Minggu, 30 November 2008

1 desember 33 dia ada 1 desember 08 dia tiada (puisi untuk SGT yang ada di ketiadaan)

Tanpa banyak kata
Kecuali bahwa, saya mengasihi dia
tanpa kecuali, dikasihinya ibunda
tanpa kecuali pula, dikasihinya kami

tapi

apa benar dia masih dikasihi
ketika tiada

apakah tiada?

Hanya sedikit kata
kecuali bahwa, saya merindukannya
tanpa kecuali, dulu, ibunda dirindukannya
tanpa kecuali, kami terus dirindukannya

tapi

apa betul dia masih dirindu
seperti ketika dia ada

apakah ada?

dulu
dia tiada
lalu
ada
sekarang
kembali tiada

dari tiada menjadi ada
dari ada menjadi tiada
apakah ada?
apakah tiada?

Yang ada tinggal kasih
yang ada cuma rindu
dengan cinta dan rindu
tak ada lagi yang tiada
semuanya ada

karena CiINTA
dia masih ada

di sini

di hati

Selamat HUT kalau ada
Selamat HUT meski tiada

(air mata masih ada, ternyata)

Rabu, 26 November 2008

guru berdiri murid berlari. Lho, lalu yang kencing itu siapa?

Dear sahabat blogger,

Anda pasti hafal betul proverb yang asli sebelum saya plesetkan di judul posting ini. Ya, sudah pasti ini "guru kencing berdiri murid kecing berlari". Sebuah pepatah lama yang bermakna kurang lebih, guru adalah teladan bagi murid-muridnya. Apa yang dibuat oleh gurunya itulah yang ditiru dan dilakukan oleh murid-muridnya. Jadi, jika pepatah itu saya plesetkan begitu rupa maka maksudnya adalah, sekarang ini, guru dan murid tidak kompak lagi. Sudah tidak seia dan sekata. Guru begini. Murid begitu. Dahulu kala, apapun juga, guru dan murid masih bisa bertemu jika keduanya "kencing". Sekarang tidak lagi. Guru cuma berdiri. Muridnya pecicilan berlari-lari. Lalu yang kencing adalah ........entah siapa tapi kemungkian besar bukanlah si guru. Bukan pula si murid. Lalu siapa? Tepatnya, mengapa demikian?

Anda kenal orang yang bernama Thales? Si Thales pasti bukan si Takem. Bukan pula si Tukinem. Sudah pasti juga bukan si Males. Dan hampir pasti bukan Broer JIMI atau Bung Budi. Bukan. Lalu, siapa dia? Oh ternyata, Thales (abad 6 SM) adalah orang yang dikenal sebagai bapak moyangnya para filsuf. Mengapa demikian? Karena dialah yang pertama kali mengajukan pertanyaan filsafat. Sebuah pertanyaan mendasar yang ketika itu amat tidak diperhatikan orang, yaitu "what is the nature of the world stuff. Aha, terbuat dari bahan apakah alam ini? Anda mau tahu apa jawaban yang dikemukakan oleh Thales. Adalah ini, dan harap jangan ditertawakan: AIR ha ha ha ha ha......(lho kok malah saya yang tertawa?). Kita tahu bahwa, menurut pemahaman pengetahuan mutakhir, alam tidak terbuat dari air semata. Ada banyak materi penyusun alam. Ada atmosfer, biosofer, lithosfer dan hidrosfer. Unsur ini berpendar-pendar di alam. Lalu ada sekian unsur di atmosfer. Sekian pula di dalam tanah. Di dalam tubuh tumbuhan, materi itu berubah menjadi itu dan ini. Wow, jelas bukan hanya air.

Terlepas dari keakuratan jawabannya tetapi Thales sudah menjawab. Thales yang berasal dari pulau Miletos, dekat Turki sekarang ini, terbiasa dengan lingkungan serba air. Pulau Miletos terletk di tengah lautan. Thales sering mengamati hujan dan kagum. Diamatinya pula bahwa air akan menjadi uap jika dipanaskan. Dan jika didinginkan akan kembali menjadi cairan. Thales melihat pula bahwa Pulau Melitos terapung di atas air. Maka begitulah kata Thales, air adalah asal mula segalanya. Kita tahu bahwa itu tidak sepenuhnya benar tetapi sesungguhnya keunggulan Thales tidak terletak pada jawabannya tetapi di pertanyaannya. Ya, Thales menjadi filsuf pertama bukan karena "dia menjawab" melainkan karena "dia bertanya". Apakah bertanya menjadi hal yang esensial dalam peradaban manusia. Jawabannya adalah iya. Dan inilah penjelasannya.

DR Chaucard dalam bukunya Le Lange et La Pensee melaporkan bahwa sepasang suami siteri Amerika Serikat yang kedua-duanya ahli psikologi memutuskan untuk mengasuh bayi mereka bersama dengan seekor kera betina yang lahir pada hari yang sama dengan bayi mereka. Mereka diperlakukan dengan pola pemeliharaan yang persis sama. Pada mulanya, pertumbuhan sang bayi dan kera hampir sama. Tetapi begitu si bayi bisa berbicara maka ia maju sedemikan cepatnya sehingga si kera segera ketinggalan dan tidak pernah mampu lagi untuk menyamainya. Ternyata, berbicara adalah titik tolak bagi keinginantahuan dan kreativitas yang luar biasa yang dialami oleh manusia. Dan apa yang pertama kali dilakukan oleh manusia ketika dia berbicara adalah: BERTANYA. Setelah bertanya, manusia akan menemukan jawaban, Setelah jawaban disintesa sebagai pengetahuan maka manusia akan kembali mempertanyakan pengetahuannya tersebut. Jadi, manusia sebenarnya berkembang dalam siklus bertanya, menjawab dan kembali mempertanyakan jawaban. Di setiap 1 siklus itu manusia memetik sesuatu sebagai bahan pelajaran. Ya, dia belajar guna bertumbuh dan berkembang.

