Jumat, 24 Juli 2009

biarkan cinta itu mengalir

Dear Sahabat Blogger,

Satu dua waktu terakhir ini adalah waktu-waktu yang sangat melelahkan. Kerja ini dan itu. Bepergian ke sana, ke situ dan ke sini. Tak cukup waktu untuk mengistirahatkan pikiran guna bersenang-senang kendati sempat bepergian ke Tuamese yang indah. Bahkan 3 kali kembola-kembali ke Bali dalam tempo 2 minggu. Dua kali menginap persis di tepi pantai Sanur dan 1 kali menginap di Hotel Mercure tepat di tepian pantai Kuta. Dua pantai yang legendaris dan banyak orang. Ada yang putih nyaris tak berbaju. Ada pula yang kuning, hitam dan coklat. Tumpah ruah orang mencari kesenangan. Dan saya harus sibuk terus bekerja demi serupiah dua. Tidak banyak tetapi perlu untuk menghidupkan nyala kompor di dapur. ..... ooooo laaaa laaaa.... saya merasa teralienasi di tengah kebahagiaan banyak orang.

Di tengah kepungan kelelahan tiba-tiba ..."bbbuuummmm" ... Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton di Jakarta meledak. Tepatnya diledakan. Waaaaooooo....kegilaan itu masih ada tak mau pergi juga. Apakah ada kebaikkan yang ditegakan atas dasar ketidakbaikkan? Bolehkah kebahagiaan didirikan di atas genangan darah dan air mata sesama? Situasi kesedihan itu ternyata dibikin lebih runyam oleh adanya perdebatan yang sungguh tidak perlu. Perdebatan kusir di kalangan para "dewa-dewa" timbul akibat pernyataan SBY dan komapanyon-nya yang, .... alaamaaaakkk. ... ternyata tidak punya cukup roti sebagaimana yang pernah dibuat oleh Aristoteles (bukan tidak ada tetapi mungkin tidak cukup banyak untuk dibagikan). Betap tidak, di tengah tuntutan untuk bersatu, malahan SBY melakukan pemilahan anak bangsa hanya atas dasar info yang sungguh masih mentah. Jelas-jelas dalam pidatonya dikatakan bahwa ada yang ingin menduduki KPU, ada yang ingin berdemo, ada yang ingin menggalkan pelantikan dirinya ebagai Presiden. Howcome my Presidente????? Ledakan bom adalah fakta. Info tentang ketidak terimaan atas hasil pilpres mungikin juga fakta tetapi apa hubungannya? Memaklumkan sesuatu yang masih sumir di tengah keterkejutan dan kesedihan bangsa adalah sungguh keterlaluan. Apalagi ternyata data-data yang dijadikan dasar adalah data-data usang dan data-data yang masih harus diuji. Berkatalah Andi Malarangeng..."heeiiii semua harus dibuka dan diuji" ... "mengapa harus dilarang ini dan itu????". Baiklah pak Andi tetapi jika begitu logika berpikirnya maka mengapa jenis kemungkinan dibatasi hanya yang berkaitan dengan pilpres? Mengapa tidak semua kemungkinan dibuka di atas meja?

Dan tiba-tiba horor berganti menjadi humor ketika SBY berpesan....."hei ada yang memelintir ucapan saya"...."periksa baik-baik pidato saya"...dan saya memeriksanya, persis seperti kata SBY, yaitu kata demi kata.....Seumpama kata: pada bagian tertentu SBY betul dan tepat sekali ketika kutipan itu berbunyi "2 x 2 = 4". Anehnya beliau melupakan atau sengaja melupakan bahwa di bagian lain pidatonya ada yang berbunyi "2 x 2 = 16".....Enggan bertanggung jawab? Entahlah. Satu hal yang pasti adalah beliau dan CS-nya masih harus bekerja keras untuk memperbesar roti-roti Aristoteles. Tak ada kebaikan di balik kesombongan. Tak mungkin ada kebersamaan di balik pengucilan. Tidak ada keteladanan di balik ketergesaan dan kekurang hati-hatian.

