenarnya memiliki hubungan biologi yang sangat erat dalam sejarah ketika manusia belum melahirkan perbedaan-perbedaan fisik.

Saudara-saudaraku, sebangsa dan setanah air.

Demikianlah kutipan literal itu saya lakukan untuk kita pikirkan dan renungkan bersama-sama maknanya. Sekarang, saatnya saya harus berhenti sampai disini dahulu. Akan saya sambung dalam posting berikutnya dengan hutang-hutang yang masih banyak. Saya belum melnjelaskan apa makna tulisan Olson dalam konteks ke-Indonesiaan. Saya juga masih berhutang jawaban kepada saudara-saudara terhadap pertanyaan yang saya ajukan: ..."benarkah kita ini sebangsa dan setanah air?"...Saya, bahkan, sekarang memiliki hutang baru, yaitu kewajiban untuk menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan DNA mitokondria, mutasi gen, pembentukan etnisitas, budaya dan bahasa - paling kurang menurut perspektif saya. Begitulah, saya selesaikan saja dahlu bagian ini. See you next posting. God Bless Indonesia.

Tabe Tuan Tabe Puan

Minggu, 16 Agustus 2009

saudaraku sebangsa dan setanah air: INDONESIA (bagian I)

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Hari ini, Republik Indonesia kita genap berusia 64 tahun. Dulu, Soekarno dan Hatta berteriak keras atas nama Rakyat Indonesia menyatakan bahwa KITA MERDEKAT. Lalu, para rahayat Indonesia melanjutkan teriakan itu MERDEKA ATAU MATI. Dahulu, rahayat Indonesia bangga dengan kemerdekaan Indonesia. Dirgahayu. Selamat Sejahtera. Sekarang, masihkah kita berbahagia dengan HUT Proklamasi ini? Saya berbahagia, tak tahulah anda. Tetapi ada pertanyaan yang berlari-lari di kepala saya.

Siapakah saya dan siapakah anda sehingga kita saling menyapa sebagai saudara sebangsa. Saudara setanah air. Dari mana asalmu? Keturunan siapakahkah anda? saya mau bertanya? dan Saudara juga bertanya, dari mana asal saya? Apakah betul kita ini orang Indonesia? Indonesia itu apa?

Kata orang cerdik pandai, di antara 2 juta tahun lalu sampai 500.000 tahun yang lalu, hiduplah sekelompok primata tegak yang disebut sebagai kelompok Homo erectus di Pulau Jawa. Oleh karena itu, para ahli antopologi menyebutnya sebagai Manusia Jawa. Hasil penelitian Alan Wilson tentang asal usul manusia di Amerika Serikat (1980-an) menunjukkan bahwa manusia modern (Homo sapiens sapiens) berasal dari Afrika sekitar 150.000-200.000 tahun lampau dengan kesimpulan bahwa hanya ada satu pohon filogenetik DNA mitokondria, yaitu Afrika. Dari sana mereka meyebar ke segala penjuru dunia. Jika Wilson benar maka manusia moderen ternyata berasal dari 1 tempat, yaitu Afrika. Tak pelak lagi, Homo erectus yang ada di Pulau Jawa adalah species yang punah dan digantikan oleh pendatang dari Afrika. Tak bisa Tak.

Lalu, apakah mereka nenek moyang kita? Jika pendapat benar maka bagi saudara-saudara yang orang Jawa ada kemungkinan besar begitu tetapi bagaimana dengan saya yang bernenek moyang orang Sabu. Bagaimana anda yang dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Flores, Rote, Sumba, Maluku, Papua dan seterusnya. Siapakah nenek moyang kita? Sama ataukah berbeda?

Sebagian pakar menyebutkan bahwa di antara rentang waktu antara 160.000 sampai 100.000 tahun datanglah orang-orang, yang merupakan bagian dari migrasi manusia purba "out of Africa", yaitu orang-orang dari ras Austolomelanesia (Papua). Mereka memasuki kawasan ini ketika masih bergabung dengan daratan Asia kemudian bergerak ke timur, sisa tengkoraknya ditemukan di gua Braholo (Yogyakarata), gua Babi dan gua Niah (Kalimantan). Ras apakah ini? kata orang pintar: “Melanesia (berasal dari bahasa Yunani, μέλας black, νῆσος island) yang seara literalis berarti "islands of the black-skinned people". Orang-orang Melanesia kini berdiam di daerah Bismarck archipelago, Fiji, Kepulauan Maluku, New Caledonia, New Guinea (termasuk orang Papua di bagian Barat), Norkfolk Island, Solomon Island, Torres Strait Island, Vanuatu, Flores, Nauru, Sumba, Timor (termasuk Timor Leste), Halmahera, Alor dan Pantar.