Jika kata kuncinya adalah berbicara dan belajar maka ada 2 perkara yang harus dipahami, yaitu interioritas dan eksterioritas. Interitoritas berarti bahwa manusia memiliki suatu kesadaran dalam dirinya sendiri bahwa dia itu hidup yang oleh karenanya (principe d'etre) dia sudah berbicara, berpikir dan menjawab. Lantas, sekali manusia berbicara maka si diri sendiri itu mulai menciptakan hubungan-hubungan yang amat banyak. Semakin banyak si diri berbicara maka semakin banyak hubungan yang diciptakan (eksterioritas). Manusia ternyata memerlukan lawan berbicara yang berfungsi tidak sekedar sebagai pendengar melainkan juga sebagai pencatat dan tempat berkaca. Ya, anda benar jika anda bisa menebak bahwa manusia lain adalah unsur eksterioritas diri pribadi sebagai tempat memantulkan sisi interioritas diri pribadi. Reflektor itu, kadang-kadang harus "lebih besar" dari diri pribadi agar supaya bayangan refleksinya dapat menjadi pedoman dan penuntun tindakan belajar selanjutnya. Reflektor itulah yang akan menjadi tempat diri pribadi manusia mengkonfirmasi keakuratan jawaban yang diperolehnya. Reflektor besar itulah yang selanjutnya kita sebut saja sebagai GURU. Kata ini berasal dari bahasa Sanskrit, yaitu guru. Dalam arti luas, guru adalah semua orang yang mengajarkan sesuatu yang baru, pembagi ilmu dan pemandu para murid menuju penemuan akan kebenaran-kebenaran hidup. Dalam bahasa jawa GURU dipahami sebagai yang digugu dan ditiru.

Hubungan timbal balik antara manusia dan reflektor ini harus berifat selaras dan sebisa mungkin mereduksi peluang bias. Ketika di antara manusia dan reflektornya itu terjadi bias yang amat besar maka bukan jawaban atau ilmu atau kebenaran yang diperoleh melainkan kekacauan. Dapatkah anda bayangkan bahwa ketika anda yang cantik dan bergaun merah muda lalu di dalam kaca cermin terlihat anda berpakaian hitam dengan rambut awut-awutan ada kemungkinan anda akan pingsan karena menduga ...
hiiiiiiiiiiiii.....ada nenek lampir di dalam cermin....... hi hi hi hi......

Kata Louis Leahy, semua manusia pada dasarnya adalah diri sendiri dan sekaligus guru bagi sesamanya. Jika benar begitu maka hubungan antara guru dan murid, tidak lan dan tidak bukan adalah hubungan antara manusia yang seharusnya bersifat serasi, selaras dan penuh rasa hormat. Lalu, inilah situasi mutakhir hubungan guru dan murid di Indonesia dewasa ini. Mari kita catat tiga kutipan berikut ini:


(Winarno Surahmat, mantan Rektor IKIP Jakarta dalam apel HUT Ke-60 PGRI di Solo, Jawa Tengah)
Kapan sekolah kami lebih baik dari kandang ayam. Kapan pengetahuan kami bukan ilmu kedaluwarsa. Mungkinkah berharap yang terbaik dalam kondisi yang terburuk
Bolehkah kami bertanya, apakah artinya bertugas mulia, ketika kami hanya terpinggirkan, tanpa ditanya, tanpa disapa.
Di sejuta batu nisan guru tua yang terlupakan oleh sejarah, terbaca torehan darah kering.
Di sini berbaring seorang guru, semampu membaca buku usang, sambil belajar menahan lapar, hidup sebulan dengan gaji sehari.
Itulah nisan seorang guru tua yang terlupakan oleh sejarah.


Lantas puisi ini secara kontan, di acara yang sama dibalas oleh Wapres Jusuf Kalla seperti berkut ini:

''Saya yakin sekolah kita tidak seperti kandang ayam.
Saya yakin banyak sekolah yang jauh lebih baik daripada itu. Gaji Anda memang belum cukup, tapi saya yakin bahwa gaji Anda tidak hanya cukup untuk hidup satu hari. Janganlah kita semua mengejek-ejek bangsa ini,'' . Lebih-lebih guru merupakan pembentuk jiwa dalam bangsa. ''Kalau semua selalu mengejek, lalu siapa yang harus menghargai bangsa ini.''

Guh (http://guhpraset.wordpress.com/)
Tapi Guru bukan hanya digugu dan ditiru. Guru cabul, guru korup, guru kampret, nasibnya sama akan sama seperti murid yang kabur loncat pagar atau merokok dalam toilet, mereka akan digugat dan diburu. Teringat juga tentang seorang Ibu Guru SD yang mengancam akan menjewer kuping saya (yang cuma dua) sampai putus, jika tidak hapal perkalian 1 sampai 10. Dan saya yang terlalu dungu percaya kalau beliau akan memegang kata-katanya, saya begadang sampai jam 3 pagi, berusaha menghapal sesuatu yang sampai sekarang pun saya tak juga hapal. Sekarang kuping saya masih utuh.