Demikianlah, wahai sahabatku, waktu belakangan ini adalah waktu-waktu yang melelahkan secara fisik dan juga pikiran. Demikian buruk-kah hari-hari ini? Ya tidak juga. Seperti yang saya yakini bahwa setiap terbit matahari selalu ada kuantum energi yang dipancarkan. Dan di setiap kuantum energi itu selalu ada peluang untuk menjadi ini dan itu. Ada peluang bagi ketidakbaikkan tetapi selalu ada peluang untuk kebaikan. Maka, jangan kalah dengan kepicikan dan kesombongan. Lakukanlah sesuatu yang jauh lebih baik dari itu, yaitu nyalakan cinta kasihmu. Lalu, biarkan cinta itu bergelora dan bergerak bagai berkas gelombang energi kuantum dalam radiasi sinar surya. Biarkan pula cinta kasih itu bergerak seperti arus sungai yang mengalir jernih dan menghidupkan. Hidup saya, dan pasti anda semua, adalah saksi dari kuatnya gelombang cinta kasih itu. Tepat hari begini di 46 tahun yang lampau SGT dan kekasihnya menghadirkan saya dalam aliran kasih mereka berdua. Hari ini saya ada di sini untuk juga berusaha menyebarkan cinta kasih semacam itu. Ada banyak cinta kasih yang sudah saya peroleh dari SGT, ayahanda saya, dan kekasih hatinya, Ibunda saya. Itu adalah kekayaan saya. Dan tugas saya adalah membagikan kekayaan itu. Tak selalu berhasil memang tetapi jangan kalah karena kegagalan. Gagal adalah fakta tetapi bangkit kembali dan berjuang adalah juga fakta lainnya. Maka, Mengalirlah Cinta. Mengalirlah Kasih. Hanyutkan kesedihan dan kegundahan. Mengalirlah penuhi hati. Mengalirlah genangi jiwa. Tuhan Memberkati!!!

Senin, 13 Juli 2009

kami perlu 3 roti, pinjamkanlah

Dear Sahabat Blogger,
"If any of you has a friend, and goes to him in the middle of a the night and says, 'Lend me three loaves, my dear fellow,"
Agak berbeda dari posting-posting sebelumnya, saya memulainya kali ini dengan memberikan sebuah kutipan bagi sahabat budiman sekalian. Bagi saya, suasana yang ada di dalam kutipan itu terasa aneh. Amat aneh. Bayangkan saudaraku, di tengah malam ketika saya, anda dan kita semua sedang menikmati lelapnya tidur, tiba-tiba terdengar sebuah ketukan, mungkin lebih dari 1 buah ketukan lagipula keras dan berdentam, ...tok tok tok....TOK TOK TOOOKKK.....terganggukah tidur anda? Hampir pasti ya. Tak percaya saya jika anda mengatakan "tidak". Belum hilang rasa dongkol tagal ketukan itu, saya jamin anda akan semakin kesal mendengar maksud ketukan itu. Betapa tidak jika yang terdengar adalah..."pinjamkanlah 3 roti bagi saya"...alaaaaamaaaaakkkkkk....."roti kau bilang????" ... "lha guwa makannya lalu apa?" ..."3 lagi mintanya".... "enak ajaaaahhhh".....