Semenjak sekitar 2000-an SM orang-orang Melanesia terdesak dan berpindah ke arah Timur karena kedatangan orang-orang yang berasal dari ras Austronesia, yaitu bangsa Yunan yang diduga berasal dari daratan Asia, kendati belakangan ditemukan bukti bahwa ras ini berasal dari daratan Formosa (Taiwan). Kaum migran baru yang mendesak orang-orang Melanesia ke arah timur ini datang dalam 2 gelombang migrasi, yaitu pada tahun 2500 dan pada tahun 1500 SM. Ras ini diduga telah memiliki peradaban yang cukup baik, mereka paham cara bertani yang lebih baik, ilmu pelayaran bahkan astronomi. Mereka juga sudah memiliki sistem tata pemerintahan sederhana serta memiliki pemimpin. Di antara tahun 2500 SM dan 1500 SM tersebut, berdasarkan bukti-bukti antropoligis diketemukan adanya sat ras lain, yaitu ras Mongoloid yang pandai bertani dan berniaga.

Lantas, pada akir-akhir abad sebelum Masehi, di tanah yang sekarang disebut Indonesia ini, kedatangan kaum imigran baru yang berasal dari India. Mereka memperkenalkan kepada masyarakat yang telah ada terlebih dahulu suatu sistem tata pemerintahan yang lebih maju, yaitu kerajaan.

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air,

Berdasarkan bukti-arkeologis dan antropologis ditemukan fakta bahwa pada 1-2 tahun sebelum Masehi, di Lubuk Jambi berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Kandis. Semenjak itu, tak kurang dari 76 buah kerajaan pernah berdiri bertebaran di seluruh wilayah archipelago yang belakangan di sebut Indonesia. Paling kurang terdapat 2 kerajaan yang sangat fenomenal, yaitu kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sumatera dan Kerajaan Majapahit di Jawa. Dikatakan fenomenal karena dua kerajaan tersebut wilayahnya lintas pulau dan lautan. Sriwijaya menguasai perniagaan di seluruh Selat Malaka sedangan wilayah Majapahit meliputi luas Indonesia sekarang ini. Bahkan, kokon, sampai Madagaskar. Konon pula, di masa Majapahit inilah isitlah Nusantara pertama kali di kenal yang berasal dari sumpah Sang Mahapatih, Gadjah Mada. Kerajaan-kerajaan yang pernah hidup di Indonesia pada umumnya selalu dapat dikaitkan dengan kegiatan perniagaan intetinsulair (lintas pulau) dan atau Agama. Sebagai contoh, kerajaan Sriwijaya dan Majapahit merupakan kerajaan Maritim nan perkasa yang menguasai perniagaan di seluruh Nusantara dengan pengaruh agama Budha dan Hindu.

Akibat adanya arus prniagaan yang terbuka maka dari Arab dab Persia, melalui Gujarat, datanglah kaum pedagang yang membawa serta agama Islam. Terctat juga pelaut-pelaut dari Tiongkok yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He) yang beragama Islam yang juga selain berniaga, melakukan syiar Islam.

Ketika orang-orang Eropa pada awal abad ke-16 melakukan perniagaan jauh kearah Selatan untuk mencari sumber rempah-rempah maka bertemulah mereka dengan beberapa kerajaan. Beberapa pustaka menyebutkan bahwa kedatangan orang-orang yang berasal dari Britania Raya, Portugal dan Belanda itu tidak semata berniaga tetapi mengusung semangat 3 G (bukan ”triji-nya ponsel lho bung en soes), yaitu Gold, Glory and Gospel. Pada masa ini pula, kendati beberapa bukti menunjukkan bahwa agama Kristen sudah hadir di Nusantara jauh sebelum abad ke-16, agama Kristen dianggap masuk ke Indonesia sebagai bagian dari ”barat yang menjajah”. Stigma Agama Barat yang menjajah ini, bagi sebagian kalangan, ditempelkan begitu kuat bagi Agama Kristen di Indonesia terutama melihat fakta bahwa Agama Kristen mendapat tempat di beberapa kerjaan di bagian Timur Indonesia yang dikuasai oleh, mula-mula oleh Portugal, lalu VOC dan akhirnya pada abad ke-19 oleh pemerintah Belanda (India-Belanda).

Di masa penjajahan India-Belanda ini muncul nama Indonesia. Pertama kali digunakan oleh dua orang Inggris, yaitu George Samuel Windsor Earl, seorang pengacara kelahiran London, yang bersama James Richardson Logan, seorang pengacara kelahiran Scotlandia, menulis artikel sebanyak 96 halaman di Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia No. 4, tahun 1850 dengan judul "The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders."