Ingatan saat SMP juga ikut muncul, saya sebagai anak manis, baik dan keren, yang selalu lolos dari hukuman berjajar jongkok didepan kelas untuk ditendangi satu persatu oleh seorang wali kelas yang guru kesenian, tiba-tiba memecahkan rekor, mendapat tamparan terbanyak dalam satu hari. Hanya karena menulis kata-kata yang menurut para guru terlalu kotor untuk ditulis dikertas ujian. Guru yang emosional.
Kenangan religius juga ada. Bagaimana Ibu Guru ngaji saya yang sedikitpun tidak seksi, selain mengajari saya untuk rajin meludah saat berpuasa dan menanamkan segala terror neraka, juga mengajari saya, memprogram dan mencuci otak saya untuk membenci ajaran dan penganut agama-agama lain.

Dan, yang paling bermanfaat, guru Bahasa Indonesia yang suka berbicara dengan melecehkan. Saya berterimakasih, karena dari beliaulah saya belajar sarkasme


Sawali Tuhusetya (guru –
http://www.sawali.info)
Yang tidak kalah penting, apresiasi masyarakat terhadap profesi guru harus proporsional dan manusiawi. Guru bukanlah “dewa” atau “nabi” yang luput dari cacat dan cela. Kalau ada guru yang terlibat dalam kasus amoral, misalnya, hal itu memang kurang bisa ditolerir. Namun, juga terlalu naif jika buru-buru menghujatnya tanpa menyikapinya secara arif.


Nah lo, saling sengketa carut sengkarut bukan? Maka, banyak perkara boleh diwacanakan tentang kesejahteraan dan kompetensi guru, pahlawan tanpa tanda jasa, biaya sekolah mahal, biaya pendidikan gratis, murid yang nakal, gemar tawuran dan narkoba serta seabrek hal-hal lainnya. Silakan dan sah-sah saja. Tetapi saya justru ingin merenungkan sesuatu yang seharusnya ada sejak awal, yaitu bagaimana tata hubungan antara guru, murid dan pengelola pendidikan dewasa ini yang seharusnya menggambarkan pola relasi antara manusia.
Adakah manusia di depan anda itu adalah musuh yang harus dibenci? Apakah dia hanya sekedar barang yang mengisi ruang yang sama lalu anda gunakan hanya jika perlu? Ataukah dia adalah sesamamu yang harus di rangkum dengan penuh kasih sayang sebagaimana engkau mengasihi dirimu sendiri? Guru adalah reflektor bagi murid-muridnya. Murid-murid adalah cerminan gurunya itu sendiri. Haruskah sang Guru berdiri diam di tempat ketika melihat murid-muridnya berlari-lari gelisah tak bisa kencing. Haruskah sang murid berloncatan tidak keruan ketika sang Guru terduduk diam karena tidak cukup makan seharian? Lalu, siapa yang disuruh kencing. Siapa yang akan makan? Siapa mengencingi siapa? Siapa makan siapa?

Selamat Hari Guru


Tabe Tuan Tabe Puan

belum ada judul karena belum cukup waktu

Berburu kepadang datar
Dapatkan rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagaikan bunga kembang tak jadi

Kehulu memotong pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian


Dear sahabat blogger,

Hari ini, sudah pasti hari rabu, tetapi ada yang khusus bagi saya, yaitu adalah HARI GURU. Mengapa sepesifik? Karena saya adalah guru dan salah satu di antara manusia panutan saya adalah juga guru. Yuuuppppp........anda tak salah menebak karena yang saya maksudkan adalah SGT. Sang Guru Tua (almarhum).

Saya ingin menulis suatu tetapi karena saya bangun kesiangan sementara HP saya sudah tat tet tot tit tut memanggil-manggil untuk segera "bekerja" maka sadarlah saya bahwa tidak akan cukup waktu lagi untuk menata sebuah posting baru nan lengkap. Begitu terburu-burunya saya, sementara saya tetapi ingin menyampaian selamat hari guru kepada semua guru di mana saja, maka saya putuskan untuk membuat sebuah posting yang prematur. Saya kasi judul "belum ada judul".

Nikmati saja dahulu bagi yang ingin menikmati. Jika anda berkomentar maka komentar anda akan saya gunakan memperkaya tulisan posting lengkap nanti malam. Apa ide anda tentang guru? Bagaimana idealnya seorang guru? atau apa saja . Silakan. But sekarang, ini saja dahulu.

Thanx aniwei.

Senin, 17 November 2008

cinta. untuk apa?

Dear sahabat blogger,

Ada 3 kutipan "perkara" yang mendasari tema posting saya kali ini:

1. Ajakan sebahagian sahabat, adik, saudara atau siapapun mereka itu (karena terhadap anonim sebenarnya kita tidak tahu apa-apa - tapi biarkan begitu) yang memberikan suatu tawaran kepada saya, yaitu agar saya mempersiapkan diri guna masuk ke dalam proses pemilihan bupati di kabupaten yang bernama "x" yang akan didirikan pada tahun ke-y. Aha, tawaran yang menggiurkan....hmmmmm lezaaaaaatttttt........

2. Di bagian komentar pada posting lama (I have a dream), ada kutipan berita yang cukup mencengangkan, dan saya mencoba mencari sumber informasi aslinya guna memastikan, bahwa propinsi NTT memegang rekor jumlah calon anggota legislatif. Terdapat sekitar 1.086 orang calon legislatif (caleg) Nusa Tenggara Timur (NTT) yang harus memperebutkan 55 kursi yang tersedia di DPRD NTT. Lantas, ini lebih mencengangkan, terdapat lebih dari 10.000 caleg dari 20 kabupaten kota/kota di NTT yang akan memperebutkan 650 kursi.

3. Sejak pagi saya berada di kampus dan lalu tertahan lebih dari 3 jam karena mahasiswa beberapa fakultas terlibat tawuran yang menyebabkan polisi terpaksa masuk ke dalam kompleks kampus dan melerai dengan menggunakan beberapa metode penangkal hura-hara. Kabar terakhir, perkelahian tersebut menyebabkan 1 mahasiswa tewas dan belasan luka-luka , termasuk 2 orang aparat Apakah untuk itu tujuan orang tua mengirim para "jagoan" mengikuti perkuliahan?