Begitulah sahabat sekalian, tak jarang dalam hidup kita, ketika situasi sedang tidak mengenakkan, datang sebuah atau beberapa buah ketukan permintaan tolong....."pinjamkanlah roti"..... Marah to. Kesal to. Dongkol to....arrrggghhhh.....brrrrrrrr......tak tahu malu amat si lu.....tengah malam minjam...ahaaaaa....sayapun harus sampai menggunakan 2 alinea untuk menuliskan ketidak nyamanan situasi ketika permintaan tolong itu datang. Lihatlah acara reality show di stasiun TV swasta kita, yaitu acara "minta tolong".....betapa kurang sukannya orang-orang itu yang di tengah jalan, sedang berjualan, sedang panas-panasan menunggu kendaraan, sedang pusing mikirin isteri sakit tetapi kok ada yang minta tolong......wwwwwwrrrhhhh.....tak tahu malu si peminta tolong itu.......sssttttttt...cukup di sini saja dahulu kegeraman saya untuk situasi yang tidak nyaman itu. Tetapi ijinkan saya mengajukan 2 pertanyaan ini:
  1. Siapakah kita yang tidak pernah menerima permintaan tolong dalam situasi "tengah malam"?
  2. Siapakah kita yang tidak pernah meminta tolong?
Pemilu Presiden baru saja lewat. Hasil perhitungan cepat menunjukkan bahwa rakyat Indonesia memilih untuk "melanjutkan" hidup berbangsa dan bernegara di dalam perahu NKRI yang dinakhodai leh SBY-Boediono. Dengan mengabaikan barang sedikit tentang perasaan suka-tidak suka, kerumitan kerja KPU yang tak beres-beres, protes-protes dari psangan yang kalah, maka tak ada pilihan lain bagi kita, temasuk saya, selain mengucapkan "selamat terpilih" bagi SBY-Berboedi. Silakan merancang cara terbaik untuk mengemudikan perahu NKRI milik kita bersama dalam mengarungi ganasnya perikehidupan berbangsa dan bernegara sampai 5 tahun ke depan. Sekali lagi selamat. Tetapi untuk anda berdua tolong dengarkan kami, yaitu rahayat jelata di negeri ribuan pulau ini, kendati hari masih gelap dan belum lagi subuh, pinjamkan kepada kami 3 buah roti. Roti-roti apakah saja itu?

Kami perlu 3 roti seperti yang pernah dibuat oleh Aristoteles 2400 tahun yang lalu. Roti-roti itu adalah roti kenikmatan, roti politik dan roti filsafat. Apa pula itu? Begini.

Menyambung tulisan saya kali lalu tentang tujuan hidup, Aristoteles mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah mengejar kebahagiaan. Saya setuju. Kawan-kawan juga tampak setuju, Tetapi masalahnya adalah hidup macam apa? Sikap hidup macam mana? Aristoteles mengajukan 3 perkara, yaitu mengejar kenikmatan, berpolitik dan berfilsafat. Menerangkan maksudnya yang pertama, Aristoteles mengingatkan bahwa jangan terjebak kepada asal mengejar kenikmatan dan menjauhi rasa sakit semata karena jika demikian harafiah anda memaham maka hidup demikian adalah cara hidup seekor kambing. Cara hidup binatang. Kambing hanya tahu berkelana, makan, minum, buang air, mengembik, kawin, tidur, bangun dan begitulah seterusnya. Hanya itu. Cuma itu. Betapa memalukannya. Oleh karena itu, yang seharusnya dicari adalah hidup yang berasa nikmat karena berbuat baik dan berasa sakit ketika berbuat kejahatan. Itulah roti Aristoteles yang pertama. Selanjutnya, supaya anda dapat disebut berbahagia maka berpolitiklah anda, yaitu kejarlah kebaikan secara bersama-sama. Maka, anda memerlukan kerja untuk bernegosiasi, bersepakat, dan bersepaham. Bekerjalah dan bersahabatlah dengan hidup demi kebaikan. Itulah roti kedua warisan Arstoteles. Dan, roti ketiga Aristoteles adalah berfilsafatlah karena dengan itu anda akan terus menerus mengembangkan diri supaya semakin hari semakin bijaksana. Anda gemar mencari kebaikan, anda rajin mengembangkan kebaikan dan ahaaa ... andapun akan menjadi tauladan. Itulah roti merek Aristoteles, yaitu kebaikan, persahabatan dan kasih sayang. Maka, wahai SBY-Boediono berikanlah, eh pinjamkanlah kami 3 roti itu. Punyakah kalian?