Mereka menamakan penduduk India-Belanda bagian barat yang berasal Proto-Malaya (Melayu tua) dan Deutero-Malaya (Melayu muda), sebagai Indunesians (Indu, bahasa Latin, artinya: India; Nesia, asal katanya adalah nesos, bahasa Yunani, artinya: kepulauan). Sedangkan penduduk di wilayah India-Belanda bagian timur masuk ke dalam kategori Melanesians (Mela = hitam. Melanesia = kepulauan orang-orang hitam). Oleh karena itu, Earl sendiri kemudian cenderung menggunakan istilah Melayu-nesians, untuk menamakan penduduk India-Belanda bagian barat. Kemudian Logan merubah Indunesia menjadi Indonesia (Indos dan Nesos, keduanya berasal dari bahasa Yunani) dalam tulisan-tulisannya di Journal tersebut.

Adalah Adolf Bastian, seorang dokter dan sekaligus etnolog Jerman, yang mempopulerkan nama Indonesia ketika menerbitkan laporan perjalanan dan penelitiannya di Berlin, yang diterbitkan dalam karya 5 jilid (1864 – 1894) dengan judul “Indonesien, oder die Inseln des malaysischen Archipels” (bahasa Jerman, artinya: “Indonesia, atau Pulau-Pulau dari Kepulauan Malaya”). Jilid I berjudul Maluku, jilid II Timor dan Pulau-Pulau Sekitarnya, jilid III Sumatera dan Daerah Sekitarnya, jilid IV Kalimantan dan Sulawesi, jilid V Jawa dan Penutup.

Eduard Douwes Dekker, dalam bukunya “Max Havelaar” menyebut India-Belanda dengan nama Insulinde, variasi bahasa Belanda untuk Kepulauan India. Ketika Indische Partij (Partai India) yang didirikan oleh keponakannya dilarang oleh Pemerintah India Belanda tahun 1913, para anggotanya mendirikan Partai Insulinde. Baik Indunesian, Indonesien atau Insulinde semua artinya adalah Kepulauan India, untuk menunjukkan identitas pribumi yang hidup di bagian barat wilayah India- Belanda, sedangkan yang hidup di wilayah timur –Flores, Timor, Maluku dan Papua-sebenarnya adalah orang-orang Melanesia (Kepulauan orang-orang hitam).

Yang termasuk pertama menggunakan kata Indonesia pada awal tahun 20-an adalah Perhimpunan Indonesia di Belanda, Sam Ratu Langie dan Partai Komunis Indonesia. Jadi kata Indonesia artinya tak lain adalah: Kepulauan India.

Akhirnya, adalah tagal perkara situasi perniagaan dunia maka negara Jepang melirik sumber minyak yang berlimpah di wilayah yang disebut sebagai Indonesia sebagai modal potensial guna mengembangkan diri sebagai negara adidaya. Maka, Hindia Belanda diserbu pada tahun 1942. Jepang, yang mula-mula mengaku sebagai saudara tua dari Timur yang akan membebaskan saudara mudanya, Indonesia, dari tangan ”bangsa barat”, ternyata menjajah Indonesia secara lebih kejam dibandingkan dengan penjajah sebelumnya. Tetapi syukurlah, mereka tak lam di sini. Cuma 3,5 tahun lalu terusir dari bumi Indonesia, mula-mula sebagai konsekuensi kekalahannya dalam Perang Dunia II lalu, juga karena lalu karena Bangsa Indonesia menyatakan bahwa ”KAMI MERDEKA” pada tanggal 17 Agustus 1945. Suatu pernyataan yang sederhana tetapi berkonsekuensi besar karena jika tidak demikian maka Indoensie hanyalah sebangsa daerah taklukan sekutu pada PD II lalu harus diserah terimakan dari Jepang kepada Sekutu.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Sejak 17 Agustus 1945 itulah Indonesia resmi dinyatakan sebagai Bangsa yang merdeka. Bangsa -bangsa yang mendiami daerah yan dahulunya dijajah Belanda dan Jepang secara resmi bersepakat membentuk sebuah Negara, yaitu Indonesia. Indonesia punya modal, yaitu Wilayah dan Rakyat yang berdaulat. Lalu Rakyat yang berdaulat itulah yang bersepakat siapa di antara mereka yang pantas memimpin mereka sebagai suatau pemerintahan, Semenjak itu, kita punya Soekarno, Soharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY sebagai Presiden.