3 hal di atas sepintas berbeda tetapi ada satu hal di dalamnya yang menyatukan-nya. Lalu kita, eh sori.......bukan kita tapi saya menjadikannya sebagai tema posting. Apa kesamaannya? Adalah ini: ketiganya berbicara tentang kekuasaan. Yang pertama adalah potensi kekuasaan pada tataran eksekutif, yang kedua adalah potensi kekuasaan di areal legislatif dan ketiga adalah unjuk kekuasaan karena adanya pengelompokan entitas. Satu entitas merasa berbeda dari entitas lainnya lalu memaksakan terjadi sub-ordinasi. Satu pemenang, lainnya pecundang. Hari ini bertikai hanya karena berbeda fakultas. Besok berkelahi karena berbeda suku. Lusa dan besok lusanya saling membunuh karena berbeda agama, ideologi dan lain-lain.

Haramkah kekuasaan? Tidak. Kekuasaan bagaikan pisau. Cuma "barang netral". Pisau untuk memotong. Kekuasaan untuk mengatur. Baik-baik saja. Masalahnya, seberapa netral kekuasaan itu?. Kita mulai dari mencari tahu apa defenisi kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002). Pakar lain (Ramlan Surbakti, 1992) mengatakan bahwa Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi. Jelas sudah bahwa berbicara tetang kekuasaan berarti berbicara tentang relasi antara manusia. Relasi sosial. Jika benar begitu maka dalam filsafat manusia dikenal 3 sikap dasar dalam membicarakan interelasi sosial, yaitu :

Kebencian, yang oleh karenanya (principe d'etre) orang mencoba memutuskan atau membatasi pertaliannya dengan orang lain. Sartre mengatakan celui qui me regarde (dia yang melihat aku akan berniat menghancurkan daku). Apa lu, kok liat-liat gue....nantang ya......
Ketidak acuhan, yaitu sifat yang memandang manusia lainnya adalah benda, yang meskipun lebih dari sekedar benda yang mendiami ruangan yang sama tetapi tetaplah benda. Koran dicari-cari untuk dibaca tetapi setelah itu dibuang ke tempat sampah. Luypen mengatakan bahwa saya hanya perduli kepada seseorang bukan karena dia adalah orang tetapi karena adalah kepentingan. Habis kepentingan maka orang akan berubah menjadi benda biasa yang mengisi ruang yang sama dengan saya (nieuwe inleiding tot exixtentiele fenomenologie). Elo elo, gue gue. Kalo gue butuh, elo kudu siap tapi pas giliran elo butuh ya nyari sendiri.....
Cinta, adalah rencontre aimantre (Leenhowers). Suatu perjumpaan yang amat manusiawi. Ya, perjumpaan di antara pihak-pihak yang saling mengayomi, dua pihak yang saling memberikan diri dan menerima apa adanya justru karena menyadari jati dirinya sendiri. Saya mau mengasihi kamu bukan karena kamu penting bagi saya (rencontre intramondeine) tetapi kamu memang saya kasihi. Pantas atau tidak pantas. Maka, cinta adalah keluar dari diri menuju atau menghadap orang lain. Cinta adalah tanggapan atas himbauan. Cinta adalah menciptakan kebaikan bagi orang lain. Cinta merangkum segalanya dan....cinta tidak selalu harus timbal balik. Cinta hanya untuk memberi, tidak untuk mengambil kembali.

Dengan ciri-ciri cinta seperti yang dikemukakan di atas maka tidak ada kata lain yang lebih tepat untuk melukiskan kekuatan cinta selain DAHSYAT. Namun, sayang sekali, cinta justru sulit dikerjakan. Leenhouwers mengatakan bahwa mencetuskan kebencian amat mudah. Acuh-tak-Acuh, bukan perkara sulit. Tetapi mencintai, adalah perkara yang teramat sangat sulit. Kadang-kadang kita mengatakan cinta tetapi sebenarnya hanya nafsu yang merupakan bentuk dari rencontre intramondeine (ketidak-acuhan). Mengaku cinta lantas harta benda ditaburkan tetapi imbalannya adalah penyerahan jiwa raga pihak yang satu kepada yang lainnya secara total. Pasrah laksana budak jaman baheula. Di mulut berkata cinta tapi mata nyalang melihat kesempatan untuk menggunting dalam lipatan ketika yang di sana lengah terbuai. Katanya cinta tetapi itu hanya berarti jika kamu tunduk kepada semua kemauan saya, apapun saja kemauan saya. Bilangnya cinta tetapi setelah itu berkelahi tidak karuan juntrungan. Saudara ditipu. Anak dihajar habis. Nyak en babe dibohongin. Isteri ditelantarkan. Suami didiamin. SMS alias sahabat makan sahabat.