Baiklah jikalau roti-roti Aristoteles itu tidak anda punyai maka punyakah anda 3 roti lainnya? Roti apakah itu? Ini: roti kepercayaan, roti keyakinan dan roti cinta kasih. Apa pula ini?

Seorang Teolog besar, sebut saja sebagai mister Paul dari Tarsus, pernah mengatakan bahwa ada 3 roti paling penting bagi manusia, yaitu roti kepercayaan, roti keyakinan dan roti cinta kasih. Tetapi ingatlah, katanya, jika anda punya 1 saja dari antara ketiganya maka anda akan berbahagia karena roti yang 1 itu adalah yang terbesar, ternikmat, tergurih dan paling bergizi, yaitu roti cinta kasih. Roti kepercayaan adalah bagaimana saya dapat mengandalkan seseorang guna menolong saya ketika saya memerlukan pertolongan. Roti keyakinan adalah bagaimana saya dapat begitu optimis dalam harapan saya bahwa anda yang saya andalkan itu betul-betul dapat menolong saya ketika saya membutuhkannya. Akhirnya adalah roti cinta kasih, yaitu bahwa percaya dan berharap adalah satu perkara tetapi dapatkah anda yang saya percayai dan saya harapkan itu mau bertindak karena anda mencinta saya. Jangan-jangan bagi anda saya hanyalah sekedar angka, yaitu 60% rakyat yang memilih anda sebagai pemimpin saya. Lebih celaka lagi jika bagi anda saya adalah orang yang berada di luar 60% itu. Jangan-jangan bagi anda saya cuma 1 di antara 230 juta orang Indonesia. Atau malah, bagi anda, saya hanya sekedar angka 1. Tak lebih dan tak kurang yang kehadirannya dapat dianggap nol (0). Tak ada apa-apanya. Jika demikian maka tak ada gunanya sama sekali saya punya dua roti, yaitu kepercayaan dan harapan karena roti ketiga, yaitu cinta kasih dari anda,tak saya miliki. Tanpa punya cinta kasih maka sama artinya dengan tidak punya apa-apa. Percaya adalah kepercayaan yang hampa. Harapan adalah harapan yang kosong. Wahai Bung SBY-Boediono, punyakah anda ketiga roti itu? Jika ada, tolong berikanlah, eh pinjamkanlah, kepada saya. Saya sangat membutuhkannya sekarang.

Begitulah sahabat blogger terkasih. Roti-roti yang saya perlukan dalam hidup saya. Mungkinkah anda juga memerlukan roti-roti itu? Ya pasti. Paling kurang begitulah menurut Aristoteles dan Paul Van Tarsus karena roti-roti itu adalah roti bagi jiwa. Roti bagi hidup. Roti bagi semangat. Roti bagi badan. Bisakah badan anda berasa sehat tanpa kasih sayang? Jika jawaban anda adalah "tidak" maka ijinkan saya kasi tahu ya...itulah sebabnya kita semua memerlukan roti-roti itu...itulah sebabnya, saking butuhnya orang-orang akan roti-roti itu maka kendati "di tengah malam-pun" pintu kita akan berbunyi diketuk berulang-ulang dan terdengar suara meratap...pinjamkan 3 roti Bung.... 3 roti saja Soezs...