Tetapi lihatlah wajah kita sejak 1945 sampai hari ini: “revolusi belum selesai” kata Bung Karno, lalu sejak 1945 – 1967 pertikaian terus saja terjadi di antara kita. Ada Pembernontakan PKI Muso di Madiun, PRRI-Permesta, Kartosuwiryo, RMS dan Kahar Musakar. “Ekonomi Yes Politik No”, kata Soeharto tetapi peristiwa tahun 1965 yang menelan ratusan ribu korban nyawa rahayat Indonesia masih saja terus menjadi misteri sampai saat ini. Lalu, ada Malari 1974, Penembakan misterius kepada kelompok preman, Peristiwa Tanjung Priok, Kudatuli 1996, Kerusuhan Mei 1998, Ambon, Poso dan terakhir tak berhentinya teror Noordin M Top. Apa yang terjadi dengan kita? Apa yang terjadi dengan rahayat Indonesia. Benarkah kita bersaudara di bangsa yang sama dan tanah air yang sama?

Saya masih ingin terus mengulas tetapi mohon maaf saya akan berhenti dahulu di sini karena saya ingin berdiri sejenak, mengepalkan tangan kana saya lalu saya acungkan tinju ke udara sambil berteriak MERDEKA. Dirgahayu Indonesia. Salam Sejahtera. (posting dilanjutkan pada bagian II)


Tabe Tuan Tabe Puan

Rabu, 12 Agustus 2009

dina rade mengirimkan sebuah PENSIL sebagai kado HUT bagi IBUNDA (andai ibunda "masih ada")

Dear Sahabat Blogger,

Sejak bulan Januari 2009, saya dan 9 orang bersaudara lainnya, telah menjadi yatim dan piatu. Ibunda kami, Agustine Sabartinah, telah berangkat menuju negeri abadi bertemu Tuhan-nya. Mungkin oleh Tuhan, Ibunda telah dipertemukan dengan Ayahanda kami, Robert "SGT" Riwu Kaho, yang telah setahun lebih dahulu menempuh perjalanan abadi yang sama. Sejatinya kedua orang itu telah "menghilang" dari mata fana kami. Benar belaka begitu. Akan tetapi, filsafat manusia mengajarkan tentang sisi lain dari manusia selain badan, yaitu jiwa. Dan di dalam kesatuan badan dan jiwa itulah bersemayam sesuatu yang sangat Ilahiat, sebenarnya, yaitu KASIH. Dan di dalam KASIH itulah, kami diyakinkan bahwa "mereka ada bersama dengan Tuhan". Dan karena Tuhan itu Maha Ada maka mereka yang dekat dengan DIA-pun seharusnya masih tetap ada. Demikianlah, Agustine dan Robert sesungguhnya masih ada, kendati sudah tiada, karena kami punya KASIH.

Dalam terang KASIH itulah ketika pagi-pagi benar saya membuka e-mail, saya melih
at di sana ada kiriman artikel yang sangat bagus yang dikirim oleh seseorang yang bernama DINA RADE RIWU KAHO. Siapa dia? Ya, tak lain dan tak bukan adalah si Bungsu di antara kami. Setelah saya membaca artikel kirimannya, segera saja saya mengirim SMS kepadanya..."Dina, kasi ijin beta untuk memuat artikelmu dalam blog". "Bagus sekali" ....Dina setuju.... saya berbahagia....karena inilah kado yang amat indah untuk mama Tien tersayang yang besok akan berulang tahun yang ke-61. Hadiah dari Dina terasa indah karena substansi artikel itu berbicara tentang sesuatu yang sudah dilakukan oleh Agustine dan Kekasih hatinya, Robert, semasa masih bersama kami semua, yaitu menjadi sebatang PENSIL. ...whaaaaattttt????? pensil?????? apa bagusnya?????....ah sabar dulu....baca dahulu artikel dari Dina, si bungsu dalam urutan kelahiran tetapi adalah si sulung dalam hal ... perhitungan.....

SEBUAH PENSIL

Seorang pembuat pensil sebelum mengutus pensilnya ke dunia memberikan empat pesan.
  1. Kamu bisa melakukan sesuatu yang luar biasa, tetapi hanya jika kamu mau berada di tangan seseorang;
  2. Kamu akan menderita setiap kali kamu diruncingkan, tetapi kamu perlu itu untuk menjadi pensil yang baik;
  3. Bagian yang terpenting dari hidupmu adalah bagian yang ada di dalam, bukan bagian luarnya;
  4. Pada permukaan mana pun juga, selalu tinggalkan jejakmu dan teruslah menulis.