Cinta ternyata adalah hal terindah yang bisa dilakukan manusia tetapi sayangnya, justru hal yang teramat sulit untuk direalisasikan. Itulah sebabnya, peperangan ada di mana-mana. Itulah sebabnya, pemboman di Bali dianggap kejahatan oleh yang satu tetapi dianggap pahlawan oleh yang lainnya. itulah sebabnya, UUP diangga kewajaran oleh yang di sini meski yang di sana menganggapnya sebagai ketersingkiran. Lidah memang tidak bertulang. Elu begini gue begitu. Mengapa cinta sulit dikerjakan? Jawaban yang diberikan Louis Leahy sungguh mengejutkan, yaitu ekistensi yang memberontak. Apa ini? Manusia menemukan dirinya adalah campuran aneh antara kesadaran dan barang. Kesadaran menyebabkan manusia bersikap seolah-olah tunduk kepada aturan-aturan hidup tetapi dalam faktanya manusia bertindak protektif dan bahkan ekspansif guna menjaga eksistensi dan lalu menggandakan dirinya melebihi benda lain di sekitarnya. Mudahnya begini, saya seolah-olah menyayangi ana-anak saya tetapi sebenarnya mereka tidak lebih dari jongos-jongos yang dapat saya perintah apa saja. Kewajiban mereka cuma 1, yaitu taat mutlak terhadap orang tua. Anak perempuan diperintah supaya kawin sama bandot tua juga oke saja asalh saya mendapat imbalan materi yang lumayan. Para calon pejabat ketika masih calon wuuiiihhhhh perhatiannya luar biasa kepada masyarakat tetapi sesudah terpilih menengok saja tidak. Cinta sulit dikerjakan karena manusia pada dasarnya suka berpura-pura, menipu dan licik hanya agar dirinya survive. Sesamanya adalah ancaman dan oleh karena itu wajib ditaklukan dan dikuasai. Dan , maaf, itu semua bukan cinta.

Pada titik inilah saya ingin belajar dari pengalaman proses pembentukan agama orang Israel. Pada dasarnya agama Israel berasal dari 3 bentuk agama, yaitu agama nenek moyang atau bapa leluhur mereka (Abraham/Ibrahim), agama Ibrani Kuno yang merupakan percampuran agama para bapa leluhur dan kaum Kanani serta agama yang diperoleh pasca keluar dari perbudakan di Mesir. Meski pada dasarnya di antara ketiga agama asali kaum Israel itu berbeda tetapi untuk 1 hal mereka akan mutlak sama, yaitu eksistensi Yahweh yang tidak ada duanya. Yahweh bukan kepala dari illah-illah. Dia adalah Yahweh yang Esa. Satu-satunya. Dialah pusat dari segala Cinta orang Israel. Yahweh mencintai Israel. Israel juga mencintai Yahweh. Bahwa Agama Israel kontemporer terlihat sebagai berbagai varian dari agama-agama asli tetapi Israel percaya bahwa Yahwehlah yang menentukan begitu. Mereka belajar untuk berproses dan menerima apa yang sudah ditentukan oleh Yahweh. Yahweh amat berkuasa dan kekuasaannya jauh mengatasi semua daya dan cipta manusia.

Mengapa untuk dapat mengerjakan cinta saya harus berpaling kepada pengalaman orang Israel?. Anda boleh setuju atau tidak setuju dengan keputusan saya tetapi harap dicatat hal yang berikut ini, yaitu bahwa dari kelompok kaum Pagan Semit, orang Israel-lah yang pertama kali berhasil menjembatani 3 dimensi hubungan manusia dengan sekitarnya, yanitu dengan alam, dengan sesama dan masyarakat serta dengan sesuatu yang melebihi daya diri yang disebut Tuhan. Sikap terhadap alam adalah berkerja. Sikap terhadap sesama adalah komunikasi atau interaksi. Sikap terhadap Tuhan adalah berdoa. Di sinilah jasa terbesar orang ISrael terhadap peradaban dunia. Sikap ini adalah asal muasal sikap rasional untuk tidak memberhalakan alam dan sesama, bahkan diri sendiri. Anda, saya dan kita bahkan alam semesta ini semua equal di depan Yahweh yang amat berkuasa itu.

Orang Israel memutuskan bahwa orientasi doa mereka hanya kepada Yahweh. Mengarahkan doa kepada alam dan sesama adalah tahyul dan berhala. Mereka tidak memuja alam. Mereka tidak memberhalakan manusia. Mereka hanya memuja dan berdoa kepada Yahweh. Implikasi dari sikap ini adalah bahwa terhadap alam, manusia merawatnya karena alam adalah pemberian Yahweh. Terhadap sesama, manusia harus berkomunikasi. Sikap dasar dalam berkomunikasi adalah cinta kasih. Dalam perspektif cinta kasih maka semua harus dianggap equal. Setara. Tidak ada tuan dan jongos dalam komunikasi. Tidak boleh ada atasan dan bawahan meski struktur itu ada. Atasan harus mau melepas atribut atasannya. Bawahan harus keluar dari inferiority complex-nya dan berbicara. Tidak boleh juga ada struktur saudara tua dan saudara muda. Semua harus setara. Saudara ya saudara. Mengapa semua hirarki-hiraki relasi itu harus dihilangkan. Ya, karena hirarki memberikan petunjuk bahwa bukan Yahweh yang dipuja tetapi diri sendiri dan sesama. Dengan cara ini maka cinta sejati tidak akan pernah ada. Dikiranya cinta padahal exploitasi alam. Dikiranya cinta, ternyata nafsu menguasai belaka. Lain halnya dengan ini, yaitu ketika cinta hanya diarahkan kepada Allah maka ada sesuatu yang berdimensi Ilahi yang akan diberikan kepada kita, (saya pernah membahas barang perkara ini) yaitu KASIH.

Kembali ke 3 persoalan awal. Mau jadi bupati, anggota dewan atau menang dalam pertengkaran dan perkelahian? Ah, ternyata semua itu tidak esensial. Hal terpenting, dan oleh karena itu paling esensial adalah, MILIKILAH CINTA. Dengan Cinta, anda akan mampu merawat alam. Dengan KASIH anda pasti mampu melayani sesama. Kalau cinta yang anda cari maka yakinlah Allah akan memberikannya kepada semua yang berkenan kepada-NYA. Lantas, segala sesuatu akan ditambah-tambahkan kepadamu. Apakah masih ada yang meragukan makna persahabatan, kebaikan dan kasih sayang? Entahlah anda tetapi saya, tidak.