Maka, sekali lagi. Adakah roti-roti itu pada SBY-Berboedi? Adakah roti-roti itu pada anda semua wahai sahabat blogger terkasih? Apa? Anda semuanya juga, sama seperti saya, sedang berburu roti yang sama?.... walaaaaahhhhh....ya sudah saya tahu kemana saya, dan sahabat saya semua di blog ini harus mencarinya, yaitu kepada sumbernya. Siapa DIA? Sang Khalik.
Ya, Khalik-ku terkasih, di tengah malam pekat ini, sudikah meminjamkan 3 ketul roti milik-MU kepada kami?
Sambil menunggu jawaban Sang Khalik, yang kadang tampak diam bak Megawati, maka mari kita menghibur diri dengan sebuah lagu yang dibikin oleh Iwan Fals yang di masa ORBA pernah meminta roti kepada penguasa, yaitu roti "pesawat tempur". Bagaimana rasanya? Asiiiiiiiiiiik toooooooooooo uuueenak tooooooooo haaaaaaa haaaaaaaaaaaa haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa


Tabe Tuan Tabe Puan

Minggu, 05 Juli 2009

inilah calon presiden pilihan saya (posting iseng - ih seneng)

Dear sahabat blogger,

Masa edar posting lama hampir habis. Saya sedang menyiapkan sebuah posting baru tetapi masih belum "layak tayang" tagal masih ada yang harus diperiksa kembali. Tetapi keinginan untuk membuat posting baru amatlah kuat....sooo....so what giiicyyyuuu loohhh ...... hhmmhhhhhh .... Naaaaahhhh, ada jalan, begini:

Masa kampanye pilpres sudah selesai. Ke-tiga pasangan Capres/Cawapres sudah unjuk gigi, unjuk kebolehan, termasuk unjuk janji dan unjuk bohong (walaaahh....supaya konsisten dengan posting lama saya saya ganti saja menjadi...), .... unjuk kompetensi lupa-lupa ingat...lupa kelakuan diri sendiri tetapi ingat betul kesalahan orang lain....wwwrrrrrrrr.......capeeeek deh....maka, jujur saja: saya bosan. Betapa tidak, Mega-Pro (sebenarnya saya menyukai pasangan ini tapi...) agak membosankan. SBY-Berboedi paling suka ja'im tapi mamma miaaaa,... justru paling gemar "mengolok-olok orang lain. SBY pernah mengaku dikeroyok padahal entah apa namanya jumlah koalisi pro SBY yang amat banyak itu ketimbang lawan-lawannya. Lebih tidak nyaman lagi bagi saya adalah ketika dalam debat terakhir SBY terlihat "cuci tangan " dihadapa isu iklan "pilpres 1 putaran". Kasiha Denny JA karena tidak "diakui" oleh SBY. "Dia bukan bagian dari tim kampanye saya", begitu kata SBY. JK-Win, sebenarnya paling atraktif, Lucu dan menggemaskan. Tapi ya itu loh....lupa-lupa ingatnya amat kuat...ingat kesalahan SBY lupa bahwa dia juga bagian dari pemerintahan SBY.......Kesimpulannya? Saya masih harus menunggu hari-hari terakhir menjelang d-day, 08 Juli 2009....itupun jika pemilu jadi dilaksanakan 8 Juli karena...konon...Mega-Pro dan JK-Win masih mempersoalkan DPT (daftar pemilih terkacau) yang tetap amburadul. Kata berita di www.tempo interaktif.com "Dikhawatirkan 30 Juta Orang Tak Bisa Memilih" ..... bujuuuu buneeenggg....mamma tana yaaaeeeeeee.....

Jikalau berita itu benar, mohon maaf, dengan keyakinan bahwa pemilu adalah wadah ekspresi kedulatan rakyat dan ketika partisipasi rakyat dicedarai maka, bagis saya, pilpres 2009 adalah sebuah "perselingkuhan". Perbuatan serong yang merampas kedaulatan rakyat. Kata pemerintah...waaah, itu urusan KPU. Kata KPU...walaaaahhh....DPT berasal dari Mendagri. Siapa salah siapa benar? Hanya Tuhan yang tahu. Tetapi saya masih berbaik sangka. Sebelum berita itu terbukti benar maka masih ada 1-2 hari ke-depan bagi saya untuk memutuskan ikut tidaknya dalam proses pilpres 2009. But, time is running out. Bagaimana jika masalah itu kembali tidak berujung pangkal atau pangkalnya dianggap tiada lalu ujungnya dipaksa juga untuk ditegakan...sebelum diduga macam-macam, maksud saya adalah: ...akar masalah DPT diabaikan lalu tanggal 8 Juli 2009 pemilu berjalan bagai business as usual. Benakah? Ya, mbuh. Lagi-lagi hanya Tuhan yang tahu. Jikalau benar skenario buruk itu yang terjadi maka mohon dimaafkan karena saya terpaksa memilih capres-capres lain. Dan inilah mereka:

1. Bob Dylan
2. Iwan Fals
3. Mick Jagger dan the Rolling Stones-nya

haaaaaaaaaa??????? apa-apaan ini???? ... ya begitulah keinginan saya... ini blog saya dan saya berdaulat di blog ini kan???? .... ha ha ha ha.....Maksud saya, dari pada pusing-pusing mikirin pilpres yang kurang bermutu ini lebih baik saya mendengar lagu-lagu ciamik dari 3 tokoh musik yang paling mendekati warna suasana hati saya. Apa saya ini? Sudah barang tentu untuk menguraikan siapa saya ada filsafatnya (dan akan saya postingkan nanti) tetapi mungkin di balik semua "kedogolan" saya, maka saya sebenarnya adalah "orang dengan semangat anti kemapanan yang amat kuat". Betulkah itu adalah saya seluruhnya? TIDAK JUGA karena sesungguhnya saya adalah manusia paradoks dan oleh karena itu....uuuupsssss stop sampai di sini saja dahulu karena saya tidak ingin banyak bacot tentang perkara ini...lain kali saja.....

Sekarang, back to the laptop, mengapa 3 manusia di atas saya pilih sebagai caprem ...eh ini bukan salah ketik...CAPREM (calon presiden musik...wkwkwkwkwk....).

Pertama, semua ketiganya punya semangat anti kemapanan yang amat kuat. Bagi mereka, hidup bukanlah hal statis dan establish. Hidup harus terus bergerak dan berubah. Jagger dan The Rolling Stones adalah pelopor generasi bunga yang menghantam kemapanan yang dibawa oleh the Beatles. Jika the Betales tampil rapih maka Jagger dkk. urakan. Mereka menjadi pioner generasi hipies dalam dunia musik. Jangan salah, idea yang dibawa oleh flower generation bukan hanya melanda kaum pemusik tetapi juga merasuki hampir semua budaya mapan di dunia. Lalu bagaimana Bob Dylan? Robert Zimmerman, nama asli Bob Dylan, sejatinya adalah pengikuti The Rolling Stones tetapi spesialisasinya lain. Bagi Bob Dylan, bermusik adalah alat yang digunakan sebagai media penyampai aspirasi politik dari young flower generation yang menentang ketidakberesan politik negara. Bob Dylan berani, amat berani, mengkritik negaranya sendiri USA dalam urusan Perang Vietnam yang memang tak jelas moralitasnya itu. Musik protes semacam ini menjaid trend besar di akhir 1960-an dan mereka berhasil. Nixon memutuskan berhenti berperang di Vietnam. Lalu, bagaimana Iwan Fals? Tak diragukan lagi. Kota Bandiung yang amat Stones Mania di tahun 1970-an rasanya ikut membentuk ide-idenya bemusik. Lalu, bukan cuma itu, menuut pengakuannya sendiri di tahun 1980-an, Bob Dylan menjadi inspirasinya. Keberanian Iwan tidak main-main, ketika semua pemusik, dan bahkan kebanyakan masyarakat tidur tiarap di hadapan pemerintah ORBA yang anti demokrasi itu, Iwan Fals berteriak keras.....BONGKAR....dan dia dimusuhi pemerintah ORBA serta kaki tangannya. Lalu, saya ingat betul dalam salah satu wawancara di TV bersama seorang tokoh pergerakan mahasiswa di tahun 1998 yang mengkui bahwa lagu-lagu Iwan Fals menjadi salah satu sumber semangat bagi perjuangan mereka. Dan, mereka berhasil. Ya, mereka adalah generasi penikmat Iwan Falz yang tegar melawan ketidakadilan. Iwan Fals bukan bertipe penyanyi oportunis bayaran yang dengan mudah mendendangkan lagus setipe jingle indomie-SBY. Mental Iwan bukan mental lunak sepert itu.