Ilustrasi di atas menyimpan kebenaran filsafat dan rohani yang luar biasa. Pertama, kita memiliki potensi yang luar biasa dan mampu melakukan hal yang besar. kendati kita hanyalah sebuah pensil kecil. Syaratnya adalah jika kita membiarkan diri berada di tangan Sang Ilahi. Kedua, ada kalanya kita akan mengalami proses-proses pengeratan dan peruncingan yang sangat menyakitkan. Itu membuat kita sangat menderita, tetapi mau tidak mau kita harus melewati proses itu demi kebaikan kita sendiri. Proses pengeratan kedagingan kita akan membuat karakter Ilahi muncul dalam hidup kita. Ketiga, bagian yang terpenting dalam hidup kita adalah bagian yang ada di dalam. Jangan pernah terjebak dengan hal-hal yang hanya merupakan penampilan luar saja. Sang Pencipta Agung tidak pernah tergiur dengan topeng-topeng kita. Tuhan lebih melihat kedalaman hati kita. Keempat, di mana pun Sang Pencipta meletakkan kita di dunia ini, selalu harus kita meninggalkan jejak atau "tulisan-tulisan" yang benar-benar bisa memengaruhi orang yang "membacanya." Jadilah manusia yang berpengaruh dan selalu meninggalkan kesan yang mendalam bagi setiap orang yang bertemu dengan kita. Ketika rekam jejak kita bagus maka nama Sang Pencipta, yang membuat pensil-pensil itu, akan semakin harum dan dicintai oleh banyak orang

SUDAHKAH KITA MENJADI PENSIL
YANG MENINGGALKAN GORESAN MENDALAM?

Begitulah sahabat blogger yang budiman. Kiriman hadiah dari Dina, yang dia dan kami persembahkan bukan saja untuk Ibunda terkasih kami, Agustine Sabartinah - di gelombang radiasi manapun dia berada saat ini - tetapi juga untuk kita semua. Semoga bermanfaat.

Ini Pensil
Pensil untuk menulis di buku
Mau?????

Untuk Ibunda terkasih, saya persembahan sebuah lagu yang diciptakan Oleh Guruh Soekarno Putra bagi Ibundanya, yaitu "melati suci" (bunga melati adalah bunga kesayangan Ibunda). Damailah bunda. Damai.....


Tabe Tuan Tabe Puan

Minggu, 09 Agustus 2009

renungan kristiani, sebuah ratapan pada TUHAN

Ya Tuhan yang maha baik,
Ya Allah yang Akbar
Ya Bapa yang saya kenal
dalam karya penyelamatan Yesus Kristus
dalam karya penyertaan Roh Kudus

Mohon ampun,
pagi ini saya tidak dapat ke Gereja-MU
untuk bersekutu dan berbakti

Saya sakit, Tuhan
(sedih sekali)

Tuhan yang maha baik,
Segala daya sudah diupayakan
tetapi mengapa sakit penyakit ini terus saja ada?
Tak mau pergi
(betah banget)

Sebentar tampak seperti sembuh
Sejurus kemudian sakit lagi

Sakit penyakit ini kok malah mirip lagunya Mbah Sirup...eh mbah Surip
bangun lagi tidur lagi

"sakit lagi sembuh lagi ...sembuh....saaakiiittt lagi....uuuyyeeeee..."

Sakit penyakit ini juga mirip lagu mbah Surip yang satu lagi,
(yang katanya hasil njiplak itu)
tak gendong

Saya merasa digendong sakit penyakit kemana-mana
Saya merasa ditertawai si penyakit

"tak gendong ke mana-mana ...enak dong...asik dong...
...waaaaaa hhhaaaaaaa waaaaaaaa........."

Sakit penyakit ini kok mirip ucapan mbah Surip
I love you full

waddduuhhhh Tuhan,
bagaimana ini
kok si penyakit mengejek saya,
(padahal saya wakil ketua majelis jemaat harian lho Tuhan)
katanya:

"i love you full...michael"

Lalu, saya harus bagaimana Tuhan?

berobat, sudah
stop berobat, sudah
pantang makan (sampe lapaaarrr banget), sudah
makan rakus, ...eh maaf Tuhan...itu sih ..sering....
berbuat baik, sudah
berbuat jahat, ...he he he he...yang ini sih, aduuuhhh ....
malu ngomongnya.....maaf, Tuhan...
berdoa, sudah
stop berdoa....lagi-lagi, ampunkan saya Tuhan...ini juga amat sering...

Lalu, Saya harus bagaimana?
apakah Tuhan tidak menyayangi saya?
apakah Tuhan sudah tak perduli lagi pada saya?
apakah Tuhan sudah meninggalkan saya?

(Lalu, bersamaan dengan
desir angin dingin minggu pagi ini
datanglah "suara Tuhan")

"Tetapi jawab Tuhan kepadaku : "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. SEBAB JIKA AKU LEMAH, MAKA AKU KUAT." (2 Kor:12: 9-10)


(Lalu, bersamaan dengan desir gelombang hot spot internet
Dikau menyapa saya dengan sebuah lagu
"Tuhan Pasti Sanggup")


(Sanggup Apa, Tuhan?)