Tabe Tuan. Tabe Puan

Rabu, 12 November 2008

cuma ingin bilang "selamat HUT" ke 33 bagi Ully Yonathan Riwu Kaho

Dear sahabat blogger,

Mohon maaf karena kenikmatan membaca posting terganggu karena urusan yang amat pribadi. Adik saya yang nomor 11 berulang tahun. 33 Tahun umurnya sekarang. Sudah tidak muda. Sesusia dia, Yesyua sudah menuntaskan tugasnya di dunia. Ully, masih harus berjuang untuk menyesesaikan pendidikan S2-nya. Tahun ini HUT-nya Ully terasa istimewa karena pertama kali HUT tanpa Ayahanda di sampingnya. Juga Istimewa karena tahun ini, Ully Yonathan memilih untuk memiliki pekerjaan tetap, yaitu sebagai Pengajar di Universitas PGRI NTT sekaligus sebagai Kepala Laboratorium MIPA dan Pertanian di Universitas yang sama. Untuk Ully, saya hanya berharap, jadilah manusia yang lebih jujur dalam bekerja, lebih tulus dalam mengabdi dan lebih bertanggungjawab sebagai suami bagi isterimu dan bapak bagi DTN. Kami,: Ibunda, Abang dan Adik, dan sudah barang tentu SGT, di manapun dia berada kini, berbahagia bersama Ully.

Berikut ini ada sebuah kado yang diberikan oleh Dina, adik bungsu kita, khusus bagi Ully Yonathan di HUTnya yang ke-33. Selamat HUT. Tuhan Memberkati

BERSEPEDA BERSAMA JESUS

Pada awalnya, aku memandang Tuhan sebagai seorang pengamat; seorang hakim yang mencatat segala kesalahanku, sebagai bahan pertimbangan apakah aku akan dimasukkan ke surga atau dicampakkan ke dalam neraka pada saat aku mati. Dia terasa jauh sekali, seperti seorang raja. Aku tahu Dia melalui gambar-gambar-Nya, tetapi aku tidak mengenal-Nya.

Ketika aku bertemu Yesus, pandanganku berubah.
Hidupku menjadi bagaikan sebuah arena balap sepeda, tetapi sepedanya adalah sepeda tandem, dan aku tahu bahwa Yesus duduk di belakang, membantu aku mengayuh pedal sepeda.

Aku tidak tahu sejak kapan Yesus mengajakku bertukar t emp at, tetapi sejak itu hidupku jadi berubah.
Saat aku pegang kendali, aku tahu jalannya.
Terasa membosankan, tetapi lebih dapat diprediksi … biasanya, hal itu tak berlangsung lama.

Tetapi, saat Yesus kembali pegang kendali, Ia tahu jalan yang panjang dan menyenangkan.
Ia membawaku mendaki gunung, juga melewati batu-batu karang yang terjal dengan kecepatan yang menegangkan.
Saat-saat seperti itu, aku hanya bisa menggantungkan diriku sepenuhnya pada-Nya!
Terkadang rasanya seperti sesuatu yang 'gila', tetapi Ia berkata, 'Ayo, kayuh terus pedalnya!'

Kadang Aku takut, khawatir dan bertanya, 'Aku mau dibawa ke mana?'
Yesus tertawa dan tak menjawab, dan aku mulai belajar percaya.
Aku melupakan kehidupan yang membosankan dan memasuki suatu
petualangan baru yang mencengangkan.
Dan ketika aku berkata, 'AKU TAKUT !' Yesus menurunkan kecepatan, mengayuh santai sambil menggenggam tanganku.

Ia membawaku kepada orang-orang yang menyediakan hadiah-hadiah yang aku perlukan …
orang-orang itu membantu menyembuhkan aku, mereka menerimaku dan memberiku sukacita. Mereka membekaliku dengan hal-hal yang aku perlukan untuk melanjutkan perjalanan … perjalananku bersama Tuhanku. Lalu, kami pun kembali mengayuh sepeda kami.

Kemudian, Yesus berkata, 'Berikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang membutuhkannya;
Jika tidak, hadiah-hadiah itu akan menjadi beban bagi kita.'
Maka, aku pun melakukannya.
Aku membagi-bagikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang kami jumpai, sesuai kebutuhan mereka.
Aku belajar bahwa ternyata memberi adalah sesuatu yang membahagiakan.

Pada mulanya, aku tidak ingin m emp ercayakan hidupku sepenuhnya kepadaNya.
Aku takut Ia menjadikan hidupku berantakan; tetapi Yesus tahu rahasia mengayuh sepeda.
Ia tahu bagaimana menikung di tikungan tajam, Ia tahu bagaimana melompati batu karang yang tinggi, Ia tahu bagaimana terbang untuk mempercepat melewati tempat-tempat yang menakutkan.
Aku belajar untuk diam sementara terus mengayuh … menikmati pemandangan dan semilir angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahku selama perjalanan bersama Sahabatku yang setia: Yesus Kristus.

Dan ketika aku tidak tahu apa lagi yang harus aku lakukan,
Yesus akan tersenyum dan berkata …
'Mengayuhlah terus, Aku bersamamu.'