Kedua, selain beridealisme anti kemapanan (...sama seperti saya ehemmm...), adalah persistensi mereka dalam bermusik. Caprem pilihan saya adalah orang yang terus berkarya bertahun-tahun tak ada hentinya. Elvis berjaya antara 1957 - 1977 setelah itu frustrasi dan mati. Jacko berjaya antara 1968 - 1990-an. Sepuluh tahun terakhir sudah tidak ada lagi karyanya yang gemilang. Hidupnya digerogoti skandal skandal. Lalu, frustrasi dan mati. Freddy Mercury dimana? Bercinta overdosis membuat dia meregang nyawa tagal AIDS. Nah, tiga caprem saya itu, memang tidak bebas dari perkara kontroversial, tetapi lihatlah: Jagger dkk, berkarya sejak 1962 - hari ini. The Rolling Stones masih terus merekam dan menguasai panggung konser sebagai group dengan bayaran termahal. Penonton konsernya di Brazil yang berjumlah 2.5 juta orang di tahun 2007 adalah sebuah rekor dunia yang belum terpecahkan. Album terakhir Bob Dylan dengan mudah menempati anak tangga # 1 di chart lagu dan album, baik di Amerika maupun di Inggris padahal dia sudah berkarya sejak tahun 1964. Iwan Fals masih amat disegani di Indonesia dan masih terus memproduksi lagu-lagu hits yang baru kendati dengan tema yang lebih soft. Berkali-kali diajak terlibat dalam politik praktis tetapi Iwan menolak. Komitmentnya hanya untuk bermusik. Iwan pantas dihormati atas sikapnya itu.

Ketiga, jika diperhatikan amat sangat, suara ketiga caprem saya tersebut sesungguhnya tidaklah merdu-merdu amat. Bahkan menurut saya, Bob Dylan tidak sedang bernyanyi melainkan menggerutu. Iwan Fals lebih sering kedengaran sedang berteriak dan bukannya bernyanyi. Suara Mick Jagger yang melayang ringan itu sebenarnya terdengar seperti sekedar aliran udara yang didesak keluar dari tenggorok lalu melintasi lidah panjangnya dan akhirnya tersebar kemana-mana melalui bibir super ndower-nya itu. Nggak merdu.

Lalu, mengapa 3 variabel itu, yaitu anti kemapanan, persistensi bermusik dan suara yang biasa-biasa menjadi tolok ukur? Ada jawaban yang amat filosofis tetapi mohon maaf, saya simpan saja dahulu. Mudahnya begini: tak pernah mau diam adalah wujud manusia yang harus selalu berbuat. Bekerja dan membuat perubahan. Persistensi adalah hal yang bertalian dengan konsistensi dan komitmen. Akhirnya, suara yang biasa-biasa menggambarkan bahwa sesungguhnya kita adalah manusia biasa. Manusia fana yang mudah keliru. Manusia rata-rata tetapi adalah Rahmat-NYA maka kita diberkati Tuhan dengan talenta. Sukuri lah talenta dari Tuhan (bandingkan dengan MJ yang "menolak berkulit hitam" - Quincy Jones). Bekerja secara konsisten guna mewujudkannyatakan rasa sukur kita. Sisanya adalah "C'est La Vie". God Will Bless Us

Mari bantu saya menikmati musik-musik anti kemapanan dan persisten dari 3 caprem pilhan saya.


Please
listen and have enjoy, my friends


Tabe Tuan Tabe Puan