"YA UNTUK MEBUAT KAMU KUAT, MICHAEL ANAKKU YANG BENGAL"
(tapi jangan lupa bertobat ya........)

.........................
Ia, Baik Tuhan
Ia, Baik Allah
Ia, Bae Tete Manis
Terima Kasih...

Amin

Minggu, 02 Agustus 2009

michael

Dear Sahabat Blogger,

Nama lengkap saya adalah Ludji Michael Riwu Kaho. Semua sudah tahu itu. Sapaan saya di dunia maya adalah Bigmike. Semua sahabat juga sudah paham tentang itu. Tak ada yang baru. Zonder ada perkara aneh. Akan tetapi...eeeeiiittttssssss.....jangan terburu-buru dulu. ....Justru di antara barang-barang biasa itu saya menemukan satu keunikan, yaitu yang bertalian dengan nama MICHAEL. Gerangan apa? Begini:

Pertama, baru saya sadari bahwa nama Michael adalah juga nama salah seorang malaikat surga. Nama ini disebut baik di Alkitab maupun di Al-Quran. Di dalam Perjanjian Lama, yaitu di dalam Kitab Daniel, (Dan 10:13,21; 12:1). Nabi Daniel menyebut nama Michael lebih dari sekali sebagai "Pemimpin", Michael adalah malaikat pelindung surgawi bagi umat/bangsa Israel. Oh ternyata Michael adalah Sang Penghulu Malaikat atau semacam "Pemimpin malaikat atau kepala para malaikat." Di Perjanjian Baru, tepatnya di Kitab Wahyu (Wah 12:4,7) digambarkan tentang sebuah peperangan pada akhir zaman, dimana Michael memimpin para bala tentara malaikat Surga bertempur melawan Naga, Ular Tua, dan Setan pimpinan lucifer yang diperkuat 1/3 para malaikat surga yang mejadi pemberontak mengikuti lucifer. Di dalam Al-Quran, nama Michael disebut bersama dengan malaikat nama malaikat Jibril (Gabriel/Jibrael), yaitu “Barangsiapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mika-il, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah : 98). Di dalam satu web (www.duwex,wordpress.com) saya mendapat keterangan bahwa tugas Mikail adalah sebagai "pengatur hujan dan tumbuh-tumbuhan dimana semua rizki di dunia ini berkaitan erat dengan keduanya". Mana yang benar di antara kedua versi di atas bukanlah menjadi perhatian saya. Hal terpenting adalah ... ahaaaaaaa .... Michael ternyata ORANG PENTING. Dan saya juga bernama michael. Maka apakah saya juga tergolong orang penting? Entahlah, tetapi rasa-rasanya....mungkin juga ya.....wkwkwkwkkw.....

Kedua, mungkin anda mengamatinya juga, yaitu betapa banyaknya para pesohor yang bernama michael. Saya cuma bisa mengingat beberapa di antaranya, yaitu michael Faraday ahli fisika yang dijuluki "bapak listrik", michael jordan, si masetro basket, michael jackson si "king of pop", michael phelps jawara olah raga renang dengan rekor raihan 8 medali emas dalam 1 olimpiade, michael "mick" philips jagger, vokalis the rolling stones , si panjang lidah dan bibir ndower yang masih terus mengelinding dan ... rasanya masih banyak lagi. Point saya di sini adalah michael merupakan nama orang-orang "kerbek" alias keren dan beken. ... wahahahahaaaaa...apakah saya juga keren dan beken? Saya tidak tahu persis tetapi rasa-rasanya....hhmmmmhhhhh.......(narsis-lah itu!!!!!)....

Nah, lalu apakah tentang "semangat narsis" semacam itu yang menjadi inti posting kali ini? Ya tidaklah Bung en Zoes...tidak....kali ini saya ingi berbicara tentang seseorang dengan nama michael .... sumpe abis bukan tentang saya pribadi melainkan tentang sesosok michael yang lain . Ada sesuatu dari si Michael yang satu ini yang bisa kita pelajari dan kita timba keteladanan sekaligus ketidakteladanan-nya. Siapa dia? Michael Schumacher.