Tabe Tuan Tabe Puan

Sabtu, 08 November 2008

I have a Dream: saya didatangi ayahanda tercinta (almarhum)

Dear sahabat blogger,

Ada urusan di Mataram dan saya hadir di sana. Bekerja siang malam untuk melakukan seleksi terhadap proposal-proposal guna mendapatkan pendanaan dari pihak MFP (multistakeholder forestry programme). Ada beberapa yang berhasil tetapi lebih banyak yang gagal. Sebenarnya tidak tahan juga melihat pijar mata mereka yang kecewa karena gagal. Tidak enak hati tapi demi obyektifitas, kebenaran ilmiah, profesionalisme dan harga diri ilmuwan, semua memang harus terjadi. Apaboleh buat. Que Sera Sera. Terjadilah yang harus terjadi. Selamat bagi yang berhasil. Ayo, mari belajar bersama kembali bagi mereka yang kalah. Anda bukan pecundang. Anda berada dalam gerbong kereta api yang bernama KRL "kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda".

Akibat bekerja begitu spartan dalam waktu yang amat pendek, semalam, jumat malam, saya jatuh sakit. Mendapat pengobatan seperlunya dan lalu, .....tidur amat nyenyak. Dan dalam tidur itulah, saya menemukan salah satu paradoks dari realitas dalam hidup, yaitu mimpi. Dalam mimpi itu saya didatangi oleh ayanda tercinta, SGT, yang sudah menempuh perjalanan abadi sejak bulan April lalu. Dalam mimpi itu, beliau menyapa saya dengan amat tenang......Ludji (begitulah saya biasa disapanya)......bapa belum mati....bapa ada di sini. Selalu melihat kamu, mamamu, dan kalian semua. Lalu, masih dalam mimpi, saya dan beberapa saudara diajak oleh beliau untuk bekerja bersama di kebun sambil bersenda-gurau. Saling bersiram air gayung...wwaaauuuuuwwww...bahagia bermain bersama beliau. Gembira laksana anak kecil yang mendapatkan permen bon-bon......ah, sayang mimpi itu terhenti di situ. Saya terjaga. Duduk bersidekap sejenak. Melihat teman kamar yang tidur sambil melakukan illegal logging di tengah malam .......ngooooo roccccckkkk......yeeeaaaachhhhh.....dan lalu ...... tidur kembali. Nyenyak. I have a dream.

Aha, jangan berpikir bahwa saya akan mengulas makna mimpi itu karena saya sama sekali tidak berkeahlian di situ. Tetapi tentang mimpi, saya ingin mengingatkan bahwa di tahun dahulu, ketika USA masih dibekap selubung rasialisme yang amat kuat, datanglah seorang pendeta muda yang bergelora yang berteriak I HAVE A DREAM. Ya, adalah mimpi DR. Martin Luther King Jr yang kemudian membangunkan bangsa Amerika. Dan akhirnya, bangsa Amrerika mampu membuktikan bahwa mereka mampu mengatasi masalah national mental barrier mereka. Obama jadi Presiden USA. Dahulu, katanya, orang beragama Katolik tidak mungkin menjadi Presiden USA. JF Kenedy membuktikan bahwa praduga itu salah. Orang Kulit berwarna tidak mungkin menjadi boss USA. Obama mematahkan mitos itu. Kita tunggu, apakah USA mampu memecahkan rekor Indonesia yang semula mengharamkan wanita menjadi presiden tetapi Megawati pernah duduk di kursi itu selama 3 tahun. Kita menunggu. Tetapi omong-omong apakah anda mengamati adanya paradoks dalam ceritera saya di atas? Oh, adalah ini: mimpi yang membangunkan.

Saya punya referensi yang amat terbatas tentang mimpi tetapi ijinkanlah saya berhikayat tentang 2 orang yang bertalian dengan mimpi. Kedua-dua menyangkut orang-orang dengan nama yang sama, yaitu Yusuf alias Yoseph alias Joe alias Ose (menurut tata pernamaan gaya Kupang, yaitu orang yang bernama Yosef akan disingkat menjadi Ose). Yoseph pertama adalah penafsir mimpi yang jempolan yang mampu menfasir mimpi firaun tentang lembu kurus dan lembu tambun serta gandum kurus dan gandum bernas. Tidak berhenti hanya menafsir, Yusuf mampu mengkonversi mimpi menjadi tindakan nyata yang produktif dan, jadilah dia Raja Muda di Tanah Mesir. Orang Asing yang menjadi di Mesir. Hebat? Tentu saja. Yusuf kedua adalah Yusuf yang beristerikan serang wanita cantik yang bernama Maria yang baru saja melahirkan seorang bayi lelaki nan tampan bernama Yesyua. Yusuf berimpi tentang malaikat yang memerintahkannya bersama keluarganya agar menyingkir ke Mesir. Dampak dari mimpi itu adalah, terselamatkannya Bayi Yesyua. Oh, Bayi Yesyua dimaksud bukanlah sembarangan bayi tetapi di belakang hari, ajaran-NYA sangat mewarnai peradaban dunia. Hampir 50% penduduk dunia, yang pada tahun 2007 berjumlah nyaris 7 milyar jiwa, dengan bangga mengatakan..I'm a Christian. Lagi-lagi anda melihat adanya paradoks di dalam kisah itu? Oh ya, adalah ini: mimpi yang membangunkan.

Apa makna mimpi saya semalam. Apakah membangunkan? Ya, paling tidak saya menjadi terjaga dari tidur. Apa maknanya? sungguh mati saya tidak tahu. Tapi saya cuma ingin belajar dari simbol yang saya dapatkan, yaitu bahwa selagi masih hidup, bekerjalah. Cogito ergo bekerja. Orare est laborare. Doamu adalah pekerjaanmu. Meski demikian, janganlah bekerja menjadi alasan hilangnya keceriaan dalam hidup. Bekerja tidak untuk mati. Bekerja ada karena hidup. Bekerjalah dengan gembira karena bekerja adalah nikmat dari Tuhan. So, saya senang karena memiliki mimpi. I have a dream. Ingin menjadi Marthin Luther? Ingin seperti Obama? Ingin layaknya Yusuf? Tidaklah. Kejauhan itu. Cukup ini, yaitu saat saya terjaga dari tidur, saya menemukan bahwa saya tetap menjadi diri saya sendiri. Selamat berhari minggu. Selamat beribadah bagi yang merayakannya. Happy weekend bagi yang bersukaria.

Tabe Tuan. Tabe Puan.

Sabtu, 01 November 2008

Sabartinah nama Ibunda. Tidak seharusnya saya kehilangan sabar

Dear sahabat blogger.


Selamat bulan baru. Sudah November. Sebulan lagi Desmber. Dua bulan lagi saya, anda dan kita semua akan punya tahun yang baru. Woooiiiii......heeeehhhh.....waktu berlalu. Sangat cepat. Amat cepat. Hidup dalam waktu yang terasa bergerak begitu cepat, ternyata menjadi beban berat bagi saya. Banyak hal, bahkan semua hal, serasa datang secepat badai tornado melintas .......wuuuzzzzz.....wwwwuuuuusssszzzzzzz.......menyapu hampir semua sisa daya tahan dan....minggu ini adalah minggu yang teramat berat bagi saya.


Saya memulai minggu dengan menggenggam "makian" entah dari siapa tetapi menghujani HP saya nyaris tanpa henti. Entah apa salah saya. Beban tugas memberikan bahan kuliah datang bertubi-tubi karena beberapa teman yang seharusnya bertugas, absen begitu saja tanpa pesan. Beberapa tugas laporan penelitian harus segera diselesaikan dan saya merasa seolah sendirian mengerjakan tugas-tugas itu. Ada kabar kurang menyenangkan dari Norman di Jogja. Kondisi Ibunda saya up and down. Seorang keponakan jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit sementara saya "terbelenggu" tugas dan deal sehingga nyaris tidak dapat memberikan perhatian seperti yang seharusnya. Dalam seminar dan workhsop pengurangan resiko bencana di mana seharusnya saya hadir hanya sebagai peserta, tiba-tiba dipaksa berubah peran menjadi seseorang dengan beban tugas bambahan, bahkan ketika "tamu-tamu" lain telah nyenyak tidur di rumah masing-masing. Tugas pembuatan renstra sebuah institusi seolah-olah menjadi beban saya sendirian. Ruang hidup saya dalam minggu ini adalah ruang kemudi mobil dan ruang kerja. Saya berpendar ke sana dan kemari. Rumah bagi saya, dalam minggu ini, hanya menjadi semacam wisma tempat tidur di tengah malam. Dan dua hari terakhir, kondisi kesehatan saya drop. Tangan dan kaki bagian kiri amat sulit digerakan dan karena terpaksa harus terus bekerja maka saya harus menahan sakit yang termat sangat setiap bergerak.....wwwaaaaauuuuu.........

Dan dalam tekanan berat seperti itu, saya kehilangan kesabaran. Saya menjadi pemarah. Amat pemarah. Kata-kata kasar dan sergahan nan gahar mudah terlontar dari mulut saya. Saya menjadi amat sinis. Semua orang serasa musuh bagi saya. Dan, malam ini , ketika saya nyaris tak punya keinginan melakukan apapun selain mengkonsumsi obat tidur, sebuah buku lama saya baca kembali. Buku itu berjudul:
Jesus the Son of Man. Dan di dalamnya terdapat sebuah puisi yang amat bagus. Membaca puisi ini, saya yang tadinya nyaris kehilangan kendali diri, kembali teringat bahwa Ibunda saya bernama Sabartinah. Sesuai namannya, Beliau terkenal kesabarannya. Saya belum mau kehilangan sabar. Dan saya berharap semua sahabat lain jangan mudah hilang kesabaran karena akan terasa sangat buruk. Maafkan saya karena tidak punya posting bahagia yang saya bagikan kepada sahabat semua. Hanya keluh kesah. Maafkan saya. Ce'est La Vie. Itulah hidup. Tapi memang Tuhan Tidak Tidur. Malam ini disodorkan kepada saya sebuah puisi yang berjudul Yesus yang Tidak Sabar. Saya membaca dan mendapatkan hikmah di dalamnya. Bagaimana dengan anda?


Yesus yang Tidak Sabar
(Khalil Gibran)

Yesus sabar terhadap orang bodoh dan dungu,

laksana musim dingin menantikan musim bungan

Ia sabar laksana gunung diterpa angin.

Ia menjawab dengan ramah pertanyaan-pertanyaan kasar dari musuh-musuh-Nya.

Ia malah bisa berdiam diri terhadap umpatan dan pertengkaran,
karena Dia orang kuat dan orang kuat tahu menahan diri.


Tapi Yesus juga tidak sabar.

Ia tidak memaafkan seorang munafik.

Ia tidak membiarkan orang-orang licik dan pemutar balik kenyataan.

dan amarah-Nya tak dapat ditahan.

Ia tidak sabar terhadap orang yang enggan percaya akan terang sebab mereka berada dalam kegelapan,
terhadap orang yang lebih suka mencari tanda-tanda di langit daripada dalam hatinya sendiri.

Ia tidak sabar terhadap orang yang menakar dan mengukur siang dan malam
sebelum mereka mempercayakan impiannya kepada fajar atau senja.


Yesus seorang yang sabar

Namun Dialah manusia yang paling tidak sabar.

Ia ingin engkau menenun kain biarpun kauhabiskan waktu bertahun-tahun dalam alat tenunmu.

Tetapi ia tidak mau seseorang mencabut sehelai benang pun dari tenunan itu.


Tabe Tuan Tabe Puan