Bagi yang masih bertanya siapa Michael Schumacher maka, bagi saya, orang itu kemungkinan besar tidak pernah membaca koran dan tidak pernah menonton televisi. Ya, siapa lagi jikalau bukan si maestro balapan jet darat F1. Mungkin banyak yang tidak setuju tetapi saya yakin lebih banyak lagi yang setuju bahwa michael schmacher, yang kerap disapa juga sebagai "schumi" adalah pembalap F1 terbaik sepanjang masa. Delapan di antara 10 pooling yang pernah diadakan guna menanyakan "who's the best formula one drivers ever?" menempatkan schumi pada urutan teratas. Coba lihat daftar rekord si "record man" ini:

Schumi telah menjuarai 91 balapan Formula 1 dan tujuh kali merebut gelar juara dunia (1994, 1995, 2000, 2001, 2002, 2003, 2004) sepanjang 15 tahun karir balapannya. Pole 68 kali. Pada tahun 2002 terdapat 1 rekor "gila" dari michael schumacher, yaitu ketika race dalam msuim itu masih tersisa 6 balapan tetapi dia sudah memastikan sebagai juara dunia. Rasanya rekor semacam itu sulit terulang kembali di masa depan. Dimana letak kehebatan shumi? Menurut Ross Brawn, mantan orang kepercayaan schumi di Benneton dan, kemudian di Ferrari, terdapat 3 kelebihan schumi, yaitu kemampuannya menganalisis situasi sirkuit dan kondisi balapan, kemampuannya mengenali dan mengembangkan mobil balapnya serta amat nekad. Ross Brawn menunjukkan alasan-alasan itulah yang membuat schumi mampu menjadi juara kendati tidak mengendarai mobil yang terbaik. Tim Ferrari yang lama terbenam mampu dikembangkan Todt dan Brawn, dengan mendapat masukan dari schumi, kemudia merajai arena F1 sejak 2000 sampai 2004 tanpa perlawanan berarti dari lawan-lawannya. Demikianlah kehebatan schumi. Dia adalah pemenang. Dialah sang juara yang susah ditandingi.

Akan tetapi di balik kehebatannya, schumi menyimpan stori tersendiri berkaitan dengan tabiat dan perilakunya. Ross Brawn menyebutkan bahwa manusia ini adalah orang nekad. Tentang kenekadannya ini kadang-kadang menimbulkan masalah lain, yaitu perilaku arogan, mau menang sendiri, dan, bila perlu curangnya. Pada tahun 1994, ketika pertama kali schumi manjadi juara dunia, dia terlibat tabrakan dengan Damon Hill. Dari analisis video tampak jelas bahwa tabrakan itu disebabkan ulah schumi sendiri yang sengaja menabrak mobil Damon. Tabrakan yang menyebaban Damon gagal menjadi juara dunia, dengan mobil terbaiknya kala itu, dan schumi menjadi juara dunia. Pada tahun 1997 tindakan memalukan seperti itu dilulangi lagi di sirkuit Jerez, Sapanyol. Schumi secara sengaja menabrak Jacques Villeneuve, guna menghalangi Villeneuve menjadi juara dunia. Akibat oerilaku lajaknya ini, FIA menghukum schumi dengan manghapus sama sekali seluruh pointnya di tahun itu. Hukuman masih ditambah dengan kewajibannya untuk bekerja secara sosial selama 60 jam. Di tahun 1998, dia sengaja menabrak David Coulthard yang sudah ketinggalan 1 lap dari schumi lantara shumi beranggapan bahwa Coluthard ingin membantu Hakkinen menjadi juara dunia. Insiden berlanjut di pit ketika Schumi menantang Coulthard untuk berkelahi. Untung beberapa orang menghalang-halanginya. Tahun 1999 ketika schumi mengalami kecelakaan dan patah kaki, dia mendatangi Paus Paulus II di Vatikan bersama Jean Alesi padahal dia adalah seorang penganut Protestan. Sebagian orang mengecam kelakuannya yang berpura-pura itu. Ya, kenekadan schumi kadang berbuah hal-hal yang memalukan. Tetapi itulah schumi. Manusia hebat sekaligus manusia biasa yang bisa nakal, curang dan culas. Perilaku lajak dan tengil.

Setelah masa-masa gemilangnya berlalu dan schumi digerogoti usia, pada tahun 2006 schumi menyatakan pensiun dari dunia balap Formula satu. Di sirkuit balapnnya yang terakhir, yaitu di Brazil, baik mereka yang menyukai maupun yang tidak menyukainya meratapi pensiunnya itu. Sejak saat itu dunianya adalah dunia pekerjaan sosial, (schumi enjadi salah satu donatur besar berbagai kegiatan sosial), bersenang-senang dan menjadi penasihat tim Ferrari. Pada tahuhn 2007 schumi pernah berkata bahwa "masa terbaik dalam hidup adalah pensiun dari dunia balapan". Apakah selesai di sini kisah ini schumi? Belum tetapi maris kita belajar 1-2 hal dari schmui.

Di luar urusan balapan yang gilang gemilang itu kita belajar bahwa schumi adalah manusia paradoks biasa. Dia jagoan tetapi bisa juga curang. Dia baik sekali waktu dan di lain waktu schumi amat arogan. Ya, schumi adallah manusia biasa seperti juga anda dan saya. Akan tetapi saya memiliki 1 indikator penting untuk menilai siapa schumi sesungguhnya. Pertama, pada tahun 2006 schumi masih punya peluang untuk memperpanjang kontraknya dengan Ferrari dan membalap lagi pada tahun 2007. Ketika itu, Raikonen sudah dikontrak dan jika schumi mau maka Felippe Massa yang akan dicoret. Tetapi Schumi menolak dan mengatakan begini .... "saya harus berhenti karena jika tidak anak muda ini (Massa) akan kehilangan masa depan padahal dia sangat berbakat". "Saat ini dia lebih memerlukan mobil Ferrari ketimbang saya" ... Schumi ternyata seorang yang memiliki rasa persahabatan yang kuat dan dia mengekspresikannya secara tepat. Dia tahu kebutuhan Massa dan itulah yang diberikannya. "Friend in need is friend indeed".

Kedua, tak disangka dan tak dinyana malapetaka itu datang. Felipe Massa mengalami kecelakaan di sirkuit Hungaroring, Hungaria Juli 2009 lalu dirawat di RS dan tak bisa membalap untuk beberapa waktu ke depan. Ferrari kehilangan seorang pembalap dan mereka membutuhkannya. Bahkan, di tengah berbagai kasus kontroversial di F1 belakangan ini, dunia jet darat ini membutuhkan seseorang yang mampu menaikkan kembali pamor F1. Felipe Massa juga membutuhkan seseorang untuk meyakinkan dia bahwa dia masih punya masa depan. Dan schumacher menjawab semua "tantangan" itu. Katanya .... "saya kembali bukan untuk saya sendiri tetapi untuk Ferrari, untuk F1 dan untuk Felipe" .... Schumacher telah melakukan apa yang harus dia lakukan dan bukan apa yang yang dia suka lakukan. Secara fisik, dia tidak lagi muda. Sudah 40 tahun usianya. Pun secara fisik, dia baru saja berpulih pasca kecelakaan sepeda motor beberapa bulan berselang. Secara psikologis, dia tidak lagi memiliki "api" kompetisi yang kuat. Tak ada yang perlu dibuktikan lagi. Dia juara dan bukan pecundang. Dia adalah yang terbaik. Apa lagi yang harus dibuktikan? Membalap ketika kondisi fisik dan psikis tidak prima sama dengan mencari perkara. Belum lagi jika dia kalah maka reputasinya dikuaitrkan akan merosot. Tetapi, sekali lagi, "friend in need is friend indeed". Schumi rela berkorban untuk semua yang dia cintai di Ferrari, Formula One dan Felipe Massa. Ternyata persahabatan memerlukan pengorbanan bukan mengorbankan orang lain.

Maka, apa yang dilakukan oleh schumi adalah demonstrasi tentang cinta, yaitu suatu afeksi positif yang sepenuhnya datang dari sobyek, lurus tertuju kepada obyek dan berani mengorbankan kepentingan diri sendiri. Cinta itu merangkul. Cinta itu loyal. Cinta itu tulus. Cinta itu butuh pengorbanan. Cinta itu tidak menggunakan banyak perhitungan kecuali KEBAIKAN. Pesan moral dari kisah ini adalah "jangan berhenti berbuat baik tiap hari kendati kita, anda dan saya, tidaklah manusia sempurna". "Satu hari satu kebaikan, satu orang satu kebaikan, 1000 hari seribu kebaikan dan 1000 orang seribu kebaikan". Jika kita semua adalah sahabat dan semuanya saling mengerjakan kebaikan maka .... ahaaaaaa.....kebaikan akan mengalahkan kejahatan. Pasti. Percayalah. Michael sudah membuktikan itu. Michael gitu loooohhh ..... Anda bagaimana? Mau?

Mari kita nikmati salah satu aksi overtaking hebat yang dilakukan schumi terhadap kimi raikonnen di Brazil 2006

Michael Schumacher overtakes Kimi R. Brazil 2006

Dan nikmatilah sebuah tembang lawan yang dinyanyikan oleh another Michael, yaitu Michael W. Smith dalam judul "Friends".

FRIENDS by Michael W Smith

Saya tidak dapat menahan diri untuk ikut menempelkan di sini satu versi dahsyat dari lagu tua "michael row the boat ashore". Tepatnya versi gospel jazz. Lagu ini adalah sebuah lagu yang aslinya dinyanyikan oleh seorang budak afro-afrika di masa perang sipil USA dahoeloe kala. Dan kita tahu, adalah kebaikan dan kasih sayang yang pada akhirnya mengantar seorang afro-asia menjadi presiden USA di hari ini: "barrack obama". So, jangan ragu dengan kebaikan. Selamat menikmati sobat.....